Anda di halaman 1dari 17

Lingkup Pekerjaan Survey Pengukuran Topograf

Suvey Pendahuluan
Survey pendahuluan (reconnaissance) dilakukan untuk mengetahui secara
factual kondisi rencana trase jalan yang telah di buat.
Peralatan dan bahan yang di perlukan antara lain peta rencana trase jalan diatas
peta topograf skala 1 : 50.000 atau skala 1 : 25.000, GPS navigasi, heling
meter / clinometers, kompas, formulir survey dan calculator, GPS navigasi
dan kompas berfungsi untuk penentuaan prosentase kemiringan vertical
pada AS rencana.
Jika trase rencana yang telah di buat tidak memungkinkan diterapkan
dilapangan maka dilakukan pemilihan alternatif trase jalan.

Pemasangan Monument
Sebelum dilakukan pengukuran, dilakukan pemasangan patok sebagai sarana
penyimpan informasi koordinat hasil pengukuran. Monument pengukuran
jalan dan jembatan berupa bench mark (BM), patok CP (concrete point) dan
patok kayu pengukuran. Bench mark (BM) di pasang di sepanjang ruas jalan
yang di ukur pada setiap interval jarak 1 KM. di setiap pemasangan BM
harus disertai pemasangan patok CP. Sebagai pasangan untuk mendapatkan
azimuth pada pekerjaan stake_out tahap pelaksanaan.
Pemasangan BM untuk jalan exsisting sebaiknya di pasang di kiri jalan dan CP di
kanan jalan searah dengan jalur pengukuran dengan posisi saling tampak
satu sama lain.
Pemasangan patok kayu di lakukan di setiap interval 50 m pada jalur yang lurus
dan datar serta setiap 25 m pada jalur yang berbelok / perbukitan pada sisi
jalan yang sama. Pada daerah tertentu yang tidak bisa di pasang patok kayu

bisa dig anti dengan pemasangan paku payung dengan di tandai cat
sekitarnya dan di beri nomor sesuai urutannya.
Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitarnya di
beritanda khusus.

Pengukuran Kerangka Control Vertical


Pengukuran kerangka control vertical dilakukan dengan metode sipat datar
disepanjang trase jalan melewati BM, CP dan semua patok kayu.
Pengukuran sipat datar dilakukan pergi pulang secara kring pada setiap seksi.
Panjang seksi 1 2 km dengan persyaratan (toleransi) ketelitian (kurang
dari atau sama dengan) 10 mm D. diman D adalah jumlah jarak dalam
km.Elevasi titik referensi yang di gunakan sebagai elevasi awal harus di
hitung dari tinggi MSL (muka air laut rata rata).
Pengukuran sifat datar harus menggunakan alat sipat datar otomatis atau yang
sederajat dengan deviasi standar ketelitian pengukuran alat per 1 km pergi
pulang ketelitianya 5 mm, pembacaan rambu harus dilakukan pada tiga
benang yaitu benang atas, benang bawah, benang tengah.untuk control
bacaan.rambu ukur harus dilengkapi nivo kotak untuk pengecekan vertical
rambu.

Pengukuran Kerangka Control Horizontal


Pengukuran titik titik control horizontal dilakukan untuk merapatkan titik titik
control horizontal yang ada di sekitar lokasi proyek. Titik titik koordinat yang
di pakai sebagai control horizontal tersebut di anjurkan dalam system
koordinat nasional dengan system proyeksi yang di gunakan adalah UTM
(Universal Transverse Mecator) dengan pertimbangan bahwa pengukuran
topograf bidang jalan bersifat memanjang.

Pengukuran titik titik control horizontal dilakukan dengan metode polygon


terbuka terikat sempurna atau dengan polygon tertutup. Pengukuran polygon
horizontal meliputi pengukuran sudut tiap titik polygon, pengukuran jarak
tiap sisi polygon dengan azimuth.

Pengukuran Penampang Memanjang


Pengukuran penampang memanjang dalam pelaksanaanya di lakukan
bersamaan dengan pengukuran sifat datar atau pengukuran penampang
melintang .
Pengambilan data penampang memanjang dilakukan dengan setiap perubahan
muka tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada sepanjang trase.
Pembacaan rambu harus di lakukan pada pada tiga benang yaitu : benanf
atas, benang bawah, benang tengah

Pengukuran Penampang Melintang


Pengukuran penampang melintang ruas jalan di lakukan alat sipat datar pada
daerah datar dan terbuka, tetapi pada daerah dengan topograf
bergelombang sebaiknya dilakukan dengan menggunakan teodolit kompas
dengan ketelitian bacaan 20.
Pengukuran penampang melintang ruas jalan dilakukan harus tegak lurus
dengan ruas jalan. Pengambilan data dilakukan pada tiap perubahan muka
tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada dengan
mempertimbangkan factor skala peta yang dihasilkan dan tingkat
kepentingan data yang akan ditonjolkan,
Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kanan dengan sisi
kiri. Untuk mempermudah pengecekan, pada masing masing sisi koridor di
beri notasi yang berbeda, misalnya koridor sebelah kiri dari center line jalan

diberi notasi alphabetic dan untuk koridor sebelah kanan di beri notasi
numbers.
Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan :
Kondisi datar, landai dan lurus dilakukan pada interval tiap 50 m dengan lebar
koridor 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan AS trase jalan.

Pengukuran Dengan Titik Ikat Referensi


Pengukuran kerangka control horizontal diikatkan pada titik titik referensi
horizontal exsisting yang ada. Informasi keberadaan posisi /lokasi titik ikat
tersebut dapat di cari dari institusi yang terkait antara BAKOSURTANAL, BPN,
atau dari hasil pengukuran proyek sebelumnya. Pengukuran penampang
memanjang jalan,pengukuran melintang jalan, pengukuran penampang
melintang sungai dan pengukuran situasi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topograf Untuk Jalan

Pemasangan Monument
Monument yang dipasang pada pengukuran jembatan terdiri dari patok BM
(Bench Mark) CP (Concrete Point). Untuk sungai dengan lebar 50 BMdan CP
masing masing di pasang di tepi sungai yang berseberangan si sekitar AS
rencan jembatan. Untuk sungai dengan lebar > 50 BM dan CP di pasang
berpasangan untuk masing masing tepi sungai.

Patok kayu dipasang berdasarkan kebutuhan dan dipasng di tepi sungai


mengarah kehulu dan kearah hilir.

Pengukuran Kerangka Kontrol Vertikal


Pengukuran kerangka control vertical jembatan dilakukan dengan metode sipat
datar tertutup (loop) dengan melaluisemua patok BM, CP dan patok kayu
yang di pasang untuk kebutuan pengukuran dengan toleran alat 10mm D.
dimana D = jumlah jarak dalam km.

Pengukuran Kerangka Kontrol Horizontal


Pengukuran kerangka control horizontal dilakukan dengan metode polygon
tertutup, yang terikat pada satu titik ikat exsisting yang diketahui.
Pengukuran kerangka control horizontal melewati semua BM / CP patok kayu
yang dipasang. Pengukuran sudut tiap titik polygon dilakukan dengan teodolit
dengan ketelitian 1 di lakukan pengukuran dengan system satu seri
rangkap ( 4 kali sudut ).
Azimuth polygon didapat dari pengamatan matahari atau dari 2 titik control
horizontal yang telah diketahui koordinatnya. Pengamatan matahari
dilakukan pagi dan sore.

Pengukuran Penampang Memanjang Jalan


Pengukuran penampang memanjang jalan disekitar as jembatan dilakukan
dengan alat ukur sipat datar atau dengan menggunakan teodolit.
Pengambilan data dilakukan sepanjang panjangnya sesuai dengn kebutuhan.

Pengukuran Penampang Melintang Jalan

Pengukuran penampang melintang jalan dilakukan dengan menggunakan alat


ukur sipat datar atau dengan menggunakan teodolit. Pengambilan data
penampang melintang jalan harus tegak lurus dengan ruas jalan. Sketsa
penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kiri dan sisi kanan.
Setiap pengukuran penamapang melintang yang di ukur harus dibuat sket

Pengukuran Penampang Melintang Sungai


Koridor pengukuran kearah hulu dan hilir masing masing 125 m dari as rencana
jembatan .pengukuran kedalaman sungai dilakukan denganmenggunakan
rambu ukur atau bandul zonding jika kedalaman air kurang dari 5 m dan arus
tidak deras, jika arus deras dan kedalaman lebih dari 5 m pengukuran
dilakukan dengan alat echosounder.

Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan electronic total station (ets)
atau dengan alat ukur teodolit dengan ketelitian bacaan 20. Data yang
diukur mencakup semua obyek bentukan alam dan buatan manusia yang ada
disekitar rencana jembatan.
Pada pengukuran situasi tersebut, pengambilan titik ukur haru detail / rapat. Hal
ini karena pada lokasi disekitar rencana jembatan akan dilapangkan. Selain
itu pada lokasi lokasi tersebut biasanya akan dilakukan desain desain yang
bersifat khusus .

Pengambilan Titik Ikat Referensi


Untuk pengukuran jembatan yang bersamaan pengukuran jalan maka koordinat
(X,Y) horizontal, maupun elevasi (Z) menggunakan system koordinat nasional
dan elevasi mengunakan tinggi muka air laut rata rata yang juga dipakai
bersama pada system koordinat dari pengukuran jalan. Untuk pengukuran

jembatan yang berdiri sendiri maka koordinat (X,Y) di kaitkan pada koordinat
exsisting yang terdekat atau dari pengukuran GPS navigasi

Pengukuran Pelaksaaan Jalan


Pengukuran pelaksanan jalan bertujuan untuk mengimplementasikan gambar
rencana (design drawing) di lapangan. Sesuai dengan tujuannya, maka
implementasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan center line,
pembuatan shop drawing, rencana pembebasan lahan, dan monitoring
pelaksanakan pekerjaan. Pengukuran untuk kegiatan pelaksanaan di lakukan
dengan cara stake_out, yaitu meletakan posisi posisi detail dari gambar
rencana kedalam posisi sebenarnya di lapangan dengan di bantu oleh
koordinat koordinat yang ada di lapangan.

Pengukuran Stake_Out Untuk Center Line


Pengukuran stake _out untuk penentuan center line merupakan stake_out
bersifat garis, baik berupa garis lengkung maupun garis lurus. Stake out
bersifat garis lurus dilakukan terhadap center line pada jalan yang lurus.
Stake out dilakukan setiap interval 50 m. untuk stake out yang bersifat
lengkung dilakukan setiap tikungan jalan. Dimana posisi yang akan di stake
out antara lain : PI (point intersection), TC (target circle) CT (circle tangent),
untuk tikungan bentuk full circle : TS (tangent spiral), SC (spiral circle), CS
(circle spiral), ST (spiral tangent) untuk tikungan bentuk spiral circle
spiral . jarak dari titik diatas sudah terdapat dalam rencana (design drawing).
Alat ukur yang digunakan adalah teodolit / EDM / ETS.

Pengukuran Stake_Out Untuk Rencana Pembebasan lahan


Pengukuran stake out untuk rencana pembebasan lahan dilakukan bila dalam
pelaksanaan pekerjaan diperlukan pembebasan lahan. Daerah yang ukur
adalah daerah yang terkanan pembebasan lahan. Pada pengukuran ini

dilakuakn pemasangan patok patok pada batas batas daerah yang terkena
pembebasan berdasarkan koordinat patok patok pada batas yang telah
terdapat pada peta rencana pembebasan lahan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lingkup Pengukuran Topograf Untuk Perencanaan Bandar Udara

Pekerjaan survey dan pengukuran topograf untuk perencanaan bandar udara


dilakukan dalam rangka memetakan kondisi permukaan tanah pada lokasi
dan sekitar rencana pembangunan/pengembangan bandar udara, serta untuk
mendapatkan gambaran atau peta situasi bandar udara sesuai dengan
cakupan area pekerjaan dengan ketelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan. Peta hasil pengukuran topograf pada umumnya
berskala 1:2.500 dan memiliki interval kontur 0,5 m.

Lingkup pengukuran topograf meliputi:

1)

Pemasangan Patok Beton (BM-Benchmark)

Jumlah Bench Mark (BM) yang akan dipasang akan ditentukan berdasarkan
kebutuhan yang dipandang perlu dengan melihat kondisi di lapangan. Notasi
atau tanda pengenal diberikan pada patok-patok BM sesuai dengan
perjanjian atau kesepakatan bersama pemberi kerja dan pelaksana pekerjaan

guna memudahkan identifkasi. Patok-patok BM tersebut dipasang pada


lokasi yang aman dan mudah dicari.
Ukuran Bench Mark pada umumnya dibuat dan dipasang adalah 1 m x 0,2 m x
0,2 m dibuat dengan campuran beton bertulang dan dipasang besi atau plat
kuningan di tengahnya serta diberi nomor/kode pengenal yang terbuat dari
marmer dengan kedalaman penanaman maksimum 0,75 m.

2)

Pengukuran Koordinat (Kerangka Dasar Horizontal)

Pengukuran koordinat dilakukan dengan Metode Poligon Utama dan Sekunder


yang diikatkan pada titik-titik kerangka dasar horizontal nasional terdekat
atau Bench Mark (BM) yang telah ada/eksisting.
Jalur poligon berbentuk jaringan Loop yang tertutup melalui titik as kedua ujung
landas pacu dan Bench Mark (BM) yang telah ada/eksisting dengan
menggunakan peralatan Electronic Total Station (ETS) yang sebelum
digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Pembacaan dilakukan Double
Seri dengan ketelitian 1 dan kesalahan penutup yang diijinkan sebesar
10n (dimana n = jumlah titik) serta kesalahan linier jarak yang diijinkan
sebesar 1:10.000.

3)

Pengukuran Azimuth

Pengamatan Azimuth dilakukan dengan menggunakan Prisma Reoloff melalui


pengamatan matahari sekurang-kurangnya 2 seri untuk pagi hari dan 2 seri
untuk sore hari pada saat tinggi matahari 20o 40o dengan kesalahan
maksimum 30 (tiga puluh detik).

4)

Pengukuran Elevasi (Kerangka Dasar Vertikal)

Pengukuran Elevasi (Kerangka Dasar Vertikal) dilakukan dengan Metode Sipat


Datar Utama dan Sekunder dengan titik referensi tinggi ditentukan terhadap
Titik Tinggi Geodesi (TTG) atau titik-titik lain yang diketahui ketinggiannya
dalam sistem nasional (MSL).
Jalur pengukuran elevasi mengikuti jalur poligon yang dilakukan perseksi pergi
dan pulang menggunakan peralatan Automatic Level dengan kesalahan
penutup maksimum 8D mm (dimana D adalah jarak dalam Km). Sebelum
digunakan harus di lakukan kalibrasi terhadap alat tersebut terlebih dahulu
dan dipastikan bahwa sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam seminggu telah
dilakukan pengecekan kesalahan garis bidik (kolimasi). Pembacaan dilakukan
terhadap 3 (tiga) benang (atas, tengah dan bawah) dan diusahakan agar
Jarak Belakang (DB) sama dengan Jarak Muka (DM). Apabila dari hasil
perhitungan beda tinggi diketahui dbdm maka perlu dilakukan koreksi
garis bidik.

5)

Pengukuran Poligon Primer dan Sekunder

1. Pengukuran Poligon Primer


Jalur poligon utama membentuk jaringan loop yang tertutup, melalui kedua
ujung titik as landasan atau Bench Mark yang sudah ada pada studi
terdahulu.
Pengukuran Sudut:
Theodolit yang digunakan adalah Wilid T-2 atau sejenisnya.
Pengukuran dengan menggunakan metode Fixed Tripod System yaitu dengan
menggunakan 4 (empat) buah statip tetap dan 3 (tiga) buah kiap/tribach.

Selama pengamatan berlangsung, statip tersebut harus tetap berada di satu


titik, hanya target dan theodolit saja yang pindah.
Pengecekan alat ukur (theodolit), apabila salah kolimasi lingkaran horisontal
lebih besar dari 30 atau salah indek lebih besar dari 1, maka alat harus
dilakukan kalibrasi.
Sebagai titik bantu akan dipasang patok kayu ukuran (0,5 x 0,5 x 0,5) m, di
tengahnya dipasang paku payung sebagai titik sentring, dicat merah dan
diberi nomor/kode pengenal, bagian patok kayu ditanam sedalam 35 cm.
Pembacaan dilakukan double seri dengan ketelitian 1.
Salah penutup yang diijinkan 10 n, n = jumlah titik.
Pengamatan sudut vertikal dilakukan 2 seri pada setiap ujung poligon, untuk
reduksi jarak datar.
Pengukuran Jarak:
Alat yang digunakan adalah EDM atau Total Station, yang telah dicek (kalibrasi)
terhadap jarak basis yang telah diketahui jaraknya.
Setiap pengamatan jarak paling sedikit 3 kali pembacaan dan kemudian
diratakan.
Temperatur dan tekanan udara dicatat untuk hitungan koreksi refraksi.
Ketelitian alat ukur jarak yang digunakan 6(5 mm + 5 mm/km).
Pengamatan Matahari:
Menggunakan prisma Roeloff.
Pengamatan matahari minimal 2 seri untuk pagi dan 2 seri sore hari.
Pengamatan dilakukan pada saat tinggi matahari 20-40.
Pengamatan dilakukan setiap jarak 1 km, pada titik simpul dan di ujung as
landasan serta dilakukan di atas titik-titik tetap (Bench Mark) dengan titik
target diusahakan ke BM yang lain.

Pengamatan sudut dengan kesalahan maksimum 15 (detik).


2. Pengukuran Poligon Sekunder
Pengukuran Sudut:
Jalur pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik poligon utama.
Pengukuran sudut dilakukan satu seri, dengan ketelitian sudut 2 (menit).
Alat theodolite yang digunakan adalah Wild T-O atau sejenisnya.
Salah penutup sudut maksimum 2 n, dimana n = jumlah titik poligon.
Pengukuran Jarak:
Jarak setiap sisi poligon diukur dengan pita ukur minimal 2 kali pembacaan dan
hasilnya diratakan.
Salah penutup jarak linier maksimum 1:5.000.

6)

Pengukuran Waterpass Primer dan Sekunder

Pengukuran waterpass meliputi pengukuran waterpass primer dan waterpass


sekunder.
1.

Pengukuran Waterpass Primer

Titik referensi tinggi ditentukan terhadap titik tinggi nasional (TTG) atau titik-titik
lain yang ketinggiannya dalam sistem nasional/MSL.
Jalur Pengukuran Waterpass Primer akan mengikuti jalur Pengukuran Poligon
Primer kecuali bila ditemui daerah yang terjal atau gunung sehingga tidak
memungkinkan dilakukan pengukuran waterpass, maka akan menggunakan
cara trigonometris.
Adapun spesifkasi teknis pengukurannya adalah:

Alat sipat datar yang digunakan adalah Automatic Level Arde 2 seperti Wild NAK2, Zeiss Ni.
Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon primer
Pembacaan dilakukan terhadap 3 (tiga) benang (atas, tengah, bawah).
Minimal 2 kali dalam setiap minggu alat harus dicek kesalahan garis bidik
(kolimasi).
Jumlah slog tiap seksi harus genap
Pada waktu pembidikan diusahakan agar jarak belakang (DB) sama dengan jarak
muka (DM) apabila Sdb S dm hasil hitungan beda tinggi perlu dikorelasi
terhadap faktor koreksi garis bidik.
Jarak pembacaan dari alat waterpass ke rambu maksimum 50 m
Pengukuran per seksi dilakukan pergi dan pulang
Rambu harus diberi alas atau straatpot, kecuali pada patok kayu atau BM
Dalam pengukuran waterpass, rambu-rambu harus digunakan secara selangseling sehingga rambu yang diamati pada titik awal akan menjadi rambu titik
akhir pada setiap seksi
Tinggi patok kayu dan BM dari permukaan tanah harus diukur
Kesalahan penutup maksimum 8D mm dimana D adalah jarak dalam km.
2.

Pengukuran Waterpass Sekunder

Jalur Pengukuran Waterpass Sekunder akan meliputi jalur Pengukuran Poligon


Sekunder.
Adapun spesifkasi teknis pengukurannya sebagai berikut:
Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon cabang (sekunder) dan menggunakan
alat ukur Automatic Order (WILD NAK-1 , Sokkisa C-3A).

Pengukuran per seksi dilakukan untuk arah pergi saja dan dilakukan dengan
double stand dengan pembacaan rambu lengkap (BT, BA, BB).
Toleransi salah penutup beda tinggi (T)
T = ( 15 D ) mm
D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan kilometer
Ketentuan lain sama seperti pada Waterpass Primer.

7)

Pengukuran Detail Situasi

Pengukuran Situasi merupakan pengukuran semua detail situasi bandar udara


eksisting yang dilakukan dengan Metode Stadia sedangkan Pengukuran
Obyek Obstacle merupakan pengukuran posisi horizontal obstacle yang
dilakukan dengan Metode Mengikat Kemuka dan pengukuran tinggi Obstacle
yang dilakukan dengan Metode Trigonometri dengan menggunakan peralatan
Electronic Total Station (ETS). Basis pengukuran Situasi diusahakan
menggunakan titik-titik poligon utama (titik-titik BM) dengan ketelitian
pengukuran sudut horizontal sama dengan pengukuran sudut horizontal
poligon utama.
Pengukuran situasi menggunakan titik BM dengan tingkat ketelitian sudut
horizontal hampir sama dengan poligon utama.

8)

Pengukuran Profl Memanjang dan Melintang

Pengukuran dilakukan dengan alat sipat datar (water pass) terutama untuk
daerah sekitar rencana landasan, taxiway dan apron (daerah prasarana sisi
udara). Pengukuran dilakukan setiap interval 100 m atau sesuai kondisi
topograf yang ada.

Hasil pengukuran akan di olah dengan Program Autocad Land Desktop


Development yang mana akan diperoleh hasil yang akurat dan cepat.

9)

Identifkasi Obstacle

Basis pengukuran obyek obstacle diusahakan menggunakan titik-titik poligon


utama (titik-titik BM) dengan ketelitian pengukuran sudut horizontal sama
dengan pengukuran sudut horizontal poligon utama.
Identifkasi obstacle akan dilakukan pada Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan untuk masing-masing landasan yang meliputi kawasan-kawasan
sebagai berikut:
Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan (Runway End Safety Area);
Kawasan Di Bawah Permukaan Transisi (Transitional Area);
Kawasan Di Bawah Permukaan Horisontal Dalam (Inner Horizontal Area);
Kawasan Di Bawah Permukaan Kerucut (Conical Area);
Kawasan Ancangan Pendekatan dan Lepas Landas (Approach and Take-off Climb
Area);
Kawasan Di Bawah Permukaan Horisontal Luar (Outer Horizontal Area);
Kawasan Di Sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan;
Obyek-obyek detail lapangan yang akan diidentifkasikan antara lain meliputi:
Bangunan gedung
Menara/pemancar (radio, TV dan BTS telekomunikasi, SUTT)
Jembatan
Fasilitas Navigasi Penerbangan

Alat Bantu Pendaratan Visual


Gunung atau bukit
Kendaraan tertinggi yang melewati jembatan atau alur sungai
Jaringan Listrik tegangan tinggi PLN
Pepohonan
Patung, monumen, bangunan buatan lainnya yang diperkirakan menjadi objek
obstacle.
Pengukuran obstacle bertujuan untuk mengetahui posisi dan ketinggian
bangunan/benda tumbuh di sekitar bandar udara yang membahayakan
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dengan memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan berikut:
Pengukuran posisi horisontal obstacle dilakukan dengan metode mengikat ke
muka.
Ketelitian pengukuran sudut horisontal sama dengan pengukuran sudut
horisontal poligon primer.
Basis pengukuran diusahakan menggunakan titik-titik poligon primer (BM).
Pengukuran tinggi obstacle dilakukan dengan metode trigonometri.
Pengukuran sudut vertikal dilakukan 2 (dua) seri dengan ketelitian sudut 10
(detik) dengan menggunakan alat theodolit wild T-2 atau yang sejenisnya.
Tinggi muka tanah obstacle terhadap ketinggian referensi ditentukan dengan
melakukan pengukuran waterpass, dengan ketelitian minimal sama dengan
ketelitian waterpass sekunder.

10)

Pengolahan data dan penggambaran peta situasi skala 1:1.000 dan

1:5.000 serta gambar potongan memanjang dan melintang.

Dalam pengukuran topograf ini harus dimasukkan pula catatan-catatan penting


karakteristik wilayah hasil pengamatan lapangan, seperti lokasi titik-titik atau
bangunan penting, kegiatan kependudukan dan tata guna tanah sekitarnya,
pola aliran drainase, dan lain-lain yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai