Bioremediasi Tanah Isolasi Dan Seleksi
Bioremediasi Tanah Isolasi Dan Seleksi
Bioremediasi Tanah Isolasi Dan Seleksi
sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun, batang, akar atau di luar
di sekitar perakaran dengan bantuan enzim berupa bahan kimia yang
mempercepat proses degradasi.
6. Fitovolatilisasi yaitu proses menarik dan transp.irasi zat-zat kontaminan
oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai
bahan yang tidak berbahaya lagi utnuk selanjutnya diuapkan ke atmosfer.
Tujuan dari bioremediasi adalah untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida
dan air) atau dengan kata lain mengontrol atau mereduksi bahan pencemar dari
lingkungan. Bioremediasi telah memberikan manfaat yang luar biasa pada berbagai
bidang, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Bidang Lingkungan
Pengolahan limbah yang ramah lingkungan dan bahkan mengubah limbah
tersebut menjadi ramah lingkungan. Contoh bioremediasi dalam
lingkungan yakni telah membantu mengurangi pencemaran dari limbah
pabrik, misalnya pencemaran limbah oli di laut Alaska berhasil
diminimalisir dengan bantuan bakteri yang mampu mendegradasi oli
tersebut.
2. Bidang Industri
Bioremediasi telah memberikan suatu inovasi baru yang membangkitkan
semangat industri sehingga terbentuklah suatu perusahaan yang khusus
bergerak dibidang bioremediasi, contohnya adalah Regenesis
Bioremediation Products, Inc., di San Clemente, Calif.
3. Bidang Ekonomi
Karena bioremediasi menggunakan bahan-bahan alami yang hasilnya
ramah lingkungan, sedangkan mesin-mesin yang digunakan dalam
pengolahan limbah memerlukan modal dan biaya yang jauh lebih,
sehingga bioremediasi memberikan solusi ekonomi yang lebih baik.
4. Bidang Pendidikan
Penggunaan mikroorganisme dalam bioremediasi dapat membantu
penelitian terhadap mikroorganisme yang masih belum diketahui secara
jelas. Pengetahuan ini akan memberikan sumbangan yang besar bagi dunia
pendidikan sains.
Proses utama pada bioremediasi adalah biodegradasi, biotransformasi dan
biokatalis. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia
polutan tersebut. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara menurunkan energi
aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai suatu reaksi. Pada proses ini
terjadi biotransformasi atau biodetoksifikasi senyawa toksik menjadi senyawa yang
kurang toksik atau tidak toksik. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada
biodegradasi. Degradasi senyawa kimia oleh mikroba di lingkungan merupakan
proses yang sangat penting untuk mengurangi kadar bahan-bahan berbahaya di
lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri reaksi kimia yang cukup kompleks
dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Misalnya
mengubah bahan kimia menjadi air dan gas yang tidak berbahaya misalnya CO2.
Dalam proses degradasinya, mikroba menggunakan senyawa kimia tersebut untuk
pertumbuhan dan reproduksinya melalui berbagai proses oksidasi. Enzim yang
dihasilkan juga berperan untuk mengkatalis reaksi degradasi, sehingga tidak
c. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami (tanpa campur tangan
manusia) dalam air atau tanah yang tercemar.
2. Bioremediasi berdasarkan lokasi
Bioremediasi berdasarkan lokasi dapat dilakukan secara in-situ dan exsitu.
a. Bioremediasi in-situ, yaitu proses pengelolaan limbah di lokasi
limbah itu berada dengan mengandalkan kemampuan
mikroorganisme yang telah ada di lingkungan tercemar untuk
mendegradasinya.
b. Bioremediasi ex-situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan
mengambil limbah di suatu lokasi lalu ditreatment di tempat lain,
setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Kemudian diberi
perlakuan khusus dengan memakai mikroba. Bioremediasi ini bisa
lebih cepat dan mudah dikontrol dibanding in-situ, ia pun mampu
me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang lebih
beragam.
Secara umum proses bioremidiasi memiliki beberapa kelebihan, namun
kelebihan tersebut selalu diimbangi dengan kelemahan walaupun sedikit. Berikut ini
merupakan perbandingan kelebihan dan kelemahan dalam bioremediasi.
> Kelebihan bioremediasi
* Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba yang secara
alamiah sudah ada dilingkungan.
* Bioremediasi tidak menggunakan atau menambahkan bahan kimia berbahaya
(ramah lingkungan).
* Tidak melakukan proses pengangkatan polutan.
* Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah biaya.
* Dapat dilaksanakan di lokasi atau di luar lokasi.
* Menghapus resiko jangka panjang
> Kelemahan bioremediasi
* Tidak semua bahan kimia dapat diolah secara bioremediasi.
* Membutuhkan pemantauan yang intensif
* Berpotensi menghasilkan produk yang tidak dikenal
* Membutuhkan lokasi tertentu
2
b.
c.
d.
e.
Secara umum terdapat tiga cara transpor hidrokarbon ke dalam sel bakteri
yaitu sebagai berikut.
a. Interaksi sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air. Pada
kasus ini, umumnya rata-rata kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika
sangat rendah sehingga tidak dapat mendukung.
b. Kontak langsung (perlekatan) sel dengan permukaan
tetesan hidrokarbon yang lebih besar daripada sel mikroba. Pada kasus
yang kedua ini, perlekatan dapat terjadi karena sel bakteri bersifat
hidrofobik. Sel mikroba melekat pada permukaan
tetesan hidrokarbon yang lebih besar daripada sel dan pengambilan
substrat dilakukan dengan difusi atau transpor aktif. Perlekatan ini
terjadi karena adanya biosurfaktan pada membran sel bakteri
Pseudomonas.
c. Interaksi sel dengan tetesan hidrokarbon yang telah teremulsi atau
tersolubilisasi oleh bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi
dengan partikel hidrokarbon yang lebih kecil daripada sel. Hidrokarbon
dapat teremulsi dan tersolubilisasi dengan adanya biosurfaktan yang
dilepaskan oleh bakteri Pseudomonas ke dalam medium.
Berikut ini merupakan jenis-jenis bakteri pendegradasi hidrokarbon pada
minyak bumi yaitu:
1. Pseudomonas sp.
Pseudomonas berbentuk batang dengan diameter 0,5 1 x 1,5 5,0
mikrometer. Bakteri ini merupakan organisme gram negatif yang
motilitasnya dibantu oleh satu atau beberapa flagella yang terdapat
pada bagian polar. Akan tetapi ada juga yang hampir tidak mampu
bergerak. Bersifat aerobik obligat yaitu oksigen berfungsi sebagai
terminal elektron aseptor pada proses metabolismenya. Kebanyakan
sp.esies ini tidak bisa hidup pada kondisi asam pada pH 4,5 dan tidak
memerlukan bahan-bahan organik. Bersifat oksidasi negatif atau
positif, katalase positif dan kemoorganotropik. Dapat menggunakan H2
dan CO sebagai sumber energi. Bakteri pseudomonas yang umum
digunakan sebagai pendegradasi hidrokarbon antara lain Pseudomonas
aeruginosa, Pseudomonas stutzeri, dan Pseudomonas diminuta.
Salah satu faktor yang sering membatasi kemampuan bakteri
Pseudomonas dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon adalah sifat
kelarutannya yang rendah, sehingga sulit mencapai sel bakteri. Adapun
mekanisme degradasi hidrokarbon di dalam sel bakteri Pseudomonas
yaitu:
a. Mekanisme degradasi hidrokarbon alifatik
Pseudomonas menggunakan hidrokarbon tersebut untuk
pertumbuhannya. Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh
merupakan proses aerobik (menggunakan oksigen). Tanpa adanya
O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi. Langkah pendegradasian
hidrokarbon alifatik jenuh oleh Pseudomonas meliputi oksidasi
molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu
atom oksigen ke dalam hidrokarbon teroksidasi.
b. Mekanisme degradasi hidrokarbon aromatik
Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara
aerobik oleh bakteri Pseudomonas. Degradasi senyawa hidrokarbon
menuju fasilitas pengolahan di mana feses dan produk kertas dibuang ke tanah dan disaring
menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dihasilkan material berlumpur yang disebut
sludge. Sludge dialirkan ke dalam tangki pengolah anaerob yang mengandung bakteri
anaerob yang akan mendegradasi sludge. Bakteri ini menghasilkan gas karbon dioksida dan
metana. Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
bakar untuk menjalankan peralatan pada pengolahan sampah dengan menggunakan tanaman.
Cacing-cacing kecil yang sering muncul pada sludge, juga membantu menghancurkan sludge
menjadi partikel-partikel kecil. Sludge ini kemudian dikeringkan dan dapat digunakan
sebagai lahan pertanian atau pupuk. Ilmuwan telah menemukan bakteri yang disebut
Candidatus, Brocadia, Anammoxidans yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi
ammonium pada suasana anaerob (sebagian besar produk yang terdapat dalam urin). Penting
sekali untuk menghilangkan amonium dalam limbah cair sebelum air dialirkan ke sungai atau
laut karena kadar ammonium yang terlalu tinggi memberikan dampak negatif bagi
lingkungan,
b.
Groudwater
clean-up
Kasus yang biasanya terjadi adalah tumpahan gasolin, dimana tumpahan tersebut mencemari
air dalam tanah. Hal ini dapat ditangani dengan mengkombinasikan antara bioremediasi ex
situ (bagian atas permukaan tanah) dan bioremediasi in-situ (di dalam tanah).
a) Bioremediasi ex situ. Minyak dan gas dipompa keluar ke permukaan tanah menggunakan
bioreactor. Dalam bioreaktor terdapat bakteri yang tumbuh pada biofilm bakteri ini
mendegradasi polutan pupuk/nutrien dan oksigen ditambahkan pada bioreaktor
b) Bioremediasi in-situ. Air bersih hasil dari bioreaktor yang terdiri atas pupuk, bakteri dan
oksigen dikembalikan lagi di dalam tanah (sebagai air tanah).
c.
Turning
wastes
into
energi
Pada waktu proses bioremediasi, bakteri anaerobik menghasilkan soil nutrients dan metana.
Gas metana yang dihasilkan ini sering dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan bakar,
sedangkan soil nutrients digunakan sebagai pupuk. Contoh Bakteri anaerobik
Desulfuromonas acetoxidans merupakan bakteri anerobik laut yang menggunakan sulfur dan
besi sebagai penerima elektron untuk mengoksidasi molekul organik dalam endapan dimana
bisa menghasilkan energi. Peluang tehnologi bioremediasi kedepan adalah pengembangan
green business yang berbasis pada teknologi bioremediasi dengan system one top solution
(close system) dan dengan pendekatan multiproses remediation technologies, artinya
pemulihan (remediasi) kondisi lingkungan yang terdegradasi dapat diteruskan sampai kepada
kondisi lingkungan seperti kondisi awal sebelum kontaminasi ataupun pencemaran terjadi.
Usaha mencapai total grenning program ini dapat dilanjutkan dengan rehabilitasi lahan
dengan melakukan kegiatan phytoremediasi dan penghijauan (vegetation establishement)
untuk lebih efektif dalam mereduksi, mengkonrol atau bahkan mengeliminasi B3 hasil
bioremediasi kepada tingkatan yang sangat aman lagi buat lingkungan. Dengan keseluruhan
rangkaian proses dari mulai limbah dikeluarkan, bioremediasi, phytoremediasi dan
pembentukan vegetasi adalah greening program yang merupakan bentuk pengelolaan limbah
B3 secara terpadu (integrated waste management). Biasanya greening program juga
merupakan salah satu bentuk aktifitas community development dari perusahaan-perusahan.
Untuk wilayah pesisir dan pantai greening program dapat berupa penanaman kembali bibit
mangrove dan vegetasi pantai lain ataupun program lain seperti artificial reef, fish shelter
ataupun reef transplantation. Bentuk disseminasi publik juga dapat dikemas dalam bentuk
pelatihan dan tranfer teknologi agar aplikasi bioremediasi kepada masyarakat sebagai share
holder (pola kemitraan), bersama-sama pemerintah dapat mengontrol kegiatan monitoring
dan
evaluasi
dari
kegiatan
bioremediasi
dan
rehabilitasi
lahan.
Bioremediasi dapat berperan dalam pemulihan dampak negatif penambangan batu bara.
Sofyan (2009) mengemukakan bahwa beberapa dampak dari pertambangan batubara :
1. Lubang tambang: Pada kawasan pertambangan PT Adaro terdapat beberapa tandon raksasa
atau kawah bekas tambang yang menyebabkan bumi menganga sehingga tak mungkin bisa
direklamasi
2. Air Asam tambang: mengandung logam berat yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan
jangka
panjang
3. Tailing: teiling mengandung logam-logam berat dalam kadar yang mengkhawatirkan
seperti tembaga, timbal, merkuri, seng, arsen yang berbahaya bagi makhluk hidup.
4. Sludge: limbah cucian batubara yang ditampung dalam bak penampung yang juga
mengandung
logam
berbahaya
seperti
boron,
selenium
dan
nikel
dll.
5. Polusi udara : akibat dari (debu) flying ashes yang berbahaya bagi kesehatan penduduk
dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Menurut logika, udara kotor pasti
mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit
pernafasan seperti influensa, bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma
dan bronchitis kronis.
Reaksi air asam tambang (Acid Mine Drainage/AMD) berdampak secara langsung
terhadap kualitas tanah dan air karena pH menurun sangat tajam. Hasil penelitian Widyati
(2006) menunjukkan bahwa kandungan sulfat pada tanah bekas tambang batubara PT. Bukit
Asam di Sumatera Selatan mencapai 60.000 ppm, pH 2,8 dan kandungan logam-logam jauh
di atas ambang batas untuk air bersih. Kualitas lingkungan perairan yang demikian dapat
mengganggu kesehatan manusia dan kehidupan lainnya. Disamping itu, kondisi tanah yang
demikian degraded. Pada lahan bekas tambang batubara PT. Bukit Asam Tbk. menunjukkan
pH tanah mencapai 3,2 dan pH air berada pada kisaran 2,8. Menurunnya, pH tanah akan
mengganggu keseimbangan unsur hara pada lahan tersebut, unsur hara makro menjadi tidak
tersedia karena terikat oleh logam sedangkan unsur hara mikro kelarutannya meningkat (Tan,
1993 dalam Widyati, 2010). Menurut Hards and Higgins (2004) dalam Widyati (2010)
turunnya pH secara drastis akan meningkatkan kelarutan logam-logam berat pada lingkungan
tersebut.
Batu-baru ini pakar bioremediasi Institut Teknologi Bandung (ITB) telah menemukan
bahwa penggunaan teknologi Bioremesiasi telah terbukti sangat efektif untuk memulihkan
tanah tercemar crude oil (Edwan Kardena, 2010). Teknologi bioremediasi dengan
menggunakan mikroba sebagai pengurai bahan pencemar dari crude oil juga menjadi
teknologi paling murah disamping ketersedian mikroba yang sangat banyak ditemukan di
alam. Penggunaan bioremediasi sudah harus menjadi kewajiban bagi perusahaan minyak dan
gas di Indonesia sebagaimana telah diimplementasikan pertama sekali oleh perusahaan
minyak Chevron di Amerika Serikat. Kementerian Lingkungan Hidup telah mengeluarkan
Peraturan Menteri Nomor 128/2003 yang sekarang menjadi payung hukum penggunaan
bioremediasi di Indonesia. KLH sangat ketat mengatur dan memantau setiap proyek
pemulihan lingkungan, termasuk dengan metode bioremediasi. Sebelum memberikan izin
kepada suatu perusahaan, perusahan tersebut terlebih dahulu harus mempresentasikan
rencana
dan
teknologi
remediasinya.
Air Asam Tambang (AAT) adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebutkan
lindian, rembesan atau aliran yang telah dipengaruhi oleh oksidasi alamiah mineral sulfida
yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan. Untuk menganggulangi
air asam tambang ini biasanya menggunakan active dan passive treatment, yang masingmasing memiliki metode-metode sendiri. Secara teknis, limbah minyak bumi bisa dibersihkan
menggunakan bakteri Bacillus sp. ICBB 7859. Sementara limbah merkuri bisa menggunakan
Pseudomonas pseudomallei ICBB 1512. Sedangkan fenol menggunakan khamir Candida sp.
ICBB 1167 dan Pseudomonas sp. Dalam bidang pertanian, teknologi ini pernah di uji
cobakan di Lembang. Pada daerah persawahan yang tercemar oleh limbah pabrik tekstil yang
mengandung kadmium. Unsur beracun terberat kedua setelah merkuri. Setelah dibioremediasi
Pertanyaan.
1. knapa harus jamur?
2. Efesien yg mana aerob atau anaerob
3. Insitu eksitu kapan?
4. Bioremediasi Pada air
5. Tantangan
6. Bakteri pada minyak.
7. Proses pemberian bakteri.
8. Tambahin lengkapnya.
9. Penjelasan tiap tipe bioremediasi.
10.