Anda di halaman 1dari 19

Pengantar Sistem Telekomunikasi

BAB I
KONSEP DASAR TELEKOMUNIKASI

1.1 Definisi Telekomunikasi


Kata telekomunikasi terdiri dari dua kata yaitu tele dan komunikasi. Di mana tele
berarti jauh sedangkan komunikasi berarti penyampaian informasi atau hubungan antara
satu titik (point) dengan titik yang lainnya. Jadi kalau diterjemahkan secara langsung maka
telekomunikasi berarti penyampaian informasi atau hubungan antara satu titik dengan titik
yang lainnya yang berjarak jauh. Tetapi keterangan jarak menjadi hal yang relatif. Bisa jadi
komunikasi antara dua orang tidak dapat dikategorikan telekomunikasi meskipun jaraknya
jauh. Contohnya adalah sebagai berikut :
Orang berteriak : hubungan jarak jauh. Yaitu teriakan seseorang tanpa bantuan peralatan
yang mungkin berjarak 80-100 meter. Akan tetapi meskipun berjarak
cukup jauh, ini tidak dapat dikategorikan sebagai hubungan
telekomunikasi.
Intercom
: hubungan jarak dekat. Yaitu pembicaraan antara dua orang dengan alat
komunikasi intercom yang mungkin hanya berjarak 1-5 m saja di rumah
yang bersebelahan. Dalam hal ini meskipun jaraknya lebih dekat dari
contoh kasus pertama tadi, hubungan dengan alat bantu intercom ini
dikategorikan sebagai hubungan telekomunikasi
Jadi dari dua contoh di atas terlihat bahwa telekomunikasi ini melibatkan suatu
jarak dengan suatu bentuk peralatan khusus tertentu. Oleh karena itu definisi
telekomunikasi yang lebih tepat dari pada definisi diatas tersebut adalah: pertukaran
informasi atau hubungan antara satu titik dengan titik yang lainnya dengan
mempergunakan alat bantu khusus. Peralatan khusus yang banyak digunakan sekarang ini
dalah peralatan elektrik (listrik) seperti telepon, televisi, radio penerima, handphone,
komputer, faximile, teleprinter dan lain sebagainya. Tetapi tidak menutup kemungkinan
peralatan yang digunakan sebagai alat bantu adalah non elektrik, sepertu komunikasi
dengan bantuan bendera, asap, kentongan, bedug dan lain sebagainya. Meskipun demikian
dalam pembahasan lebih lanjut hanya akan dibahas hubungan yang mempergunakan
bantuan peralatan listrik, karena ini adalah yang terbesar sampai saat ini.
Memperhatikan hal-hal tersebut maka jelaslah bahwa ilmu pengetahuan tentang
telekomunikasi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyampaian informasi dengan
bantuan peralatan listrik. Berbeda dengan ilmu pengetahuan tentang komunikasi yang
merupakan ilmu yang mempelajari seluruh aspek penyampaian informasi. Sebagai
gambaran, di dalam siaran televisi maka ilmu telekomunikasi itu adalah yang mempelajari
bagaimana suatu siaran itu dapat dikirimkan dan di terima dengan baik oleh alat penerima
di sisi user. Sedangkan ilmu komunikasi adalah selain hal tersebut diatas termasuk juga
mempelajari hal-hal lain yang sifatnya non teknis, seperti bagaimana susunan siarannya,
mutu siarannya, teknik penyampaian siaran, waktu jam tayang, durasi tayangan,
penyesuaian siaran dengan segmentasi pasar penerima dan sebagainya. Atau dengan
perkataan lain ilmu telekomunikasi adalah ilmu yang mempelajari perangkat kerasnya
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

(hardware) saja dari penyampaian informasi yang mempergunakan bantuan peralatan


khusus. Sedangkan ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari penyampaian informasi
itu secara luas yaitu termasuk perangkat lunaknya (software) dan perangkat kerasnya.
Bahkan di Indonesia ada kecenderungan bahwa ilmu komunikasi adalah yang mempelajari
software sedangkan yang mempelajari hardware-nya adalah ilmu telekomunikasi.
1.2 Konsep Dasar Telekomunikasi
Dibandingkan dengan sistem-sistem yang lainnya maka intrercom memang
sederhana, akan tetapi ia adalah two way system, di mana kedua belah pihak dapat saling
berbicara dan mendengar meskipun bergantian. Contoh lainnya adalah komunikasi dengan
menggunakan handy talky. Sistem lain yang lebih sederhana dari intercom dan handy talky
adalah baby alarm, dimana prinsip kerjanya hampir sama dengan intercom, tetapi
sistemnya satu arah saja (one way system), seperti dapat dilihat pada gambar 1.1.

Saluran transmisi
microphoon
e

Ampli+loudspeaker
e

Gambar 1.1 Baby Alarm

Sistem ini terdiri dari sebuah microphone, ditempatkan pada kamar bayi, dan sebuah
loudspeaker pasda kamar orang tuanya. Suara yamg dihasilkan oleh bayi akan diubah
menjadi sinyal listrik oleh microphone, kemudian sinyal-sinyal ini di salurkan melalui
kabel yang merupakan saluran transmisi, di perkuat oleh amplifier dan diubah kembali
menjadi suara yang dipancarkan oleh loudspeaker. Microphone dan loudspeaker ini yang
disebut input dan output transducer. Kedua tranducer ini elemen di antranya membentuk
suatu sistem telekomunikasi. Manusianya, yaitu bayi serta orangtuanya, tidak termasuk
dalam sistem ini. Dalam hal ini mereka adalah sebagai pemakai saja (user). Kabelnya
adalah saluran transmisinya. Amplifier-nya dapat diletakan di salah satu ujung pengirim
atau penerima. Pada gambar 1.1 itu amplifier adalah bagian dari terminal penerima, dan
terminal pengirimnya adalah microphone. Sistem dasar dari baby alarm itu kemudian dapat
di gambarkan seperti terlihat pada gambar 1.2. biasanya lebih baik untuk mempartisi suatu
sistem yang kompleks menjadi bagian-bagian seperti pada gambar tersebut di bawah ini .

Media
Transmi
si

Gambar 1.2 Konsep Dasar Telekomunikasi


R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

Jadi prinsip dasar dari telekomunikasi adalah dua buah terminal yang di hubungkan
oleh saluran transmisi. Di sini masalah yang timbul adalah masalah terminal dan transmisi.
Sekarang jika terminalnya lebih dari dua, maka masalah lainnya akan tinbul yaitu
bagaimana mengontrol atau mengendalikan penyambungan dari terminal tersebut. Dalam
hal ini akan terlihat bahwa masalah yang baru ini akan timbul jika beberapa terminal
tersebut merupakan suatu two way system di mana antar terminal harus dapat berhubungan.
Akan tetapi jika tidak, maka masalah penyambungan atau switching tidak ada, misalnya
pada sistem hubungan televisi. Sedangkan yang memerlukan penyambungan itu misalnya
pada sistem hubungan telepon.
Gambar dari hubungan telekomunikasi yang mempunyai masalah penyambungan itu
adalah seperti terlihat pada gambar 1.3 berikut ini

Switching
center

Gambar 1.3 Kompleksitas Sistem Penyambungan

Sesuai dengan prinsip atau konsep dasar dari hubungan telekomunikasi di atas maka
pembahasan dalam bab-bab berikut ini juga berdasarkan pada konsep tersebut yaitu
pembahasan tentang terminal, pembahasan penyambungan serta pembahasan tentang
saluran transmisi.
1.3 Jaringan Telekomunikasi
Dari konsep dasar hubungan telekomunikasi ini maka jaringan telekomunikasi
diperlukan untuk menghubungkan terminal-terminal lewat saluran transmisi. Jaringan ini
mungkin menghubungkan terminal yang jaraknya berdekatan maupun yang jauh sekali.
Jaringan telekomunikasi ini dapat berupa macam-macam bentuk tergantung dari
terminalnya yaitu yang berarti tergantung juga dari macam informasi yang akan dikirim
dan di terima. Meskipun demikian macam informasi yang tersebar di dunia yang di
kirimkan adalah sinyal frekuensi suara melalui telepon, atau dengan perkataan lain jaringan
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

telekomunikasi yang terbesar di dunia adalah jaringan telepon. Jaringan yang lainnya
misalnya jaringan telex, jaringan data, jaringan radio siaran dan jaringan televisi tidak atau
jauh dari besarnya jaringan telepon. Jaringan telepon adalah jaringan yang terbesar karena
selain adanya hubungan antar terminal sehingga di perlukan sentral switching juga jumlah
terminalnya yang banyak sekali tersebar di seluruh dunia.
Pada jaringan telekomunikasi, pentransmisian sinyal informasi dapat melalui laut, udara
dan darat. Begitupun juga jenis-jenis terminalnya, ada telepon, telex, radio, televisi dan lain
sebagainya. Sedangkan jenis media stransmisinya juga bermacam-macam seperti coaxial,
tembaga, fiber optik, gelombang radio dan lain-lain. Ini semua akan di bahas dalam babbab berikut. Pada dasarnya hanya ada dua macam bentuk dasar dari jaringan
telekomunikasi yaitu :
- jaringan mata jala (mesh)
- jaringan bintang (star)
sedangkan jaringan mata jala ini dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu :
- jaringan mata jala penuh (fully interconeccted network)
- jaringan mata jala tunggal (single mesh network)
perbedaan dasar antara jaringan mata jala dengan jaringan bintang adalah bahwa jaringan
mata jala merupakan jaringan tertutup (closed network) sedangkan jaringan bintang
merupakan jaringan terbuka (open network).
Jaringan mesh tunggal menunjukan suatu bentuk jaringan di mana setiap terminal
terhubung ke dua terminal lainnya membentuk satu mata jala saja seperti dapat dilihat pada
gambar 1.4 di bawah ini.

Gambar 1.4 Jaringan Mesh Tunggal

Jumlah seluruh saluran (n) pada jaringan bentuk ini cukup sedikit dan sederhana
yaitu sama dengan jumlah terminal (x) yang akan saling dihubungkan, n = x . Jika ada 1000
terminal telepon, maka diperlukan 1000 saluran telepon untuk menghubungkannya.
Meskipun demikian bentuk ini mempunyai suatu kelemahan yaitu bahwa setiap terminal
disamping harus dapat menyalurkan informasi antara dirinya dengan terminal lain yang
dituju, terminal-terminal tersebut juga di haruskan mampu menyalurkan informasi yang
hanya lewat saja dari terminal lain ke terminal lainnya lagi. Hal ini membuat saluran
menjadi tidak efisien. Misalnya saluran antara B dan C tidak dapat digunakan untuk

R Rohmat Saedudin, ST., MT.


Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

menyalurkan informasi dari B ke C itu sendiri karena saluran itu sedang dipakai untuk
menyalurkan informasi dari A ke D via saluran B C. Hal ini berbeda dengan terminalterminal bertopologi jaringan mata jala penuh (fully interconeccted network), dimana setiap
terminal dihubungkan ke semua terminal lainnya dengan masing-masing ditarik satu
saluran transmisi. Hal ini memungkinkan setiap terminal dapat langsung mengirim atau
menerima informasi ke dan atau dari terminal lainnya.
Pada gambar 1.5 terlihat jaringan mata jala penuh, karena setiap terminal
disambungkan langsung dengan terminal yang lainnya.

Gambar 1.5 Jaringan Mata Jala Penuh

Jika di sini ada sejumlah x terminal maka tiap terminal disambungkan dengan (x-1)
terminal yang lainnya. Perlu diperhatikan juga bahwa saluran dari A ke B sama dengan
saluran dari B ke A (hanya ada satu saluran yang sama antara dua titik). Oleh karena itu,
jumlah seluruh saluran n adalah sama dengan :
n = x (x-1)
Dengan demikian jika jumlah terminalnya bertambah besar, maka jumlah
salurannya akan menjadi sangat besar sekali. Oleh karena itu model ini hanya di pakai
untuk jumlah terminal yang relatif sedikit. Jika ada 1000 terminal telepon, maka
berdasarkan rumus di atas diperlukan saluran telepon penghubungnya sebesar 499.500
saluran.
Jaringan bintang (Star) merupakan suatu bentuk jaringan terbuka (open network),
seperti dapat dilihat pada gambar 1.6 . Di sini jumlah salurannya berkurang menjadi sama
dengan n = x 1 dan tiap saluran tidak perlu menyalurkan informasi dari terminal lain ke
terminal lainnya lagi. Jika ada 1000 terminal telepon, maka jumlah saluran yang diperlukan
untuk penghubungnya adalah sebesar 999 saluran. Hanya saja, pada topologi ini, jika
terminal pusat mengalami gangguan, semua terminal yang ada dalam jaringannya tidak
dapat saling berkomunikasi.

R Rohmat Saedudin, ST., MT.


Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

F
Gambar 1.6 Jaringan Bintang

Dalam kenyataannya bentuk jaringan tidak semurni seperti ketiga bentuk topologi
di atas . Bentuk dasar topologi jaringan di atas tidak dipergunakan untuk koneksi langsung
tiap termina telepon, tetapi dipergunakan untuk menghubungkan saluran antara sentral
(trunk). Hal ini untuk mengurangi ketidak efisienan membengkaknya jumlah saluran
pelanggan jika jumlah pelanggan semakin banyak. Ada beberapa pertimbangan dalam
merencanakan bentuk jaringan telekomunikasi, misalnya:
- letak dan posisi geografis dari terminal/sentral
- kebutuhan hubungannya (komersil atau keperluan khusus)
- biaya (estimasi cost yang dibutuhkan dengan kemungkinan keuntgungan yang
akan di dapat penyedia jasa)
- keadaan sebelumnya dan yang akan datang
meskipun demikian bentuk dasar jaringan ini tetap di pakai dalam jaringan telekomunikasi
di dunia ini. Misalnya dalam jaringan telepon yang juga memakai jaringan radio
komunikasi, satelit, kabel laut, dan sebagainya. Gambar 1.7 menggambarkan contoh suatu
jaringan telepon yang juga terdiri dari bermacam-macam cara menyampaikan informasi
tersebut. Jaringan ini pada kenyataannya lebih kompleks dari gambar ini.
Tertiary Center
Saluran gateway
Sistem transmisi laut
Secondary Center

Sistem Radio
Primary Center
Saluran Transmisi Darat

Local exchange

Gambar 1.7 Hirarki Jaringan Telekomuniksi


R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

1.4 Informasi
Informasi adalah sesuatu yang dipertukarkan antara dua terminal yang
berkepentingan melalui suatu hubungan telekomunikasi. Informasi biasa dikirimkan dalam
bentuk signal-signal yang dimengerti dan sesuai dengan karakteristik dari sistem peralatan
telekomunikasi yang digunakan. Dan seperti telah kita telah ketahui adalah bahwa signal
yang di terima tidaklah sebaik signal yang dikirimkan. Hal ini dikarenakan selama proses
pentransmisian dalam suatu sistem telekomunikasi, kualitas sistem dibatasi kemampuannya
oleh level daya signal yang tersedia, latar belakang noise yang pasti selalu ada dalam
transmisi, serta keharusan untuk membatasi bandwidth (lebar pita saluran). Setiap sistem
mempunyai performansi masing-masing. Satu sistem bisa lebih baik dari sistem-sistem
lainnya, sehingga dapat dibandingkan sistem yang bagaimana yang terbaik.
Untuk itu telah dibuat suatu model signal, kemudian diuji apa akibatnya jika suatu
sistem telekomunikasi diterapkan pada signal tersebut, dianalisa juga teknik modulasinya
yaitu suatu alat atau cara untuk mengirimkan signal tersebut. Walaupun ini dilakukan
dengan hasil yang baik, akan tetapi masih belum memuaskan, khususnya ketika tiba
saatnya pada design dari suatu sistem yang baru. Dengan ini pertanyaan diatas akan
berkembang menjadi : karakteristik yang bagaimana untuk suatu sistem yang ideal, yang
tidak dibatasi oleh ilmu dan kemampuan kita akan tetapi hanya di batasi oleh lebih pada
sifat-sifat dasar dari alam itu sendiri.
Sebelum tahun 1940 beberapa langkah untuk membuat teori tersebut telah ditempuh
yaitu penelitian pada telegraphi oleh Nyquist dan Hartley. Kemudian sesudah perang dunia
kedua, Claude Shannon (1948) dan Nobert Wiener (1949) telah mengembangkan konsep
baru yang sampai sekarang masih tetap dipakai.
Wiener melakukan eksperimen yang lebih dikenal sebagai detection theory.
Penelitian yang dilakukannya yaitu dengan cara memperkirakan keadaan dari suatu signal
yang sebelumnya sudah di tambah dengan noise. Di sisi penerima akan diteliti bagaimana
perkiraan keadaan signal sebelum diterima (dalam proses pengiriman) dan setelah diterima
di sisi penerima. Sedangkan Shannon bekerja sesuai dengan prinsip dari komunikasi, di
mana signal processing dapat terjadi baik pada penerima maupun pada pengirim.
Sedangkan Shannon meneliti dengan suatu pendekatan (sampling) yang selanjutnya lebih
dikenal dengan information theory. Penelitian dilakukan dengan cara jika diketahui suatu
berita, lalu diteliti bagaimana berita itu dapat terwakilkan sedemikian rupa sehingga dapat
membawa informasi suatu sistem yang diberikan dengan keterbatasan-keterbatasannya.
Dari cara ini dapat disimpulkan bahwa yang dipentingkan bukanlah signalnya melainkan
informasi yang terkandung di dalam signal tersebut.
Teori informasi ini adalah suatu pelajaran matematik yang terbagi menjadi 3 bagian
konsep dasar yaitu : pengukuran dari informasi, kapasitas saluran transmisi untuk
menyalurkan informasi, dan penyandian (coding) sebagai cara untuk mendayagunakan
saluran agar dapat berkapasitas penuh. Lebih jelasnya, dimisalkan ada suatu sumber
informasi, suatu saluran transmisi, dan suatu teknik pengkodean yang digunakan.
Bagaimana caranya sehingga informasi tersebut dapat dikirimkan melewati saluran
transmisi dengan kapasitas informasi yang tentunya harus di bawah kapasitas saluran dan
dengan sejumlah kecil kesalahan yang disebabkan karena danya derau (noise).

R Rohmat Saedudin, ST., MT.


Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

1.4.1

Simbol dan Nilai Informasinya

Sistem komunikasi adalah sistem yang dipergunakan unutk menyampaikan


informasi dari pengirim ke penerima seperti telah disebutkan sebelumnya. Informasi
biasanya diwakili oleh simbol-simbol komunikasi baik dalam bentuk alphabet maupun
dalam bentuk sandi-sandi. Seperti telah disampaikan sebelumnya, teori informasi ini mulai
mendapatkan penghargaan yang layak setelah diterbitkannya makalah dari .E.C Shannon
yang berjudul A Mathematical Theory of Communication pada tahu 1948. Dalam bidang
komunikasi, teori Shannon ini memegang peranan yang amat penting oleh karena
kesanggupannya untuk memberikan standard performansi yang absolut serta faktor-faktor
yang membatasi performansi tersebut.
Konsep yang akan dibahas di sini mencakup usaha untuk mengukur kuantitas yang
terkandung dalam suatu informasi/berita. Pada tahun 1928, R.V Hartley menyarankan agar
kuantitas ini dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya berita. Berita yang sudah pasti akan
terjadi, pasti bukan merupakan berita lagi, sehingga nilai informasinya sama dengan nol.
Seperti misalnya berita : matahari besok pagi akan terbit dari sebelah timur, berita ini
bukan lagi merupakan berita karena nilai informasinya adalah nol dimana semua orang
sudah pada tahu bahwa matahari setiap pagi akan terbit di sebelah timur. Sebaliknya, hal
yang tidak mungkin terjadi pasti mempunyai nilai informasi yang tidak terhingga besarnya.
Oleh karena itu mungkin kwantitas yang terkandung di dalam suatu berita haruslah
dikaitkan dengan ketidakpastian yang dihilangkan akibat munculnya berita tersebut.
Oleh karena informasi diwakili oleh symbol-simbol, maka pengukuran informasi sebaiknya
dikaitkan dengan masing-masing smbol. Kalau p adalah peluang terjadinya suatu simbol
maka nilai informasinya didefinisikan sebagai :
- log p
Hartley memakai basis 10 untuk pengukuran tadi dan satuan nilai informasi tadi
diberi nama Hartley. Adapula yang menyarankan agar basis e dipakai dalam perhitungan
logaritma tadi dengan satuan nilai informasi disebut nat. Sedangakn Shannon
mengusulkan agar basis 2 yang dipakai, mengingat bahwa simbol biner adalah simbol yang
paling mendasar dan dipakai dalam sistem komunikasi digital dewasa ini. Satuan yang
dipakai adalah bit (binary digit).
Sebagai contoh ambil simbol biner 1 dan 0 . Masing-masing simbol memerlukan
satu bit untuk repersentasinya memakai signal digital. Ini sesuai dengan nilai informasi
yang telah didefinisikan sebagai:
- log2 p
di mana p =1/2.
Dalam mendefinisikan satuan nilai informasi di mana kita memakai simbol biner,
ada dua faktor yang harus di perhatikan:
- bahwa simbol 1 dan 0 memiliki kemungkinan yang sama.
- Simbol yang dibangkitkan setiap saat tidak tergantung pada simbol yang
dibangkitkan sebelumnya.

R Rohmat Saedudin, ST., MT.


Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

Hanya dalam batasan inilah masing-masing simbol mempunyai nilai informasi sebesar 1
bit. Pada umumnya, kedua simbol biner tadi tidak mempunyai kemungkinan yang sama.
Dalam kasus seperti ini, kita biasanya mencari peralatan yang dapat membuat
kemungkinan tersebut sama (scramble/descramble).
Contoh :
Suatu sumber berita menghasilkan 6 macam simbol dengan kemungkinan sebagai berikut :
A =
D = 1/16
B =
E = 1/32
C = 1/8
F = 1/32
Maka entropy sumber berita ini adalah :
H = - (1/2 log2 + log2 + .)
= 1 15/16 bit / simbol.
Perhatikan bahwa entropy akan mencapai harga maksimum apabila semua symbol
memiliki kemungkinan yang sama. Untuk contoh di atas maka, H = 2,585 apabila
keenam symbol memiliki kemungkinan yang sama.
1.4.2

Kapasitas Saluran

Kalau H adalah entropy sumber berita dan B adalah jumlah simbol yang dihasilkan
setiap detik maka source rate atau laju volume informasi adalah HB bit/detik. Ini adalah
kemampuan minimum yang harus dipenuhi oleh saluran agar informasi dapat di
transmisikan tanpa kesalahan. Kalau C merupakan kapasitas saluran, yaitu laju informasi
maksimum yang dapat ditransmisikan melalui saluran tersebut, maka teori Shannon dapat
dirumuskan sebagai berikut:
apabila HB lebih kecil dari C maka dapat dicari suatu cara pengkodean sedemikian rupa
sehingga informasi dapat ditransmisikan dengan kesalahan yang tak berarti
Shannon sendiri tidak memberi petunjuk bagaimana caranya mengkodekan
informasi tersebut, tetapi ia dapat merumuskan C kalau bandwitch dan S/N saluran
diketahui (S/N = Signal to noise ratio yang menentukan kualitas telekomunikasi).
Kita tinjau dahulu kasus dimana saluran tidak diganggu oleh derau. Dalam teori pencuplian
(sampling) yang akan dibahas nanti pada bab yang lain disebutkan bahwa saluran memiliki
bandawicth W Hz sanggup mentransmisikan cuplikan-cuplikan yang frekwensinya 2W
cuplikan per detik. Misalkan bahwa setiap cuplikan dapat mengambil salah satu dari m
tingkat (level) yang sama kemungkinannya. Saluran tadi dengan demikian akan sanggup
mentransmisikan informasi dengan laju:
C = 2W log2 m bit / detik
Sebab setiap pencuplikan memiliki nilai informasi sebesar m bit.
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

10

Untuk saluran tanpa derau (noiseless) dengan W tertentu maka kapasitas saluran, C,
akan ditentukan oleh kesanggupan pesawat penerima untuk membedakan sebanyak m
tingkat signal yang diterima. Secara teoritis, m dapat dibuat mendekati tidak berhingga.
Keadaan praktis (misalnya daya maksimum yang dapat ditampung oleh saluran, ketelitian
alat deteksi dan keterbatasan lainnya) akan memaksakan sistem untuk memiliki harga m
yang terhingga.
Keterbatasan dalam saluran komunikasi biasanya secara dominan dipengaruhi oleh
hadirnya derau. Untuk derau yang sifatnya putih (white noise) dengan distribusi normal,
Shannon telah menurunkan bahwa kapasitas saluran menjadi :
C = W log2 (1 + S/N) bit / detik
Di mana W adalah banwitch saluran dan S/N adalah signal to noise ratio. Secara formal
rumus di atas diikat oleh syarat-syarat sebagai berikut ini:
- kecepatan maksimum tadi (C) akan menghasilkan kesalahan transmisi yang
tidak berarti apabila dipakai cara pengkodean yang tepat
- teknik pengkodean menghendaki agar informasi dikirim dalam blok-blok yang
panjang memakai gelombang yang menyerupai derau
- derau dalam saluran bersifat putih dengan distribusi normal
dari uaraian diatas jelaslah bahwa laju informasi yang dihasilkan oleh sumber informasi
(dalam bit/detik) haruslah lebih rendah dari kapasitas saluran supaya informasi dapat
ditransmisikan dengan kesalahan yang tidak berarti.
1.5 Jaringan Telepon
Jaringan Telepon merupakan solusi bagi besarnya jumlah terminal telepon dan
kompleksitasnya sistem penyambungan antar terminal. Jaringan telepon pada umumnya
terdiri dari :
1. Internal lines pada area milik pelanggan, yaitu yang menghubungkan extension
telepon satu dengan lainnya dan ke sentralnya melalui suatu PABX.
2. Subscribers distribution network (area jaringan sentral lokal), yaitu jaringan yang
terdiri dari kabel-kabel yang menghubungkan terminal pelanggan atau sentral
PABX ke sentral lokal. Jaringan ini disebut juga jaringan distribusi lokal
3. Junction network, yaitu yang menghubungkan suatu group sentral lokal yang
melayani suatu daerah.
4. Trunk network, yaitu yang saluran untuk menghubungkan beberapa daerah lokal di
suatu negara (inter lokal). Jaringan trunk ini juga disebut long distance network.
5. International network, yaitu jaringan yang menyelenggarakan hubungan antara
group-group sentral lintas negara.
Berikut dapat dilihat pada tabel 1.1 pemakaian istilah-istilah dalam sistem telepon. Ada tiga
standar badan yang biasa digunakan dalam sistem pertelekomunikasian khususnya sistem
telepon di dunis internasional yaitu standar CCITT, Eropa, dan Amerika Utara.

R Rohmat Saedudin, ST., MT.


Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

11

Tabel 1.1 Istilah-istilah dalam sistem telepon

Fungsi
Terminal telepon

CCITT
Subscribers
instrument
Jaringan lokal
Subscribers line
Sentral telepon
Exchange
Sentral telepon yang Local exchange
langsung disambung
dengan terminal
Sentral telepon yang Trunk exchange
tidak
langsung
disambung dengan
terminal
Sentral telepon yang Tandem exchange
menghubungkan
local
exchange
(tidak ada saluran ke
trunk network)
Saluran antara dua Junction circuit
local exchange
Saluran antara local Toll circuit
exchange
dengan
trunk exchange
Saluran antara dua Trunk circuit
trunk exchange
First level trunk Primary centre
exchange
second level trunk
Secondary centre
exchange
Third level trunk
Tertiary centre
exchange
Fourth level trunk
Quaternary centre
exchange
Sentral telepon yang
mempunyai saluran
Centre du transit 3
ke international
(CT 3)
network
International transit
Centre du transit 2
centre
(CT 2)
Top level
international transit
Centre du transit 1
switching centre
(CT 1)
(fully
interconnected)

Eropa
Subscribers
apparatus
Local line
Exchange
Local exchange

Amerika Utara
Telepon subset

Trunk exchange

Customers loop
Office
End office atau
Central office atau
Class 5 office
Toll office

Tandem exchange

Tandem office

Junction

Inter-office trunk

Junction

Trunk

Trunk atau Trunk


circuit
Group
switching
centre
District
switching
centre
Main
switching
centre
-

Trunk
Toll centre atau class
4 office
Primary centre atau
class 3 office
Secsional centre atau
class 2 office
Regional centre atau
class 1 office

Centre du transit 3
(CT 3)

Centre du transit 3
(CT 3)

Centre du transit 2
(CT 2)

Centre du transit 2
(CT 2)

Centre du transit 1
(CT 1)

Centre du transit 1
(CT 1)

R Rohmat Saedudin, ST., MT.


Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

12

1.5.1 Jaringan Lokal


Jaringan lokal dari suatu sistem telepon adalah bagian dari jaringan nasional.
Jaringan ini merupakan suatu jaringan antara minimal satu telepon pelanggan dengan satu
sentral lokal. Jaringan lokal merupakan bagian dari seluruh jaringan yang menyerap
investasi paling besar. Hal ini dapat dimengerti karena jaringan lokal merupakan akses
langsung pelanggan ke sistem jaringan nasional dan jaringan internasional. Alokasi dana
investasi jika akan ditambahkan pemasangan satu buah pesawat telepon pada suatu jaringan
telepon dapat dilihat pada tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2 Alokasi dana investasi pasang baru telepon

Item pekerjaan
Peralatan pelanggan
Jaringan lokal
Peralatan sentral
Junction dan trunk plant
Tanah dan bangunan

Persentase alokasi dana


4
38
22
25
11

Dari data tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pembangunan jaringan lokal menyerap investasi
dana yang cukup besar kurang lebih 40 % dari total dana investasi. Angka-angka ini
tentunya akan berbeda-beda pada berbagai negara dan untuk setiap jenis proyek
pengembangan jaringan.
1.5.1.1 Konfigurasi Jaringan Lokal
Sentral telepon lokal terdiri dari berbagai macam ukuran dari yang terkecil dimana
melayani suatu daerah kecil yang mempunyai kapasitas hanya sekitar 100 lines unit saja,
sampai dengan yang besar sekali yang ditempatkan pada suatu gedung tersendiri dan
melayani sampai dengan 40.000 lines unit. Dengan demikian kabel yang keluar dari suatu
sentral lokal juga mempunyai ukuran yang bermacam-macam. Satu hal yang sama adalah
bahwa kabel yang dipakai untuk setiap telepon set adalah 2 wire of twisted pair cable. Dan
ini yang menyebabkan bahwa jaringan lokal merupakan bagian yang menyerap dana
investasi yang paling besar. Sekarang ini ada kecenderungan saluran pelanggan dari sentral
sampai ke distribution point yang semula menggunakan kabel tembaga diganti secara
bertahap menggunakan fiber optik. Secara perhitungan biaya tentunya cukup mahal tetapi
ini seimbang dengan manfaat yang lebih dari fiber optik ini dimana kapasitasnya jauh lebih
besar, redamannya jauh lebih kecil dan jangka waktu umur saluran yaang relatif lebih lama
di bandingkan dengan menggunakan tembaga. Diharapkan kedepannya 100 % jaringan
lokal memanfaatkan fiber optik, bahkan sampai ke sisi terminal pelanggannya. Hal ini
untuk mendukung keperluan user yang semakin besar akan akses komunikasi multimedia.
Bentuk jaringan lokal berdasarkan standar CCITT dapat dilihat pada gambar 1.8.
Jumlah kabel yang keluar dari sentral menuju pelanggan bermacam-macam disesuaikan
dengan jumlah pelanggan yang akan dilayani, fungsi konstruksinya, posisinya dan letak
geografisnya. Tetapi yang pasti bahwa semakin mendekati ke titik pelanggan, jumlah kabel
yang digunakan akan semakin berkurang sesuai dengan distribusi pelanggan yang akan
dilayani.
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

S
E
N
T
R
A
L

main pair

13

branch pair

distribution pair
Pillar

Cabinet
branch pair

Pillar
U
U
I
R

Distribution point

: Underground distribution point


: Internal distribution point (in building)
: Overhead ring type distribution point

Gambar 1.8 Jaringan lokal standar CCITT

Kabel dalam jumlah besar meninggalkan sentral dan disambungkan ke kabinet. Kabelkabel ini disebut sebagai main pair atau saluran utama/primer. Kabinet dihubungkan
dengan pilar menggunakan branch pair atau disebut saluran sekunder. Ukuran kabel pada
saluran sekunder lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran kabel pada saluran primer.
Selanjutnya pillar disambungkan ke distribution point menggunakan distribution pair atau
saluran tertier. Titik pembagi (distribution point) terdiri dari bermacam-macam jenis, yaitu
underground distribution point ( letaknya di bawah tanah), internal distribution point
(letaknya di dalam gedung), overhead ring type distribution point (letaknya di atas
permukaan tanah/ tiang). Setiap pelanggan dihubungkan ke distribution point dengan
menggunakan sepasang konduktor/kabel. Secara umum pelanggan terhubung ke sentral
melalui distribution point, pillar, kabinet, dan sentral. Tetapi tidak menutup kemungkinan
kalau posisi pelanggan dekat dengan sentral, maka pelanggan-pelanggan tersebut langsung
disambungkan ke sentral via distribution point tanpa harus melalui pillar dan kabinet, atau
pelanggan yang dekat dengan kabinet langsung dihubungkan ke sentral via distribution
point langsung ke kabinet tanpa melalui pillar. Demikian juga pillar yang dekat dengan
sentral dapat langsung dihubungkan ke sentral tanpa harus melalui kabinet. Tentunya ini
semua mengacu pada efisiensi jarak dan biaya.
Dalam perencanaan biasanya jumlah pair dalam distribution point selalu dilebihkan
dari jumlah pelanggan terdaftar. Tentunya dengan memperhitungkan pola demand dan
karakteristik perkembangan pelanggan di daerah layanan. Hal ini untuk mengantisipasi
pemasangan pelanggan baru agar bisa cepat dilayani.

R Rohmat Saedudin, ST., MT.


Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

14

1.5.1.2 Konfigurasi Jaringan Lokal di Indonesia


Jaringan lokal di Indonesia, hanya terdiri dari dua terminal saja (diluar sentral),
yaitu rumah kabel dan distribution point (kotak pembagi). Konfigurasi jaringan lokal di
Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.9. Setiap pelanggan tersambung ke sentral melalui
saluran sekunder dan saluran primer. Saluran primer menghubungkan sentral dengan rumah
kabel, sedangkan saluran yang menghubungkan rumah kabel dengan kotak pembagi
disebut saluran sekunder.

Distribution point
R
I
U

S
E
N
T
R
A
L

Saluran primer

Saluran sekunder
Rumah kabel

U
I
R

: Underground distribution point


: Internal distribution point (in building)
: Overhead ring type distribution point

Gambar 1.9 Jaringan lokal di Indonesia

Saluran primer biasanya menggunakan kabel berukuran 600, 800, atau 1200 pair.
Tetapi tidak jarang juga menggunakan jumlah pair kabel yang lebih besar. Sedangkan
saluran sekunder menggunakan kabel dengan ukuran yang lebih sedikit yaitu 20 pair saja.
Saluran primer merupakan saluran yang flexibel dalam artian kabel primer dapat dipindahpindahkan sesuai dengan kebutuhan apabila pada kabel primer terjadi kerusakan.
Dalam perencanaan jaringan lokal, kapasitas sentral biasanya jauh lebih sedikit dari
jumlah pelanggan yang akan dilayani. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan sangat
jarang sekali dalam waktu yang bersamaan seluruh pelanggan melakukan panggilan. Dalam
waktu-waktu puncak hanya kurang lebih 40-60 % saja pelanggan yang melakukan
panggilan. Perbandingan kapasitas sentral dengan jumlah kabel primer biasanya 1 : 1,2-1,5.
Begitu juga perbandingan antara jumlah saluran primer dengan saluran sekunder biasanya 1
: 1,2-1,5 juga. Jadi kalau kapasitas sentral adalah 1000, maka saluran yang keluar menuju
rumah kabel adalah sebanyak 1200 1500 pair, dan saluran yang menghubungkan rumah
kabel dengan distribution point adalah sebanyak 1440 2250 pair. Atau dengan kata lain,
pelanggan yang jumlahnya 2250 dapat dilayani dengan baik cukup dengan menggunakan
sentral yang berkapasitas 1000 saja.
Untuk penghematan biaya dalam perluasan dan demi keamanan serta umur pakai
yang lama, lebih dari 20 tahun, maka biasanya kabel primer dipasang dalam sistem duct.
Pada jarak tertentu dibuat manhole sebagai suatu fasilitas teknisi dalam pekerjaan
penarikan kabel, penyambungan kabel, perlengkapan kabel lainnya, pengetesan dan
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

15

pemeliharaan. Jarak antara manhole biasanya 100 m, 250m atau idealnya 500 m (sesuai
dengan panjang kabel 1 haspel). Sementara itu untuk proses pemeliharaan kabel/saluran
dalam pipa distribusi, dibuat lubang yang lebih kecil dari manhole yang disebut handhole.
Konstruksi manhole biasanya tahan terhadap beban diatasnya sampai dengan 20 ton.
Kabel sekunder biasanya berupa kabel tanam langsung (ground cable). Untuk
menghindari penggalian yang berulang kali, maka perencanaan jumlah kabel sekunder ini
harus benar-benar memperhitungkan jumlah pelanggan ditambah dengan cadangan untuk
melayani perkembangan pelanggan di masa yang akan datang dan untuk mengcover kabel
yang rusak. Kedalaman penanaman kabel disesuaikan dengan peraturan daerah setempat.
Bagi lokasi-lokasi yang tidak mungkin untuk penanaman langsung dengan kedalaman
tertentu, biasanya diatasnya digunakan batu atau tembok untuk melindunginya.
Saluran distribusi dari kotak pembagi ke pelanggan, biasanya menggunakan kabel
udara, dimana kabel-kabel langsung ditarik dari tiang pembagi ke pelanggan. Jumlah kabel
pada saluran distribusi harus tepat sama sesuai dengan jumlah pelanggan. Tetapi biasanya
di dalam kotak/tiang pembagi selalu ada cadangan untuk melayani pasang baru dan
antisipasi saluran pelanggan yang rusak. Kotak-kotak pembagi ini diletakkan di tempattempat sekitar pelanggan untuk mempermudah pemasangan baru. Jika ada pelanggan yang
meminta pasang baru sementara cadangan dalam kotak pembagi kelompoknya sudah habis
terpakai, maka akan di cari cadangan sambungan pada kotak pembagi lainnya yang
terdekat dengan pelanggan tersebut.
Cara penyambungan kabel sepanjang lintasan ditunjukkan pada gambar 1.10.
Jumlah saluran tetap mengacu pada perbandingan awal yang sudah di bahas sebelumnya.

S
E
N
T
R
A
L

Rumah kabel
Saluran primer
Rumah kabel
Splitter
Rumah kabel
Gambar 1.10 Jalur kabel

1.5.2 Jaringan Interlokal


Jaringan yang menghubungkan dua atau lebih sentral lokal atau area lokal di sebut
jaringan interlokal. Sebelum adanya sentral otomat proses penyambungan antar lokal ini
dilakukan secara manual. Tetapi sekarang ini hampir seluruh sentral sudah merupakan
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

16

sentral otomat dan digital (SPC sentral), sehingga penyambungan interlokal dapat
dilakukan dengan cepat dan otomatis.
Setidaknya ada lima macam cara penyambungan interlokal, yaitu:
1. Interlokal secara manual yang menghubungkan area-area lokal dimana sistem
sambungan lokalnya juga masih manual.
2. Interlokal secara manual yang menghubungkan area-area lokal dimana sistem
sambungan lokalnya sudah otomatis.
3. Interlokal secara otomatis yang menghubungkan area-area lokal dimana sistem
sambungan lokalnya masih manual.
4. Interlokal secara otomatis yang menghubungkan area-area lokal dimana sistem
sambungan lokalnya juga sudah otomatis.
5. Interlokal otomatis dimana penyambungannya dilakukan sendiri oleh pelanggan
dari pesawatnya. Hubungan ini biasanya disebut Subscriber Long Distance Dialling
(SLDD) atau Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ).
Pada sambungan interlokal manual proses yang terjadi adalah:
- pertukaran informasi mengenai nomor pesawat (pelanggan yang dituju), tempat
pelanggan yang dituju, dan sifat interlokal antara pelanggan dengan operator.
- Informasi antar operator
- Informasi antara operator tujuan dengan pelanggan yang dituju.
Pada sambungan SLJJ, peretukaran informasi secara manual tersebut dapat digantikan oleh:
- pulsa-pulsa dialling dari pelanggan untuk mengerjakan alat-alat switching
- tone-tone yang dikirim kepada pelanggan
- signalling antar sentral
- pencatatan tarif
Melihat hal-hal tersebut di atas, maka persoalan umum dalam jaringan interlokal adalah:
1. Konfigurasi jaringan, meliputi bentuk jaringan dan tingkatan sentral.
2. Penomoran, meliputi pengaturan nomor setiap pelanggan agar dapat di hubungi
oleh pelanggan lainnya.
3. Signalling, meliputi cara-cara pertukaran dan penyaluran signal-signal
penyambungan untuk kelancaran jalannya penyambungan.
4. Routing, meliputi cara-cara pencarian jalan dalam penyambungan menuju
pelanggan yang dituju.
5. Pentaripan, meliputi pencatatan dan perhitungan tarip.
6. Sistem transmisi, meliputi cara-cara menyalurkan informasi dan batasan-batasan
yang di izinkan.
7. Sinkronisasi, meliputi pengaturan clock dalam sistem komunikasi digital.
8. Kerjasama antara sistem penyambungan yang berbeda.
9. Kemungkinan penyesuaian ke dalam jaringan internasional.
Pada penyelenggaraan hubungan telepon terutama pada penyambungan jarak jauh,
bentuk jaringan serta jumlah saluran harus direncanakan secara baik agar lalu lintas telepon
yang berlangsung dapat berjalan dengan lancar, mudah secara teknis, dan efisien.
Proses perencanaan penomoran, routing dan pembagian wilayah harus juga
dilakukan dengan baik dan matang untuk mempermudah perencanaan proses
penyambungan selanjutnya. Untuk memudahkan proses perencanaan ini, penyelenggara
jasa telekomunikasi harusnya bekerjasama dengan pemerintahan setempat agar sesuai
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

17

dengan administrasi dan peraturan wilayah yang bersangkutan. Pembagian wilayah yang
terlalu luas menjadi beberapa zona diperlukan untuk mempermudah proses pengontrolan
dan pengendalian. Dalam membagi wilayah menjadi beberapa zona, perlu dipertimbangkan
beberapa hal:
- Jumlah pelanggan dan jumlah sentral yang tercakup di dalam wilayah tersebut.
Untuk itu diusahakan jumlahnya rata untuk masing-masing zona jaringan.
- Luas geografif wilayah masing-masing zona sama besar.
- Kepadatan penduduk dan fungsi daerah/kota di dalam wilayah /zona jaringan
tersebut.
- Bentuk geografis dari negara yang bersangkutan. Apakah daratan, kepulauan,
persegi, memanjang dan lain sebagainya.
Konfigurasi dari jaringan dan tingkatan sentral secara sederhana dapat digambarkan
pada gambar 1.11, dimana ada tiga bagian utama dari tingkatan jaringan, yaitu:
1. Jaringan lokal yang meliputi subscriber line, sentral lokal, dan sentral tandem.
2. Jaringan Trunk yang meliputi sentral tandem regional dan sentral tandem nasional
3. Jaringan internasional yang meliputi centre du transit 1 dan sentral gateway
internasional via kabel laut, satelit atau radio HF.
Sentral lokal merupakan sentral dengan level paling bawah, dimana bisa disambung
langsung antar sentral lokal (direct route) atau disambung melalui sentral tandem di level
atasnya (alternate route). Proses pencarian jalan (routing) oleh signal menuju pelanggan
yang dituju biasanya memilih direct route (rute langsung) sebagai pilihan pertama jalur
yang akan dilalui karena pertimbangan jarak yang paling dekat sehingga waktu routing pun
lebih singkat. Tetapi jika tidak memungkinkan, routing akan memilh jalur alternatif lainnya
sampai signal menemukan jalan terdekat dan kosong untuk membangun proses
penyambungan hubungan sampai berhasil.

Sistem Satelit

Sistem transmisi laut


Jaringan Internasional

Sistem Radio HF

Sentral gateway
internasional (CT1)

Sentral tandem nasional


(tersier)
Jaringan trunk
Sentral tandem regional
(sekunder)

Sentral tandem lokal


(primer)
Jaringan lokal
Local
exchange
Saluran pelanggan

Gambar 1.11 Tingkatan sentral telepon


R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

18

1.5.3 Kerjasama Internasional


Lembaga standar internasional di bidang telekomunikasi adalah ITU (Inyternational
Telecommunication Union). ITU didirikan pada tahun 1865 dengan nama pada waktu itu
International Telegraph Union dengan kantor pusat di jenewa dan beranggotakan 124
negara. ITU mempunyai dua komisi utama untuk menangani tugas-tugasnya, yaitu:
1. CCITT ( The Comite Consultatif International Telegraphique et Telephonique) yang
dibentuk dari penggabungan antara komite telepon (CCIT) dan komite telegraph
(CCIF) pada tahun 1956. Tugasnya meliputi studi pengembangan teknologi
telekomunikasi, metode operasional, pentaripan untuk telepon, telegraph dan
transmisi data.
2. CCIR (The Comite Consultatif International des Radiocommunications). CCIR
didirikan pada tahun 1906 dengan nama Radio Telegraph Union dan pada tahun
1921 melebur ke dalam ITU menjadi salah satu komisi yaitu CCIR. Tugas komisi
ini meliputi semua studi teknik dan operasional dari komunikasi radio, termasuk
komunikasi poin to point, komunikasi bergerak, siaran radio dan televisi. CCIR
bersama-sama dengan International Frequencies Registration Board (IFRB)
menentukan dan mengatur pembagian frekuensi radio untuk mencegah saling
mengganggunya antar transmisi yang berbeda-beda.
1.5.4 Dasar Statistik untuk Perencanaan Jaringan
Hampir semua kejadian pada sistem telekomunikasi, mulai dari permintaan
sambungan, pencarian saluran, penentuan rute sampai koneksi ke pelanggan yang di tuju
merupakan suatu kejadian dengan kemungkinan/probabilitas yang acak. Sistem tidak tahu
kapan terminal akan meminta sambungan, berapa lama, dan kapan sambungan akan
diakhiri oleh salah satu pelanggan. Kejadian-kejadian ini perlu dianalisa dengan
memanfaatkan metode yang khusus mempelajari teori kemungkinan/probabilitas yang
biasa dikenal ilmu statistika. Hal penting adalah bagaimana saluran pembicaraan yang
tersedia cukup untuk melayani dan menyalurkan sejumlah pembicaraan yang terjadi secara
bersamaan pada saat kondisi trafik mencapai puncaknya. Adakalanya jumlah permintaan
semakin bertambah sementara jumlah saluran yang ada tidak mencukupi sehingga
permintaan sambungan gagal. Atau sibuknya proses penyambungannya juga bisa
menyebabkan gagalnya suatu permintaan sambungan. Kegagalan sambungan ini
menunjukan kualitas layanan sistem, semakin kecil jumlah gagal sambung semakin bagus
kualitas layanan sistem.
Kemungkinan gagal sambung biasanya ditunjukkan oleh suatu nilai tertentu yang
disebut grade of service (GoS). Nilai GoS menujukkan kemungkinan sejumlah panggilan
akan mengalami kegagalan jika melakukan panggilann pada jam sibuk dari suatu hari
tertentu. Tentunya suatu sistem menginginkan agar dapat menekan nilai GoS sekecil
mungkin, tetapi disisi lain kita juga harus mempertimbangkan nilai cost/biaya yang harus
dikeluarkan untuk memperbaiki kinerja sistem. Secara logika semakin besar jumlah saluran
dan peralatan switching yang disediakan sistem (bahakan mendekati jumlah pelanggan),
maka dapat dipastikan setiap permintaan sambungan dapat terlayani dengan baik. Tetapi
ada fakta menurut statistik, rata-rata penggunaan telepon oleh pelanggan dalam sehari
semalam hanya selama 30 menit, yang berati efisisensinya penggunaannya adalah (0.5 : 24)
R Rohmat Saedudin, ST., MT.
Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Pengantar Sistem Telekomunikasi

19

x 100% = 2.1 %. Data lain bahawa dari 100 pelanggan, hanya 10 pelanggan saja yang
menggunakan telepon dalam waktu yang bersamaan. Dari hal-hal tersebut yaitu
kesempurnaan layanan dengan jumlah saluran yang besar di satu sisi dan efisiensi biaya,
efisiensi penggunaan saluran dan kebiasaan/karakteristik pelanggan di sisi lain, harus
menjadi bahan pertimbangan perencanaan jaringan.
Pola penggunaan telepon perwaktu dalam satu hari juga berubah-ubah. Dimulai jam
6.00 pagi meningkat terus sampai mencapai puncaknya pada sekitar jam 10.00 pagi,
kemudian menurun lagi sampai jam 14.00 dan naik lagi sampai mencapai puncak kedua
pada jam 16.00. Dari jam 16.00 sore permintaan sambungan menurun sampai jam 18.00,
kemudian naik lagi sampai mencapai puncaknya pada jam 20.00 dan akhirnya menurun
terus sampai mendekati nilai nol. Untuk mengimbangi fluktuasi pemanfaatan saluran agar
distribusinya seimbang antara waktu puncak dengan jam-jam tidak sibuk, penyelenggara
biasanya menerapkan strategi cheap rate (potongan tarif sampai 75 %) pada jam-jam tidak
sibuk.
Pola permintaan sambungan juga tidak sama untuk semua tempat. Permintaan
sambunga di daerah perkantoran akan berbeda dengan permintaan sambungan di daerah
perdagangan dan permintaan sambungan di daerah perumahan. Permintaan sambungan di
daerah perdagangan paling banyak dibanding kedua daerah lainnya. Para pedagang ini
biasanya menggunakan telepon dengan prosentase 60 %, daerah perkantoran sebesar 30 %
dan daerah perumahan sekitar 10 %. Waktu-waktu puncak untuk ketiga daerah juga
tentunya berbeda-beda. Misalnya untuk daerah perkantoran dan perdagangan waktu
puncaknya terjadi di siang hari sekitar jam 10.00 sampai jam 14.00, sedangkan di daerah
perumahan puncaknya biasanya terjadi di malam hari sekitar jam 20.00.
Trafik pada saluran telekomunikasi biasanya di ukur berdasarkan hitungan
pendudukan saluran-saluran dalam satu jam. Berapa lama satu saluran diduduki secaraterus-menerus dalam satu jam itu menentukan besarnya trafik. Misalnya satu saluran dalam
satu jam diduduki dengan waktu total 30 menit, maka trafik saluran tersebut adalah 0.5.
Sebenarnya menurut hitungan, nilai trafik tidak mempunyai satuan (waktu/waktu), tetapi
untuk menghargai penemunya yaitu Agner Krarup Erlang (1878-1929), maka trafik pada
sistem telekomunikasi di beri satuan erlang (Erl). Nilai trafik satu erlang (1 Erl) adalah jika
satu saluran diduduki secara terus-menerus selama satu jam. Nilai trafik saluran pelanggan
lokal biasanya beragam mulai dari 0.02 0.3 Erl dengan nilai GoS biasanya 0,01.
Sedangkan pada saluran juction biasanya nilai trafiknya sampai 0,5 Erl dengan GoS untuk
junction jarak jauh biasanya 0,1.
Selain itu dalam pentransmisian signal juga harus mempertimbangkan jarak. Hal ini
berkenaan dengan karakteristik alami saluran yang mempunyai sifat meredam. CCITT
merekomendasikan nilai redaman total selama proses stransmisi end to end dalam suatu
hubungan jarak jauh atau internasional sebesar senilai 33 36 dB.

R Rohmat Saedudin, ST., MT.


Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi

Anda mungkin juga menyukai