Oleh:
I Gede Andy Kumbara Putra
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.003
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
ii
Ketua,
Anggota :
Tanda Tangan
1. . . . . . . . . . . .
2. . . . . . . . . . . .
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Pemilihan Gigi Tiruan pada Penderita Epilepsi ini tepat pada waktunya.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati Denpasar. Skripsi ini juga merupakan kesempatan berharga bagi
penulis untuk dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang diharapkan akan
bermanfaat di bidang kedokteran gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat petunjuk, arahan,
serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. drg. Dewi Farida Nurlitasari, Sp.Pros, selaku dosen pembimbing I dan drg.
Kadek Sugianitri, M.Biomed, selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, membantu dan mengarahkan penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
2. drg. Ria Koesoemawati, M.FOr, karena sudah bersedia meluangkan waktu
untuk menjadi dosen penguji dan membimbing penulis sehingga membuat
skripsi ini menjadi semakin baik.
3. Seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati,
Khususnya staf pengajar di lab. Prostodonsia.
iv
4. Orangtua dan adik tercinta terimakasih atas doa, dukungan baik secara moril
dan material serta nasehatnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
5. drg. Ode Putra Arguna dan drg. Tri Dewi Kumara, karena sudah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga membuat skripsi ini
menjadi semakin baik.
6. Teman-teman penulis, khususnya Riscapy, Arik Dharma, Cahya Pradnyana,
Muhammad Dio, Nanda Pradana, Kresnanda dan seluruh teman-teman
angkatan CRANTER 2010 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang juga telah banyak membantu penulis secara langsung dalam doa serta
semangat yang diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasannya,
untuk itu penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan. Semua
saran dan kritik akan menjadi masukan yang sangat berarti.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa
Kedokteran Gigi dan dokter gigi di fakultas, klinik dan masyarakat.
Penulis
Abstrak
Epilepsi merupakan gangguan paroksismal akibat cetusan neuron korteks
serebri mengakibatkan serangan penurunan kesadaran, perubahan fungsi motorik
atau sensorik, perilaku atau emosional yang intermiten dan stereotipik. Penderita
epilepsi memiliki risiko kehilangan gigi lebih tinggi sehingga harus dibuatkan gigi
tiruan untuk mengembalikan fungsionalnya. Permasalahannya adalah pada
penderita epilepsi dengan gangguan gangguan tertentu apabila terjadi serangan
dapat menyebabkan kerusakan pada gigi tiruannya yang akan dapat
membahayakan penderita. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pemilihan
dan penentuan jenis gigi tiruan pada penderita epilepsi. Pemilihan gigi tiruan pada
penderita epilepsi yang ideal adalah gigi tiruan cekat, gigi tiruan dengan dukungan
implan dan gigi tiruan lepasan dengan dasar gigi tiruan yang tahan terhadap
kerusakan selama serangan epilepsi. Pemilihan jenis gigi tiruan pada penderita
epilepsi merupakan hal yang penting agar tidak membahayakan penderita epilepsi
saat terjadi serangan. Gigi tiruan cekat dan gigi tiruan dengan dukungan implan
merupakan pilihan utama, sedangkan gigi tiruan lepasan merupakan alternatif
pilihan terakhir.
vi
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
ABSTRAK .................................................................................................
vi
vii
1. PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................
C. Tujuan ................................................................................................
D. Manfaat ..............................................................................................
2. EPILEPSI ................................................................................................
A. Pengertian ..........................................................................................
B. Etiologi ..............................................................................................
D. Penatalaksanaan ................................................................................
E. Pengobatan .........................................................................................
11
12
12
13
13
15
15
vii
18
20
4. PEMBAHASAN ....................................................................................
25
28
A. Simpulan ...........................................................................................
28
B. Saran .................................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehilangan gigi geligi dapat menimbulkan dampak emosional dan
fungsional serta dapat mempengaruhi estetis. Perawatan dengan pemakaian gigi
tiruan sebagai pengganti daerah yang kehilangan gigi geligi sangat penting.
Namun, tidak semua orang yang kehilangan gigi memakai gigi tiruan. Salah satu
keputusan seseorang dalam menentukan kebutuhan pemakaian gigi tiruan adalah
persepsi individu terhadap status kesehatan gigi.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi penggunaan gigi
tiruan di Indonesia sebesar 4,6% karena pada kenyataannya tidak semua orang
yang mengalami kehilangan gigi menggantikannya dengan gigi tiruan atau
melakukan perawatan Prostodontik (2007 cit. Pongsibidang , Wowor , Supit
2013).
Pemilihan gigi tiruan dapat dipengaruhi oleh keadaan lokal dan keadaan
umum penderita. Faktor lokal yang mempengaruhi pemilihan gigi tiruan adalah
kebersihan mulut yang buruk, kehilangan gigi dan karies. Keadaan umum yang
dapat mempengaruhi pemilihan gigi tiruan misalnya diabetes militus, leukimia,
anemia aplastik, epilepsi. Tidak menutup kemungkinan pasien yang memiliki
penyakit sistemik tertentu seperti epilepsi membutuhkan gigi tiruan apabila
mengalami kehilangan gigi (Karolyhazy dkk. 2003).
Penderita epilepsi memiliki resiko lebih tinggi kehilangan gigi dari pada
bukan penderita epilepsi, mereka juga sulit beradaptasi dengan pemakaian gigi
tiruan. (Mehmet dkk., 2012). Pada penderita epilepsi selama kejang-kejang bisa
jatuh tanpa disadari dan mungkin mengalami cedera patah tulang termasuk
tertelannya gigi tiruan (Akeredolu dkk. 2005).
Pada penderita epilepsi yang mendapat terapi fenitoin hampir semua aspek
kesehatan mulut dan status gigi menunjukkan adanya hiperplasia gingiva disertai
kondisi mulut yang jauh lebih buruk (Akeredolu dkk. 2005). Basis gigi tiruan
yang terlalu panjang dan gigi tiruan yang longgar pada jangka waktu yang lama
dapat juga menyebabkan hiperplasia (Viyanti 2011).
Epilepsi memiliki efek negatif langsung umumnya pada kondisi gigi dan
kebersihan mulut yang buruk. Epilepsi adalah penyakit yang sering dihadapi di
bagian mulut dan praktek bedah maxillofacial. Hal ini diduga mempengaruhi
jutaan orang di seluruh dunia dan memiliki prevalensi 0,5% - 0,9% pada populasi
umum. Serangan epilepsi merupakan kejadian medis yang paling umum kedua di
perawatan gigi (Mehmet dkk. 2012).
Tujuan pembuatan gigi tiruan adalah memperbaiki fungsi mastikasi,
memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi fonetik, pencegahan migrasi
gigi, peningkatan distribusi beban kunyah, serta mempertahankan jaringan mulut
yang masih ada agar tetap sehat. Gigi yang hilang dapat diganti dengan salah satu
dari tiga gigi tiruan berikut : gigi tiruan cekat, gigi tiruan dengan dukungan implan
dan gigi tiruan lepasan. Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
dalam memilih tipe gigi tiruan yang tepat (Gunadi dkk. 1991).
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan uraian latar belakang diatas
adalah : Bagaimanakah cara menentukan pemilihan gigi tiruan pada penderita
epilepsi ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui cara pemilihan jenis gigi tiruan pada penderita epilepsi dan
untuk menentukan jenis gigi tiruan yang dipilih pada penderita epilepsi.
D. Manfaat
Memberikan informasi ilmiah tentang bagaimana cara pemilihan gigi tiruan pada
penderita epilepsi dan bermanfaat bagi dokter gigi dalam menentukan pemilihan
gigi tiruan pada penderita epilepsi.
BAB II
EPILEPSI
A. Pengertian
Epilepsi, berasal dari bahasa Yunani (Epilepsia) yang berarti serangan.
Perlu diketahui, epilepsi tidak menular, bukan penyakit keturunan, dan tidak
identik dengan orang yang mengalami ketebelakangan mental. Bahkan, banyak
penderita epilepsi yang menderita epilepsi tanpa diketahui penyebabnya. Epilepsi
ialah manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai etiologi, namun dengan
gejala tunggal khas, yakni serangan berkala yang disebabkan oleh cetusan neuron
kortek serebri otak secara berlebihan dan paroksismal (Harsono 2011).
Epilepsi merupakan gangguan paroksismal akibat cetusan neuron korteks
serebri mengakibatkan serangan penurunan kesadaran, perubahan fungsi motorik
atau sensorik, perilaku atau emosional yang intermiten dan stereotipik (Ginsberg
2007).
Epilepsi adalah suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia karena
terjadinya aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak
sehingga menyebabkan berbagai reaksi pada tubuh manusia mulai dari bengong
sesaat, kesemutan, gangguan kesadaran,dan atau kontraksi otot yang ditandai
dengan kejang yang berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron kortikal
secara berlebihan (Godam 2010).
B. Etiologi
Penyakit epilepsi merupakan penyakit yang dapat terjadi pada siapa pun
walaupun dari garis keturunan tidak ada yang pernah mengalami epilepsi. Epilepsi
tidak bisa menular ke orang lain karena hanya merupakan gangguan otak yang
tidak dipicu oleh suatu kuman virus dan bakteri (Godam 2010).
Epilepsy terbagi atas dua kelompok besar:
1. Epilepsi primer adalah epilepsi yang disebabkan karena gangguan ketidak
seimbangan zat kimiawi dalam sel-sel saraf pada area jaringan otak yang
abnormal.
2. Epilepsi sekunder berarti bahwa gejala yang timbul ialah sekunder, atau akibat
dari adanya kelainan pada jaringan otak. Biasanya dengan pemeriksaan tertentu
atau CT-scan otak atau padaautopsi dapat dilihat adanya kelainan strukturan
pada otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya
jaringan parut sebagai akibat kerusak otak pada waktu lahir atau pada masa
perkembangan anak (Harsono 2011).
Terdapat beberapa penyebab spesifik epilepsi:
a) Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu
menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, menglami infeksi,
minum alkohol, mengalami cedera(trauma) atau mendapat penyinaran
(radiasi).
b) Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang
mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan (forsep), atau trauma
lain pada otak bayi.
c) Cedera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak.
d) Tumor otak merupakan penyebab epilepsy yang tidak umum terutama pada
anak-anak.
e) Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak.
f) Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak.
g) Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (FKU), sclerosis tuberose dan
neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.
h) Kecerendungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena
ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada
anak (Harsono 2011).
D. Penatalaksanaan
Hingga kini belum diketahui obat yang sungguh-sungguh mujarab untuk
menyembuhkan penyakit epilepsi. Usaha terpenting adalah menghilangkan dulu
faktor penyebab yang dapat mengakibatkan serangan epilepsi, misalnya sisa-sisa
penyakit raja singa, stroke, penyakit-penyakit otak, racun alkohol, cacing-cacing
dalam perut dan lain-lain. Untuk usaha dalam mengurangi timbul serangan
epilepsi dan memperkecil bahaya-bahaya bagi penderita epilepsi adalah antara
lain:
1. Si penderita menjaga dalam kehidupan sehari-hari, badan dan pikirannya
jangan terlampau berat dalam bekerja agar tidak menjadi tegang. Si penderita
dilarang minum minuman keras, kopi atau teh yang pekat dan jangan terlalu
banyak makan daging. Si penderita harus banyak makan sayur-sayuran dan
cukup istirahat serta usahakan dapat buang air besar dengan teratur.
2. Si penderita jangan melakukan sesuatu perbuatan yang sekiranya dapat
membahayakan dirinya seperti memanjat pohon atau tangga, meniti jembatan
sempit, berdiri dipinggir sungai atau kolam ataupun api, berenang, bersepeda,
berjalan sendiri di jalan besar dan berdiri di dekat mesin yang sedang berputar
dan lain sebagainya. Karena itu semua, membahayakan si penderita apabila
epilepsi sedang kambuh.
3. Tampak tanda-tanda bahwa si penderita akan terserang epilepsi, segera
menelan 1 atau 2 sendok teh garam dan menghirup bau bawang putih yang
sudah ditumbuk halus. Dan juga kaki dan tangannya bisa juga diikat dengan
erat, boleh pakai kain atau tali yang besar. Dengan cara demikian, biasanya
serangan epilepsi dapat dihindarkan.
E. Pengobatan
Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup
penderita yang optimal. Ada beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut antara
lain menghentikan bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan tanpa efek
samping ataupun dengan efek samping seminimal mungkin serta menurunkan
angka kesakitan dan kematian.
B. Farmakologi
Prinsip pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Obat anti epilepsi (OAE) mulai diberikan apabila diagnosis epilepsi sudah
dipastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Selain itu
pasien dan keluarganya harus terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai
tujuan pengobatan dan efek samping dari pengobatan tersebut.
10
Tabel 2.1 Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kejang (Harsono 2011).
Jenis
Obat
Seranga
serum:
paruh
ug/ml
(jam)
15 40
96
Efek samping
mg/kg/hari
n
Fenobarbital
P &KU
Mengantuk, Hiperaktivitas,
24
bingung, perubahan perasaan hati
Ataksia, ruam kulit, perubahan
Fenitoin
P &KU
38
10 30
24
8 12
12
Ataksia, gangguan
gastrointestinal, pandangan
Karbamazepin P &KU
15 -25
kabur, gangguan fungsi hepar,
perubahan darah
Valproat
Semua
15 60
gangguan gastrointestinal,
11
50 100
14
30
5 15
Primidon
A&M
12
Mengantuk, hiperaktivitas,
10 - 20
perubahan perasaan hati
P = pasrsial,
karies,
jaringan
periodontal
resorbsi.
Pembesaran
gingiva
12
13
gigi
mengkonsultasikan
ke
dokter
sebelumnya
dan
14
BAB III
GIGI TIRUAN PADA PENDERITA EPILEPSI
Gigi tiruan merupakan suatu pengganti buatan dari satu atau beberapa gigi
serta struktur yang terkait (Nallaswamy Ramalingan dan Bhat 2009).Pada
penderita epilepsi dapat dilakukan pembuatan gigi tiruan namun penyakit epilepsi
harus terkontrol dan perlu kerja sama yang baik dengan dokter yang menangani
penyakit epilepsi tersebut. Beberapa pilihan gigi tiruan pada penderita epilepsi
yaitu: gigi tiruan cekat, gigi tiruan dengan dukungan implan dan gigi tiruan
lepasan (Gunadi dkk. 1991).
Gangguan epilepsi dapat mempengaruhi perawatan prostodontik. Gigi
yang hilang harus diganti untuk mencegah lidah masuk dalam ruang edentulous
agar tidak terluka. Pertimbangan perencanaan pemilihan gigi tiruan dibuat untuk
meminimalkan resiko pergeseran gigi atau kerusakan lebih lanjut. Gigi tiruan
cekat atau gigi tiruan dengan dukungan implan menjadi pilihan utama (Gurbuz
2011).
15
16
menghubungkan antara retainer dengan pontik), dan pontik (bagian gigi tiruan
cekat yang menggantikan gigi asli yang hilang) biasanya digunakan dengan pontik
yang didisain untuk memenuhi fungsi dan juga estetika dari gigi yang
hilangtersebut (Inayati 2005)
Sebelum menentukan suatu perawatan prostetik gigi tiruan pada penderita
epilepsi sangat penting dilakukan pemeriksaan X-ray, mengetahui jenis epilepsi
dan setiap faktor pencetus, tingkat kontrol kejang dan pengunaan nitrous oxide
atau sedasi sadar mungkin diperlukan untuk menghindari terjadinya kejang dan
memberikan perawatan gigi yang aman dan efektif dengan tidak terlepas dari
konsultasi dari tim para dokter anestesi dan dokter ahli saraf yang menangani
penderita epilepsi tersebut (Gurbuz 2011).
17
18
All Porcelain
Keramik
Gambar 3.4 : Gigi tiruan cekat bahan All Porcelain dan gigi tiruan cekat bahan
keramik(Freedman 2012).
19
asli yaitu memberikan retensi dan dukungan untuk gigi tiruan cekat atau gigi
tiruan lepasan (Misch 2005).
Bagian implan gigi yang tertanam dalam tulang rahang dan bagian implan
gigi yang menonjol pada jaringan mukosa digunakan untuk menghasilkan
penjangkaran yang dapat meningkatkan retensi dan stabilitas pada gigi tiruan
diatasnya (McKinney 1991 cit. Karasutisna 2004).Menurut Branemark (1987 cit.
Karasutisna 2004), implan gigi dengan metoda oseointegrasinya dapat digunakan
untuk mengatasi pasien tidak bergigi pada semua tingkatan resorbsi, bahkan pada
keadaan resorpsi yang ekstrim dan diskontinuitas rahang atas dan rahang bawah
dengan bantuan grafting pada tempat implan gigi dipasang.
Penggunaan restorasi implan gigi sangat ideal pada penderita epilepsi
karena pembuatan restorasi prostetik tahan terhadap kerusakan atau pergeseran
selama serangan epilepsi tetapi dengan catatan kebersihan mulut harus di pelihara
dan sebelum pemasangan implan gigi perlu diperhatikan keadaan jaringan
periodontal harus baik (Jacobsen 2008).Keberhasilan implan gigi sangat tergantung
pada integrasi antara implangigi dengan jaringan rongga mulut(Humphrey 2006).
20
21
dan pembentukan permukaan yang kasar setelah jangka waktu yang pendek
(Taqwim 2011).
GTSL Aklirik
Gambar 3.6 : Gigi Tiruan Sebagian Lepasandengan bahan akrilik dan Nilon
termoplastik (Taqwim2011).
Pada
penderita
epilepsi
jika
menggunakan
gigi
tiruan
22
teleskopik dengan gigi tiruan yang terbuat dari basis logam atau diperkuat dengan
logam untuk penderitaedentulous sebagian (Gurbuz 2011).
Gigi tiruan lepasan sebagian dengan kerangka logam memiliki kualitaas
mekanik sangat baik dan memberikan kemungkinan desain gigi tiruan yang
mempertimbangkan kesehatan jaringan periodonsium gigi penyangga, estetis dan
kenyamanan penderita. Hasil ini dapat dicapai dengan membuat desain kerangka
sesederhana mungkin, untuk mencegah atau mengurangi efek negatif dari
kebersihan mulut yang buruk (Taqwim 2011).
Gambar 3.8 : Gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam (Rosenstiel dkk.
2006).
23
.
Gambar 3.9 : Gigi Tiruan Teleskopik Overdenture (Damayanti 2009).
24
didasarkan atas pendapat dari Gurbuz (2011) yang menyatakan bahwa jika
menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan denganbahan aklirik atau bahan nilon
termoplastik dikhawatirkan pada saat terjadinya serangan epilepsi gigi tiruan akan
patah dan bahkan bisa tertelan.
BAB IV
PEMBAHASAN
25
26
berbahan metal porselen dengan kualitas yang baik. Pada penderita epilepsi yang
menggunakan gigi tiruan dengan berbahan metal porselen pada saat selama
serangan epilepsi kecil kemungkinan terjadi patah dibandingkan menggunakan
restorasi berbahan porselen atau keramik karena dapat menimbulkan lebih besar
resiko fraktur (Jacobsen dkk. 2008). Sedangkan kelebihan dari pemakaian gigi
tiruan dengan dukungan implan adalah tidak harus memerlukan gigi penyangga
seperti pada gigi tiruan jembatan, karena terdapat bagian implan yang menonjol di
atas jaringan mukosa digunakan untuk menghasilkan penjangkaran yang dapat
meningkatkan retensi dan stabilitas pada gigi tiruan di atasnya, sehingga tahan
terhadap kerusakan atau pergeseran gigi tiruan (Triharsa 2013).
Penggunakan gigi tiruan lepasan menjadi alternatif pilihan terakhir. Pada
penderita epilepsi jika menggunakan gigi tiruan lepasan potensi yang
dikhawatirkan pada saat serangan epilepsi gigi tiruan akan terlepas bahkan bisa
tertelan tanpa disadari karena neurik dan akson tidak terkontrol. Jika gigi tiruan
lepasan tidak dapat dihindari, disarankan penggunaan basis logam untuk gigi
tiruan penuh dan retensi teleskopik dengan gigi tiruan yang terbuat dari basis
logam atau diperkuat dengan logam untuk penderita edentulous sebagian (Gurbuz
2011).
27
termoplastik dikhawatirkan pada saat terjadinya serangan epilepsi gigi tiruan akan
patah dan bahkan bisa tertelan, lain halnya dengan mahkota teleskopik yang
didukung oleh gigi penyangga yang sudah dipreparasi dengan mahkota berlapis
logam sebagai retainernya sehingga gigi tiruan lepasan ini memiliki retensi yang
kuat dibandingkan dengan gigi tiruan lepasan konvensiaonal yang retainernya
berupa cengkram.
Selama kunjungan ke dokter gigi penting bagi dokter gigi untuk
menjelaskan kepada penderita epilesi menjaga kesehatan gigi mulut yang baik dan
gizi yang cukup untuk kesehatan fisik, tujuannya adalah untuk mengurangi dan
mencegah perkembangan penyakit gigi dan jaringan periodontal (Jacobsen dkk.
2008). Kemajuan teknologis diagnostik, farmakoterapi dan pemahaman proses
neurologis memungkinkan dokter gigi untuk memahami dan mengelola penderita
epilepsi lebih baik. Penderita epilepsi dapat aman diobati di praktek gigi umum
dan harus menerima perawatan fungsional dan estetis yang memadai (Gurbuz
2011).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pemilihan jenis gigi tiruan pada penderita epilepsi merupakan hal yang
penting agar tidak membahayakan penderita epilepsi saat terjadi serangan. Gigi
tiruan cekat dan gigi tiruan dengan dukungan implan merupakan pilihan utama,
sedangkan gigi tiruan lepasan merupakan alternatif pilihan terakhir.
B. Saran
1.
Dokter
gigi
dapat
memanfaatkan
kemajuan
teknologis
diagnostik,
Dokter gigi perlu memahami jenis jenis gigi tiruan yang dapat digunakan
untuk pasien epilepsi beserta keterbatasan - keterbatasannya.
3.
28
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Leonidrain 2010, January last update, Epilepsi dan manifestasi di rongga mulut [Homepage
of Blogspot], [Online]. Avaible: http://leonidrain.blogspot.com/2010/01/epilepsi-danmanifestasi-di-rongga.html [15 Mei 2013].
Mehmet, Y., Senem, O., Sulun, T., dan Humeyra, K. 2012, Management of epileptic patients
in dentistry, J SciRes, vol. 1, no. 3, hlm 47-52.
Misch, C.E. 2005, Dental implant prosthetics, Ed. Ke-2, Mosby, Philadelphia. Hlm. 1-31.
Nayyar, A.S. 2013, Gingival enlargement in epileptic patients on phenytoin therapy-an
overview of possible etiologies and studies, Oral Maxillofacial Pathology Journal,
vol. 4, no. 1, hlm. 326-333.
Pongsibidang. H., Wowor , V. N S., Supit, A. 2013, Alasan masyarakat kelurahan sario
tumpaan tidak menggunakan gigi tiruan, J FKG Univ. Sam Ratulangi Manado, vol.
1,no. 2, hlm. 1 7.
Rosenstiel, S.F., Land, M.F., dan Fujimoto, J. 2001, Contemporary fixed prosthodontics, Ed.
Ke- 3, Mosby Inc., United States Of America. hlm 1-7.
Rosenstiel, S.F., Land, M.F., dan Fujimoto, J. 2006, Contemporary fixed prosthodontics, Ed.
Ke- 4, Mosby Inc., United States Of America. hlm 774-803.
Sanjaya, A. 2012, February 10-last update, Etiologi pembesaran gingiva [Homepage of
Blogspot], [Online]. Avaible: http://arifhealthy.blogspot.com/2012_02_10_archive.html [ 10 Mei 2013].
Sutan, A. 2012, February 22-last update, Pasien epilepsi dan hiperplasia gingiva [Homepage
of Blogspot], [Online]. Avaible: http://chakraproject.blogspot.com/2012/02/file-06pasien-epilepsi-dan-hiperplasia.html [11 Mei 2013].
Taqwim, A. 2011, Juni 20-last update, Aplikasi valplast pada gigi tiruan sebagian lepasan
[Homepage of den to sca notes], [Online]. Available:
http://dentosca.wordpress.com/2011/06/20/aplikasi-valplast-pada-gigi-tiruansebagian-lepasan/ [12 Februari 2014].
Triharsa, S. 2013, April 7-last update, Perawatan saraf pada gigi {Homepage of Blogspot],
[Online]. Avaible: http://suryatriharsa.blogspot.com/2013/04/endodonti-implan.html
[16 maret 14].
Viyanti, H. 2011, Juli 11-last update, Hiperplasia akibat penggunaan gigi tiruan [Homepage
of
blogspot],
[Online].
Avaible:
http://vizweinpinxhazni.blogspot.com/2011/07/hiperplasia-akibat-penggunaangigi.html [6 Maret 2014].