Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 1


BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ................................................................................................. 2
2. Rumusan masalah ............................................................................................. 2
3. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II IKATAN KIMIA
A. Pengertian Ikatan Kimia .................................................................................. 3
B. Jenis-Jenis Ikatan Kimia .................................................................................. 4
BAB III PENYIMPANGAN ATURAN OKTET
A. Senyawa dengan oktet tak lengkap....................................................................... 8
B. Senyawa dengan elektron valensi ganjl ................................................................ 8
C. Senyawa dengan oktet berkembang ..................................................................... 8

BAB IV KEPOLARAN DAN KEELEKTRONEGATIFAN... 10


BAB V BENTUK MOLEKUL 12
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam ilmu kimia dibahas tentang ikatan kimia. Ikatan kimia merupakan ikatan yang
terjadi karena adanya gaya tarik antara partikel-artikel yang berikatan. Dengan adanya ikatan
kimia tersebut maka baik sifat kimia maupun sifat fisika dari senyawa, seperti dapat
menghantarkan listrik, kepolaran, kereaktifan, bentuk molekul, warna, sifat magnet titik didih
yang tinggi dapat dijelaskan melalui berbagai teori ikatan kimia tersebut. (Syarifuddin,
Nuraini.1994).
Salah satu teori ikatan kimia adalah Ikatan Molekul. Dengan adanya ikatan molekul
tersebut maka dapat dijelaskan sifat fisika maupun kimia dari suatu senyawa atau ion kompleks
yang terbentuk dari iakatan kimia, seperti perbedaan titik didih suatu senyawa dan kelarutan.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang mendasari dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana terjadinya ikatan antar molekul?
2. Bagaimana terjadi penyimpangan aturan octet
3. menjelaskan kepolaran ikatan dan keelktronegatifan
4. menjelaskan bentuk molekul
3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengkaji gambaran umum terjadinya ikatan antar molekul
2. Mengetahui penyimpangan aturan oktet
3. Mengetahui kepolaran ikatan dan keelktronegatifan serta bentuk molekul.

BAB II

2.1. IKATAN KIMIA


a. Pengertian Ikatan Kimia
Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul. Interaksi ini
selalu disertai dengan pelepasan energi. Adapun gaya-gaya yang menahan atom-atom dalam
molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan ikatan kimia. Ikatan kimia terbentuk karena
unsure-unsur cenderung membentuk struktur elektron stabil. Struktur elektron stbil yaitu struktur
elektron gas mulia ( Golongan VIII A ) Seperti dalam tabel 3.1 berikut.

Unsur

No Atom

He

Ne

10

Ar

18

Kr

36

18

Xe

54

18

18

Rn

86

18

32

18

Walter Kossel dan Gilbert Lewis pada tahun 1916 menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara stabilnya gas mulia dengan cara atom berikatan. Mereka mengemukakan bahwa jumlah
elektron terluar dari dua atom yang berikatan, akan berubah sedemikian rupa sehingga susunan
kedua elektron kedua atom tersebut sama dengan susunan gas mulia. Kecenderungan atom-atom
untuk memiliki struktur atau konfigurasi elektron gas mulia atau 8 elektron pada kulit terluar
disebut kaidah oktet
Contoh: Br

+ Br

Br Br

Atau

Br - Br

Sementara itu,atom-atom yang mempunyai nomor atom kecil dari hydrogen sampai dengan
boron cenderung memiliki konvegurasi elektron gas helium atau mengikuti kaidah Duplet.

Elektron yang berperan dalam reaksi kimia yaitu elektron pada kulit terluar atau elektron
valensi. Elektron valensi menunjukan kemampuan suatu atom untuk berikan dengan atom lain.
Contoh elektron valensi dari beberapa unsur dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.2 Elektron Valensi Beberapa Unsur

6C

Susunan
elektron
2. 4

Elektron
valensi
4

8O

2.6

12Mg

2.8.2

13Al

2.8.3

15P

2.8.5

17Cl

2.8.7

Unsur

Unsnr unsnr dari golongan alkali dan alkali tanah , untuk menyapai kestabilan cenderung
melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion positif . unsnr unsnr yang
mempunyai kecendrungan membentuk ion positif termasuk unsur elektro positif . unsnr unsur
dari golongan halogen dan khalkhogen mempunyai kecendrungan menangkap elektron untuk
mencapai kestabilan sehingga membentuk ion negative. Unsur - unsur yang demikian termasuk
unsurelektronnegative .

b. Jenis-Jenis Ikatan Kimia


Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab dalam gaya
interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik
atau poliatomik menjadi stabil. Secara umum, ikatan kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis,
yaitu:
1. Ikatan antar atom
a.

Ikatan ion = heteropolar


Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan ion-ion dalam suatu senyawa
ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia ini terdiri dari ka2tion dan juga anion. Kation
terbentuk dari unsur-unsur yang memiliki energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logamlogam alkali dan alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur yang
4

memiliki afinitas elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan halogen dan oksigen. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion sangat dipengaruhi oleh besarnya beda
keelektronegatifan dari atom-atom pembentuk senyawa tersebut. Semakin besar beda
keelektronegatifannya, maka ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik
tergolong ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat dari
perbedaan keelektronegatifan ion penyusunnya. Pembentukan ikatan ionik dilakukan dengan
cara transfer elektron. Dalam hal ini, kation terionisasi dan melepaskan sejumlah elektron hingga
mencapai jumlah oktet yang disyaratkan dalam aturan Lewis
Sifat-Sifat ikatan ionik adalah:
a.

Bersifat polar sehingga larut dalam pelarut polar

b. Memiliki titik leleh yang tinggi


c.

Baik larutan maupun lelehannya bersifat elektrolit

b. Ikatan kovalen = homopolar


Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang terbentuk dari pemakaian elektron bersama oleh
atom-atom pembentuk ikatan. Ikatan kovalen biasanya terbentuk dari unsur-unsur non logam.
Dalam ikatan kovalen, setiap elektron dalam pasangan tertarik ke dalam nukleus kedua atom.
Tarik menarik elektron inilah yang menyebabkan kedua atom terikat bersama.
Ikatan kovalen terjadi ketika masing-masing atom dalam ikatan tidak mampu memenuhi aturan
oktet, dengan pemakaian elektron bersama dalam ikatan kovalen, masing-masing atom
memenuhi jumlah oktetnya. Hal ini mendapat pengecualian untuk atom H yang menyesuaikan
diri dengan konfigurasi atom dari yang tidak terlibat dalam ikatan kovalen disebut elektron
bebas. Elektron bebas ini berpengaruh dalam menentukan bentuk dan geometri molekul.
Ada beberapa jenis ikatan kovalen yang semuanya bergantung pada jumlah pasangan elektron
yang terlibat dalam ikatan kovalen. Ikatan tunggal merupakan ikatan kovalen yang terbentuk 1
pasangan elektron. Ikatan rangkap 2 merupakan ikatan kovalen yang terbentuk dari dua pasangan
elektron, beitu juga dengan ikatan rangkap 3 yang terdiri dari 3 pasangan elektron. Ikatan
rangkap memiliki panjang ikatan yang lebih pendek daripada ikatan tunggal. Selain itu terdapat
juga bermacam-macam jenis ikatan kovalen lain seperti ikatan sigma, pi, delta, dan lain-lain.
Senyawa kovalen dapat dibagi mejadi senyawa kovalen polar dan non polar. Pada senyawa
kovalen polar, atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap
5

elektron pasangan persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan antara atomatom penyusunnya. Akibatnya terjadi pemisahan kutub positif dan negatif. Sementara itu pada
senyawa kovalen non-polar titik muatan negatif elekton persekutuan berhimpit karena beda
keelektronegatifan yang kecil atau tidak ada.
Gambar Ikatan Kovalen pada metana

c.

Ikatan kovalen koordinasi = semipolar


Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi apabila pasangan elektron
bersama yang dipakai oleh kedua atom disumbangkan oleh sala satu atom saja. Sementara itu
atom yang lain hanya berfungsi sebagai penerima elektron berpasangan saja.
Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat:

Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas

Atom yang lainnya memiliki orbital kosong

Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan ikatan ion, namun kedua ikatan ini
berbeda oleh karena beda keelektronegatifan yang kecil pada ikatan kovalen koordinat sehingga
menghasilkan ikatan yang cenderung mirip kovalen.

d. Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada ikatan logam ini elektron tidak
hanya menjadi miliki satu atau dua atom saja, melainkan menjadi milik dari semua atom yang
ada dalam ikatan logam tersebut. Elektron-elektron dapat terdelokalisasi sehingga dapat bergerak
bebas dalam awan elektron yang mengelilingi atom-atom logam. Akibat dari elektron yang dapat
bergerak bebas ini adalah sifat logam yang dapat menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan
logam ini hanya ditemui pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur logam semata

2. Ikatan Antara Molekul


a.

Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang mempunyai
keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama. Ikatan hidrogen merupakan
ikatan yang paling kuat dibandingkan dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan ini masih
lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan ion.
Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom N, O, dan F yang memiliki
pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul lain akan bereaksi dengan pasangan elektron
bebas ini membentuk suatu ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi. Kekuatan ikatan
hidrogen ini dipengaruhi oleh beda keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya. Semakin
besar perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang dibentuknya.
Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari senyawa tersebut. Semakin
besar perbedaan keelektronegatifannya maka akan semakin besar titik didih dari senyawa
tersebut. Namun, terdapat pengecualian untuk H2O yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap
molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling besar dibanding senyawa dengan ikatan hidrogen
lain, bahkan lebih tinggi dari HF yang memiliki beda keelektronegatifan terbesar.

b. Ikatan van der walls


Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis gaya tarik menarik antar
molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol
seketika. Ikatan ini merupakan jenis ikatan antar molekul yang terlemah, namun sering dijumpai
diantara semua zat kimia terutama gas. Pada saat tertentu, molekul-molekul dapat berada dalam
fase dipol seketika ketika salah satu muatan negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaa dipol
ini, molekul dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain menjadi
dipol. Gaya tarik menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya Van der Walls.

BAB III

2.1.Penyimpangan Aturan Oktet


Aturan oktet terbukti dapat digunakan untuk menggambarkan struktur molekul senyawa biner
sederhana secara mudah. Akan tetapi aturan ini mengalami kesulitan dalam meramalkan struktur
molekul senyawa-senyawa unsur transisi.
a. Senyawa dengan Oktet tak Lengkap
Senyawa kovalen biner sederhana dengan elektron valensi kurang dari empat tidak memiliki
oktet sempurna. Unsur dengan elektron valensi kurang dari empat dapat dicontohkan oleh
beriium (Be), aluminium (Al) dan boron (B) sedangkan contoh senyawaya adalah BeCl2, BCl3
dan AlBr3.
b. Senyawa dengan Elektron Valensi Ganjil
Senyawa dengan elektron valensi ganjil tidak mungkin memenuhi aturan oktet. Hal ini
berarti terdapat elektron yang tidak berpasangan sehingga terdapat atom yang menyimpang dari
aturan oktet. Contoh senyawa ini NO2.
c. Senyawa dengan Oktet Berkembang
Unsur-unsur yang terletak pada periode ketiga atau lebih dengan elektron valensi lebih dari
delapan dapat membentuk senyawa dengan aturan oktet yang terlampaui. Hal ini disebabkan
karena kulit terluar unsur tersebut (kulit M, N dan seterusnya) dapat menampung 18 elektron
atau lebih. Contoh senyawa ini adalah PCl4, SF6, CIF3, IF7 dan SbCl4.
Pada atom yang memiliki elektron terluarnya ganjil, dapat terjadi penyimpangan dari aturan
oktet, yaitu setelah berikatan jumlah elektron terluarnya tidak 8 tetapi setabil. Jika jumlah
elektron terluarnya masih kurang dari 8, maka disebut oktet tak lengkap. Jika jumlah elektron
terluarnya menjadi lebih dari 8, maka disebut oktet berkembang.
8

Contoh oktet tak lengkap:

Contoh oktet berkembang:

BAB IV
2.2.Kepolaran Ikatan dan Keelektronegatifan
a. Kepolaran
dalam ikatan kimia adalah suatu keadaan dimana distribusi penyebaran elektron tidak merata
atau elektron lebih cenderung terikat pada salah satu atom. Bagaimana kita dapat menyatakan
senyawa bersifat kovalen murni (non polar)atau kovalen polar. Kepolaran erat kaitannya dengan
keelektronegatifan dan bentuk molekul. Dalam hal kepolaran suatu senyawa tergantung dari
harga momen dipolnya. Momendipol sendiri adalah selisih harga kelektronegatifan antara atom
yang berikatan Ada beberapa yang mengusulkan tentang nilai keelektronegatifan tiap unsur tapi
yang akan kita gunakan sementara ini adalah data keelektronegatifan yang diusulkan oleh
pauling. Seperti tabel di bawah:

10

Table 3. harga keelektronegatifan yang di rumuskan oleh Pauli

Jenis ikatan dapat ditentukan dari selisih keelektronegatifan atom-atom yang berikatan. Jika
selisihnya lebih dari 2, maka ikatannya bersifat ionik. Jika selisihnya antara 0,5 dan 2, maka
ikatannya bersifat kovalen polar. Jika selisihnya kurang dari 0,5, maka ikatannya bersifat
kovalen nonpolar. Sebetulnya tidak ada ikatan yang murni ikatan ion. Umumnya ikatan ion juga
memiliki sedikit sifat ikatan kovalen. Begitupun sebaliknya.

11

BAB V

2.3. Bentuk Molekul

Dalam bentuk molekul dikenal adanya teori ikatan valensi. Teori ini menyatakan bahwa ikatan
antar atom terjadi dengan cara saling bertindihan dari orbital-orbital atom. Elektron dalam orbital
yang tumpang tindih harus mempunyai bilangan kuantum spin yang berlawanan.
Pertindihan antara dua sub kulit s tidak kuat, oleh karena distribusi muatan yang berbentuk bola,
oleh sebab itu pada umumnya ikatan s s relatif lemah.
Sub kulit p dapat bertindih dengan sub kulit s atau sub kulit p lainnya, ikatannya relatif
lebih kuat, hal ini dikarenakan sub kulit p terkonsentrasi pada arah tertentu.
Contoh:
a.

Molekul HF:

- konfigurasi atom H : 1s1

- konfigurasi atom F: 1s2 2s2 2Px2 2py2 2pz1


Tumpang tindih terjadi antara sub kulit 1s dari atom H dengan orbital 2pz dari aton, F.
Pertindihan demikian disebut pertindihan sp.
b.

Molekul H2O:

- konfigurasi atom H : 1s1

- konfigurasi atom O: 1s2 2s2 2Px2 2py1 2pz1


Dalam atom O terdapat 2 elektron dalam keadaan yang tidak berpasangan (orbital 2py dan 2pz),
12

masing-masing orbital ini akan bertindihan dengan orbital 1s dari 2 atom H. Kedudukan orbitalorbital p saling tegak lurus, diharapkan sudut ikatannya sebesar 90o, tetapi karena adanya
pengaruh pasangan elektron 2px, maka kedua ikatan tersebut akan tertolak dan membentuk
sebesar 104.5o.
c.

Molekul CH4

- konfigurasi atom H: 1s1

- konfigurasi atom C: 1s2 2s2 2Px1 2py1 2pz0


Untuk mengikat 4 atom H menjadi CH4, maka 1 elektron dari orbital 2s akan dipromosikan ke
orbital 2pz, sehingga konfigurasi elektron atom C menjadi: 1s1 2s1 2px1 2py1 2pz1 . Orbital 2s
mempunyai bentuk yang berbeda dengan ketiga orbital 2p, akan tetapi ternyata kedudukan
keempat ikatan C-H dalam CH4 adalah sama. Hal ini terjadi karena pada saat orbital 2s, 2px, 2py
dan 2pz menerima 4 elektron dari 4 atom H, keempat orbital ini berubah bentuknya sedemikian
sehingga mempunyai kedudukan yang sama. Peristiwa ini disebut hibridisasi. Karena
perubahan yang terjadi adalah 1 orbital 2s dan 3 orbital 2p, maka disebut hibridisasi sp3. Bentuk
molekul dari ikatan hibrida sp3 adalah tetrahedron.
BEBERAPA BENTUK GEOMETRI IKATAN, ANTARA LAIN :
Jenis ikatan

Jumlah ikatan maksimum

Bentuk geometrik

sp

Linier

sp2

Segitiga datar

sp3

Tetrahedron

dsp3

Trigonal bipiramid

sp2d ; dsp2

Segiempat datar

d2sp3 ; sp3d2

Oktahedron

13

1. Teori Domain Elektron


Bentuk molekul tergantung pada susunan ruang pasangan elektron ikatan (PEI
dan pasangan elektron bebas (PEB) atom pusat dalam molekul. Dapat dijelaskan
dengan teori tolakan pasangan elektron kulit valensi atau teori VSEPR (Valence
Shell Electron Pair Repultion)
Molekul kovalen terdapat pasangan-pasangan elektron baik PEI maupun PEB.
Karena pasangan-pasangan elektron mempunyai muatan sejenis, maka tolakmenolak antarpasangan elektron. Tolakan (PEB PEB) > tolakan (PEB PEI) >
tolakan (PEI PEI)
Adanya gaya tolak-menolak menyebabkan atom-atom yang berikatan
membentuk struktur ruang yang tertentu dari suatu molekul dengan demikian
bentuk molekul dipengaruhi oleh banyaknya PEI maupun PEB yang dimiliki pada
atom pusat.
Bentuk molekul ditentukan oleh pasangan elektron ikatannya
Contoh molekul CH4 memiliki 4 PEI

2. Merumuskan Tipe Molekul


1) Atom pusat dilambangkan dengan A
2) Domain elektron ikatan dilambangkan dengan X
3) Domain elektron bebas dinyatakan dengan E
Tabel tipe molekul
Jumlah

Jumlah Pasangan

Rumus

Pasangan

Elektron Bebas (E) (AXnEm)

Bentuk Molekul

Contoh

Elektron Ikatan
(X)

14

AX2

Linear

CO2

AX3

Trigonal planar

BCl3

AX2E

Bengkok

SO2

AX4

Tetrahedron

CH4

AX3E

Piramida trigonal

NH3

AX2E2

Planar bentuk V

H2O

AX5

Bipiramida trigonal

PCl5

AX4E

Bipiramida trigonal

SF4

AX3E2

Planar bentuk T

IF3

AX2E3

Linear

XeF2

AX6

Oktahedron

SF6

AX5E

Piramida sisiempat

IF5

AX4E2

Sisiempat datar

XeF4

Dengan menggunakan teori VSEPR maka kita dapat meramalkan bentuk geometri suatu
molekul. Dalam artikel ini maka akan di contohkan menentukan bentuk geometri molekul
XeF2, XeF4, dan XeF6. Diantara molekul-molekul tersebut ada yang memiliki pasangan
elektron bebas dan ada yang tidak, jadi molekul-molekul tersebut adalah contoh yang bagus
untuk lebih memahami teori VSEPR.
Pertama kita harus mementukan struktur lewis masing-masing molekul. Xe memiliki jumlah
elektron valensi 8 sedangkan F elektron valensinya adalah 7.(lihat gambar dibawah)

15

Struktur Lewis XeF2 seperti gambar sebelah kiri, dua elektron Xe masing-masing diapakai
untuk berikatan secara kovalen dengan 2 atom F sehingga meninggalkan 3 pasangan elektron
bebas pada atom pusat Xe. Hal yang sama terjadi pada molekul XeF4 dimana 4 elektron Xe
dipakai untuk berikatan dengan 4 elektron dari 4 atom F, sehingga meninggalkan 2 pasangan
elektron bebas pada atom pusat Xe.

Lihat gambar diatas XeF2 memiliki 2 pasangan elekktron terikat (PET) dan 3 pasangan
elektron bebas (PEB) jadi total ada 5 pasangan elektron yang terdapat pada XeF2, hal ini
menandakan bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF2 adalah trigonal
bipiramid. Karena terdapat 3 PEB maka PEB ini masing masing akan menempati posisi
ekuatorial pada kerangka trigonal bipiramid, sedangkan PET akan menempati posisi aksial yaitu
pada bagian atas dan bawah. Posisi inilah posisi yang stabil apabila terdapat atom dengan 2 PET
dan 3 PEB sehingga menghasilkan bentuk molekul linear. Jadi bentul molekul XeF2 adalah
linier.(lihat gambar dibawah).

16

Lihat gambar strutur lewis XeF4 memiliki 4 pasangan elekktron terikat (PET) dan 2 pasangan
elektron bebas (PEB) jadi total ada 6 pasangan elektron yang terdapat pada XeF4, hal ini
menandakan bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF4 adalah oktahedral.
Karena terdapat 2 PEB maka PEB ini masing masing akan menempati posisi aksial pada
kerangka oktahedral, sedangkan PET akan menempati posisi ekuatorial. Posisi inilah posisi
yang stabil apabila terdapat atom dengan 4 PET dan 2 PEB sehingga menghasilkan bentuk
molekul yang disebut segiempat planar. Jadi bentul molekul XeF2 adalah segiempat
planar.(lihat gambar
dibawah).

Bentuk molekul akan sama dengan susunan ruang elektron yang ada pada atom pusat jika tidak
pasangan elektron bebas.
Perhatikan gambar berbagai bentuk molekul berikut ini

X : atom pusat
E : pasangan elektron bebas

17

BAB VI
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Ikatan Kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul.Terjadi melalui
ikatan ion,iktan kovalen dan ikatan lainnya seperti ikatan hidrogen,logam,dan sebagainya. Dalam
bentuk molekul dikenal adanya teori ikatan valensi. Postulat dasar dari teori ini adalah bahwa
bila 2 atom membentuk ikatan kovalen, orbital paling luar salah satu atom mengadakan tumpang
tindih dengan orbital paling luar atom yang lain, dan pasangan elektron yang dimiliki bersama
berada di daerah di mana terjadi tumpang tindih tersebut. Dengan adanya ikatan valensi tersebut
maka dapat dijelaskan sifat fisika maupun kimia dari suatu senyawa atau ion kompleks yang
terbentuk dari ikatan valensi tersebut.

B.SARAN
Makalah ini masih banyak kekurangannya,baik segi penulisan dan isi makalah.Oleh
sebab itu penulis harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

18

DAFTAR PUSTAKA

http://coretansowel.blogspot.com/2013/02/ikatan-kimia.html
http://herisuheri90.blogspot.com/2012/12/makalah-kimia-ikatan-kimia.html
http://apajaboleh2aja.blogspot.com/2012/03/makalah-tentang-bentuk-bentuk-molekul.html
http://kimia485.blogspot.com/2012/01/ikatan-kimia-bentuk-molekul.html
http://genuardis.net/penyimpangan/penyimpangan-aturan-oktet-pcl5-penyimpangan-aturanoktet-dalam-ikatan.htm
http://romdhoni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads

19

MAKALAH
IKATAN KIMIA 2

Nur Ainur Rafiq


Dimas alif
Ulifah siahaan
Roby suhendra
M.fahmi risky
Alvian Yana P.

: 35112440
: 32112114
: 37112521
: 38112187
: 34112925
: 38112120

Universitas Gunadarma
2013

20

Anda mungkin juga menyukai