Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa yang menyenangkan,
namun juga merupakan masa yang kritis dan
sulit, karena merupakan masa transisi atau masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, yang ditandai dengan adanya
perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial
(Dariyo, 2004). Berkaitan dengan pertumbuhan
fisik tersebut, bentuk tubuh yang ideal dan wajah
yang menarik merupakan hal yang diidamidamkan hampir oleh semua orang, apalagi bagi
banyak remaja yang mulai mengembangkan
konsep diri dan juga hubungan heteroseksual.
Untuk itu kecenderungan menjadi gemuk atau
obesitas, dapat mengganggu sebagian anak
pada masa puber dan menjadi sumber
keprihatinan selama tahun-tahun awal masa
remaja (Hurlock, 1980).
Menurut Mayer (dalam Effendi, 1992)
obesitas merupakan keadaan patologis karena
terjadi penimbunan lemak yang berlebihan
daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Dampak buruk obesitas terhadap kesehatan,
sangat berhubungan dengan berbagai macam
penyakit yang serius, seperti tekanan darah
tinggi, jantung, diabetes melitus, dan penyakit
pernafasan. Dampak lain yang sering diabaikan
adalah bahwa obesitas dapat mempengaruhi
faktor kejiwaan pada anak, yakni sering merasa
kurang percaya diri. Apalagi kalau anak berada
pada masa remaja dan mengalami obesitas,
biasanya akan menjadi pasif dan depresi, karena
sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang
dilakukan
oleh
teman
sebayanya
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/3/7/c
e2.html,).
Menurut Papalia, Olds, Feldman dan
Rice (dalam Dariyo, 2004) ada tiga faktor
penyebab obesitas yaitu faktor fisiologis, faktor
psikologis dan faktor kecelakaan. Faktor
fisiologis adalah faktor yang berasal dari
berbagai variabel baik yang bersifat herediter
maupun yang bersifat non herediter. Dilihat dari
faktor-faktor yang menyebabkan obesitas, dari
faktor-faktor tersebut salah satunya berhubungan
dengan pola makan atau jenis makanan yang
dikonsumsi
dan
jenis
kegiatan
yang
dilakukannya. Ini berarti, jika individu dapat
mengatur pola makan dan jenis makanan yang
dikonsumsinya serta jenis kegiatan yang
dilakukannya,
maka
dirinya
dapat
menanggulangi obesitas atau paling tidak
mengurangi dampak negatifnya. Semua ini tidak
lepas dari pengaturan pada diri individu untuk
mengendalikan dirinya sendiri atau yang sering
disebut dengan self regulated behavior.
Secara umum self regulated adalah
tugas seseorang untuk mengubah responrespon, seperti mengendalikan impuls perilaku
(dorongan
perilaku),
menahan
hasrat,
mengontrol pikiran dan mengubah emosi
(Kowalski, 2000). Komponen-komponen yang
berkaitan dengan self regulated adalah self
monitoring/self observation, self evaluation, dan
self reaction/self reinforcement. Hal lain yang
juga berkaitan dengan self regulated diantaranya
adalah self efficacy, moral conduct, dan delay of
gratification.
Dari uraian di atas, peneliti berasumsi
bahwa self regulated behavior dapat dikaitkan
B51
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Dalam Obesitas
Obesitas
Pengertian obesitas
Menurut Mayer (dalam Effendi, 1992) obesitas
merupakan
keadaan
patologis
dengan
terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Papalia dkk (2002) berpendapat obesitas adalah
Tabel 1.
Indeks Massa Tubuh Menurut World Health Organization (WHO)
Kategori
IMT (kg/m2)
Resiko Penyakit
Penyerta
< 18,5
Rendah
Underweight
Normal
18,5 24,9
Rata-rata
25,0 29,9
Meningkat
Overweight
Obesitas I
30,0 34,4
Sedang
Obesitas II
35,0 39,9
Parah
Obesitas III
40,0
Sangat Parah
Sumber: Mangoenprasodjo (2005)
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Obesitas
Menurut Papalia, Olds, Feldman, dan Rice
(dalam Dariyo, 2004) faktor penyebab obesitas
yakni :
a. Faktorfaktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis dapat bersifat
herediter maupun non herediter. Variabel yang
bersifat herediter (internal faktor) merupakan
variabel yang berasal dari faktor keturunan.
Sedangkan variabel non herediter (eksternal
faktor) yakni faktor yang berasal dari luar
individu, seperti jenis makanan yang dikonsumsi
dan taraf kegiatan yang dilakukan individu.
b. Faktor-faktor Psikologis
Sebab-sebab
psikologis
terjadinya
kegemukan, ialah bagaimana gambaran kondisi
emosional yang tidak stabil (unstabil emotional)
yang menyebabkan individu cenderung untuk
melakukan
pelarian
diri
(self-mechanism
defence) dengan cara banyak makan-makanan
yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi.
Kondisi emosi ini biasanya bersifat ekstrim,
artinya menimbulkan gejolak emosional yang
sangat dahsyat dan traumatis.
c. Faktor Kecelakaan atau Cidera Otak
Salah
satu
penyebab
terjadinya
kegemukan adalah karena faktor kecelakaan
B52
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
membuat
seseorang
dapat
bertindak
bertentangan dengan prinsip-prinsip moral yang
dimiliki tanpa menimbulkan perasaan bersalah.
Karena itu diperlukan adanya self regulated
untuk mengarahkannya. Mekanisme tersebut
dinyatakan oleh Bandura dalam beberapa hal
salah satunya adalah moral justification atau
justifikasi moral, yaitu perilaku yang memiliki
tujuan yang lebih tinggi sehingga dapat
dibenarkan. Contohnya disini seperti Saya
mencuri untuk menghidupi keluarga saya.
Dengan mekanisme ini penderita obesitas juga
sangat mungkin dapat melakukan hal yang
sama. Individu tersebut akan dapat mengatakan
bahwa dirinya tidak melakukan kendali terhadap
pola makannya karena khawatir akan membuat
mereka
sakit,
dikarenakan
kurangnya
mengkonsumsi makanan.
c. Delay of Gratification atau Penundaan
Kepuasan
Delay of gratification adalah suatu
proses penundaan kepuasan sesaat, ini juga
merupakan aspek dari self regulated behaviour
yang dipertimbangkan oleh Mischel (dalam
Hergenhann,
1984).
Kemampuan
untuk
menunda kepuasan sesaat berkaitan dengan
beberapa faktor, seperti keyakinan seseorang
bahwa tujuan dimasa mendatang akan lebih
baik, pengalaman lampau seseorang dalam
menunda kepuasan sesaat, nilai dari tujuan
dimasa datang, dan keyakinan seseorang bahwa
dirinya dapat meningkatkan preceived self
efficacy. Delay of gratification pada remaja putri
yang mengalami obesitas sangat mungkin
berkaitan dengan pegendalian impuls/dorongan
perilakunya terhadap makan yang berlebihan
serta menahan hasrat terhadap jenis makanan
tertentu, juga mengatur jenis kegiatan yang akan
dilakukan.
Faktor-faktor yang
Regulated Behavior
Mempengaruhi
Self
B53
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
B55
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
c). Self-Reaction
Self reaction merupakan faktor ketiga
dan terakhir dalam self regulated. Seseorang
akan merespon secara positif atau negatif
terhadap perilakunya tergantung bagaimana
perilaku tersebut mengukur standar personal.
Yaitu, jika seseorang menciptakan insentif
terhadap tindakan/aksinya sendiri melalui
penguatan diri (self reinforcement) atau
menghukum diri sendiri (self punishment).
Self reinforcement tidak berpijak pada
kenyataan bahwa hal tersebut secara langsung
diikuti dengan sebuah respon, akan tetapi, hal
tersebut lebih banyak berpijak pada kemampuan
kognitif sebagai mediasi konsekuensi dari
perilaku.
2). Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi
ketiga subjek pada umumnya dari lingkungan
keluarganya. Umumnya keluarga dari ketiga
subjek tersebut sama-sama tidak melakukan
pengontrolan makan pada diri subjek. Bahkan
keluarga sama-sama tidak mempermasalahkan
dengan permasalahan berat badan subjek. Pada
subjek kedua dan ketiga orangtua sama-sama
memberikan vitamin dan gizi berlebihan pada
subjek. Pada subjek pertama dan ketiga, selain
faktor keluarga, ada juga faktor dari teman-teman
subjek. Penilaian lingkungan dirasa besar oleh
ketiga subjek, karena subjek ingin dipandang
baik oleh lingkungan, dan penilaian yang positif
dapat membuat subjek menjadi lebih baik.
Ini sesuai konsep yang diungkapkan oleh
Feist & Feist (2002) bahwa faktor eksternal
mempengaruhi self regulated setidaknya dalam
dua cara yaitu:
a). self regulated menghadirkan standar evaluasi
untuk orang terhadap perilaku mereka sendiri.
Standar di sini tidak hanya berdiri dari
faktor internal. Faktor lingkungan, berinteraksi
dengan pengaruh personal, membentuk standar
individu untuk evaluasi. Melalaui pemahaman,
orang mempelajarinya dari orang lain. Dengan
mengobservasi orang lain, orang akan menyusun
banyak sekali standar untuk mengevaluasi
penampilan diri. Dalam setiap contoh disini,
faktor personal mempengaruhi standar yang
akan dipelajari oleh orang, tetapi faktor
lingkungan juga berperan penting di sini.
b). Faktor eksternal membantu self regulated
dengan
menghadirkan
penggunaan
dari
penguatan.
Penghargaan intrinsik tidak selalu cukup,
orang juga membutuhkan insentif yang berasal
dari faktor eksternal. Insentif ini digunakan untuk
melengkapi proyek yang panjang, biasanya
datang dari lingkungan dan sering kali
mengambil penghargaan kecil tergantung pada
Self Regulated Behaviour Pada
Wulandari
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Untuk subjek
a). Subjek diharapkan melakukan penimbangan
berat badan secara rutin, agar dapat
mengetahui perkembangan naik-turunnya
berat badan.
b). Diharapkan untuk mengatur pola makan dan
untuk ketiga subjek menambah kegiatan
yang memacu keluarnya keringat, seperti
memperbanyak kegiatan olah raga.
c).
Subjek
diharapkan
untuk
belajar
mengevaluasi diri dan mencari jalan keluar
serta belajar untuk tidak menyalahkan orang
lain pada setiap permasalahan, karena
B57
B58
Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559