Anda di halaman 1dari 8

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)

Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007

Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559

SELF REGULATED BEHAVIOR


PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI OBESITAS
Tri Wulandari1
Anita Zulkaida2
Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
1
three_wulandari@yahoo.co.id
2
zulkaida03@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai self regulated behavior pada remaja putri
yang mengalami obesitas, dan faktor yang mempengaruhi self regulated behavior pada subjek yang
mengalami obesitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah
remaja putri yang berusia antara 18 sampai 22 tahun yang berjumlah 3 orang dan mengalami obesitas.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara terpimpin dan observasi partisipan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketiga subjek dalam penelitian ini memiliki self regulated behavior
yang cenderung kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari ketiga komponen yang berkaitan dengan self
regulatednya yaitu self monitoring/self observation, self evaluation/judgemental process, dan self
reaction/self reinforcemen. Secara umum subjek tidak dapat menghadirkan aksi/tindakan yang
menunjang dalam proses self regulated behaviornya. Self regulated behavior ketiga subjek juga
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Kata kunci : Self regulated behavior, obesitas, dan remaja putri.

PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa yang menyenangkan,
namun juga merupakan masa yang kritis dan
sulit, karena merupakan masa transisi atau masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, yang ditandai dengan adanya
perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial
(Dariyo, 2004). Berkaitan dengan pertumbuhan
fisik tersebut, bentuk tubuh yang ideal dan wajah
yang menarik merupakan hal yang diidamidamkan hampir oleh semua orang, apalagi bagi
banyak remaja yang mulai mengembangkan
konsep diri dan juga hubungan heteroseksual.
Untuk itu kecenderungan menjadi gemuk atau
obesitas, dapat mengganggu sebagian anak
pada masa puber dan menjadi sumber
keprihatinan selama tahun-tahun awal masa
remaja (Hurlock, 1980).
Menurut Mayer (dalam Effendi, 1992)
obesitas merupakan keadaan patologis karena
terjadi penimbunan lemak yang berlebihan
daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Dampak buruk obesitas terhadap kesehatan,
sangat berhubungan dengan berbagai macam
penyakit yang serius, seperti tekanan darah
tinggi, jantung, diabetes melitus, dan penyakit
pernafasan. Dampak lain yang sering diabaikan
adalah bahwa obesitas dapat mempengaruhi
faktor kejiwaan pada anak, yakni sering merasa
kurang percaya diri. Apalagi kalau anak berada
pada masa remaja dan mengalami obesitas,
biasanya akan menjadi pasif dan depresi, karena
sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang
dilakukan
oleh
teman
sebayanya

Self Regulated Behaviour Pada


Wulandari

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/3/7/c
e2.html,).
Menurut Papalia, Olds, Feldman dan
Rice (dalam Dariyo, 2004) ada tiga faktor
penyebab obesitas yaitu faktor fisiologis, faktor
psikologis dan faktor kecelakaan. Faktor
fisiologis adalah faktor yang berasal dari
berbagai variabel baik yang bersifat herediter
maupun yang bersifat non herediter. Dilihat dari
faktor-faktor yang menyebabkan obesitas, dari
faktor-faktor tersebut salah satunya berhubungan
dengan pola makan atau jenis makanan yang
dikonsumsi
dan
jenis
kegiatan
yang
dilakukannya. Ini berarti, jika individu dapat
mengatur pola makan dan jenis makanan yang
dikonsumsinya serta jenis kegiatan yang
dilakukannya,
maka
dirinya
dapat
menanggulangi obesitas atau paling tidak
mengurangi dampak negatifnya. Semua ini tidak
lepas dari pengaturan pada diri individu untuk
mengendalikan dirinya sendiri atau yang sering
disebut dengan self regulated behavior.
Secara umum self regulated adalah
tugas seseorang untuk mengubah responrespon, seperti mengendalikan impuls perilaku
(dorongan
perilaku),
menahan
hasrat,
mengontrol pikiran dan mengubah emosi
(Kowalski, 2000). Komponen-komponen yang
berkaitan dengan self regulated adalah self
monitoring/self observation, self evaluation, dan
self reaction/self reinforcement. Hal lain yang
juga berkaitan dengan self regulated diantaranya
adalah self efficacy, moral conduct, dan delay of
gratification.
Dari uraian di atas, peneliti berasumsi
bahwa self regulated behavior dapat dikaitkan

B51

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)


Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007

dengan masalah obesitas. Oleh karena itu


peneliti tertarik untuk menggali konsep tersebut
dengan lebih mendalam mengenai self regulated
behavior pada remaja putri yang mengalami
obesitas.

Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559

kondisi kelebihan berat badan yang didefinisikan


sebagai ukuran lipatan kulit yang melebihi 85%.
Sedangkan menurut Dariyo (2004) yang
dimaksud dengan kegemukkan (obesitas) adalah
kelebihan berat badan dari ukuran normal yang
sebenarnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Dalam Obesitas
Obesitas
Pengertian obesitas
Menurut Mayer (dalam Effendi, 1992) obesitas
merupakan
keadaan
patologis
dengan
terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Papalia dkk (2002) berpendapat obesitas adalah

Menurut klasifikasi World Health Organization


(WHO)
(dalam
Mangoenprasodjo,
2005),
pengklasifikasian obesitas dilakukan dengan
cara :
Berat badan (dalam kg)
( Tinggi badan (m) )2

Tabel 1.
Indeks Massa Tubuh Menurut World Health Organization (WHO)
Kategori
IMT (kg/m2)
Resiko Penyakit
Penyerta
< 18,5
Rendah
Underweight
Normal
18,5 24,9
Rata-rata
25,0 29,9
Meningkat
Overweight
Obesitas I
30,0 34,4
Sedang
Obesitas II
35,0 39,9
Parah
Obesitas III
40,0
Sangat Parah
Sumber: Mangoenprasodjo (2005)
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Obesitas
Menurut Papalia, Olds, Feldman, dan Rice
(dalam Dariyo, 2004) faktor penyebab obesitas
yakni :
a. Faktorfaktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis dapat bersifat
herediter maupun non herediter. Variabel yang
bersifat herediter (internal faktor) merupakan
variabel yang berasal dari faktor keturunan.
Sedangkan variabel non herediter (eksternal
faktor) yakni faktor yang berasal dari luar
individu, seperti jenis makanan yang dikonsumsi
dan taraf kegiatan yang dilakukan individu.
b. Faktor-faktor Psikologis
Sebab-sebab
psikologis
terjadinya
kegemukan, ialah bagaimana gambaran kondisi
emosional yang tidak stabil (unstabil emotional)
yang menyebabkan individu cenderung untuk
melakukan
pelarian
diri
(self-mechanism
defence) dengan cara banyak makan-makanan
yang mengandung kalori atau kolesterol tinggi.
Kondisi emosi ini biasanya bersifat ekstrim,
artinya menimbulkan gejolak emosional yang
sangat dahsyat dan traumatis.
c. Faktor Kecelakaan atau Cidera Otak
Salah
satu
penyebab
terjadinya
kegemukan adalah karena faktor kecelakaan
B52

yang menimbulkan kerusakan otak terutama


pada pusat rasa lapar. Kerusakan syaraf otak ini
menyebabkan individu tidak pernah merasa
kenyang, walaupun telah makan makanan yang
banyak, dan akibatnya badan individu menjadi
gemuk.
Self Regulated Behavior
Pengertian Self Regulated Behavior
Hergenhann (1984) berpendapat, self regulated
behavior
adalah
proses
mengatur
dan
mengendalikan perilaku manusia. Sedangkan
menurut Kowalski (2000), self regulated diartikan
sebagai tugas seseorang untuk mengubah
respon-respon, seperti mengendalikan impulsimpuls perilaku, menahan hasrat, mengontrol
pikiran, dan mengubah emosi. Watson (1989)
berpendapat, self regulated adalah instruksi diri
untuk mengadakan perubahan pada perilaku
seseorang.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa self regulated behavior
merupakan proses pengaturan diri seseorang
dalam mengendalikan perilaku, menahan hasrat,
mengontrol pikiran, dan mengubah emosi.
Self Regulated Behaviour Pada
Wulandari

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)


Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007

Komponen Self Regulated Behavior


Dimatteo (1991) menentukan tiga syarat utama
dari self regulated yang hampir sama dengan
teori faktor internal yang dikemukakan oleh
Bandura yaitu:
a. self monitoring atau self observation
Yang melibatkan dengan sengaja dan
secara hati-hati menyertai terhadap detil-detil
yang tepat atas perilaku seseorang. Kemudian
dapat menganalisa pola-pola perilakunya sendiri,
seperti mood yang memicu makan berlebihan.
Peluang yang besar dapat terungkap yang akan
membantu dalam perubahan perilaku.
b. self evaluation.
Perilaku-perilaku yang dinilai melalui self
monitoring dibandingkan dan dihadapkan kriteria
yang spesifik atau ideal. Contohnya, seseorang
membandingkan persentase dari kalori harian
yang diperoleh dari lemak dengan takaran ideal
20%. Terkadang, sedikit banyak terungkap oleh
seseorang melalui self monitoring dan self
evaluation bahwa perilaku tersebut dimodifikasi
tanpa intervensi yang lebih jauh.
c. self reinforcement.
Penghargaan diri atau penguatan pada
dirinya sendiri untuk menyesuaikan perilaku atau
mendekati tujuan. Contohnya, setengah jam
beroleh raga dapat secara reguler diberi hadiah
dengan 10 menit di dalam ruang uap (sauna)
klub.
Selain komponen-komponen yang telah
disebutkan diatas, Hergenhann (1984) juga
mengemukakan
tiga
komponen
yang
mempengaruhi dalam perilaku pengaturan diri
(self regulated behavior) diantaranya adalah:
a. Self Efficacy
Self efficacy berhubungan dengan
penilaian bagaimana seseorang menyadari
kemampuan mereka untuk melakukan suatu
perilaku/tindakan yang berhubungan dengan
suatu tugas (Hjelle & Ziegler, 1992). Dengan
begitu, menurut Hergenhann (1984) seseorang
yang memiliki preceived self efficacy yang tinggi
akan terus mencoba, memperoleh lebih banyak,
dan bertahan lebih lama teradap suatu tugas
dibandingkan dengan mereka yang memiliki self
efficacy dalam tingkat yang lebih rendah. Hal ini
menggambarkan mampu atau tidaknya individu
untuk melakukan sesuatu seperti yang
diinginkannya.
b. Peraturan Moral (Moral Conduct)
Menurut
Bandura
(dalam
Hergenhann,1984) moral conduct adalah prinsipprinsip standar dari apa yang baik maupun yang
buruk melalui proses internalisasi. Terdapat
sejumlah mekanisme kognitif yang dapat

Self Regulated Behaviour Pada


Wulandari

Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559

membuat
seseorang
dapat
bertindak
bertentangan dengan prinsip-prinsip moral yang
dimiliki tanpa menimbulkan perasaan bersalah.
Karena itu diperlukan adanya self regulated
untuk mengarahkannya. Mekanisme tersebut
dinyatakan oleh Bandura dalam beberapa hal
salah satunya adalah moral justification atau
justifikasi moral, yaitu perilaku yang memiliki
tujuan yang lebih tinggi sehingga dapat
dibenarkan. Contohnya disini seperti Saya
mencuri untuk menghidupi keluarga saya.
Dengan mekanisme ini penderita obesitas juga
sangat mungkin dapat melakukan hal yang
sama. Individu tersebut akan dapat mengatakan
bahwa dirinya tidak melakukan kendali terhadap
pola makannya karena khawatir akan membuat
mereka
sakit,
dikarenakan
kurangnya
mengkonsumsi makanan.
c. Delay of Gratification atau Penundaan
Kepuasan
Delay of gratification adalah suatu
proses penundaan kepuasan sesaat, ini juga
merupakan aspek dari self regulated behaviour
yang dipertimbangkan oleh Mischel (dalam
Hergenhann,
1984).
Kemampuan
untuk
menunda kepuasan sesaat berkaitan dengan
beberapa faktor, seperti keyakinan seseorang
bahwa tujuan dimasa mendatang akan lebih
baik, pengalaman lampau seseorang dalam
menunda kepuasan sesaat, nilai dari tujuan
dimasa datang, dan keyakinan seseorang bahwa
dirinya dapat meningkatkan preceived self
efficacy. Delay of gratification pada remaja putri
yang mengalami obesitas sangat mungkin
berkaitan dengan pegendalian impuls/dorongan
perilakunya terhadap makan yang berlebihan
serta menahan hasrat terhadap jenis makanan
tertentu, juga mengatur jenis kegiatan yang akan
dilakukan.
Faktor-faktor yang
Regulated Behavior

Mempengaruhi

Self

Ada dua faktor yang mempengaruhi Self


Regulated Behavior yaitu:
a. Faktor Eksternal dalam Self Regulated
Faktor eksternal mempengaruhi self
regulated setidaknya dalam dua cara yaitu:
1). self regulated menghadirkan standar evaluasi
untuk orang terhadap perilaku mereka
sendiri.
2). Faktor eksternal membantu self regulated
dengan menghadirkan penggunaan dari
penguatan.
b. Faktor Internal dari Self regulated
Faktor eksternal berinteraksi dengan
faktor internal maupun personal dalam self
regulated. Bandura (dalam Feist & Feist, 2002)

B53

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)


Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007

melihat adanya tiga syarat internal dalam latihan


yang terus-menerus dari self influence:
1). Self Observation
2). Judgemental Process
3). Self-Reaction
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
kualitatif. Kriteria subjek dalam penelitian ini
adalah remaja putri yang berusia antara 18
sampai 22 tahun yang mengalami obesitas.
Jumlah subjek penelitian ini berjumlah tiga orang.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
wawancara terpimpin (dengan subjek dan
significant oter) dan observasi partisipan,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Obesitas
Gambaran obesitas (menurut perhitungan
klasifikasi World Health Organization (WHO)
pada subjek kedua dan ketiga memiliki
persamaan, yaitu pada obesitas tingkat kedua
(berat badan subjek kedua 86 kg dengan tinggi
154 cm dan berat badan subjek ketiga 83 kg
dengan tinggi 153 cm). Sedangkan pada subjek
pertama berada pada tingkatan yang lebih
ringan, yaitu pada tingkat overweight (berat
badannya 70 kg dengan tinggi 158 cm
b. Faktor Penyebab Obesitas
Faktor penyebab terjadinya obesitas
pada ketiga subjek hampir memiliki kesamaan.
Pada ketiga subjek terdapat faktor keturunan
yang menyebabkan obesitas. Selain itu Jenis
makanan yang dikonsumsi dan menjadi favorit
ketiga subjek juga menyebabkan obesitas,
seperti spagheti, coklat, gorengan, masakan
bersantan, bakso, fried chicken, Pizz dan kikil.
Kegiatan fisik ketiga subjek tidak terlalu berat,
hanya beberapa kegiatan rumah yang ringan
dilakukan seperti, menonton tv, membereskan
tempat tidur, membaca komik dan lain-lain.
Apalagi pada subjek pertama tidak pernah
melakukan program diet, karena menurut subjek
dirinya saat itu sedang dalam masa pertumbuhan
dan menurutnya hal itu tidak baik bagi
pertumbuhan dirinya. Kondisi ini seseuai dengan
yang diungkapkan Papalia, Olds dan Feldman
(2001) bahwa beberapa penyebab dari obesitas
diantaranya faktor eksternal, yaitu terlalu
sedikitnya aktifitas fisik dan kebiasaan makan
yang buruk pada seseorang dan faktor internal
yaitu faktor-faktor genetik yang membuat
seseorang menjadi gemuk
Pada subjek pertama subjek melakukan
mekanisme kognitif seperti konsep yang
B54

Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559

ditawarkan oleh Bandura (dalam Hargenhann,


1984). Mekanisme yang digunakan subjek
tersebut adalah moral justification atau justifikasi
moral. Perilaku yang memiliki tujuan yang lebih
tinggi sehingga dapat dibenarkan seperti subjek
tidak mau melakukan diet karena sedang dalam
proses pertumbuhan.
Gambaran Self Regulated Behavior
a. Self Monitoring/Self Observasion
Ketiga subjek sama-sama jarang sekali
melakukan pengontrolan atau memonitor diri
dengan menimbang berat badannya. Untuk
kegiatan, ketiga subjek juga tidak melakukan
pengaturan khusus dan berarti untuk mengatasi
masalah kegemukannya. Sedangkan untuk pola
makan, subjek pertama dan ketiga mencoba
melakukan pengaturan. Dengan membuat aturan
untuk jam makan, dan mencoba menjaga
keseimbangan porsi makan. Untuk subjek kedua,
dirinya tidak membuat aturan tertentu untuk pola
makan. Hal ini sesuai dengan konsep dari
analisis Carver dan Scheiver (dalam Kowalski &
Leary, 2000) terdapat tiga komponen utama
untuk mencapai self regulated salah satunya
adalah monitoring. Carver dan Scheier
menjelaskan kesadaran diri sebagai hal yang
penting dari self regulated karena seseorang
harus menghadirkan dirinya untuk menetapkan
bagaimana dirinya dibandingkan dengan standar.
Secara lebih umum lagi orang tidak dapat
merubah prilakunya sendiri tanpa menyadarinya
dan keadaan yang mengurangi kesadaran.
Kebalikannya, monitoring yang elaboratif dan
spesifik dari target prilaku tertentu (misalnya
menimbang berat badan dan berada dalam
aturan
untuk
memakan
kalori
yang
dibutuhkannya) adalah kontributor yang paling
penting bagi keberhasilan self regulated.
b. Self Evaluation/Judgemental Process
Pada ketiga subjek tersebut menyadari
bahwa makanan yang dikonsumsi oleh subjek
mempengaruhi berat badannya. Dalam evaluasi
diri, subjek pertama dan kedua kurang dapat
mengevaluasi diri dengan baik. Pada kedua
subjek
tersebut,
sama-sama
melakukan
mekanisme kognitif untuk membenarkan atas
permasalahan obesitas yang terjadi pada
dirinya. Pada subjek pertama dan kedua,
menyalahkan orang lain atas permasalahan
obesitas yang terjadi pada dirinya. Tetapi pada
subjek kedua lebih baik evaluasi dirinya
dibandingkan
subjek
pertama.
Selain
menyalahkan orang lain, subjek kedua ini
menyadari bahwa obesitas pada dirinya juga
disebabkan oleh dirinya sendiri. Pada subjek
Self Regulated Behaviour Pada
Wulandari

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)


Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007

ketiga, evaluasi diri dapat dilakukan oleh subjek


dengan lebih baik. Subjek menyadari masalah
obesitas pada dirinya disebabkan oleh diri
subjek sendiri. Selain itu subjek kedua dan
ketiga juga memiliki tujuan yang akan dicapai
untuk dapat melakukan pengurusan badan.
Tetapi pada subjek pertama, dirinya tidak
memiliki tujuan untuk menguruskan badan untuk
kedepannya. Keyakinan/self efficacy pada
subjek pertama dan kedua kurang baik. Pada
subjek pertama tidak memiliki keyakinan. Dirinya
masih ragu, karena subjek sendiri tidak memiliki
tujuan yang akan dicapai untuk menguruskan
badannya dimasa yang akan datang. Untuk
subjek kedua lebih baik dalam mencapai
tujuannya, karena menurut subjek, dirinya
menyadari akan faktor herediter yang diturunkan
kepadanya. Sedangkan pada subjek ketiga
memiliki keyakinan yang lebih baik lagi.
Menurutnya teman subjek sudah ada yang
mencoba menguruskan badan dan berhasil. Hal
itu membuat subjek memiliki keyakinan yang
lebih baik dari subjek yang lain.
Seperti konsep yang diungkapkan oleh
Bandura (dalam Hargenhann, 1984) yang
mengatakan ada beberapa mekanisme kognitif
yang
memperbolehkan
seseorang
untuk
bertindak berlawanan dengan prinsip-prinsip
moral yang dimilikinya, tanpa mengalami self
contempt. Mekanisme yang ditawarkan tersebut
salah satunya adalah attribution of blame
(menghubungkan dari kesalahan). Subjek
pertama dan kedua menggunakan mekanisme
ini. Seseorang dapat selalu memilih sesuatu atas
apa yang dikatakan atau dilakukan oleh korban
dan menegaskan hal tersebut merupakan
pemicu dirinya untuk melakukan suatu tindakan.
Subjek kedua dan ketiga memiliki standar
personal yang dibuat untuk dirinya sendiri.
Subjek mempunyai rencana untuk menguruskan
badan. Secara lebih spesifik, judgemental
process tergantung pada standar personal,
penampilan
referensi,
penilaian
terhadap
aktivitas dan atribusi penampilan. Ini sesuai
dengan konsep yang diungkapkan oleh Bandura
(dalam Feist & Feist, 2002)
bahwa dalam
penilaian ini (judgemental), proses membantu
seseorang meregulasikan perilaku mereka
melalui proses mediasi kognitif.
Subjek yang tidak memiliki self efficacy
yang cukup baik tentu akan berpengaruh kurang
baik terhadap diri subjek dalam pencapain
tujuan. Pervin & John (1997) menurut teori
pemikiran sosial, cara pandang terhadap self
efficacy sangat berpengaruh penting dalam
reaksi emosi terhadap berbagai situasi dan
motivasi untuk melakukan berbagai perilaku.
Penelitian terkini menyimpulkan bahwa teori self

Self Regulated Behaviour Pada


Wulandari

Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559

efficacy memiliki peran penting dalam menangani


perilaku-perilaku yang terkait dengan kesehatan,
salah satunya seperti pengendalian makan dan
berat badan.
c. Self Reaction/Self Reinforcemen
Subjek kedua dan ketiga dalam proses
pengurusan badan sama-sama memiliki respon
positif. Pada subjek pertama responnya negatif,
tetapi subjek mencoba untuk membuatnya
menjadi positif. Hasil yang dicapai oleh subjek
kedua dan ketiga dalam menguruskan badan
dengan standar yang diinginkan pada diri subjek
belum sesuai, karena subjek belum banyak
mengalami perubahan yang terjadi. Sedangkan
pada subjek pertama hasil yang dicapai untuk
menguruskan badan sebenarnya belum merasa
puas, tetapi subjek sendiri tidak memiliki standar
yang diinginkan atau yang akan dicapainya.
Dalam menunda kepuasan subjek pertama dan
kedua juga kurang dapat melakukannya dengan
baik. Subjek kedua juga kurang memiliki
kesabaran dalam melakukan usaha untuk
menurunkan berat badannya. Pada subjek
ketiga, subjek dapat melakukan penundaan
kepuasan tersebut dengan baik. Subjek dapat
menahan dirinya untuk tidak memakan makanan
tertentu jika dirinya sedang diet. Jika tujuan yang
diinginkan oleh subjek dapat terwujud, subjek
pertama dan ketiga akan memberikan hadiah
pada dirinya sendiri. Begitu juga jika tujuan
tersebut tidak dapat dicapainya dengan baik.
Subjek pertama dan ketiga juga akan
menghukum dirinya sendiri. Tetapi pada subjek
kedua hal tersebut tidak dilakukannya.
Ketiga subjek juga melakukan usaha
untuk mengatasi obesitas pada dirinya. tetapi
dilihat dari pola makan, dan kegiatannya, subjek
juga tidak menampilkan aksi/tindakan yang
membantu dalam proses regulasinya.
Ini sesuai dengan konsep yang
diungkapkan oleh Feist & Feist (2002) bahwa
seseorang akan merespon secara positif atau
negatif
terhadap
perilakunya
tergantung
bagaimana perilaku tersebut mengukur standar
personal. Yaitu, jika seseorang menciptakan
insentif terhadap tindakan/aksinya sendiri melalui
penguatan diri (self reinforcement) atau
menghukum diri sendiri (self punishment). Self
reinforcement tidak berpijak pada kenyataan
bahwa hal tersebut secara langsung diikuti
dengan sebuah respon, akan tetapi, hal tersebut
lebih banyak berpijak pada kemampuan kognitif
sebagai mediasi konsekuensi dari perilaku.
Orang biasanya menyusun standar untuk
penampilan yaitu dengan cenderung meregulasi
perilaku oleh semacam penghargaan yang
diproduksi dirinya sendiri sebagai suatu harga

B55

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)


Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007

diri/kebangaan dan kepuasan diri. Saat orang


gagal untuk menemukan standarnya, perilakunya
diikuti dengan ketidakpuasan diri atau kritikan
terhadap diri sendiri.
Delay of gratification atau penundaan
kepuasan. Ini sesuai dengan konsep deley of
gratification yaitu, delay of gratification adalah
suatu proses penundaan kepuasan sesaat, yang
juga merupakan suatu aspek dari self regulated
behaviour yang dipertimbangkan oleh Mischel
(dalam Hergenhann, 1984). Delay of gratification
sangat mempengaruhi self regulated behaviour.
d. Faktor yang mempengaruhi self regulated
1). Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi pada
ketiga subjek tidak memiliki persamaan, dimana
pada subjek pertama subjek justru lebih senang
dengan dirinya yang gemuk, asalkan dirinya
sehat. Subjek juga tetap merasa percaya diri
dengan tubuhnya yang gemuk. Sedangkan pada
subjek kedua, subjek kurang dapat standar
personal dan penampilan referensi yang baik
baginya. Sedangkan pada subjek ketiga subjek
dapat memotivasi dirinya untuk menguruskan
badan. Tetapi subjek sama-sama tidak memiliki
monitor diri yang baik.
Bandura (dalam Feist & Feist, 2002)
melihat adanya tiga syarat internal dalam latihan
yang terus-menerus dari self influence:
a). Self Observation
Faktor internal yang pertama dalam self
regulated adalah self observation sebuah
penampilan.
Seseorang
harus
mampu
memonitor penampilannya sendiri, walaupun
perhatian yang mereka berikan terhadap hal
tersebut tidak harus lengkap maupun akurat.
a). Judgemental Process
Dalam penilaian ini (judgemental),
proses membantu seseorang meregulasikan
perilaku mereka melalui proses mediasi kognitif.
Seseorang tidak hanya memiliki kapabilitas
dalam merefleksikan kesadaran diri (self
awareness), tetapi juga dalam menilai manfaat
dari aksi/tindakan mereka berdasarkan tujuan
yang telah disiapkan untuk dirinya. Secara lebih
spesifik, judgemental process tergantung pada
standar personal, penampilan referensi, penilaian
terhadap aktivitas dan atribusi penampilan.
Untuk sebagian besar aktivitas, orang
mengevaluasi
penampilannya
dengan
membandingkannya dengan standar referensi.
Selain
standar
personal
dan
referensi,
judgemental process juga bergantung pada nilai
keseluruhan seseorang yang ditempatkan dalam
aktivitasnya. Pada akhirnya, self regulated
bergantung pada bagaimana cara seseorang
menilai penyebab dari perilaku mereka.
B56

Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559

c). Self-Reaction
Self reaction merupakan faktor ketiga
dan terakhir dalam self regulated. Seseorang
akan merespon secara positif atau negatif
terhadap perilakunya tergantung bagaimana
perilaku tersebut mengukur standar personal.
Yaitu, jika seseorang menciptakan insentif
terhadap tindakan/aksinya sendiri melalui
penguatan diri (self reinforcement) atau
menghukum diri sendiri (self punishment).
Self reinforcement tidak berpijak pada
kenyataan bahwa hal tersebut secara langsung
diikuti dengan sebuah respon, akan tetapi, hal
tersebut lebih banyak berpijak pada kemampuan
kognitif sebagai mediasi konsekuensi dari
perilaku.
2). Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi
ketiga subjek pada umumnya dari lingkungan
keluarganya. Umumnya keluarga dari ketiga
subjek tersebut sama-sama tidak melakukan
pengontrolan makan pada diri subjek. Bahkan
keluarga sama-sama tidak mempermasalahkan
dengan permasalahan berat badan subjek. Pada
subjek kedua dan ketiga orangtua sama-sama
memberikan vitamin dan gizi berlebihan pada
subjek. Pada subjek pertama dan ketiga, selain
faktor keluarga, ada juga faktor dari teman-teman
subjek. Penilaian lingkungan dirasa besar oleh
ketiga subjek, karena subjek ingin dipandang
baik oleh lingkungan, dan penilaian yang positif
dapat membuat subjek menjadi lebih baik.
Ini sesuai konsep yang diungkapkan oleh
Feist & Feist (2002) bahwa faktor eksternal
mempengaruhi self regulated setidaknya dalam
dua cara yaitu:
a). self regulated menghadirkan standar evaluasi
untuk orang terhadap perilaku mereka sendiri.
Standar di sini tidak hanya berdiri dari
faktor internal. Faktor lingkungan, berinteraksi
dengan pengaruh personal, membentuk standar
individu untuk evaluasi. Melalaui pemahaman,
orang mempelajarinya dari orang lain. Dengan
mengobservasi orang lain, orang akan menyusun
banyak sekali standar untuk mengevaluasi
penampilan diri. Dalam setiap contoh disini,
faktor personal mempengaruhi standar yang
akan dipelajari oleh orang, tetapi faktor
lingkungan juga berperan penting di sini.
b). Faktor eksternal membantu self regulated
dengan
menghadirkan
penggunaan
dari
penguatan.
Penghargaan intrinsik tidak selalu cukup,
orang juga membutuhkan insentif yang berasal
dari faktor eksternal. Insentif ini digunakan untuk
melengkapi proyek yang panjang, biasanya
datang dari lingkungan dan sering kali
mengambil penghargaan kecil tergantung pada
Self Regulated Behaviour Pada
Wulandari

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)


Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007

penyelesaian dari sub-tujuan yang hendak diraih.


Namun demikian, penghargaan terhadap diri
sendiri untuk penampilan yang tidak sesuai akan
menimbulkan sanksi lingkungan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa self regulated behavior
pada ketiga subjek yang mengalami obesitas
terlihat kurang baik. Hal ini dapat di lihat dari
ketiga komponen yang mempengaruhinya Jika
dilihat dari self monitoring/self observasion
meskipun ketiga subjek sama-sama menyadari
kegemukan pada tubuhnya, tetapi mereka samasama tidak melakukan monitor diri dengan baik.
Self evaluation/judgemental process ketiga
subjek sama-sama menyadari bahwa makanan
yang
dikonsumsi
mempengaruhi
berat
badannya., tetapi sebagian besar tidak dapat
menginstropeksi dirinya dengan baik atas
permasalahannya tersebut. Sedangkan self
reaction/self reinforcemen pada ketiga subjek,
subjek kedua dan ketiga dalam proses
pengurusan badan sama-sama memiliki respon
positif. Pada subjek pertama responnya negative.
tetapi subjek mencoba untuk membuatnya
menjadi positif. Selain itu ketiga subjek juga
sama-sama melakukan beberapa usaha untuk
menurunkan berat badannya. Tetapi dilihat dari
jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensi
makan, aktifitas yang dilakukan, frekuensi olah
raga yang dilakukan oleh ketiga subjek tersebut,
sama-sama terlihat adanya proses regulasi yang
kurang baik.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi
self regulated behavior pada subjek yang
mengalami obesitas juga terdapat faktor internal
dan eksternal turut ambil bagian.

Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559

hanya diri kitalah yang mampu memecahkan


permasalahan yang kita hadapi, terutama
untuk subjek pertama dan kedua.
d).
Subjek
diharapkan
dapat
membuat
perencanaan dan tujuan terutama pada
subjek pertama. Serta dapat menumbuhkan
keyakinan pada diri sendiri, terutama bagi
subjek pertama dan kedua. Karena
keyakinan itu dapat menjadi pengaruh yang
penting dalam reaksi emosi dan dapat
dijadikan motivasi diri.
e). Untuk subjek kedua diharapkan untuk
memulai memberikan insentif seperti hadiah
dan hukuman yang sesuai untuk diri sendiri,
pada setiap tujuan yang telah berhasil/gagal
dilakukan untuk menambah motivasi diri.
f). Pada ketiga subjek diharapkan untuk belajar
lebih menghargai diri sendiri dan mencoba
mengembangkan potensi diri, karena tidak
semua hal yang kita lihat dari orang lain dan
penilaian lingkungan baik untuk diri kita.
Untuk keluarga subjek
Untuk lingkungan subjek terutama pada
lingkungan keluarga diharapkan dapat menjadi
pembimbing dan pengontrol yang baik bagi
subjek, serta memberikan dukungan bagi subjek
untuk melakukan program yang akan dijalaninya.
Untuk penelitian selanjutnya
Peneliti berharap, untuk penelitian selanjutntya
dapat dilakukan penelitian yang lebih luas lagi
dari yang telah peneliti buat saat ini. Penelitian
dapat dilihat dari aspek yang lebih luas. Dapat
juga melihat self regulated behavior itu dari tahap
perkembangan lain. Misalnya pada tahap usia
lanjut. Dimana self regulatedbehavior itu sangat
diperlukan. Karena berkaitan dengan kesehatan,
obesitas di usia lanjut sangat rentan terhadap
penyakit.

Saran
DAFTAR PUSTAKA
Untuk subjek
a). Subjek diharapkan melakukan penimbangan
berat badan secara rutin, agar dapat
mengetahui perkembangan naik-turunnya
berat badan.
b). Diharapkan untuk mengatur pola makan dan
untuk ketiga subjek menambah kegiatan
yang memacu keluarnya keringat, seperti
memperbanyak kegiatan olah raga.
c).
Subjek
diharapkan
untuk
belajar
mengevaluasi diri dan mencari jalan keluar
serta belajar untuk tidak menyalahkan orang
lain pada setiap permasalahan, karena

Self Regulated Behaviour Pada


Wulandari

Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan


Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dimatteo, M.R. 1991. Pscchology of Health,
Illness, and Medical Care. California:
Brooks/Cole Publishing Company.
Effendi, Y.H. 1992. Tinjauan Sekilas Tentang
Obesitas. Jurnal Jurusan Gizi dan
Masyarakat
dan
Sumber
Daya
Masyarakat, Vol. 1, No. 1. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Feist, J & Feist, G.J. 2002 Theories of
Personalities. New York: McGraw Hill.

B57

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil)


Auditorium Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus 2007

Hergenhann, B.R. 1984. An Introduction To


Theories Of
Personality (2nd Ed).
Englewood: Prentice-Hall
Hjelle, L.A & Ziegler, D. J. 1992. Personality
Theories: Basic Assumptions Research
and Applications (3rd Ed). Singapore: Mc
Graw Hill.
Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan:
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. (edisi kelima). Alih bahasa :
Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta:
Erlangga.
Kowalski, R.M & Leary, M.R. 2000. The Social
Psychology
Of
Emotional
and
Behavioural Problems. Washington DC:
American Psychological Association
Mangoenprasodjo, A.S. 2005. Seberapa Perlu
Diet Seberapa Berat Proses yang Harus
Dijalani. Yogyakarta : Thinkfresh.

B58

Vol. 2
ISSN : 1858 - 2559

Manuaba, I.A. 2004. Dampak Buruk Obesitas.


http://
www.
balipost.co.id/
balipost/2004/3/7/cez.htm.
Papalia, D. E; Olds, S. W, & Feldman, R.D. 2001.
Human Development (8th Ed). New York
: McGraw Hill.
Papalia, D; Slerns, H; Feldman, R., & Camp, C.
2002. Adult Developmant and Aging. (2nd
ed). USA: Mc GrawHill.
Pervin, L. A, & John, O. P. 1997. Personality:
Theory And Research (7th Ed). USA :
John Wiley & Sons, Inc.
Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif
Dalam Penelitian Psikologis. Depok;
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Watson, D. L. 1989. Self Directed Behaviour: Self
Modification For Personal Adjustment
(5th Ed). California: Wadsworth.

Self Regulated Behaviour Pada


Wulandari

Anda mungkin juga menyukai