Bahan Ajar SMK K3h
Bahan Ajar SMK K3h
Republik
Indonesia
Nomor
Tahun
h.
i.
j.
k.
l.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja
n.
o.
p.
q.
r.
nya;
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, bina tang, tanaman atau
barang;
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
Mengamankan
dan
memperlancar
pekerjaan
bongkar
muat,
perlakuan
dan penyimpanan barang;
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
Menyesuaikan dan menyempur nakan pengamanan pada peker jaan yang bahaya
kecelakaan nya menjadi bertambah tinggi.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970
dijelaskan bahwakewajiban dan atau hak tenaga kerja adalah untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan
A. Persyaratan produksi
B. Keselamatan kerja di tempat kerja
Kesadaran tentang penerapan K3LH dewasa ini semakin meningkat, ter
utama pada organisasi perusahaan yang bergerak di bidang usaha perta nian atau
perkebunan.
Kesadaran tentang
penerapan peraturan sistem manajemen mutu ISO 14000 yaitu bagi organisasi
perusahaan
yang
memerlukan
pe
ngakuan
standar
Internasional.
Untuk
industri
pengolahan,
pertambangan,
perhubungan,
jasa
dan
sebagainya.
c. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup maupun terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering digunakan oleh
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha.Tempat kerja tersebut terdapat sumbersumber bahaya, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air,
maupun di udara yang menjadi ke wenangan suatu badan usaha atau perusahaan.
Dalam bidang perkebunan, yang disebut dengan tempat kerja adalah tempat dimana
kegiatan perkebunan biasa dilaksanakan, yaitu areal pembibitan, areal penanaman,
termasuk laboratorium, dan bengkel pertanian.
d.
Perusahaan
keselamatan
kerja
adalah
untuk
menciptakan
suatu
sistem
Pada setiap laboratorium atau bengkel atau ruangan dibuatkan tata tertib yang harus
dipatuhi oleh semua orang yang akan masuk ke dalam lab atau ruangan. Didalam
tata tertib tersebut perlu dijelaskan hal-hal yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan serta ancaman sanksi yang akan dikenakan jika melanggar tata tertib.
Setiap alat yang dioperasikan dengan menggunakan mesin harus dibuatkan instruksi
kerjanya. Instruksi kerja tersebut langsung ditempelkan pada alat atau di
tempat-tempat tertentu sedemiki an rupa, sehingga setiap operator alat yang akan
menggunakan alat dapat membaca petunjulk peng operasian alat. Hal ini untuk
meng hindari terjadinya kesalahan prosedur dalam pengoperasian alat. Selain itu,
dengan adanya pe tunjuk pengoperasian maka siapa pun yang akan
mengoperasikan alat tersebut dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat
menyebabkan kecelakaan operator atau kerusakan alat.
Pada setiap ruangan agar dibuat kan poster-poster keselamatan kerja dan
label-label yang me nunjukkan bahaya kecelakaan yang mungkin saja terjadi. Pem
buatan label dan poster tersebut harus dibuat sedemikian rupa se hingga mudah
dibaca bagi setiap orang.
Bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, fungisida, bakterisida, rodentisida,
herbisida, insektisida, pupuk anorganik dan sebagainya, diberikan label dan tanda
dengan menggunakan lambang atau tulisan peringatan pada wadah adalah suatu
tindakan pencegahan yang sangat penting.
Aneka label dan pemberian tanda, diberikan sesuai dengan sifat ba han yang ada.
Beberapa label dan pemberian tanda dapat dipakai dengan menggunakan lambang
yang sudah diketahui secara umum. Dengan demikian masya rakat mudah
mengenal dan me respon maksud dan tujuan label atau tanda atau lambang yang
telah dipasang.
B.2. Dasar-dasar Keselamatan Kerja dan Resiko
Beberapa ketentuan yang mem bahas dasar-dasar keselamatan ker ja dan
resiko adalah sebagai berikut :
Persyaratan Keselamatan untuk Perkakas, Mesin dan Bahan Kimia Berbahaya
Mengingat sangat bervariasinya per kakas, mesin, bahan kimia berbahaya
dan cara kerja yang diguna kan dalam bidang pertanian (perkebunan), maka tidak
semuanya akan dibicarakan, baik dalam kaitan dengan pemilihan perkakas, mesin
dan bahan kimia berbahaya tetapi prinsip-prinsip umum akan diuraikan .
a. Syarat-syarat umum
Semua perkakas, mesin dan bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam
pertanian (perkebunan) harus ::
Spesifikasi perkakas, seperti ukur an, panjang tangkai dan berat harus sesuai untuk
memenuhi ke butuhan dari pekerjaan dan keada an fisilk dari pemakai.
Jika tidak digunakan, perkakas bersisi tajam harus diberi sarung dengan alat yang
sesuai.
c. Mesin portable
Kendali mesin seperti gergaji rantai, gergaji sikat dan pemotong rumput harus
ditempatkan dengan nyaman dan fungsinya ditandai dengan jelas.
Posisi dan dimensi tangkai harus nyaman bagi operator dalam semua sikap kerja
normal.
Tingkat kebisingan, getaran dan emisi buangan yang berbahaya harus serendah
mungkin sesuai dengan kemajuan teknologi.
Bahan bakar dan minyak pelumas yang digunakan harus da pat dihancurkan secara
biologis (ramah lingkungan) sehingga me ngurangi bahaya polusi gas buang dan
tumpahan.
Semua alat pelindung harus pada tempatnya dan secara teratur diperiksa
kerusakan yang timbul.
Mesin harus dilengkapi dengan alat penahan goncangan, tempat duduk dapat
disetel sepenuhnya untuk pengemudi dan dipasang sabuk pangaman yang sesuai.
Ruang operator harus dirancang dan ditempatkan sehingga sesuai dengan ukuran
badan operator yang kemungkinan besar meng gunakan mesin tersebut.
Cara masuk dan keluar dari me sin, seperti anak tangga, tangga dan pintu, harus di
rancang untuk menyediakan tumpuan tangan dan kaki dengan suatu ketinggian dan
jarak yang nyaman.
Kabin tempat operator bekerja harus memenuhi persyaratan dan dilindungi dari
obyek yang jatuh.,
Mesin harus dilengkapi suatu alat penyetop yang tidak dapat kem bali sendiri,
mudah dicapai, dan ditandai dengan jelas dari posisi kerja normal operator.
Untuk mesin-mesin yang meng gunakan sistem transmisi atau kopling, maka jika
tidak dipakai, persneling harus dalam keadaan tersambung.
Rem parkir harus mampu untuk menjaga mesin dan beban lajunya pada saat
dioperasikan pada la han yang miring,
Pipa pembuangan harus dileng kapi dengan penangkap percikan. Mesin yang
dilengkapi dengan turbo chargers tidak memerlukan penangkap percikan.
1. Pakaian dan Peralatan Pelindung Kerja
Jenis sepatu yang digunakan adalah jenis se patu bot, yang terbuat dari karet atau
plastik. Lihat Gambar 1.1.
Topi pengaman (Helmet); Jenis alat ini digunakan untuk melin dungi kepala dari
kemungkinan benda-benda jatuh di lapangan. Misalnya pada saat memanen buah.
Lihat Gambar 1.2
Penutup bagian muka diperguna kan untuk jenis pekerjaan lapang an, jika kondisi
lapangan berdebu. Hal ini untuk melindungi muka dari
debu yang berterbangan pada saat bekerja. Contoh penutup ba gian muka dapat
dilihat pada Gambar 1.3
Pelindung atau penutup mata. Janis alat ini dipakai untuk me lindungi mata pada
saat bekerja di lapangan, baik dari terik matahari maupun dari benda-benda yang
berbahaya di lapangan seperti debu, ataupun pada saat bekerja di laboratorium.
Alat pelindung mata sesuai kondisi lapangan dapat dilihat pada Gambar 1.4.
Alat pelindung mulut (masker). Alat ini berfungsi melindungi mulut dan hidung dari
bahan berbahaya saat bekerja di lapangan yakni menggunakan pestisida, gas be
racun atau debu. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 1.5.
Pengujian peralatan tersebut harus dilakukan oleh lembaga atau institusi yang
berwenang menguji dan me miliki sertifikat untuk peralatan yang menggunakan
mesin
dan
sensitifitas
tinggi.
Sedangkan
untuk
peralatan
manual,
jika
dan akan me lepaskan gas hidrogen yang mudah terbakar jika suhu udara di atas
400 oC. Asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan menye babkan
terjadinya nyala api.
g. Kebakaran karena listrik
Kebanyakan peralatan laboratorium yang digunakan dalam bidang pertanian
khususnya perkebunan ba nyak menggunakan listrik sebagai sumber tenaganya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan keselamatan kerja listrik
yaitu pedoman keselamatan kerja listrik; menyangkut tenaga kerja, organisasi dan
cara kerja, bahan dan peralatan listrik, dan pedoman per tolongan terhadap
kecelakaan. Perlengkapan pakaian kerja bagi tenaga kerja yang berkecimpung
Perlu dipasang papan tanda la rangan masuk bagi mereka yang tidak
berkepentingan dan disertai peringatan "Awas bahaya listrik". Tanda peringatan di
pasang pada tempat masuk ke ruangan, de ngan huruf yang jelas dan mudah
dibaca.
Terdapat kesesuaian dalam ba nyak hal mengenai norma-norma bagi pagar
pengaman untuk me sin dan pesawat listrik.
Petugas perawatan peralatan lis trik harus tahu benar bahaya-bahaya yang
berkaitan dengan instalasi listrik dan peralatan lainnya,
Bahaya akibat listrik harus dipertimbangkan pada perencanaan pembuatan tutup
pengaman bagi panel listrik.
Pemasangan instalasi listrik harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Peraturan Instalasi Listrik (PULL) dan per aturan-peraturan lain tentang ke
selamatan kerja listrik.
Pemasangan instalasi listrik di perusahaan dan tempat kerja, tergantung dari
konstruksi bangunan, ukuran dan pembagian beban, penempatan mesin-mesin,
pesa wat dan alat listrik, keadaan ruang kerja seperti berdebu, panas, lembab, dan
lain-lain
2). Sakelar
Apapun tipe sakelar, yaitu tombol tekan, tuas, putar atau otomatis, harus memenuhi
syarat keselamatan. Sakelar untuk keperluan motor, pesawat listrik, instalasi cahaya
dan tenaga, harus ditutup.
Tidak boleh dipakai sakelar tuas yang terbuka, karena bagian terbuka yang
bertegangan akan menimbulkan bahaya tekanan arus listrik sehingga dapat meng
akibatkan loncatan api, bila sakelar diputuskan arusnya.
Sakelar tuas harus tertutup, tutup dan poros pegangan (handel) harus dihubungkan
ke tanah
Sakelar tuas harus di pasang sedemikian rupa sehingga bagian yang dapat
digerakkan dalam ke adaan tidak ada hubungan (tidak bertegangan)
Bila dipakai sakelar pemisah untuk tegangan tinggi, sakelar harus dipasang di luar
batas jangkauan tangan dan pelayanannya dilakukan dengan menggunakan tongkat
pengaman.
Bila pemasangan seperti butir 3 dan 4 tidak dimungkinkan, sakelar tersebut harus
tertutup atau di pagar secara tepat agar tidak membahayakan, sedangkan pela
yanannya tetap dilakukan dengan memakai tongkat pengaman.
Untuk keperluan pemakaian se cara umum, dianjurkan agar di pakai sakelar putar
dan tombol tekan, karena bagian yang bertegangan berada di tempat tertutup.
Sakelar yang dapat me nimbulkan loncatan api harus di pasang dalam peta
penghubung.
Setiap sakelar harus disertai suatu petunjuk untuk posisi tertutup atau terbuka.
4. Pencegahan Kebakaran
Untuk menghindari terjadinya ke bakaran, beberapa hal yang perlu dilakukan
pencegahan dan per lindungan yaitu :
a). Penyimpanan
Dalam pengorganisasian usaha
kebakaran, perhatian yang cermat harus diberikan tehadap lokasi dan disain
gudang. Aneka bahan, khusus nya zat-zat yang dapat terbakar merupakan sumber
utama terjadinya. Dalam perencanaan gudang atau tempat penyimpanan bahan,
baik sifat maupun bentuk bahan harus diperhatikan. Zat cair yang memiliki titik nyala
lebih kecil dari 320C harus ditempatkan dalam wadah atau tangki tertutup dan
disimpan dalam tangki dan ditempatkan di tempat yang terpisah atau di luar gudang
dan jauh dari bahan-bahan lain yang mudah terbakar.
b). Pengolahan
Jika proses produksi memungkinkan penggantian bahan yang kurang
berbahaya ditinjau dari segi kebakaran, maka resiko dapat dikurangi atau ditiadakan.
Jumlah bahan yang mu dah terbakar sedapat mungkin di kurangi dalam
penggunaannya pada proses produksi. Zat padat yang mudah terbakar harus
diletakkan tersusun rapi dan aman, sehingga memudahkan pekerjaan. Bahan cair
yang mudah terbakar harus disalur kan ke tempat kerja melalui pipa-pipa penyalur
atau drum-drum yang di lengkapi dengan pompa tangan. Perlu dilakukan
pengaturan agar ba han cair tidak tumpah ke sekitar, misalnya dengan penempatan
drum- drum pada landasan yang me nampung bahan tertumpah.
c). Meniadakan sumber kebakaran
Pada semua proses pemanasan harus terdapat pemisah yang tepat antara
bahan-bahan yang mu dah terbakar dan alat pemanas.
Bahan-bahan yang dapat ter ba kar sendiri harus selalu diamati agar tidak ada
kenaikan suhu.
Semua pemasangan jaringan listrik dan peralatan listrik harus memenuhi standar
atau ketentuan yang berlaku
Perawatan mesin harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi panas
akibat gesekan.
kimia yang ada. Kenali sifat-sifat bahan kimia ter sebut, apakah bahan tersebut
dapat menyebabkan gangguan atau iritasi terhadap tubuh atau tidak, dan guna kan
alat pelindung, baik untuk ta ngan, muka ataupun hidung agar terhindar dari bahaya
bahan kimia. Penggunaan bahan kimia berbahaya, jika mungkin harus dikurangi.
Jika penggunaannya tidak dapat dihindar kan, maka harus digunakan dalam
batas-batas aman, baik terhadap ma nusia, hasil produksi dan lingkungan.
6. Keracunan Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang biasa dipergunakan untuk mengen dalikan
hama dan penyakit tanaman. Sifat pestisida tersebut sangat berbahaya terhadap
kesehatan karena dapat menyebabkan sakit atau ke matian. Berdasarkan cara
pengguna annya dikenal insektisida yang di semprotkan dalam bentuk aerosol
maupun pengasapan (fumigan). Keracunan insektisida cepat terjadi melalui
beberapa cara, seperti kulit, mulut atau hisapan udara melalui hidung. Keracunan
melalui kulit mudah terjadi jika kulit terbuka. Ka rena itu, proses pembuatan larutan
dan penyemprotan pestisida harus dilakukan secara hati-hati dan meng gunakan
peralatan pelindung agar pestisida tidak terkena tubuh, seperti penggunaan masker,
sarung tangan, pakaian yang tertutup dan lainya.
Beberapa hal penting agar terhindar dari bahaya keracunan pestisida antara lain :
Semua pestisida adalah racun berbahaya dan harus dihindari. Oleh sebab itu harus
dijauhkan dari makanan, minuman dan he wan ternak.
Jangan mencampur pestisida me lebihi takaran yang ditentukan pabrik pembuatnya.
Perhatikan tanda-tanda peringatan pada kaleng kemasan, cara pe nyimpanan dan
cara pencampur annya, dan penggunaan.
Alatt pencampur dan penyimpan pestisida harus diletakkan terpisah dari gudang
dan dijauhkan dari jangkauan anak anak.
Hindari kontak langsung antara tubuh dengan pestisida. Kontak dengan pestisida
tidak boleh lebih dari 8 jam setiap harinya, karena dapat terjadi penyerapan melalui
kulit.
Hindari makan, minum dan me rokok sewaktu menyemprot insektisida.
Setelah menyemprot dengan pes tisida, cucilah pakaian dan badan dengan air yang
mengalir dan menggunakan sabun.
Jangan menyemprotkan pestisida berlawanan arah angin
Jika alat penyemprot pestisida tersumbat, jangan sekali-kali ditiup atau dihisap
dengan mulut.
Gunakan pelindung badan, ketika melakukan penyemprotan.
relatif mudah rusak, baik pengaruh faktor internal maupun eksternal. Akibat
pengaruh faktor internal yaitu bahwa secara alamiah produk pertanian atau
perkebunan bersifat biologis, sehingga pada proses penanganan sejak di kebun/
lahan sampai dengan dipanen terjadi proses metabolisme secara terus menerus.
Sehingga produk tersebut perlu prosedur penanganan atau operasi kerja terstandar
agar produk tidak rusak atau penurunan kualitas. Demikian pula pengaruh faktor
eksternal dapat memicu laju penurunan kualitas produk. Misal pengaruh kekeringan
dapat menimbulkan gangguan fisiologi tanaman yang diusaha kan sehingga dapat
terjadi kematian atau gagal panen. Demikian pula hasil panen yang tidak ditangani
secara baik hingga suhu dan ke lembaban tinggi dalam suatu ruang pasca panen
maka dapat terjadi kerusakan karena infeksi fungi. Memperhatikan fenomena resiko
yang dapat ditimbulkan akibat cara kerja yang tidak baik maka proses kegiatan
pertanian atau perkebunan memerlukan cara-cara kerja yang ber pedoman pada
standar. Penanganan proses produksi di kebun harus memperhatikan dan
menerapkan prinsip-prinsip budidaya yang baik dan benar yaitu dikenal dengan
istilah Good Agricultural Practices disingkat GAP. Perusahaan perkebunan besar
biasa nya telah memiliki suatu pedoman kerja dan standar prestasi kerja. Pedoman
kerja atau prosedur ope rasi standar disusun untuk pekerjaan di kebun atau di lahan
dan untuk pekerjaan pengolahan hasil dipabrik. SOP atau POS merupakan uraian
tahapan suatu pekerjaan yang harus diikuti oleh pekerja dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sifatnya memberi penjelasan bagaimana suatu proses pekerjaan
yang seharusnya dijalan kan secara konsisten, efektif dan efisien agar dapat
dicapai hasil yang berkualitas. Produk berkualitas ada lah
sesuai harapan
tanaman
perkebunan secara
prinsip mencakup
uraian
Pemeliharaan tanaman
Pemanenan
b. Standarisasi
c. Sarana budidaya tanaman
d. Pelestarian lingkungan
e. Pengawasan
Sedangkan SOP pada pekerjaan pasca panen meliputi:
a. Proses penanganan pasca panen
b. Standarisasi
c. Sarana pasca panen
d. Pelestarian Lingkungan
e. Pengawasan
SOP budidaya tanaman perkebunan pada setiap komoditas berbeda sub
stansinya. Demikian pula SOP pasca panen pada setiap komoditas ber beda
substansinya. Berikut ini disaji kan contoh kerangka SOP pasca panen kakao.
Anonim (
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Maksud
C. Tujuan
D. Ruang lingkup
II. Pengertian
III. Proses Penanganan pasca panen kakao
A. Diagram alir/alur proses
B. Panen
C. Sortasi buah
D. Pemeraman atau penyimpanan buah
E. Pemecahan buah
F. Fermentasi biji
G. Perendaman dan pencucian
H. Pengeringan biji
kondisi berbahaya dan berlangsung dalam tempo tidak ter lalu lama, maka sangat
diperlukan prosedur untuk mengatasinya
.
A. Penanganan Kondisi Darurat di Lapangan
Kecelakaan)
Banyak resiko pekerjaan yang akan terjadi di lapangan, yang dihadapi oleh
pekerja dalam bidang pertanian, khususnya di bidang perkebunan. Resiko tersebut
mulai dari hal-hal yang kecil seperti anggota tubuh terluka, digigit hewan berbisa,
keracunan bahan kimia/ pestisida dan lain-lain yang mungkin terjadi. Bila bekerja di
lapangan, biasanya lokasi tempat bekerja jauh dari pemukiman. Jika terjadi
kecelakaan maka kepada setiap pekerja harus dibekali kemampuan untuk
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan Pertama (PP)
adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan
atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan per olongan dari tenaga
medis. Hal Ini berarti :
a. Pertolongan Pertama harus diberi kan secara cepat walaupun pe rawatan
selanjutnya tertunda.
b. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit bukan
menambah sakit korban.
Umumnya para pekerja bidang pertanian berada di lapangan, bekerja dalam
kelompok kecil di lokasi ter pisah, sehingga setiap pekerja harus dilatih tentang PP.
Beberapa ke trampilan dasar yang perlu dikuasai adalah bagaimana melakukan
resusitasi jantung paru (RJP), bagaimana mengatasi korban tersedak, bagaimana
mengatasi korban per darahan, bagaimana mengatasi kor ban patah tulang,
bagaimana me ngatasi korban luka bakar dan lain sebagainya. Pelatihan
pertolongan pertama harus dilakukan secara berulang pada interval yang teratur,
untuk memasti kan bahwa ketrampilan dan penge tahuan tidak ketinggalan jaman
atau dilupakan. Ketetapan tentang fasilitas PP dan personil yang terlatih harus
ditetapkan melalui peraturan Alat atau kotak PPPK yang dirawat dengan baik harus
siap tersedia di tempat kerja dan dilindungi terhadap pencemaran, kelembaban dan
ko toran. Wadah ditandai dengan jelas dan tidak berisi apapun selain peralat an
PPPK. Semua operator harus diberitahu tentang lokasi peralatan PPPK dan
prosedur untuk mem peroleh persediaan. Kotak PPPK
darurat
mengguna
kan
prosedur
sesuai
standar
yang
te
lah
Gejala
Perasaan limbung
Pandangan berkunang-kunang
Telinga berdenging
Nafas tidak teratur
Muka pucat
Biji mata melebar
Lemas
Keringat dingin
Menguap berlebihan
Tak respon (beberapa menit)
Denyut nadi lambat
Penanganan
Baringkan korban dalam posisi terlentang
Tinggikan tungkai melebihi ting gi jantung
Longgarkan pakaian yang me ngikat dan
hilangkan barang yang menghambat pernafasan
Beri udara segar
Periksa kemungkinan cedera lain
Selimuti korban
Korban diistirahatkan beberapa saat
Bila tak segera sadar, periksa nafas dan nadi,
posisi stabil kemudian rujuk ke instansi ke
sehatan
b. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami ke kurangan cairan. Hal ini
terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang ma suk.
Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi
disebabkan ka rena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat
karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.
Gejala
Gejala dehidrasi ringan
Nadi lemah
Sangat haus
Gejala dehidrasi berat
Penanganan
Mengganti cairan yang hilang
dan mengatasi shock
Mengganti elektrolit yang le
mah
Mengenal dan mengatasi kom
plikasi yang ada
Memberantas penyebabnya
Rutinlah minum jangan tunggu
haus
Gejala
Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik
nafas
Terdengar suara nafas tambah an
Otot Bantu nafas terlihat me nonjol (dileher)
Irama nafas tidak teratur
Terjadinya
perubahan
warna
kulit
merah/pucat/ kebiruan/ sianosis)
Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan
Tenangkan korban
Bawa ketempat yang luas dan sejuk
Posisikan duduk
Atur nafas
Beri (bantu) oksigen bila diperlukan
d. Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan
keras
Gejala
Warna kebiruan/merah pada kulit
Nyeri jika di tekan
Kadang disertai bengkak
Penanganan
Kompres dingin
Balut tekan
Tinggikan bagian luka
e. Luka yaitu suatu keadaan terputus nya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena
kekerasan/injury.
Gejala
Terbukanya kulit
Pendarahan
Rasa nyeri
Penanganan
Bersihkan
luka
dengan
anti
septic(alcohol/boorwater)
Tutup luka dengan kasa steril/ plester
Balut tekan (jika pendarahan nya
besar)
Jika hanya lecet, biarkan ter buka untuk
proses pengeringan luka
f. Luka bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar).
Gejala
Matikan api dengan memutuskan suplai
oksigen
Perhatikan keadaan umum penderita
Pendinginan yaitu dilakukan de ngan
membuka
pakaian
penderita/
korban.
Kemudian, merendam dalam air atau air
mengalir selama 20 atau 30 menit. Untuk
daerah wajah, cukup di kompres air.
Penanganan
Luka ditutup dengan perban atau kain
bersih kering yang tak dapat melekat
pada luka
Penderita dikerudungi kain pu tih
Luka jangan diberi zat yang tak larut
dalam air seperti mentega, kecap
Khusus untuk luka bakar di daerah
wajah, posisi kepala harus lebih tinggi
dari tubuh
g. Gigitan binatang; gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupa kan alat dari
binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang me
ngancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang
berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada
gigitan binatang lebih besar dari pada luka biasa.
Gejala
Penanganan
Cucilah bagian yang tergigit dengan air
hangat dengan sedikit antiseptik.
Bila pendarahan, segera dira wat
kemudian dibalut.
h. Gigitan ular; tidak semua ular ber bisa, akan tetapi hidup penderita/ korban
tergantung dari ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan ambillah
sikap menganggap bahwa ular tersebut berbisa. Sifat bisa atau racun ular terbagi
menjadi 3, yaitu :
Gejala
Penanganan
Hematotoksin (keracunan dalam)
Terlentangkan/ baringkan pen derita dengan
Neurotoksin (bisa/racun menye bagian yang ter gigit lebih rendah dari jantung.
rang sistem saraf)
Tenangkan penderita, agar pen jalaran
Histaminik (bisa menyebabkan bisa/racun ular tidak se makin cepat
alergi pada korban)
Cegah penyebaran bisa pende rita dari daerah
gigitan yaitu:
Torniquet di bagian proximal daerah gigitan
pembengkak an untuk membendung se bagian
aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi
alir an arteri. Torniquet / toniket dikendorkan
setiap 15 menit selama + 30 detik
Letakkan daerah gigitan dari tubuh
Lakukan kompres es
Usahakan agar penderita se tenang mungkin,
bila perlu berikan petidine 50 mg/im un tuk
menghilangkan rasa nyeri.
Perawatan luka
Hindari kontak luka dengan larutan asam KMn0 4,
yo dium atau benda panas
Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan ke
dalam lukanya, bila perlu pengeluar an ini dibantu
dengan pe ngisapan melalui breast pump
sprit atau dengan isapan mu lut sebab bisa ular
tidak ber bahaya bila ditelan (selama tidak ada
luka di mulut).
Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa
(antifenin)
Gejala
Penanganan
Ada sepasang luka bekas gigit an
Kompres dengan air dingin dan cuci
Sekitar luka bengkak, rasa ter bakar, pegal dengan obat antiseptik
dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya Beri obat pelawan rasa sakit, bila
se telah 4-5 jam
gelisah bawa ke paramedik
Gejala
Penanganan
Pembengkakan, gatal dan ke merah-merahan Lepaskan
lintah/pacet
dengan
(lintah)
bantuan air tembakau/ air garam
Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan,
gosok dengan obat atau salep anti
gatal
Kemudian hal yang perlu diketahui seorang pekerja dalam memberikan
pertolongan kepada pihak lain dapat berupa evakuasi korban. Bentuk bantuan
evakuasi korban yaitu me rupakan salah satu tahapan dalam pertolongan pertama
untuk memin dahkan korban ke lingkungan yang aman dan nyaman, agar men
dapatkan pertolongan medis lebih lanjut.
Prinsip evakuasi adalah :
a. Dilakukan jika mutlak perlu
b. Menggunakan teknik yang baik dan benar
c. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
semangat untuk me nyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan
kematian.
Alat Pengangkutan
Untuk melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat
bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan,
kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
a. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pe
ngangkut
mempengaruhi
cara
angkut
yang
dilaksanakan.
Bila
petugas
Digendong; untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
Dipanggul/digendong
Tandu permanen
Tandu darurat
Tali/webbing
2. Pelaporan, Pencatatan, Penyelidik an dan Pemberitahuan Penyakit dan Kecelakaan
Kerja.
b. Kecelakaan kerja yang menye babkan hilangnya waktu kerja, dan kerugian tidak
bermakna.
c. Semua penyakit akibat kerja, yang terjadi pada setiap orang, apakah orang yang
dipekerjakan atau usaha mandiri.
Untuk manajemen keselamatan dan kesehatan kerja internal, pencatatan
pada tingkat perusahaan diperluas dari syarat-syarat yang ditetapkan di atas, yaitu
kecelakaan selama per jalanan pulang pergi, kecelakaan dan kejadian berbahaya
yang tidak me nyebabkan hilangnya waktu kerja.
Pelaporan, pencatatan, pemberitahu an dan penyelidikan tentang ke
celakaan dan penyakit akibat kerja harus mengikuti prosedur standar. Semua
kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis dengan
menggunakan suatu format standar. Informasi mengenai kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang harus diberitakan dan format standar pemberitahuan yang disaran
kan harus ditetapkan melalui peratur an secara nasional.
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus diberitahukan kepada yang
a.
b.
c.
d.
e.
Daftar Pustaka
Ali A. & Tanzili, 2006, Pedoman Lengkap Menulis Surat, PT Kawan Pustaka, Depok.
Aviana, 2007, Perbedaan Cara Berkomunikasi Antara Pekerja Jepang dan
Pekerja Indonesia Dalam Penerapan Horenso, tesis S2.
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Billy, Betty K., 2007,Akuntansi,Arya Duta,
Depok.
Depdiknas, 2004, Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Edisi 2004 Depdiknas,
Jakarta.
________, 2004,
Standar
Kompetensi
Nasional
Indonesia
Bidang
Sekretaris/Administrasi Bisnis , Depdiknas, Jakarta.
Hamdani D. & Sutisna A., 2002, Surat Niaga & Kearsipan, CV.Yrama Widya,Bandung.
Hendarto H. & Tulusharyono, 2002, Menjadi Sekretaris Profesional, Penerbit P P M ,
Jakarta.
Katayama T., 2005,Tegami No Kakikata Jiten (Ensiklopedia Korespondensi), Daiso,
Hiroshima Japan.
Kitamura, Hiroaki dkk, 1997, Joohoo To Hyoogen (Informasi Dan Ekspresi), Sobunsha
Shuppan, Tokyo Japan.
Madiana, Gina, 2004, Pengarsipan Surat Dan Dokumen Kantor, Cv.Armico,Bandung.
Maruyama, Keisuke dkk, 1999, Writing Business Letters in Japanese, The Japan Times,
Tokyo Japan.
Mulyana, Deddy, 2004, Komunikasi Efektif, P T Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nakamaki H. & Hioki K.,Ed., 1997, Keiei Jinruigaku Koto Hajime (Antropologi Administrasi),
Toho Shuppasn, Osaka Japan.
Nugroho, Adi, 1996, Penuntun Teknis Surat Menyurat., Penerbit Indah, Surabaya. Ooishi,
Yutaka,1998, Komyunikeeshon Kenkyu, (Suatu Penelitian Tentang Komunikasi),
Keio Gijuku Daigaku Shuppankai, Tokyo Japan.
Puspitasari, Devi, 2007, Menangani penerimaan dan pengiriman Surat/ Dokumen, Arya
Duta, Depok.
________, 2007, Mengelola dan Menjaga Sistem Kearsipan, Arya Duta,Depok.
________, 2007, Bekerja Sama Dengan Kolega dan Pelanggan, Arya Duta Depok.
Puspitasari D. & Aulia R., 2007, Berkomunikasi Melalui Telepon, Arya Duta,Depok.
________, 2007, Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi, Arya Duta, Depok.
Sato, Rieko, 2006, Sekkyaku No Kihon Ga Omoshiroi
Hodo Mi Ni Tsuku Hon (Buku Pedoman Menarik Tentang Cara Melayani Tamu), Chukei
Shuppan, Tokyo Japan.
Sedarmayanti, 2001,Manajemen Perkantoran, Penerbit Mandar Maju, Bandung.
Sukoco, Badri M., 2002, Manajemen Administrasi Perkantoran Modern,Erlangga, Jakarta.
Sumamur, 1987, Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kesehatan, CV. Haji Mas
Agung, Jakarta 1980, Sumpriana, Euis, 2004,Melakukan Pekerjaan Surat Menyurat, CV.
Armico, Bandung.
Sumpriana, Euis, 2004, Melakukan Pekerjaan Surat Menyurat, CV. Armico, Bandung.
Takashi, Ryuzaki, 2002, Giin Hisho (Sekretaris Anggota Parlemen), PHP Kenkyuujo, Tokyo,
Japan.
Tim Administrasi Perkantoran, 2005, Administrasi Perkantoran 1 A, PT Galaxy Puspa Mega,
Jakarta.
Tsubosaka, Tatsuya, 2005, Seirisuru Gijutsu Ga Omoshiroi Hodo Mi Ni Tsuku Hon (Buku
Pedoman Menarik Tentang Teknik Merapikan Barang), Chukei Shuppan, Tokyo Japan.
UU no.1 Th 1970, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
UU no.13 Th 2003,Ketenagakerjaan.
Woworuntu, Tony, 1991, Manajemen Untuk Sekretaris, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wuryantari, Sri, 2007, Melakukan Proses Administrasi Transaksi, Arya Duta Depok.
________, 2007, Melakukan Prosedur Administrasi, Arya Duta, Depok.
________, 2007, Menggunakan Peralatan Kantor, Arya Duta, Depok.
Wuryantari S. & Puspitasari D., 2007, Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Arya
Duta, Depok.
Yoshihara, Yasuhiko, 2006, Fairingu No Kihon Ga Omoshiroi Hodo Mi Ni Tsuku Hon (Buku
Pedoman Menarik Tentang Pengarsipan Dokumen), Chukei Shuppan, Tokyo J