Anda di halaman 1dari 31

Bahan ajar SMK

1.1. Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)


Deskripsi K3
Dalam rangka memasuki era pasar/ perdagangan bebas tingkat negara
negara Asean yang dikenal dengan istilah Asean Free Trade Agreement (AFTA) dan
perdagangan bebas ting kat asia pasifik (APEC) serta per dagangan bebas tingkat
dunia World Trade Organization (WTO) yang akan diberlakukan pada tahun 2020,
dan dalam perdagangan bebas ter sebut K3 merupakan salah satu persyaratan
yang harus dipenuhi bagi industri di Indonesia.
Yang dimaksud dengan pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
adalah langkah atau tahapan yang dilakukan untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya berbagai kecelakaan ditempat kerja. Jenis kecelakaan yang terjadi antara
lain karena faktor pekerja itu sendiri (kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan),
faktor salah prosedur penggunaan alat dan faktor lingkungan sekitar proses kerja
berlangsung serta faktor manajemen kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat dideskripsikan sebagai
persyaratan untuk meningkatkan produktivitas kerja para pekerja atau karyawan
perusahaan. Undang-Undang

Republik

Indonesia

Nomor

Tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja dijelaskan bahwa ditetapkan syarat-syarat keselamatan


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

h.
i.
j.
k.
l.

kerja yaitu untuk :


Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadi an lain yang berbahaya;
Memberi pertolongan pada kece lakaan;
Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotor an, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan
getaran;
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, pe racunan, infeksi dan penularan.
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik;
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja
n.
o.
p.
q.
r.

nya;
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, bina tang, tanaman atau
barang;
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
Mengamankan
dan
memperlancar
pekerjaan
bongkar
muat,
perlakuan
dan penyimpanan barang;
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
Menyesuaikan dan menyempur nakan pengamanan pada peker jaan yang bahaya
kecelakaan nya menjadi bertambah tinggi.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970
dijelaskan bahwakewajiban dan atau hak tenaga kerja adalah untuk :

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan

atau keselamatan kerja;


b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat ke selamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan ; Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan
dimana syarat kesehatan dankeselamatan ker ja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan diragukan oleh nya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain
oleh pegawai peng awas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung
jawabkan
Menindaklanjuti upaya untuk menyongsong dan sekaligus memenang kan
era perdagangan bebas, maka pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen
Tenaga Kerja dan Trans migrasi (Depnakertrans) telah mener bitkan suatu peraturan
yang berkait an dengan manajemen K3. Peratur an tersebut adalah Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Per.05/MEN /1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Didalam Permenaker di atas, pada pasal 2 ayat (1) dinyatakan
bahwa setiap perusahaan yang memper kerjakan tenaga kerja sebanyak se ratus
orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses bahan produksi yang dapat meng akibatkan kecelakaan kerja
seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib me
nerapkan sistem manajemen K3. Ayat (2) sistem manajemen kese lamatan dan
kesehatan kerja wajib dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga
kerja sebagai satu kesatuan.

Okasatria Novyanto (2008) menjelas kan bahwa Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
keseluruhan yang me liputi struktur organisasi, perencana an, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembang
an, penerapan, pencapaian, pengkaji an dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dari SMK3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang
melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Sedang kan manfaat yang diperoleh dari penerapan SMK3 bagi industri atau
perusahaan yakni :
a. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
b. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
c. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa
aman dalam bekerja.
d. Meningkatkan image pasar ter hadap perusahaan.
e. Menciptakan hubungan yang harmonis antara karyawan dan perusahaan.
f. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur
alat semakin lama.
Tugas Aplikasi Konsep
Berdasarkan pembahasan tentang deskripsi K3 di atas, lakukan wawan cara
dengan tenaga kerja dan atau pengusaha dari suatu perusahaan yaitu berkisar
tentang :
1. Apakah pekerja dan atau pe ngusaha mengetahui tentang K3 ?
2. Apakah pekerja mengetahui ke untungan bagi pekerja bila K3 diterapkan pada
suatu perusaha an?
3. Apakah pekerja memperhatikan atau menerapkan K3 pada saat bekerja di tempat
kerja?
4. Apakah pengusaha mengetahui peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang K3?
5. Apakah pengusaha mengetahui keuntungan bagi perusahaan bila K3 diterapkan
pada suatu perusa haan?
6. Apakah perusahaan memiliki struk tur organisasi K3?
7. Buatlah catatan dan hitung jumlah orang/ pekerja yang memahami K3 dan tidak
memahami K3.
8. Buatlah catatan dan hitung jumlah orang/ pekerja yang memperhati kan atau
menerapkan K3 pada saat bekerja.
9. Apa yang dapat Anda lakukan bila para pekerja belum mengetahui K3?
10. Apa yang dapat Anda lakukan bila para pekerja tidak menerap kan K3?

A. Persyaratan produksi
B. Keselamatan kerja di tempat kerja
Kesadaran tentang penerapan K3LH dewasa ini semakin meningkat, ter
utama pada organisasi perusahaan yang bergerak di bidang usaha perta nian atau
perkebunan.

Kesadaran tentang

penerapan K3LH tersebut sejalan dengan

penerapan peraturan sistem manajemen mutu ISO 14000 yaitu bagi organisasi
perusahaan

yang

memerlukan

pe

ngakuan

standar

Internasional.

Untuk

mempermudah pelaksanaan penerapan K3 LH tersebut, perlu di ketahui beberapa


pengertian atau istilah-istilah umum yang biasa diper gunakan yaitu sebagai berikut :
a. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan erat dengan
mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan
lingkungan serta cara-cara me lakukan pekerjaan.
b. Sasaran Program K3
Sasaran program K3 adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam
tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara. Tempat tempat kerja tersebar
pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian/ perkebunan, peternakan,
perikanan,

industri

pengolahan,

pertambangan,

perhubungan,

jasa

dan

sebagainya.
c. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup maupun terbuka,
bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering digunakan oleh
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha.Tempat kerja tersebut terdapat sumbersumber bahaya, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air,
maupun di udara yang menjadi ke wenangan suatu badan usaha atau perusahaan.
Dalam bidang perkebunan, yang disebut dengan tempat kerja adalah tempat dimana
kegiatan perkebunan biasa dilaksanakan, yaitu areal pembibitan, areal penanaman,
termasuk laboratorium, dan bengkel pertanian.
d.

Perusahaan

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja


dengan tujuan untuk mencari laba atau tidak, baik milik perorangan, kelompok,
swasta maupun milik negara.
e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di
dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memenuhi standar kebutuhan masyarakat.
f.

Tujuan dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan

keselamatan

kerja

adalah

untuk

menciptakan

suatu

sistem

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan semua


unsur-unsur yang terdapat da lam suatu instansi atau perusahaan dimana dilakukan
kegiatan kerja. Sedangkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah semua
personil dan suatu instansi atau perusahaan termasuk didalamnya adalah pihak
manajer, tenaga kerja dan orang-orang yang terkait dengan kegiatan perusahaan
tersebut.
g. Penerapan Prosedur K3
Setiap organisasi perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan :
Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap pe nerapan sistem
manajemennya
Merencanakan pemenuhan ke bijakan, tujuan dan sasaran pe nerapan K3
Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan
mekanisme pen dukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran
K3.
Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melaku kan tindakan
perbaikan dan pen cegahan.
Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem K3 secara
berkesinambungan de ngan tujuan meningkatkan kinerja.
B.1. Instruksi Kerja Pengendalian Resiko
Dalam melaksanakan pekerjaan, kecelakaan dapat

terjadi secara tak

terduga. Untuk menghindari dan meminimalkan terjadinya kecelakaan maka perlu


disusun instruksi kerja. Pembuatan instruksi kerja disesuaikan dengan keadaan
peralatan yang dipakai. Ada beberapa hal yang harus dilakukan atau disiapkan oleh
perusahaan untuk menghindari ter jadinya kecelakaan kerja, antara lain :

Pada setiap laboratorium atau bengkel atau ruangan dibuatkan tata tertib yang harus
dipatuhi oleh semua orang yang akan masuk ke dalam lab atau ruangan. Didalam
tata tertib tersebut perlu dijelaskan hal-hal yang harus dilakukan dan tidak boleh
dilakukan serta ancaman sanksi yang akan dikenakan jika melanggar tata tertib.
Setiap alat yang dioperasikan dengan menggunakan mesin harus dibuatkan instruksi
kerjanya. Instruksi kerja tersebut langsung ditempelkan pada alat atau di
tempat-tempat tertentu sedemiki an rupa, sehingga setiap operator alat yang akan
menggunakan alat dapat membaca petunjulk peng operasian alat. Hal ini untuk
meng hindari terjadinya kesalahan prosedur dalam pengoperasian alat. Selain itu,
dengan adanya pe tunjuk pengoperasian maka siapa pun yang akan
mengoperasikan alat tersebut dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat
menyebabkan kecelakaan operator atau kerusakan alat.
Pada setiap ruangan agar dibuat kan poster-poster keselamatan kerja dan
label-label yang me nunjukkan bahaya kecelakaan yang mungkin saja terjadi. Pem
buatan label dan poster tersebut harus dibuat sedemikian rupa se hingga mudah
dibaca bagi setiap orang.
Bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, fungisida, bakterisida, rodentisida,
herbisida, insektisida, pupuk anorganik dan sebagainya, diberikan label dan tanda
dengan menggunakan lambang atau tulisan peringatan pada wadah adalah suatu
tindakan pencegahan yang sangat penting.
Aneka label dan pemberian tanda, diberikan sesuai dengan sifat ba han yang ada.
Beberapa label dan pemberian tanda dapat dipakai dengan menggunakan lambang
yang sudah diketahui secara umum. Dengan demikian masya rakat mudah
mengenal dan me respon maksud dan tujuan label atau tanda atau lambang yang
telah dipasang.
B.2. Dasar-dasar Keselamatan Kerja dan Resiko
Beberapa ketentuan yang mem bahas dasar-dasar keselamatan ker ja dan
resiko adalah sebagai berikut :
Persyaratan Keselamatan untuk Perkakas, Mesin dan Bahan Kimia Berbahaya
Mengingat sangat bervariasinya per kakas, mesin, bahan kimia berbahaya
dan cara kerja yang diguna kan dalam bidang pertanian (perkebunan), maka tidak
semuanya akan dibicarakan, baik dalam kaitan dengan pemilihan perkakas, mesin
dan bahan kimia berbahaya tetapi prinsip-prinsip umum akan diuraikan .
a. Syarat-syarat umum
Semua perkakas, mesin dan bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam
pertanian (perkebunan) harus ::

Memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja sesuai ke tentuan dalam


standar internasional atau nasional dan rekomen dari pihak berwenang, apabila
tersedia;
Digunakan hanya untuk pekerja an yang telah dirancang atau dikembangkan,
kecuali jika suatu penggunaan tambahan yang diusulkan telah dinilai oleh seorang
yang kompeten dan telah dinyata kan aman penggunaannya.
Digunakan atau dioperasikan oleh para pekerja yang telah dinilai ber kompeten dan
atau memiliki serti fikat keterampilan yang sesuai.
Perkakas, mesin dan peralatan harus mempunyai disain dan konstruksi yang baik,
dengan mem pertimbangkan prinsip kesehatan, keselamatan dan ergonomik, dan
mereka harus dipelihara dengan kondisi yang baik.
Setiap perkakas, mesin dan peralatan harus secara rutin diperiksa berdasarkan
suatu penilaian yang lengkap dari semua kriteria terkait harus digunakan saat
pemilihan suatu mesin. Hal ini membantu untuk menciptakan suatu Iingkung an kerja
yang sehat dan produktif serta memastikan bahwa mesin tersebut tepat untuk tujuan
yang dimaksudkan.
Pengusaha atau produsen alat dan mesin harus menyediakan instruksi dan
informasi K3 yang jelas dan menyeluruh tentang penggunaan dan pemeliharaan
perkakas dan bahan kimia ber bahaya bagi operator/ pengguna.
Peralatan harus dirancang agar gampang dan aman dalam peme liharaan dan
sedikit perbaikan di tempat kerja. Para pekerja harus dilatih untuk melakukan pemeli
haraan dan perbaikan kecil pada mesin dan peralatan mereka. Jika tidak bisa
dilakukan, seorang yang kompeten harus mudah dihubungi dari tempat kerja.
Fasilitas untuk perbaikan dan pemeliharaan pe ralatan dan perkakas harus di
sediakan. Disarankan penyedia an fasilitas perbaikan dan pemeli haraan peralatan
dan perkakas dekat dengan tempat berteduh atau fasilitas perumahan.
Pada tempat perbaikan harus disediakan fasilitas bengkel de ngan perkakas dan
peralatan pemeliharaan yang sesuai, agar pekerjaan pemeliharaan dan re parasi
dilaksanakan dalam kondisi aman, tanpa terganggu oleh kon disi cuaca yang buruk,
serta tidak mengganggu lingkungan di sekitar bengkel.
b. Peralatan tangan
Penggunaan peralatan tangan banyak digunakan untuk jenis-jenis pekerjaan
yang ringan dan memerlu kan spesifikasi kerja tertentu. Ada beberapa hal yang

harus diperhati kan dalam penggunaan peralatan tangan, yaitu :


Peralatan tangan untuk memotong dan memisahkan benda harus dibuat dari baja
berkualitas baik sehingga menjaga sisi pe motongan dan efektivitasnya de ngan
pemeliharaan minimum.
Bagian alas dari suatu alat untuk memotong dan memisahkan harus dipasang
dengan aman pada tangkai dengan suatu alat efektif, sebagai contoh baji, paku
keling atau baut.
Tangkai harus memberikan suatu genggaman yang kuat dan harus terbuat dari kayu
berkualitas baik atau bahan lain yang sesuai

Spesifikasi perkakas, seperti ukur an, panjang tangkai dan berat harus sesuai untuk
memenuhi ke butuhan dari pekerjaan dan keada an fisilk dari pemakai.
Jika tidak digunakan, perkakas bersisi tajam harus diberi sarung dengan alat yang
sesuai.
c. Mesin portable
Kendali mesin seperti gergaji rantai, gergaji sikat dan pemotong rumput harus
ditempatkan dengan nyaman dan fungsinya ditandai dengan jelas.
Posisi dan dimensi tangkai harus nyaman bagi operator dalam semua sikap kerja
normal.
Tingkat kebisingan, getaran dan emisi buangan yang berbahaya harus serendah
mungkin sesuai dengan kemajuan teknologi.
Bahan bakar dan minyak pelumas yang digunakan harus da pat dihancurkan secara
biologis (ramah lingkungan) sehingga me ngurangi bahaya polusi gas buang dan
tumpahan.
Semua alat pelindung harus pada tempatnya dan secara teratur diperiksa
kerusakan yang timbul.

d. Permesinan otomatis atau mesin konvensional

Mesin harus dilengkapi dengan alat penahan goncangan, tempat duduk dapat
disetel sepenuhnya untuk pengemudi dan dipasang sabuk pangaman yang sesuai.

Ruang operator harus dirancang dan ditempatkan sehingga sesuai dengan ukuran
badan operator yang kemungkinan besar meng gunakan mesin tersebut.

Cara masuk dan keluar dari me sin, seperti anak tangga, tangga dan pintu, harus di
rancang untuk menyediakan tumpuan tangan dan kaki dengan suatu ketinggian dan
jarak yang nyaman.

Mesin harus dilengkapi dengan struktur perlindungan berguling, .

Kabin tempat operator bekerja harus memenuhi persyaratan dan dilindungi dari
obyek yang jatuh.,

Mesin harus dilengkapi suatu alat penyetop yang tidak dapat kem bali sendiri,
mudah dicapai, dan ditandai dengan jelas dari posisi kerja normal operator.

Untuk mesin-mesin yang meng gunakan sistem transmisi atau kopling, maka jika
tidak dipakai, persneling harus dalam keadaan tersambung.

Rem parkir harus mampu untuk menjaga mesin dan beban lajunya pada saat
dioperasikan pada la han yang miring,

Pipa pembuangan harus dileng kapi dengan penangkap percikan. Mesin yang
dilengkapi dengan turbo chargers tidak memerlukan penangkap percikan.
1. Pakaian dan Peralatan Pelindung Kerja

Penggunaan pakaian dan peralatan pelindung kerja, sangat dibutuhkan bagi


pekerja. Kesadaran tersebut per lu dipelihara dan ditingkatkan untuk mencapai mutu
keselamatan dan ke sehatan kerja serta lingkungan hidup.
a. Pakaian kerja
Pakaian kerja yang dipakai di lapangan, bagi pekerja bidang pertanian, harus

memenuhi beberapa kriteria, secara umum adalah :


Pakaian kerja harus dibuat dari bahan yang menjaga badan pekerja tetap kering
dan berada pada temperatur yang nyaman. Untuk bekerja di daerah yang ber iklim
panas dan kering, pakaian yang sesuai harus digunakan untuk menghindari radiasi
panas yang berlebihan dan memudah kan pengeluaran keringat.
Pakaian pelindung yang sesuai harus disediakan jilka ada suatu resiko radiasi UV
atau potensi bahaya biologik, seperti tumbuhan beracun, infeksi dan binatang.
Pakaian harus mempunyai warna yang kontras dengan lingkungan pertanian untuk
memastikan bah wa para pekerja kelihatan dengan jelas.
Penggunaan alat pelindung diri harus dianggap sebagal suatu upaya terakhir, bila
pengurangan resiko dengan cara-cara teknis atau organisatoris tidak mungkin
dilakukan. Hanya dalam keadaan ini alat pelindung diri yang berhubungan dengan
resiko spesifik tersebut digunakan.
Alat pelindung diri untuk pekerjaan bidang pertanian dilapangan harus memiliki
fungsi yang spesifik.
Bila pekerjaan dilakukan dengan menggunakan bahan kimia berbahaya, alat
pelindung diri harus disediakan sesuai keselamatan dalam penggunaan bahan kimia
ditempat kerja.
Alat pelindung diri harus meme nuhi standar internasional atau nasional.

b. Alat pelindung diri


Ada beberapa jenis alat pelindung dirl untuk bidang pekerjaan pertanian di
lapangan sesuai dengan jenis pekerjaanya antara lain: sarung tangan, sepatu
lapangan, topi pengaman, penutup muka, penutup mata, penutup telinga,

dan penutup mulut .


Sarung tangan dipergunakan untuk berbagai kegiatan bila menggunakan bahan
kimia beracun, seperti mencampur pestisida, mencapur pupuk dan sebagainya.
Untuk jenis sarung tangan yang dipakai adalah sarung tangan yang terbuat dari
karet tidak tem bus bahan cairan. Sedangkan untuk pekerjaan di laboratorium
biasanya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari serat asbes tahan panas.
Sepatu lapangan dipergunakan jika jenis pekerjaan yang diguna kan adalah jenis
pekerjaan lapang an.Alat ini digunakan untuk me lindungi kaki pada saat bekerja di
lapangan dari gigitan serangga atau pekerjaan lain yang berba haya di lapangan.

Jenis sepatu yang digunakan adalah jenis se patu bot, yang terbuat dari karet atau
plastik. Lihat Gambar 1.1.
Topi pengaman (Helmet); Jenis alat ini digunakan untuk melin dungi kepala dari
kemungkinan benda-benda jatuh di lapangan. Misalnya pada saat memanen buah.
Lihat Gambar 1.2
Penutup bagian muka diperguna kan untuk jenis pekerjaan lapang an, jika kondisi
lapangan berdebu. Hal ini untuk melindungi muka dari
debu yang berterbangan pada saat bekerja. Contoh penutup ba gian muka dapat
dilihat pada Gambar 1.3
Pelindung atau penutup mata. Janis alat ini dipakai untuk me lindungi mata pada
saat bekerja di lapangan, baik dari terik matahari maupun dari benda-benda yang
berbahaya di lapangan seperti debu, ataupun pada saat bekerja di laboratorium.
Alat pelindung mata sesuai kondisi lapangan dapat dilihat pada Gambar 1.4.
Alat pelindung mulut (masker). Alat ini berfungsi melindungi mulut dan hidung dari
bahan berbahaya saat bekerja di lapangan yakni menggunakan pestisida, gas be
racun atau debu. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 1.5.

2. Pelaksanaan Kerja Berdasarkan Rekomendasi Aman; Pengujian dan Sertifikasi


Peralatan
Untuk menjamin agar tidak terjadi kecelakaan atau hambatan pada saat
kegiatan dilaksanakan, maka alat alat yang akan dipergunakan harus terlebih dahulu
dilakukan pengecekan yaitu memastikan bahwa alat-alat tersebut berfungsi sesuai
rancangan dan dibuat memenuhi syarat kese lamatan kerja

Gambar 1.1 Sepatu Lapangan

Gambar 1.2 Pelindung Kepala (Helmet)

Gambar 1.3 Pelindung Muka

Pengujian peralatan tersebut harus dilakukan oleh lembaga atau institusi yang
berwenang menguji dan me miliki sertifikat untuk peralatan yang menggunakan
mesin

dan

sensitifitas

tinggi.

Sedangkan

untuk

peralatan

manual,

jika

memungkinkan operator dapat melakukannya sendiri. Pengu jian dilakukan secara


reguler, dan hasil pengujian dilaporkan kepada perusahaan, untuk dilakukan tindak
an semestinya. Peralatan yang me menuhi standar keselamatan kerja diterbitkan
sertifikat. Sedangkan peralatan yang rusak, disarankan untuk diperbaiki agar dapat
berfungsi se bagaimana mestinya.
3. Resiko Pekerjaan Diidentifikasi dan Tindakan Diambil untuk Mengurangi Resiko
Lingkup kerja bidang pertanian, khususnya perkebunan terbagi dalam dua
kategori, yaitu di laboratorium dan di lapangan. Kedua jenis resiko kedua pekerajan
ini berbeda, karena karakteristiknya. Karena itu resiko pekerjaan dibedakan menjadi;
tanpa oksigen kebakaran tidak akan terjadi, dan tanpa bahan yang mudah ter bakar
tak mungkin kebakaran terjadi dan tanpa panas kebakaran juga tak akan terjadi.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya ke bakaran yaitu :
a. Nyala api dan bahan pijar
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik,
kemudian terbakar dan menyala terus menerus sampai habis. Kemung kinan

terbakar atau tidak suatu bahan tergantung pada :


Sifat bahan padat; yaitu sangat mudah atau agak mudah atau bersifat sukar
terbakar
Ukuran zat; jika suatu zat atau bahan berjumlah sedikit maka tidak cukup
menimbulkan panas sehingga kebakaran tidak akan te jadi.
Keadaan zat padat
Cara menyalakan

Gambar 1.4 Pelindung Mata

Gambar 1.5 Masker Pelindung Mulut Saat Menggunakan Pestisida


b. Penyinaran
Terbakarnya bahan-bahan yang ber sifat mudah terbakar oleh benda pijar
atau nyala api, tidak harus terjadi karena persentuhan. Semua sumber panas akan
memancarkan gelom bang elektromagnetis yaitu sinar infra merah. Jika gelombang
elektromagnetis me ngenai benda, maka pada benda tersebut akan dilepaskan
energi yang berubah menjadi panas. Akibatnya benda yang disinari akan bertambah
panas dan bila panas tersebut sampai pada titik nyala maka benda tersebut akan
terbakar.
c. Peledakan uap atau gas
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala, jika terkena benda pijar atau nyala api maka kebakaran akan terjadi. Besar
kecilnya kebakaran sangat tergantung pada jumlah (volume) gas atau uap.
d. Percikan api
Pencikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakar nya
campuran gas, uap atau debu dan udara dapat menyala. Biasanya percikan api
tidak dapat menyebab kan benda terbakar. Karena tidak cukup energi dan panas
yang ditim bulkan. Percikan api dapat ditimbul kan oleh hubungan arus pendek,
ataupun oleh terjadinya kelistrikan statis, yaitu akibat pergesekan dua buah benda
yang bergerak.
e. Terbakar sendiri
Kebakaran yang terjadi secara sendiri disebabkan karena seonggok an bahan
bakar mineral padat atau zat-zat organik. Kebanyakan, minyak mudah terbakar,
terutama minyak tumbuh-tumbuhah. Banyaknya panas yang tejadi ditentukan oleh
luas permukaan yang bersinggungan de ngan udara. Karena itu perlu diiden tifikasi
bahan-bahan yang mudah terbakar untuk ditempatkan pada tempat yang aman.
f. Reaksi kimia
Reaksi-reaksi kimia dapat menghasil kan panas yang dapat menyebabkan
terjadinya kebakaran. Fospor kuning teroksidasi sangat cepat bila bersing gungan
dengan udara. Natrium dan kalium akan cepat bereaksi bila tercampur dengan air,

dan akan me lepaskan gas hidrogen yang mudah terbakar jika suhu udara di atas
400 oC. Asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan menye babkan
terjadinya nyala api.
g. Kebakaran karena listrik
Kebanyakan peralatan laboratorium yang digunakan dalam bidang pertanian
khususnya perkebunan ba nyak menggunakan listrik sebagai sumber tenaganya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan keselamatan kerja listrik
yaitu pedoman keselamatan kerja listrik; menyangkut tenaga kerja, organisasi dan
cara kerja, bahan dan peralatan listrik, dan pedoman per tolongan terhadap
kecelakaan. Perlengkapan pakaian kerja bagi tenaga kerja yang berkecimpung

dengan kelistrikan, harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :


Cukup kuat dan tahan gesekan.
Baju kemeja berlengan panjang dan berkancing pada bagian ujung lengan.
Celana panjang.
Ujung kaki celana dapat dilipat dan dikancing.
Sepatu bersol karet, tidak berpaku dan memiliki sifat isolator.
Topi helm terbuat dari plastik, kuat, dan memiliki sifat isolator sesuai dengan
tegangan yang dihadapi di lapangan.
Sarung tangan panjang, lemas, kuat, dan memiliki daya isolator yang sesuai.
Sarung tangan untuk bekerja adalah lemas, kuat, dan tahan gesekan terhadap
kawat penghantar.
Pedoman instalasi dan syarat-syarat perlengkapan listrik yaitu sebagai berikut:

1). Pemasangan peralatan listrik


Pemasangan transformator, pa nel, sakelar, motor, dan alat-alat listrik lainnya, di
tempat kerja harus dilaksanakan sedemikian se hingga tidak terdapat bahaya kon
tak dengan bagian-bagian yang bertegangan.
Manakala ruangan dan persyarat an pelayanan memungkinkan, alat alat dan
pesawat listrik harus di tempatkan dalam ruangan ter pisah yang ukurannya
memadai, dan hanya orang-orang berkom peten boleh masuk ke dalam ruang
tersebut.
Jika alat-alat atau pesawat listrik terpaksa ditempatkan di tempat kerja dalam ruang
produksi, ha rus dibuat pagar pengaman untuk melindungi bagian atau penghan tar
yang bertegangan.
Pagar pengaman berfungsi men cegah kecelakaan. Rangka pagar dapat terbuat
dari kayu, besi pipa, besi siku, kawat baja, besi pelat berlubang atau plastik. Dalam
hal ini, kayu kering atau plastik me miliki sifat yang lebih bailk, karena zat-zat
tersebut tidak menghantar kan listrik. Namun, kayu memiliki kerugian karena mudah
terbakar. Rangka besi harus disertai hu bungan ke tanah secara tepat.

Perlu dipasang papan tanda la rangan masuk bagi mereka yang tidak
berkepentingan dan disertai peringatan "Awas bahaya listrik". Tanda peringatan di
pasang pada tempat masuk ke ruangan, de ngan huruf yang jelas dan mudah
dibaca.
Terdapat kesesuaian dalam ba nyak hal mengenai norma-norma bagi pagar
pengaman untuk me sin dan pesawat listrik.
Petugas perawatan peralatan lis trik harus tahu benar bahaya-bahaya yang
berkaitan dengan instalasi listrik dan peralatan lainnya,
Bahaya akibat listrik harus dipertimbangkan pada perencanaan pembuatan tutup
pengaman bagi panel listrik.
Pemasangan instalasi listrik harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Peraturan Instalasi Listrik (PULL) dan per aturan-peraturan lain tentang ke
selamatan kerja listrik.
Pemasangan instalasi listrik di perusahaan dan tempat kerja, tergantung dari
konstruksi bangunan, ukuran dan pembagian beban, penempatan mesin-mesin,
pesa wat dan alat listrik, keadaan ruang kerja seperti berdebu, panas, lembab, dan
lain-lain
2). Sakelar
Apapun tipe sakelar, yaitu tombol tekan, tuas, putar atau otomatis, harus memenuhi
syarat keselamatan. Sakelar untuk keperluan motor, pesawat listrik, instalasi cahaya
dan tenaga, harus ditutup.
Tidak boleh dipakai sakelar tuas yang terbuka, karena bagian terbuka yang
bertegangan akan menimbulkan bahaya tekanan arus listrik sehingga dapat meng
akibatkan loncatan api, bila sakelar diputuskan arusnya.
Sakelar tuas harus tertutup, tutup dan poros pegangan (handel) harus dihubungkan
ke tanah
Sakelar tuas harus di pasang sedemikian rupa sehingga bagian yang dapat
digerakkan dalam ke adaan tidak ada hubungan (tidak bertegangan)
Bila dipakai sakelar pemisah untuk tegangan tinggi, sakelar harus dipasang di luar
batas jangkauan tangan dan pelayanannya dilakukan dengan menggunakan tongkat
pengaman.
Bila pemasangan seperti butir 3 dan 4 tidak dimungkinkan, sakelar tersebut harus
tertutup atau di pagar secara tepat agar tidak membahayakan, sedangkan pela
yanannya tetap dilakukan dengan memakai tongkat pengaman.
Untuk keperluan pemakaian se cara umum, dianjurkan agar di pakai sakelar putar
dan tombol tekan, karena bagian yang bertegangan berada di tempat tertutup.
Sakelar yang dapat me nimbulkan loncatan api harus di pasang dalam peta
penghubung.
Setiap sakelar harus disertai suatu petunjuk untuk posisi tertutup atau terbuka.

3). Sekring dan pengaman otomatis

Instalasi atau pesawat listrik di amankan dengan penggunaan se kring atau


pengaman otomatis
Sekring dan pengaman otomatis memutuskan arus, manakala ter jadi arus lebih
sebagai akibat ke salahan hubungan tanah, hubung an pendek dan beban lebih.
Pengaman arus lebih yang di tempatkan pada setiap bagian ins talasi yang
diamankan, harus me miliki jenis dan ukuran yang se suai, yaitu memutus arus
apabila arus yang lebih dari batas yang ditentukan melaluinya.
Pemasangan sekring pada me sin-mesin dan peralatan listrik ti dak hanya
ditentukan oleh kekuatan arus, tetapi juga oleh tenaga listrik yang tersedia dari
transformator atau generator, kemung kinan terjadinya hubungan tanah, beban lebih
dan hubungan pen dek yang membahayakan.
Pengaman dengan sekring, melindungi mesin, peralatan, dan tenaga kerja.
Penggunaan sekring harus dise suaikan dengan kuat arus yang tertera pada
sekring.
Sebelum pemasangan, kabel- kabel yang bersangkutan harus bebas arus dan
tegangan.
Setiap kerusakan pada sekring harus diikuti dengan pemeriksaan segera terhadap
faktor penyebab nya seperti adanya hubungan pendek atau beban lebih.
Sekring yang putus harus diganti dengan macam dan ukuran yang sama.
Dilarang menggunakan sekring yang telah rusak dan diperbaiki.
Pengaman otomatis dipakai untuk jaringan instalasi tegangan tinggi, untuk arus
yang besar, dan juga untuk instalasi tegangan rendah.
Bekerjanya pengaman otomatis ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang
disertai perlengkapan perlam batan waktu. Menurut bekerjanya pengaman otomatis
tergantung pada jenis termis dan jenis magnetis. Pengaman otomatis jenis termis be
kerja atas dasar peningkatan suhu, maka tergantung pada suhu ruang an.
Sedangkan pengaman otomatis jenis magnetis, bekerja atas dasar kuat arus yang
melalui jaringan instalasi.
AIat listrik memiliki ukuran pengaman otomatis untuk dipasang. Perawatan terhadap
pengaman otomatis dilaku kan oleh tenaga ahli yang berpe ngalaman.

4. Pencegahan Kebakaran
Untuk menghindari terjadinya ke bakaran, beberapa hal yang perlu dilakukan
pencegahan dan per lindungan yaitu :
a). Penyimpanan
Dalam pengorganisasian usaha

ke selamatan kerja terhadap bahaya

kebakaran, perhatian yang cermat harus diberikan tehadap lokasi dan disain
gudang. Aneka bahan, khusus nya zat-zat yang dapat terbakar merupakan sumber
utama terjadinya. Dalam perencanaan gudang atau tempat penyimpanan bahan,

baik sifat maupun bentuk bahan harus diperhatikan. Zat cair yang memiliki titik nyala
lebih kecil dari 320C harus ditempatkan dalam wadah atau tangki tertutup dan
disimpan dalam tangki dan ditempatkan di tempat yang terpisah atau di luar gudang
dan jauh dari bahan-bahan lain yang mudah terbakar.
b). Pengolahan
Jika proses produksi memungkinkan penggantian bahan yang kurang
berbahaya ditinjau dari segi kebakaran, maka resiko dapat dikurangi atau ditiadakan.
Jumlah bahan yang mu dah terbakar sedapat mungkin di kurangi dalam
penggunaannya pada proses produksi. Zat padat yang mudah terbakar harus
diletakkan tersusun rapi dan aman, sehingga memudahkan pekerjaan. Bahan cair
yang mudah terbakar harus disalur kan ke tempat kerja melalui pipa-pipa penyalur
atau drum-drum yang di lengkapi dengan pompa tangan. Perlu dilakukan
pengaturan agar ba han cair tidak tumpah ke sekitar, misalnya dengan penempatan
drum- drum pada landasan yang me nampung bahan tertumpah.
c). Meniadakan sumber kebakaran

Pada semua proses pemanasan harus terdapat pemisah yang tepat antara
bahan-bahan yang mu dah terbakar dan alat pemanas.

Pemanasan lebih dari semestinya tanpa disengaja harus dicegah dengan


pengendalian proses secara tepat.

Segala kegiatan pengeringan harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis yang


memadai dan sebaiknya disertai dengan sistem kontrol di antara pemanas dan
ventilasi.

Bahan-bahan yang dapat ter ba kar sendiri harus selalu diamati agar tidak ada
kenaikan suhu.

Semua pemasangan jaringan listrik dan peralatan listrik harus memenuhi standar
atau ketentuan yang berlaku

Perawatan mesin harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi panas
akibat gesekan.

Pendidikan dan pelatihan harus dilakukan kepada pekerja


5. Resiko Bahan-bahan Kimia
Bekerja di bidang pertanian atau per kebunan, penggunaan bahan kimia
tidak bisa dihindarkan, terutama da lam pengendalian organisme peng ganggu
tanaman. Untuk menghindari bahaya dari bahan-bahan kimia tersebut, ada
beberapa hal yang harus diperhati kan, antara lain bacalah etiket kemasan bahan

kimia yang ada. Kenali sifat-sifat bahan kimia ter sebut, apakah bahan tersebut
dapat menyebabkan gangguan atau iritasi terhadap tubuh atau tidak, dan guna kan
alat pelindung, baik untuk ta ngan, muka ataupun hidung agar terhindar dari bahaya
bahan kimia. Penggunaan bahan kimia berbahaya, jika mungkin harus dikurangi.
Jika penggunaannya tidak dapat dihindar kan, maka harus digunakan dalam
batas-batas aman, baik terhadap ma nusia, hasil produksi dan lingkungan.
6. Keracunan Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang biasa dipergunakan untuk mengen dalikan
hama dan penyakit tanaman. Sifat pestisida tersebut sangat berbahaya terhadap
kesehatan karena dapat menyebabkan sakit atau ke matian. Berdasarkan cara
pengguna annya dikenal insektisida yang di semprotkan dalam bentuk aerosol
maupun pengasapan (fumigan). Keracunan insektisida cepat terjadi melalui
beberapa cara, seperti kulit, mulut atau hisapan udara melalui hidung. Keracunan
melalui kulit mudah terjadi jika kulit terbuka. Ka rena itu, proses pembuatan larutan
dan penyemprotan pestisida harus dilakukan secara hati-hati dan meng gunakan
peralatan pelindung agar pestisida tidak terkena tubuh, seperti penggunaan masker,
sarung tangan, pakaian yang tertutup dan lainya.

Beberapa hal penting agar terhindar dari bahaya keracunan pestisida antara lain :
Semua pestisida adalah racun berbahaya dan harus dihindari. Oleh sebab itu harus
dijauhkan dari makanan, minuman dan he wan ternak.
Jangan mencampur pestisida me lebihi takaran yang ditentukan pabrik pembuatnya.
Perhatikan tanda-tanda peringatan pada kaleng kemasan, cara pe nyimpanan dan
cara pencampur annya, dan penggunaan.
Alatt pencampur dan penyimpan pestisida harus diletakkan terpisah dari gudang
dan dijauhkan dari jangkauan anak anak.
Hindari kontak langsung antara tubuh dengan pestisida. Kontak dengan pestisida
tidak boleh lebih dari 8 jam setiap harinya, karena dapat terjadi penyerapan melalui
kulit.
Hindari makan, minum dan me rokok sewaktu menyemprot insektisida.
Setelah menyemprot dengan pes tisida, cucilah pakaian dan badan dengan air yang
mengalir dan menggunakan sabun.
Jangan menyemprotkan pestisida berlawanan arah angin
Jika alat penyemprot pestisida tersumbat, jangan sekali-kali ditiup atau dihisap
dengan mulut.
Gunakan pelindung badan, ketika melakukan penyemprotan.

Tugas Aplikasi Konsep


1. Lakukan pengamatan dan catat hal-hal berkaitan dengan penerapan prosedur K3 di
perusahaan pertanian atau perkebunan.
2. Berdasarkan data yang Anda kumpulkan berapa jumlah pekerja yang menerapkan
prosedur K3 dan yang tidak menerapkannya.
3. Kumpulkan keterangan/ alasan tentang pekerja yang tidak me nerapkan prosedur
keselamatan kerja
C. Hak dan kewajiban tenaga kerja
Hak Dan Kewajiban Buruh/Pekerja Dalam Pelaksanaan K3 (Pasal 12 Uu
1/1970)
c.1. Kewajiban pekerja :
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
ahli K3.
2. Memakai alat pelindung diri.
3. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
c,2, Hak pekerja :
1. Meminta kepada pengusaha agar melaksanakan semua syarat K3 yang diwajibkan.
2. Menyatakan keberatan untuk bekerja apabila syarat-syarat K3 dan alat pelindung diri
tidak
memenuhi syarat.
C3. Hak Perusahaan :
1. Meminta pekerja untuk mentaati syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk K3 Tindakan
Pidana Pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970 dengan ancaman hukuman maksimum 3
(tiga) bulan penjara atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000,- (Pasal 15 ayat 2 UU
No. 1/1970).
D. Sistem manajemen kerja
1.2. Menjalankan pekerjaan sesuai dengan SOP
A. Penerapan SOP K3
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja para pekerja serta dalam
upaya peningkatan kualitas terhadap tingkat kepuasan pelang gan dari suatu
organisasi perusaha an yang menghasilkan produk ba rang atau jasa maka
diperlukan ada nya Standard Operating Procedure (SOP) atau dikenal dengan istilah
Prosedur Operasi Standar (POS). Produk pertanian atau perkebunan memiliki sifat

relatif mudah rusak, baik pengaruh faktor internal maupun eksternal. Akibat
pengaruh faktor internal yaitu bahwa secara alamiah produk pertanian atau
perkebunan bersifat biologis, sehingga pada proses penanganan sejak di kebun/
lahan sampai dengan dipanen terjadi proses metabolisme secara terus menerus.
Sehingga produk tersebut perlu prosedur penanganan atau operasi kerja terstandar
agar produk tidak rusak atau penurunan kualitas. Demikian pula pengaruh faktor
eksternal dapat memicu laju penurunan kualitas produk. Misal pengaruh kekeringan
dapat menimbulkan gangguan fisiologi tanaman yang diusaha kan sehingga dapat
terjadi kematian atau gagal panen. Demikian pula hasil panen yang tidak ditangani
secara baik hingga suhu dan ke lembaban tinggi dalam suatu ruang pasca panen
maka dapat terjadi kerusakan karena infeksi fungi. Memperhatikan fenomena resiko
yang dapat ditimbulkan akibat cara kerja yang tidak baik maka proses kegiatan
pertanian atau perkebunan memerlukan cara-cara kerja yang ber pedoman pada
standar. Penanganan proses produksi di kebun harus memperhatikan dan
menerapkan prinsip-prinsip budidaya yang baik dan benar yaitu dikenal dengan
istilah Good Agricultural Practices disingkat GAP. Perusahaan perkebunan besar
biasa nya telah memiliki suatu pedoman kerja dan standar prestasi kerja. Pedoman
kerja atau prosedur ope rasi standar disusun untuk pekerjaan di kebun atau di lahan
dan untuk pekerjaan pengolahan hasil dipabrik. SOP atau POS merupakan uraian
tahapan suatu pekerjaan yang harus diikuti oleh pekerja dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sifatnya memberi penjelasan bagaimana suatu proses pekerjaan
yang seharusnya dijalan kan secara konsisten, efektif dan efisien agar dapat
dicapai hasil yang berkualitas. Produk berkualitas ada lah

sesuai harapan

pelanggan, har ganya terjangkau dan mudah/cepat diperoleh.


B. SOP budidaya pertanian dan SOP pasca panen
SOP budidaya

tanaman

perkebunan secara

tahapan pekerjaan dimulai dari pe kerjaan:


a. Proses budidaya tanaman
Penyiapan lahan
Pembibitan tanaman
Penanaman tanaman

prinsip mencakup

uraian

Pemeliharaan tanaman
Pemanenan
b. Standarisasi
c. Sarana budidaya tanaman
d. Pelestarian lingkungan
e. Pengawasan
Sedangkan SOP pada pekerjaan pasca panen meliputi:
a. Proses penanganan pasca panen
b. Standarisasi
c. Sarana pasca panen
d. Pelestarian Lingkungan
e. Pengawasan
SOP budidaya tanaman perkebunan pada setiap komoditas berbeda sub
stansinya. Demikian pula SOP pasca panen pada setiap komoditas ber beda
substansinya. Berikut ini disaji kan contoh kerangka SOP pasca panen kakao.
Anonim (

) menjelaskan kerangka SOP pasca panen kakao yaitu :

I. Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Maksud
C. Tujuan
D. Ruang lingkup
II. Pengertian
III. Proses Penanganan pasca panen kakao
A. Diagram alir/alur proses
B. Panen
C. Sortasi buah
D. Pemeraman atau penyimpanan buah
E. Pemecahan buah
F. Fermentasi biji
G. Perendaman dan pencucian
H. Pengeringan biji

I.Sortasi dan pengkelasan biji kering


J. Pengemasan dan penyimpanan biji
IV.Standarisasi
V. Prasarana dan Sarana Penanganan pasca panen kakao
VI.Pelestarian Lingkungan
VII. Pengawasan
Tujuan yang ingin dicapai dari pe nerapan SOP Penanganan Pasca Panen Kakao
adalah:
a. Mempertahankan dan meningkat kan mutu biji kakao
b. Menurunkan kehilangan hasil atau susut hasil kakao
c. Memudahkan dalam pengangkut an hasil kakao
d. Meningkatkan efisiensi proses penanganan pasca panen kakao
e. Meningkatkan daya saing hasil kakao
f. Meningkatkan nilai tambah hasil kakao
Tugas Aplikasi Konsep
Setelah menyimak uraian tentang pelaksanaan kerja sesuai dengan SOP maka
jawablah pertanyaan se bagai berikut :
1. Bila suatu perusahaan perkebun an tidak memiliki SOP kegiatan budidaya tanaman,
kesalahan apa saja yang dapat ditimbulkan oleh pekerja?
2. Bila suatu perusahaan perkebun an memiliki SOP kegiatan budi daya tanaman, apa
manfaat bagi pekerja?
3. Bila suatu perusahaan perkebun an memiliki SOP kegiatan budi daya tanaman, apa
manfaat bagi pengusaha?
4. Bila Anda mengamati dua ke lompok pekerja yang satu me ngikuti SOP dan lainya
bekerja tanpa SOP. Kelompok manakah yang akan melakukan proses dan hasil
kerja yang berkualitas. Jelaskan!
Bila bekerja sesuai SOP maka akan diperoleh hasil yang ber kualitas dan
waktu yang efisien. Mengapa demikian?Jelaskan !
1.3. Melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan
Kondisi darurat merupakan keadaan berbahaya, biasanya bersifat semen
tara (relatif singkat). Misalnya ke celakaan, kebakaran, dan sebagai nya. Dalam

kondisi berbahaya dan berlangsung dalam tempo tidak ter lalu lama, maka sangat
diperlukan prosedur untuk mengatasinya
.
A. Penanganan Kondisi Darurat di Lapangan
Kecelakaan)

(Pertolongan Pertama pada

Banyak resiko pekerjaan yang akan terjadi di lapangan, yang dihadapi oleh
pekerja dalam bidang pertanian, khususnya di bidang perkebunan. Resiko tersebut
mulai dari hal-hal yang kecil seperti anggota tubuh terluka, digigit hewan berbisa,
keracunan bahan kimia/ pestisida dan lain-lain yang mungkin terjadi. Bila bekerja di
lapangan, biasanya lokasi tempat bekerja jauh dari pemukiman. Jika terjadi
kecelakaan maka kepada setiap pekerja harus dibekali kemampuan untuk
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan Pertama (PP)
adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan
atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan per olongan dari tenaga
medis. Hal Ini berarti :
a. Pertolongan Pertama harus diberi kan secara cepat walaupun pe rawatan
selanjutnya tertunda.
b. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit bukan
menambah sakit korban.
Umumnya para pekerja bidang pertanian berada di lapangan, bekerja dalam
kelompok kecil di lokasi ter pisah, sehingga setiap pekerja harus dilatih tentang PP.
Beberapa ke trampilan dasar yang perlu dikuasai adalah bagaimana melakukan
resusitasi jantung paru (RJP), bagaimana mengatasi korban tersedak, bagaimana
mengatasi korban per darahan, bagaimana mengatasi kor ban patah tulang,
bagaimana me ngatasi korban luka bakar dan lain sebagainya. Pelatihan
pertolongan pertama harus dilakukan secara berulang pada interval yang teratur,
untuk memasti kan bahwa ketrampilan dan penge tahuan tidak ketinggalan jaman
atau dilupakan. Ketetapan tentang fasilitas PP dan personil yang terlatih harus
ditetapkan melalui peraturan Alat atau kotak PPPK yang dirawat dengan baik harus
siap tersedia di tempat kerja dan dilindungi terhadap pencemaran, kelembaban dan
ko toran. Wadah ditandai dengan jelas dan tidak berisi apapun selain peralat an
PPPK. Semua operator harus diberitahu tentang lokasi peralatan PPPK dan
prosedur untuk mem peroleh persediaan. Kotak PPPK

B. Prosedur Penanganan Darurat di ikuti Berdasarkan Standar Pe rusahaan dan


Persyaratan Kerja
Bagi organisasi perusahaan perke bunan besar, biasanya dalam pe nanganan
kondisi

darurat

mengguna

kan

prosedur

sesuai

standar

yang

te

lah

ditetapkan. Untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan di tempat ker ja, ada


beberapa hal yang harus dipahami oleh semua pihak, antara lain :
a. Pengusaha harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi
resiko keselamat an dan kesehatan kerja secara sistematis yang mungkin timbul dari
pekerjaan di bidang pertanian /perkebunan.
b. Identifikasi meliputi potensi baha ya dan resiko yang nyata dan potensi timbulnya
kecelakaan ker ja dan situasi darurat.
c. Untuk masing-masing kegiatan dan tugas harus dilakukan eva luasi resiko. Setiap
resiko harus diidentifikasi dan dicatat.
d. Prosedur harus dipelihara untuk mengevaluasi resiko dan penga ruh dari potensi
bahaya yang ter identifikasi, dengan memperhati kan frekuensi kecelakaan yang
sering terjadi.
e. Berdasarkan hasil evaluasi resiko, perusahaan harus menetapkan tujuan untuk
menurunkan resiko sampai tingkat serendah mungkin, dan melaksanakan tindakan
pen cegahan yang sesuai.
f. Para manajer, penyelia dan peker ja harus terlibat dalam identifikasi resiko dan
pengaruhnya terhadap keselamatan, kesehatan atau ling kungan kerja.
Pasmajaya (2008) menjelaskan bah wa prinsip dasar penanganan keada an darurat
di antaranya :
a. Pastikan Anda bukan menjadi kor ban berikutnya. Seringkali lengah atau kurang
berpikir panjang bila menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum menolong korban, pe
riksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
b. Pakailah metode atau cara per tolongan yang cepat, mudah dan efesien.
c. Pergunakanlah sumber daya yang ada; baik alat, manusia maupun sarana
pendukung lainnya. Bila bekerja dalam tim, buatlah pe rencanaan yang matang dan
dipahami oleh seluruh anggota.
d. Buatlah catatan usaha-usaha per tolongan yang telah dilakukan yakni memuat
identitas korban, tempat dan waktu kejadian. Catatan tersebut berguna bagi
penderita untuk mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.

Gambar 1.6 Kotak PPPK

Sedangkan tahapan secara umum pertolongan pertama yaitu :


a. Jangan Panik
b. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
c. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
d. Perhatikan tanda-tanda shock
e. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
f. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Beberapa contoh kasus dan tindakan pertolongan pertama (pasmajaya, 2008) yaitu
sebagai berikut:
a. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak

kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan te naga, dehidrasi (kekurangan


cair an tubuh), hiploglikemia, animea.

Gejala
Perasaan limbung
Pandangan berkunang-kunang
Telinga berdenging
Nafas tidak teratur
Muka pucat
Biji mata melebar
Lemas
Keringat dingin
Menguap berlebihan
Tak respon (beberapa menit)
Denyut nadi lambat

Penanganan
Baringkan korban dalam posisi terlentang
Tinggikan tungkai melebihi ting gi jantung
Longgarkan pakaian yang me ngikat dan
hilangkan barang yang menghambat pernafasan
Beri udara segar
Periksa kemungkinan cedera lain
Selimuti korban
Korban diistirahatkan beberapa saat
Bila tak segera sadar, periksa nafas dan nadi,
posisi stabil kemudian rujuk ke instansi ke
sehatan

b. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami ke kurangan cairan. Hal ini

terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang ma suk.
Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi
disebabkan ka rena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat
karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.
Gejala
Gejala dehidrasi ringan

Kekurangan cairan 5% dari berat badan

Penderita merasa haus

Denyut nadi lebih dari 90 kali per menit


Gejala dehidrasi sedang

Kekurangan cairan antara 5%-10% dari berat badan

Denyut nadi lebih dari 90 kali per menit

Nadi lemah

Sangat haus
Gejala dehidrasi berat

Penanganan
Mengganti cairan yang hilang
dan mengatasi shock
Mengganti elektrolit yang le
mah
Mengenal dan mengatasi kom
plikasi yang ada
Memberantas penyebabnya
Rutinlah minum jangan tunggu
haus

Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan


Hipotensi
Mata cekung
Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
Kejang-kejang

c. Asma yaitu penyempitan/ gangguan saluran pernafasan

Gejala
Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik
nafas
Terdengar suara nafas tambah an
Otot Bantu nafas terlihat me nonjol (dileher)
Irama nafas tidak teratur
Terjadinya
perubahan
warna
kulit
merah/pucat/ kebiruan/ sianosis)
Kesadaran menurun (gelisah/meracau)

Penanganan
Tenangkan korban
Bawa ketempat yang luas dan sejuk
Posisikan duduk
Atur nafas
Beri (bantu) oksigen bila diperlukan

d. Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan

keras

Gejala
Warna kebiruan/merah pada kulit
Nyeri jika di tekan
Kadang disertai bengkak

Penanganan
Kompres dingin
Balut tekan
Tinggikan bagian luka

e. Luka yaitu suatu keadaan terputus nya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena

kekerasan/injury.
Gejala

Terbukanya kulit
Pendarahan
Rasa nyeri

Penanganan
Bersihkan
luka
dengan
anti
septic(alcohol/boorwater)
Tutup luka dengan kasa steril/ plester
Balut tekan (jika pendarahan nya
besar)
Jika hanya lecet, biarkan ter buka untuk
proses pengeringan luka

f. Luka bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang

menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar).

Gejala
Matikan api dengan memutuskan suplai
oksigen
Perhatikan keadaan umum penderita
Pendinginan yaitu dilakukan de ngan
membuka
pakaian
penderita/
korban.
Kemudian, merendam dalam air atau air
mengalir selama 20 atau 30 menit. Untuk
daerah wajah, cukup di kompres air.

Penanganan
Luka ditutup dengan perban atau kain
bersih kering yang tak dapat melekat
pada luka
Penderita dikerudungi kain pu tih
Luka jangan diberi zat yang tak larut
dalam air seperti mentega, kecap
Khusus untuk luka bakar di daerah
wajah, posisi kepala harus lebih tinggi

dari tubuh
g. Gigitan binatang; gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupa kan alat dari

binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang me
ngancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang
berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada
gigitan binatang lebih besar dari pada luka biasa.
Gejala

Penanganan
Cucilah bagian yang tergigit dengan air
hangat dengan sedikit antiseptik.
Bila pendarahan, segera dira wat
kemudian dibalut.

h. Gigitan ular; tidak semua ular ber bisa, akan tetapi hidup penderita/ korban

tergantung dari ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan ambillah
sikap menganggap bahwa ular tersebut berbisa. Sifat bisa atau racun ular terbagi
menjadi 3, yaitu :

Gejala
Penanganan
Hematotoksin (keracunan dalam)
Terlentangkan/ baringkan pen derita dengan
Neurotoksin (bisa/racun menye bagian yang ter gigit lebih rendah dari jantung.
rang sistem saraf)
Tenangkan penderita, agar pen jalaran
Histaminik (bisa menyebabkan bisa/racun ular tidak se makin cepat
alergi pada korban)
Cegah penyebaran bisa pende rita dari daerah
gigitan yaitu:
Torniquet di bagian proximal daerah gigitan
pembengkak an untuk membendung se bagian
aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi
alir an arteri. Torniquet / toniket dikendorkan
setiap 15 menit selama + 30 detik
Letakkan daerah gigitan dari tubuh
Lakukan kompres es
Usahakan agar penderita se tenang mungkin,
bila perlu berikan petidine 50 mg/im un tuk
menghilangkan rasa nyeri.
Perawatan luka
Hindari kontak luka dengan larutan asam KMn0 4,
yo dium atau benda panas
Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan ke
dalam lukanya, bila perlu pengeluar an ini dibantu
dengan pe ngisapan melalui breast pump
sprit atau dengan isapan mu lut sebab bisa ular
tidak ber bahaya bila ditelan (selama tidak ada
luka di mulut).
Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa
(antifenin)

Perbaikan sirkulasi darah


Kopi pahit pekat
Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
i. Gigitan lipan

Gejala
Penanganan
Ada sepasang luka bekas gigit an
Kompres dengan air dingin dan cuci
Sekitar luka bengkak, rasa ter bakar, pegal dengan obat antiseptik
dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya Beri obat pelawan rasa sakit, bila
se telah 4-5 jam
gelisah bawa ke paramedik

j. Gigitan Lintah dan Pacet

Gejala
Penanganan
Pembengkakan, gatal dan ke merah-merahan Lepaskan
lintah/pacet
dengan
(lintah)
bantuan air tembakau/ air garam
Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan,
gosok dengan obat atau salep anti
gatal
Kemudian hal yang perlu diketahui seorang pekerja dalam memberikan

pertolongan kepada pihak lain dapat berupa evakuasi korban. Bentuk bantuan
evakuasi korban yaitu me rupakan salah satu tahapan dalam pertolongan pertama
untuk memin dahkan korban ke lingkungan yang aman dan nyaman, agar men
dapatkan pertolongan medis lebih lanjut.
Prinsip evakuasi adalah :
a. Dilakukan jika mutlak perlu
b. Menggunakan teknik yang baik dan benar
c. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
semangat untuk me nyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan
kematian.
Alat Pengangkutan
Untuk melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat
bantu, namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan,
kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
a. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pe
ngangkut

mempengaruhi

cara

angkut

yang

dilaksanakan.

penolong satu orang maka korban dapat dievakuasi dengan cara :

Dipondong; untuk korban ringan dan anak-anak

Bila

petugas

Digendong; untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang

Dipapah; untuk korban tanpa luka di bahu atas

Dipanggul/digendong

Merayap posisi miring


Bila petugas penolong dua orang maka korban dapat dievakuasi dengan
memperhatikan yaitu pengangkutannya tergantung cidera penderita tersebut dan
diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk
mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung. Karena itu cara
evakuasi dapat dilakukan dengan cara:

Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan

Model membawa balok

Model membawa kereta

b. Alat bantu evakuasi


Selain manusia, alat bantu evakuasi dapat digunakan :

Tandu permanen

Tandu darurat

Kain keras/ponco/jaket lengan panjang

Tali/webbing
2. Pelaporan, Pencatatan, Penyelidik an dan Pemberitahuan Penyakit dan Kecelakaan
Kerja.

Pelaporan, pencatatan, pemberitahu an dan penyelidikan tentang kece


lakaan dan penyakit akibat kerja ha rus dilaksanakan untuk :
a. Menyediakan informasi yang da pat dipercaya tentang kecelakaan dan penyakit
akibat kerja pada tingkat perusahaan.
b. Mengidentifikasi permasalahan ke selamatan dan kesehatan kerja utama yang
timbul dari kegiatan perkebunan.
c. Menentukan prioritas tindakan.
d. Meningkatkan cara efektif yang berkaitan dengan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
e. Memantau keefektifan tingkat ke puasan keselamatan dan kesehat an kerja.
Para pekerja dan wakil mereka harus diberi informasi yang tepat oleh
pengusaha, mengenai pengaturan, pelaporan, pencatatan dan pemberi tahuan
informasi tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keadaan berikut merupakan
hal yang harus dilaporkan dan diberitahukan :
a. Semua kecelakaan fatal

b. Kecelakaan kerja yang menye babkan hilangnya waktu kerja, dan kerugian tidak
bermakna.
c. Semua penyakit akibat kerja, yang terjadi pada setiap orang, apakah orang yang
dipekerjakan atau usaha mandiri.
Untuk manajemen keselamatan dan kesehatan kerja internal, pencatatan
pada tingkat perusahaan diperluas dari syarat-syarat yang ditetapkan di atas, yaitu
kecelakaan selama per jalanan pulang pergi, kecelakaan dan kejadian berbahaya
yang tidak me nyebabkan hilangnya waktu kerja.
Pelaporan, pencatatan, pemberitahu an dan penyelidikan tentang ke
celakaan dan penyakit akibat kerja harus mengikuti prosedur standar. Semua
kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis dengan
menggunakan suatu format standar. Informasi mengenai kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang harus diberitakan dan format standar pemberitahuan yang disaran
kan harus ditetapkan melalui peratur an secara nasional.
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus diberitahukan kepada yang
a.
b.
c.
d.
e.

disyaratkan oleh peraturan, antara lain kepada :


Keluarga korban kecelakaan, yang harus diberitahukan secepat mungkin:
Otoritas yang kompeten;
Otoritas ganti-rugi yang sesuai (sebagai contoh jaminan sosial atau penjamin
asuransi)
Badan/ instansi yang menyusun statistik keselamatan dan kesehatan kerja nasional.
Badan/instansi lain yang terkait.
Tugas Aplikasi Konsep

Jelaskan makna dari P3K !


1. Bila Anda seorang pekerja me mahami tentang K3, persiapan apa saja
berkaitan dengan P3K ?
2. Jenis kecelakaan apa saja yang sering terjadi pada kegiatan bu didaya tanaman ?
3. Ketrampilan apa saja yang harus Anda miliki agar dapat mengobati diri sendiri atau
menolong orang lain yang mendapat suatu ke celakaan kerja ?
Tugas Penyelesaian Masalah
1. Para pekerja di perkebunan, biasa nya bekerja secara terpencar sesuai ancak atau
blok-blok tanaman. Da lam melakukan tugasnya, pekerja sering berhadapan dengan
resiko kecelakaan binatang buas dan berbisa. Berkaitan dengan kondisi di atas,
perlengkapan apa saja yang perlu dipersiapkan agar Anda selamat dalam bekerja di
lapangan ?
2. Tindakan apa sebagai pertolongan pertama yang akan Anda berikan kepada teman
saudara bila terluka atau terkena gigitan ular ?

Daftar Pustaka
Ali A. & Tanzili, 2006, Pedoman Lengkap Menulis Surat, PT Kawan Pustaka, Depok.
Aviana, 2007, Perbedaan Cara Berkomunikasi Antara Pekerja Jepang dan
Pekerja Indonesia Dalam Penerapan Horenso, tesis S2.
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Billy, Betty K., 2007,Akuntansi,Arya Duta,
Depok.
Depdiknas, 2004, Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Edisi 2004 Depdiknas,
Jakarta.
________, 2004,
Standar
Kompetensi
Nasional
Indonesia
Bidang
Sekretaris/Administrasi Bisnis , Depdiknas, Jakarta.
Hamdani D. & Sutisna A., 2002, Surat Niaga & Kearsipan, CV.Yrama Widya,Bandung.
Hendarto H. & Tulusharyono, 2002, Menjadi Sekretaris Profesional, Penerbit P P M ,
Jakarta.
Katayama T., 2005,Tegami No Kakikata Jiten (Ensiklopedia Korespondensi), Daiso,
Hiroshima Japan.
Kitamura, Hiroaki dkk, 1997, Joohoo To Hyoogen (Informasi Dan Ekspresi), Sobunsha
Shuppan, Tokyo Japan.
Madiana, Gina, 2004, Pengarsipan Surat Dan Dokumen Kantor, Cv.Armico,Bandung.
Maruyama, Keisuke dkk, 1999, Writing Business Letters in Japanese, The Japan Times,
Tokyo Japan.
Mulyana, Deddy, 2004, Komunikasi Efektif, P T Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nakamaki H. & Hioki K.,Ed., 1997, Keiei Jinruigaku Koto Hajime (Antropologi Administrasi),
Toho Shuppasn, Osaka Japan.
Nugroho, Adi, 1996, Penuntun Teknis Surat Menyurat., Penerbit Indah, Surabaya. Ooishi,
Yutaka,1998, Komyunikeeshon Kenkyu, (Suatu Penelitian Tentang Komunikasi),
Keio Gijuku Daigaku Shuppankai, Tokyo Japan.
Puspitasari, Devi, 2007, Menangani penerimaan dan pengiriman Surat/ Dokumen, Arya
Duta, Depok.
________, 2007, Mengelola dan Menjaga Sistem Kearsipan, Arya Duta,Depok.
________, 2007, Bekerja Sama Dengan Kolega dan Pelanggan, Arya Duta Depok.
Puspitasari D. & Aulia R., 2007, Berkomunikasi Melalui Telepon, Arya Duta,Depok.
________, 2007, Mengaplikasikan Keterampilan Dasar Komunikasi, Arya Duta, Depok.
Sato, Rieko, 2006, Sekkyaku No Kihon Ga Omoshiroi

Hodo Mi Ni Tsuku Hon (Buku Pedoman Menarik Tentang Cara Melayani Tamu), Chukei
Shuppan, Tokyo Japan.
Sedarmayanti, 2001,Manajemen Perkantoran, Penerbit Mandar Maju, Bandung.
Sukoco, Badri M., 2002, Manajemen Administrasi Perkantoran Modern,Erlangga, Jakarta.
Sumamur, 1987, Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kesehatan, CV. Haji Mas
Agung, Jakarta 1980, Sumpriana, Euis, 2004,Melakukan Pekerjaan Surat Menyurat, CV.
Armico, Bandung.
Sumpriana, Euis, 2004, Melakukan Pekerjaan Surat Menyurat, CV. Armico, Bandung.
Takashi, Ryuzaki, 2002, Giin Hisho (Sekretaris Anggota Parlemen), PHP Kenkyuujo, Tokyo,
Japan.
Tim Administrasi Perkantoran, 2005, Administrasi Perkantoran 1 A, PT Galaxy Puspa Mega,
Jakarta.
Tsubosaka, Tatsuya, 2005, Seirisuru Gijutsu Ga Omoshiroi Hodo Mi Ni Tsuku Hon (Buku
Pedoman Menarik Tentang Teknik Merapikan Barang), Chukei Shuppan, Tokyo Japan.
UU no.1 Th 1970, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
UU no.13 Th 2003,Ketenagakerjaan.
Woworuntu, Tony, 1991, Manajemen Untuk Sekretaris, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wuryantari, Sri, 2007, Melakukan Proses Administrasi Transaksi, Arya Duta Depok.
________, 2007, Melakukan Prosedur Administrasi, Arya Duta, Depok.
________, 2007, Menggunakan Peralatan Kantor, Arya Duta, Depok.
Wuryantari S. & Puspitasari D., 2007, Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Arya
Duta, Depok.
Yoshihara, Yasuhiko, 2006, Fairingu No Kihon Ga Omoshiroi Hodo Mi Ni Tsuku Hon (Buku
Pedoman Menarik Tentang Pengarsipan Dokumen), Chukei Shuppan, Tokyo J

Anda mungkin juga menyukai