Anda di halaman 1dari 2

Sejarah FRESHT versi Gregori Hernando

FRESHT itu apa? Dulu bukan FRESHT namanya, melainkan timkes HIMIKA. Kita
dulu di divisi ini berjumlah 12 orang dari prodi keperawatan semua tentunya.
Seiring berjalanya waktu satu persatu anggota dari divisi ini mulai pasif, ada
yang sudah bersemester tinggi, ada yang ikut ikutan meramaikan saja, ada juga
yang diangkat ke divisi lain bahkan ada juga yang dilempar ke divisi ini .
Kebetulan didivisi ini diamanahi menjadi wakilnya Mas Andri jadi mau gak mau
harus menikmati, Evina jadi sekretaris, Tika jadi bendahara, Mbak Tyna sama
Mas Tegu menjadi Koordinator Pengabmas danEmergency.
Selama jadi wakil, menstimulus saya untuk kepo lebih banyak tentang
organisasi dan tentunya divisi ini sendiri, saya jadi lebih tahu bagaimana
hubungan antar divisi i lain dan apa yang spesial dari divisi ini. Yang saya tahu
waktu itu divisi ini sering ditunjuk kampus untuk melengkapi personel
pengabmas kampus, punya proker tapi terencana di interna kampus aja. Selain
itu saya juga tahu dari sesepuh timkes kalau timkes ingin memisahkan diri dari
HIMIKA itu dari dulu bukan dari generasi saya ternyata. Menurut yang
diceritakan, waktu itu mereka ingin memisahkan dan disetujui kampus hanya
sebatas iya iya aja jadi kesannya kurang kuat dalam mendukung sehingga
gagal dalam memisahkan. Dari cerita itu saya dapat mengaitkan kenapa muncul
PIK-M dan juga dapat mengaitkan dekade Mas Ridwan sejak memimpin IMM .
Waktu itu saya hanya sebatas cukup tahu aja dan menikamatinya ceritanya tapi
lama kelamaan refrensi yang diceritakan itu seolah olah mereinkarnasi dan
membisiki untuk membuat cerita baru.
Dalam menjalani divisi ini ada kesan seperti kecemburan sosial dari divisi lain
seolah olah dianak tirikan. jadi terkesan timkes itu mengeblok sendiri, padahal
yang saya tahu kami tidak berniat seperti itu hanya saja kami sering jalan
bareng ,jadi pada saat rapat wajar saja tidak sengaja duduk barengan. Ada saat
itu kita tidak hadir rapat koordinasi di karenakan kita ada rapat proker yang
tejadwal lebih dulu, namun tetap saja memdapat buah bibir, stigma buruk dari
orang lain. Masih banyak lagi sebenarnya yang menjadi latar tidak mengenakkan
seperti sering terjadinya miskomunikasi jarkom tentang rapat. Dari zona
masalah masalah interna organisasi sudah tidak lagi nyaman dirasakan, namun
kita tetap menjalani sesuai prosedur dan tetap menikmati saja.
Pada tanggal 15-17 Februari 2014 saya ditunjuk kampus dalam rangka Tanggap
Darurat Erupsi Gunung Kelud, kediri, Jawa Timur. Awalnya sempat minder dengan
tunjukan tersebut dan merasa masih gerogi takut salah dalam melayani namun
setelah dijalani ternyata membawa banyak pengalaman. Pada erupsi ini yang
dikirim hanya mahasiswa laki laki saja oleh kampus dengan pertimbangan
mahasiswi itu perlu banyak pertimbangan dari ortu, keamanan dan lain
sebagainya. Pada saat disana saya jadi kenal dengan dosen dari prodi lain, dari
situlah saya mendapat semacam pertanyaan kecemburuan dari dosen Fisiotrapi
dan juga Bidan. Seolah olah perbincangan itu menekankan prodi lain itu juga
perlu dilibatkan dalam bidang bencana jadi terciptanya semacam TimKesahatan.
Pada saat berangkat kesana, saya dikenalkan dengan salah satu anggota MDMC

yang juga ikut konvoi perjalan ke Gunung Kelud, dan disitulah pertama kali saya
bertanya tanya ini organisasi apa? Apa bedanya dengan BPBN?

Sepulang dari itu pada tanggal 22-23 Februari 2014 saya juga ditunjuk Tanggap
Darurat Erupsi Gunung Kelud di BPBD DIY. Disana seperti menjadi timkes tim
BPBD. Tidak disangka sebelumnya saya pernah bertanya tanya apa itu
BPBN/BPBD ternyata dari situ saya juga mendapat refrensi apa itu Badan
Penanggulangan Bencana Daerah sembari menjadi timkes saya juga menjadi
pendengar tentang pengalaman-pengalam tim disana dalam menghadapi
bencana. Dari berbagai refrensi saya dapat menyimpulkan bahwa jogja ini perlu
adanya organisasi mahasiswa yang tanggap bencana, terutama di bidang
kesehatan.
Karena keseringan merapat ke kampus kita lebih cepat tahu tentang info-info
dari luar kampus dan sering mewakili undangan juga baik dari Pimpinan
Muhammadiyah sampai dari organisasi lain. Kebetulan saya ditunjuk untuk
menghadiri Mitigasi Bencana di Lingkungan Sekolah pada tanggal 26 april 2014
di Aula PDM kota Yogyakarta. MDMC, Muhammadiyah Disaster Management
Center mengundang semua ortonom muhammadiyah yang ada di jogja. Kita
berdiskusi tentang bencana yang sering terjadi, mitigasi bencana, disaster
management dan kekuatan personil jika terjadi bencana di jogja. Pada tanggal
inilah menjawab pertanyaan apa yang dulu saya pertanyakan tentang MDMC.
Sudah cukup banyak refrensi yang saya dapatkan mengenai Tanggap Darurat.
Di hari-hari biasa dikampus saya bertemu dengan Mas I am yang dulunya juga
anak Timkes namun pada saat itu dia sudah menjadi petinggi IMM, disitu saya
diceritakan bahwa kampus perlu laki laki yang bisa sering ikut pelatihan
tanggap bencana. Tentunya saya senang sekali mendapatkan info tersebut
namun setelah saya respon antusias ingin ikut ternyata infonya masih pasif dan
saya langsung pertanyakan ke kampus apabenar ini ada. Dilain hari hari
dikampus sebelumnya saya sempat melihat di lift ada mobil cap MDMC di
parkiran, sempat bertanya kenapa mobil ini kekampus namun disibukan kuliah
jadi dilewati sajalah. Pada saat saya bertanya disitu saya dijelaskan, oleh salah
satu kemahasiswaan bahwa memang ada info tersebut dari MDMC langsung
yang meminta, tetapi yang saya simpulkan disitu ternyata kampus
menginginkan dan sudah menunggu sejak lama kapan berdirinya organisasi
tanggap darurat bencana.

Anda mungkin juga menyukai