Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) TC Bedah
Arifno Juliyan Putra 11111647 Stikes Mercu Bakti Jaya (Utek) TC Bedah
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dan puji syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Allah SWT,
karena berkat limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan evaluasi
praktek klinik dengan judulASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R DENGAN
POST OP OPEN METATARSAL PEDIS DEXTRA ATAS INDIKASI FRAKTUR
TIBIA DEXTRA TERBUKA DI RUANG RAWAT INAP BEDAH TRAUMA
CENTER RSUP Dr.M.DJAMIL Padang 2014.
Penyusunan evaluassi praktek klinik ini, penulis banyak sekali menemukan
kesulitan dan hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan evaluasi praktek klinik ini.
Evaluasi praktek klinik ini tersusun berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rizka Ausrianti, S.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
mengarahkan, memberi masukan dan bimbingan serta meluangkan waktunya
untuk memberikan petunjuk dan membantu penulis dalam proses penyusunan
evaluasi praktek klinik ini.
2. Ibu Mulyati, S.Kep
selaku pembimbing klinik yang telah mengarahkan,
memberi masukan dan bimbingan serta meluangkan waktunya untuk
memberikan petunjuk da nmembantu penulis dalam proses penyusunan evaluasi
praktek klinik ini.
ii
Padang,April 2014
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iii
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
1
4
C. Tujuan penulisan.............................................................................
.4
D. ManfaatPenulisan ..........................................................................
7
7
8
11
12
14
15
16
17
10
19
24
24
34
35
36
iv
2.
3.
4.
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
38
42
44
41
49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah,
jaringan sekitarnya juga terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak,
perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf, dan
kerusakan pembuluh darah. (Brunner & Suddart 2002).
Adapun jenis jenis fraktur yaitu, Fraktur Komplet adalah patah pada seluruh garis
tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). Fraktur
tidak komplet, patah hanya terjadi pada sebagian dari tengah tulang. Fraktur tertutup
(fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit. Fraktur terbuka ( fraktur komplikata
/ kompleks) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrana mukosa sampai
ke patahan tulang. Fraktur terbuka degradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih
kurang dari 1 cm panjangnya, Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif, dan Grade III, yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif,merupakan yang paling berat. ( Brunner dan Suddarth, 2002)
Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat
direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka
perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Reduktion wityh Internal Fixation).
1
Kejadian patah tulang atau fraktur dapat menimpa setiap orang kapan saja dan
dimana saja. Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak.
Presentasi keseluruhan dari anak anak 0-16 tahun yang mengalami (sedikitnya 1)
fraktur, lebih tinggi anak laki-laki(42%) daripada anak perempuan (27%). Tetapi
kejadian fraktur tiga tahun lebih awal terjadi pada anak perempuan dari pada anak lakilaki. Meningkatnya fraktur selama masa prapubertas terjadi karena ketidak sesuaian
antara tinggi badan dan mineralisasi tulang. 77% kasus fraktur disebabkan karena
trauma low-energy (terutama karena jatuh) yang lebih sering terjadi pada anak laki-laki
usia sekolah dan remaja. (Jurnal Pattern of fractures across pediatric age groups:
analysis of individual and lifestyle factors)
Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi yaitu 80% diantara jenis jenis
patah tulang lainnya.fraktur femur lebih sering terjadi pada laki laki daripada
perempuan yang rata rata berumur dibawah 45 tahun, yang berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan, atau kecelakaan (Masjoer,A,2005).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal
dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik.
Usman (2012) menyebutkan bahwa hasil data Riset Kesehatan Dasar (RIKERDAS)
tahun 2011, di Indonesia terjadinya fraktur yang disebabkan oleh cedera yaitu karena
jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam / tumpul. Dari 45.987 peristiwa terjatuh
yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %), dari 20.829 kasus kecelakaan
lalu lintas, mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda
tajam / tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %). (Depkes 2009)
Dan menurut data depkes 2005 kalimantan timur korban fraktur akibat dari kecelakaan
berkisar 10,5%, sedangkan bedasarkan data yang diperoleh dari catatan medical record
di rumah sakit islam samarinda, data pada tahun 2012 (periode januari juni )
didapatkan 14 kasus fraktur, sedangkan untuk bulan juli ada 7 kasus fraktur.
Adapun di Sumatra Barat, jumlah cenderung meningkat dua tahun terakhir (20112012). Menurut kepolisian daerah, peningkatan terjadi dari berbagai faktor, Faktor
tersebut adalah kesemerautan arus lalu lintas. Kapolda merincikan,pada tahun 2011
jumlah korban kecelakaan lalu lintas di Sumatera Barat mencapai 1.399 kasus, dan pada
tahun 2012, korban mengalami peningkatan mencapai 1.551 kasus atau naik 11%.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2011 didapatkan
sekitar 2700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan
fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami
gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur (Eko Efriyanto,
2012).
Berdasarkan data yang penulis dapatkan di Medical Record RSUP Dr. M. Djamil
padang, fraktur femur pada tahun 2011 klien dengan fraktur femur 108 orang,
sedangkan pada tahun 2012 terjadi penurunan yaitu 90 orang, sementara pada tahun
2013 angka kejadian fraktur femur yaitu 120 orang. (Medical Record Dr. M. Djamil
Padang).
Dampak masalah dari fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada bagian tubuh
yang terkena cidera seperti terjadinya perdarahan, terhambatnya pergerakan, resiko
terjadinya infeksi, serta masalah yang dapat ditimbulkan secara psikologi adalah rasa
khawatir terhadap kecacatan yang mungkin terjadi di kemudian hari sehingga tidak
memungkinkan baraktifitas seperti biasanya, rasa cemas terhadap perubahan bodi
image, serta dampak sosial yang dapat ditimbulkan adalah klien tidak dapat mengikuti
Tujuan Umum
Menerapkan Asuhan Keperawatan kepada pasien dengan Fraktur Tibia
Dextra Terbuka Di Ruangan Rawat Inap Bedah Trauma Center Post Op Open
Metatarsal Pedis Dextra RSUP Dr.M.DJAMIL Padang.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif pada klien dengan
fraktur femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
b. Mampu menganalisa data hasil pengkajian dalam menegakkan Diagnosa pada
klien dengan fraktur femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
c. Mampu merencanakan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur femur
terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur femur di
instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Mampu mengevaluasi Asuhan Keperawatan Pada Klien fraktur femur terbuka
di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan fraktur
femur terbuka di instalasi Trauma Center Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUP Dr. M. Djamil Padang
Hasil Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk menambah pengetahuan
di bidang Keperawatan Medikal Bedah, serta perawat dapat membuat suatu
perencanaan dalam mengambil keputusan yang cepat dan tepat saat
memberikan Asuhan Keperawatan Denagn Klien Fraktur femur.
2. Bagi Klien
Hasil dari Asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai ilmu
pengetahuan dalam perawatan klien dengan fraktur femur terbuka.
3. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk
mengembangkan ilmu pendidikan.
4. Bagi penulis
Sebagai pengembangan wawasan atau ilmu pengetahuan memberikan
Asuhan keperawatan dengan klien fraktur femur terbuka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Definisi Fraktur
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit
pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya
dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak
terduga (Masjoer, A, 2005).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak patahnya tulang yang utuh,
biasanya disebabkan oleh trauma / rudapaksa atau tenaga fisik yang di tentukan jenis
dan luasnya trauma (Lukman, Nurna Ningsih.2011)
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas dari jaringan tulang femur (Taufan
Nugroho, 2011).
2. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem ( smeltzer, 2002).
Umumya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang. Fraktur cendrung terjadi pada laki-laki, biasanya fraktur
terjadi pada umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.
Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur dari pada
laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang
terkait dengan perubahan hormone pada menopause. (Reeves, 2001).
3. Anatomi Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Ruang di tengah
yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang
patah.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel, yaitu :
a. Sel osteoblas
Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses
yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid,
osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang
peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks
tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan masuk kedalam aliran darah,
dengan demikian maka kadar fosfatase alkali didalam darah dapat menjadi
indikator yang baik dalam pembentukan tulang setelah mengalami patah
tulang.
b.
Sel osteosit
Osteosit merupakan sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
c.
Sel osteoklas
Osteoklas merupakan sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Tidak seperti osteoblas dan
osteosit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim
proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan
mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah
(Price, 2005:1358).
10
a. Formasi
kerangka:
tulang-tulang
membentuk
rangka
tubuh
untuk
11
(Evelyn C : 2013).
4. Klasifikasi
1. Fraktur Komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
2. Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
3. Fraktur tertutup (fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit.
4. Fraktur terbuka (fraktur komplikata / kompleks) merupakan fraktur dengan
luka padakulit atau membrana mukosa sampai kepatahan tulang.fraktur
terbuka dengan degradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih kirang dari 1
cm panjangnya, Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif, dan Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami
kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.
Fraktur jugadigolongkan sesuai dengan pergeseran anatomis fragmen
Tulang (Fraktur bergeser / tidak bergeser).
1. Greenstick : fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisilainnya
bengkok
2. Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang
3. Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak stabil
dibanding transversal)
4. Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang
5. Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen
12
terbuka
sering
menyebabkan
kerusakan
13
14
1. Pada tulang traumatic dan cedera jaringan lunak biasanya disertai nyeri.
Setelah terjadinya patah tulang terjadi spasme otot yang menambah rasa
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
nyeri.
Nyeri, bengkak, dan nyeri tekan pada daerah fraktur(tendernes).
Deformitas : perubahan bentuk tulang.
Mungkin tampak jelas posisi tulang dan ekstremitas tidak yang tidak alami.
Pembengkakan disekitar fraktur akan menyebabkan proses peradangan.
Hilangnya fungsi anggota badan dan persendian terdekat.
Gerakan abnormal.
Dapat terjadi gangguan sensasi atau rasa kesemutan, yang mengisyaratkan
kerusakan syaraf. Denyut nadi dibagian distal fraktur harus utuh dan setara
dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi sebelah distal mungkin
15
16
b.
17
18
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum klien
Keadaan baik atau buruknya klien tergantung dari kronologi trauma.
Tanda-tanda yang perlu dicatat adalah kesadaran klien: (apatis, sopor,
koma, gelisah, kompos mentis), tanda-tanda vital biasanya tidak normal
karena ada gangguan lokal, baik fungsi maupun bentuk.
2. Kepala
a. Rambut
Biasanya pada klien fraktur femur tidak ada kelainan pada rambut
klien.
a. Wajah
Biasanya wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang lain
tidak ada perubahan fungsi dan bentuk. Wajah simetris tidak ada lesi
dan oedema.
b. Mata
Biasanya pada klien fraktur femur dengan banyaknya perdarahan yang
keluar biasanya mengalami konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik.
c. Telinga
Biasanya pada klien fraktur femur tidak ada kelainan pada telinga,
seperti tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada
lesi atau nyeri tekan.
d. Hidung
Biasanya pada hidung klien tidak ada kelainan seperti tidak ada
deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
e. Mulut dan faring
Biasanya tidak ada kelainan seperti, pembesaran tonsil, gusi tidak
terjadi perdarahan, mukosa mulut lembab.
3) Leher
19
Biasanya pada klien fraktur femur terbuka tidak ada kelainan seperti,
tidak adanya pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening.
4) Dada / Thorak
a)
Inspeksi
b)
Palpasi
c)
Perkusi
d) Auskultasi
5) Jantung
a)
Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
6) Abdomen
a) Inspeksi
7)
b) Auskultasi
c) Palpasi
d) Perkusi
Genitourinaria
Biasanya genetalia klien tampak bersih, dan ditemukan adanya
pemasangan kateter.
20
8) Ekstremitas
Biasanya untuk ekstremitas bagian atas pada klien fraktur femur tidak
ada gangguan / kekuatan otot baik, sedangkan pada ekstremitas bawah
didapatkan ketidakmampuan menggerakkan
21
5) Personal hygiene
Biasanya pasien masih mampu melakukan personal hygiene, tapi harus
ada bantuan dari orang lain, ini disebabkan karena terjadinya
keterbatasan gerak dari klien.
e) Riwayat psikologis
Biasanya dampak yang timbul dari klien fraktur adalah timbul ketakutan
akan kecacatan akibat fraktur yang dialaminya, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan melakukan aktivitas secara optimal
dan pandangan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan gerakan fragmen tulang
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka
neuromuskuler
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit
22
No
1
Diagnosa
Tujuan dan
Kriteria
hasil
Gangguan rasa Tujuan :
setelah dilakukan
nyaman nyeri
intervensi
berhubungan
keperawatan,
dengan
klien menyatakan
gerakan
nyeri hilang.
fragmen
Keperawatan
tulang.
Intervensi
Mandiri
1. Pertahankan
berpartisipasi
dalam aktivitas,
imobilisasi bagian
mencegah kesalahan
pembebat,dan traksi.
2. Meningkatkan aliran balik
Kriteria hasil :
klien menunjukan
tindakan santai,
mampu
Rasional
tidur, serta
istirahat dengan
tepat.
daerah paha.
pada paha
4. Mempengaruhi pilihan
atau pengawasan
keefektifan intervensi.
Tingkat ansietas dapat
mempengaruhi persepsi
atau reaksi terhadap nyeri.
4. Evaluasi keluhan nyeri
/ ketidaknyamanan,
perhatikan lokasi dan
5. Mempertahankan
23
karakteristik, termasuk
kekuatan/mobilitas otot
Perhatikan petunjuk
memudahkan resolusi
nyeri nonverbal
yang cedera.
dan emosi/perilaku).
6. Meningkatkan sirkulasi
5. Lakukan dan awasi
pasif/altif.
kelelahan otot.
1. Deberikan untuk
menghambat
7. Ajarkan relaksasi
mengurangi
siklooksogenase
(prostaglandin sintetase).
ketegangan otot
rangka yang dapat
mengurangi intensitas
nyeri, sperti relaksasi
massase.
Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai
indikasi seperti :
injeksi keterolak
24
(toradol).
2. Pemasangan traksi
Gangguan
mobilitas fisik
kerusakan
rangka
berkurang.
tulang.
berhubungan
dengan
pergseran fragmen
Tujuan :
Klien dapat
meningkatkan
Atau
neuromuskuler mempertahankan
mobilitas pada
tingkat yang
paling tinggi.
3. Operasi untuk
pemasangan fiksasi
Kriteria hasil :
- Klien mampu
internal.
memerlukan informasi/
intervensi untuk
meningkatkan kemajuan
kesehatan.
mempertahankan
2. Meningkatkan drainase
possisi fungsional.
- menunjukan
vena/menurunkan edema.
teknik yang
memampukan
melakukan
aktivitas.
Kaji tingkat
imobilitas yang
dihasilkan oleh
cedera/
Pengobatan dan
peningglkatan tekanan
kompartemen, peninggian
ekstremitas secara
mengahalangi aliran
arteri, menurunkan
perfusi.
perhatikan persepsi
pasien terhadap
imobilisasi.
3. Meningkatkan aliran
darah ke otot dan tulang
untuk meningkatkan
tonus otot,
mempertahankan gerak
sendi; mencegah
kontraktur/atrofi, resorpsi
25
Pertahankan
digunakan.
peninggian
ektremitas yang
cedera kecuali
dikontraindikasikan dengan
menyakinkan adanya
mempertahankan kekuata
sindrom
kompartemen.
5. Berguna dalam
mempertahankan posisi
fungsional ekstremitas,
tangan/kaki, dan
3.
Instruksikan pasien
untuk/bantu dalam
rentang gerak
pasien/aktif pada
ekstremitas yang tak
sakit.
mencegah komplikasi.
6. Mobilisasi dini
menurunkan komplikasi
tirah baring (contoh,
flebitis) dan
meningkatkan
penyembuhan dan
normalisasi penyembuhan
organ.
7. Untuk mempertahankan
mobilisasi dan keamanan
pasien.
4.
3
Dorong penggunaan
latihan isometrik
mulai dengan
tungkai yang tak
sakit.
2. Pasien/orang terdekat
26
memerlukan tindakan
intensif lebih untuk
Kerusakan
menerima kenyataan
integritas kulit
berhubungan
5.
dengan fraktur
terbuka
gulungan trokanter
atau tangan yang
Tujuan :
Klien menyatakan
kerusakan
sesuai.
mengalami kehilangan
kontrol.
1. Memberikan informasi
tentang sirkulasi kulit dan
masalah yang mungkin
disebabkan oleh alat
6.
permukaan
Berikan/bantu dalam
mobilisasi dengan
berkurang atau
hilang, dekstruksi
tongkat sesegera
lapisan
mungkin.
dan/pemasangan
gips/bebat atau traksi,
pembentukan edema yang
membutuhkan intervensi
medik lanjut.
kulit/jaringan.
2. Mendeteksi secara dini
Kriteria hasil :
-Klien mampu
gejala-gejala inflamasi
menunjukan
perilaku/teknik
untuk mencegah
operasi.
kerusakan
kulit/memudahkan
penyembuhan
sesuai indikasi.
- mencapai
7.
Instruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat
mengurangi kontaminasi
mobilitas.
penyembuhan
luka sesuai waktu.
Kolaborasi
1. Konsul dengan ahli
terapi fisik/kupasidan
kuman.
4. Menurunkan tekanan
pada area yang peka dan
risiko abrasi/kerusakan
kulit.
rehabilitasispesialis.
5. Mengurangi resiko
4
2. Rujuk keperawat
spesialis psikiatrik
27
klinikal/ahli terapi
sesuai indikasi.
1. Diberikan untuk menekan
dan menghentikan suatu
proses biokimia didalam
Resiko tinggi
organisme, khususnya
infeksi
Mandiri
berhubungan
bakteri.
dengan
kerusakan
kemerahan,
kulit.
perdarahan, perubahan
warna, kelabu,
memutih.
yang terinfeksi,
kemerahan atau abrasi
(dapat menimbulkan
infeksi tulang).
Tujuan :
Luka sembuh
sesuai waktu,
bebas drainase
purulen, demam.
Kriteria hasil :
-Luka klien
tampak kering
-luka klien tampak
sembuh.
operasi.
28
mengurangi kontaminasi
kuman
Pertahankan tempat
tidur tidur kering dan
bebas kerutan.
5. Dapat mengindikasikan
terjadinya osteomielitis.
Resiko syok
hipovolemik
yang
kunjungan.
berhubungan
6. Menunjukan kemampuan
secara umum, kekuatan
otot, dan merangsang
perdarahan
pengembalian sistem
yang
berlebihan
Kolaborasi
1. Berikan antibiotik
sesuai indikasi
imun.
1. Untuk memonitor
kondisi klien selama
perawatan terutama saat
terjadi perdarahan.
Tujuan :
dalam waktu 1x24
3. Dengan melibatkan
hipovolemik tidak
terjadi.
tanda-tanda perdarahan
Kriteria hasil :
Klien tidak
Resiko tinggi
mengeluh pusing,
terhadap
membran mukosa
trauma
lembap, turgor
tambahan
berhubungan
dalam batas
dengan
kehilangan
detik
integritas
tulang
robekan kontinuitas.
1. Meminimalkan rangsang
nyeri akibat gesekan
antara fragmen tulang
dengan
jaringan lunak
29
disekitarnya.
2. Observasi luka untuk
pembentukan
Tujuan :
Resiko trauma
tidak terjadi
2. Meningkatkan stabilitas,
krepirasi, perubahan
menurunkan
warna kulit
kemungkinan gangguan
kecoklatan, bau
Kriteria hasil :
Klien mau
berpartisipasi
dalam pencegahan
trauma.
pengetahuan yang
dimiliki klien.
4. Lakukan perawatan
luka secara steril.
1. Mengetahui proses
penyembuhan untuk
menentukan tingkat
aktivitas dan kebutuhan
perubahan/tambahan
terapi.
30
1. Monitor keadaan
umum klien.
Mandiri :
1. Pertahankan
imobilisasi pada
daerah paha.
2. Pertahankan tirah
baring/ekstremitas
sesuai indikasi.
31
Berikan sokongan
sendi di atas dan
dibawah fraktur bila
bergerak atau
membalik.
3. Kaji tingkat
pengetahuan klien
tentang faktor yang
beresiko yang
menyebabkan trauma
pada fraktur.
Kolaborasi
1. Kaji ulang foto atau
evaluasi.
4. Implementasi
Merupakan langkah ke empat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak.
32
BAB III
LAPORAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian: 04 April 2014
Ruangan Trauma Center
a. Identitas
Nama
: Tn. R
Umur
: 27 thn
Jenis Kelamin
: Laki-laki
No.Mr
: 86-38-02
Alamat
: Sungai Limau, Padang Bintangan
Agama
: islam
Pekerjaan
: Wirauswasta
Tanggal masuk
: 30 Maret 2014
Tanggal Pengkajian
: 04 April 2014
Penanggung jawab
: Astuti
Diagnosa
: Fraktur Tibia Dextra
b. Riwayat kesehatan
1. Riwaya kesehatan dahulu
Pasien mengatakan belum pernah mengalami kejadian patah
tulang atau kecelakaan sebelumnya.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien datang ke IGD tanggal 30 Maret 2014 jam 03.00 dalam
36
keadaan penurunan kesadaran
dengan faktur setelah mengalami
kecelakaan, Pasien bawa motor sendiri kemudiandatang mobildari arah
berlawanan dan menghantam dan bertabrakan dengan motor pasien.
Saat berdiri kaki kanan dirasakan sangat sakit, nyeri dan susah
digerakkan.
Pada saat pengkajian tanggal 04 April 2014 Pasien mengatakan
post op sudah hari ke 6. pasien mengeluh badannya terasa lemah,nyeri
pada kaki kanan saat diredresing dan diangkat ke atas,skala nyeri yang
didapatkan saat redresing adalah 4 (skala sedang),karena klien meringis
33
pada kaki kanan klien ada bekas jahitan dan bekas luka yang lumayan
besar dan klien terpasang gips pada kaki kanannya,dan klien mengatakan
ADL nya di bantu keluarga.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita riwayat
penyakit keturunan seperti Diabetes Melitus, hipertensi, Tb Paru Dan
penyakiti keturunan lainnya.
c. Tanda tanda vital
Kesadaran
: compos mentis
Tekana darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 86x/menit
Suhu
: 36,2 C
Pernapasan
: 22 x/menit
d. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
b) Leher
ikterik
simetris kiri dan kana ,tidak ada sekret dan
polip
simetris kiri dan kana tidak ada cerumen,tes
bersih berbau
: tidak ada pembesaran kelnjar tyroid,tidak ada kaku
kuduk
c) Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Aauskultasi
:
:
:
34
d) Jantung
Inspeksi
: ictus cpordis tedak telihat
Palpasi
: ictus cordis teraba di ICS 5
Perkusi
: redup
Auskultasi
: normal
e) Abdoment
Inspeksi
: tidak acites
auskultasi
: bising usus 16 x/menit
palpasi
: tidak ada pembesaran hepar
perkusi
: tympani
f) genetalia : bersih,BAB dan BAK di tempat tidur
g) sistem integumen :kuli kuning kecoklatan, turgor kulit baik,
terpasang infus disebelah kiri dan ada bekas luka.
h) Ekstermitas
Atas
: tidak ada udema,ada bekas luka, terpasang
Bawah
Kekuatan otot :
Pola
Nutrisi
Makan
Jenis
Frekuensi
Porsi
Minum
Jenis
Frekuensi
Sehat
Sakit
Nasi +lauk
pauk+sayur
3x sehari
1 porsi
Air putih
7 gelas/ hari
2
Eliminasi
BAB
Jenis
Frekuensi
Bau
BAK
Padat
1x sehari
Khas
Kuning-kekuningan
Padat
1x2 hari
Khas
Kuningkekuningan
35
Jenis/warna
3
Frekuensi
Bau
Istirahat dan tidur
5x sehari
khas
5x sehari
Khas
3 jam
7 jam
dibantu
2 jam
8 jam
Dibantu
Istirahat
Tidur
Aktifitas
j) Pemeriksaan labor
Hematologi
Hb
14,7g/dl
Hematokrit
43%
Leukosit
11,1 10^3/mm3
Trombosit
266.10^3/mm3
ApTT
25,1 detik
13-16
40-48
5-10
150-400
29,2-39,4
k) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan Rongten : ekstermitas bawah,fraktur tibia
l) Pengobatan
Ceftriaxone 2x1 grGentamisin 2x 1 amp
Gentamisin 2x 1 amp
Ranitidin 2x1 amp
Ketoralac drip
Iufd Rl 16 tetes/ menit
Diet : makanan lunak
36
2. Analisa data
No
1
Data
Do :
Masalah
Gangguan rasa
Etiologi
Kerusakan
nyaman nyeri
sekunder
terhadap faktur
Ds :
terasa nyeri
Klien mengatakan jika
disentuh atau sedang
2.
Intolerasi
Imobilisasi
aktifitas
tungkai
menahan sakitnya
Do :
3.
perawat
Klien tampak lemah dan
lesu
Klien tampak terpasang
Kerusakan
integritas kulit
Ds :
Klien mengatakan
Luka jahitan
37
ADLnya dibantu
digerakkan
Klien mengatakan lemah
dan lesu
Do :
jahitan
Klien tampak ada luka
yang besar
Klien tampak terpasang
gips
Ds :
Klien mengatakan
lukanya ngak mau
sembuh
Klien mengatakan susah
bergerak
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan sekunder
terhadap faktur
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan imobilisasi tungkai
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka jahitan
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Intervensi
Rasional
38
Gangguan
hasil
Setelah dilakukan
rasa nyaman
TTV,intensitas
indikasi kemajuan
nyeri
maka :
T : nyeri hilang atau
penyimpangan dari
berhubungan
dengan
kerusakan
kesadaran
berkurang
k.h :
Ekspresi
tidak
terhadap
1. Untuk mengenal
wajah klien
sekunder
faktur
1. Pantau
2. Kaji lokasi,
meringis
Klien
mampu
nyeri
dapat mengurangi
penekanan rasa nyeri
4. Analgetik dapat
mengurangi rasa
mengatakan
nyeri
nyeri
2
berkurang
1. Dengan
3. Ajarkan teknik
mengetahui derajat
relaksasi seperti
ketidakmampuan
tarik napas dalam
bergerak klien dan
Intoleransi
persepsi terhadap
aktifitas
berhubungan
dengan
immobilisasi
4. Bantu pasien
untuk posisi yang
nyaman
5. Berikan obat
tungkai
immobilisai
2. Pergerakkan dapat
aliran darah ke otot
3. Untuk mencegah
terjadinya kontraktur
4. Membantu klien
analgetik sesuai
untuk kemampuan
39
Setelah dilakukan
nyeri dirasakan
1. Kaji
kebutuhan klien
6. Memberikan
T : mobilitas
ketidakmampuan
terpenuhi
informasi tentang
diakibatkan oleh
beraktifitas
prosedur
masalah yang
pengobatan dan
mungkin disebabkan
catat persepsi
oleh alat
klien terhadap
dan/pemasangan
immobilisasi
2. Latih klien untuk
gips/bebat atau
traksi, pembentukan
menggerakkan
edema yang
anggota badan
membutuhkan
yang masih ada
3. Berikan posisi
klien secara
periodik
4. Bantu aktifitas
intervensi
mediklanjut.
7. Mendeteksi secara
dini gejala-gejala
klien dalam
inflamasi yang
memenuhi
mungkin timbul
kebutuhan
40
kontaminasi kuman.
9. Menurunkan tekanan
pada area yang peka
dan risiko
abrasi/kerusakan
kulit.
6. Kaji kulit untuk
luka terbuka,
10. Mengurangi resiko
Kerusakan
benda asing,
kontaminasi kuman
integritas kulit
kemerahan,
dari orang lain.
berhubungan
perdarahan,
dengan luka
perubahan warna,
1. Diberikan untuk
jahitan
kelabu, memutih.
menekan dan
menghentikan suatu
proses biokimia
didalam organisme,
khususnya dalam
proses infeksi oleh
bakteri.
41
8. Lakukan
perawatan luka
secara steril
Tujuan :
Klien menyatakan
Kolaborasi
kerusakan
1. Berikan antibiotik
42
permukaan
sesuai indikasi
berkurang atau
hilang, dekstruksi
lapisan
kulit/jaringan.
Kriteria hasil :
-Klien mampu
menunjukan
perilaku/teknik
untuk mencegah
kerusakan
kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai
indikasi.
- mencapai
penyembuhan luka
sesuai waktu
11. Catatan Perkembangan
No Dx
Hari jam
tanggal
Jumat , 4
Implementasi
1. Memantau TTV
2. Mengkaji lokasi,
April
Paraf Evaluasi
S : klien mengatakan
masih nyeri jika
nyeri
3. Mengajarlan teknik
relaksasi seperti
menggigit jika disentuh
tarik napas dalam
Sabtu, 5
April 2014
Pagi
43
4. Memberikan posisi
yang nyaman
5. Memantau keadaan
dan digerakkan
A ; masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Mengajarlan
luka
6. Memberikan obat
teknik relaksasi
seperti tarik napas
analgetik sesuai
dalam
nyeri
1. Memberikan latihan
gerakan anggota
badan yang masih
ada
2. Memberikan posisi
klien secara
periodik
3. Membantu aktifitas
3
Minggu, 6
April 2014
Pagi
klien dalam
memenuhi
kebutuhan
4. Membantu ADL
pasien
5. Mengkaji ketidak
Membantu
aktifitas klien
dalam memenuhi
kebutuhan
mampuan gerak
klien
6. Mengukur TTV
7. Memantau IUFD
S : klien mengatakan di
44
1. Mengkaji kulit
benda asing,
jahitan
kemerahan,
perdarahan,
P : intervensi di lanjutkan
perubahan warna,
kelabu, memutih.
2. Mengkaji dan
pantau luka setiap
hari.
3. Melakukan
perawatan luka
secara steril
4. Masase kulit dan
penonjolan tulang.
Pertahankan tempat
tidur tidur kering
dan bebas kerutan.
5. Memantau dan
batasi kunjungan.
6. memberikan
antibiotik sesuai
indikasi
Melakukan
perawatan luka
secara steril