Oma Dan Omsk
Oma Dan Omsk
DISUSUN OLEH:
DENNY KURNIAWAN
ADRIATI
IRFAN HIDAYAT
YERLIN RAMANDA PUTRI
WISNU PRABOWO
MARIANI
DIAH SUTANTRY
SYAFIRRA BELLA NABILA
ANGGA KURNIAWAN
ASTIN BIYANSI
CORNELITA D.S
ARIEF ZUMANTARA
RENDRA TRI SAPUTRA
FAJAR SUHARYANTO
I31112006
I31112007
I31112008
I31112009
I31112024
I31112045
I31112047
I31112051
I31112057
I31112058
I31112059
I31112060
I31112061
I31110
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan OMA dan OMSK.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami lebih jauh tentang asuhan
keperawatan pada penderita Otitis Media Akut & Otitis Media Supuratif Kronik, serta
sebagai salah satu bentuk tugas pada Mata Kuliah Sistem Sensori Persepsi.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut membantu, memberikan bimbingan, serta memberikan motivasi kepada kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, maka pada kesempatan ini penulis
dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Djoko Priyono, S.Kep, selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Sistem Sensori
Persepsi yang
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................2
C. TUJUAN BELAJAR..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
OMA.......................................................................................................................................3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
DEFINISI...................................................................................................................3
ETIOLOGI.................................................................................................................3
PATOLOGI.................................................................................................................4
STADIUM..................................................................................................................4
MANIFESTASI KLINIS............................................................................................6
KOMPLIKASI...........................................................................................................6
PENCEGAHAN.........................................................................................................6
PENATALAKSANAAN............................................................................................7
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK..............................................................................9
OMSK...................................................................................................................................11
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
DEFINISI.................................................................................................................11
ETIOLOGI...............................................................................................................11
MANIFESTASI KLINIS..........................................................................................12
PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY OMA & OMSK.............................................13
KOMPLIKASI.........................................................................................................17
PENATALAKSANAAN..........................................................................................17
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK............................................................................19
PENGKAJIAN KEPERAWATAN...........................................................................22
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN OMA DAN OMSK....................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis media akut (OMA) adalah suatu radang mukoperiosteum dari rongga telinga
tengah yang disebabkan oleh kuman. Pada umumnya merupakan komplikasi dari
infeksi atau radang saluran nafas atas, misalnya common cold, influenza, sinusitis,
morbili, dan sebagainya. Infeksi kebanyakan melaui tuba Eustachii, selanjutnya
masuk ke telinga tengah.Adapun infeksi saluran nafas bagian atas akan menyebabkan
invasi kuman ke telinga tengah bahkan sampai ke mastoid. Kuman penyebab utama
adalah bakteri piogenik seperti Streptococcus hemolitikus, Staphylococcus aereus,
Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influeza. OMA lebih sering terjadi pada
anak oleh karena infekasi saluran nafas atas sangat sering terjadi pada anak anak
dan bentuk anatomi tuba Eustachii pada anak lebih pendek, lebar dan agak horisontal
letaknya dibanding orang dewasa.
Proses peradangan akut pada telinga tengah berjalan cepat dan sebagian dapat
menimbulkan proses destruktif, tidak hanya mengenai mukoperiostium saja tetapi
juga mengenai tulang-tulang sekitarnya karena telinga tengah hanya dibatasi tulangtulang yang tipis. Adapun penjalaran penyakit ke daerah sekitarnya tergantung pada
keadaan penyakitnya sendiri dan terapi yang diberikan.Otitis media akut atau OMA
dapat memberikan komplikasi seperti abses subperiosteal sampai komplikasi yang
berat (meningitis dan abses otak).
Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terusmenerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Otitis media supuratif kronis merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga
merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali
atau tidak pernah terjadi resolusi spontan.
Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena
terbentuknya kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik. Penyakit
OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan gejala-gejala
penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini dapat
berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang terus
dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan
kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas atau
perluasan infeksi langsung.
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal
definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia
akibat OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya
(39200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum,
prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari
pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.
Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis OMA dan OMSK secara tepat
dan akurat haruslah di miliki tenaga kesehatan terutama oleh perawat
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari OMA & OMSK
2. Apa etiologi dari OMA & OMSK
3. Bagaimana stadium/ klasifikasi dari OMA & OMSK
4. Bagaimana patofisiologi dari OMA & OMSK
5. Apa saja manifestasi klinis dari OMA & OMSK
6. Pemeriksaan diagnostik apa saja pada OMA & OMSK
7. Penatalaksanaan apa yang diberikan pada penderita OMA & OMSK
8. Apa saja komplikasi dari OMA & OMSK
9. Asuhan keperawatan pada penderita OMA & OMSK
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui definisi dari OMA & OMSK
2. Mahasiswa mengerti etiologi dari OMA & OMSK
3. Mahasiswa mengetahui stadium/ klasifikasi dari OMA & OMSK
4. Mahasiswa memahami patofisiologi dari OMA & OMSK
5. Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis dari OMA & OMSK
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik apa saja pada OMA & OMSK
7. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan apa yang diberikan pada penderita OMA
& OMSK
8. Mahasiswa mengetahui komplikasi dari OMA & OMSK
9. Mahasiswa memahami Asuhan keperawatan pada penderita OMA & OMSK.
BAB II
PEMBAHASAN
OTITIS MEDIA AKUT
A. Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media akut (OMA) terjadi dikarenakan mekanisme pencegahan masuknya
mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan
antibodi terganggu. Sehingga kuman dapat menginvasi ke dalam telinga tengah dan
terjadi peradangan.
Infeksi saluran napas atas (ISPA) merupakan faktor pencetus terjadinya OMA. Pada
bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba eustachiusnya pendek, lebar dan
letaknya agak horizontal. Pada anak, semakin sering terserang infeksi saluran napas,
semakin besar kemungkinan terjadinya OMA.
B. Etiologi
a Oma umumnya disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang umum ditemukan sebagai
organisme penyebab adalah:
Streptococus pneumoniae
Staphylococcus aereus
Hemopylus influenzae
Morellacatarrhalis
hemofilus influenza,
Escheria coli.
Streptokokus anhemolitikus.
Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba
eustachii akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk
telinga tengah bila ada perforasi membran timpani. Eksudat purulen biasanya
ada dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran
konduktif.
Proses peradangan akut pada telinga tengah berjalan cepat dan sebagian dapat
menimbulkan proses destruktif, tidak hanya mengenai mukoperiostium saja
tetapi juga mengenai tulang-tulang sekitarnya karena telinga tengah hanya
dibatasi tulang-tulang yang tipis. Adapun penjalaran penyakit ke daerah
sekitarnya tergantung pada keadaan penyakitnya sendiri dan terapi yang
diberikan.
b
Faktor predisposisi:
infeksi kronis adenoid
Tonsilitis
Rhinitis
Sinusitis
Batuk rejan
Morbili
Pada anak : kondisi tuba yang pendek, lebar, horizontal
C. Patologi
Kuman penyebab utama pada OMA adalah bakteri piogenik, seperti Streptokokus
Hemolitikus, Stafilokokus Aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang
ditemukan juga Hemofilus Infuenza (sering ditemukan pada anak < 5 tahun),
Escherichia Colli, Streptokokus Anhemolitikus, Proteus Vulgaris dan Pseudomonas
Aurugenosa.
D. Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium
berdasarkan pada gambaran membSran timpani yang diamati dari liang telinga luar;
1) Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba Eustachius adalah gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.
Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau bewarna keruh pucat.
Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit
dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
2) Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang
telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sulit
terlihat.
3) Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada stadium ini klien akan merasa sangat nyeri, nadi dan suhu meningkat.
Apabila tekanan eksudat di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia,
akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena
kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani
terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan . di daerah
ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini,
maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan eksudat keluar ke
liang telinga luar.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan
apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah
menutup kembali.
4) Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotik atau virulensi
kuman yang tinggi, maka dapa terjadi ruptur membran timpani dan eksudat keluar
mengalir ke liang telinga luar. Pada stadium ini suhu tubuh sudah turun.
5) Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahanlahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan
berkuran dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman
rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah
menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus
atau hilang-timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis
media serosa bila sekret menetap dikavum timpani tanpa terjadinya perforasi.
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur klien.
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah:
Rasa nyeri di dalam telinga,
Hipertermi
Biasanya terdapat riwayat batuk pilek.
Pada orang dewasa ;
Rasa nyeri
Gangguan pendengaran berupa rasa penuh di dalam telinga atau penurunan
pendengaran.
Vaksin Influenza
Vaksin influenza dianjurkan diberikan karena, selain memberikan manfaat lainnya,
vaksin influenza juga bermanfaat untuk mencegah insiden OMA pertama kali pada
anak. Vaksin influenza terutama diberikan pada anak usia kurang dari 18 bulan,
karena akan mengurangi insiden OMA sebanyak 90%.
Vaksin Pneumococcal
Vaksin Pneumococcal dapat mengurangi insiden OMA secara signifikan. Vaksin
dengan jenis PCV-7 dapat mencegah insiden semua insiden OMA sebanyak 6-7%,
lebih dari 30% OMA akibat pneumococcal, dan 50% OMA akibat serotipe
pneumococcal. Penggunaan PCV-7 ini telah dilakukan di Amerika Serikat sejak
tahun 2000. Setelah dilakukan penelitian, diketahui bahwa pasien dengan OMA
yang datang ke rumah sakit di Amerika Serikat berkurang rata-rata sebanyak 20%.
Sedangkan untuk penggunaan PCV-13 masih kekurangan data yang cukup, akan
tetapi berdasarkan data yang telah ada, mengindikasikan pengurangan insiden
semua kejadian AOM sebanyak 33,6%, mengurangi sebanyak 57,6% kejadian
akibat serotipe pneumococcal, dan mengurangi insiden sebanyak 35,3% akibat
nontipe H. influenza.
H. Penatalaksanaan
a) Farmakologi
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya ;
Stadium oklusi
Pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius,
sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk itu diberikan obat
tetes HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau
HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk anak > 12 tahun dan orang
dewasa.
Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotik diberikan apabila
penyebab OMA adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.
Stadium Pre-Supurasi
Antibiotik yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau ampisilin.
Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi
yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.
Pemberian antibiotik dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila klien alergi
terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB per hari,
dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kgBB per hari dibagi dalam
3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB per hari.
Stadium Supurasi
Selain diberikan antibiotik, idealnya disertai dengan miringotomi, bila
membran timpani msih utuh. Dengan miringitomi gejala-gejala klinis
lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
Stadium Perforasi
Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga HO 3 % selama 3-5
hari serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan
perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
Stadium Resolusi
Jika resolusi tidak terjadi pada stadium ini maka pemberian antibiotik
dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret
masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari
3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.
Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari 1,5-2 bulan, maka
keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK).
b) Nonfarmakologi
Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisis pada pars tensa membran timpani, agar
terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.
Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan
syarat tindakan ini harus dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), bila
klien anak usahakan untuk membuat anak tetap tenang, sehingga membran
timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi adalah di kuadran
posterior-inferior. Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala yang
mempunya pencahayaan yang cukup terang, memakai corong telinga yang
sesuai dengan luasnya liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang
digunakan.
Komplikasi miringotomi yang mungkin terjadi adalah perdarahan akibat
trauma liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada
fenestra rotundum, trauma pada nervus fasialis, trauma pada bulbus
jugulare (bila ada anomali letak).
Bila terapi farmakologi sudah adekuat (antibiotik yang tepat dan dosis yang
cukup), miringotomi tidak perlu dilakukan.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK OMA
a. Pemeriksaan otoskopi memberikan informasi tentang gendang telinga yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis otitis media. Otitis media akut ditandai dengan
penonjolan gendang telinga yang merah pada pemeriksaan otoskopi.
B. Etiologi
1. OMSK merupakan kelanjutan Otitis Media Akut (OMA)
2. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang lambat
3. Terapi tidak adekuat virulensi kuman tinggi
4. Daya tahan tubuh rendah
5. Kebersihan buruk
6. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut
7. Perforasi membran timpani
8. Kuman gram positif aerob
9. Infeksi kronis dari kuman gram negatif dan anaerob.
(Arsyad soepardi, Efiati. 2001)
C. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda klinis OMSK:
Adanya abses atau fistel retroaurikular
Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani
Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)
Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom
Gejala klinis OMSK:
a. Telinga berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan:
1) Pada OMSK tipe jinak
oklusi
Fungsi ventilasi
Fungsi drainase
Fungsi proteksi
Tekanan negatif
Proses supurasi
transudasi
Akumulasi cairan
meningkat
Peningkatan jumlah
sekret purulen
Penekanan pada
membran timpani
iskemik
nekrosis
Sekret mukopurulen akan
keluar dari telinga tengah ke
liang telinga
OMA
Proses
peradangan
perporasi
Proses peradangan
tidak mengalami
resolusi
penutupan membran
timpani
Nyeri
OMSK
Suhu Tubuh
Meningkat
Peningkatan
produksi cairan
serosa
Akumulasi
cairan mukus
dan serosa
Hantaran udara
dan suara yang
diterima
menurun
Gangguan
persepsi sensori
Hipertermi
a
Inflamasi
berlanjut
Respon
tubuh
Pengobatan tak
tuntas/episode
berulang
Infeksi berlanjut
ketelinga dalam
Tindakan
pembedahan
Resiko tinggi
infeksi
Menghasilka
n jarinan
granulasi
Edema
mukosa
Polip dalam
rongga
telinga
tengah
Ulserasi
mukosa
(benigna)
Kerusakan epitel
berulang
Kerusakan
tulang
(maligna)
E. Komplikasi
Paralysis nervus fasialis
Fistula labirin
Labirinitis
Labirinitis supuratif
Petrositis
Trombroplebitis sinus lateral
Abses ekstradular
Abses subdural
Meningitis
Abses otak dan hidrosefalus otitis
(Mansjoer, arief. 2001: 82)
F. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor
penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu
pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi
kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta
menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis
kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat obatan dapat
digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung
dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas :
1. Konservatif
2. Operasi
1) Pengobatan OMSK Tipe Tubatimpani
OMSK Tipe Tubatimpani Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek
telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera
berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk
mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
Dikerjakan pada OMSK tipe tubatimpani dengan kerusakan yang lebih berat atau
OMSK tipe tubatimpani yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa.
Tujuan operasi adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada
operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga
rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang
dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
Timpanoplasti
dengan
pendekatan
ganda
(Combined
Approach
Tympanoplasty)
Dikerjakan pada kasus OMSK tipe atikoantral atau OMSK tipe tubatimpani dengan
jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined
approach di sini adalah membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum
timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan
timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMSK tipe atikoantral belum
disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma (Soepardi EA,
2007).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.Tapi
dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar
danletak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran
suara ditelinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan pada penderita
OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin
ke dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan
penurunan ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal
terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea.
Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan
ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik).
Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan intensitas
pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen
dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut
ISO 1964 dan ANSI 1969.
Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB.
Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-
radiografi
daerah
mastoid
pada
penyakit
telinga
kronis
Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.
Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu
ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosusdan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.
3) Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMK adalah :
a
Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%
menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru
yanglanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media
tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu
yang tidak dipateurisasi.
aerob
yang
sering
dijumpai
adalah
Pseudomonas
aeruginosa,
kecuali
makrolid.
Stafilokokusaureus
resisten
terhadap
sulfonamid
dan
c) tidak merintih
d) Tanda tanda radang tidak ada
INTERVENSI
Ukur dan pantau TTV
RASIONAL
Perubahan pada TTV menunjukkan tingkat
nyeri pada pasien
sesuai indikasi
Identifikasi/dorong penggunaan perilaku
dalam
sesuai indikasi
b. Perubahan persepsi dan sensori b/d Infeksi di telinga tengah, obstruksi oleh cairan
telinga, kerusakan di organ pendengaran
Tujuan:
a) Mempertahankan kebersihan dan kemampuan mendengar klien
Kriteria Hasil:
a) Kemampuan mendengar klien dapat dipertahankan
b)Telinga klien bersih
Intervensi:
INTERVENSI
RASIONAL
Ajarkan klien untuk menggunakan dan Keefektifan
alat
pendengaran
merawat
alat
pendengaran
tepat.
maka
pendengaran
yang
atau
terhadap
masalah-masalah
klien
dapat
sisa
menyebabkan
berkembang
biak
RASIONAL
Untuk mengetahui perubahan suhu yang
terjadi.
RASIONAL
Selama periode ini, potensial
proses terapi
benar
penyebaran infeksi
kebutuhan individual
adekuat
Kolaborasi
cephalosporins
organisme campuran
RASIONAL
Mengetahui tingkat ansietas ringan,
sedang, berat
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terusmenerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Otitis media supuratif kronis merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga
merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali
atau tidak pernah terjadi resolusi spontan.
Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna
karena terbentuknya kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik.
Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan
gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah
kronis ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga
tengah yang terus dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang
disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena
toksisitas atau perluasan infeksi langsung.
B. SARAN
Untuk mencegah komplikasi terjadi pada OMSK, pasien
disarankan untuk lebih menjaga kebersihan telinga, dan patuh
menjalani pengobatan yang telah diatur oleh tim kesehatan. Apabila
sekret sudah kering tetapi perforasi masih ada, maka, pasien
disarankan untuk mempertimbangkan dilakukannya pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
Hetharia rospa, Sri mulyani. 2011. Asuhan Keperawatan Telinga Hidung Tenggorokan.
Jakarta: TIM.
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik Ed. 3. Jakarta: EGC.
Pracy. R,dkk. 1989 . PELAJARAN RINGKAS TELINGA, HIDUNG, DAN
TENGGOROKAN . Jakarta : PT Gramedia.
Utama, Hendra. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala
dan Leher Ed. 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
American Academy of Pediatrics Subcommittee on Management of Acute Otitis Media.
Diagnosis and management of acute otitis media. Pediatrics. 2004 May;
113(5):1451-65. PubMed (Diakses pada tanggal 13 November 2014).
http://www.guideline.gov/content.aspx?id=43892
Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113 No. 5 May
2004, pp. 1451-1465. (Diakses pada tanggal 13 November 2014).
http://m.pediatrics.aappublications.org/content/113/5/1451.full
International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 74 (2010) 12091216.
Little P, et al. Predictors of poor outcome and benefits from antibiotics in children with
acute otitis media: pragmatic randomised trial. BMJ 2002;325:22 ( Diakses pada
tanggal 13 November 2014 ).