Anda di halaman 1dari 195

PT.

DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

BAB II
PELINGKUPAN

2.1.

DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN


DIKAJI

2.1.1. Status Studi AMDAL


Penyusunan studi AMDAL rencana kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa
sawit PT. Dharma Buana Lestari ini dilakukan terintegrasi dengan penyusunan studi
kelayakan teknis dan ekonomis, sehingga informasi yang tercantum dalam dokumen
AMDAL ini relatif masih umum dan belum memiliki spesifikasi teknis yang rinci.
2.1.2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Secara administrasi, lokasi rencana pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan
Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari terletak di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur
dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua (Gambar 2.1).
Batas lokasi perkebunan sawit ini adalah:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut, yaitu Teluk Maffin
Sebelah Timur : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Hutan Produksi yang dapat dikonversi dan Rencana
lahan perkebunan PT. Gaharu Prima Lestari
Sebelah Barat : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi
Jarak dari lokasi perkebunan ke Ibukota Kabupaten Sarmi kurang lebih 10 km dan jarak
ke Ibu kota Provinsi Papua 320 km. Kota Sarmi merupakan akses kota terdekat dengan
waktu tempuh melalui transportasi darat 1 jam. Untuk lebih jelas lokasi dan kesampaian
daerah rencana kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Dharma Buana Lestari
dapat dilihat pada Gambar 2.1.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 1

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.1. Peta Lokasi Areal Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT.
Dharma Buana Lestari

II - 2

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

2.1.3. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata
Ruang
Lahan rencana lokasi kegiatan yang akan digunakan telah sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Sarmi Nomor 02 tahun 2013 tentang Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Sarmi Tahun 2013-2033, sebagaimana tercantum dalam Izin Lokasi No. 78 tahun 2013
tanggal 14 Juni 2013, tentang Pemberian Izin Lokasi Tanah Seluas 16.726,10 Ha Kepada
PT. Dharma Buana Lestari untuk keperluan pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di
Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Tahun 2013 - 2033, rencana kegiatan PT. Dharma
Buana Lestari termasuk dalam Kawasan Peruntukan Perkebunan. Dalam rencana
kegiatannya, lahan yang dimohonkan untuk lahan perkebunan adalah lahan yang sesuai
dengan peruntukkannya, sementara lahan lainnya yang tidak sesuai tidak akan digunakan
meskipun masuk kedalam batas proyek sesuai izin lokasi yang telah ada. Dengan
demikian, terdapat kesesuaian penggunaan ruang (lahan) proyek dengan kebijakan tata
ruang pemerintah Provinsi Papua. (Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Papua tahun
2013 2033 disajikan pada Gambar 2.2).
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan serta Wilayah Tertentu yang
ditunjuk sebagai Kawasan Hutan di Provinsi Papua skala 1 : 250.000 yang merupakan
lampiran Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.782/Menhut-II/2012 tanggal 27 Desember
2012, rencana permohonan lokasi pembangunan perkebunan Kelapa Sawit a.n. PT.
Dharma Buana Lestari di Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua berada pada Hutan Produksi
Konversi (HPK) dan Areal Penggunaan Lain (APL). (Peta Kawasan Hutan dan Konservasi
Perairan Provinsi Papua tahun 2012 disajikan pada Gambar 2.3).
Sementara itu, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sarmi Nomor 02 Tahun 2013
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sarmi Tahun 2013 - 2033, lokasi rencana
kegiatan PT. Dharma Buana Lestari termasuk dalam peruntukkan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Sebagian lagi merupakan lahan
kawasan lindung berupa area resapan air. (Peta Rencana Pola Ruang Kab. Sarmi disajikan
pada Gambar 2.4).

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 3

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Dilihat dari Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi, lahan lokasi rencana PT.
Dharma Buana Lestari berada dalam Area Penggunan Lain (APL), Kawasan Hutan
Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) dan Permukiman. Namun demikian lahan yang
berada dalam Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) akan dilakukan
proses pelepasan kawasan hutan, sedangkan lahan yang berada dalam Kawasan
Permukiman tidak akan dipergunakan sebagai lahan perkebunan dan akan dipertahankan
(enclave).(Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi disajikan pada Gambar 2.5).
Sedangkan berdasarkan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan
Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal
Penggunaan Lain (PIPPIB Revisi VI) skala 1 : 250.000 yang merupakan lampiran
Kepmenhut Nomor: SK. 3706/Menhut-VII/IPSDH/2014 tanggal 13 Mei 2014, terdapat
sebagian kecil lahan yang merupakan Hutan Primer. Namun demikian lahan tersebut tidak
akan dipergunakan sebagai lahan perkebunan dan akan dipertahankan (enclave).(Peta
PIPPIB disajikan pada Gambar 2.6). Rencana Layout Rencana Blok Kebun PT. DBL disajikan
pada Gambar 2.7.

II - 4

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.2. Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Papua tahun 2013 2033

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 5

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.3. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Papua tahun 2012

II - 6

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.4. Peta Rencana Pola Ruang Kab. Sarmi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 7

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.5. Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi

II - 8

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.6. Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 9

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.7. Layout Rencana Blok Kebun PT. DBL

II - 10

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

2.2.

URAIAN SINGKAT RENCANA KEGIATAN

2.2.1. Kegiatan Utama Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)
2.2.1.1. Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit
Sesuai dengan izin lokasi yang diperoleh bahwa lokasi kegiatan PT. Dharma Buana Lestari
(PT. DBL) berlokasi di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur (Kampung Betaf dan
Ansudu) dan Pantai Timur Barat(Kampung Arare, Wakde, keder Lama, Keder Baru, Dabe
1, Nengke, Takar Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu),Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Luas lahan yang digunakan untuk kebun dan pabrik (PKS) sesuai dengan Izin Lokasi
adalah seluas 16.726,10 Ha yang terbagi menjadi: perkebunan kelapa sawit inti + 10.705
Ha, tanaman kelapa sawit kemitraan/plasma 2.676 Ha dan areal yang tidak bisa ditanam
seluas 3.345,10 Ha seperti jurang, sungai, pemukiman, sekolah, fasilitas pemerintah dll.
Tabel 2.1. Rencana Alokasi Penggunaan Lahan
No.
1.
2.
3.

Rencana Penggunaan Lahan


Rencana pembangunan lahan perkebunan inti dan lokasi pabrik pengolahan
kelapasawit (PKS)
Rencana pembangunan lahan perkebunan plasma
Areal yang tidak bisa ditanami (sepertijurang, sungai, sekolah, perkampungan,
lahan sakral, jalur leluhur, dusun sagu dan lain sebagainya
Luas lahan sesuai izin lokasi

Luas (Ha)
10.705,00
2.676,00
3.345,10
16.726,10

Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Tabel 2.2. Rencana Pengembangan Tanaman Inti dan Plasma


No.

Tahun

Luas ( Ha)
Inti

Plasma

Jumlah

Tahun 2016

1.285

321

1.606

Tahun 2017

1.682

421

2.103

Tahun 2018

1.558

390

1.948

Tahun 2019

1.150

287

1.437

Tahun 2020

1.920

480

2.400

Tahun 2021

1.920

480

2.400

Tahun 2022

1.190

297

1.487

10.705

2.676

13.381

Jumlah
Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 11

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Kebun sawit plasma merupakan program kemitraan perusahaan dengan masyarakat dengan
Pola Kemitraan. Sesuai dengan Permentan No. 98 tahun 2013 bahwa kebun plasma
minimal 20% dari kebun inti. Lahan plasma akan diberikan kepada marga pemilik hak
ulayat yang masuk dalam ijin lokasi sesuai kesepakatan antara PT. DBL dengan
masyarakat pemilik hak ulayat yang diketahui LMA dan Dinas Instansi Terkait.
Rencana kebun plasma yang diberikan kepada masyarakat adalah lahan yang termasuk
dalam lokasi HGU yang dikelola oleh perusahaan. Lahan plasma diberikan kepada pemilik
hak ulayat yang lahannya masuk dalam lokasi rencana proyek dan pembagian per KK akan
diserahkan kepada marga pemilik hak ulayat.
Untuk menunjang kegiatan perkebunan kelapa sawit dan perawatannya, maka akan
dibangun sarana dan prasarana penunjang, baik bangunan, jalan, jembatan, dan parit serta
kendaraan dan alat berat.
1) Desain Kebun
Maksud perencanaan/desain kebun adalah untuk merencanakan tata ruang dalam kebun
dan afdeling yang terbagi atas: jaringan jalan, areal pembibitan, saluran air serta lokasi
afdeling dan blok.
a) Afdeling (Divisi) dan Blok
Luas afdeling dan blok disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi
pengelolaan areal yang dikaitkan dengan kemudahan perawatan tanaman dan kegiatan
panen. Luas areal satu afdeling yang ideal berkisar 500 - 600 ha dan luas satu blok adalah
30 ha (1000 m x 300 m) untuk topografi datar, sedangkan luas blok untuk daerah dengan
topografi bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400 m x 400 m). Luas satu blok
tersebut juga dikaitkan terhadap kepentingan penetapan kesatuan contoh daun (KCD).
Untuk memudahkan pengelolaan, beberapa Afdeling, digabungkan menjadi Estate. Satu
Estate dipimpin oleh seorang Manager kebun (EstateManager), sedangkan kebun Plasma
berada dibawah satu orang manager tersendiri. Dalam gambar 2.7 terlihat rancangan tata
letak kebun PT. Dharma Buana Lestari.

II - 12

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Tabel 2.3. Pembangunan Sarana dan Prasarana Perkebunan Kelapa Sawit


No.

Uraian

Satuan

Jumlah

Tempat Ibadah (mesjid)

Unit

Tempat Ibadah (Gereja)

Unit

Rumah General Manager

Unit

Barak

Unit

Rumah Manager

Unit

Rumah Staff Type T.70

Unit

15

Mess

Unit

Rumah Karyawan G2 Semi Permanen

Unit

15

Rumah Karyawan G6 Semi Permanen

Unit

20

10

Rumah Karyawan G8 Semi Permanen

Unit

20

11

Kantor Manajer Kebun

Unit

12

Gudang Sentral

Unit

13

Gudang Afdeling

Unit

14

Bengkel/Worksop

Unit

15

TPS Limbah B3

Unit

16

Pos Satpam

Unit

17

Koperasi Karyawan

Unit

18

Balai Karyawan

Unit

19

Sekolah Dasar

Unit

Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014

2.2.1.2. Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)


Rencananya di lokasi perkebunan akan dibangun 1 unit pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan kapasitas pengolahan 60 ton TBS/jam pada tahun 2016 hingga tahun 2022.
Penempatan lokasi pabrik ditentukan berdasarkan kemudahan pencapaian (aksesibilitas)
dan dekat sumber air, dengan dasar tersebut, maka pabrik akan dibangun di sekitar Sungai
Timwah.
Konstruksi bangunan kantor menggunakan konstruksi beton bertulang, dinding bata
diplester dan sebagian akan dibuat partisi teak wood, atap asbes spandeks, dan lantai
keramik. Pembangunan fasilitas pabrik pengolahan kelapa sawit meliputi kegiatan
penyediaan sarana dan prasarana pabrik antara lain: Jembatan timbang, Penerimaan TBS
dan penimbunan (loading ramp), Stasiun rebusan (sterilization), Pelepasan buah

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 13

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

(threshing), Penimbunan tandan kosong (empty bunch hopper), Pengadukan (digester),


Stasiun Kempa (pressing), Stasiun Klarifikasi (clarification), Stasiun pengambilan inti
(kernel recovery), Rumah ketel, Pembangkit tenaga listrik sebanyak 2 unit dengan masingmasing kapasitas sebesar 1.500 KW, Tangki penimbunan CPO, Penyediaan air kolam
penampungan air untuk pengolahan berikut pompa air dan pipa, bangunan kantor, bengkel
pabrik, bengkel umum, perumahan karyawan dan Effluent treatment plantsludge decanter
system dan unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
1) Peralatan untuk pabrik pengolahan kelapa sawit
Pabrik PKS PT. Dharma Buana Lestari yang akan dibangun direncanakan dengan kapasitas
pengolahan terpasang 60 ton TBS/jam. Jenis peralatan yang diperlukan untuk
pembangunan pabrik adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4. Jenis Mesin dan Peralatan Pabrik
Jenis Mesin/Stasiun
I. STASIUN BUAH dan PENYIMPANAN
1. Pitless weigh bridge
2. Fruit Hopper & storage
3. Rail track
4. FFB Conveyor
5. Cage & boogie
6. Indexer
7. Transfer Carriage
II. STASIUN REBUSAN
1. Sterilizer (2 door)
2. Blow down silencer
3. Drawbridge
4. Sterilizer caltwalk
III. STASIUN PENEBAH
1. Tipper
2. Sterilised Bunch Conveyor
3. Thresher
4. Bunch Crusher
5. Recycle Bunch Conveyor
6. Empty bunch conveyor
7. Empty Bunch Press
8. Empty Bunch Oil Collection tank
IV. STASIUN KEMPA
1. Loose Fruit Scrapper Conveyor
2. Loose Fruit distributor conveyor
3. Digester
4. Screw press
II - 14

Kapasitas

Jumlah
(unit)

50 ton
15ton/bay
60 ton FFB /jam
15 ton TBS/unit
-

2
40
4
3
40
19
2

4lori/steriliser
-

3
1
6
1

15 ton
90 ton TBS/jam
45 ton TBS/jam
15 ton USB/jam
90 ton TBS/jam
12 ton EFB/jam
4.5 m3

1
2
3
2
1
2
4
1

45 ton TBS/jam
45ton TBS/jam
4500litre
15Mt/hr

2
3
8
8

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Jenis Mesin/Stasiun

Kapasitas

5. Hot water tank


6. Crude oil gutter
7. Sand trap tank
8. Vibrating screen
9. Crude oil tank
10. Crude oil pump
V. STASIUN KLARIFIKASI
1. Clarification tank
2. Oil purifier
3. Pure Oil Tank
4. Sludge Tank

5 m3
2 m3
20 m3
30 ton FFB/jam
30 m3
80 m3/hr
150m3
8 m3/jam
25m3
25 m3
22.5 m3jam

2
4
2
2
4

1 m3
4 m3

2
2

3 m3
6 m3
3
15 m /jam
200 m3
12 ton/jam
50 ton FFB/jam
45 m3/jam
15 m3 / jam
5 m3/ jam
20 m3/jam
4 m3
90 m3/jam

2
2
4
1
2
3
4
4
1
2
3
1
4

2.000 ton
4000 ton
100 Ton/jam
1 m3
15 m3/hr

2
1
1
2
1
1

45 ton TBS/jam
45 ton TBS/jam

2
2
2
2

8 ton nut/jam
-

2
2
2
4
6
2

5. Sludge precleaner 1st & 2ndStage


6.

Sand Collecting Tank

7. Sludge Buffer Tank 1 Stage


st

8. Decanter Feed Tank


9. Sludge Drain Tank
10. Sludge Drain Tank Pump
11. Sludge Oil Recovery Tank
12. Vacuum dryer
13. Decanter
14. Sludge pit pump
15. Sludge pit reclaimed oil pump
16. Ground Hot Water Tank
17. Ground Hot Water Tank pump
18. Decanter Solid Conveyor
19. Effluent Holding Tank
20. Effluent pump
VI. STASIUN PENYIMPANAN CPO
1. Storage tank
2. Storage Tank
3. Dispatch oil shed
4. Dispatch oil pump
5. Recycling Tank
6. Recycling pump
VII. STASIUN PENGUPASAN BIJI
1. Cake breaker conveyor c/w caltwalk
2. Depericarping system
3. Polishing Drum
4. Fibre cyclone
VIII. STASIUN PENGUTIPAN INTI
1. Nut elevator
2. Nut grading drum
3. Nut Hopper
4. Nut conveyor
5. Ripple-mill
6. Cracked mixture conveyor

Jumlah
(unit)
2
2
2
6
1
3

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 15

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Jenis Mesin/Stasiun
7. Hydrocylone
8. Wet Shell Conveyor
9. Wet Shell transport system
10. Kernel separator system
11. Kernel silo
12. Kernel conveyor
13. Kernel elevator
14. Kernel storing conveyor
15. Kernel transport system
16. Kernel weighing
17. Kernel hopper
18. Kernel Bagging Conveyor
19. Kernel Bagging bin
IX. POWER PLANT
1. Turbo alternator
2. Diesel alternator
3. Diesel service tank
4. Fuel storage tank
5. Back pressure water vessel
6. Turbine Cooling Water Tank
7. Turbine Cooling Water pump
8. Back pressure Blowdown Chamber
X. STEAM GENERATING PLANT
1. Steam boiler system
2. Fibre shell conveyor
3. Fuel elevator
4. Boiler Water Treatment
XI. WATER SUPPLY
1. River Intake pump
2. Raw water pump
3. Overhead Water Tank
4. Overhead Untreated Water Tank
5. Water Clarifier
6. Treated Water Pump
7. Sand Filter
XII. CIVIL WORK
Land preparation
Main building
Weigh bridge and house
Pump house at factory
Office & laboratory
Guardhouse
Canteen
Workers Toilet
Workshop & Store
Road in mill compound
II - 16

Kapasitas
6 ton crackmixture/jam

200 m3
10 m3
1500kW
100kVA & 500 kVA
2000L
20000L
1 m3
5 m3/jam

35 ton
-

Jumlah
(unit)
2
2
2
2
4
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1

2
3
1
1

150 m3/jam
150 m3/jam
100 m3
50 m3
150 m3/jam
120 m3/jam
120 m3/jam

4
4
2
1
2
4
4

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Jenis Mesin/Stasiun

Kapasitas

Gardening
Fencing
XIII. SLUDGE OIL RECOVERY
Sterilizer condensate pit pump

30 m3/jam

Jumlah
(unit)
4

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 17

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.8. Peta Lay Out Tata Letak Pabrik

II - 18

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

2) Bangunan utama pabrik


Bangunan utama pabrik terdiri atas bagian loading ramp, stasiun perebusan, gedung utama
pengolahan, gedung workshop dan laboratorium, gedung boiler dan diesel, dan bagian
pengolahan air baku, yang akan dibangun dengan menggunakan struktur pondasi beton
bertulang. Konstruksi dinding pabrik sebagian terbuka dan beberapa bagian, seperti
laboratorium dan workshop, akan menggunakan spandeks aluminium. Lantai bangunan
pabrik dan workshop terbuat dari pelat beton bertulang, sedangkan pada bagian
laboratorium dan ruang turbin/diesel akan menggunakan lantai keramik. Bagian loading
ramp dan kantor akan dibuat lebih tinggi dari bagian bangunan lainnya untuk memudahkan
pembongkaran TBS dan pengawasan pabrik.
Konstruksi bangunan kantor menggunakan konstruksi beton bertulang, dinding bata
diplester dan sebagian akan dibuat partisi teak wood, atap asbes spandeks, dan lantai
keramik. Pembangunan fasilitas pabrik pengolahan kelapa sawit meliputi kegiatan
penyediaan sarana dan prasarana pabrik, antara lain: Jembatan timbang, Penerimaan TBS
dan penimbunan (loading ramp), Stasiun rebusan (sterilization), Pelepasan buah
(threshing), Penimbunan serabut (empty bunch hopper), Pengadukan (digester), Stasiun
Kempa (pressing), Stasiun Klarifikasi (clarification), Stasiun pengambilan inti (kernel
recovery), Rumah ketel uap, Pembangkit tenaga, Tangki penimbunan CPO, Penyediaan air
kolam penampungan air untuk pengolahan berikut pompa air dan pipa, bangunan kantor,
bengkel pabrik dan bengkel umum, dan Effluent treatment plantsludge decanter system.
Pabrik pengolahan kelapa sawit yang akan dibangun menurut rencana akan menghasilkan
jenis produk komersial yang meliputi:
a) Minyak Kelapa Sawit /Crude Palm Oil (CPO)
CPO merupakan produk utama dari pabrik yang dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk industri minyak goreng, margarine, es krim, sabun, deterjen, pelunak, pelapis,
kosmetik dan sebagainya.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 19

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

b) Kernel
Kernel yaitu biji sawit yang sudah tidak diproses lagi. Kernel ini dikeringkan dan dijual.
Sesuai kebijakan pemerintah dalam Undang undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, serta tata aturan yang berlaku, dalam perkembangannya PT. Dharma Buana
Lestariakan mendukung dalam program hilirisasi CPO di Papua.
3) Pengolahan kelapa sawit (CPO)
Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.9. Secara rinci
tahapan proses pengolahan kelapa sawit adalah sebagai berikut :
a) Pengangkutan Tandan Buah Segar
TBS dari kebun diangkut dengan truk, kemudian ditimbang pada weight bridge dan lalu
dimasukan kedalam loadingramp.
b) Perebusan (Sterilizer)
TBS dimasukan kedalam lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang dan
langsung dimasukkan ke sterilizer merupakan bejana perebusan dengan menggunakan uap
air bertekanan antara 2,2 s/d 3 kg/cm2. Dengan adanya lubang-lubang pada badan lori, uap
masuk dan dapat merebus buah secara merata. Proses merebus ini dimaksudkan untuk
mematikan enzim-enzim yang akan menurunkan kualitas minyak dan juga memudahkan
buah lepas dari tandan serta memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya
air dari biji. Proses perebusan biasanya berlangsung selama + 90 menit dan uap yang
dibutuhkan adalah sebesar 280 - 290 kg/ton TBS. Proses perebusan ini menghasilkan
kondensat yang mengandung 0,50 % minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini
kemudian dimasukan ke dalam fat pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke
dalam threster dengan menggunakan hoisting crane.
c) Pemisahan Buah dari Tandan (Thresher)
Pada thresher, buah yang masih lekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan. Buah lepas ditampung dan dibawa oleh fruit conveyor ke
digester. Sementara janjangan kosong (23%) akan dipergunakan untuk pupuk.
d) Pengolahan Minyak Daging Buah
Buah lepas (brondolan buah) yang dibawa oleh fruit conveyor dimasukan ke dalam
digester atau peralatan pengaduk. Pengaduk ini dimaksudkan untuk melepaskan daging
II - 20

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

buah dari biji. Selama pengadukan berlangsung temperatur dalam digester atau peralatan
pengaduk dijaga agar tetap stabil 80 - 95OC, pemanasan dilakukan dengan menggunakan
uap. Massa buah dimasukan pada screw press (alat kempa). Screw press berfungsi sebagai
pengempa massa buah, sehingga minyak akan terpisah dari biji dan fiber. Proses pengempa
pada screw press, biasanya diberi tambahan air panas sekitar 10 - 15 % terhadap kapasitas
pengempaan. Minyak kasar dari hasil pressan (kempa) ditampung pada crude oil tank,
tetapi sebelumnya dipisahkan kandungan pasirnya pada sandtrap dan kemudian disaring
dengan vibrating screen (saringan getar). Ampas yang masih mengandung minyak
dikembalikan ke digester untuk dipressing. Untuk melancarkan penyaringan pada saringan
getar ditambahkan air panas. Minyak kasar (crude oil) dipompakan ke decanter. Decanter
berfungsi untuk memisahkan solid dengan liquid. Fase cair yang berupa minyak, air dan
masa jenis ringan ditampung pada countinous settling tank, sedangkan fase berat dibuang
ke effluent pond. Dari countinous tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat
(sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung dalam sludge tank dan dari
sludge tank dialirkan ke sludge separator untuk dipisahkan minyaknya. Limbah dari
sludge dikirm ke sludge recovery tank dan diteruskan ke cooling pond untuk menurunkan
temperatur dan selanjutnya ke ponding sistem.
e)

Proses Pemurnian Minyak

Minyak dari oil tank dialirkan pada oil purifier untuk memisahkan kotoran/solid dan
mengurangi kadar air. Kemudian selanjutnya dialirkan ke vaccum dryer untuk memisahkan
air sampai pada batas standard. Minyak sawit setelah proses akhir dipompakan ke tangki
timbun (storage tank) dengan kapasitas 6.000 dan 9.000 ton.
Material Balance proses pengolahan minyak sawit disajikan pada Gambar 2.10.
Seperti diuraikan pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10, dalam proses pengolahan kelapa
sawit ini dijumpai beberapa limbah yang harus dilakukan pengelolaannya.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 21

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.9. Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit

II - 22

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.10. Neraca bahan proses Pengolahan Kelapa Sawit

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 23

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

4) Bangunan pengolah air baku


Air baku sangat dibutuhkan baik untuk keperluan pabrik maupun domestik. Jumlah
kebutuhan air baku ditentukan berdasarkan asumsi sebagai berikut :

Boiler

Dillution : 21% Kapasitas PKS

Cleaning : 5% Kapasitas PKS

Kebutuhan air baku untuk domestik karyawan : 150 m3/hari

: 65% kapasitas PKS

Untuk kebutuhan proses produksi CPO diperlukan air sebanyak lk. 1,25 m 3 untuk setiap
ton produk. Dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton/jam, maka diperlukan air sebanyak
75 m3/jam dan dengan jam operasional pabrik selama 20 jam, maka dalam sehari
diperlukan air sebanyak 1.500 m3/hari.
Air baku tersebut bersumber dari air sungai yang diolah dalam unit pengolah air baku.
Bangunan pengolah air baku terdiri dari unit bangunan intake untuk pengambilan air
sungai dan unit kolam/embung-embung penampungan air untuk proses pengendapan dan
netralisasi. Air sungai yang diambil melalui unit intake yang dilengkapi dengan pompa
typecentrifugal and suction kapasitas 60 m3/jam pada sebuah sungai dialirkan dengan
menggunakan suatu pipa berdiameter 8 inch ke dalam kolam/embung-embung
penampungan, untuk selanjutnya dilakukan proses penjernihan dan netralisasi.
Air dari embung-embung akan dipompakan ke raw water tank, selanjutnya dialirkan ke
clarifier tank untuk proses pengendapan partikel solid, air yang sudah agak jernih dari
clarifier tank dialirkan ke dalam mineralize tank untuk proses pemberian zat mineral yang
sesuai bagi kebutuhan boiler, kemudian dialirkan ke filtration tank untuk menyaring sisasisa flok partikel, sehingga diperoleh air yang sudah bersih. Air bersih dari unit filter
tersebut selanjutnya dipompakan ke dalam dua buah clean water tank. Air bersih pada
masing clean water tank akan didistribusikan secara berbeda sebagai air baku proses
pengolahan kelapa sawit di dalam pabrik. Skema bangunan pengolahan air baku disajikan
pada Gambar 2.11.

II - 24

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Mineralize
Tank

Filtration
Tank

Tangki
Penampungan
Tanki
Air Baku

Sungai

Clarifier
Tank

Pabrik
Domestik

Waduk
Buatan

Gambar 2.11. Diagram Pengolahan Air Baku Untuk Kebutuhan Pabrik Kelapa Sawit dan
Domestik.
Kebutuhan air tanaman kelapa sawit berkisar antara 3 - 4 mm per hari. Menurut Harahap
dan Darmosarkoro (1999), kelapa sawit dewasa membutuhkan 4 5 mm per hari. Selain
itu, untuk pembibitan jika curah hujan di lokasi kegiatan per hari > 10 mm, maka tidak
diperlukan penyiraman bibit yang sedang ditanam.
2.2.2. Rencana Pengembangan Kemitraan
Disamping membangun kebun sendiri (inti), PT. Dharma Buana Lestari juga akan
mengembangkan kebun sawit masyarakat (plasma) yang hasilnya akan memasok Tandan
Buah Segar (TBS) ke pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Dharma Buana Lestari. Pola
pengembangan yang diterapkan/dikembangkan oleh Perusahaan akan mengikuti pola
pengembangan berdasarkan Pola Kemitraan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 98/permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan dimana perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B akan
membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% (dua puluh persen)
dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan. Komposisi inti dan plasma
merupakan sebuah hasil kesepakatan awal antara pihak inti dan masyarakat yang
dituangkan dalam sebuah perjanjian ikatan kemitraan. Luas kepemilikan per kepala
keluarga (KK) peserta plasma tergantung luas lahan yang dapat diusahakan dan jumlah KK
yang ada dalam dusun, kampung atau marga pemilik hak ulayat yang masuk dalam ijin
lokasi.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 25

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Pelaksanaan CSR: Tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan salah satu topik yang aktual dan berkaitan erat dengan
masalah hukum dan etika bisnis perusahaan sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk
mendapatkan suatu keuntungan yang besar, tetapi selayaknya juga memikirkan
kepentingan masyarakat di sekitarnya, karena perusahaan sebenarnya juga merupakan
bagian dari masyarakat. Dasar hukum dari tanggung jawab sosial perusahaan antara lain
yaitu Undang - Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroaan Terbatas, pasal 74 dan
Undang - Undang Nomor 25 tahun 2008 tentang Penanaman Modal pasal 15, serta
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas.
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan untuk bertanggung
jawab secara sosial dan lingkungan terhadap dampak yang timbul akibat beroperasinya
perusahaan di suatu daerah. Bila sebelumnya perusahaan hanya memperhatikan
Keuntungan (Profit), kedepan perusahaan juga harus memperhatikan masyarakat (People)
dan Lingkungan (Planet). Kombinasi ketiga hal tersebut dikenal dengan istilah 3P ataupun
Triangle P.Program-program tersebut mencakup aspek ekonomi, kesehatan dan pendidikan
yang akan dikelompokkan dalam program jangka pendek dan program jangka panjang.
Sebagai cacatan bahwa program tersebut disesuaikan dengan kemampuan PT. Dharma
Buana Lestaridan kebutuhan masyarakat setempat.
Beberapa program CSR yang direncanakan, antara lain:
a)

Melatih dan meningkatkan pengetahuan tenaga kerja lokal sehingga mampu bekerja
di perusahaan.

b) Ikut terlibat dalam peningkatan dan kemajuan sektor pendidikan, pertanian,


perdagangan, transportasi dan lainnya berdasarkan situasi dan kondisi yang ada.
c)

Membina dan meningkatkan pengetahuan peserta plasma secara berkelanjutan


tentang tata cara pengelolaan kebun sawit.

2.2.3. Jadwal dan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penyebab Dampak


Pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Dharma Buana
Lestaridimulai dengan mengurus aspek-aspek perizinan. Sebagai tahapan persiapan (pra
konstruksi) kemudian dilanjutkan dengan tahapan konstruksi, operasi dan pasca operasi.
Keseluruhan rencana kegiatan yang akan dilakukan PT. Dharma Buana Lestari dalam
II - 26

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

pembangunan perkebunan sawit dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.5. Jadwal Rencana Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT.
Dharma Buana Lestari
No

JenisKegiatan

Tahun
2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

A. TahapPra-konstruksi
1

Proses Perizinandan Survey Lapangan

Sosialisasi Rencana Kegiatan

Pengadaan Lahan
B. TahapKonstruksi

PenerimaanTenaga Kerja

Mobilisasi Peralatan dan Material

Pembukaan dan Penyiapan Lahan

Pematangan Lahan

Pembangunan Sarana dan Prasarana

PenanamanTanaman Kelapa Sawit

Pemeliharaan Tanaman Belum


Menghasilkan (TBM)

Rencana Pembangunan Pabrik


C. TahapOperasi

Penerimaan Tenaga Kerja Pabrik

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan


(TM)

Pemanenan dan Perkiraan Hasil

Pengangkutan Hasil Panen TBS &


CPO

Proses Pengolahan Kepala Sawit

Proses Pengolahan Inti Sawit


D. TahapPascaOperasi

Pemutusan Hubungan Kerja

Pengembalian Sarana-Prasarana Yang


Telah Dibangun

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 27

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

2.2.4. Tahap Pelaksanaan Usaha dan/atau Kegiatan


2.2.4.1. Tahap Pra-konstruksi
1) Proses Perizinan dan Survei Lapangan
Kegiatan proses pengurusan perizinan, telah dan sedang dilakukan untuk kegiatan
perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari. Adapun
surat-surat izin yang telah diperoleh adalah sebagai berikut :

Akte pendirian PT. Dharma Buana Lestari dari notaris Benny Kristianto, SH No. 2
tanggal 4 Mei 2009.

Akte perubahan terakhir PT. Dharma Buana Lestari dari Notaris Kumala Tjahjani
Widodo, SH, MH, MKn No. 59 Tanggal 24 Juni 2013.

Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. AHU.13599.AH.01.01 tentang Pengesahan


Badan Hukum Perseroan Tanggal 17 Maret 2010

Risalah Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Penerbitan Izin Lokasi

Keputusan Bupati Sarmi No. 78 tahun 2013 tentang Pemberian Izin Lokasi Tanah
Seluas 16.726,10 Ha Kepada PT. Dharma Buana Lestari untuk keperluan
pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur
Barat Kabupaten Sarmi tanggal 14 Juni 2013

Pertimbangan Teknis Aspek Tata Ruang Untuk Budi Daya Perkebunan Kelapa Sawit
a.n PT. Dharma Buana Lestari

Pertimbangan Teknis Kesesuaian Lahan Komoditas Perkebunan Atas Permohonan


Perpanjangan Izin Lokasi Perkebunan Kelapa Sawit a.n PT. Dharma Buana Lestari
No. 525/PBSN/05 UT/2013 tanggal 05 April 2013

Ketersediaan Lahan untuk budidaya Perkebunan dari Dinas Kehutanan Kabupaten


Sarmi No. 522.1/4t tanggal 05 Februari 2013

Pada tahap pra-konstruksi kegiatan survei dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal
dari lahan yang direncanakan dipergunakan sebagai lokasi perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS). Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkecil dampak
yang diperkirakan akan timbul. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada saat survei ini
meliputi: jenis, urut-urutan lapisan, sebaran, sifat fisik dan keteknikan, kemampuan daya
dukung dan kestabilan tanah; geomorfologi yang meliputi ketinggian, kemiringan lereng
dan penggunaan lahan; struktur geologi meliputi patahan, lipatan, kelurusan dan kekarkekar; sumberdaya air yang meliputi air permukaan, air tanah, mata air, dan neraca airnya
II - 28

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

(water balance); serta bahaya lingkungan beraspek geologi. Semua informasi ini akan
digunakan dalam penyusunan rancang bangun dan studi kelayakan lahan dan lingkungan.
Kegiatan survei lapangan akan melibatkan penduduk lokal sebagai tenaga kerja lapangan,
jumlah tenaga kerja yang akan dilibatkan pada kegiatan survei ini 10 orang.
2) Sosialisasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan ditujukan kepada pihak masyarakat yang akan terkena dampak proyek,
dimana dilakukan bersama-sama dengan instansi terkait. Materi sosialisasi yang
disampaikan terutama mengenai rencana proyek berkaitan dengan penggunaan lahan
dalam rangka pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS).
Tujuan dari sosialisasi antara lain yaitu :
Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana usaha pembangunan perkebunan

dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari.


Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau tanggapan atas rencana

kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit.


Untuk mencapai tujuan tersebut, PT. Dharma Buana Lestari akan terus melakukan
sosialisasi secara formal maupun informal kepada masyarakat sekitar lokasi kegiatan,
pengurus Kampung, pihak Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat,
serta instansi terkait lainnya. Pada pelaksanaan sosialisasi tersebut, PT. Dharma Buana
Lestari akan berkoordinasi dengan pengurus Kampung sekitar lokasi kegiatan, pihak
Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat serta instansi terkait lainnya.
3) Pengadaan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk kegiatan perkebunan Kelapa sawit terletak pada areal
seluas 16.726,10 ha sesuai Surat Keputusan Bupati Sarmi No. 78 tahun 2013 tentang
Pemberian Izin Lokasi Tanah Seluas 16.726,10 Ha Kepada PT. Dharma Buana Lestari
untuk keperluan pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Distrik Tor Atas, Distrik
Pantai Timur dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi tanggal 14 Juni 2013.
Proses penetapan status lahan ini melibatkan aparat pemerintah kampung, distrik dan
kabupaten serta perwakilan marga dan kepala adat pemilik hak ulayat. Selain itu,
perusahaan bersama-sama dengan masyarakat pemilik hak ulayat dan didampingi oleh
instansi terkait akan melaksanakan tata batas di lokasi rencana kegiatan, sehingga dapat
diperoleh data yang akurat mengenai batas-batas lahan yang ada untuk masing-masing
marga pemilik hak ulayat, yang akan dilanjutkan dengan pemetaan partisipatif untuk
memastikan lahan-lahan mana yang bisa dikelola untuk kebun dan lahan mana yang tidak
bisa dikelola terkait dengan ketetapan lahan dari masyarakat pemilik hak ulayat antara lain

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 29

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

sebagai jalur leluhur, tanah kramat, area sagu yang harus di-enclave. Penyusunan peta
partisipatif sedang dilakukan, dan akan dibuat per kampung dan per marga pemilik hak
ulayat, serta akan dilengkapi batas-batasnya dengan titik koordinat geografis.
Sistem pengadaan lahan untuk kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit
ini dapat berupa hak pelepasan tanah maupun hak penggunaan tanah sesuai kesepakatan
dengan masyarakat adat setempat sebagaimana tercantum dalam klausul ketiga Izin Lokasi
yang dikeluarkan oleh Bupati Sarmi. Pembayaran ganti rugi juga diberikan atas garapan
dan tanam tumbuh atau bangunan yang ada diatasnya ataupun barang-barang lain milik
pemegang hak atas tanah yang harus dilakukan secara langsung kepada yang berhak.
2.2.4.2. Tahap Konstruksi
1) Penerimaandan Mobilisasi Tenaga Kerja
Untuk pelaksanaan pekerjaan pada tahap konstruksi, sebagian pekerjaan dilaksanakan
langsung oleh PT. Dharma Buana Lestari, dan ada sebagian oleh kontraktor konstruksi
yang ditunjuk PT. Dharma Buana Lestari. Pekerjaan ini akan memerlukan tenaga
kerja/karyawan berbagai jenis pekerjaan; antara lain: untuk mengoperasikan beberapa alat,
maupun untuk pengawasan, pencatatan, mengatur pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan yang
dilaksanakan oleh kontraktor akan mengerahkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya,
baik jumlah maupun kualitasnya. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja untuk tahap konstruksi
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Tahap Penyiapan Kebun Bibit dan Penyiapan
Basecamp (Orang)
No

Jenis Pekerjaan

Jumlah TK

Pembangunan Akses Jalan

Pembuatan Bangunan Sementara

10

Pembersihan Lahan

32

Pengelolaan Biomass

12

Perataan Tanah, pemaritan dan Jaringan penyiraman

Penanaman Kecambah dan Pemeliharaan

50

Jumlah

120

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Tenaga kerja tersebut belum termasuk untuk membangun pabrik dan bangunan lainnya
termasuk instalasi peralatan pabrik serta jaringan listrik, air dan lain lain. Pekerjaan ini

II - 30

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak ketiga (kontraktor), yang diperkirakan akan
membutuhkan tenaga kerja sekitar 400 orang. Dengan demikian jumlah seluruh tenaga
kerja yang terlibat dalam konstruksi kebun dan pabrik dengan segala fasilitasnya berjumlah
sekitar 520 orang.
Tenaga kerja tidak tetap akan direkrut dari penduduk setempat atau daerah sekitarnya
sesuai dengan keahlian ataupun keterampilannya yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan PT. Dharma Buana Lestari.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

keperluan operasional perkebunan PT. Dharma Buana Lestari dari tingkat direksi sampai
tenaga kerja lepas, diperkirakan sekitar 870 1.450 orang (Tabel 2.7). PT. DBL akan
memprioritaskan

penerimaan tenaga kerja berasal dari penduduk setempat. Dalam

perekrutan tenaga kerja baik tenaga lokal maupun pendatang, perusahaan akan melakukan
pengecekan kesehatan terlebih dahulu.
Tabel 2.7. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Posisi jabatan

Kualifikasi

Jumlah (orang)

General Manager
Plantation Manager
Estate Manager
Financial Controler
Accountant
Accountant Assistant
Mill Manager (Manajer Pabrik) untuk pabrik kapasitas
60 ton/jam
HR & Admin Manager
Personal Assistant Plantation Manager
HR Assistant
Senior Asistant Manager (KTU) - Administration
Assistant CSR
Assistant EHS
Transportation Assistant
Agronomy Assistant
Civil Engineering Assistant
IT Assistant
Senior Field Assistant
Field Assistant (Asisten Lapangan)
Purchasing Assistant
Mill Assistant Managers (Asisten Pabrik)
Mechanical Assistant
Mill Process Assisstant
1st Field Mandore (Mandor 1)
1st Mill Mandore (Mandor 1)
Workers for Field Maintenance ( contractual basis)

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

1
1
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
2
1
2
1
1
2
8
1
1
1
2
22
10
500 -800

Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
SMU atau sederajat
SMU atau sederajat
II - 31

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No
27
28

Posisi jabatan
Harvesters (permanent workers/SKU)
Mill Workers

Jumlah (orang)
500
80

Kualifikasi
SMU atau sederajat

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Dewan komisaris melaksanakan pengawasan terhadap kebijaksanaan direksi dalam


menjalankan perseroan serta memberi nasehat kepada direksi. Direksi yang terdiri dari para
direktur sebagai pimpinan tertinggi perusahaan mengambil segala kebijakan dan membuat
segala keputusan yang menyangkut manajemen, keuangan, produksi, kualitas, produksi
dan pemasaran hasil produksi.
General manager merupakan top management site kebun kelapa sawit sekaligus
merupakan kepanjangan tangan dari direksi. Seluruh permasalahan kebun baik fisik
maupun sosial merupakan tanggung jawab General Manager, yang dalam menjalankan
sehari hari dibantu oleh manager kebun.
Tenaga kerja staff merupakan tenaga inti dari proyek pembangunan perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS) PT. Dharma Buana Lestari, sehingga diperlukan sikap yang
sangat hati hati dalam proses perekrutannya. Tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja
profesional yang sudah berpengalaman di bidangnya minimal 5 tahun, diutamakan yang
mempunyai pendidikan minimal yang relevan dengan bidang tugasnya setara dengan strata
1 (sarjana), lebih diutamakan yang berasal dari daerah setempat dan berpendidikan yang
lebih tinggi. Secara umum, tenaga staff diharuskan menguasai bahasa Inggris dan
kompeten dalam penggunaan komputer dan familiar dengan menggunakan jaringan
internet. Hal ini menjadi penting, karena tele-conference akan menjadi sarana komunikasi
dengan dewan komisaris dan dewan direksi.
Level asisten sangat diutamakan berasal dari tenaga lokal setempat. Hal ini merupakan
kebijakan sejak awal pembentukan PT. Dharma Buana Lestari yang berkomitmen untuk
memberdayakan sumber daya manusia setempat. Tenaga kerja akan diberikan pembinaan,
khususnya untuk memberikan pengetahuan dasar keahlian yang diperlukan guna
meningkatkan daya saing sumber daya manusia setempat, sehingga suatu saat bisa
mencapai level yang lebih tinggi.

II - 32

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Executive Director
Director

Manage Process

Supporting/Functio
nal

Operating
Core/Operation

Operation

Social
Responsibility and
Environment

Region Head

Palm Oil Mill Head

Plantation Head

Mill Head

Estate Head

Asisten Kepala PKS

Corporate Social
Responsibility

Safety Health and


Environment *)

Asisten Kepala
Asisten-asisten
Kebun
Keterangan : *)Asisten-asisten
Penanggung Jawab Pengelolaan Lingkungan
Mandor
Mandor

Gambar 2.12. Struktur Organisasi PT. Dharma Buana Lestari


Operator-operator

Satuan Kerja
Umum

II - 33

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

2) Mobilisasi Alat Berat dan Alat Angkut Material Konstruksi


Sebagai tahap awal pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik kebun dan pabrik dilakukan
mobilisasi alat berat dan alat angkut material konstruksi yang diperlukan berupa alat-alat
berat, seperti buldozer, loader, grader, skidder, truck-truck tanki, ambulance, sepeda motor,
jeep, pick up, compactor, dan lain sebagainya.
Tabel 2.8. Daftar Peralatan dan Alat Berat yang Dimobilisasi pada Tahap Konstruksi
No

JenisPekerjaan

JenisAlatKapasitas

Imas (Underbrushing)

Manual (parang/golok, kapak)

Penebangan (Felling)

- Chain saw
- Buldozer, winch, canopy

Merancek

Perlengkapan*
Angle blade,
Share blade

- Manual (parang, arit, kampak)


- Chain saw

4
5
6

Perumpukan (Pilling)
Pembersihantunggul-tunggul
pohonbesar
Pembuatansaranadanprasarana,
jalan, paritdrainase

- Buldozer + winch, canopy

Rake blade
Standar blade

- Buldozer + winch, canopy


- Manual (Linggis)

Rock bucket

Road grader

1unit

Buldozer

6 unit

Tanki air

5 unit

Excavator

4 unit

Farm Tractor

4 unit

Compactor

4 unit

Double cabin

10 unit

Truk&Dump Truck

10 unit

Sepeda motor

40 unit

Alatperbengkelan

1set

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Sebelum dilakukan kegiatan mobilisasi, terlebih dahulu akan dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Semua peralatan direncanakan didatangkan dari Sarmi
maupun dari luar Sarmi melalui jalan darat, dengan menggunakan trailer dan sejenisnya,
dengan dilakukan pengawalan oleh pihak yang berwenang. Jalur utama yang memungkin
untuk mendatangkan alat berat dan material konstruksi adalah arteri primer/jalan provinsi
dari Kabupaten Sarmi menuju lokasi kegiatan di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur
dan Pantai Timur Barat.

Tabel 2.9. Daftar Jenis Bahan Bangunan yang akan Digunakan

II - 34

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

No

Jenis Bahan Bangunan

Penggunaan

Sumber/Asal*

Tanah urug

Penimbunan bagian yang


cekung

Tanah dari penggalian parit & kolam/


embung air sekitar rencana jalan angkut

Batu

Pengerasan jalan

Beli dari suplayer

Sirtu

Pengerasan permukaan jalan


Pembuatan adukan semen

Beli dari suplayer

Pasir

Pembuatan adukan semen

Beli dari suplayer

Semen

Pembuatan adukan semen

Beli dari suplayer

Kayu

Penyangga, cor beton

Beli dari suplayer

Besi Kerangka

Pembuatan jembatan

Beli dari suplayer

Besi Beton

Cor beton

Beli dari suplayer

Tiang Pancang

Tiang pancang dan pondasi

Beli dari suplayer

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014


Keterangan: * seluruh bahan bangunan dan material yang digunakan berasal dari Kab. Sarmi

Dalam kaitannya dengan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit dan instalasi
pengolahan air limbah, maka mobilisasi peralatan dan material dilakukan setelah selesai
pembuatan direksi keet, base camp pekerja, serta pembangunan gudang penyimpanan.
Jenis Material Yang Diperlukan Untuk Pembangunan Pabrik
Jenis material yang diperlukan untuk pembangunan pabrik adalah sebagai berikut:
a) Material untuk jalan dan saluran (kayu cerucuk, tanah timbunan, pasir, batu kerikil,
batu pecah dan semen).
b) Material untuk konstruksi pondasi (tiang pancang, pasir, batu kali, semen).
c) Material untuk konstruksi dinding (profil rangka baja, lembaran spandeks
aluminium, lembaran teakwood, pasir, batu kerikil, batu bata, semen, balok dan
papan kayu berkisting, besi beton dan kawat benrad).
d) Material untuk konstruksi atap (balok kayu, profil rangka baja, genteng beton,
lembaran asbes, lembaran spandeks aluminium).
e) Material untuk pintu dan jendela (balok dan papan kayu, lembaran playwood,
lembaran kaca).
f)

Material untuk lantai (keramik, pasir, semen, batu kerikil, besi beton dan kawat
bendrat).

g)

Material sanitasi dan perpipaan.

h)

Material mekanikal dan elektrikal.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 35

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Volume bahan bangunan utama yang akan diperlukan dalam pembangunan kebun dan
pabrik, kantor, sarana dan prasarana penunjangnya adalah seperti terlihat dalam tabel di
bawah.
Tabel 2.10. Perkiraan Kebutuhan Bahan dan Material Bangunan
No

Jenis material

Volume
Jumlah

Satuan

Truk

Ritasi/hari

Pasir

390.000

m3

65.000

54

Batu

821.344

m3

205.336

171

Batu bata

58.500.000

buah

14.950

12

Semen

520.000

zak

5.850

Besi

689

ton

138

Kayu

15.600

m3

2.600

Keramik

312.000

dus

135.299

113

Atap

98.800

lembar

99

2
Rata-rata 44 rit perjam

Sumber : Hasil estimasi perhitungandari kegiatan sejenis, 2014

I. Konstruksi Kebun
3) Penyiapan Lahan dan Pembukaan Lahan (Land Clearing)
Lahan yang dimanfaatkan untuk dijadikan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit
(PKS) merupakan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) dan Areal Penggunaan
Lain (APL) yang bervegetasi hutan sekunder dan semak belukar. Dengan demikian maka
cara pembukaan lahan yang digunakan adalah secara semi mekanis dan mekanis. Alat yang
akan digunakan, antara lain bulldozer untuk pembukaan lahan maupun gergaji mesin
(chain saw) untuk memotong tegakan pohon. Potongan kayu hasil pembukaan lahan yang
telah memiliki IPK akan dimanfatakan dengan bekerja sama dengan pihak ke-3
(perusahaan pengelola kayu), ranting atau kayu yang tidak dimanfaatkan tidak akan
dibakar, tetapi dikumpulkan yang kemudian akan digunakan sebagai mulsa (serasahnya)
maupun sebagai pupuk untuk ditimbun dalam tanah, selain itu masyarakat dan perusahaan
yang memiliki Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) dapat memanfaatkan kayu yang bernilai
ekonomi di atas lahan yang akan dibuka. Pembukaan lahan dihindari pada area memiliki
nilai konservasi tinggi (NKT). Kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi adalah
kawasan hutan yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri berikut:
II - 36

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

1) HCV1 Kawasan hutan yang mempunyai konsentrasi nilai-nilai keanekaragaman


hayati yang penting secara global, regional dan lokal (misalnya spesies endemi,
spesies hampir punah, tempat menyelamatkan diri (refugia)),
2) HCV2 Kawasan hutan yang mempunyai tingkat lanskap yang luas yang penting
secara global, regional dan lokal, yang berada di dalam atau mempunyai unit
pengelolaan, dimana sebagian besar populasi species, atau seluruh species yang
secara alami ada di kawasan tersebut berada dalam pola-pola distribusi dan
kelimpahan alami,
3) HCV3 Kawasan hutan yang berada di dalam atau mempunyai ekosistem yang
langka, terancam atau hampir punah,
4) HCV4 Kawasan hutan yang berfungsi sebagai pengatur alam dalam situasi yang
kritis (e.g. perlindungan daerah aliran sungai, pengendalian erosi),
5) HCV5 Kawasan hutan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat lokal (mis, pemenuhan kebutuhan pokok, kesehatan), dan
6) HCV6 Kawasan hutan yang sangat penting untuk identitas budaya tradisional
masyarakat lokal (kawasan-kawasan budaya, ekologi, ekonomi, agama yang
penting yang diidentifikasi bersama dengan masyarakat lokal yang bersangkutan).
Pekerjaan ini akan diserahkan kepada kontraktor lokal, baik yang berbentuk badan usaha
maupun kelompok masyarakat atau perorangan yang memiliki IPK, yang akan ditetapkan
oleh Dinas Kehutanan. Terkecuali pada lokasi yang sulit ataupun kemampuan pembukaan
lahan dengan cara sistem semi mekanis tidak terpenuhi, maka akan dibantu dengan cara
mekanis, yaitu dengan menggunakan alat berat, seperti buldozer dan excavator. Pekerjaan
mekanis akan dikerjakan oleh PT. Dharma Buana Lestari, tetapi apabila perlu akan
diserahkan kepada kontraktor yang berpengalaman, baik lokal maupun daerah lainnya di
Provinsi Papua.
Pembukaan lahan ini, dilakukan tanpa pembakaran sesuai dengan arahan dari Direktur
Jenderal Perkebunan melalui Surat Keputusannya Nomor 38/KB.110/SKI/DJ.BUN/05.95
tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Pembakaran Untuk Pengembangan
Perkebunan.
Rencana pembukaan lahan dan pengembangan kebun sesuai dengan rencana adalah
sebagai berikut:

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 37

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

a) Pembukaan Lahan untuk Pembangunan Sarana dan Prasarana


Tahapan pertama dalam pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana adalah
pembersihan lahan berupa semak belukar, pohon-pohon serta tanaman penutup lainnya,
sehingga pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana yang akan dilakukan pada tahap
berikutnya dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan ini dilakukan dengan mempergunakan
"bulldozer" jenis Cat D9R atau yang sejenis dibantu tenaga manusia dengan menggunakan
peralatan seperti "chainsaw", kampak, parang dll. Pekerjaan ini dilakukan secara bertahap
sesuai dengan sarana yang dibuat.
b) Pembukaan Lahan Pembibitan Secara Mekanis
Areal yang digunakan untuk lokasi pembibitan diusahakan sebersih mungkin dengan
mendongkel tunggul batang yang telah ditebang, sehingga areal pembibitan bebas dari
tunggul dan tumbuhan. Penggunaan excavator dan buldozer dilengkapi dengan rake blade
diperlukan dalam pembukaan lahan pembibitan ini, agar top soil dapat digunakan untuk
media pembibitan dalam kantong plastik (polybag).
c)

Pembukaan Lahan Untuk Kebun Kelapa Sawit

Tahap pertama dari sistem ini adalah mengimas atau membabat/menebas semak belukar
dan pohon kayu yang berdiameter < 10 cm, untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya.
Tahap berikutnya adalah menebang atau menumbangkan pohon kayu yang memiliki
diameter >10 cm. Tinggi tebangan (tunggul) diatur sesuai dengan diameter batang pohon
seperti tabel berikut.
Tabel 2.11. Maksimum Tinggi Sisa Tebangan
Diameter Pohon (cm)

Maksimum Tinggi Sisi Tebangan (cm)

10 20
21 30
31 75
> 75

40
60
100
150

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Batang hasil tebangan dimanfaatkan kayunya dan yang tersisa selanjutnya dipotong
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, demikian pula dahan dan rantingnya.
Potongan-potongan kayu dikumpulkan atau ditumpuk dalam bentuk barisan-barisan pada
setiap gawangan kedua dari rencana tanaman kelapa sawit (+ 15,6 m) menurut arah utaraselatan.
II - 38

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Pada kegiatan pembukaan lahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
adalah :
A. Waktu Pembukaan Lahan
Berdasarkan data curah hujan, bulan-bulan terkering setiap tahun adalah Juli sampai
September dengan jumlah hari hujan 6 - 7 hari tiap bulannya. Berdasarkan data curah
hujan serta informasi dari penduduk setempat, waktu terbaik untuk pembukaan lahan yang
dimulai dengan imas dan tumbang adalah pada awal tahun, yaitu bulan Januari - Pebuari.
Waktu pembukaan lahan ditentukan dengan tepat dengan maksud :
Menghindari hasil pembukaan lahan yang kurang baik
Menghindari tumbuhnya rumput dan semak-semak, karena areal terlalu lama dibuka
dan hasil tebangan (sisa-sisa rumput/semak belukar hasil pembersihan lahan yang masih
berserakan) .
Menghindari bahaya erosi, mengingat erosivitas lahan yang cukup tinggi dan curah
hujan yang cukup tinggi pula.
Untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan pada saat pembukaan lahan, meskipun
dilakukan dengan metode Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB). PT. Dharma Buana
Lestari menyiapkan satu unit mobil pemadam kebakaran.Kegiatan yang dilakukan adalah
Tebas, Tebang, Potong, Piah-pilah, Kumpul, Bersih (TTP-PKB).
B. Sistem Konservasi Tanah dan Air
Tindakan konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk mengendalikan kerusakan tanah
agar produktivitas/sumber daya lahan dapat dimanfaatkan secara optimum.
Pembuatan drainase serta penanaman LCC dilaksanakan segera setelah kegiatan
pembukaan lahan selesai dan hasil pembukaan lahan telah memenuhi persyaratan
penanaman kelapa sawit. Dengan usaha-usaha seperti tersebut, maka kemungkinan
ancaman erosi dan genangan air dapat diperkecil.
C. Sistem Penutup Tanah Leguminosa (Legume Cover Crop/atau LCC)
Penutupan tanah leguminose berguna untuk mencegah erosi permukaan, menekan
perkembangan gulma yang sekaligus mengurangi penyiangan, menambah bahan organik
dan cadangan unsur hara, memperbaiki aerasi, kelembaban tanah dan ketersediaan air
untuk tanaman.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 39

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Penanaman LCC dilakukan pada seluruh areal kebun sesudah selesai pembukaan lahan.
Jenis penutup tanah yang akan ditanam adalah kombinasi dari jenis Peuraria javanica (PJ),
Calopogonium mucunoides (CM) dan Centrosema pubescens (CP) dengan perbandingan
penggunaan benih tiap hektar 4 kg PJ, 6 kg CM dan 4 kg CP. LCC yang lain adalah
Mucuna brachiata (MB) yang diperbanyak melalui stek batang dipembibitan.
Benih LCC ditanam dengan sistem larikan atau tugal. Dengan sistem larikan satu
gawangan (antar baris tanaman) dapat dibuat 3 jalur penanaman searah barisan tanaman
kelapa sawit. Untuk mempercepat penutupan tanah oleh LCC, dilakukan pemupukan rock
phosfat (RP) dengan dosis RP dicampur dengan biji LCC 1 : 1 untuk tahap awal.
4) Pembangunan Sarana dan Prasarana Kebun
Sebelum pembangunan sarana dan prasana perlu adanya pelaksanaan rencana tata ruang
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang menerapkan kerangka ruang,
sehingga kegiatan-kegiatan produksi, sosial, ekonomi diharapkan berlangsung dengan
baik. Struktur tata ruang yang akan dibangun diatur sehingga tidak terlepas dari struktur
tata ruang yang lebih luas, strategi pengembangan wilayah daerah yang lebih luas seperti
dalam tingkat kabupaten, propinsi maupun nasional.
Setelah rencana detail tata ruang selesai dilaksanakan, maka pembangunan prasarana jalan
(jalan penghubung, jalan produksi, jalan koleksi, jembatan dan gorong-gorong), saluran
drainase serta bangunan perkantoran dan perumahan karyawan dilaksanakan.
a) Pembangunan Base Camp dan Fasilitasnya
Untuk mendukung pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Dharma Buana Lestari
membangun base camp induk sebagai pusat kegiatan proyek yang akan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas, seperti bangunan di emplasemen, terdiri dari; bangunan kantor
perkebunan/proyek, gudang, garasi kendaraan, bengkel, bak tandon air bersih dan lain-lain.
Bangunan perumahan untuk staff dan karyawan non staff dirancang dengan kondisi layak
huni dan memadai yang dilengkapi dengan sarana kesehatan, sosial keagamaan,
pendidikan maupun sarana sanitasi, seperti instalasi penerangan, WC, saluran pembuangan
air limbah dan sarana air bersih. Lokasi lahan untuk bangunan perkantoran dan perumahan
dipilih dengan memperhatikan persyaratan lingkungan antara lain sebagai berikut :
lahan harus sesuai untuk tujuan pembangunannya,
lingkungan yang sehat dan nyaman,

II - 40

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

fasilitas air bersih cukup tersedia


sanitasi yang baik dan mudah diterapkan
tidak terganggu pencemaran dari perkebunan
Sesuai dengan kebutuhan, bangunan akan disesuaikan dengan detail pembangunan kebun,
sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan pengoperasian perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS).
b) Pembangunan Instalasi Air Bersih, Listrik dan Sampah
Pada lokasi base camp juga dibangun instalasi air bersih dan listrik. Air untuk keperluan
domestik dan afdeling dipenuhi dengan menggunakan air permukaan. Air selanjutnya
didistribusikan melalui pipa-pipa yang dipasang untuk memenuhi kebutuhan kawasan base
camp. Sedangkan kebutuhan listrik untuk penerangan dipenuhi dengan penyediaan
generator listrik (genset) pada awal kegiatan, lalu menggunakan PLTU dan generator listrik
(genset) pada saat operasional kegiatan kebun dan pabrik telah berjalan.
i)

Air Bersih

Kebutuhan air untuk operasional basecamp akan dipenuhi dari air permukaan dengan
terlebih dahulu diolah pada unit water treatment plant (WTP).
Tabel 2.12. Prakiraan Jumlah Kebutuhan Air Bersih untuk Kegiatan Domestik pada Tahap
Konstruksi

No.
1.
2.
3

Jenis Kegiatan
Domestik karyawan
Utilitas
Pembibitan
a. Pre Nursery
b. Main Nursery

Ket.

Asumsi Jumlah
Pemakai Air

Kebutuhan

520 orang
-

100 L/Orang/Hari
-

3 bulan
2.788.057,5 bibit
10 bulan
2.788.057,5 bibit
JUMLAH

2 L/10 bibit/hari
2 L/10 bibit/hari

Total
Kebutuhan
(L/Hari)
52.000
10.000
557.611,50
557.611,50
1.177.223,00

Sumber : Berdasarkan estmasi dari kegiatan sejenis


Ket.: *Jumlah orang yang diperhitungkan, yaitu dengan asumsi seluruh tenaga kerja melakukan aktivitas di emplasement kebun

Berdasarkan di atas terlihat bahwa kebutuhan air bersih untuk kegiatan domestik dan
pembibitan pada tahap konstruksi adalah lebih kurang sebanyak 1.177.223,00 l/hari
atau 1.177,22 m3/hari.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 41

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

ii)

Listrik
Kebutuhan energi listrik akan terpenuhi dari genset serta PLTU dari pabrik PKS.
Genset di pabrik kelapa sawit sebanyak 2 Unit dengan masing-masing kapasitas 400
KVA. Sedangkan untuk PLTU (Turbin Uap) sebanyak 2 unit dengan masing-masing
kapasitas sebesar 10 MW. Kebutuhan energi listrik pada tahap konstruksi akan
terpenuhi dari 2 genset dengan masing-masing kapasitas 150 KVA dan 4 Unit Genset
dengan masing-masing Kapasitas 10 KVA. serta 2 unit PLTU (Turbin Uap) dengan
kapasitas masing-masing 1.500 KW.
Pada proses pengolahan kelapa sawit di PKS diperlukan energi listrik 15 s.d. 19
kW/ton TBS (Bapedal, 1998). Dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton TBS/jam,
maka diperlukan energi sebesar 900 1.140 kwh.
Untuk menghasilkan 1 KW diperlukan 26 Kg Uap. Untuk PKS Kapasitas 60 Ton
TBS/Jam, diperlukan uap sebesar = (900 1.140) kwh x 26 Kg/KW = 23.400 29.640
Kg uap/Jam atau setara dengan 23,4 29,64 ton uap/jam.
Untuk keperluan pengoperasian boiler PLTU, akan dimanfaatkan bahan bakar berupa
cangkang dan serabut kelapa sawit. Cangkang dan serabut sawit ini merupakan limbah
padat yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit dan inti sawit.
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa jumlah limbah cangkang dan serabut kelapa
sawit yang dihasilkan dari proses produksi dengan kapasitas 60 ton TBS/jam adalah
sebagai berikut:
a) Cangkang
b) Serabut

= 13% x 60 ton TBS/jam = 7.800 kg.


= 7% x 60 ton TBS/jam = 4.200 kg.

Nilai kalor dari masing-masing cangkang dan serabut tersebut adalah:


a) Nilai kalor cangkang
b) Nilai kalor serabut

= 3.640 k.cal x 7.800 = 28.392.000 k.cal


= 2.540 k.cal x 4.200 kg = 10.668.000 k.cal

Sehingga jumlah total kalor yang dihasilkan dari cangkang dan serabut adalah
39.060.000 k.cal.
Jumlah kalori yang diperlukan untuk setiap kg uap dalam proses produksi adalah
sebesar 600 k.cal. Oleh karena itu, jumlah uap yang dihasilkan dari kalor bahan bakar
cangkang dan serabut adalah:
= 39.060.000 k.cal/600 k.cal x 1 kg = 65.100 kg uap.

II - 42

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Dengan asumsi efisiensi boiler yang digunakan adalah 80%, maka jumlah uap yang
dihasilkan adalah 65.100 kg uap x 80% = 52.080 kg uap/jam atau setara 52,08 ton
uap/jam.
Oleh karena itu, kebutuhan bahan bakar untuk proses pengolahan kelapa sawit dengan
kapasitas 60 ton TBS/jam dan dengan kebutuhan uap sebesar 52,08 ton uap/jam dapat
dipenuhi dari bahan bakar cangkang dan serabut kelapa sawit yg dihasilkan dari proses
produksi.
iii)

Telepon
Untuk pemenuhan kebutuhan sarana komunikasi di lokasi base camp, akan diusahakan
adanya sarana telepon dari provider di lokasi.

iv)

Drainase dan Septic Tank


Untuk menyalurkan air hujan yang jatuh ke permukaan jalan akan dibuat saluran
drainase. Sedangkan air bekas dari WC dibuang ke septic tank yang dilengkapi dengan
bidang resapan.

v)

Sampah
Kegiatan kebersihan akan dilakukan setiap hari, sehingga tercipta lingkungan kerja
yang sehat, bersih indah dan nyaman. Untuk mewujudkan hal itu, di lokasi akan
diletakkan tempat pembuangan sampah (TPSS).

c)

Pembangunan Jaringan Jalan, Jembatan dan Gorong-Gorong

i)

Jaringan Jalan
Panjang dan kualitas jalan di kebun merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan dalam menjamin kelancaran pengangkutan bahan, alat dan produksi serta
pengontrolan lapangan. Jalan dirancang selurus mungkin, sehingga pengemudi
kendaraan dapat melihat jauh kedepan. Rencana pembuatan jaringan jalan harus
selaras dengan desain kebun secara keseluruhan, yang disesuaikan dengan kondisi
topografi dan kebutuhan kebun. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terdapat beberapa
jenis jalan, antara lain:
a) Jalan Akses utama, yaitu jalan yang menghubungkan dari jalan raya ke lokasi
kantor dan pabrik dengan lebar 20 meter.
b) Jalan utama (Main Road), yaitu jalan yang menghubungkan antara satu afdeling
dengan afdeling lainnya maupun dari afdeling ke pabrik serta menghubungkan
langsung pabrik dengan jalan luar/umum. Jalan utama dengan lebar 9 m, dilalui

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 43

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

kendaraan lebih sering dan lebih berat, termasuk kendaraan umum, sehingga perlu
diperkeras dengan batu. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan
infrastruktur lain, seperti perumahan, bengkel dan kantor.
c) Jalan produksi/transport (Collection Road), yaitu jalan untuk membatasi blok dan
melayani pengangkutan hasil kebun TBS yang terkumpul di tempat pengumpulan
hasil (TPH) menuju ke jalan produksi, yang berfungsi juga sebagai jalan kontrol,
lebar badan jalan 7 meter. Jalan pengumpul dibangun arah timur-barat tegak lurus
terhadap barisan tanaman pada umumnya dibangun setiap jarak 300 meter. Dengan
demikian jarak pikul TBS ketika panen nantinya maksimum 150 meter. Jaringan
jalan yang dibangun akan berfungsi sekaligus batas blok, dan setiap blok terdiri dari
1.000 m x 300 m = 30 Ha. Jalan didesain berupa jalan tanah dipadatkan, sehingga
cukup keras untuk dapat dilalui baik pada musim kemarau maupun musim hujan.
Secara rinci spesifikasi jalan yang akan dibangun PT. DBL disajikan pada tabel di
bawah ini, sedangkan untuk gambar rencana jalan disajikan pada Gambar 2.13.
Tabel 2.13. Kelas jalan dan peruntukan di PT. Dharma Buana Lestari
No
1
2
3

Kelas Jalan
Jalan Akses Utama
Jalan Utama/Transport
Jalan produksi/collection road

ROW (m)

Perkerasan (m)

20
12
10

Sirtu (12)
Sirtu (9)
Tanah (7)

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014


Keterangan: - Jalan Utama (MR) 10 m/ha
- Jalan Koleksi (CR) 33 m/ha.

II - 44

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.13. Rencana Jalan KebunPT. DBL

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 45

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

ii) Jembatan dan Gorong-gorong


Jembatan sementara yang terdapat dalam areal perkebunan dibuat dengan
memanfaatkan sisa potongan kayu yang terdapat di kebun. Jembatan sementara ini
diperkirakan dapat bertahan selama 8 - 12 tahun, terutama dengan landasan kayu kelas
II. Tetapi kalau jenis kayu tidak tersedia, akan digunakan jembatan-jembatan beton
bertulang, terutama apabila panjang jembatan lebih dari 6 (enam) meter. Lebar
jembatan adalah 4 (empat) meter.
Gorong-gorong terbuat dari beton bertulang. Dikerjakan sejak awal pembangunan
proyek. Gunanya untuk mengurangi risiko pemeliharaan yang akan mengganggu
aktivitas produksi. Infrastruktur yang baik akan memudahkan dalam melaksanakan
penyebaran sarana produksi dan pengangkutan produksi. Gambar konstruksi jembatan
kayu disajikan pada Gambar 2.14, dan konstruksi gorong-gorong disajikan pada
Gambar 2.15.
d) Saluran Air
Perencanaan pembangunan saluran air didasarkan atas topografi lahan, letak sumber
air dan tinggi muka air tanah. Sistem pengeluaran air berlebih (drainase) dibuat
berdasarkan kondisi drainase areal. Untuk lahan gambut, pengelolaan tata air sangat
dominan, mengingat karakteristik lahan gambut yang mengering dan mengkerut tidak
balik (irreversible shrinkage) apabila mengalami kekeringan.
Pembangunan saluran drainase dimaksudkan untuk menghindarkan lahan dari
kemungkinan genangan air, khususnya pada lahan datar dengan faktor pembatas
drainase. Pembangunan saluran dirancang dengan mempertimbangkan struktur tanah
dan kemiringannya serta kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit dan kerapatan
tanaman.
Saluran primer (kanal utama), merupakan saluran yang dapat menampung limpasan air
yang mengalir baik dari saluran sekunder (kanal cabang) maupun kanal tersier dan
hamparan lahan sekitarnya yang selanjutnya mengalirkannya ke sungai (Tabel 2.14),
gambar saluran drainase disajikan pada Gambar 2.16.
Tabel 2.14. Jenis Parit yang Akan Dibangun
No.

Uraian

Lebar Atas

Lebar Bawah

Dalam

Parit Primer

4,75 m

2.0 m

3,0 m

Parit Sekunder

2,5 m

1,5 m

2,5 m

Parit Tersier

1,0 m

0,3 m

1,0 m

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

II - 46

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.14. Konstruksi Jembatan Kayu

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 47

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.15. Konstruksi Gorong-gorong

II - 48

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.16. Dimensi Saluran Drainase Kebun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 49

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

5) Penanaman Tanaman Kelapa Sawit


Sesuai dengan rencana penyediaan bibit, penanaman akan dilakukan secara simultan, dari
tahun 2016 sampai 2022 Dalam tabel dibawah terlihat rencana penanamannya.
Tabel 2.15. Rencana Pembangunan Kebun Kelapa Sawit Inti dan Plasma
No.

Tahun

Luas ( Ha)
Inti

Plasma

Jumlah

Tahun 2016

1.285

321

1.606

Tahun 2017

1.682

421

2.103

Tahun 2018

1.558

390

1.948

Tahun 2019

1.150

287

1.437

Tahun 2020

1.920

480

2.400

Tahun 2021

1.920

480

2.400

Tahun 2022

1.190

297

1.487

10.705

2.676

13.381

Jumlah
Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Kegiatan penanaman dilakukan dengan urutan adalah sebagai berikut:


i) Pemancangan dan Lubang Tanam (Field lining & holing)
Setelah pekerjaan land clearing dilakukan pemancangan untuk menentukan titik
penanaman kelapa sawit dengan pola segitiga dengan jarak antar baris 7,71 mdan antar
pohon dalam baris 8,9 m. Pada ukuran ini populasi akhir tanam adalah sekitar 145
pohon per ha. Di tempat pancang inilah nantinya digali lobang tanam.
Lubang tanam dibuat dengan ukuran ukuran 60 x 60 x 60 cm. tanah galian bagian atas
dicampur dengan pupuk fosfat sebanyak 1 kg/lobang
ii) Penanaman (Transplanting)
Sebelum diangkut ke lokasi penanaman, bibit diseleksi secara seksama, dipilih bibit
yang sehat, sudah berumur 12 14 bulan. Pada waktu penanaman kelapa sawit plastik
polybag dibuang dan dasar lobang ditimbun sedikit supaya tinggi leher bibit kelapa
sawit sama dengan tinggi permukaan tanah. Setelah bibit dimasukan ke dalam lobang
ditimbun, tanah dipadatkan dengan cara menginjak-nginjak agar bibit tidak miring atau
condong ditiup angin. Disekeliling tanaman dengan radius 50 cm dibuat piringan, yang

II - 50

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

bebas dari gulma. Didekat tanaman ditancapkan batang kayu kecil setinggi tanaman dan
polybag bekas digantungkan diujungnya, sebagai tanda poyibag sudah dilepas.
a) Jenis dan Bahan Tanaman
Jenis tanaman yang ditanam adalah hasil persilangan D x P (jenis Tenera) merupakan salah
satu jenis tanaman kelapa sawit yang banyak ditanam dan direkomendasikan oleh Pusat
Penelitian Marihat (PPM), karena memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan
jenis lainnya, seperti : inti lebih kecil, cangkang lebih tipis, daging buah lebih tebal serta
kandungan minyak lebih tinggi dan dengan perlakuan optimal dapat mencapai kapasitas
produksi +25 - 32 ton TBS/ha atau equivalen dengan hasil minyak kelapa sawit + 6 - 7
ton/ha.
Bahan tanaman ini dapat diperoleh dalam jumlah besar dalam bentuk biji kecambah
(germinated-seed) dari Lonsum dan PPKS. Dengan keperluan bibit siap tanam sebanyak
150 bibit/ha (136 ditanam, 14 sisipan), maka akan diperlukan kecambah/bahan tanaman
sebanyak +180 benih, sehingga kebutuhan kecambah selama tahap pembangunan disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 2.16. Kebutuhan Bahan Tanaman

TahunTanam

Luas
Penanaman Inti
dan Plasma (Ha)

Kebutuhan Bibit Tanaman


Penanaman

Sisipan
(Bibit)
22,484
29,442
27,272
20,118
33,600
33,600
20,818

240,900
315,450
292,200
215,550
360,000
360,000
223,050

187,334

2,007,150

2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022

1,606
2,103
1,948
1,437
2,400
2,400
1,487

(Bibit)
218,416
286,008
264,928
195,432
326,400
326,400
202,232

Total

13,381

1,819,816

Jumlah

Asal Bahan
Tanaman
(Benih)

Lonsum dan
PPKS

b) Pembibitan
Pelaksanaan pembibitan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pre-nursery dan tahap
main-nursery. Lahan pembibitan dipilih pada areal yang cukup datar dan terdapat sumber
air permanen di dekatnya, bebas dari banjir dan kurang lebih di tengah lahan perkebunan.
Pembibitan dilakukan dua tahap, yaitu pre nursery dan main nursery. Tahap pre nursery

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 51

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

bibit disusun rapat, sedangkan tahap main nursery bibit disusun dengan jarak 90 x 90 x 90
cm segitiga sama sisi atau dengan poplasi rata-rata berkisar 12.000 pohon per ha.
Persentase bibit afkir umumnya berkisar 30 % dari jumlah kecambah tertanam, yaitu 12,5
% di pembibitan pendahuluan dan 17,5 % di pembibitan utama.
i) Pre-Nursery (Pembibitan Awal)
Petak pembibitan dibuat dengan arah utara-selatan. Petak berukuran 20 x 1 m2 dapat
memuat + 2.400 baby polybag dengan ukuran tinggi 22 cm, lebar 14 cm. Jarak antar
petak dibuat 60 - 80 cm.
Pre-nursery dapat tanpa diberi pelindung. Tanah untuk mengisi baby-polybag dipilih
tanah lapisan atas yang subur, bersih dari benda keras (batu/konkresi) atau sisa kayu.
Sebelum melakukan penanaman kecambah kelapa sawit, tanah di dalam polybag harus
disiram hingga jenuh dan setelah penanaman kecambah penyiraman diulang kembali
Penyiraman dilakukan 2 x sehari, pagi dan sore. Penggunaan air untuk penyiraman
kurang lebih 1 liter untuk 10 bibit polybag. Penyiraman ditiadakan bila terjadi curah
hujan > 8 mm/hari.
Penyiangan, yaitu dengan cara membuang rumput dan kotoran lain dari polybag.
Seleksi bibit, dilakukan bersamaan saat menyiang dengan menyisihkan bibit polybag
yang memperlihatkan kelainan pertumbuhan. Bibit yang disisihkan setelah dihitung
dan dicatat, dimusnahkan.
Setelah 10 - 15 hari dari penanaman kecambah, bakal daun akan timbul di atas
permukaan tanah. Setelah berumur kurang lebih 3 bulan, bibit telah memiliki 3 - 4
helai daun dan siap dipindahkan ke pembibitan utama.
ii) Main-Nursery (Pembibitan Utama)
Main -Nursery adalah merupakan tempat untuk bibit ex pre-nursery yang dipindahkan
kedalam kantong polybag ukuran lebih besar, karenanya lokasi pre dan main-nursery
dibuat berdekatan. Bibitan akan dibesarkan selama 8 - 10 bulan. Pembuatan mainnursery

dapat

secara

mekanis

dan

guna

efisiensi

penyiraman,

digunakan

sprinklerirrigation. Disamping jalan-jalan kontrol, maka untuk mengalirkan air


permukaan di waktu hujan perlu dibuat parit-parit drainase.

II - 52

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Pemeliharan di main-nursery mencakup: penyiraman, penyiangan, pemupukan,


pemberantasan hama dan penyakit dan seleksi. Setelah penanaman bibit ke dalam
polybag perlu dilakukan penyiraman. Kebutuhan air per bibit diperkirakan 2 liter per
hari. Air untuk penyiraman diperoleh dari air tanah yang ditampung dalam
kolam/embung air yang dibuat di sekitar lokasi pembibitan. Sementara penyiangan
dilakukan secara manual.
Pemupukan perlu dilakukan dengan jadwal dan dosis sesuai bagan pemupukan (Tabel
2.17) dengan intensitas pemberian setiap 2 minggu. Hama dan penyakit yang sering
terdapat di pembibitan adalah belalang, larva kumbang, tungau merah yang diberantas
dengan cara kimiawi atau manual.
Tabel 2.17. Dosis Pemupukan pada Persemaian/Pembibitan
No.

Umur

0 bln (lubang)

Dosis (kg/tanaman)
Urea

TSP

MOP

Kies

Bo

0,5

1 bln

0,15

3 bln

0,25

0,15

0,10

5 bln

0,25

0,50

0,15

0,10

8 bln

0,35

0,25

0,15

0,02

12 bln

0,50

0,75

0,50

0,25

1,50

1,75

1,00

0,60

0,02

Jumlah
1

Tahun 1

16 bulan

0,50

0,50

0,25

0,03

20 bulan

0,50

0,50

0,35

24 bulan

0,75

1,00

0,75

0,50

0,05

1,75

1,00

1,75

1,10

0,08

Jumlah
1

Tahun 2

28 bulan

0,75

1,00

0,75

0,50

32 bulan

1,00

1,00

0,75

5,00

3,75

4,55

2,95

0,10

Jumlah

Sumber : Data empiris dari kegiatan sejenis, 2014.

Seleksi akhir bibit perlu dilakukan pada umur + 8 bulan yaitu menjelang ditanam ke
lapangan.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 53

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

c)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Ada dua jenis hama yang umum ditemukan di pembibitan yaitu :


Kumbang mala (Apogonia sp. dan Adoretus sp.), dimana Apogonia sp. berwarana hitam
dan Adoretus sp. berwana coklat. Penyerangan kedua hama tersebut dilakukan terhadap
helaian anak daun, sehingga berbentuk lubang-lubang. Kumbang tersebut aktif dan keluar
mencari makan pada waktu malam.
Ulat Setora nitens (ulat api). Pada tahap serangan awal, pembasmiannya dilakukan dengan
cara manual (dikutip). Penggunaan insektisida hendaknya dibatasi, untuk menjaga
kemusnahan parasit ulat tersebut dan kumbang penyerbuk (Elaedobius camerunicus).
Terdapat 2 (dua) jenis penyakit di pembibitan yaitu:
i) Penyakit Akar (Blast)
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia sp. atau Pythium sp. Gejala penyakit
adalah akar yang berwarna kuning dan berair serta daun tampak kusam coklat kemerahan,
seperti terbakar api. Penyerangan biasanya terjadi waktu musim kering. Penyakit ini sering
di pembibitan awal pada umur 1 - 2 bulan.
ii) Penyakit Daun
Penyakit daun ini antara lain :
Penyakit antracnoses disebabkan oleh cendawan Botridiplodia sp., Glomerella sungulata
dan Melanconiem elaeidis dengan gejala serangan hampir serupa.

Pada umumnya

cendawan bersifat sebagai parasit pada daun yang luka. Penularan berasal dari spora-spora
yang ada di daun, kemudian terbawa air hujan dan waktu penyiangan. Penyakit ini banyak
terdapat dipembibitan awal apabila naungan terlalu berat. Gejala serangan penyakit
tersebut ditandai dengan bercak-bercak pada daun dengan ujung berwarna hijau pucat,
kemudian berubah coklat, membusuk dan akhirnya kering dan rapuh.
Penyakit bercak daun (black spot), disebabkan oleh cendawan Culvularia sp. dan
Helminthosporium sp. Penularan melalui spora yang terdapat di permukaan daun. Penyakit
yang banyak menyerang tanaman di pembibitan ini sebenarnya tidak merugikan, tetapi
pada musim kering yang panjang dapat mematikan tanaman.

II - 54

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

iii) Pencegahan dan Pengendalian Hama dan Penyakit di Pembibitan :


Pencegahan (preventif)
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang paling efisien dalam sistem pengendalian hama
dan penyakit. Tindakan tersebut bertujuan untuk kondisi lingkungan hidup hama maupun
penyakit, tidak bisa berkembang. Tindakan pencegahan antara lain :
a) Mengurangi kelembaban
b) Mengurangi Naungan. Naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah
bibit kelapa sawit terhadap sinar matahari secara langsung. Selain itu, naungan juga
berfungsi untuk menghindari terbongkarnya tanah di polybag akibat terpaan air
hujan. Dalam pembuatan naungan perlu diatur intensitas penerimaan cahaya
matahari yang masuk. Pengaturan naungan di pembibitan awal umur 0 - 1,5 bulan
naungan 100%, umur 1,5 - 2,5 bulan naungan 50%, dan > 2,5 bulan naungan
dihilangkan secara bertahap.
c) Menghilangkan sumber infeksi dengan cara:
Bibit yang terkena infeksi dibuang dan dibakar
Pemotongan bibit yang sakit dengan pisau steril
Penggunaan naungan yang bebas dari hama dan penyakit
iv) Pengendalian (Kuratif)
Dalam tindakan ini perlu digunakan pestisida yang sesuai dengan jenis hama atau penyakit
yang menyerang.
Pestisida yang efektif untuk pengendalian adalah yang larut dalam air. Apabila terjadi
serangan penyakit, fungisida yang digunakan tidak boleh mengandung ikatan tembaga
(Cu), mercuri (Hg) dan timah hitam (Pb). Sebagai bahan tambahan perlu dipergunakan zat
perata dan perekat supaya efektivitas pengendalian lebih baik. Penyemprotan harus segera
dilakukan apabila serangan sudah merata. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari,
dilakukan 2 jam sebelum atau sesudah penyiraman bibit.
d) Penanaman
Berdasarkan data curah hujan di wilayah ini, penanaman kelapa sawit harus selesai
sebelum berakhirnya musim penghujan, sehingga tanaman cukup kuat dalam menghadapi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 55

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

musim kemarau. Bibit berumur 10 -12 bulan sejak penanaman kecambah merupakan yang
terbaik untuk dipindahkan ke lapangan setelah diseleksi.
i) Memancang
Setelah pekerjaan land clearing dilakukan pemancangan untuk menentukan titik
penanaman kelapa sawit dengan pola segitiga sama sisi dengan jarak 9,2 m x 7,97 m. Pada
ukuran ini populasi akhir tanam adalah sekitar 136 pohon per ha. Di tempat pancang inilah
nantinya digali lobang tanam.
ii) Penataan Afdeling dan Blok
Luas afdeling disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi pengelolaan yang
berhubungan dengan perawatan tanaman dan panen. Luas satu afdeling/divisi yang ideal
untuk kebun PT. Dharma Buana Lestari dirancang akan mencakup luas 1.000 - 1.100 ha
sesuai dengan keadaan medan. Penataan blok dikerjakan setelah pemancangan dengan luas
tiap blok sekitar 25 ha. Setiap blok selanjutnya digunakan menjadi satu kesatuan contoh
daun (KCD) yang akan dipergunakan dalam menentukan rekomendasi pemupukan
nantinya.
iii) Membuat Lobang dan Menanam
Lobang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dan satu atau dua hari sebelum
lobang tanam ditaburi pupuk Rock Phosphate (RP) 0,5 kg per lobang. Pada waktu
penanaman kelapa sawit plastik polybag dibuang dan dasar lobang ditimbun sedikit supaya
tinggi leher bibit kelapa sawit sama dengan tinggi permukaan tanah. Setelah bibit
dimasukan ke dalam lobang ditimbun, tanah dipadatkan dengan cara menginjak-nginjak
agar bibit tidak miring atau condong ditiup angin.
6) Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Kegiatan operasi di perkebunan secara umum adalah berupa pemeliharaan, baik
pemeliharaan tanaman, maupun jalan dan prasarana lainnya. Dalam perkebunan kelapa
sawit, cara pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan (TBM) berbeda dengan
tanaman yang sudah menghasilkan (TM).
Pemeliharaan yang baik dan mengikuti anjuran selama tanaman belum menghasilkan akan
memberikan hasil buah yang baik pada saat tanaman berproduksi. Beberapa langkah yang
perlu mendapat perhatian seksama selama pemeliharaan TBM.

II - 56

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

a) Penyulaman dan Penyisipan


Kegiatan penyulaman dan penyisipan dilakukan hingga tanaman berusia 6 bulan,
dimaksudkan agar umur tanaman yang disulam/disisipkan tetap seragam dengan tanaman
lainnya. Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati atau yang kurang baik
pertumbuhannya. Sedangkan penyisipan dimaksudkan untuk menanami tempat-tempat
lubang tanam tertentu yang ketinggalan, atau tidak tertanami pada penanaman pertama.
Sisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati di lapangan, penyisipan
sebaiknya dilakukan dimana tanaman utama umurnya tidak melebihi 1 tahun.
b) Pemeliharaan Saluran Drainase/Rorak
Saluran drainase dan parit rorak harus secara teratur dikeruk dan dibersihkan. Biasanya
waktu pembersihan adalah 6 - 8 bulan sekali.
c)

Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah

Untuk mempertahankan fungsinya, tanaman penutup tanah perlu perawatan yang baik,
bersih dari gulma. Penyiangan atau perawatan dilakukan setiap 2 (dua) minggu sampai saat
tanaman menutup permukaan tanah.
d) Pengendalian Hama/Penyakit Tanaman dan Gulma
Gulma yang sering ditemukan antara lain ilalang dan beberapa jenis rumput liar lainnya.
Gulma perlu diberantas, agar tidak menyaingi pertumbuhan tanaman sawit dan tanaman
penutup tanah. Pemberantasan dan pembuangan gulma dilakukan secara bergilir setiap 1
hingga 2 bulan sekali. Pemberantasan gulma dilakukan dengan cara kombinasi, yaitu
secara fisik dengan dicangkul dan secara biologis dengan penanaman tanaman penutup
tanah (cover crop) dan secara kimia dengan penyemprotan herbisida.
Untuk mengatasi gangguan hama dan penyakit tanaman dilakukan pengendalian dengan
menyemprotkan pestisida, sesuai dengan jenis tanaman dan penyakitnya. Tabel 2.18
dibawah ini menyajikan jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam pengendalian HPT
dan gulma.

Tabel 2.18. Jenis dan Dosis Insektisida, Fungisida dan Herbisida Untuk Pengendalian
Hama dan Penyakit Pada TBM
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 57

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Campuran
Herbisida
Starane
+
Round Up
Ally 20 DF
+
Round Up

Laju/Ha
0,3 Liter
+
1,5 Liter
75 gm

Laju Campuran / 18
liter air
12 ml Starane + 60 ml
Round Up
3 gm Ally + 60 ml
glyphosate

1,5 liter

Ally 20 DF
+
Paraquat

75 gm

Round Up

2,5 liter

3 gm Ally + 60 ml
paraquat

1,5 liter

100 ml Round Up

Target gulma
Daun lebar

Gulma umum: rumput, daun lebar dan kacangkacangan;


Gulma kayu Clidemia, melastoma, Lantana spp.,
Eupatorium spp.:
Fern Dicranopteris, Nephrolepis, Stenochlaena, dan
Adiantum;
Wild ginger dan Wild yam.
Gulma umum: rumput, daun lebar, dan kacangkacangan.
Gulma kayu Clidemia, melastoma, Lantana spp.,
Eupatorium spp.;
Fern Dicranopteris, Nephrolepis, Stenochlaena, dan
Adiantum;
Wild ginger dan Wild yam.
Rumput

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

e)

Membuka dan Merawat Piringan

Membuka piringan dilakukan pada saat menjelang pemupukan pertama. Diameter piringan
yang dibuka 0,75 m dan diperlebar hingga 2,5 m sesuai dengan umur tanaman sedangkan
pemeliharaannya dilakukan satu kali sebulan.
f)

Pemupukan

Setelah bibit ditanam di lapangan, tanaman sudah harus mulai dipupuk. Jenis pupuk yang
umum digunakan adalah :
Urea (46 % N)
Rock Phosphate (RP - 36 % P2O5)
Muriate of Potash (MOP - 60 % K2O)
Kieserite (25 % MgO)
HGF - Borate (46 % B2O3)

Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadwal, umur tanaman. Pada waktu satu bulan,
ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 40 Cm. Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP
dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar tajuk. Boron ditebarkan diketiak pelepah
daun. ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktu yang berdekatan. Rock
II - 58

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih
dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm. Jarak waktu pemberian Rock
Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur
tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman.
Tabel 2.19. Pemupukan Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Dosis Pupuk (Gram/pohon)

Umur Tanaman
(bulan)*

UREA

RP

MOP

KS

HGFB

3
6
9
12
16
20
24
28
32

100
150
150
200
250
300
350
350
450

150
150
200
300
300
300
300
450
450

200
250
250
300
300
350
350
450
500

100
100
150
150
200
250
300
350
350

25
25
50
50
-

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014


Ket: * = Setelah tanam di lapangan

g) Kastrasi/Ablasi
Kastrasi adalah pekerjaan membuang bunga-bunga baik jantan maupun betina yang
dilakukan pada tanaman belum menghasilkan. Pekerjaan ini dimulai pada tanaman yang
telah berumur 18 bulan (setelah tanam) dan berlangsung selama 3 bulan, sampai tanaman
berumur 21 bulan. Kastrasi bertujuan :
Merangsang pertumbuhan vegetatif
Memperoleh tandan buah lebih besar dan seragam sehingga memenuhi persyaratan
untuk diolah di pabrik.
h) Persiapan Panen
Panen umumnya sudah dapat dimulai setelah tanaman kelapa sawit berumur 36 bulan.
Agar panen dapat berjalan dengan lancar, perlu adanya persiapan panen, mencakup
pelaksanaan pekerjaan:
Pembuatan atau pembukaan jalan panen untuk mempermudah pemanen mengangkut
buah.
Memperlebar dan membersihkan piringan pohon agar buah-buah yang jatuh dapat
terlihat dengan jelas.
II. Konstruksi Pabrik
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 59

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

7) Pematangan Lahan dan Pondasi PKS


Salah satu tahapan kegiatan pembangunan PKS adalah pematangan lahan dan pekerjaan
pondasi dengan total luas lahan 15 Ha. Kegiatan pematangan lahan dan pekerjaan pondasi
secara garis besar terdiri dari kegiatan galian dan pengurugan. Pekerjaan pematangan lahan
meliputi kegiatan pengupasan terhadap lahan tinggi dan penimbunan lahan yang rendah,
sehingga lahan yang dipersiapkan memenuhi elevasi yang diinginkan, membersihkan
tanaman dengan mencabut sampai ke akarnya, pemadatan, urugan sampai stabil melalui
proses soil improvement.
8) Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Perencanaan pembangunan pabrik perlu dipersiapkan dengan matang agar panen perdana
dapat terolah dan pabrik dapat bekerja secara effisien. Rencana penanaman, rencana
produksi dan rencana pembangunan pabrik harus terpadu mengingat :

Pembangunan pabrik memerlukan waktu 18 - 24 bulan

Biaya cukup tinggi, yaitu 60% dari biaya investai tanaman atau 30% dari seluruh
investasi

Sarana dan prasarana yang masih sangat minimum ke lokasi proyek

Dalam menentukan lokasi pabrik, maka beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan
sebagai berikut:

Letak pabrik hendaknya dekat dengan sarana dan prasarana yang ada

Daya dukung tanah minimal 1 kg/cm

Dekat dengan sumber air, tetapi bebas banjir

Dekat dengan sungai atau rendahan yang dapat mengalirkan limbah cair

Relatif dekat dengan kebun kelapa sawit

Rencananya di lokasi perkebunan akan dibangun 1 unit pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan kapasitas 60 ton TBS/jam pada tahun 2017. Penempatan lokasi pabrik ditentukan
berdasarkan kemudahan pencapaian (aksesibilitas) dan dekat sumber air.
Untuk sebuah unit PKS terdapat beberapa stasiun pengolahan yang meliputi: stasiun buah
dan penyimpanan, stasiun perebusan, stasiun penebah/perontokan, stasiun kempa, stasiun
klarifikasi, stasiun penyimpanan CPO, stasiun pengupasan bijih, stasiun pengutipan inti,
stasiun pembangkit tenaga listrik, sumber air proses, bangunan sipil pabrik, dan unit
pengutipan minyak dari sludge.
2.2.4.3. Tahap Operasional
II - 60

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

1) Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang dikerahkan pada operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa
sawit ini pada umumnya berasal dari penduduk setempat, sisanya dari penduduk daerah
Papua disekitarnya. Jumlah karyawan yang direkrut pada tahap operasi berjumlah sekitar
1.000 orang tidak termasuk tenaga kerja kontraktor, subkontraktor dan suplayer (pemasok
material, bahan makanan, ATK dsb). Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk keperluan
operasional perkebunan PT. Dharma Buana Lestari dari tingkat direksi sampai tenaga kerja
lepas, diperkirakan sekitar 870 1.450 orang (Tabel 2.7). Sebagian dari tenaga kerja
operasional kebun telah direkrut pada tahap konstruksi. Sementara itu, untuk operasional
pabrik diperkirakan diperlukan tenaga kerja sebanyak kurang lebih 150 orang.
I. Operasional Perkebunan
2) Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
Untuk mendapatkan produksi yang kontinyu dengan hasil yang baik, pemeliharaan
tanaman menghasilkan perlu dilaksanakan dengan baik dan secara intensif, termasuk
pengawasan yang terus menerus akan adanya hama dan penyakit. Pemeliharaan tanaman
menghasilkan, pada prakteknya dapat dibagi atas tanaman menurut kelompok umur,
sebagai berikut :
tanaman muda

: 4 - 8 tahun

tanaman remaja

: 9 - 17 tahun

tanaman tua

: > 17 tahun

Tingkat intensitas pemeliharaan pada ketiga kelompok tersebut adalah sama, kecuali dalam
dosis pemupukan. Pada tanaman tua, dosis tua pemupukan mulai dikurang bahkan
dihentikan dua tahun menjelang penanaman ulang (replanting). Perlakuan pemeliharaan
tanaman menghasilkan antara lain akan mencakup:
a) Pembasmian Alang-alang
Pembasmian alang-alang dilakukan secara semprot sheet dan spot dengan rotasi tiga bulan
sekali.
Pengendalian dilakukan secara selektif dan disesuaikan dengan kondisi alang-alang di
lapangan, secara umum pengendalian dimulai dengan: 1. Semprot alang-alang (biasanya
2 rotasi dengan interval 1,5 bulan sampai 2 bulan), 2. Kemudian dilanjutkan dengan
Spot (biasanya 2 rotasi dengan interval 2 bulan).

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 61

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Bahan pengendalian menggunakan herbisida systemik, menggunakan knapsack sprayer


kapasitas 15 liter pada konsentrasi larutan 0,75 % dengan cara menyemprotkan ke
alang-alang (pengendalian secara semprot dan spot).
Pengendalian hanya bagian kebun yang ada alang-alang dan kerjanya secara sistemik
(bahan aktif Glyphosate) dan tidak menjadi residu di dalam tanah. Bila pekerja tidak
mematuhi aturan pekerjaan, bisa saja air cucian alat semprot dibuang ke parit/sungai
yang pada akhirnya dapat mencemari lingkungan parit/sungai, sehingga dapat
mengganggu ekosistem di parit/sungai tersebut.
Setelah 1,5 minggu sampai 2 minggu penyemprotan pengendalian alang-alang pertama,
dilakukan penanaman kacangan penutup tanah/leguminous cover crop (LCC) yang
berfungsi : mencegah erosi, sebagai mulsa (menambah bahan organik tanah dan
kelembaban lingkungan), fiksasi nitrogen, dan juga mengotrol gulma.
b) Pemeliharaan Tanaman Muda dan Tanaman Remaja
Pada areal tanaman muda dan tanaman remaja pemeliharaan gawangan dilakukan dengan
cara penyemprotan terhadap pakis kawat dengan menggunakan herbisida, disamping
pembasmian tanaman liar dengan pusingan (rotasi) tiap tiga bulan sekali.
c)

Pemeliharaan Piringan

Pemeliharaan piringan dilaksanakan dengan menggunakan larutan herbisida dilengkapi


atomizer sprayer, tiga bulan sekali.
Tabel 2.20. Penggunaan Pestisida pada Tanaman Menghasilkan
Merk Dagang
Eagle

Bahan Aktif
Glyphosate

Pengendalian
Gulma berdaun graminae
dan lalang.
Gulma berdaun lebar
Gulma berdaun lebar

Gramoxone
Ally

Dosis per ha
Sheet
: 4 ltr/ha
Spot
: 1 ltr/ha
Wiping : 0,1 ltr/ha
0,4 kg/ha
0,02 kg/ha

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

d) Pemupukan
Dosis pemupukan hendaknya didasarkan pada hasil analisa daun. Sebagai pengarahan
diberikan gambaran mengenai dosis pemupukan. Lihat tabel berikut.
Tabel 2.21. Pemupukan Pada Tanaman Menghasilkan
Umur Tanaman
II - 62

Gram per Pokok

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

> 36 bln dst


Smst - I
Smst II
Total

UREA

RP

MOP

KS

1.200
1.200
2.400

2.000

1.400
1.400
2.800

1.400

2.000

HGFB

1.400

50
50

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

e) Pengendalian Hama dan Penyakit


Penyakit yang umumnya terdapat pada kebun tanaman menghasilkan adalah penyakit
Busuk Buah, sedangkan hama-hama yang umumnya ditemukan pada tanaman pada
perkebunan kelapa sawit adalah:
Ulat api atau ulat siput (Setara sp.), hama ini berwarna hijau, terdapat dan memakan
helaian daun.
Ulat kantong atau ulat bungkus yang hidupnya dalam kantong-kantong potongan daun,
berwarna coklat. Ulat atau larvanya merusak helaian anak daun dimulai dengan mengikis
lapisan epidemi yang kemudian akan mengering.
Serangan belalang jarang dijumpai di pembibitan, tetapi kadang kala dapat menyebabkan
kerugian jika populasi belalang cukup banyak. Serangannya dilakukan pada bagian daun
dan batang-batang bibit yang baru tumbuh sehingga dapat mematahkan bibit.
Jengkerik adalah jenis hama berwarna coklat gelap atau hitam, menyerang pangkal daun,
pucuk daun atau umbut.
Keong menyerang dan mengisap bagian-bagian jaringan lunak dari daun dan
meninggalkan bekas berupa serat-serat.
Tikus biasanya terdapat di semak belukar atau bambu-bambu sekitar tempat tanaman.
Tikus ini menyerang bagian titik tumbuh tanaman, sehingga tanaman menjadi kerdil
bahkan mati.
Pengendalian hama dan penyakit pada TM dapat dilakukan dengan beberapa teknik sesuai
dengan kondisi lapangan, yaitu :
Sanitasi kebun, dengan membersihkan kebun dari tumbuhan inang hama dan penyakit.
Mekanik, dengan pengambilan langsung hama yang menyerang atau mengambil bagian
tanaman yang terserang.
Kimia, dengan penggunaan pestisida apabila alternatif pengendalian di atas
memungkinkan.
Umumnya, perkebunan kelapa sawit memicu munculnya hama migran baru yang sangat
ganas karena jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 63

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

dengan fauna lainnya. Ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat
monokulturasi. Selain karena adanya kompetisi habitat, ketersediaan inang dan tumpukan
bahan organik di lapangan akan mememberikan tempat perkembangbiakan dan makanan
larva hama tanaman sawit tersebut. Meningkatnya pemakaian lahan secara besar-besaran
untuk penanaman kelapa sawit di Indonesia menambah jumlah lahan monokultur yang
menguntungkan bagi perkembangan hama. Hal tersebut terjadi karena pakan terus menerus
tersedia sehingga menunjang keberlangsungan hidup hama dengan baik.
Sebagai contoh, dampak negatif pemanfaatan tandan kosong yaitu sebagai tempat
berkembangbiaknya kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Akibat serangan hama ini
perkebunan kelapa sawit bisa mengalami kerugian finansial yang sangat besar.
Selain itu, hanya 12 spesies fauna yang dapat hidup diperkebunan kelapa sawit. Sedangkan
sisanya dalah hama, karena aktivitas fauna tersebut yang memakan salah satu organ dari
tumbuhan kelapa sawit. Karena dianggap hama, hewan tersebut harus dibasmi. Lambat
laun, jika tidak dilestarikan, hewan yang dianggap hama tersebut akan langka dan punah.
f)

Penunasan

Penunasan dilakukan dengan pusingan 3 (tiga) bulan sekali. Tunas-tunas yang ditinggalkan
atau tidak dipotong 2 (dua) pelepah di bawah buah (songgoh 2).
g) Pemeliharaan Jalan dan Parit
Pemeliharaan jalan dan parit dilakukan antara lain dengan pemberian batuan/kerikil
dilakukan terus secara rutin dimana diperlukan, demikian pula pembersihan pasar-pasar
pikul di dalam kebun dan parit-parit di tepi jalan utama guna memperlancar arus air
buangan.
3) Pemanenan dan Perkiraan Hasil
Pekerjaan panen tanaman kelapa sawit meliputi : pemotongan tandan buah segar (TBS)
dan pengumpulan berondolan. Panen awal dilakukan dengan menggunakan dodos dan
apabila tinggi tanaman tidak lagi memungkinkan, digunakan galah bambu egrek dilengkapi
pisau berbentuk sabit pada ujungnya. Biaya panen per ton TBS cenderung lebih tinggi pada
awal, sebab pada panen pertama produksi per hektar masih rendah, dengan bertambahnya
umur tanaman produksi makin meningkat.
Cara panen yang diterapkan di perkebunan PT. Dharma Buana Lestari adalah sistem giring.
Pada sistem ini pemanen diberi ancak tertentu dari lahan yang akan dipanen dan sipemanen
mengerjakan beberapa gawang. Ancak merupakan ancak tidak tetap dan bila selesai
dikerjakan pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditetapkan. Keuntungan dari
cara ini ialah buah cepat dipanen dan diangkut keluar, sehingga cepat sampai di pabrik.
II - 64

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Persyaratan TBM untuk dapat mulai dipanen antara lain, jumlah tanaman yang dapat
dipanen melampaui 60% dan mutu tandan sudah baik. Kriteria panen/TBS yang umum
diterapkan adalah 2 brondolan per kg berat tandan.
Cara memanen buah kelapa sawit akan mempengaruhi jumlah serta mutu minyak yang
dihasilkan. Bila pemanenan dilakukan pada keadaan buah kelewat matang, kandungan
asam lemak bebas (ALB) yang terdapat dalam minyak akan meningkat, sedangkan panen
buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak dari buah. Dengan
demikian, pelaksanaan panen harus tepat agar menghasilkan kandungan minyak maksimal
dengan kadar ALB yang rendah. Indikasi bahwa panen dapat dilaksanakan, antara lain
adalah jumlah buah yang terlepas dari tandan yang jatuh ke tanah. Untuk tahun pertama
biasanya terdapat paling sedikit 5 brondolan, sedang untuk tanaman berumur kurang dari
10 tahun paling sedikit 10 brondolan dan tanaman berumur lebih dari 10 tahun terdapat 15
- 20 brondolan. Kematangan tandan yang akan dipanen terdiri dari beberapa tingkatan
seperti terlihat pada Tabel 2.22. Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan disimpulkan bahwa
wilayah proyek sebagian termasuk kedalam kelas S-2 (cukup sesuai) dan sebagian lagi
termasuk kedalam kelas S3 (sesuai marginal) menurut klaisifikasi Tim Pusat Penelitian
Tanah Bogor (1993). Dengan memperbaiki faktor pembatas yang ada dan pengelolaan
kebun yang baik diharapkan akan dicapai perkiraan produksi seperti terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.22. Tingkat Kematangan Buah Yang Akan Dipanen
No.

Jumlah Brondolan

Warna Buah

Tingkat Kematangan

Tidak ada

Hitam

Sangat merah

1 5 % buah luar brondol

Hitam kemerahan

Mentah

5 10 % buah luar brondol

Kemerahan

Cukup matang

10 25 % buah luar brondol

Merah kekuningan

Matang

25 50 % buah luar brondol

Merah kekuningan

Matang

50 75 % buah luar brondol

Merah kekuningan

Matang

75 100 % buah luar brondol

Kuning

Terlalu matang

Buah dalam brondol

Kuning

Buah busuk

Semua buah brondol

Kuning

Tandan kosong

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Tabel 2.23. Perkiraan Produksi dan Rendemen Kelapa sawit

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 65

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Umur
Tanaman (Th)

Produksi
(Ton TBS/ha)

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Rata-rata

7
15
19
22
25
27
27
27
27
27
27
25
25
24
24
22
22
21
21
19
17
17
17
22

Rendemen (%)
Minyak Kelapa Sawit (MKS) Inti Sawit (IS)
14
2,0
16
2,5
18
3,0
20
3,5
21
3,5
22
3,5
22
2,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
21,1
3,4

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Pada saat kegiatan pemanenan kelapa sawit akan menghasilkan limbah padat, berupa
kayu, pelepah dan gulma. Perkiraan limbah padat perkebunan ini dalam setahun setiap
satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah pelepah daun
4)

sebanyak 10,4 ton bobot kering (Fauzi et al. 2008).


Pengangkutan Hasil Panen (TBS) dan Pengangkutan CPO

a) Pengangkutan Hasil Panen TBS


Tandan

buah

segar

yang

dihasilkan

akan

diangkut

ke

lokasi

pabrik

penggilangan/pengolahan yang direncanakan terletak di dalam areal perkebunan PT.


Dharma Buana Lestari. Tandan buah segar diangkut dengan menggunakan dump truck
berkapasitas 7 - 8 ton TBS.
Buah kelapa sawit memiliki sifat perisable (segera mengalami kerusakan penurunan
kualitas dan rendemen) bila tidak segera diolah. Tandan buah segar hasil pemanenan harus
segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segara diolah,
kandungan asam lemak bebasnya semakin meningkat. Untuk menghindari hal itu,
maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segara diolah.
II - 66

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Buah serta brondol diangkut ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) setelah gagang tandan
dipotong serapatnya. Pengangkutan buah dilakukan dari tempat yang paling jauh guna
memudahkan memikul tandan ke TPH. Pada TPH buah disusun secara terbalik sebanyak 5
- 10 tandan per baris, kemudian pangkal tandan diberi nomor dan brondol ditempat
terpisah. TBS diangkut ke PKS menggunakan truk, traktor dan trailer.
b) Pengangkutan CPO dan PKO
Hasil produksi CPO dan PKO dipasarkan terutama untuk pasar dalam negeri dan diangkut
dari lokasi pabrik menuju pelabuhan terdekat. CPO dan inti sawit, diangkut menggunakan
truk tangki CPO, sedangkan inti sawit diangkut dengan truk kernel. Dari truk pengangkut,
muatan CPO dan PKO akan dimuat langsung ke kapal tanpa disimpan atau ditimbun
terlebih dahulu di pelabuhan.
II. Operasional Pabrik
5)

Proses Pengolahan Hasil

a) Pengolahan Kelapa Sawit (CPO)


Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.9. Secara rinci
tahapan proses pengolahan kelapa sawit adalah sebagai berikut :
i)

Pengangkutan Tandan Buah Segar

ii) Perebusan (Sterilizer)


iii) Pemisahan Buah dari Tandan (Thresher)
iv) Pengolahan Minyak Daging Buah
v) Proses Pemurnian Minyak
b) Proses Pengolahan Inti Sawit
Untuk mendapatkan effisien yang lebih tinggi, maka pabrik pengolahan inti ini berada
dalam lokasi yang sama dengan pabrik pengolahan tandan, sehingga fasilitas yang telah
ada (tenaga kerja, pembangkit listrik, bangunan dan lain-lain) dapat dimanfaatkan lebih
baik.
i)

Silo inti menerima inti dari peniup inti yang digerakan dengan kipas dan pipa
penyalur. Silo inti memiliki pintu dibagian bawah.

ii) Inti kemudian disalurkan melalui ularan kepemisah logam.


iii) Inti dipecah dengan menggunakan rotor penumbuk yang berputar cepat dengan
putaran 800 - 1.800 rpm dan berkapasitas 6 ton/jam atau lebih.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 67

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

iv) Melalui ularan, inti yang telah dihancurkan dikirim ke timba inti yang bertugas
menaikkanya ke ularan umpan dan dari sini oleh ularan didistribusi.
v) Inti hancur dibagikan kecorong-corong pemeras inti
vi) Pemerasan dilakukan dengan kempa ulir. Dimana ampas kempa akan keluar dari ujung
silinder kempa dan minyak inti mengalir melalui talang dan jatuh kesaringan getar
yang ada diatas bak.
vii) Ampas yang tertahan pada saringan dikembalikan ketimba untuk dikempa (press)
melalui ularan pengumpul.
viii) Bak minyak terbuat dari plat besi yang dilengkapi dengan termometer dan pipa
pemanas dengan uap dan pompa yang akan memompakan minyak ke "frame filter" .
Pipa pemanas dalam bak ini dilengkapi dengan kran manometer dan perangkap
embun.
ix) Minyak dari bak masih perlu disaring lagi dengan saringan kain (filter press) yaitu
lempengan baja yang disekatkan pada kain saringan.
x) Minyaknya ditampung pada bak pengumpul dan dipompakan ke tangki timbun dan
ampas kembali dicampurkan dengan ampas inti.
xi) Tangki timbun yang berkapasitas 1.000 ton atau lebih dilengkapi dengan pengukur dan
pompa pengiriman.
xii) Ampas yang dihasilkan disalurkan dari pesawat kempa terakhir keruang pengepakan
dengan ularan dan ampas kering ini digonikan.
Tangki timbun dipelabuhan diperlukan, karena kapal tangki yang besar memiliki kapasitas
10.000 - 12.000 ton dan kapal tidak terlalu lama sandar menunggu muatan. Disamping itu,
minyak yang akan dimuat menuju kapal perlu terlebih dahulu dipanaskan agar mudah
dialirkan, oleh karena itu tangki penimbunan minyak harus dilengkapi dengan instalasi
pemanasan karena minyak sawit akan membeku pada temperatur rendah. Titik cair CPO
adalah 24C untuk itu diperlukan instalasi pemanasan. CPO yang akan diisikan ke tangki
mobil temperaturnya harus dipanasi pada temperatur 50 - 55C.

6)

Operasional Boiler

II - 68

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Untuk menghasilkan uap yang digunakan untuk proses produksi, PT. Dharma Buana
Lestari menggunakan mesin ketel uap (boiler) dengan kapasitas 30 ton/jam sebanyak 2
unit. Dalam operasionalnya, boiler ini akan menggunakan limbah padat yang dihasilkan
dari proses pengolahan TBS, berupa cangkang (7% dari TBS) dan sabut halus (11 % dari
TBS) sebagai bahan bakar untuk pembangkit uap di stasiun boiler. Serabut halus ini
memiliki nilai kalor sebesar 2.540 K.cal/kg serabut dan cangkang sebesar 3.640 K.cal/kg
cangkang. Dari proses pembakaran pada ketel uap (boiler) akan dihasilkan emisi gas buang
berupa total partikel (TSP), sulfurdioksida (SO2), nitrogendioksida (NO2), hidrogen klorida
(HCl), gas klorin (Cl2), Ammonia (NH3), hidrogen florida (HF) dan opasitas, mengacu
kepada PERMEN LH No. 7 Tahun 2007 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak
bagi ketel uap.
7)

Pengolahan Limbah

a) Jenis-jenis Limbah Yang Dihasilkan


i) Limbah Cair
Standar pemakaian air pabrik yang berkapasitas maksimal 60 ton TBS/jam dengan
rincian sebagai berikut :
- air untuk Press Station

5,0 ton/jam

- air untuk hidrocyclone

10,0 ton/jam

- air untuk Vacum Injector

40 ton/jam

- air untuk Steam Boiler

6,0 ton/jam

- air untuk Bearing Coller Fan Bearing, Underfurnace

4,0 ton/jam

- air untuk Turbo Alternator

8,2 ton/jam

- air untuk Klarifikasi

3,0 ton/jam

- air untuk Pencucian Pabrik

5,0 ton/jam

Jumlah

81,2 ton/jam

- air untuk Kantor/Perumahan

20,0 ton/jam

Jumlah pemakaian air

101,2 ton/jam

Pada proses pengolahan minyak kelapa sawit akan menghasilkan 3 macam limbah
cair (efluent), yaitu yang berasal dari kondensat rebusan sebanyak 0,34 ton dari setiap
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 69

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

ton TBS yang diolah, dari centrifuge sludge 0,80 ton dan dari pencucian hidrosiklon
(Hydrocyclone) 0,2 ton atau seluruhnya berjumlah 1,34 ton. Dengan penggunaan
decanter limbah cair ini dapat dikurangi menjadi hanya 600 - 800 kg saja dibanding
tanpa decanter 1.200 1.600 kg/ton TBS.
Jumlah air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit ini + 0,67 liter/kg TBS atau
setara dengan 40 m3 air limbah/jam untuk PKS kapasitas 60 ton/jam. Limbah cair
tersebut dalam proses di PKS akan muncul dari sumber berikut :
- Air kondensat rebusan

15 - 20 %

- Air klarifikasi

70 - 75 %

- Air limbah hidroksin

5 - 10 %

Air limbah ini memiliki cemaran yang tinggi, sehingga perlu pengolahan sebelum di
pompa sebagai pupuk ke kebun kelapa sawit (system land application). Untuk hal ini,
maka akan dibangun unit pengolahan limbah (IPAL) secara sempurna, agar
buangannya sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Selain limbah cair PKS, terdapat
limbah oli bekas dari penggunaan pelumas mesin dan peralatan pabrik yang akan
ditampung dalam drum dan dikembalikan kepada supplier/pemasok.
ii) Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari PKS ini adalah tandan kosong, cangkang, sabut
halus, abu sisa pembakaran cangkang dan sabut halus dari ketel (boiler) serta
sludge/cake dari unit IPAL.
Tandan kosong yang berjumlah 20 % dari TBS yang diolah dapat dipergunakan untuk
mulsa yang ditebarkan di areal perkebunan kelapa sawit. Tandan kosong ini dapat juga
dimanfaatkan sebagai pupuk kalium dengan memanfaatkan abu hasil pembakaran
janjang kosong di incinerator. Cangkang (7 % dari TBS) dan sabut halus (11 % dari
TBS) dipergunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit uap di stasiun boiler.
Sisa cangkang biasanya dipergunakan untuk perkerasan jalan dan perkerasan halaman
pabrik, perkantoran dan perumahan karyawan. Abu ketel yang berasal dari proses
pembakaran cangkang dan sabut halus dipergunakan untuk pemupukan tanaman
kelapa sawit. Dengan demikian, limbah padat dari PKS ini dipandang tidak menjadi
masalah bagi lingkungan.

II - 70

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Penelitian-penelitian tentang pemanfaatan limbah padat kelapa sawit untuk dijadikan


produk yang mempunyai nilai tinggi telah banyak dilakukan. Limbah padat kelapa
sawit akan menjadi perhatian sebagai bahan baku pengganti atau substitusi untuk
industri kayu dan serat, seperti industri pulp, kertas, perabot atau papan partikel,
karena tingkat ketersediannya yang berlimpah sepanjang tahun. Limbah padat kelapa
sawit ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kayu untuk industri-industri tersebut,
karena dalam limbah tersebut mengandung lignosellulose

yang mungkin dapat

digunakan sebagai bahan baku berbagai produk-produk serat.


Unit pengolahan sludge ini berfungsi mengolah sludge yang dipisahkan oleh
continous decanter dan nozzle separator yang mengandung sekitar 30 - 80 % air, 1 - 2
% minyak dan 13 - 16 % NOS. Dengan sludgeconveyor, sludge ini dikirimkan ke
rotarysludgedryer untuk dikeringkan. Pada pengolahan limbah di sini akan muncul
limbah padat (sludge kering) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman,
mengingat sludge kering ini telah bebas dari polutan, sehingga tidak membahayakan
tanaman.
Pengeringan sludge dilakukan dengan menggunakan uap panas buangan ketel uap
dengan suhu + 300C. Sludge yang telah dikeringkan akan ditampung dalam silo untuk
selanjutnya dimasukan dalam karung dan dipergunakan sebagai pupuk. Kualitas
sludge kering ini umumnya mengandung + 9 % air, 4 % minyak dan 30 % NOS,
apabila telah mendapat rekomendasi akan dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.
Tabel 2.24. Prakiraan limbah padat yang dihasilkan

No

Jenis Limbah

Persentase (%)
dari kapasitas
maks. pabrik

Jumlah limbah
(ton/hari)

Jumlah limbah
(ton/bulan)

22 s.d. 23

475,2 - 496,8

11.880 - 12.420

6 s.d. 8

129,6 - 172,8

3.240 - 4.320

12 s.d. 13

259,2 - 280,0

6.480 - 7.000

Janjang kosong

Cangkang

Serabut

Sludge proses (wet decanter solid)

108

2.700

Sludge IPAL

25

431,2

10.780

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Proyeksi limbah yang dihasilkan di lapangan berupa pelepah kering kelapa sawit
10,00 ton/ha/tahun. Khusus untuk pelepah, tidak termasuk dalam kriteria limbah

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 71

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

karena dalam sistem pertanian, pelepah tersebut akan terdekomposisi menjadi pupuk
organik/kompos yang akan digunakan kembali oleh tanaman.
iii) Cemaran Udara/Limbah Gas
Limbah/cemaran udara berasal dari pembakaran solar dari generating set serta
pembakaran cangkang dan sabut kelapa sawit di dapur ketel uap. Untuk mengurangi
abu ini akan dibuat cerobong setinggi 2-2,5 kali dari bangunan tertinggi untuk
mengurangi munculnya abu yang keluar dari dapur ketel uap, gas buang ini dibuang ke
udara terbuka.
iv) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa
sawit (PKS) secara umum dihasilkan dari kegiatan pengelolaan gulma dan hama
terpadu menggunakan pestisida, pemeliharaan mesin dan peralatan produksi serta
bahan penolong dan kemasannya. Limbah-limbah B3 yang dihasilkan antara lain,
bekas kemasan pestisida, baterai bekas, oli dan pelumas bekas, kemasan oli dan
pelumas bekas, lampu TL bekas, majun, bahan penolong kimia dan kemasannya.
b) Pengelolaan Limbah dan Cemaran Pabrik Kelapa Sawit
i) Limbah Cair
Pengolahan limbah cair Pabrik minyak Kelapa sawit

di Indonesia pada saat ini

kebanyakan (hampir semuanya) menggunakan proses biologis untuk pengolahan


limbah cairnya.
Pengelolaan kualitas air limbah dirancang dengan dua tahap pengelolaan yaitu; tahap
pencegahan dan tahap penanganan limbah. Fase pencegahan diarahkan terhadap
perencanaan tata letak mesin pabrik (lay out), penerapan teknologi protektif dan
kegiatan inhouse keeping, sedangkan tahap penanganan limbah dirancang dengan
membangunan dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Tahap Pencegahan

II - 72

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Kegiatan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan cemaran air limbah


dilakukan melalui tahap awal tata letak mesin dan saluran, penerapan teknologi
protektif dan kegiatan inhouse keeping.
Perencanaan Tata Letak Mesin (Lay Out)
Perencanaan tata letak mesin pabrik dilakukan secara cermat dengan mengacu pada
Standard Operation Procedure (SOP) yang akan dibuat. Kegiatan yang akan
dilakukan adalah:
Menempatkan peralatan dan mesin yang memudahkan pengawasan dan perawatan.
Pemasangan mesin diatur agar dapat menekan ceceran bahan baku dan ceceran
minyak hasil pengolahan di atas lantai dan ceceran limbah lainnya.
Melaksanakan maintanace mesin-mesin pabrik pengolah kelapa sawit dengan
mengacu pada SOP. Dengan demikian, maka seluruh daya kerja mesin dapat
berjalan optimal dan effisien yang pada gilirannya dapat menekan tingkat
kehilangan produksi (lost productions) dan sekaligus dapat menekan limbah yang
dihasilkan
Perencanaan pembangunan saluran air yang harus dipisahkan antara saluran air
limbah dan saluran domestik/non limbah, sehingga beban IPAL yang dibangun
dapat beroperasi secara optimal. Setiap saluran dibuat oil traps untuk menangkap
ceceran minyak dari lantai dan lainnya.
Air limbah domestik dari kegiatan kantor dan pabrik yang terdiri dari grey water
akan dialirkan menuju saluran drainase, sementara untuk black water akan dialirkan
menuju septic tank.
Kegiatan Inhouse Keeping
Penggunaan air proses seefisien mungkin, sehingga debit limbah yang dikeluarkan
maksimum 0,67 m3/ton produk dan menekan intensitas pencemaran serta menciptakan
lingkungan kerja yang bersih dan sehat.
Meningkatkan kebersihan lingkungan pabrik dengan jalan melakukan kegiatan
kebersihan setiap hari terhadap saluran pembuangan limbah cair dengan memasang
kasa penyaring, sehingga padatan yang terikut dalam air limbah tersebut dapat
tertahan.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 73

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Perlunya memasang alat ukur penggunaan air dan alat pengukur debit limbah, agar
kuantitas penggunaan air untuk kegiatan proses pengolahan dan jumlah limbah cair
yang dihasilkan dapat terpantau secara baik.
Tahap Penanganan
Untuk mengolah limbah buangan PKS tersebut, PT. Dharma Buana Lestari
merencanakan membangun dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), dirancang dengan menggunakan system anaerobic/aeration pond. Pemilihan
jenis ini adalah efektifitas kolam cukup tinggi dan telah banyak diaplikasikan di dalam
penanganan limbah cair PKS di Indonesia.
Sasaran kualitas air limbah yang akan dicapai dengan dioperasikan IPAL ini adalah
baku mutu SK. MENLH No. KEP-51/MENLH/10/1995, yaitu:
pH

= 6-9

TSS

= 250 mg/l

BOD5

= 100 mg/l

COD

= 350 mg/l

Minyak & Lemak

= 25 mg/l

Nitrogen

= 50 mg/l

Sistem kerja dan proses pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah
dari PKS ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
Unit Pengolahan Limbah Sterilizer, Klarifikasi dan Air Hidroksilon
Fat Pit (Bak Pemisah Minyak)
Kolam ini berfungsi sebagai tempat pengutipan minyak (oil losses) yang terikut dalam
limbah cair sebelum diberi perlakuan, dengan cara membebaskan sebagian ikatan
minyak secara termofil pada suhu sekitar 70 80 oC. Sisa minyak yang terpisah
dengan air limbah selanjutnya dialirkan kembali ke stasiun klarifikasi untuk diproses
lebih lanjut menjadi minyak mentah.

Cooling Ponds (Kolam Pendingin)

II - 74

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Air limbah yang berasal dari fat pit mempunyai karateristik bersifat asam dengan pH
4 - 4,5 dan suhu berkisar 70 80 oC. Sebelum limbah dialirkan kekolam pengasaman,
suhunya perlu diturunkan menjadi 40 45 oC agar bakteri mesophilik dapat
berkembang biak dengan baik.
Acid Ponds
Pengoperasian kolam ini berfungsi sebagai proses pra-kondisi bagi limbah sebelum
masuk ke kolam an-aerobik yang bertujuan untuk menaikkan pH menjadi 6 - 8,
sehingga kecepatan perombakan bahan organik oleh bakteri menjadi Volatile Fatty
Acid (VFA = Asam lemak mudah menguap) dapat berjalan dengan baik. Penambahan
caustic soda diperlukan sebesar 3,5 - 4,0 kg/ton air limbah. Di dalam kolam ini
dilakukan pembiakan untuk membiakan jasad renik yang dikenal dengan nama dagang
antara lain Bichem 1003 FG dan B-1008 SF serta Tomachi 61384 AR. Di dalam
kolam ini perlu adanya penambahan nutrient, yaitu urea, TSP dan caustic soda dengan
perbandingan BOD : N : P = 100 : 10 : 1
Untuk menurunkan kembali suhu air limbah yang masih tinggi, maka dilakukan
resirkulasi air limbah dari bak An-aerob dengan perbandingan 1 : 1. Selain
menurunkan suhu, maka resirkulasi ini juga dapat menaikan pH di dalam kolam dan
untuk mensuplai sel mikroba. Proses pada tahap pengasaman ini berlangsung sangat
cepat, bakteri penghasil asam dengan cepat mengubah bahan organik majemuk
menjadi asam-asam mudah menguap, seperti asam valerat, buterat, propanat, acetat,
methansat, karbondioksida, air dan hydrogen sulfida dengan reaksi sebagai berikut:
Fermentasi
Bahan = -------------------------------------> Asam-asam + CO2 + H2O + E (Energi)
organik
Bakteri an-aerob
Organik
(Acid Forming Bacteria)
An-aerobic Ponds
Kolam an-aerobik berfungsi sebagai tempat perombakan limbah cair oleh bakteri
secara an-aerobik/perombakan. Proses perombakan ini adalah merombak asam-asam
organik yang telah terbentuk pada proses pengasaman menjadi gas methan dan karbon
dioksida, dengan reaksi berikut :
Bakteri An-aerob
(Menthan Forming Bacteria)
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 75

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Asam-asam -----------------------------------> CH4 + CO2

+ H2

Organik
Jika BOD limbah pada kolam an-aerobic masih cukup tinggi, maka limbah diproses
lebih lanjut pada kolam aerobik.
Facultative Pond
Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses penonaktifan bakteri an-aerobik dan
prakondisi proses aerobik. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada
permukaan kolam tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau-hijauan.
Aerobic Pond
Kolam aerobik berfungsi sebagai tempat untuk mengokidasi asam-asam organik
sederhana yang masih belum terombak di kolam anaerob, mengevaporasikan asamasam organik sederhana yang sudah menguap, dan menonaktifkan bakteri-aerobik
serta menambah oksigen.
Pada kolam ini telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang membentuk
flocs. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba
dalam kolam.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Medan menunjukkan bahwa setelah dianalisa pada limbah cair yang dihasilkan oleh
PKS tersebut juga mengandung unsur-unsur seperti N, P, K, Mg dan lain-lain yang
menunjukkan bahwa limbah cair ini cukup potensial untuk dipakai sebagai pupuk
tanaman. Akan diperoleh masing-masing sebanyak 70 kg N, 12 kg P, 150 kg K, 27 kg
Mg dan 32,5 kg Ca dari tiap 100 ton limbah.

II - 76

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

20m

20m

4.5m

220m

Anaerobic

4.5m

Anaerobic

4.5m

20m

Pump
Land
application

Anaerobic

20m

Aerobic

4.5m

4.5m

Aerobic

4.5m

Aerobic Pond 4.5m

220m

Gambar 2.17. Diagram Rencana IPAL


Land Application System
Aplikasi lahan (Land Application System = LAS), merupakan salah satu sistem yang
memberikan keuntungan dalam penanganan limbah. Limbah yang diolah dengan cara
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk. Air limbah yang langsung keluar
dari fat-pit tidak sesuai untuk diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit, karena
menimbulkan masalah terhadap lingkungan, seperti timbulnya bau yang tajam,
meningkatnya populasi ulat dan lalat, tertutupnya pori-pori tanah oleh padatan
tersuspensi, minyak dan lain sebagainya.
Pada prinsipnya konsep pemakaian limbah ke areal tanaman kelapa sawit adalah
pemanfaatan

dan

bukan

pembuangan

atau

mengalirkan

sewenang-wenang.

Pemanfaatan ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal, agar


diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang
merugikan (Huan, 1987).

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 77

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Menurut Sixt, 1994 dalam Said Gumbira, 1996 kandungan bahan-bahan organik yang
ada di dalam air limbah dari proses pengolahan buah sawit memiliki kandungan bahan
organik yang sangat tinggi (Tabel 2.25). Hal ini ditunjukkan dengan tingginya nilai
BOD dan COD, yang merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kandungan
bahan organik.
Tabel 2.25. Konsentrasi Air Limbah Kelapa Sawit
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Parameter
BOD5
COD
Padatan tersuspensi
Padatan total
Nitrogen total
Fosfat
Minyak/Lemak
pH

Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

Konsentrasi
20.000 30.000
35.000 45.000
28.000
48.000
105
216
1.500 2.000
4

Baku Mutu *)
100
350
300
50
25
6-9

Sumber : Sixt, 1994 dalam Said Gumbira, 1996


Keterangan : Baku mutu SK MENLH No. Kep-51/EMNLH/10/1995 lampiran B

Berdasarkan hasil studi pustaka, menunjukkan bahwa air limbah kelapa sawit setelah
diolah melalui IPAL dengan proses biologis ternyata mengandung unsur hara yang
cukup tinggi, yang kesetaraannya dengan pupuk dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.26. Kandungan Unsur Hara Pada Air Limbah Kelapa Sawit
No

Kadar hara sesuai pupuk (mg/l)

Konsentrasi (mg/l)

UREA 45%

19,3

TSP 46% P2O5

103

MOP 60% K2O

351

Kieserit 26% MgO

182

Sumber: Laporan Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik CPO untuk Pupuk Tanaman Sawit, Dep. Lingkungan
PT. Astra Agro Lestari, 1999.

Jika dilihat dari kandungan unsur yang ada, maka limbah cair pabrik PKS setelah
melalui proses pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Diharapkan dengan
pemanfaatan limbah cair dapat menghemat pupuk terutama pupuk Urea, TSP, MOP
dan Kieserit. Khusus untuk pupuk TSP saat ini sudah berubah menjadi SP36 yang
bersifat habis pakai dan tidak menimbulkan residu. Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian
Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan
Kelapa Sawit, mempersyaratkan bahwa konsentrasi BOD tidak boleh melebihi 5.000
II - 78

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

mg/l dan nilai pH berkisar 6 - 9 dengan demikian limbah yang dihasilkan diolah
terlebih dahulu melalui proses pengolahan biologis. Sesuai dengan rencana desain
Instalasi Pengolahan Air Limbah, konsentrasi bahan organik yang diharapkan keluar
dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagaimana disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.27. Konsentrasi Air Limbah setelah IPAL untuk Land Application
No

Parameter

Kualitas Air Limbah

Kualitas Air Limbah untuk

sebelum diolah di IPAL

Land Application

BOD (mg/l)

25.000

< 5.000

COD (mg/l)

35.600

5.600

TSS

19.000

1.150

Minyak/lemak

8.400

820

pH

3.5 4.6

69

Sumber : Chin, Palm oil Refinery Water Treatment, 1981.

Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit sangat tergantung
kepada kondisi dan luas areal yang tersedia maupun faktor berikut:
Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri,
Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman kelapa sawit,
Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air sungai
atau pemukirnan penduduk.
Teknik aplikasi lahan telah banyak dikembangkan di beberapa negara. Pemilihan
teknik aplikasi tergantung kepada kondisi topografi areal kebun. Sistem lahan yang
akan digunakan dalam rencana kegiatan PT. Dharma Buana Lestari, yaitu sistem
flatbed atau parit dan teras, yang dibangun terutama untuk blok-blok kebun yang
terdekat dengan lokasi pabrik.
Sistem ini digunakan di lahan berombak-bergelombang dengan membuat konstruksi
diantara baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan
limbah dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu. Sistem ini dibangun mengikuti
kemiringan tanah. Teknik aplikasi limbah adalah dengan mengalirkan limbah (kadar
BOD 3.500-5.000 mg/l), dari kolam limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi,
berukuran 4m x 4m x 1m, ke flatbed berukuran 2,5m x 1,5m x 0,25m, yang dibuat
setiap 2 baris tanaman.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 79

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Sistem ini dapat dibangun secara manual atau dengan mekanis menggunakan backhoe.
Flatbed dibangun dengan kedalaman yang cukup dangkal. Limbah cair yang akan
diaplikasikan dipompakan melalui pipa ke atas atau ke dalam bak distribusi. Setelah
penuh, lalu dibiarkan mengalir ke bawah dan masing-masing teras atau flatbed diisi
sampai ke tempat yang paling rendah. Seperti pada gambar di bawah ini, aplikasi
tergantung kepada kecepatan alir dan dapat dialirkan secara simultan melalui beberapa
baris flatbed dalam areal tanaman. Dengan teknik pengaliran ini, secara periodik
lumpur yang tertinggal pada flatbed dikuras agar tidak tertutup lumpur.

Gambar 2.18. Parit Sekunder Pada Sistem Flatbed

Gambar 2.19. Pengaliran Limbah Cair Pada Areal Kebun Dengan Sistem Flatbed
Pola parit yang akan digunakan dalam sistem flatbed ini, yaitu teknik parit atau alur
(longbed). Ada dua pola parit yang digunakan untuk distribusi limbah yaitu parit yang
II - 80

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

lurus dan berliku-liku. Parit berliku-liku digunakan untuk lahan yang curam atau
berbukit. Teknik seperti ini dilakukan dengan memompakan limbah ke tempat yang
tinggi, lalu dialirkan ke bawah dengan kemiringan tertentu di dalam pipa induk
paralon 6. Parit dibangun dengan kedalaman dan lebar tertentu. Kecepatan aliran
diatur agar perlahan-lahan, untuk memungkinkan perkolasi ke dalam tanah. Dengan
aliran larnbat juga dapat mencegah erosi.
Dari Pipa saluran induk, kemudian dialirkan ke pipa utama paralon 4 kemudian ke
pipa distribusi paralon 2. Parit yang lurus memanjang dapat dibangun di lahan
sedikit miring, dan limbah dialirkan hingga ke ujung parit. Jadi seperti aplikasi flatbed,
limbah cair dipompakan melalui pipa ke tempat yang relatif tinggi dan didistribusikan
ke dalam parit primer. Jumlah parit tergantung kepada topografi. Teknik aplikasi
seperti ini biayanya lebih murah, tetapi masalah yang ditimbulkan ialah distribusi
aliran tidak sama rata, kemiringannya terbatas, dan akhirnya parit tertimbun lumpur.
Pembangunan parit tidak terlalu dalam, sekitar 20cm atau 30cm dengan lebar sekitar
30cm. Parit ini dapat dibangun secara manual atau mekanis di sepanjang baris
tanaman, namun tidak mengganggu jalan pemanenan dan transportasi TBS.
Aplikasi limbah cair dengan kecepatan aliran yang optimum tanpa pemupukan,
memberikan produksi yang lebih tinggi dari pada areal tanaman kelapa sawit yang
dipupuk. Kenaikan produksi tersebut berkaitan dengan pengaruh nutrisi terkandung di
dalarn air limbah.
Keuntungan pemanfaatan limbah cair PKS secara umum adalah seperti berikut:
Memperbaiki struktur fisik tanah
Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban.
Meningkatkan perkembangbiakan dan perkembangan akar.
Meningkatkan kandungan organik tanah, pH tanah dan kapasitas tukar kation tanah.
Meningkatkan populasi mikroflora dan mikrofauna tanah maupun aktivitasnya
(Huan, 1987).
Aplikasi limbah cair sebagai pupuk tidak boleh menyebabkan penurunan muka air
tanah, kerusakan tanah dan penurunan mutu air tanah pada sumber-sumber air yang
berasal dari air larian dan kegiatan pemanfaatan pupuk tersebut, sehingga diperlukan
sumur pantau untuk mengetahui kemungkinan terjadinya pencemaran pada air tanah.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 81

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

ii) Pengelolaan Olie Bekas


Penggunaan oli untuk pelumas mesin dan peralatan pabrik akan menghasilkan oli
bekas, dalam pengelolaannya adalah :
Tidak membuang oli bekas ke badan perairan umum, sehingga tidak mengganggu
kualitas air permukaan.
Menampung oli bekas ke dalam drum-drum yang telah disiapkan, sehingga dalam
periode tertentu dapat dikembalikan kesuplayer yang telah mendapat izin dari
instansi terkait. Selain itu, akan dimanfaatkan juga untuk campuran bahan bakar
boiler dengan terlebih dahulu memproses izin pemanfaatan oli bekas ke instansi
terkait, sehingga tidak terjadi penumpukan oli bekas yang terlalu banyak di lokasi
pabrik
Oli tercecer di saluran harus dilakukan pengambilan secara manual atau dengan
pembangunan oil trap, sehingga cemaran tidak masuk ke sungai.

Gambar 2.20. Bagan Alir Pengelolaan Olie dan Pelumas Bekas


iii) Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PKS berupa jenjang kosong, cangkang, serabut
(serat), abu dari boiler, lumpur dari dekanter.
Janjang kosong/tandan kosong akan dimanfaatkan sebagai pupuk yang diberikan
dalam bentuk mulsa di kebun tanaman kelapa sawit. Dari pabrik jenjang kosong
akan diangkut dengan menggunakan truk untuk dibawa ke lahan tanaman sawit.
II - 82

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Pengolahan tandan kosong dengan sistem komposting yang dipadu dengan


limbah cair sebagai bio starter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenjang
kosong dapat digunakan sebagai media berbiak dari sejenis jamur yang memiliki
nilai jual tinggi.
Setiap ton tankos mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg berturut-turut setara
dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit.
Serabut (ampas) hasil proses pengepressan akan dimanfaatkan kembali sebagai
bahan bakar utama untuk Boiler. Abu hasil proses pembakaran di boiler akan
dimanfaatkan sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit. Beberapa temuan
teknologi makanan ternak.
Cangkang dimanfaatkan untuk bahan bakar Boiler, kemudian abunya
dimanfaatkan untuk pupuk mineral. Cangkang juga dimanfaatkan untuk
perkerasan jalan lapisan atas dan sebagai bahan dasar karbon aktif.
Dengan sludge conveyor, sludge IPAL ini dikirimkan ke rotary sludge dryer
untuk dikeringkan. Pada pengolahan limbah disini akan muncul limbah padat
(sludge kering) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, mengingat
sludge kering ini telah bebas dari polutan, sehingga tidak membahayakan
tanaman.
Pengeringan sludge dilakukan dengan menggunakan uap panas buangan ketel
uap dengan suhu + 300OC. Sludge yang telah dikeringkan akan ditampung dalam
silo untuk selanjutnya dimasukan dalam karung dan dipergunakan sebagai
pupuk. Kualitas sludge kering ini umumnya mengandung + 9% air, 4% minyak
dan 30% NOS, apabila telah mendapat rekomendasi akan dimanfaatkan sebagai
pupuk tanaman.
Adapun cara pengelolaan limbah padat ini sebagaimana disajikan pada tabelberikut:
Tabel 2.28. Pengolahan Limbah Padat pada PKS PT. Dharma Buana Lestari
No

Jenis Limbah

Cara Pengolahan

Janjang kosong

Sebagai mulsa

Serabut (serat)

Sebagai bahan bakar boiler

Cangkang

Sebagai bahan bakar boiler dan penimbunan jalan

Lumpur

Land application yang berfungsi sebagai pupuk

Abu dari boiler

Land application yang berfungsi sebagai pupuk

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 83

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Sumber : PT. Dharma Buana Lestari, 2014

Partikel; merupakan hasil tangkapan dari peralatan dust collector. Volume yang
dihasilkan relatif kecil dan dimanfaatkan sebagaimana limbah padatan yang lainnya
seperti diuraikan di atas.
Polybag yang dihasilkan bersumber dari bungkus bibit (pre-nursery dan mainnursery), penanganan yang dilakukan adalah dengan menampung polybag tersebut
kemudian dikirim ke pengumpul plastik bekas untuk di-recycle.
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), berupa bahan Kimia penolong dan
kemasanannya, kemasan bahan pestisida atau pupuk untuk kegiatan pemeliharaan
tanaman belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan, dilakukan dengan
penampungan di gudang bahan kimia/sejenis untuk kemudian diangkut/dikirim ke
supplier bahan kimia atau kepada pengumpul yang telah berizin.
Limbah B3 dari pemeliharaan mesin dan peralatan produksi seperti majun, lampu
TL bekas, aki bekas, dll akan dikumpulkan di TPS B3 untuk kemudian diangkut
oleh pihak ketiga (transporter atau pengumpul yang telah memiliki izin dari intansi
yang berwenang).
Limbah padat dari kegiatan domestik karyawan akan dilakukan pengelolaan dengan
memisahkan sampah menjadi sampah organik, anorganik dan sampah logam. Untuk
sampah organik akan dilakukan pengelolaan dengan pengomposan, limbah
anorganik dan limbah logam dan kaca akan dikumpulkan untuk kemudian
diangkut/dikirim ke pengumpul atau dibuang di landfill yang telah ditentukan.
Namun untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan juga akan dilakukan
program 3R (reduse, reuse dan recycle)
Limbah padat medis dari klinik akan dikumpulkan di TPS LB3 dan dikirim ke
pengumpul dan pengolah musnahkan pada unit incenerator perusahaan limbah
medis yang memiliki legalitas dari instansi terkait.
Penelitian-penelitian tentang pemanfaatan limbah padat kelapa sawit untuk
dijadikan produk yang mempunyai nilai tinggi telah banyak dilakukan. Limbah
padat kelapa sawit akan menjadi perhatian sebagai bahan baku pengganti atau
substitusi untuk industri kayu dan serat, seperti industri pulp, kertas, perabot atau
II - 84

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

papan partikel karena tingkat ketersediannya yang berlimpah sepanjang tahun.


Limbah padat kelapa sawit ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti kayu untuk
industri-industri tersebut, karena dalam limbah tersebut mengandung lignosellulose
yang mungkin dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai produk-produk serat.
iv) Cemaran Udara/Limbah Gas
Untuk mengurangi abu dan debu pembakaran cangkang dan serabut sebelum
dibuang ke udara bebas terlebih dahulu dikendalikan dengan pemasangan dust
collector, untuk menangkap debu ikutan dalam sisa gas pembakaran. Kemudian
dialirkan melalui cerobong asap setinggi 2-2,5 kali dari tinggi bangunan tertinggi
(Berdasarkan Kep.205/BAPEDAL/07/1996 tentang Petunjuk Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara). Debu dari dust collector secara reguler ditampung dan
diangkut ke lokasi penimbunan untuk menimbun daerah rendahan sekitar kebun.
Kebisingan dan bau; dikelola dengan menggunakan perlengkapan keselamatan
kerja berupa ear plug, penanaman tanaman pelindung di sekitar lokasi PKS dan
penggunaan masker.
Limbah gas, juga dapat berasal dari proses alami limbah cair yang mengandung
bahan organik. Proses degradasi senyawa organik seperti karbohidrat, protein dan
lemak yang terdapat dalam limbah cair oleh bakteri anaerobik menjadi biogas yang
terdiri dari CH4 (50-70%), serta N2, H2, H2S dalam jumlah kecil.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 85

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

TAHAP
PROSES
Sterilisasi
Pengukusan

Perontokkan
(Treshing)

Pelumatan
(Digesting)

ALA
T
Steriliser

Thresher

Digester

FUNGSI
Mempermudah perontokkan
Mengurangi kadar air
Inaktifasi enzim Lipase &
oksidase

Memisahkan buah dari tandan

Menghancurkan daging
buah
Melepaskan sel yang
mengandung minyak

Memisahkan minyak daging


buah dari bagian lain
Screw press
Ekstrasi Minyak

Membersihkan minyak dari


kotoran lain
Pemurnian
(Klarifikasi)

Clarifier

LIMBAH
Limbah Cair,
Panas
Kebisingan

Limbah padat
Kebisingan

Kebisingan

Limbah padat
(Sabut yang
bercampur dengan
inti sawit)
Limbah cair panas

Limbah Cair
Panas
Limbah Padat
(Sludge)
Kebisingan

Gambar 2.21. Sumber Limbah Dalam Proses Pengolahan Kelapa Sawit

II - 86

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 87

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

Gambar 2.22. Diagram Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

2.2.4.4. Tahap Pasca Operasi


1) Pemutusan Hubungan Kerja
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah Pemutusan Hubungan Kerja, bilamana
kegiatan perkebunan kelapa sawit ini telah berakhir. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk
perkebunan kelapa sawit ini adalah 35 tahun (sesuai dengan HGU) dapat diperpanjang
sesuai peraturan yang berlaku.
Tenaga kerja yang akan di PHK dalam jangka waktu tertentu sebelum waktu yang
diperkirakan habisnya kegiatan ini akan diberikan keterampilan sesuai dengan
kemampuan/keahlian tenaga kerja tersebut. Keterampilan yang diberikan oleh perusahaan
yang rencananya akan bekerjasama dengan Balai Latihan Kerja, Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi c/q Disnakertrans Provinsi Papua dan Disnakertrans Kabupaten
Sarmi diharapkan nantinya dapat berguna bagi karyawan/tenaga kerja setelah tidak bekerja
lagi di PT. Dharma Buana Lestari dan sesuai dengan peraturan dan perundang undangan
yang berlaku PT. Dharma Buana Lestari juga akan memberikan santunan (uang pesangon)
bagi karyawan/tenaga kerja yang di PHK tersebut.
2) Pengembalian Sarana dan Prasarana yang telah Dibangun
Setelah kegiatan operasional perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS)
berakhir, seluruh sarana dan prasarana yang ada akan diserahkan kepada pemerintah Kab.
Sarmi dan lahan akan dikembalikan kembali kepada pemilik hak ulayat. Sehingga seluruh
sarana, prasarana dan fasilitas lainnya dapat digunakan oleh masyarakat dan diatur melalui
kebijakan pemerintah setempat.
2.3.

PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT (COMMUNITY


DEVELOPMENT)

Program Pengembangan Masyarakat (Community Development disingkat menjadi


comdev)suatu perusahaan adalah suatu rencana kolektif yang bertujuan untuk memperbaiki
kualitas kehidupan masyarakat sekitar agar dapat memenuhi kebutuhan dasar, dapat
mengemukakan gagasan, melaksanakan kegiatan ekonomi dan berpartisipasi dalam
kegiatan sosial. Arah dari comdev ini diprioritaskan pada komponen kegiatan sebagai
berikut :
a. Komponen kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan sarana dan prasarana
umum
b. Peningkatan mutu pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat
c. Pelatihan keterampilan usaha kecil menengah (UKM).
II - 88

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Pelaksana program comdev sepenuhnya adalah Tim comdev dari masyarakat setempat
yang ditunjuk oleh mereka sendiri. Tim ini terdiri dari tokoh masyarakat, pemuda, tokoh
petani, tokoh agama dan lain-lain sekaligus bertindak sebagai perencana program. Adapun
tim comdev ini dibina dan difasilitasi oleh tim Pemerintah Kabupaten Sarmi, Distrik dan
Desa/kampung terkait yang sekaligus sebagai pengawas.
Untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan program, dalam pelaksanaanya PT.
Dharma Buana Lestari berkoordinasi dengan kegiatan yang ada di sekitar. Selain itu juga
dikonfirmasikan dengan pemerintahan terkait mulai dari tingkat Desa/Kampung, Distrik
dan Kabupaten. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi kecemburuan sosial baik antar
individu maupun antar kelompok masyarakat di sekitar tapak kegiatan.
Dari hal tersebut di atas akan dikomunikasikan lebih lanjut dengan anggota masyarakat
yang diperkirakan terkena dampak. Dalam melakukan pendekatan terhadap masyarakat
akan diikutsertakan ketua adat/ perwakilan marga dan instansi pemerintah minimal kepala
desa dan distrik sebagai fasilitator. Bertujuan agar dapat terwujud kata sepakat bentuk dan
jumlah nilai comdev yang akan diberikan dengan memperhatikan kemampuan PT. Dharma
Buana Lestari.
Masyarakat setempat juga perlu tahu bahwa dana kompensasi comdev bukan hanya dalam
bentuk uang tunai (fresh-instant money), melainkan dikondisikan juga dalam bentuk
pembinaan dan pemberdayaan keterampilan serta pendidikan masyarakat yang terkait
dengan kegiatan PT. Dharma Buana Lestari.
Yang lebih penting lagi pengelolaan lingkungan harus dilakukan secara terpadu dengan
perusahaan sejenis baik yang telah, sedang ataupun akan beroperasi. Berbagai pendekatan
yang dapat ditempuh antara lain pendekatan ekologis, finansial (investasi), sosial, politik
dan kamtibnas. Tujuannya adalah agar terjadi pemerataan pembangunan dan tanggung
renteng terhadap penanganan dampak lingkungan akumulatif yang timbul.
Dalam dokumen ANDAL nantinya akan disusun alternatif jenis-jenis program comdev
yang dapat ditempuh oleh PT. Dharma Buana Lestari. Program-program tersebut
mencakup aspek ekonomi, kesehatan dan pendidikan yang akan dikelompokkan dalam
program jangka pendek dan program jangka panjang. Sebagai cacatan bahwa program
tersebut disesuaikan dengan kemampuan PT. Dharma Buana Lestaridan kebutuhan
masyarakat setempat yang terkait dengan wilayah studi.

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 89

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Pemerintah

PT. DBL
Humas
Tim comdev dari
PT. DBL

PROGRAM

Tingkat :
Desa/Distrik
Kab Sarmi
Instansi Terkait
Tokoh Adat, LMA,

Masyarakat)

Tokoh Masyarakat

Lokal
Pendatang
LSM
Pokja (tani, perajin, dll)

Jangka :
Sosialisasi Comdev

Cepat (case & crash)


Pendek

Gambar 2.23. Model Pendekatan CD: Hubungan Tripartit Antara PT. Dharma Buana
Lestari, Pemerintah Dan Masyarakat

2.4.

ALTERNATIF YANG AKAN DIKAJI DALAM AMDAL

Kegiatan yang direncanakan dalam proyek Rencana Pembangunan Perkebunan dan Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) PT. DBL seperti disajikan dalam uraian di atas adalah
sudah ditetapkan dan tidak ada rencana kegiatan lain yang bersifat alternatif.

2.5.

DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL (ENVIRONMENTAL


SETTING)

Gambaran umum kondisi rona lingkungan hidup awal(Environmental Setting), disekitar


lokasi Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) diperoleh dari data
sekunder melalui cara studi pustaka dari berbagai laporan hasil penelitian yang relevan
serta data sekunder dari instansi terkait. Berikut diuraikan gambaran umum kondisi rona
lingkungan hidup di lokasi tapak proyek dan sekitarnya.
2.5.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia
II - 90

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

2.5.1.1. Geologi
Batuan tertua yang tersingkap di Lembar Sarmi (berdasarkan Peta Geologi Lembar Sarmi
dan Bufareh, Irian Jaya skala 1 : 250.000 oleh S. Gafoer dan T. Budhitrisna, 1985) adalah
Satuan Batuan Mafik/Ultramafik (m/um) tersusun oleh gabro, serpentinit dan batuan
terserpentinitkan. Pada umumnya batuan ini tergeruskan dan terbreksikan, dimana umur
batuan tersebut diduga mungkin lebih tua dari Kala Kapur Akhir. Sementara itu, batuan
yang lebih muda merupakan batuan gunung api Formasi Auwewa dan batu gamping
pelagos Formasi Biri yang terbentuk pada Kala Kapur akhir sampai dengan Eosen.
Pada awal pengendapan sejak Kala Oligosen, konglomerat alas terbentuk di beberapa
tempat, disusul dengan terbentuknya batu gamping terumbu dan kalkarenit. Sementara itu
pada tempat lain terbentuk sisipan batuan gunung api. Kumpulan batuan tersebut
dinamakan Formasi Darante yang terbentuk sampai Kala Miosen. Genang laut berlangsung
terus dan terbentuk Formasi Makats yang berupa sedimen flysch yang berumur Miosen
Tengah sampai bagian bawah Miosen Akhir. Pada Miosen Akhir sampai Plistosen
terbentuk batuan yang termasuk dalam Kelompok Mamberamo yang menindih selaras
diatas Formasi Makats. Dibeberapa tempat yang mungkin merupakan cekungan atau dekat
tinggian, terjadi rumpang stratigrafi antara ke dua satuan tersebut. Batuan klastik yang
terbentuk mirip dengan Formasi Makats, hanya sifat fisiknya tampak jelas berbeda.
Pengendapan Kelompok Mamberamo terjadi pada fasa susut laut. Kelompok Mamberamo
terdiri dari Formasi Aurimi dan Formasi Unk. Pada Kala Plistosen, setelah terbentuknya
batuan Kelompok Mamberamo terjadi tektonik yang menghasilkan Batuan Campur aduk.
Selanjutnya sedimen klastika dan biokimia terbentuk dan menindih tak selaras Kelompok
Mamberamo yaitu batu gamping Koral Formasi Jayapura di daerah pantai dan konglomerat
Formasi Kukunduri di daerah pedalaman. Satuan paling muda adalah aluvium, terumbu
terangkat dan endapan lumpur yang berasal dari poton.
Berdasarkan hasil pemetaan kondisi geologi di Kabupaten Sarmi diketahui bahwa batuan
induk terluas adalah batu formasi unk sebesar 5.580 km2 (31,46% dari luas wilayah
Kabupaten Sarmi), kemudian batuan lain yang memiliki proporsi luas adalah batuan
alluvium seluas 5.180 km2 (29,20% dari luas wilayah Kabupaten Sarmi) dan terumbu
koral terangkat seluas 2.540 km2 (14,32% dari luas wilayah Kabupaten Sarmi). Lebih jelas
mengenai formasi geologi pada Kabupaten Sarmi disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.29. Kondisi Geologi Kabupaten Sarmi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 91

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

NO.

Kondisi Geologi

Alluvium

Batuan Gunung Api Jamur

Batuan Mafik

Luas (Km2)

Persentase

5.180,177

29,20%

35,863

0,20%

3,734

0,02%

Batu gamping Dayang

763,124

4,30%

Batu gamping Koral

182,538

1,03%

Endapan Lumpur

1.721,219

9,70%

Formasi Aurimi

706,746

3,98%

Formasi Biri

2,297

0,01%

Formasi Buru

452,871

2,55%

10

Formasi Kukunduri

163,251

0,92%

11

Formasi Makats

298,323

1,68%

12

Formasi Unk

5.580,653

31,46%

13

Terumbu Koral Terangkat

2.540,865

14,32%

14

Ultramafik

108,340

0,61%

Sumber : Buku laporan Akhir RTRW Kab. Sarmi 2013 2033

1) Topografi
Kondisi topografi atau kemiringan lereng pada wilayah Kabupaten Sarmi relatif beragam
mulai dari wilayah pesisir yang datar sampai dengan pegunungan dengan kemiringan
lereng yang curam. Berdasarkan hasil perhitungan pada citra peta kabupaten, dapat
diketahui bahwa sebagian besar (sekitar 52,16%) wilayah Kabupaten Sarmi memiliki
kondisi topografi yang cukup curam dengan tingkat kemiringan lereng lebih dari 40%.
Kemudian untuk wilayah kabupaten dengan kemiringan lereng lahannya berkisar antara 0
sampai 8% memiliki proporsi luasan wilayah sebesar 37,39%. Kondisi ini memberikan
gambaran bahwa wilayah Kabupaten Sarmi yang datar terutama pada kawasan pesisir
cukup rentan terhadap terjadinya banjir dan genangan air. Lebih jelasnya terkait dengan
kondisi topografi/kemiringan lereng pada wilayah Kabupaten Sarmi dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 2.30. Kondisi Topografi/Kemiringan Lereng Kabupaten Sarmi


No

II - 92

Kemiringan Lereng
0 8%

8 15%

Luas (KM2)
6.632,131
980,531

%
37,39
5,53

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

15 40%

>40%

874,783

4,93

9.252,555

52,16

Sumber : Buku laporan Akhir RTRW Kab. Sarmi 2013 2033

Gambar 2.24. Peta Geologi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 93

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

2.5.1.2. Penggunaan Lahan dan Tanah


1) Penggunaan Lahan
II - 94

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Kondisi lahan pada wilayah Kabupaten Sarmi dapat mengindikasikan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan wilayah kabupaten secara umum. Pola penggunaan lahan pada
Kabupaten Sarmi secara umum masih didominasi oleh penggunaan lahan tidak terbangun
atau non budidaya seperti hutan, semak belukar ataupun rawa. Kondisi penggunaan lahan
pada Kabupaten Sarmi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Permukiman
Permukiman penduduk yang terdapat Kabupaten Sarmi terdiri dari permukiman kampung
dan permukiman kota. Permukiman kota terkonsentrasi pada perkotaan Sarmi yang berada
di Distrik Sarmi Kota, sementara itu permukiman kampung tersebar pada perdesaan Sarmi
yang berada pada distrik di luar Sarmi Kota. Secara umum kawasan permukiman
perdesaan di wilayah Kabupaten Sarmi berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan
ataupun mengikuti garis pantai namun untuk permukiman penduduk yang berada di
perkotaan Sarmi yang membentuk pola grid (persegi) seperti kompleks perumahan dinas
bagi PNS dan militer. Permukiman yang berada di luar perkotaan Sarmi memiliki kondisi
yang relatif terpisah atau menyebar dengan jarak antar kampung yang relatif jauh (rata-rata
lebih dari 5 km), sementara permukiman pada perkotaan Sarmi memiliki pola yang
memusat dan berdekatan.
b. Lahan Pertanian
Lahan pertanian saat ini juga dibudidayakan pada wilayah Kabupaten Sarmi dimana
lokasinya berdekatan dengan kawasan permukiman penduduk. Lahan pertanian berupa
sawah sebagian besar dibudidayakan penduduk di daerah transmigrasi pada Distrik
Bonggo karena penduduk transmigran memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
memadai untuk mengolah lahan sawah yang umumnya digunakan untuk budidaya
pertanian tanaman pangan seperti padi, kacang, jagung dan lainnya. Selain sawah, lahan
pertanian yang dibudidayakan penduduk di Kabupaten Sarmi berupa tegal atau pekarangan
yang dimanfaatkan penduduk untuk pertanian sayuran, jagung, ubi kayu dan lainnya.
Lokasi tegal atau pekarangan ini umumnya masih disekitar lingkungan rumah penduduk.
Lahan pertanian lainnya yang ada di Kabupaten Sarmi berupa perkebunan yang umumnya
menempati lahan di luar permukiman penduduk. Komoditas perkebunan yang diusahakan
oleh penduduk Sarmi meliputi pinang, kelapa, kakao dan tanaman buah-buahan. Lahan
perkebunan banyak dijumpai pada sepanjang kawasan pesisir utara Sarmi mulai dari
wilayah Bonggo Timur sampai dengan Sarmi Kota.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 95

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

c. Hutan Sagu
Hutan sagu di Kabupaten Sarmi pada umumnya berasosiasi dengan hutan rawa yang
terletak di belakang hutan mangrove atau hutan pantai. Hutan sagu juga terletak di wilayah
rawa sepanjang sungai terletak di belakang formasi hutan nipah yang tidak terjangkau oleh
pasang surut air laut. Selain tanaman sagu yang tumbuh secara alami, pada kawasan hutan
sagu ini juga terdapat kebun sagu yang diusahakan secara rutin oleh penduduk. Tanaman
sagu ini merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan penduduk sebagian besar distrik
di luar perkotaan Sarmi dikarenakan sagu merupakan bahan pangan pokok penduduk
terutama untuk penduduk di perdesaan pedalaman yang tidak dapat mengakses atau
mengkonsumsi beras.
d. Hutan
Berdasarkan hasil observasi di lapangan dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di
Kabupaten Sarmi masih didominasi kawasan hutan. Selain hutan sagu yang telah diuraikan
sebelumnya, kawasan hutan yang terdapat di wilayah Sarmi meliputi hutan produksi dan
hutan lindung. Hutan produksi dimanfaatkan untuk aktivitas produksi kehutanan seperti
penebangan kayu dan pengolahan hasil hutan lainnya. Pada wilayah hutan Kabupaten
Sarmi terdapat beberapa lokasi penebangan kayu yang diusahakan oleh perusahaan swasta
seperti pada Distrik Pantai Timur dan Distrik Pantai Barat. Hutan produksi pada Kabupaten
Sarmi terdiri dari hutan produksi konversi yang tersebar di sepanjang pesisir utara wilayah
Sarmi serta hutan produksi terbatas yang berada di bagian pedalaman, seperti di Tor Atas
dan Apawer Hulu.
Kemudian kawasan hutan lain yang ada di Kabupaten Sarmi adalah hutan lindung, dimana
hutan jenis ini umumnya berada pada bagian tengah wilayah kabupaten, dengan kondisi
topografi yang cukup terjal. Sebagian besar masih berupa hutan alami yang masih belum
dirambah oleh manusia sehingga kealamian ekosistem atau habitatnya masih terjaga
dengan baik. Jenis hewan besar dan liar masih dapat ditemui pada kawasan hutan lindung
ini antara lain babi, kanguru, kasuari dan beberapa jenis burung kakatua, elang kepala putih
dan jenis cendrawasih. Sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Sarmi berada pada
wilayah Distrik Tor Atas serta Pantai Timur Barat.
2) Tanah
Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk sebagai hasil proses terhadap faktor faktor
pembentuk tanah yang antara lain bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu.
II - 96

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Oleh karena pembentuk tanah tersebut mempengaruhi perkembangan tanah, maka jenis
tanah bervariasi dari satu tempat ketempat lainnya, demikian juga produktivitas dalam
pemanfaatannya. Berdasarkan jenisnya, maka jenis tanah di Kabupaten Sarmi ada 5 (lima)
yaitu latosol, mediteran rensina, organosol aluvial, podsolik merah kuning, hidromorf
kelabu, podsolik coklat kelabu/rensina.
Untuk jenis tanah yang cukup dominan pada wilayah Kabupaten Sarmi ini adalah jenis
tanah inceptisol dengan sebaran mencapai 11.541 km2 atau 65,81% dari luas wilayah
kabupaten. Tanah inceptisol menyebar dari kawasan pesisir di wilayah Pantai Timur dan
Bonggo sampai dengan kawasan pegunungan di wilayah Tor Atas dan Apawer Hulu. Tanah
inceptisol ini secara umum cocok untuk aktivitas pertanian serta aktivitas budidaya
lainnya, dimana karakter tanah jenis ini kurang memiliki asam namun relatif produktif atau
subur. Kemudian jenis tanah lain yang terdapat di wilayah Kabupaten Sarmi adalah ultisol
dengan luas sebaran sekitar 4.482,043 km2 atau 25,56% dari luas kabupaten. Tanah Ultisol
tersebar di sebagian wilayah Apawer hulu, Pantai Barat, Sarmi Kota serta Bonggo Timur
dengan karakter tanah yang relatif tidak stabil atau rawan terjadi erosi lahan serta tanah ini
kurang produktif sehingga kurang mendukung untuk pengembangan aktivitas pertanian.
Jenis tanah lain di wilayah Kabupaten Sarmi dengan proporsi sebaran yang relatif kecil
adalah tanah entisol, histosol serta mollisol. Untuk lebih jelas mengenai kondisi luasan
jenis tanah yang tersebar di wilayah Kabupaten Sarmi disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.31. Kondisi Sebaran Jenis Tanah Kabupaten Sarmi
NO.

JENIS TANAH

LUAS (KM2)

PERSENTASE

1.

Inceptisol

11.541,098

65,81%

2.

Ultisol

4.482,043

25,56%

3.

Entisol

1.181,097

6,74%

4.

Histosol

329,120

1,88%

5.

Mollisol

3,294

0,02%

Sumber : Buku laporan Akhir RTRW Kab. Sarmi 2013 2033

2.5.1.3. Hidrologi
Wilayah Sarmi memiliki potensi kandungan air permukaan yang cukup tinggi baik berupa
sungai maupun danau. Pada wilayah Kabupaten Sarmi terdapat beberapa sungai besar yaitu

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 97

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Sungai Apawer, Sungai Iramuar, Sungai Muwar, Sungai Verkam, Sungai Moaif, Sungai
Bier, Sungai Unk, Sungai Biri, Sungai Wiru, Sungai Sermoif serta Sungai Tor. Pada
wilayah Kabupaten Sarmi terdapat 5 danau yakni Danau Teum seluas 133.500 km2, Danau
Piamform seluas 2.384 km2 serta Danau Boeire seluas 4.568 km2, Danau Daru seluas
1.531 km2, Danau Wae seluas 1.234 km2. Sebagian wilayah Kabupaten Sarmi termasuk
dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Sentani, yang terhimpun oleh sub DAS Verkam, sub
DAS Tor, sub DAS Biri, sub DAS Sermo serta sub DAS Grime. Terdapat beberapa sungai
dengan wilayah tangkapan (catchment area) yang sangat luas yaitu Sungai Apawer dengan
wilayah tangkapan mencapai 2.874.000 km2, kemudian Sungai Moaif sebesar 2.097.000
km2, Sungai Biri seluas 2.173.000 km2 serta Sungai Wiru sebesar 1.953.000 km2. Lebih
jelasnya, karakteristik sungai pada Kabupaten Sarmi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.32. Kondisi Hidrologi Kabupaten Sarmi
No.

Nama
Sungai

Karakteristik
Panjang
(Km)

Debit

Catchments
Area(Km2)

Qn (M3/S)

Q10 (M3/S)

Sub Das

1.

Appuvar

233.330

2.874.000

217.400

297.838

Apauwer

2.

Iramuar

19.260

124.000

14.556

22.708

Sermo

3.

Muwar

61.374

880.100

89.658

129.107

Verkume

4.

Verkam

87.610

303.200

82.380

118.628

Verkume

5.

Verkam1a

6.814

128.300

16.235

25.326

Verkume

6.

Moaif

129.863

2.097.000

164.060

224.763

Tor

7.

Bulianang

61.727

475.600

50.519

74.768

Tor

8.

Verkam1

52.700

581.000

48.717

72.101

Tor

9.

Bier

Tor

10.

Unk

Tor

11.

Biri

116.087

2.173.000

142.385

195.067

Biri

12.

Wiru

117.274

1.953.000

117.932

161.567

Wiru

13.

Wiru1

38.753

541.800

26.987

62.758

Wiru

14.

Sermoaif

113.113

1.296.000

83.786

39.941

Sermo

15.

Tor

37.840

837.100

42.404

114.786

Apauwer

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Dir. Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005
* : Data tidak tersedia

2.5.1.4. Iklim
Kajian tentang iklim sangat dibutuhkan dalam pembangunan pada sektor pertanian. Data
iklim yang digunakan berasal dari Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Sarmi
II - 98

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Periode 2012 2013 yang meliputi curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara,
kecepatan angin dan arah angin.
Pada tahun 2013, suhu udara di Kabupaten Sarmi berkisar antara 22,6 oC sampai 32,6 oC.
Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 32,6 oC dan suhu terendah terjadi pada
bulan Agustus yaitu sebesar 22,6 oC.
1)

Curah Hujan dan Tipe Iklim

Rata-rata curah hujan Kabupaten Sarmi tahun 2013 sebesar 270,4 mm. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan November yakni 534,5 mm dan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Oktober yakni 181,9 mm.
Berdasarkan metode Schmidt dan Ferguson, maka tercatat bulan basah ( >100 mm)
sejumlah 60 bulan, bulan kering ( <60 mm ) 43 bulan dan bulan lembab ( 60<x<100 mm)
sebanyak 15 bulan, sedangkan tidak tercatat sebanyak 2 data. Dengan memperhitungkan
bulan kering dan bulan basah maka harga Quotient (Q) adalah 0,717, sehingga tipe iklim
daerah studi termasuk tipe iklim D dimana tipe tersebut menunjukkan bahwa bulan basah
dan bulan kering relatif berimbang. Data curah hujan bulanan tercantum pada tabel berikut.

Tabel 2.33. Rata-rata bulanan Curah Hujan, Temperatur, Kelembaban, Kecepatan Angin
Selama Periode 2012 2013

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 99

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Parameter
No

Bulan

Curah
Hujan (mm)

Kelembaban (%)

Temperatur
(C)
Maks.

Kecepatan Angin
(m/detik)

Min.

1.

Januari

407,4

85

31,8

23,7

0,4

2.

Februari

192,9

84

31, 8

23,5

0,4

3.

Maret

224,5

84

31,4

23,9

0,4

4.

April

228,4

84

31,4

24,2

0,4

5.

Mei

239,8

84

32,6

24,1

0,4

6.

Juni

289,8

84

30,8

23,5

0,4

7.

Juli

188,0

83

30,5

23,0

0,4

8.

Agustus

208,0

82

30,8

22,6

0,4

9.

September

198,6

81

30,6

23,2

0,4

10.

Oktober

181,9

81

31,2

23,2

0,4

11.

November

534,5

79

31,2

23,6

0,4

12.

Desember

350,8

83

31,6

23,9

0,4

Jumlah

3.244,6

994

374,86

282,4

4,8

Rata-Rata

270,4

82,83

31,3

23,5

0,4

Sumber : Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Sarmi, 2014

2)

Temperatur Udara

Pada tahun 2013, suhu udara di Kabupaten Sarmi berkisar antara 22,6 oC sampai 32,6 oC.
Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 32,6 oC dan suhu terendah terjadi pada
bulan Agustus yaitu sebesar 22,6 oC
3)

Kelembaban Udara

Rata-rata kelembaban udara di Kabupaten Sarmi tahun 2013 sebesar 82,83 %. Rata-rata
tekanan udara permukaan di atas landasan (QFF) yaitu 1.009,6 mb dan rata-rata tekanan
permukaan di atas laut (QFE) yaitu 1.008,6 mb. Rata-rata penyinaran matahari yaitu 5,6
dan kecepatan angin 0,4 knot.
4)

Kecepatan dan Arah Angin

Kecepatan angin rata-rata tahunan adalah 0,4 m/detik, juga kecepatan angin tertinggi dan
terendah yaitu 0,4 m/detik. Berdasarkan mawar angin (Gambar 2.25) terlihat bahwa
kecepatan rata-rata bulanan terbanyak adalah antara 0,4 m/detik.
2.5.1.5. Pola Transportasi

II - 100

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Hingga saat ini ketersediaan prasarana transportasi, baik untuk transportasi darat, udara di
Kab. Sarmi masih rendah. Jaringan jalan hanya menjangkau beberapa distrik di wilayah
Kab. Sarmi. Untuk transportasi udara beberapa distrik telah memiliki lapangan udara
perintis.
1) Sistem Transportasi Darat
Panjang jalan Kabupaten Sarmi pada tahun 2013 sepanjang 960,68 km. Jika dirinci
menurut pemerintahan yang berwewenang mengelola jalan, panjang jalan Kabupaten
Sarmi tahun 2013 yang dikelola oleh negara sepanjang 155,90 km, panjang jalan yang
dikelola oleh propinsi sepanjang 316,90 km, dan panjang jalan yang dikelola oleh
Kabupaten Sarmi sepanjang 442,90 km.
2) Sistem Transportasi Udara
Banyaknya lalu lintas pesawat udara di Kabupaten Sarmi tahun 2012 tercatat bahwa
pesawat yang datang dan berangkat sebanyak 203 pesawat. Banyaknya penumpang yang
datang sebanyak 1.023 orang, penumpang transit sebanyak 28 orang, dan penumpang
berangkat sebanyak 1.246 orang.
.

2.5.2. Komponen Biologi


2.5.2.1. Flora
Hutan di Kabupaten Sarmi memiliki tipe hutan hujan tropis yang kaya dengan keragaman
flora dan fauna. Kekayaan potensi sumberdaya hayati yang tinggi ini memungkinkan,
karena hutan di wilayah ini relatif masih utuh dan merupakan perpaduan empat ekosistem
utama yaitu ekosistem pesisir pantai, rawa, dataran rendah dan ekosistem pegunungan.
Ekosistem rawa terbagi lagi menjadi ekosistem air tawar dan air payau, dan pada muara
sungai terdapat ekosistem peralihan yaitu ekosistem estuaria/ekosistem mangrove yang
juga memperkaya keanekaragaman hayati Kabupaten Sarmi.
Dari pembagian kawasan di kabupaten Sarmi untuk perlindungan dan Pemanfaatan Hutan.
Maka, kawasan hutan Sarmi dapat dibagi menjadi Kawasan Hutan Lindung (KSA dan HL)
yaitu 447.517 Ha dan kawasan Hutan Produksi (HPT + HP + HPK) yaitu 952.727 Ha dan
sisa Kawasan yaitu Areal Penggunaan lain (APL + Tubuh air) yaitu 33.450 Ha.
Berdasarkan RTRW Provinsi Papua fungsi hutan produksi di Kabupaten Sarmi terbagi atas
hutan produksi (HP) 378.464 Ha, Hutan Produksi Tetap (HPT) 269,567 Ha, dan Hutan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 101

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Produksi Konversi (HPK) 304,696 Ha. Adapun Kawasan hutan produksi tetap terdapat di
Distrik Bonggo Timur, Bonggo, Pantai Timur, Pantai Timur Barat, Distrik Tor Atas dan
Apawer. Untuk kawasan hutan produksi terbatas terdapat di Distrik Pantai Timur, Pantai
Timur Barat, Tor Atas, Sarmi Selatan, Pantai Barat dan Apawer Hulu, sedangkan kawasan
hutan konversi terdapat di Distrik Bonggo, Bonggo Timur, Pantai Timur Barat, Tor Atas,
Sarmi Timur, Sarmi Kota, Sarmi Selatan, Pantai Barat, Apawer Hulu, Pulau Liki, dan
Pulau Armo.Jenis-jenis flora akan dikaji setelah dilakukan survei di lapangan dan akan
dibahas dalam dokumen ANDAL.
2.5.2.2. Fauna
Keberadaan satwa di areal rencana lokasi perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit
PT. Dharma Buana Lestari, tidak terlepas dari kondisi lingkungannya yang masih
menunjang untuk kehidupan satwa-satwa tersebut, sebagai habitatnya. Dalam kawasan
yang memberikan jasa lingkungan alami, menjadi habitat kunci dalam sebuah landscape
yang terdapat kumpulan individu spesies atau sekelompok spesies yang memanfaatkannya
secara temporer. Kawasan-kawasan tersebut diatas menjadi suatu indikator keberadaan
satwa-satwa liar, baik golongan mamalia, reptil, burung. Jenis-jenis fauna/satwa akan
dikaji setelah dilakukan survei di lapangan dan akan dibahas dalam dokumen ANDAL.

2.5.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat


Secara administrasi, calon lokasi proyek termasuk dalam wilayah Kabupaten Sarmi,
Provinsi Papua. Secara Geografis, Kabupaten Sarmi terletak antara 13805 - 14030
Bujur Timur dan 135- 935 Lintang Selatan. Kabupaten Sarmi memiliki luas wilayah
17.740 km2, yang terdiri dari 10 distrik, 84 kampung, dan 2 kelurahan. Distrik Tor Atas
merupakan distrik di Kabupaten Sarmi yang memiliki wilayah terluas yakni 4.499 km 2 atau
25,36 persen. Sedangkan Distrik Sarmi merupakan distrik yang memiliki wilayah terkecil
yakni 471 km2 atau 2,66 persen dari seluruh wilayah Kabupaten Sarmi. Secara spesifik,
calon lokasi proyek berada dalam wilayah Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan
Pantai Timur Barat.

2.5.3.1. Kependudukan
II - 102

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Banyaknya penduduk Kabupaten Sarmi tahun 2012 berdasarkan hasil proyeksi BPS
tercatat sebanyak 36.638 orang. Penduduk terbanyak terdapat di Distrik Sarmi yakni
12.899 orang (35,21 persen). Distrik Apawer Hulu memiliki penduduk paling sedikit yakni
1.631 orang (4,45 persen).
Kepadatan penduduk Kabupaten Sarmi sebesar 2,07 orang per km 2. Ini menunjukkan
bahwa dalam 1 km2 terdapat sekitar 2 orang. Rasio jenis kelamin Kabupaten Sarmi tahun
2012 yaitu 119,52. Semua distrik di Kabupaten Sarmi memiliki rasio jenis kelamin di atas
100. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk
perempuan. Data kependudukan di wilayah studi disajikan pada tabel-tabel berikut :
Tabel 2.34. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan
Penduduk Menurut Distrik (Wilayah Studi) di Kabupaten Sarmi tahun 2012

17.740

19 948

16 690

36.638

119,52

Kepadatan
Penduduk
(orang/km2)
2,07

- Tor Atas

4.499

1.012

897

1.909

112,82

0,42

- Pantai Timur

3.139

1.269

1.098

2.367

115,57

0,75

- Pantai Timur Barat

4.020

2.216

1.915

4.131

115,72

1,03

Kabupaten/
Distrik
Kab. Sarmi

Luas
(Km2)

Penduduk (orang)
Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Rasio Jenis
Kelamin

Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Distrik Tor Atas merupakan distrik yang
memiliki luas wilayah sebesar 4.499 Km2, Distrik Pantai Timur Barat merupakan distrik
yang memiliki luas wilayah sebesar 4.020 Km 2, sedangkan Distrik Pantai Timur
merupakan distrik dengan luas wilayah sebesar 3.139 Km 2. Distrik Tor Atas dengan jumlah
penduduk sebanyak 1.909 orang, Distrik Pantai Timur Barat dengan jumlah penduduk
sebanyak 4.131 orang dan Distrik Pantai Timur dengan jumlah penduduk sebanyak 2.367
orang.

Tabel 2.35. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Sarmi tahun 2012

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 103

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Kelompok Umur

Penduduk (orang)
Laki-laki

Perempuan

Jumlah

04

2 324

2 198

4 522

59

2 351

2 185

4 536

10 14

2 125

1 888

4 013

15 19

1 763

1 435

3 198

20 24

1 681

1 403

3 084

25 29

1 847

1 559

3 406

30 34

1 808

1 532

3 340

35 39

1 505

1 298

2 803

40 44

1 363

1 059

2 422

45 49

1 198

880

2 078

50 54

875

585

1 460

55 59

527

299

826

60 64

301

183

484

65 69

157

101

258

70 74

73

44

117

75+
Jumlah

50
19 948

41
16 690

91
36 638

Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014

Dari komposisi penduduk menurut kelompok umur tersebut di atas dapat digunakan untuk
menghitung Rasio Ketergantungan di Kabupaten Sarmi. Rasio Ketergantungan merupakan
perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0 14 tahun (belum produktif) ditambah
dengan jumlah penduduk 65 tahun (tidak produktif) dibandingkan dengan jumlah
penduduk usia 15 64 tahun (produktif), biasanya dinyatakan dalam persen (%).

2.5.3.2. Sosial Ekonomi


1) Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk Kabupaten Sarmi tahun 2013 mempunyai lapangan usaha di
bidang pertanian, yang tercatat sebanyak 74,06 persen. Sedangkan penduduk Kabupaten
Sarmi yang bekerja di bidang industri tercatat sebanyak 3,14 persen dan bekerja di bidang
jasa-jasa sebanyak 22,79 persen.

2) Kesempatan kerja
Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan
penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi
II - 104

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap


pertambahan angkatan kerja.
Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan
tersedianya lapangan pekerjaan, sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja
dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan
dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu
keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh
para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan
atas tenaga kerja. Kesempatan kerja dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
- Kesempatan kerja permanen, yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan orang
bekerja secara terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi untuk
bekerja. Misalnya adalah orang yang bekerja pada instansi pemerintah atau swasta yang
memiliki jaminan sosial hingga hari tua dan tidak bekerja ditempat lain.
- Kesempatan kerja temporer, yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan seseorang
bekerja dalam waktu yang relatif singkat, kemudian menganggur untuk menunggu
kesempatan kerja baru. Misalnya adalah orang yang bekerja sebagai pegawai lepas pada
perusahaan swasta, dimana pekerja mereka tergantung order.
Kesempatan kerja yang ada di Kabupaten Sarmi menunjukkan bahwa ada kesempatan
kerja permanen maupun kesempatan kerja temporer. Kesempatan kerja permanen
ditunjukkan dengan adanya penduduk yang bekerja di instansi pemerintah (Guru, Pegawai
Distrik, dll) maupun swasta (pertambangan, dll),sedangkan kesempatan kerja temporer
ditunjukkan dengan adanya penduduk yang bekerja sebagai buruh/tenaga kerja harian
lepas/kontrak, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional Kabupaten Sarmi tahun 2013,
penduduk Kabupaten Sarmi yang termasuk angkatan kerja sebanyak 19.151 orang, terdiri
dari 18.335 orang bekerja dan 816 orang pengangguran. Sedangkan yang termasuk bukan
angkatan kerja sebanyak 6.289 orang.
.
2.5.3.3. Sosial Budaya
1) Agama

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 105

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Banyaknya tempat ibadah diKabupaten Sarmidi sekitar rencana areal kerja PT.
DBL,disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.36. Banyaknya Tempat Ibadah menurut Distrik di Kabupaten
Sarmi, 2011
Distrik

Mesjid

Kab. Sarmi

13

- Tor Atas
- Pantai Timur
- Pantai Timur Barat

Banyaknya Tempat Ibadah


Gereja
Gereja
Surau/Langgar
Kristen
Katolik
12
115
3

Pura
1

10

14

11

Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2012

2) Pendidikan
Jumlah sekolah di Kabupaten Sarmi yang terdaftar pada Departemen Pendidikan Nasional
tercatat sebanyak 85 sekolah. Terdiri dari sekolah SD sebanyak 62 sekolah, SMP 18
sekolah, SMA 4 sekolah, dan SMK 1 sekolah. Rasio murid terhadap guru pada tingkat
Sekolah Dasar (SD) negeri sebesar 15,60. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Sarmi
tahun 2013, untuk seorang guru SD mengajar sekitar 15 siswa.
Tabel 2.37. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid tahun 2012
Sekolah
No.

Jenis Sekolah

Guru

Murid

D.Tor
Atas

D.Pantai
Timur

D. Pantai
Timur
Barat

D.Tor
Atas

D. Pantai
Timur

D.Pantai
Timur
Barat

D.Tor
Atas

D.
Pantai
Timur

D. Pantai
Timur
Barat

1.

SD Negeri

16

212

132

2.

SD sawasta

20

419

345

3.

SMP Negeri

10

66

88

157

SMP Swasta

5.

SMA Negeri

6.

SMA Swasta

7.

SMK Negeri

17

117

8.

SMK Swasta

Jumlah

26

50

23

278

624

634

Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014

2.5.4. Komponen Kesehatan Masyarakat

II - 106

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Banyaknya fasilitas kesehatan di Kabupaten Sarmi tahun 2013 tercatat sebanyak 9


puskesmas, 25 puskesmas pembantu, 12 puskesmas keliling, 113 posyandu dan 3 polindes.
Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di Kabupaten Sarmi tahun 2013 tercatat
sebanyak 25 dokter, 112 perawat, 88 bidan, 10 apoteker, dan 69 tenaga non medis.
1) Jenis Penyakit
Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014, diketahui
bahwa jenis penyakit yang diderita oleh penduduk di Kabupaten Sarmi,dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2.38. Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Kabupaten Sarmi Tahun 2013
No

Jenis Penyakit

Banyaknya
Kasus

Gangguan saluran pernafasan (ISPA)

5.462

Malaria

4.665

Penyakit pada system otot/Jaringan Pengikat

3.509

Malaria Tropika

2.142

Diare

1.710

Penyakit Kulit Infeksi

1.589

Gastritis

1.559

Malaria Tersiana

958

Ruda Paksa

916

10

Penyakit Lain

845

Sumber : Kabupaten Sarmi Dalam Angka 2014

Gambar 2.25. Peta Situasi Sekitar


KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 107

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

2.6.

KEGIATAN LAIN DI SEKITAR LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU


KEGIATAN

II - 108

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Di sekitar lokasi rencana Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
PT. Dharma Buana Lestari terdapat beberapa usaha dan/atau kegiatan lainnya, antara lain
yaitu:

Sebelah Utara

: Berbatasan dengan laut, yaitu Teluk Maffin

Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan area Hutan Produksi yang dapat dikonversi


dan Rencana lahan perkebunan PT. Gaharu Prima Lestari,

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi,

Sebelah Barat

: Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi

2.7.

HASIL PELIBATAN MASYARAKAT

Sebagaimana yang diamanahkan oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang


Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17
tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak
Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, serta Keputusan Gubernur Provinsi Irian Jaya
Nomor 37 Tahun 2001 tentang Peran Serta Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam
Proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup di Provinsi Irian Jaya, maka
PT. Dharma Buana Lestari sudah membuat pengumuman terkait dengan rencana usaha
pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit melalui media cetak yaitu
Koran Cenderawasih Pos yang diterbitkan pada tanggal 16, 17 dan 19 Juli 2014 (Lampiran
10).
Selain itu, PT. Dharma Buana Lestari juga telah melakukan Konsultasi Publik terkait
dengan rencana pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit yang
dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2014 bertempat di Kantor Kepala Distrik Pantai
Timur Barat. Konsultasi Publik tersebut dihadiri oleh PT. Dharma Buana Lestari, Asisten II
Setda Kabupaten Sarmi, BPLH Provinsi Papua, Kepala Bapeldada Kabupaten Sarmi,
Kepala Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat serta pewakilan dari
masyarakat setempat (Lampiran 11).
Berdasarkan hasil Konsultasi Publik dihasilkan saran dan masukan dari masyarakat, yaitu:
Harus ada perlindungan hukum yang pasti dan jelas serta tegas bagi masyarakat pemilik
hak ulayat

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 109

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Setiap orang yang perusahaan bawa dari luar papua untuk bekerja di perusahaan harus
orang yang tunduk kepada norma-norma agama dan adat istiadat masyarakat lokal
Apabila perusahaan kelapa sawit sudah bekerja sampai sukses, saya mohon perusahaan
tidak boleh terbitkan sertivikat kepada karyawan, supaya hak ulayat yang dikelola oleh
perusahaan dapat dikembalikan kepada masyarakat adat
Suatu saat bila perusahaan beroperasi nanti yang terkena dampak adalah masyarakat
yang berada di pesisir pantai
Jagalah pembuangan limbah dengan baik, jangan sampai limbahnya dibuang ke sungai
Apabila hutan dikelola, akan terjadi erosi, bagaimana cara perusahaan mengatasi ini.
Perusahaan tolong bangun 1 unit asrama untuk mahasiswa/I di jayapura, tolong juga
perhatikan mahasiswa/I kami yang sedang kuliah saat ini dan nanti
Bila perusahaan telah beroperasi, tolong berikan beasiswa kepada anak-anak kami yang
berprestasi
Kami selaku masyarakat setuju dengan adanya rencana akan dibuka serta dibangunnya
pabrik kelapa sawit di wilayah distrik pantai timur barat kabupaten sarmi
Memberikan lapangan kerja untuk kami masyarakat, anak-anak kami yang ada
dibangku pendidikan agar diperhatikan.
2.8.

DAMPAK PENTING HIPOTETIK

Penentuan dampak penting hipotetik diperoleh dari hasil pelingkupan dampak rencana
kegiatan terhadap lingkungan kegiatan di sekitar, hasil sosialisasi khususnya temu muka,
konsultasi dan diskusi, masukan para pakar, instansi terkait, data sekunder dan tinjauan
lapangan. Proses pelingkupan tersebut terdiri dari dua tahap yaitu:
i)

Identifikasi Dampak Potensial

ii) Evaluasi Dampak Potensial

2.8.1. Identifikasi Dampak Potensial


Identifikasi dampak potensial merupakan tahap awal dari proses pelingkupan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak lingkungan, baik primer maupun
sekunder, yang mungkin timbul pada kegiatan mulai dari tahap pra-konstruksi, konstruksi,
operasi dan pasca operasi. Identifikasi dampak potensial ini dilakukan melalui:
II - 110

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

1) Penelaahan Pustaka
Penelaahan pustaka dilakukan guna menangkap permasalahan lingkungan yang
bersifat project specific melalui penelaahan laporan atau dokumen sejenis.
2) Diskusi/Brainstorming
Diskusi/brainstorming dilakukan diantara anggota tim penyusun AMDAL guna
memperoleh kata sepakat mengenai identifikasi dampak potensial yang perlu dicermati.
Diskusi dengan anggota tim studi dilakukan secara sinambung terutama untuk
merumuskan jenis dan karakteristik dampak yang potensial timbul, serta sejak awal
mengkaji sifat aliran dampaknya.
3) Survei pendahuluan
Survei pelingkupan/pendahuluan dilakukan guna mempertajam hasil identifikasi
dampak potensial sebelumnya, sehingga diperoleh daftar dampak potensial yang
sifatnya spesifik lokasi (site specific). Untuk itu dalam survei pelingkupan dilakukan
pengumpulan data melalui:
a) Penggalian informasi melalui tokoh masyarakat
Kegiatan ini dilakukan dengan cara wawancara dengan para tokoh masyarakat. Hal ini
dilakukan guna mendapatkan permasalahan setempat baik yang berkaitan langsung
dengan rencana kegiatan maupun masalah-masalah sosial, ekonomi, dan budaya.
Selain itu kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menangkap hal-hal yang dianggap
penting oleh tokoh masyarakat, serta persepsi mereka terhadap rencana kegiatan.
b) Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait
Jenis data sekunder yang dikumpulkan pada saat survei pelingkupan meliputi RTRW
Kabupaten Sarmi, Monografi Kampung/desa/distrik serta data-data lain yang
diperlukan.

c) Pengumpulan data primer


Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan secara umum dan
menyeluruh terhadap kondisi fisiografi dan bentuk wilayah, tanah/lahan, sungai,
pemanfaatan lahan di sekitar lokasi rencana kegiatan, dan aktivitas perekonomian di
sekitar.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 111

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

4) Matriks interaksi
Setelah memperoleh data mengenai deskripsi rencana kegiatan dan rona awal
lingkungan secara umum, maka kemudian dituangkan ke dalam matriks interaksi yang
menunjukkan adanya keterkaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensial
menimbulkan dampak dengan komponen lingkungan hidup yang potensial terkena
dampak. Apabila terjadi interaksi antara komponen rencana kegiatan dan komponen
lingkungan akan diberi tanda silang (X). Dengan matriks interaksi ini diharapkan
dapat diperoleh daftar komponen lingkungan yang potensial terkena dampak rencana
kegiatan. Selanjutnya matriks identifikasi dampak potensial rencana kegiatan
pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) disajikan pada
Tabel 2.39.
Pada tahap ini diidentifikasi dan diinventarisir dampak potensial yang mungkin timbul
tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak atau penting tidaknya dampak, sehingga
belum ada upaya penilaian apakah dampak tersebut merupakan dampak penting atau
tidak. Metode yang digunakan adalah metode matriks dengan cara menghubungkan antara
komponen rencana kegiatan sebagai sumber dampaknya dengan jenis dampak yang
mungkin terjadi.

II - 112

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Tabel 2.39. Matriks Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan Terhadap Komponen Lingkungan

II - 113

10

12

X
X

X
X

X
X

X
X

15

17

18

19

X
X

X
X

X
X

20

Pengembalian Sarana dan Prasarana

16

Pemutusan Hubungan Kerja

14

Pengangkutan Hasil Panen (TBS & CPO)

13

Pemanenan dan Perkiraan Hasil

Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit


(PKS)

11

Pengolahan Limbah

Pematangan Lahan dan Pondasi PKS

Pemeliharaan Tanaman Belum


Menghasilkan (TBM)

Penanaman Tanaman Kelapa Sawit

Pembangunan Sarana dan Prasarana


Kebun
8

Pasca
Operasional

Pabrik

Pengoperasian Boiler

Kebun
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
(TM)

Operasional
Pabrik

Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja

Pembukaan dan Penyiapan Lahan

Mobilisasi alat berat dan alat angkut


material konstruksi

Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja

Konstruksi
Kebun

Proses Pengolahan Kelapa Sawit & Inti


Sawit

I. FISIK-KIMIA
1. Iklim Mikro (Peningkatan Temperatur Udara Lokal)
2. Penurunan Kualitas Udara
3. Peningkatan Kebisingan
4. Hidrologi
a. Peningkatan Aliran Air Permukaan (run off water)
b. Penurunan Kuantitas Air Permukaan
c. Peningkatan Laju Erosi
5. Penurunan Kualitas Air Permukaan
6. Penurunan Kualitas Air Tanah
7. Fungsi Ruang, Lahan dan Multiplier Effect
8. Penurunan Kesuburan Tanah
II. TRANSPORTASI
9. Gangguan Kelancaran Lalu-lintas
10. Peningkatan Kerusakan Jalan
III. BIOLOGI
11. Berkurangnya Tutupan Vegetasi Darat
12. Terganggunya Keberadaan Fauna Darat
13. Terganggunya Keberadaan Biota Air
IV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA
14. Peningkatan Jumlah Penduduk
15. Mata Pencaharian
a. Terbukanya Kesempatan Kerja/Berusaha
b. Hilangnya Mata Pencaharian
16. Perubahan Adat Istiadat & Pola Kebiasaan Masyarakat
17. Timbulnya Sikap dan Persepsi Positif/Negatif Masyarakat
18. Gangguan Kamtibmas
19. Peningkatan Layanan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
V. Kesehatan Masyarakat

Pengadaan Lahan

Komponen
Lingkungan Yang Terkena
Dampak, dan Dampak Potensial
Yang Kemungkinan Timbul

Sosialisasi Kegiatan

Tahap dan
Jenis Kegiatan

Proses Perizinan dan Survei Lapangan

Pra Konstruksi

21

X
X
X
X
X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X
X
X
X

X
X
X

X
X

X
X

X
X

X
X

X
X
X

X
X

X
X

X
X
X
X
X

X
X

X
X

X
X
X

X
X

X
X
X

X
X

X
X
X
X

X
X

X
X

X
X

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

20. Penurunan Sanitasi Lingkungan


21. Peningkatan Morbiditas
1
2
3
4
X
X
5
7

8
X
X
9
10

Konstruksi
Kebun

11

Pabrik

12
13
X

14

Kebun

15
X
16

Pabrik

18
X
X
19
X

Pengembalian Sarana dan Prasarana

Operasional

Pemutusan Hubungan Kerja

Pengolahan Limbah

17
X

Pengoperasian Boiler

Proses Pengolahan Kelapa Sawit &


Inti Sawit

Pengangkutan Hasil Panen (TBS & CPO)

Pemanenan dan Perkiraan Hasil

Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan


(TM)

Kerja Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga

Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit


(PKS)

Pematangan Lahan dan Pondasi PKS

Pemeliharaan Tanaman Belum


Menghasilkan (TBM)

Penanaman Tanaman Kelapa Sawit

Pra Konstruksi
Pembangunan Sarana dan Prasarana
Kebun

Pembukaan dan Penyiapan Lahan

Mobilisasi alat berat dan alat angkut


material konstruksi

Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga


Kerja

Pengadaan Lahan

Komponen
Lingkungan Yang Terkena
Dampak, dan Dampak Potensial
Yang Kemungkinan Timbul
Sosialisasi Kegiatan

Tahap dan
Jenis Kegiatan
Proses Perizinan dan Survei Lapangan

II - 114
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

Pasca
Operasional

20

Keterangan : X = dampak potensial

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

21

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.26. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari pada Tahap Pra-konstruksi

II - 115

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 116

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.27. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari pada Tahap Konstruksi

II - 117

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 118

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

Gambar 2.28. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari pada Tahap Operasi

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Gambar 2.29. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestaripada Tahap Pasca Operasi

II - 119

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

2.8.2. Evaluasi Dampak Potensial


Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap dampak potensial yang telah diidentifikasi
dengan memisahkan dampak-dampak yang perlu kajian mendalam untuk membuktikan
dugaan (hipotesa) dampak (dari dampak yang tidak perlu dikaji). Sehingga diperoleh
dampak-dampak berpotensi penting yang merupakan dampak penting hipotetik (DPH) dan
selanjutnya akan ditelaah dalam dokumen ANDAL.
Berdasarkan Permen LH Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup, Lampiran I untuk Pedoman Penyusunan Dokumen Kerangka Acuan,
beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu dampak potensial
dapat menjadi Dampak Penting Hipotetik (DPH) atau tidak adalah dengan melihat apakah
pihak pemrakarsa telah berencana untuk mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang
mengacu pada Standard Operational Procedure (SOP) tertentu, pengelolaan yang menjadi
bagian dari rencana kegiatan, panduan teknis tertentu yang diterbitkan pemerintah dan/atau
standar internasional, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pertimbangan dan kriteria-kriteria penentuan dampak penting hipotetik yang
ada, hasil ringkasan evaluasi dampak potensial dari rencana kegiatan perkebunan dan
pabrik pengolahan sawit oleh PT. Dharma Buana Lestari disajikan pada tabel di bawah ini.

II - 120

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

Tabel 2.40. Ringkasan Proses Pelingkupan Studi AMDAL Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
PT. Dharma Buana Lestari di Kabupaten Sarmi

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Tahap Pra-konstruksi/Persiapan

Proses perizinan dan


Survei Lapangan

II - 121

Mengutamakan
penduduk lokal untuk
terlibat dalam kegiatan
survei

Pelingkupan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Mata
pencaharian
penduduk

Dampak
Potensial

Terbukanya
kesempatan
kerja saat
survei
lapangan

Evaluasi Dampak Potensial

Kegiatan survei lapangan untuk


mengetahui kondisi awal dari
lahan yang direncanakan
dipergunakan sebagai lokasi
perkebunan sawit. Kegiatan ini
meliputi kegiatan berbagai kajian
yang digunakan untuk
penyusunan rancang bangun dan
studi kelayakan lahan dan
lingkungan untuk rencana
kegiatan perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS).
Kegiatan ini akan melibatkan
masyarakat setempat sebagai
tenaga kerja lapangan.
Berdasarkan hasil konsultasi
publik dengan masyarakat
setempat, masyarakat sangat
berharap mereka dilibatkan dalam
kegiatan survei seperti dalam
kegiatan penentuan tata batas
tapak proyek, dll. Namun
demikian, dalam kegiatan survei

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Dampak tidak
penting
hipotetik
karena jumlah
tenaga kerja
yang diserap
sangat sedikit
sekali

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 122

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

lapangan ini hanya dibutuhkan


sedikit tenaga kerja (<10 orang).
Dengan jumlah penduduk usia
produktif di Kab. Sarmi
-

Sikap dan
persepsi
masyarakat

Timbulnya
persepsi
negatif
masyarakat
terhadap
rencana
kegiatan

Dengan dilibatkannya tenaga


kerja lokal dalam kegiatan survei
lapangan akan menimbulkan
sikap dan persepsi masyarakat
yang negatif terhadap rencana
kegiatan, karena adanya
penduduk yang tidak terlibat
dalam kegiatan tersebut. Namun
karena penyerapan tenaga kerja
untuk kegiatan survei lapangan
sedikit sekali (<10 orang) dan
lebih diutamakan kepada pemilik
hak ulayat. Oleh karena itu, tidak
akan menimbulkan sikap dan
persepsi negatif masyarakat

Dampak tidak
penting
hipotetik
karena tenaga
kerja yang
dilibatkan
terutama adalah
pemilik hak
ulaya

Keamanan dan
Ketertiban
Masyrakat

Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban di
lingkungan
masyarakat

Dampak kegiatan proses perizinan


dan survei lapangan terhadap
komponen lingkungan kamtibmas
merupakan dampak turunan dari
terbukanya kesempatan kerja dan
sikap serta persepsi negatif
masyarakat. Oleh karena itu
dampak kegiatan terhadap
komponen kesempatan kerja dan
sikap serta persepsi negatif

Dampak tidak
penting
hipotetik karena
merupakan
dampak turunan
dari terbukanya
kesempatan kerja
dan sikap serta
persepsi
masyarakat

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

masyarakat bukan merupakan


dampak penting hipotetik, maka
dampak kegiatan ini terhadap
komponen kamtibmas tidak
termasuk dampak penting
hipotetik
2

Sosialisasi kegiatan

II - 123

Sikap dan
persepsi
masyarakat

Timbulnya
persepsi
negatif
masyarakat
terhadap
rencana
kegiatan

Kegiatan sosialisasi rencana


kegiatan terutama bertujuan untuk
memberikan gambaran kepada
masyarakat mengenai rencana
kegiatan perusahaan, peran serta
dan keterlibatan masyarakat
dalam rencana kegiatan serta
memberikan gambaran manfaat
serta dampak yang diperoleh dari
rencana kegiatan. Adanya
kekurangan informasi atau
kesimpangsiuran informasi dari
rencana kegiatan ini akibat tidak
tepatnya tata cara dan informasi
yang disampaikan pada saat
sosialisasi kepada masyarakat
akan berdampak terhadap
timbulnya sikap dan persepsi
negatif masyarakat.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Selama 6 bulan,
yaitu selama
kegiatan
sosialisasi
berlangsung

Keamanan dan
Ketertiban
Masyrakat

Timbulnya
gangguan
keamanan
dan

Dampak kegiatan sosialisasi


terhadap komponen lingkungan
kamtibmas merupakan dampak
turunan dari timbulnya sikap serta

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung

Selama 6 bulan,
yaitu selama
kegiatan
sosialisasi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 124

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengadaan Lahan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

- Mendapat uang
penghormatan/tali
asih atas tanah
ulayat/adat sesuai
kesepakatan dan
status lahan yang
diusahakan
- Masyarakat dapat
memanfaatkan kayu
yang bernilai
ekonomi di atas
lahan yang akan
dibuka dengan
terlebih dahulu
diupayakan Izin
Pemanfaatan Kayu
(IPK)

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Kepemilikan
lahan pemilik
hak ulayat

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

ketertiban di
lingkungan
masyarakat

persepsi negatif masyarakat. Oleh


karena dampak kegiatan terhadap
komponen kesempatan kerja dan
sikap serta persepsi negatif
masyarakat merupakan dampak
penting hipotetik, maka dampak
kegiatan ini terhadap komponen
kamtibmas termasuk dampak
penting hipotetik

Hilangnya
mata
pencaharian
penduduk

Pengadaan lahan dapat


menyebabkan penduduk
kehilangan hak untuk
mempergunakan lahan yang
dibebaskan, sementara pekerjaan
lain belum dimilikinya

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Arare, Wakde,
berlangsung
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

3 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
- Pemberian kebun
plasma diutamakan
kepada pemilik tanah
ulayat/adat
- Membuka
kesempatan lapangan
kerja bagi
masyarakat sesuai
dengan kebutuhan
dan keahlian yang
diperlukan.
- Pendekatan secara
adat
- Mendapat uang
penghormatan/tali
asih atas tanah
ulayat/adat sesuai
kesepakatan dan
status lahan yang
diusahakan
- Masyarakat dapat
memanfaatkan kayu
yang bernilai
ekonomi di atas
lahan yang akan
dibuka dengan
terlebih dahulu
diupayakan Izin
Pemanfaatan Kayu

II - 125

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Sikap dan
persepsi
masyarakat

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Timbulnya
sikap dan
persepsi
masyarakat
yang negatif

Evaluasi Dampak Potensial

Sebagian anggota suku pemilik


hak ulayat atas lahan yang
dibebaskan belum tentu
menyetujui pembebasan tersebut.
Anggota suku yang tidak
mendapat bagian yang seperti
diharapkan akan mempunyai
persepsi negatif dan
mempengaruhi yang lainnya yang
dapat menjadi keresahan

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Disimpulkan
menjadi DPH

Wilayah Studi

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Batas Waktu
Kajian

Pengadaan/pem
bebasan lahan
yang diperlukan
untuk kebun
Kelapa Sawit
seluas 16.726,10
Ha diperkirakan/
diasumsikan
dapat dilakukan
selama 3 tahun.
Namun
semuanya
tergantung dari
masyarakat
pemilik lahan
apakah mau
menyerahkan
lahannya atau

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 126

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
(IPK)
- Pemberian kebun
plasma diutamakan
kepada pemilik tanah
ulayat/adat
- Membuka
kesempatan lapangan
kerja bagi
masyarakat sesuai
dengan kebutuhan
dan keahlian yang
diperlukan.
- Pendekatan secara
adat
- Mendapat uang
penghormatan/tali
asih atas tanah
ulayat/adat sesuai
kesepakatan dan
status lahan yang
diusahakan
- Masyarakat dapat
memanfaatkan kayu
yang bernilai
ekonomi di atas
lahan yang akan
dibuka dengan
terlebih dahulu
diupayakan Izin

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

tidak, sehingga
batas waktu
kajian untuk
sikap dan
persepsi
masyarakat
dianggap dapat
dilakukan
selama 3 tahun.

Timbulnya
gangguan
kamtibmas

Munculnya
gangguan
ketertiban
dan
keamanan
masyarakat
sebagai
akibat
dampak
turunan dari
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat
terhadap
kegiatan
perusahaan

Dampak kegiatan pada tahap prakonstruksi yang meliputi kegiatan


pengadaan lahan dapat
menimbulkan sikap dan persepsi
negatif masyarakat. Hal ini akan
berdampak lanjutan terhadap
gangguan ketertiban dan
keamanan masyarakat. Terutama
awalnya timbul dari sikap dan
persepsi ngatif masyarakat
terhadap kegiatan perusahaan.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Selama kegiatan
operasional
perkebunan dan
pabrik
pengolahan
kelapa sawit PT.
DBL. Oleh
karena di
wilayah Papua
umumnya
kepemilikan
tanah berdasarkan hak ulayat.
Sering terjadi
tuntutan ganti
rugi lahan yang
berkepanjangan

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

II

Tahap Konstruksi

Penerimaan dan
Mobilisasi Tenaga
Kerja

II - 127

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Pemanfaatan Kayu
(IPK)
- Pemberian kebun
plasma diutamakan
kepada pemilik tanah
ulayat/adat
- Membuka
kesempatan lapangan
kerja bagi
masyarakat sesuai
dengan kebutuhan
dan keahlian yang
diperlukan.

Pembuatan saluran
drainase dan septic
tank di lokasi
basecamp dan
emplasement karyawan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Kualitas air
permukaan

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Meningkatn
ya
kandungan
TDS, BOD,
COD, H2S,
fosfat,
ammoniak,
nitrit dan
nitrat,
penurunan
DO, akibat
limbah
domestik

Evaluasi Dampak Potensial

Aktivitas tenaga kerja untuk


kegiatan konstruksi kebun dan
pabrik pengolahannya selama di
base camp akan menghasilkan
limbah domestik padat maupun
cair yang dapat mencemari
lingkungan di sekitar lokasi base
camp dan emplasement. Limbah
domestik dari aktivitas karyawan
dapat menurunkan sanitasi
lingkungan dan kualitas air
permukaan. Begitu pula dengan
limbah cair berupa grey water
yang dialirkan melalui saluran
drainase menuju badan air

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Disimpulkan
menjadi DPH

Wilayah Studi

Sungai Timwah,
Sungai Weuseh
dan Sungai Biri
yang merupakan
badan air
penerima dari
limbah cair
domestik,
mencakup
sebaran limbah
cair domestik
sejauh 750 m ke
arah hilir dari
saluran
pembuangan

Batas Waktu
Kajian

2 tahun, yaitu
selama kegiatan
konstruksi kebun
dan pabrik
berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 128

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

penerima. Dengan adanya limbah


cair domestik ini akan menambah
zat pencemar bagi badan air
penerima

limbah cair
domestik base
camp dan
emplasement
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh
dan Sungai Biri
yang merupakan
badan air
penerima dari
limbah cair
domestik,
mencakup
sebaran limbah
cair domestik
sejauh 750 m ke
arah hilir dari
saluran
pembuangan
limbah cair
domestik base
camp dan
emplasement

Biota air

Gangguan
terhadap
keberadaan
biota air
akibat
penurunan
kualitas air
badan air
penerima

Terganggunya kehidupan biota air Disimpulkan


merupakan dampak turunan dari
menjadi DPH
penurunan kualitas air permukaan
akibat aktivitas tenaga kerja untuk
kegiatan konstruksi kebun dan
pabrik pengolahannya selama di
base camp yang menyebabkan
penurunan kualitas air permukaan
pada badan air penerima (Sungai
Maro). Penurunan kualitas air
permukaan ini disebabkan oleh
meningkatnya kandungan TDS,
BOD, COD, H2S, fosfat, nitrit dan
nitrat, penurunan DO, akibat
limbah domestik.

Penerimaan tenaga
kerja dengan
mengutamakan
penduduk lokal sesuai
kualifikasi kebutuhan

Kependudukan

Peningkatan
jumlah
penduduk

Jumlah tenaga kerja kegiatan


konstruksi perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS)
adalah sebanyak 520 orang dan
pada saat awal penanaman kelapa

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung

Batas Waktu
Kajian

2 tahun, yaitu
selama kegiatan
konstruksi kebun
dan pabrik
berlangsung

3 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

sawit simultan pada masa


konstruksi akan membutuhkan
tenaga kerja sebanyak 870
1.450 orang. Perekrutan tenaga
kerja ini terutama diambil dari
tenaga kerja lokal maupun dari
luar sehingga diperkirakan terjadi
migrasi penduduk dari luar
menuju wilayah Distrik Tor Atas,
Distrik Pantai Timur dan Pantai
Timur Barat. Masa kerja tenaga
kerja konstruksi cukup lama
sekitar 24 36 bulan.
Penerimaan tenaga
kerja dengan
mengutamakan
penduduk lokal sesuai
kualifikasi kebutuhan

II - 129

Sosial
Ekonomi

Terbukanya
kesempatan
kerja sebagai
mata
pencaharian
penduduk

Tersedianya kesempatan kerja


pada kegiatan konstruksi saat
puncak kegiatan konstruksi
mencapai 520 orang akan
menimbulkan dampak terhadap
peningkatan pendapatan
penduduk, sehingga dianggap
dampak penting hipotetik sebab
sebagian besar adalah tenaga
kerja non skill (umum) sehingga
dapat dipenuhi dari tenaga kerja
setempat.

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf,
Yamna, Betaf
dan Ansudu,
Distrik Tor
Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang 3 tahun


berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 130

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Penerimaan tenaga
kerja dengan
mengutamakan
penduduk lokal sesuai
kualifikasi kebutuhan

Sosial
Ekonomi

Perubahan
adat istiadat
dan pola
kebiasaan
masyarakat

Adanya tenaga kerja pendatang


yang bekerja pada tahap
konstruksi akan berinteraksi
dengan pekerja penduduk lokal
yang adat istidatnya berbeda.
Pembauran penduduk dengan
latar budaya, adat kebiasaan yang
berbeda, setidaknya akan saling
mempengaruhi. Dalam kurun
waktu kegiatan 24 36 bulan,
pola adat kebiasaan masingmasing akan mencapai
keseimbangan, dimana pendatang
dapat menyesuaikan dengan pola
adat kebiasaan setempat dan
penduduk lokal dapat menerima
pola adat kebiasaan pendatang.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang 3 tahun


berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Penerimaan tenaga
kerja dengan
mengutamakan
penduduk lokal sesuai
kualifikasi kebutuhan

Sosial
Ekonomi

Timbulnya
Persepsi
negatif

Sikap dan persepsi masyarakat


akan menjadi positif pada saat
salah satu anggota keluarganya
diterima menjadi tenaga kerja.
Namun sikap dan persepsi ini
akan dapat menjadi negatif bagi
penduduk yang tidak dilibatkan
dalam kegiatan proyek.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang 3 tahun


berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

II - 131

Penerimaan tenaga
kerja dengan
mengutamakan
penduduk lokal sesuai
kualifikasi kebutuhan

Sosial
ekonomi

Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat.

Kegiatan konstruksi perkebunan


dan pabrik pengolahannya dapat
menimbulkan kecemburuan sosial
bagi penduduk lokal yang tidak
dapat bekerja. Disamping itu
adanya pekerja pendatang dengan
latar budaya yang tidak sama
dengan penduduk lokal, dapat
menjadi penyebab terjadinya
konflik dengan penduduk lokal.
Kecemburuan sosial dan
perbedaan budaya dapat
berkembang menjadi konflik
fisik, manakala muncul
pemicunya, sehingga terjadi
gangguan keamanan.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang 3 tahun


berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Perubahan
layanan
fasilitas sosial
dan fasilitas
umum

Perubahan
layanan
fasos dan
fasum akibat
peningkatan
jumlah
penduduk

Peningkatan kebutuhan fasilitas


lingkungan merupakan dampak
turunan dari peningkatan jumlah
penduduk dari adanya penerimaan
tenaga kerja yang berasal dari luar
lokasi tapak proyek.
Bertambahnya penduduk tentunya
akan menuntut peningkatan

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang 3 tahun


berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 132

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

berbagai fasilitas lingkungan


seperti fasilitas peribadatan,
pendidikan, hiburan dan jalan.
Keberadaan tenaga kerja
pendatang ini juga dapat
menimbulkan kegiatan ikutan
seperti keberadaan warungwarung yang menyediakan
kebutuhan sehari-hari bagi
pendatang maupun penduduk
lokal. Dengan demikian dampak
termasuk dampak penting
hipotetik.
Penyediaan fasilitas
sanitasi, jamban,
tempat sampah yang
memadai

Kesehatan
masyarakat

Penurunan
kualitas
sanitasi
lingkungan

Adanya penerimaan tenaga kerja


akan meningkatkan jumlah
permukiman penduduk di sekitar
lokasi kegiatan, sehingga sanitasi
lingkungan dapat menurun dari
aktivitas dan pola hidup tenaga
kerja pendatang tersebut. Dengan
jumlah tenaga kerja pendatang
cukup banyak dengan masa kerja
sekitar 24 - 36 bulan, akan
menimbulkan limbah padat dan
limbah cair domestik cukup
banyak, sehingga akan berpotensi
menjadi tempat
perkembangbiakan vektor
penyakit.

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang 3 tahun


berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Mobilisasi alat berat


dan alat angkut
material konstruksi

II - 133

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

-Pembuatan saluran
drainase dan septic
tank
-Pembuatan tempat
sampah dan TPSS
-Pembangunan klinik
bagi karyawan dan
masyarakat

Kesehatan
masyarakat

Peningkatan
morbiditas
masyarakat

Kegiatan konstruksi akan


melibatkan tenaga kerja yang
cukup banyak sehingga akan
menimbulkan limbah padat dan
limbah cair domestik yang
berpotensi menurunkan kualitas
sanitasi lingkungan sehingga
berdampak terhadap penurunan
kualitas kesehatan masyarakat
sekitar maupun karyawan di
sekitar tapak proyek. Selain itu,
peningkatan morbiditas
masyarakat dapat secara langsung
disebabkan oleh pekerja
pendatang yang berpenyakit
sehingga menular kepada pekerja
lainnya maupun masyarakat
lokal.

Kualitas udara

Penurunan
kualitas
udara dan
kebisingan

Kendaraan pengangkut alat berat Disimpulkan


dan bahan-bahan bangunan akan
menjadi DPH
mengeluarkan gas buang
kendaraan sepanjang
perjalanannya dan pada saat
melewati jalan tanah akan
menghasilkan debu, disamping itu
bunyi kendaraan ini menimbulkan
kebisingan. Selama kegiatan
mobilisasi alat berat dan alat

Disimpulkan
menjadi DPH

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Kampung yang 3 tahun


berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Tapak proyek

Selama masa
konstruksi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 134

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

angkut material akan melalui


perkampungan/desa yang berada
di dalam maupun di luar lokasi
tapak proyek, sehingga akan
berdampak langsung terhadap
penduduk sekitarnya.
Pengaturan jarak antar
kendaraan, dan
pengawalan pihak yang
berwenang

Lalu lintas

Terganggunya
kelancaran
lalu lintas

Bahan dan material konstruksi


kebun dan pabrik direncanakan
berasal dari Sarmi dan sekitarnya.
Pengangkutan bahan dan material
konstruksi ini akan melalui Ruas
Jalan Sarmi. Kendaraan angkut
bahan dan material konstruksi
yang digunakan berupa dump
truck selama tahap konstruksi
diperkirakan akan berdampak
terhadap kelancaran arus lalu
lintas jalan tersebut. Namun
demikian, arus kendaraan dari
pusat Kota Sarmi menuju lokasi
tapak proyek saat ini masih
tergolong sedikit, sehingga tidak
akan mengganggu arus lalu lintas
di jalan yang dilalui

Disimpulkan
tidak menjadi
DPH

Lalu lintas

Peningkatan
kerusakan
jalan umum

Meningkatnya mobilitas
kendaraan pengangkut alat berat
dan material konstruksi di ruas
jalan Sarmi dan tapak proyek
akan berdampak terjadinya

Disimpulkan
menjadi DPH

Sepanjang jalan
yang dilalui
kendaraan
angkutan bahan
dan material

Selama masa
konstruksi

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

kerusakan ruas jalan tersebut.


Jenis kendaraan yang digunakan
merupakan kendaraan berat
seperti dump truck, truck
container, excavator, bulldozer,
dan alat angkut bahan serta
material konstruksi. Kondisi jalan
dari Sarmi sampai ke tapak
proyek sebagian telah diaspal dan
sebagian aspalnya telah terkelupas
dan berlubang-lubang. Namun
sebagian besar kondisi jalan
penghubung dari kampung ke
kampung lainnya kondisinya
masih jalan tanah. Oleh sebab itu,
kegiatan mobilisasi kendaraan dan
alat berat ini berpotensi
menimbulkan kerusakan jalan
umum yang digunakan.
Sosialisasi kepada
masyarakat terkait
dengan kegiatan
mobilisasi peralatan
dan material

II - 135

Sosial
Ekonomi
Budaya

Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat

Persepsi negatif dapat timbul


karena adanya sesuatu yang
dilihat atau didengar dianggap
akan merugikan kepentingannya.
Kebisingan, asap knalpot, debu,
kemacetan dan kekhawatiran jalan
rusak, merupakan hal yang
dikhawatirkan penduduk akan
mengurangi kenyamanan.

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

konstruksi

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,

Selama masa
konstruksi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 136

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
-

Penyiapan Lahan dan


Pembukaan Lahan

Pemeliharaan
sempadan (buffer zone)
dengan pemukiman
dan jalan raya

Keamanan dan
Ketertiban
Masyarakat

Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban di
masyarakat

Munculnya gangguan keamanan


dan ketertiban di masyarakat,
terutama di lingkungan kegiatan
perusahaan disebabkan oleh
ketidakpuasaan masyarakat
terhadap pengelolaan lingkungan
dari kegiatan mobilisasi alat berat
dan material konstruksi. Dampak
ini merupakan dampak turunan
dari sikap dan persepsi negatif
masyarakat terhadap perusahaan
yang dapat terakumulasi menjadi
sikap anarkis dan vandalisme.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Selama masa
konstruksi

Iklim mikro

Perubahan
iklim mikro
(peningkatan
temperatur
dan
penurunan
kelembaban)

Perubahan iklim mikro


disebabkan menurunnya ruang
terbuka hijau di tapak proyek
akibat kapasitas kalor spesifik
permukaan tanah menjadi lebih
rendah karena vegetasinya hilang
dan suhu permukaan menjadi

Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek
dan wilayah
sekitar proyek

3 tahun, selama
kegiatan
pembukaan dan
penyiapan lahan
berlangsung

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

lebih tinggi pada siang (kenaikan


albedo) dibandingkan dengan
keadaan sebelum dibuka. Sebagai
akibatnya, panas yang lebih tinggi
ini akan mengalir ke lokasi yang
sedikit menerima radiasi
matahari. Akhirnya bukan hanya
tanah yang hilang penutupnya
saja yang menerima panas tetapi
juga lokasi-lokasi sekitarnya

II - 137

-Pengaturan leveling
permukaan tanah,
aliran air lambat

Hidrologi

Peningkatan
aliran air
permukaan
(run off)

Pembersihan lahan dari tumbuhan


baik untuk kebun, sarana
prasarana, dan bangunan pabrik,
akan menyebabkan permukaan
tanah menjadi terbuka, tidak ada
tumbuhan yang dapat menahan
tetesan air hujan pada lahan yang
sudah terbuka, sehingga air hujan
akan lebih banyak yang dialirkan
dari kondisi sebelumnya.
Peningkatan air larian ini akan
berlangsung terus, selama
permukaan tanah masih terbuka.

Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek,
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
dan anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin

3 tahun, selama
kegiatan
pembukaan dan
penyiapan lahan
berlangsung

-Penanaman tanaman
penutup tanah (land
cover crop)
-Pembuatan saluran
drainase

Erosi dan
sedimentasi

Terjadinya
erosi dan
sedimentasi

Kegiatan pembukaan dan


penyiapan lahan akan berdampak
terhadap profil tanah yaitu
susunan horizon tanah, struktur
dan agregasi tanah sehingga poripori tanah lebih cenderung

Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek,
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
dan anak-anak
sungai di dalam

3 tahun, selama
kegiatan
pembukaan dan
penyiapan lahan
berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 138

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

menjadi pori aerasi (makro),


sebagai akibat sekundernya
adalah lemahnya ikatan antar
butiran tanah, sehingga mudah
hancur oleh pukulan air hujan,
mudahnya butiran tanah terbawa
oleh aliran air permukaan (run
off) akan menyebabkan erosi,
meningkatnya butiran tanah yang
terbawa kedalam air dapat
menyebabkan sedimentasi.
Pengaturan leveling
permukaan tanah,
aliran air lambat,
pembuatan drainase
pengendap

Kualitas air
permukaan

Penurunan
kualitas air
permukaan

Kegiatan pembukaan lahan dan


penyiapan lahan diperkirakan akan
menurunkan kualitas air
permukaan di sekitar lokasi
kegiatan, karena limpasan air
hujan akan membawa sedimen
(padatan tersuspensi) dari area
kegiatan ke sungai terdekat dan
terjadinya kekeruhan dan
peningkatan zat padat tersuspensi
tidak bisa dihindari karena adanya
aliran air permukaan secara
kontinyu. Tingginya kandungan
tersuspensi ini akan mengurangi
penetrasi cahaya/sinar matahari ke
dalam air sehingga mempengaruhi
regenerasi oksigen secara
fotosintesis. Diperkirakan

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin

Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,dan
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek

3 tahun, selama
kegiatan
pembukaan dan
penyiapan lahan
berlangsung

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

peningkatan kekeruhan dan


kandungan zat padat tersuspensi
yang akan terjadi sangat besar dan
akan mempengaruhi kualitas air
permukaan di wilayah studi.
Pencemaran air ini juga dapat
mengganggu kehidupan biota air.
-

II - 139

Ruang dan
lahan

Perubahan
fungsi ruang
dan lahan

Kondisi vegetasi eksisting areal


rencana perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit adalah
semak belukar yang diselingi
tegakan berupa tanaman hutan,
sisa penebangan kayu, dan
sebagian kecil areal tanaman dan
bibit kelapa sawit, akan berubah
menjadi kebun kelapa sawit
seluas sekitar 16.726,10 ha,
rencana pembangunan lahan
untuk tanaman inti 10.000 ha,
tanaman plasma 3.400 ha dan
3.326,10 ha area yang tidak bisa
ditanam

Disimpulkan
tidak menjadi
DPH, karena
sebagian lahan
yang tidak
sesuai dengan
peruntukkannya
tidak akan
dipakai (di
encluve),
meskipun
masuk kedalam
batas proyek
sesuai dengan
izin lokasi yang
telah diperoleh

Penurunan
kesuburan
tanah

Kegiatan pembukaan dan


penyiapan lahan untuk lokasi
rencana kebun sawit yang
dilakukan meliputi pembersihan
lahan berupa semak belukar,
pohon-pohon serta tanaman

Disimpulkan
tidak menjadi
DPH

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 140

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

penutup lainnya dan mendongkel


tunggul batang yang telah
ditebang. Dengan Sistem
Konservasi Tanah dan Air yang
akan diterapkan dalam kegiatan
tersebut akan mempertahankan
produktivitas/ sumber daya lahan.
Selain itu, dengan Sistem Penutup
Tanah Leguminosa (Legume
Cover Crop/atau LCC), berguna
untuk mencegah erosi permukaan,
menekan perkembangan gulma
yang sekaligus mengurangi
penyiangan, menambah bahan
organik dan cadangan unsur hara,
memperbaiki aerasi, kelembaban
tanah dan ketersediaan air untuk
tanaman.
-Pembukaan lahan
dilakukan secara
bertahap dengan
mempertahankan
koridor ruang gerak
fauna

Biologi

Hilangnya
tutupan
vegetasi dan
hilangnya
habitat fauna
darat

Pada saat melakukan pembukaan


dan penyiapan lahan akan
berdampak pada hilangnya
tutupan vegetasi darat di areal
tersebut terutama lahan hutan
yang ada. Hilangnya vegetasi
dalam skala yang relatif luas akan
mengganggu kondisi
keseimbangan ekosistem,
diantaranya hilangnya habitat
fauna tertentu baik dari jenis

Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek

3 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

mamalia, aves, reptilia dan


serangga. Kerusakan ataupun
musnahnya habitat fauna akan
mengakibatkan kepunahan hewan
terutama untuk satwa yang
mobilitasnya rendah, sedangkan
satwa dengan mobilitas tinggi
akan berpindah ke lokasi lain
yang lebih aman.
Pembukaan lahan
dilakukan secara
bertahap dengan
mempertahankan
koridor ruang gerak
fauna. Para pekerja
dilarang berburu hewan
liar yang ada di areal
lokasi PT. DBL

II - 141

Biologi

Terganggunya fauna
darat

Gangguan terhadap fauna


darat/satwamerupakan dampak
lanjutan dari terganggunya
vegetasi/flora di areal yang
dibuka. Kerusakan ataupun
musnahnya habitat fauna akan
mengakibatkan kepunahan hewan
terutama untuk satwa yang
mobilitasnya rendah, sedangkan
satwa dengan mobilitas tinggi
akan berpindah ke lokasi lain yang
lebih aman. Selain itu, suara
bising dari peralatan yang
digunakan menyebabkan fauna
yang menempati daerah tersebut
menjadi tergangggu, sehingga
fauna tersebut terdorong untuk
melakukan migrasi ke tempat yang
baru.

Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek
dimana
dilakukannya
pembukaan dan
penyiapan lahan

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 142

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
-Penanaman tanaman
penutup tanah (land
cover crop)
-Pembuatan saluran
drainase

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Biota air

Gangguan
terhadap
biota air

Terganggunya kehidupan biota air


merupakan dampak turunan dari
penurunan kualitas air permukaan
akibat kegiatan pembukaan dan
penyiapan lahan. Penurunan
kualitas air permukaan ini
disebabkan oleh meningkatnya
kandungan sedimen tersuspensi
yang masuk ke sungai melalui
aliran air permukaan dan erosi.

Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri, dan anakanak sungai di
dalam lokasi
tapak proyek
dan Teluk
Maffin

3 tahun, selama
kegiatan
pembukaan dan
penyiapan lahan
berlangsung

Sikap dan
persepsi
masyarakat

Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat

Kegiatan pembukaan dan


penyiapan lahan akan
menimbulkan respon negatif dari
masyarakat jika pengelolaan
kegiatan tersebut tidak dilakukan
dengan baik sehingga
menimbulkan pencemaran dan
kerusakan pada lingkungan
masyarakat sekitarnya. Hal ini
akan berdampak terhadap
kepercayaan masyarakat kepada
perusahaan

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Selama kegiatan
pembukaan lahan
berlangsung, 3
tahun

Kamtibmas

Timbulnya
gangguan
keamanan di

Gangguan keamanan di
lingkungan masyarakat mungkin
terjadi akibat ketidakpuasan

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang Selama kegiatan


berada di sekitar pembukaan lahan
lokasi kegiatan, berlangsung, 3

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

II - 143

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Kesehatan
masyarakat

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

lingkungan
sekitar tapak
proyek.

sebagian masyarakat terhadap


rencana kegiatan PT. DBL. Hal
ini dapat disebabkan oleh
pengelolaan lingkungan yang
tidak sesuai, dll. Adanya
gangguan kamtibmas ini
berpotensi menimbulkan konflik
antara masyarakat sekitar dan
pihak PT. DBL

Meningkatnya angka
kesakitan
(morbiditas)
akibat
meningkatnya populasi
nyamuk
malaria

Kegiatan penebangan pohon


menyebabkan terbuka lahan di
area yang dibuka. Lahan terbuka
ini menyebabkan terjadinya
perubahan iklim mikro di
kawasan tersebut, sehingga
meningkatkan pertumbuhan
populasi nyamuk malaria,
nyamuk malaria lebih menyukai
hidup pada lahan terbuka, berupa
semak, rawa, dll.

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

yaitu: Kampung tahun


Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Selama kegiatan
pembukaan lahan
berlangsung, 3
tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 144

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pembangunan sarana
dan prasaranakebun

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Penyiraman secara
berkala pada waktu
kegiatan dilakukan
pada musim kemarau

Pembuatan saluran
drainase dan saluran
air darurat di sekeliling
lokasi tapak proyek
serta kolam
pengendapan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Kualitas udara
dan
kebisingan

Penurunan
kualitas
udara dan
kebisingan

Kegiatan pembangunan sarana


Disimpulkan
dan prasarana kebun di lokasi
menjadi DPH
tapak proyek, meliputi pembuatan
saluran untuk menyalurkan air,
pelaksanaan konstruksi, pekerjaan
struktur jalan angkut meliputi
pekerjaan perkerasan badan jalan,
pembangunan jembatan,
basecamp dan lain sebagainya.
Kegiatan ini akan meningkatkan
kadar debu (TSP) dan kebisingan
di lokasi kegiatan dan sekitarnya,
terutama pada kegiatan
pembangunan jalan, jembatan
serta basecamp pada musim
kemarau. Dimana, pada lokasi
kegiatan terdapat permukiman
penduduk.

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

3 tahun selama
kegiatan
pembangunan
berlangsung

Hidrologi

Peningkatan
Air larian
(run off)

Pembersihan lahan dari tumbuhan Disimpulkan


baik untuk bangunan pabrik dan
menjadi DPH
sarana prasarana, akan
menyebabkan permukaan tanah
menjadi terbuka, tidak ada
tumbuhan yang dapat menahan
tetesan air hujan pada lahan yang
sudah terbuka, sehingga air hujan
akan lebih banyak yang dialirkan
dari kondisi sebelumnya.
Peningkatan air larian ini akan

Tapak proyek,
3 tahun
Sungai
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri, dan anakanak sungai di
dalam lokasi
tapak proyek
dan Teluk
Maffin

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

berlangsung terus, selama


permukaan tanah masih terbuka.

II - 145

Pembuatan saluran
drainase dan saluran
air darurat di sekeliling
lokasi tapak proyek
serta kolam
pengendapan

Kualitas air
permukaan

Penurunan
kualitas air
permukaan
akibat dari
Peningkatan
kandungan
padatan
tersuspensi
(TSS) di
badan air
penerima

Penurunan kualitas air permukaan


pada kegiatan pembangunan
sarana dan prasarana kebun
merupakan dampak turunan dari
adanya aliran air permukaan pada
lahan lokasi rencana yang
membawa sedimen tersuspensi
dan ceceran bahan dan material
yang masuk ke badan air
penerima di sekitar lokasi
perkebunan. Dampak kegiatan ini
cenderung meningkat pada musim
hujan dan berlangsung dalam
jangka waktu yang cukup lama.

Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai
3 tahun
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri, dan anakanak sungai di
dalam lokasi
tapak proyek
dan Teluk
Maffin

Pembuatan saluran
drainase dan saluran
air darurat di sekeliling
lokasi tapak proyek
serta kolam
pengendapan

Biota air

Gangguan
terhadap
keberadaan
biota air
akibat
penurunan
kualitas air
di badan air
penerima

Terganggunya kehidupan biota air


merupakan dampak turunan dari
penurunan kualitas air permukaan
akibat kegiatan pembangunan
sarana dan prasarana kebun yang
menyebabkan penurunan kualitas
air permukaan pada badan
perairan. Penurunan kualitas air
permukaan ini disebabkan oleh
meningkatnya kandungan
sedimen tersuspensi yang masuk
ke BAP melalui aliran air

Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri, dan anakanak sungai di
dalam lokasi
tapak proyek
dan Teluk
Maffin

3 tahun selama
kegiatan
pembangunan
berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 146

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

permukaan dan erosi.


-

Sosial Ekonomi
Budaya

Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat

Kegiatan pembangunan sarana


dan prasarana kebun, akan
menimbulkan respon negatif dari
masyarakat jika pengelolaan
kegiatan tersebut tidak dilakukan
dengan baik sehingga
menimbulkan pencemaran pada
lingkungan masyarakat
sekitarnya.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

3 tahun selama
kegiatan
pembangunan
berlangsung

Kamtibmas

Timbulnya
gangguan
keamanan di
lingkungan
sekitar tapak
proyek.

Gangguan keamanan di
lingkungan masyarakat mungkin
terjadi akibat ketidakpuasan
sebagian masyarakat terhadap
rencana kegiatan PT. DBL. Hal
ini dapat disebabkan oleh
pengelolaan lingkungan yang
tidak sesuai, dll. Adanya
gangguan kamtibmas ini
berpotensi menimbulkan konflik
antara masyarakat sekitar dan
pihak PT. DBL. Oleh karena itu,

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik

3 tahun selama
kegiatan
pembangunan
berlangsung

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

II - 147

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

dampak kegiatan termasuk


dampak penting hipotetik.

Tor Atas, Distrik


Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Fasilitas sosial
dan fasilitas
umum

Meningkatnya jumlah
fasos dan
fasum

Pembangunan sarana dan


Disimpulkan
prasarana kebun, terutama jalan
tidak menjadi
dan jembatan akan memberikan
DPH
dampak positif untuk aksesibilitas
penduduk di sekitar lokasi tapak
proyek. Namun demikian, akses
jalan yang dibangun pada
umumnya diperuntukkan untuk
kegiatan proyek dan terbatas bagi
karyawan proyek

Kesehatan
Masyarakat
dan Sanitasi
Lingkungan

Menurunnya
tingkat
kesehatan
masyarakat
dan sanitasi
lingkungan

Disimpulkan
Kegiatan ini akan meningkatkan
kadar debu (TSP) dan kebisingan tidak menjadi
DPH
di lokasi kegiatan dan sekitarnya
terutama pada kegiatan
pembangunan jalan, jembatan
serta basecamp pada musim
kemarau. Dampak ini akan
berdampak turunan terhadap
kesehatan dan sanitasi lingkungan
di sekitar lokasi kegiatan maupun
penduduk sekitar. Namun
demikian, karena kegiatan ini
berlokasi jauh dari permukiman
penduduk, maka diperkirakan
tidak akan berdampak berarti

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 148

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

terhadap kesehatan dan sanitasi


lingkungan.
5

Penanaman tanaman
kelapa sawit

Mengutamakan
Sikap dan
masyarakat lokal untuk persepsi
terlibat dalam kegiatan masyarakat
perusahaan

Keamanan dan
ketertiban
masyarakat

Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat

Kegiatan penanaman tanaman


kelapa sawit akan menimbulkan
respon negatif dari masyarakat
jika pengelolaan kegiatan tersebut
tidak dilakukan dengan baik
sehingga menimbulkan
pencemaran pada lingkungan
masyarakat sekitarnya.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Selama 3 tahun
pengembangan
kebun seluas
16.726,10 Ha

Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban di
masyarakat

Gangguan keamanan di
lingkungan masyarakat mungkin
terjadi akibat ketidakpuasan
sebagian masyarakat terhadap
rencana kegiatan PT. DBL. Hal
ini dapat disebabkan antara lain,
adanya pengelolaan lingkungan
yang tidak sesuai. Adanya
gangguan kamtibmas ini
berpotensi menimbulkan konflik
antara masyarakat sekitar dan

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan

Selama 3 tahun
pengembangan
kebun seluas
16.726,10 Ha

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

pihak PT. DBL.

Pemeliharaan tanaman
belum menghasilkan
(TBM)

II - 149

-Kegiatan pemeliharaan
tanaman belum
menghasilkan
dilakukan secara
terkendali, yaitu
penggunaan jumlah
dan jenis pupuk,
herbisida dan pestisida
sesuai dosis
-Pemberian pupuk,
herbisida maupun
pestisida pada musim
penghujan perlu
mendapatkan
perlakuan khusus
-Membuat saluran
drainase disekitar areal
kebun untuk
meminimalisir atau
mencegah masuknya
pupuk, herbisida atau
pestisida ke badan air
yang dibawa oleh
aliran air hujan

Kualitas air
permukaan

Penurunan
kualitas air
permukaan
(peningkatan
BOD, COD,
dan unsur
kimia
lainnya)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Kegiatan pemeliharaan tanaman


Kelapa Sawit yang belum
menghasilkan diperkirakan akan
menurunkan kualitas air
permukaan di sekitar lokasi
kegiatan, karena ceceran bekas
pupuk serta ceceran bahan-bahan
pertisida yang terbawa oleh
limpasan air hujan akan membawa
unsur-unsur kimia yang
terkandung dalam pupuk dan
pestisida dari area kegiatan ke
sungai terdekat dan terjadinya
peningkatan BOD dan COD serta
unsur-unsur kimia lainnya tidak
bisa dihindari karena adanya
aliran air hujan tersebut.
Diperkirakan terjadi peningkatan
kadar-kadar bahan unsur kimia
tertentu yang akan terjadi dan
akan mempengaruhi kualitas air
permukaan di wilayah studi.
Pencemaran air ini dapat
mengganggu kehidupan biota air.

Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai Timwah, Selama


Sungai Weuseh, operasional kebun
Sungai Brri, dan berlangsung
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 150

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Pemupukan dan
penggunaan pestisida
dilakukan sesuai dosis

-Kegiatan pemeliharaan
tanaman belum
menghasilkan
dilakukan secara
terkendali, yaitu
penggunaan jumlah
dan jenis pupuk,
herbisida dan pestisida
sesuai dosis
-Pemberian pupuk,
herbisida maupun

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Kualitas air
tanah

Penurunan
kualitas air
tanah

Kegiatan pemeliharaan tanaman


Kelapa Sawit yang belum
menghasilkan diperkirakan
berdampak terhadap kualitas air
tanah yang tercemar akibat
kegiatan pemeliharaan TBM yang
menggunakan pupuk, pestisida
maupun herbisida yang meresap
dan masuk menuju akuifer tanah.
Pemeliharaan dilakukan kurang
lebih selama 6 tahun sesuai
dengan rencana penanaman.
Dengan jangka waktu tersebut,
maka terdapat kemungkinan akan
mempengaruhi kualitas air tanah
dimana di lokasi rencana tapak
proyek juga terdapat permukiman
penduduk.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang Selama


berada di sekitar operasional kebun
lokasi kegiatan, berlangsung
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Biota air

Gangguan
terhadap
biota air

Dampak kegiatan pemeliharaan


TBM merupakan dampak turunan
dari penurunan kualitas air
permukaan. Hal ini terutama
disebabkan oleh kandungan kimia
dari bahan pupuk dan pestisida
yang masuk ke badan air
penerima dan meracuni serta
menyebabkan kematian pada
biota air di perairan di sekitar
lokasi kegiatan.

Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai Timwah, Selama


Sungai Weuseh, operasional kebun
Sungai Brri, dan berlangsung
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
pestisida pada musim
penghujan perlu
mendapatkan
perlakuan khusus
-Membuat saluran
drainase disekitar areal
kebun untuk
meminimalisir atau
mencegah masuknya
pupuk, herbisida atau
pestisida ke badan air
yang dibawa oleh
aliran air hujan
-

II - 151

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Sikap dan
persepsi
masyarakat

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat

Evaluasi Dampak Potensial

Kegiatan pemeliharaan tanaman


belum menghasilkan akan
menimbulkan respon negatif dari
masyarakat jika pengelolaan
kegiatan tersebut tidak dilakukan
dengan baik sehingga
menimbulkan pencemaran pada
lingkungan masyarakat
sekitarnya.

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Disimpulkan
menjadi DPH

Wilayah Studi

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Batas Waktu
Kajian

Selama 3 tahun
pengembangan
kebun seluas
16.726,10 Ha

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 152

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pematangan lahan dan


pondasi PKS

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Keamanan dan
ketertiban
masyarakat

Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban di
masyarakat

Kegiatan pemeliharaan tanaman


Disimpulkan
belum menghasilkan akan
menjadi DPH
berdampak terhadap penurunan
kualitas air permukaan, air tanah,
gangguan terhadap biota air.
Apabila tidak dikelola dengan
baik dan benar akan menimbulkan
sikap dan persepsi negatif
masyarakat terhadap kegiatan
yang dilakukan. Hal ini akan
berdampak lanjutan terhadap
timbulnya gangguan keamanan
dan ketertiban terhadap
pelaksanaan kegiatan maupun
lingkungan masyarakat sekitar

mpung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Selama 3 tahun
pengembangan
kebun seluas
16.726,10 Ha

Kualitas
Udara ambient

Penurunan
Kualitas
udara dan
kebisingan

Kegiatan pematangan lahan


Disimpulkan
dengan menggunakan alat berat,
menjadi DPH
juga didalamnya terdapat kegiatan
gali timbun, diprakirakan akan
menyebabkan menurunnya
kualitas udara (peningkatan CO,

Lokasi rencana
pabrik

Selama kegiatan
pematangan lahan
untuk lokasi
pabrik, 6 bulan

SOx, NOx, sebaran debu


lokal/TSP) dan meningkatnya

kebisingan. Kegiatan ini terutama


akibat peningkatan kandungan
TSP dan kebisingan di lokasi
kegiatan
-

Hidrologi

Peningkatan

Kegiatan pematangan lahan untuk Disimpulkan

Sungai Timwah, Selama kegiatan

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

II - 153

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Erosi dan
Sedimentasi

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Air larian
(run off)

rencana lokasi pembangunan


menjadi DPH
pabrik pengolahan kelapa sawit
akan merubah tutupan lahan yang
akan mengakibatkan perubahan
koefisien air larian yang
selanjutnya mempengaruhi debit
air larian di tapak proyek dan
infiltrasi air hujan. Peningkatan
run off ini akan mempengaruhi
debit aliran badan air penerima
wilayah daerah di sebelah hilirnya

Sungai Weuseh, pematangan lahan


Sungai Brri, dan untuk lokasi
anak-anak
pabrik, 6 bulan
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin

Meningkatnya erosi
tanah akibat
aliran air
permukaan
(run off
water)

Pada saat pekerjaan pematangan


Disimpulkan
lahan biasanya dilakukan
menjadi DPH
pengupasan tanah permukaan
pada bagian yang lebih tinggi
kemudian ditimbunkan pada
daerah yang lebih rendah. Akibat
penggalian, pemotongan, perataan
dan pengurugan tanah, maka
tekstur lapisan tanah menjadi
rusak atau hancur serta terjadi
perubahan posisi lapisan tanah.
Akibat kerusakan struktur tanah
lapisan permukaan menjadi
gembur, tidak padat dan kurang
padu dan meningkatkan air larian
terutama pada saat terjadi hujan,
maka akan menimbulkan adanya
kandungan tanah yang terikut

-Tapak proyek
-Sungai
Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Brri,
dan anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin

Selama kegiatan
pematangan lahan
untuk lokasi
pabrik, 6 bulan

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 154

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

dengan aliran air larian (run off)


-

Kualitas air

Penurunan
kualitas air
permukaan
akibat
peningkatan
kandungan
TSS di
badan air
penerima

Kegiatan pematangan lahan untuk Disimpulkan


lokasi rencana pabrik pengolahan menjadi DPH
kelapa sawit dengan melakukan
pengurugan dan pemadatan tanah
akan menurunkan lahan resapan
air sehingga meningkatkan aliran
air permukaan. Bersama aliran air
permukaan ini akan terbawa
sedimen tersuspensi (TSS) yang
akan masuk menuju badan air
penerima atau sungai di sekitar
lokasi pabrik sehingga akan
menurunkan kualitas badan air
penerima. Tingginya kandungan
tersuspensi ini akan mengurangi
penetrasi cahaya/sinar matahari ke
dalam air sehingga mempengaruhi
regenerasi oksigen secara
fotosintesis

Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Brri, dan
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin

Selama kegiatan
pematangan lahan
untuk lokasi
pabrik, 6 bulan

Berkurangnya tutupan
vegetasi
darat dan
terganggunya
keberadaan
fauna darat

Kegiatan pematangan lahan untuk Disimpulkan


lokasi pabrik pengolahan sawit
tidak menjadi
akan menghilangkan tegakan
DPH
vegetasi yang ada di lokasi tapak
proyek. Lokasi pabrik yang
direncanakan terletak di sekitar
sungai besar kemungkinan
memiliki tingkat keanekaragaman
flora dan fauna yang cukup tinggi.

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Dengan hilangnya berbagai jenis


flora ini akan mengakibatkan
terganggunya keberadaan satwa
liar di habitat tersebut. Namun
dengan luas lahan pabrik sekitar
20 ha sehingga perubahan yang
terjadi sangat kecil sekali
-

Pembangunan pabrik
pengolahan Kelapa
Sawit (PKS)

II - 155

Kualitas udara
ambient

Terganggunya biota air

Dengan menurunnya kualitas air,


diprakirakan kehidupan biota air
dapat terganggu.

Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Brri, dan
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin

Selama kegiatan
pematangan lahan
untuk lokasi
pabrik, 6 bulan

Penurunan
Kualitas
udara dan
kebisingan

Pekerjaan konstruksi pabrik,


pemasangan alat proses produksi,
pembuatan instalasi pengolahan
air limbah (IPAL) dan lain
sebagainya. Kegiatan ini meliputi
pemasangan pondasi bangunan,
kerangka dan struktur bangunan
serta mesin-mesin produksi yang
juga menggunakan berbagai alat
berat. Kegiatan ini dilakukan pada
lahan seluas 20 ha dan terletak
dekat dengan permukiman
penduduk. Kampung terdekat
dengan lokasi pabrik, yaitu

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur

2 tahun, selama
kegiatan
pembangunan
pabrik
pengolahan
kelapa sawit
(PKS)
berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 156

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Kampung Arare berjarak 5 km


dari lokasi kegiatan. Oleh karena
itu, diperkirakan dampak kegiatan
terhadap penurunan kualitas udara
ini termasuk penting.

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

dan Pantai
Timur Barat

Pembuatan saluran
drainase dan kolam
pengendapan di
sekeliling lokasi
rencana kegiatan

Kualitas air

Penurunan
kualitas air
permukaan
dengan
meningkatnya
kandungan
TSS, BOD
dan COD

Pembangunan Pabrik Kelapa


Sawit (PKS) diperkirakan akan
menurunkan kualitas air
permukaan di sekitar lokasi
kegiatan, karena ceceran bahan
dan material bangunan yang
terbawa oleh limpasan air hujan
ke sungai terdekat sehingga
meningkatkan kandungan BOD
dan COD serta unsur-unsur kimia
lainnya. Dengan jangka waktu
pembangunan yang cukup lama,
yaitu 18 24 bulan dan letak
rencana pabrik yang harus dekat
dengan sungai

Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai Timwah, 3 tahun


Sungai Weuseh,
Sungai Birri, dan
anak-anak sungai
di dalam lokasi
tapak proyek dan
Teluk Maffin

Biota air

Terganggunya biota air

Dengan menurunnya kualitas air,


diprakirakan kehidupan biota air
dapat terganggu.

Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai Timwah, 3 tahun


Sungai Weuseh,
Sungai Birri, dan
anak-anak sungai
di dalam lokasi
tapak proyek dan
Teluk Maffin

Sosial Ekonomi

Timbulnya

Kegiatan pembangunan PKS akan

Disimpulkan

Kampung yang

2 tahun, selama

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Budaya

II - 157

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat

menimbulkan respon negatif dari


masyarakat jika pengelolaan
kegiatan tersebut tidak dilakukan
dengan baik sehingga
menimbulkan pencemaran pada
lingkungan masyarakat
sekitarnya. Terutama dampak
kegiatan terhadap kualitas udara
dan kebisingan.

menjadi DPH

berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

kegiatan
pembangunan
pabrik
pengolahan
kelapa sawit
(PKS)
berlangsung

Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat
(Kamtibmas)

Dari persepsi negatif masyarakat, Disimpulkan


dapat berkembang menjadi
menjadi DPH
ketidaksenangan, kemudian
secara psychologis timbul
kebencian dan dapat menjadi
konflik. Hal ini menimbulkan rasa
tidak aman bagi para pekerja dan
demikian pula penduduk setempat
lainnya.

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur

2 tahun, selama
kegiatan
pembangunan
pabrik
pengolahan
kelapa sawit
(PKS)
berlangsung

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 158

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

dan Pantai
Timur Barat
III
1

Tahap Operasi/Produksi
Penerimaan dan
mobilisasi tenaga kerja

Pembuatan saluran
drainase, septic tank
dan grease trap di
lokasi kebun dan
pabrik, terutama kantor
dan perumahan
karyawan

Kualitas air
permukaan

Penurunan
kualitas air
permukaan
(peningkatan
kandungan
TDS,
penurunan
DO,
peningkatan
kandungan
BOD, COD,
H2S, fosfat,
ammoniak,
nitrit dan
nitrat akibat
limbah
domestik)

Penerimaan tenaga kerja


berjumlah lk. 870 1.450 orang
untuk operasional kebun dan
pabrik, akan menghasilkan limbah
domestik padat maupun cair yang
dapat mencemari kualitas air di
sekitar perumahan dan lokasi
pabrik. Limbah domestik dari
aktivitas karyawan dapat
menurunkan sanitasi lingkungan
dan kualitas air permukaan.
Begitu pula dengan limbah cair
berupa grey water yang dialirkan
melalui saluran drainase menuju
badan air penerima. Dengan
adanya limbah cair domestik ini
akan menambah zat pencemar
bagi badan air penerima.

Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
mencakup
sebaran limbah
cair domestik
sejauh 750 m ke
arah hilir dari
saluran
pembuangan
limbah cair
domestik base
camp dan
emplasement

2 tahun

Perubahan
ruang, lahan
dan multiplier
effect

Perubahan
ruang dan
lahan
(tumbuhnya
multiplier
Effect dan
pengembang

Meningkatnya aktifitas
operasional kebun menimbulkan
terbukanya sumber mata
pencaharian masyarakat dengan
adanya kesempatan kerja pada
saat operasional kebun yang
sudah berjalan dengan perekrutan

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,

5 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pembuatan saluran
Biota Air
drainase dan septic
tank di lokasi
basecamp dan
emplasement karyawan

II - 159

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

an wilayah)

lk. 1.000 orang. Jumlah tersebut


belum termasuk tenaga kerja
sebagai kontraktor, suplayer dan
yang terlibat dalam sector
informal lainnya sebagai
komponen multiplier effect yang
jumlahnya jauh lebih banyak juga
terikut beraktifitas. Keberadaan
dan operasional PT. DBL
mendukung dalam perkembangan
wilayah dengan multiplier effect
yang ditimbulkannya tersebut
terjadi peningkatan aktifitas
perekonomian, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan
Pemerintah Daerah dan
masyarakat, dengan demikian
dikategorikan dampak penting

Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Terganggunya
keberadaan
biota air

Terganggunya kehidupan biota air Disimpulkan


merupakan dampak turunan dari
menjadi DPH
penurunan kualitas air permukaan
akibat limbah yang dihasilkan
dari kegiatan/aktivitas tenaga
kerja perkebunan dan PKS.
Dampak terhadap kualitas air
merupakan dampak penting
hipotetik, maka dampak kegiatan
terhadap keberadaan biota air juga
merupakan dampak penting

Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
mencakup
sebaran limbah
cair domestik
sejauh 750 m ke
arah hilir dari
saluran
pembuangan
limbah cair

Batas Waktu
Kajian

2 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 160

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

hipotetik

Sosial
Ekonomi

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

domestik base
camp dan
emplasement

Peningkatan
jumlah
penduduk

Dari 870 1.450 orang pegawai


yang diterima bekerja di PT.
DBL, diperkirakan sekitar 50%
berasal dari luar Distrik Patai
Timur dan Pantai Timur Barat,
sebagian diantaranya membawa
serta anggota keluarganya.
Penduduk pendatang ini akan
manambah tingkat kepadatan
Distrik Patai Timur dan Pantai
Timur Barat atau kampung
disekitarnya selama perusahaan
beroperasi.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

3 tahun

Terbukanya
kesempatan
kerja

Tenaga kerja yang akan diterima


Disimpulkan
menjadi pekerja di PT. DBL
menjadi DPH
berjumlah sekitar 870 1.450
orang. Penghasilan yang akan
diterima minimal sesuai dengan
UMR Papua, pendapatan ini
sangat berarti bagi penduduk yang
sebelumnya tidak mendapat
penghasilan seperti ini.

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,

3 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
-

Sikap dan
persepsi
masyarakat

II - 161

Perubahan
pola
kebiasaan
masyarakat

Adanya tenaga kerja pendatang


yang bekerja pada tahap operasi
sekitar 870 1.450orang akan
berinteraksi dengan pekerja
penduduk lokal yang adat
istidatnya berbeda. Pembauran
penduduk dengan latar budaya,
adat kebiasaan yang berbeda,
akan saling mempengaruhi.
Dalam kurun waktu kegiatan 24
36 bulan, pola adat kebiasaan
masing-masing akan mencapai
keseimbangan, dimana pendatang
dapat menyesuaikan dengan pola
adat kebiasaan setempat dan
penduduk lokal dapat menerima
pola adat kebiasaan pendatang.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

3 tahun

Timbulnya
Persepsi
negatif

Sikap dan persepsi masyarakat


akan menjadi positif pada saat
salah satu anggota keluarganya
diterima menjadi tenaga kerja.
Namun sikap dan persepsi ini
akan dapat menjadi negatif bagi

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 162

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

penduduk yang tidak dilibatkan


dalam kegiatan proyek.

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Timbulnya
gangguan
kamtibmas

Gangguan
keamanan

Penerimaan tenaga kerja operasi


perkebunan dan PKS dapat menimbulkan kecemburuan sosial
bagi penduduk lokal yang tidak
dapat bekerja. Disamping itu
adanya pekerja pendatang dengan
latar budaya yang tidak sama
dengan penduduk lokal, dapat
menjadi penyebab terjadinya
konflik dengan penduduk lokal.
Kecemburuan sosial dan
perbedaan budaya dapat
berkembang menja di konflik
fisik, manakala muncul
pemicunya, sehingga terjadi
gangguan keamanan.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

3 tahun

Fasos dan
Fasum

Peningkatan
jumlah fasos
dan fasum

Peningkatan kebutuhan fasilitas


lingkungan merupakan dampak
turunan dari peningkatan jumlah

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,

3 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

penduduk dari adanya penerimaan


tenaga kerja yang berasal dari luar
lokasi tapak proyek.
Bertambahnya penduduk tentunya
akan menuntut peningkatan
berbagai fasilitas lingkungan
seperti fasilitas peribadatan,
pendidikan, hiburan dan jalan.
Keberadaan tenaga kerja
pendatang ini juga dapat
menimbulkan kegiatan ikutan
seperti keberadaan warungwarung yang menyediakan
kebutuhan sehari-hari bagi
pendatang maupun penduduk
lokal. Dengan demikian dampak
termasuk dampak penting
hipotetik.
Kesehatan
masyarakat

II - 163

Penurunan
kualitas
sanitasi
lingkungan

Adanya penerimaan tenaga kerja


akan meningkatkan jumlah
permukiman penduduk di sekitar
lokasi kegiatan, sehingga sanitasi
lingkungan dapat menurun dari
aktivitas dan pola hidup tenaga
kerja pendatang tersebut. Dengan
jumlah tenaga kerja pendatang
cukup banyak dengan masa kerja
cukup lama, akan menimbulkan

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang 3 tahun


berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 164

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

limbah padat dan limbah cair


domestik cukup banyak, sehingga
akan berpotensi menjadi tempat
perkembangbiakan vektor
penyakit.
2

Pemeliharaan tanaman
menghasilkan (TM)

-Kegiatan pemeliharaan
tanaman menghasilkan
dilakukan secara
terkendali, yaitu
penggunaan jumlah
dan jenis pupuk,
herbisida dan pestisida
sesuai dosis dan
penyemprotan tidak
dilakukan pada lokasi
yang berbatasan
dengan badan air
penerima
-Pemberian pupuk,
herbisida maupun
pestisida pada musim
penghujan perlu
mendapatkan
perlakuan khusus
-Membuat saluran
drainase disekitar areal
kebun untuk
meminimalisir atau

Air
permukaan

Penurunan
kualitas air
permukaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman


menghasilkan (TM) diperkirakan
akan menurunkan kualitas air
permukaan di sekitar lokasi
kegiatan, karena ceceran pupuk
serta bahan-bahan pertisida yang
terbawa oleh limpasan air hujan
masuk ke sungai terdekat.
Masuknya kandungan pupuk ke
badan air penerima akan
menyebabkan meningkatnya
kandungan TDS, penurunan DO,
peningkatan kandungan BOD,
COD, H2S, fosfat, ammoniak,
nitrit dan nitrat serta unsur-unsur
kimia dari pestisida tidak bisa
dihindari karena adanya aliran air
hujan tersebut. Diperkirakan
terjadi peningkatan kadar-kadar
bahan unsur kimia tertentu yang
akan terjadi dan akan menurunkan
kualitas air permukaan di wilayah
studi

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH

Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin

3 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
mencegah masuknya
pupuk, herbisida atau
pestisida ke badan air
yang dibawa oleh
aliran air hujan
Kegiatan pemeliharaan
tanaman menghasilkan
dilakukan secara
terkendali, yaitu
penggunaan jumlah dan
jenis pupuk, herbisida
dan pestisida sesuai
dosis

II - 165

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Kualitas air
tanah

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Penurunan
kualitas air
tanah

Evaluasi Dampak Potensial

Kegiatan pemeliharaan tanaman


menghasilkan (TM) diperkirakan
berdampak terhadap kualitas air
tanah yang tercemar akibat
kegiatan pengendalian hama dan
penyakit tanaman dengan
menggunakan pupuk, pestisida
maupun herbisida yang meresap
dan masuk menuju akuifer tanah.
Pembibitan dilakukan kurang
lebih selama 10 12 bulan dan
pemeliharaan tanaman sawit
dilakukan dalam jangka waktu 24
36 bulan atau hingga tanaman
sawit siap dipanen. Dengan
jangka waktu tersebut, maka
terdapat kemungkinan tersebut
akan mempengaruhi kualitas air
tanah dimana di lokasi rencana
tapak proyek juga terdapat
permukiman penduduk. Oleh
sebab itu, kegiatan ini
diperkirakan berdampak penting
hipotetik.

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Disimpulkan
menjadi DPH

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Tapak proyek
3 tahun
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 166

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Penggunaan pupuk dan
pestisida sesuai dosis

-Penggunaan pupuk dan


pestisida sesuai dosis
dan penyemprotan
tidak dilakukan pada
lokasi yang berbatasan
dengan badan air
penerima

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Kesuburan
Tanah

Penurunan
kesuburan
Tanah

Pada kegiatan pemeliharaan


tanaman menghasilkan (TM)
salah satunya dilakukan kegiatan
pemberian pupuk urea, RP, MOP
dan HGFB pada tanaman sawit.
Hal ini akan meningkatkan
kesuburan tanah di dalam lokasi
tapak proyek. meskipun dampak
tergolong positif, namun kegiatan
ini akan berlangsung lk. 25 tahun,
dalam jangka waktu yang relatif
lama, dampak pupuk yang tujuan
awalnya adalah untuk
meningkatkan kesuburan, karena
kondisi lingkungan tertentu yang
berubah, bisa menjadi
berpengaruh sebaliknya, yaitu
dapat menurunkan kesuburan dan
dapat menumbuhkan jenis hama
yang lain.

Disimpulkan
menjadi DPH

Biologi

Terganggunya biota air

Terganggunya kehidupan biota air Disimpulkan


merupakan dampak turunan dari
menjadi DPH
penurunan kualitas air permukaan
akibat kegiatan pemeliharaan
tanaman. Penurunan kualitas air
permukaan ini terutama
disebabkan oleh meningkatnya
kandungan TDS, penurunan DO,
peningkatan kandungan BOD,
COD, H2S, fosfat, ammoniak,

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Tapak proyek

5 tahun

Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin

3 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

nitrit dan nitrat serta unsur-unsur


kimia dari pestisida tidak bisa
dihindari karena adanya aliran air
hujan tersebut.
3

Pemanenandan
perkiraan hasil

II - 167

Prioritas perekrutan
tenaga kerja lokal
setempat

Sosial
ekonomi
masyarakat

Terbukanya
kesempatan
kerja bagi
penduduk
lokal
setempat

Kegiatan pemanenan hasil kebun


sawit membutuhkan tenaga kerja
yang cukup banyak pada
musimnya. Tenaga kerja
pemanenan ini umumnya dapat
dilakukan oleh tenaga kerja lokal
baik yang berstatus BHL maupun
karyawan tetap. Namun demikian,
untuk tenaga kerja pemanenan
direkrut pada saat tahap kegiatan
penerimaan tenaga kerja. Oleh
karena itu pada saat pemanenan
tidak akan dilakukan lagi
perekrutan tenaga kerja

Disimpulkan
tidak menjadi
DPH oleh karena
perekrutan tenaga
kerja akan
dilakukan pada
saat tahap
kegiatan
penerimaan
tenaga kerja,
sehingga pada
saat pemanenan
tidak dilakukan
lagi penerimaan
tenaga kerja

Kesehatan
masyarakat

Penurunan
sanitasi
lingkungan

Kegiatan pemanenan hasil kebun Disimpulkan


sawit akan menghasilkan limbah
menjadi DPH
padat, berupa kayu, pelepah dan
gulma. Limbah padat tersebut
diperkirakan dalam setahun setiap
satu hektar perkebunan kelapa
sawit rata-rata menghasilkan
limbah pelepah daun sebanyak
10,4 ton bobot kering (Fauzi et al.
2008). Jika limbah tersebut tidak

Tapak proyek

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 168

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

dikelola akan menurunkan


sanitasi terhadap lingkungan.
4

Pengangkutan hasil
(TBS & CPO)

Kualitas
Udara

Penurunan
kualitas
udara dan
kebisingan

Kegiatan pengangkutan hasil


Disimpulkan
panen (TBS) dengan
menjadi DPH
menggunakan dump truck dari
lokasi kebun ke lokasi pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS)
akan menyebabkan material tanah
seperti debu akan terangkat dan
berterbangan di lokasi kebun dan
di sepanjang jalan mulai dari
kebun sampai ke lokasi pabrik.
Tingginya kadar debu di udara
akan mengganggu kesehatan
manusia yang terkena dampak
langsung secara terus menerus
dalam waktu yang lama.
Kegiatan pengangkutan TBS
menggunakan dump truck akan
menimbulkan kebisingan dari
mesin-masin dum truck yang
digunakan. Lalu lintas kendaraan
angkut TBS akan melalui
permukiman penduduk di sekitar
lokasi tapak proyek. Berdasarkan
hasil studi diketahui bahwa
tingkat kebisingan yang timbul
dari mesin kendaraan truck dapat
mencapai (Environmental Data

Tapak proyek
3 tahun
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

Book, 1992) adalah 108 dBA pada


sumbernya. Sehingga
diperkirakan pada jalur
permukiman yang dilalui akan
melebihi baku mutu tingkat
kebisingan untuk permukiman
sebesar 55 dBA. Beberapa
permukiman di kampungkampung di dalam lokasi tapak
proyek terletak berbatasan dengan
jalan umum yang juga akan
digunakan untuk pengangkutan
TBS dan CPO.
-

II - 169

Transportasi/
Lalu lintas

Tergangguny
a kelancaran
arus lalu
lintas jalan
umum

Kegiatan pengangkutan TBS dari


lokasi kebun ke lokasi pabrik
diprakirakan dapat minimbulkan
dampak terhadap lingkungan
hidup berupa terganggunya
kelancaran lalu lintas akibat
peningkatan jumlah arus lalu
lintas jalan oleh armada
pengangkutan TBS. Namun
demikian, fasilitas jalan yang
digunakan adalah milik
perusahaan dan berada di dalam
kawasan kebun serta volume arus
lalu lintas kendaraan di lokasi
proyek masih sangat rendah.
Kegiatan pengangkutan CPO

Disimpulkan
TIDAK menjadi
DPH

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 170

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

dipasarkan terutama untuk pasar


dalam negeri dan diangkut dari
lokasi pabrik menuju pelabuhan
di Kota Sarmi diprakirakan dapat
minimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup berupa
terganggunya kelancaran lalu
lintas akibat peningkatan jumlah
arus lalu lintas jalan oleh armada
pengangkutan CPO. Namun
demikian, volume arus lalu lintas
di Sarmi saat ini masih sangat
rendah dan tidak adanya
kemacetan lalu lintas,
diperkirakan tidak akan
terpengaruh oleh kegiatan
pengangkutan CPO.
-

Kualitas jalan

Peningkatan
kerusakan
jalan

Meningkatnya mobilitas truk


sebagai kendaraan pengangkut
hasil (TBS dan CPO) selama
tahap operasional diperkirakan
akan berdampak terjadinya
kerusakan ruas jalan umum.
Kondisi jalan sebagian besar telah
diaspal namun ada sebagian jalan
yang berlubang. Kondisi jalan
penghubung dari kampung ke
kampung lainnya kondisinya
masih jalan tanah.

Disimpulkan
menjadi DPH

Sepanjang jalan
yang dilalui
kendaraan
pengangkut
TBS dan CPO

3 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Proses pengolahan
kelapa sawit dan inti
sawit

II - 171

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

-Pemeliharaan mesin
produksi
-Menyediakan alat
pelindung diri bagi
pekerja
-Menyediakan ruang
terbuka hijau disekitar
lokasi pabrik

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Kualitas udara
ambient

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Sikap dan
Persepsi
Masyarakat

Kegiatan pengangkutan hasil


produksi CPO dipasarkan
terutama untuk pasar dalam
negeri dan diangkut dari lokasi
pabrik menuju pelabuhan di Kota
Sarmi melalui jalan umum yang
digunakan masyarakat. Dengan
perkerasan berupa tanah dan
beberapa diantara aspal namun
jika dilalui kendaraan berat akan
mudah rusak.

Disimpulkan
menjadi DPH

Sepanjang jalan 2 tahun


yang dilalui
kendaraan
pengangkut CPO

Penurunan
Kualitas
Udara dan
Kebisingan

Pada saat proses pengolahan


kelapa sawit dan pengolahan inti
sawit di pabrik dengan melalui
berbagai tahap pengolahan akan
menimbulkan limbah/cemaran
udara berasal dari pembakaran
solar dari generating set,
pembakaran cangkang sawit dan
tandan kosong kelapa sawit dari
unit boiler PLTU akan
mengeluarkan emisi gas buang
berupa kandungan CO, SOx,
NOx, TSP. Emisi gas buang
tersebut dapat menurunkan
kualitas udara ambient di lokasi
pabrik dan sekitarnya dan akan
dapat terpapar pada penduduk
atau masyarakat yang tinggal di
sekitar pabrik, terutama karyawan

Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

3 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 172

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

yang tinggal di perumahan pabrik.


Uap minyak pada proses
pemanasan, dapat tersebar, dan
menimbulkan bau. Dampak ini
akan berlangsung selama kegiatan
operasional pabrik berlangsung.
Disamping itu suara bising dari
mesin mesin dan peralatan yang
digunakan dapat terdengar
beberapa ratus meter disekitar
lokasi pabrik. Kegiatan
pengolahan kelapa sawit dan inti
sawit dengan beroperasinya alatalat pengolahan berpotensi
menimbulkan dampak timbulnya
peningkatan kebisingan.
Meskipun jarak lokasi pabrik jauh
(> 500 meter dari perumahan
karyawan dan jauh dari kampung
terdekat, namun kebisingan ini
dapat menyebabkan gangguan
pendengaran bagi karyawan yang
bekerja di lokasi pabrik.
Efisiensi penggunaan
air dengan melakukan
reuse air limbah yang
telah diolah pada unit
IPAL

Kuantitas air
permukaan

Penurunan
debit air
sungai

Kegiatan pengolahan kelapa sawit Disimpulkan


dengan kapasitas 60 ton/jam
menjadi DPH
memerlukan kapasitas air dalam
jumlah yang sangat besar untuk
proses-proses pada press station,
hidrocyclone, vacum injector,

Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
dan Sungai Birri

5 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

bearing collector fan bearing,


underfurnace, turbo alternator,
klarifikasi, pencucian pabrik serta
kantor dan perumahan . Untuk
kebutuhan proses produksi CPO
diperlukan air sebanyak lk. 1,25
m3 untuk setiap ton produk.
Dengan kapasitas produksi
sebesar 60 ton/jam, maka
diperlukan air sebanyak 75
m3/jam dan dengan jam
operasional pabrik selama 20 jam,
maka dalam sehari diperlukan air
sebanyak 150 m3/hari. Sementara
itu untuk operasional domestik
diperlukan air besih sebesar lk.
150 m3/hari. Air ini bersumber
dari air permukaan yang terdapat
di sekitar lokasi pabrik. Sehingga
dengan debit pengambilan yang
cukup besar ini akan
mempengaruhi debit air
permukaan sebagai sumber air.
- Penerapan instalasi
pengolahan air
limbah (IPAL) dan
Land Application
(LA)
- Pembangunan
II - 173

Kualitas air
permukaan

Penurunan
kualitas air
permukaan

Pembuangan air limbah dari


kegiatan proses pengolahan
kelapa sawit ke badan air
penerima yang telah diolah di
IPAL akan menyebabkan
penurunan kualitas air sungai

Disimpulkan
menjadi DPH

Bagian hilir
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
dan Sungai
Birri.

2 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 174

No.

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
saluran drainase dan
saluran limbah secara
terpisah di seluruh
lahan pabrik

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

tersebut khususnya karena


peningkatan kandungan parameter
BOD, COD, TSS, Minyak dan
Lemak, total N serta pH.
Penurunan kualitas air badan air
penerima ini dikhawatirkan akan
menurunkan daya dukung dan
daya tampung sungai tersebut.

- Penerapan instalasi
pengolahan air
limbah (IPAL) dan
Land Application
(LA)
- Pembangunan
saluran drainase dan
saluran limbah secara
terpisah di seluruh
lahan pabrik

Biota air

Terganggunya biota air

Dengan menurunnya kualitas air,


kehidupan biota air di badan air
penerima diprakirakan akan
terganggu, sehingga biota air di
aliran badan air tersebut akan
berkurang jumlah dan jenisnya.

Disimpulkan
menjadi DPH

Bagian hilir
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
dan Sungai
Birri.

2 tahun

Kesehatan
masyarakat

Penurunan
sanitasi
lingkungan
akibat
timbulan
limbah
kegiatan
produksi

Pada proses pengolahan kelapa


sawit dan inti sawit dari mulai
bahan baku akan menimbulkan
berbagai jenis limbah, antara lain
tandan kosong, cangkang, sabut
halus, abu sisa pembakaran
cangkang dan sabut halus dari
ketel (boiler) serta sludge/cake
dari unit IPAL serta limbah cair,
dsb. Limbah-limbah ini pada
umumnya disimpan di tempat

Disimpulkan
menjadi DPH

Lokasi
penyimpanan
limbah proses
produksi pabrik

2-3 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

terbuka dan dalam jangka waktu


lama dapat menimbulkan polusi
udara dan bau yang menyengat.
Selain itu, tumpukan limbah ini
akan menimbulkan kesan
lingkungan yang kumuh dan
dapat menjadi sumber penyakit
6

Pengoperasian boiler

II - 175

- Pembangunan
cerobong pengendali
emisi gas buang dari
unti pembakaran
boiler
- Penggunaan wet
scrubber pada unit
cerobong boiler

Kualitas udara
ambient

Penurunan
Kualitas
Udara dan
Kebisingan

Sebaran gas SO2, dan partikulat


Disimpulkan
yang berasal dari kegiatan
menjadi DPH
pembakaran bahan bakar boiler
(cangkang sawit dan tandan
kosong kelapa sawit). Sebaran
partikulat akan mudah dikenali
dari warna pertikulat (abu
kehitam-hitaman) yang menempel
pada permukaan tanaman dan
bangunan. dampak yang timbul
berlangsung dalam waktu yang
lama selama proses produksi dan
sebarannya luas.
Kegiatan mesin boiler di lakukan
di dalam lokasi proyek yang
cukup luas dan tata letak
bangunannya ditempatkan di
lokasi yang jauh dari
permukiman, maka peningkatan
kebisingan terbatas di lokasi
proyek dan tidak menyebar ke
lingkungan permukiman.

Tapak proyek
3 tahun
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 176

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Meskipun jarak lokasi pabrik jauh


(> 500 meter dari perumahan
karyawan dan terletak jauh dari
kampung terdekat, namun
kebisingan ini dapat
menyebabkan gangguan
pendengaran bagi karyawan yang
bekerja di lokasi pabrik
Efisiensi penggunaan
air dengan melakukan
reuse air limbah yang
telah diolah pada unit
IPAL

Kuantitas air
permukaan

Penurunan
debit air
Sungai

Kegiatan pengolahan kelapa sawit Disimpulkan


dengan kapasitas 60 ton/jam
menjadi DPH
memerlukan kapasitas air dalam
jumlah yang sangat besar untuk
proses-proses produksinya,
termasuk untuk unit boiler
sebagai pendukung proses
produksi. Air ini bersumber dari
air permukaan yang terdapat di
sekitar lokasi pabrik. Sehingga
dengan debit pengambilan yang
cukup besar ini akan
mempengaruhi debit air
permukaan sebagai sumber air.

Sungai Timwah, 5 tahun


Sungai Weuseh,
dan Sungai Birri.

Kualitas air
permukaan

Peningkatan
temperatur
air Sungai

Air buangan dari boiler ketika di


keluarkan (blowdown), masih
dalam keadaan panas (80-90 oC),
apabila dibuang langsung ke
lingkungan akan menyebabkan
suhu air pada badan air penerima
meningkat.

Hilir Sungai
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri.dan Teluk
Maffin

Disimpulkan
menjadi DPH

2 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

II - 177

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
-

Biota air

Terganggunya habitat
dan
keberadaan
biota air

Peningkatan suhu air permukaan


dapat menyebabkan gangguan
bahkan kematian pada biota air di
badan air penerima. Pembuangan
sisa air dari unit boiler dengan
suhu 80 - 90 oC juga akan
merusak habitat biota air,
terutama benthos serta nekton
pada badan air penerima tersebut.

Disimpulkan
menjadi DPH

Hilir Sungai
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri.dan Teluk
Maffin

2 tahun

Sosial Ekonomi

Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat

Dengan terjadinya perubahan


kualitas lingkungan akibat
penurunan kualitas udara dari
kegiatan operasional boiler serta
penurunan kualitas air akibat
peningkatan temperatur air badan
penerima yang disebabkan oleh
pembuangan air panas dari unit
boiler, akan menimbulkan sikap
dan persepsi negatif masyarakat
di sekitar lokasi pabrik. Hal ini
disebabkan oleh masih tingginya
ketergantungan masyarakat lokal
setempat pada sungai sebagai
sumber kebutuhan hidup terutama
dari ikan-ikan yang terdapat di
Sungai

Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

3 tahun

Sanitasi dan
Kesehatan
Masyarakat

Meningkatnya angka
kesakitan

Sebaran gas SO2, danpartikulat


yang berasal dari kegiatan
pembakaran bahan bakar boiler

Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek
dan Kampung
yang berada di

2 tahun

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 178

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengolahan limbah

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Kualitas udara
ambient

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

masyarakat

(cangkang sawit dan tandan


kosong kelapa sawit). Terutama
sebaran partikulat dapat
menempel pada permukaan
tanaman dan bangunan sehingga
menurunkan sanitasi lingkungan
sekitar. Selain itu, sebaran
partikulat ini dapat terpapar pada
tenaga kerja serta masyarakat
sekitar sehingga meningkatkan
angka penderita sakit saluran
pernafasan atas (ISPA).

Timbulnya
bau dari
sebaran gas
NH3 dan gas
Methane
(CH4)

Dari proses pengolahan limbah


cair di unit IPAL ini dirancang
dengan menggunakan system
anaerobic/aeration pond. Dari
proses pengolahan limbah cair di
unit IPAL akan menimbulkan bau
dari sebaran gas NH3 dan gas
Methane (CH4) yang cukup
menyengat dan dapat mencapai
permukiman penduduk sekitar
lokasi pabrik dan menyebabkan
ketidaknyamanan bagi penduduk
sekitar maupun karyawan yang
berada di lokasi pabrik.

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek
3 tahun
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

dan Pantai
Timur Barat

Peraturan Menteri
Pertanian No. KB.340/452/MENTAN/XII/95
tentang Standarisasi
II - 179

Air
permukaan

Penurunan
kualitas air
permukaan

Untuk mengolah limbah buangan


PKS, PT. DBL merencanakan
membangun dan mengoperasikan
Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) yang dirancang dengan
menggunakan system
anaerobic/aeration pond.
Pembuangan air limbah dari
kegiatan proses pengolahan
kelapa sawit ke badan air
penerima yang telah diolah di
IPAL akan menyebabkan
penurunan kualitas air sungai
tersebut khususnya karena
peningkatan kandungan parameter
BOD, COD, TSS, Minyak dan
Lemak, total N serta pH. Namun
demikian, seluruh air limbah yang
telah diolah pada unit IPAL akan
digunakan sebagai land
application sehingga tidak ada
limbah proses produksi yang
dibuang ke badan air penerima.

Disimpulkan
tidak menjadi
DPH, karena
tidak ada limbah
proses produksi
yang dibuang ke
badan air
penerima

Air tanah

Penurunan
kualitas air
tanah

Air limbah yang diaplikasikan


Disimpulkan
dapat meresap kedalam tanah dan menjadi DPH
masuk kedalam akuifer dan
mencemari air sumur penduduk di

Tapak proyek
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi

2 tahun

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 180

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Pengolahan Limbah
PKS.

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

sekitar lokasi rencana kegiatan


kebun dan pabrik

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Biologi

Terganggunya biota air

Dampak kegiatan terhadap biota


air merupakan dampak turunan
dari penurunan kualitas air
permukaan dari limbah proses
produksi CPO. Namun demikian,
karena dampak kegiatan ini tidak
berdampak terhadap kualitas air
permukaan, maka kegiatan ini
tidak berdampak pula terhadap
keberadaan biota air.

Disimpulkan
tidak menjadi
DPH, karena
tidak ada limbah
proses produksi
yang dibuang ke
badan air
penerima

Sosial
Ekonomi

Timbulnya
Persepsi
negatif dan
gangguan
kamtibmas

Timbulnya dampak negatif dari


operasi IPAL dapat menimbulkan
persepsi negatif dari masyarakat
akibat penurunan kualitas
lingkungan dan terganggunya

Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:

2 tahun

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

kesehatan masyarakat. Hal ini


juga memicu timbulnya gangguan
keamanan dan ketertiban di
lingkungan masyarakat jika
terjadi konflik antara perusahaan
dan masyarakat lokal setempat.

II - 181

Kesehatan
masyarakat

Penurunan
kualitas
sanitasi
lingkungan

Bau yang ditimbulkan dari


operasi IPAL, menyebabkan
estetika, dan sanitasi lingkungan
menjadi menurun

Wilayah Studi

Batas Waktu
Kajian

Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH

Tapak proyek
3 tahun
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 182

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

IV

Tahap Pasca Operasi

Pemutusan hubungan
kerja

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Pelingkupan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Dampak
Potensial

Sosial
kependudukan
Masyarakat

Berkurangnya jumlah
penduduk

Pekerja pendatang, setelah tidak


ada lagi ikatan hubungan kerja
dengan perusahaan, akan kembali
ketempat asalnya, kecuali yang
menikah dengan penduduk
setempat mempunyai tanah
garapan, atau usaha lain. Dengan
demikian jumlah penduduk
disekitar lokasi kegiatan akan
berkurang

Tenaga kerja yang


akan di PHK sebelum
waktu yang
diperkirakan habisnya
kegiatan ini akan
diberikan keterampilan
sesuai dengan
kemampuan/keahlian
tenaga kerja tersebut

Mata
pencaharian

Hilangnya
Mata
Pencaharian

Kegiatan pemutusan hubungan


Disimpulkan
kerja dengan telah berakhirnya
menjadi DPH
kegiatan operasional perkebunan
dan pabrik pengolahan kelapa
sawit (PKS) akan menyebabkan
hilangnya mata pencaharian
tenaga kerja yang ada. Dengan
jumlah tenaga kerja Sekitar 870
1.450 orang akan mengalami
PHK dari PT. DBL, bagi pekerja
yang tidak bisa menabung,
pemutusan hubungan kerja ini
akan menyebabkan hilangnya
mata pencaharian, sedangkan bagi
yang bisa menabung, dapat
menggunakan tabungannya untuk
modal usaha. sebagian akan
mencari pekerjaan baru, sebagian

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Disimpulkan
tidak menjadi
DPH

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

Kampung yang 6 bulan


berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

akan usaha sendiri, sedangkan


petani plasma dapat meneruskan
usaha kelapa sawit dan mencari
pembeli buah di lokasi yang lain,
atau tanaman lain yang dapat
dipasarkan

Pengembalian sarana
dan prasarana

II - 183

Tenaga kerja yang


Sosial budaya
akan di PHK sebelum masyarakat
waktu yang
diperkirakan habisnya
kegiatan ini akan
diberikan keterampilan
sesuai dengan
kemampuan/keahlian
tenaga kerja tersebut

Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif serta
gangguan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat

Sebagian besar pekerja di PT.


Disimpulkan
DBL, berstatus pegawai tidak
tidak menjadi
tetap, ketika perusahaan ini
DPH
berhenti beroperasi, mereka
biasanya akan diberhentikan tanpa
menerima pesangon seperti
pegawai tetap. Untuk sementara
waktu mereka akan mempunyai
persepsi yang negatif terhadap
perusahaan tersebut, tetapi setelah
lama dan/atau mendapat
pekerjaan lain, persepsi tersebut
akan lambat laun hilang dengan
sendirinya.

Perubahan
ruang, lahan
dan
multiplier
effect

Beberapa sarana dan prasarana


yang tidak diperlukan oleh
pemilik lahan akan dibongkar,
demikian pula tanaman kelapa
sawit yang sudah tidak
menghasilkan akan hilang,
berubah menjadi tanaman lain.
Disekitar lokasi pabrik akan
tumbuh perkampungan baru

Ruang dan
Lahan

Disimpulkan
tidak menjadi
DPH

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 184

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

dengan kegiatan penduduk yang


bervariasi, pedagang, petani, jasa,
pertukangan dan sebagainya.

Sosial
Ekonomi

Terbukanya
kesempatan
kerja

Pengembalian sarana dan


prasarana akan menjadi lahan
usaha baru bagi beberapa
penduduk, antara lain jasa
pembongkaran bangunan,
angkutan barang, material
peralatan pabrik, dan beberapa
perabotan rumah tangga, dan
sebagainya.

Disimpulkan
menjadi DPH

Kampung yang 6 bulan


berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat

Sikap dan
persepsi
masyarakat

Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat

Dengan berakhirnya kegiatan


perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS),
maka seluruh sarana dan
prasarana akan dikembalikan ke
pemerintah daerah Kab. Sarmi
sementara lahan akan
dikembalikan kepada pemegang
hak ulayat sehingga tidak akan
timbul persepsi negatif

Disimpulkan
tidak menjadi
DPH

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

No.

Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan

Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan

Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak

Pelingkupan
Dampak
Potensial

Evaluasi Dampak Potensial

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Batas Waktu
Kajian

Wilayah Studi

masyarakat terhadap kegiatan


tersebut.
-

II - 185

Fasos dan
Fasum

Peningkatan
jumlah fasos
dan fasum

Setelah kegiatan operasional


perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS)
berakhir, seluruh sarana dan
prasarana yang ada akan
diserahkan pemerintah daerah
Kab. Sarmi dan lahan akan
dikembalikan kepada pemegang
hak ulayat. Sehingga seluruh
sarana, prasarana dan fasilitas
lainnya dapat digunakan oleh
masyarakat dan diatur melalui
kebijakan pemerintah setempat.

Disimpulkan
tidak menjadi
DPH

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 186

10

11

DPH
DPH

DPH
DPH

DPH
DPH

DPH

DPH

DPH

DPH
DPH

12

13

14

17

18

DPH
DPH

DPH
DPH

DPH
DPH

DPH

DPH

DPH

DPH

DPH

Pemutusan Hubungan Kerja

16

Pengolahan Limbah

15

19

Pengembalian Sarana dan Prasarana

Pasca
Operasional

Pabrik

Pengoperasian Boiler

Pemanenan dan Perkiraan Hasil

Kebun
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
(TM)

Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja

Pembangunan Pabrik Kelapa Sawit


(PKS)

Pematangan Lahan dan Pondasi PKS

Pemeliharaan Tanaman Belum


Menghasilkan (TBM)

Penanaman Tanaman Kelapa Sawit

Pembangunan Sarana dan Prasarana


Kebun

Pembukaan dan Penyiapan Lahan

Mobilisasi alat berat dan alat angkut


material konstruksi
5

Operasional
Pabrik

Proses Pengolahan Kelapa Sawit &


Inti Sawit

Konstruksi
Kebun

Pengangkutan Hasil Panen (TBS & CPO)

1
I. FISIK-KIMIA
1. Iklim Mikro (Peningkatan Temperatur Udara Lokal)
2. Penurunan Kualitas Udara
3. Peningkatan Kebisingan
4. Hidrologi
a. Peningkatan Aliran Air Permukaan (run off water)
b. Penurunan Kuantitas Air Permukaan
c. Peningkatan Laju Erosi
5. Penurunan Kualitas Air Permukaan
6. Penurunan Kualitas Air Tanah
7. Fungsi Ruang, Lahan dan Multiplier Effect
8. Penurunan Kesuburan Tanah
II. TRANSPORTASI
9. Gangguan Kelancaran Lalu-lintas
10. Peningkatan Kerusakan Jalan
III. BIOLOGI

Pengadaan Lahan

Komponen
Lingkungan Yang Terkena
Dampak, dan Dampak Potensial
Yang Kemungkinan Timbul

Sosialisasi Kegiatan

Tahap dan
Jenis Kegiatan

Proses Perizinan dan Survei Lapangan

Pra Konstruksi

Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja

Tabel 2.41. Matriks Evaluasi Dampak Penting Hipotetik Rencana Kegiatan terhadap Komponen Lingkungan

20

DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH

DPH

TPH
TPH
TPH
DPH

DPH
DPH

DPH

DPH

DPH
DPH

TPH
DPH

DPH

TPH
DPH
TPH
DPH

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

BAB II PELINGKUPAN

Keterangan : DPH = Dampak Penting Hipotetik

II - 187

DPH

DPH

DPH

DPH
TPH

16

17

18

DPH

DPH

TPH

DPH

DPH

DPH

DPH

DPH
DPH

DPH
DPH

19

20

TPH
TPH

DPH

DPH
TPH
TPH

Pengembalian Sarana dan


Prasarana

DPH

15

Pemutusan Hubungan
Kerja

14

Pengolahan Limbah

13

Pengoperasian Boiler

12

Pasca
Operasional

Pabrik
Proses Pengolahan Kelapa
Sawit & Inti Sawit

11

(TBS & CPO)Pengangkutan Hasil Panen

DPH

10
TPH
TPH
DPH

Pemanenan dan Perkiraan


Hasil

Pemeliharaan Tanaman
Menghasilkan (TM)

Pembangunan Pabrik
Kelapa Sawit (PKS)

Kebun

Penerimaan dan Mobilisasi


Tenaga Kerja

DPH

6
DPH
DPH
DPH

Pematangan Lahan dan


Pondasi PKS

Mobilisasi alat berat dan alat


angkut material konstruksi
5

Pemeliharaan Tanaman
Belum Menghasilkan (TBM)

Penanaman Tanaman
Kelapa Sawit

Operasional
Pabrik

Pembangunan Sarana dan


Prasarana Kebun

Konstruksi
Kebun
Pembukaan dan Penyiapan
Lahan

Pengadaan Lahan

Komponen
Lingkungan Yang Terkena
Dampak, dan Dampak Potensial
Yang Kemungkinan Timbul
11. Berkurangnya Tutupan Vegetasi Darat
12. Terganggunya Keberadaan Fauna Darat
13. Terganggunya Keberadaan Biota Air
IV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA
14. Peningkatan Jumlah Penduduk
15. Mata Pencaharian
c. Terbukanya Kesempatan Kerja/Berusaha
d. Hilangnya Mata Pencaharian
16. Perubahan Adat Istiadat & Pola Kebiasaan Masyarakat
17. Timbulnya Sikap dan Persepsi Positif/Negatif Masyarakat
18. Gangguan Kamtibmas
19. Peningkatan Layanan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
V. Kesehatan Masyarakat
20. Penurunan Sanitasi Lingkungan
21. Peningkatan Morbiditas

Sosialisasi Kegiatan

Tahap dan
Jenis Kegiatan

Proses Perizinan dan Survei


Lapangan

Pra Konstruksi

Tenaga KerjaPenerimaan dan Mobilisasi

PT. DHARMA BUANA LESTARI

DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH

DPH
DPH

DPH
DPH

DPH

DPH
DPH
TPH
TPH
TPH

DPH
DPH

DPH
DPH

DPH
DPH

DPH
DPH
DPH
DPH
DPH

DPH

DPH

DPH

TPH

TPH
TPH

DPH

DPH

DPH
DPH

DPH

TPH = Tidak Penting Hipotetik

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 188

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

Gambar 2.30. Diagram Alir Proses Pelingkupan Rencana Usaha Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari di Kabupaten Sarmi
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

2.9.

BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN

2.9.1. Batas Wilayah Studi


Batas wilayah studi merupakan batas terluar dari hasil tumpang susun (overlay) dari batas
wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif setelah mempertimbangkan kendala
teknis yang dihadapi. Batasan ruang lingkup wilayah studi penentuannya disesuaikan
dengan kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data (waktu,
dana, tenaga, teknis, dan metode telahaan). Berikut diuraikan batas wilayah studi AMDAL
rencana usaha pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit :
a. Batas Proyek
Batas proyek yaitu ruang dimana seluruh komponen rencana usaha dan/atau kegiatan akan
dilakukan (pra-konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca-operasi). Adapun batas proyek
studi AMDAL dari rencana usaha pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan
Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari adalah lahan seluas 16.726,10 Ha, sesuai Izin
Lokasi dari Bupati Kabupaten Sarmi No. 78 tahun 2013,tanggal 14 Juni 2013 yang
berlokasi di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat. Batas tapak
proyek adalah:
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut, yaitu Teluk Maffin
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Hutan Produksi yang dapat dikonversi dan
Rencana lahan perkebunan PT. Gaharu Prima Lestari
: Berbatasan dengan areal Hutan Produksi yang dapat dikonversi

- Sebelah Barat
b. Batas Ekologis
Batas ekologis yaitu merupakan ruang persebaran dampak dari rencana pembangunan
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PT. Dharma Buana Lestari
berdasarkan media air, yaitu Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri.dan Teluk
Maffin, yang merupakan badan air penerima dari dampak yang dihasilkan berupa
penurunan kualitas air permukaan akibat limbah pabrik dan perkebunan, sedimentasi, erosi
dan peningkatan TSS.
Sedangkan melalui medium udara, yaituberdasarkan sebaran polutan berupa emisi gas
buang dari kegiatan operasional boiler menurut arah angin dominan, persebaran emisi gas
buang dan debu terbang dari kegiatan mobilisasi kendaraan operasional pada tahap
konstruksi maupun operasional.
c. Batas Sosial
Batas sosial yaitu ruang disekitar rencana kegiatan usaha dan/atau kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 189

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan
proses dan dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Batas ini
pada dasarnya merupakan ruang dimana masyarakat yang terkena dampak lingkungan
(seperti limbah, emisi atau kerusakan lingkungan) tinggal atau melakukan kegiatan.
Adapun batas sosial studi AMDAL dari rencana usaha pembangunan perkebunan dan
pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari, adalah Kampung yang berada
di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe
1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai
Timur dan Pantai Timur Barat.
d. Batas Administratif
Batas administratif yaitu

wilayah

administratif

terkecil

yang

relevan

(seperti

desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur


batas di atas. Adapun batas administratif studi AMDAL dari rencana usaha pembangunan
perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari adalah Distrik
Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat, Kabupaten Sarmi. Peta batas
wilayah studi disajikan pada Gambar 2.32.
2.9.2. Batas Waktu Kajian
Batas kajian studi ANDAL rencana pembangungan perkebunan dan pabrik pengolahan
kelapa sawit berdasarkan jenis kegiatan pada saat pra-konstruksi, konstruksi, operasional
dan tahap pasca operasional. Penentuan batas waktu kajian didasarkan atas pertimbangan:
1) Kondisi rona lingkungan tidak berubah signifikan dalam tempo yang singkat, yaitu
apabila perkembangan wilayah seperti saat ini.
2) Kebijaksanaan pemerintah tidak berubah dalam hal lingkungan.
3) Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak banyak mengalami perubahan
mendasar.
Batas waktu kajian untuk masing-masing dampak pada setiap tahapan kegiatan disajikan
pada Tabel 2.56.

II - 190

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

Gambar 2.31. Peta Batas Wilayah Studi

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 191

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

2.1.

DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG AKAN DIKAJI...1

2.1.1.
2.1.2.
2.1.3.
RUANG
2.2.

STATUS STUDI AMDAL.......................................................................................1


LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN.........................................................1
KESESUAIAN LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DENGAN RENCANA TATA
3

URAIAN SINGKAT RENCANA KEGIATAN...............................................11

2.2.1.

KEGIATAN UTAMA PERKEBUNAN

DAN

PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS).........11

2.2.1.1. Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit..................................................................... 11


2.2.1.2. Kegiatan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS).................................................13

2.2.2.
2.2.3.

RENCANA PENGEMBANGAN KEMITRAAN................................................................25


JADWAL DAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK.....................26

2.2.4.1. Tahap Pra-konstruksi........................................................................................ 28


2.2.4.2. Tahap Konstruksi.............................................................................................. 30
2.2.4.3. Tahap Operasional.............................................................................................. 61

TAHAP PROSES........................................................................................86
F U N G S I................................................................................................86
A L A T..................................................................................................... 86
LIMBAH.................................................................................................... 86
2.2.4.4.

Tahap Pasca Operasi........................................................................................ 88

2.3.

PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT (COMMUNITY DEVELOPMENT)


88

2.4.

ALTERNATIF YANG AKAN DIKAJI DALAM AMDAL..................................90

2.5. DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL (ENVIRONMENTAL


SETTING).................................................................................................90
2.5.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia.................................................................91
2.2.1.................................................................................................................. 100
2.5.2. Komponen Biologi..............................................................................101
2.5.3. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat..................102
2.5.4. Komponen Kesehatan Masyarakat..................................................107
2.6. KEGIATAN LAIN DI SEKITAR LOKASI RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN............................................................................................... 109
2.7.

HASIL PELIBATAN MASYARAKAT......................................................109

2.8.

DAMPAK PENTING HIPOTETIK..........................................................110

2.8.1. Identifikasi Dampak Potensial.........................................................111


I. FISIK-KIMIA........................................................................................................... 113
1. IKLIM MIKRO (PENINGKATAN TEMPERATUR UDARA LOKAL)...............................................113
III. BIOLOGI............................................................................................................. 113
IV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA........................................................................................ 113

2.8.2. Evaluasi Dampak Potensial..............................................................118


I. FISIK-KIMIA........................................................................................................... 119
1. IKLIM MIKRO (PENINGKATAN TEMPERATUR UDARA LOKAL)...............................................119
III. BIOLOGI............................................................................................................. 119
IV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA........................................................................................ 119

II - 192

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

2.9.

BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN...........................119


2.9.1.
2.9.2.

Batas Wilayah Studi..........................................................................119


Batas Waktu Kajian...........................................................................119

TABEL 2.1. RENCANA ALOKASI PENGGUNAAN LAHAN...............................................................11


TABEL 2.2. RENCANA PENGEMBANGAN TANAMAN INTI DAN PLASMA...........................................11
TABEL 2.3. PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT.......................13
TABEL 2.4. JENIS MESIN DAN PERALATAN PABRIK....................................................................14
TABEL 2.5. JADWAL RENCANA KEGIATAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWITPT.
DHARMA BUANA LESTARI ............................................................................................. 27
TABEL 2.6. KEBUTUHAN TENAGA KERJA UNTUK TAHAP PENYIAPAN KEBUN BIBIT DAN PENYIAPAN
BASECAMP (ORANG)................................................................................................... 30
TABEL 2.7. RENCANA KEBUTUHAN TENAGA KERJA..................................................................31
TABEL 2.8. DAFTAR PERALATAN DAN ALAT BERAT YANG DIMOBILISASI PADA TAHAP KONSTRUKSI......34
TABEL 2.9. DAFTAR JENIS BAHAN BANGUNAN YANG AKAN DIGUNAKAN........................................35
TABEL 2.10. PERKIRAAN KEBUTUHAN BAHAN DAN MATERIAL BANGUNAN....................................36
TABEL 2.11. MAKSIMUM TINGGI SISA TEBANGAN...................................................................38
TABEL 2.12. PRAKIRAAN JUMLAH KEBUTUHAN AIR BERSIH UNTUK KEGIATAN DOMESTIK PADA TAHAP
KONSTRUKSI............................................................................................................. 41
TABEL 2.13. KELAS JALAN DAN PERUNTUKAN DI PT. DHARMA BUANA LESTARI..............................44
TABEL 2.14. JENIS PARIT YANG AKAN DIBANGUN....................................................................46
TABEL 2.15. RENCANA PEMBANGUNAN KEBUN KELAPA SAWIT INTI DAN PLASMA..........................50
TABEL 2.16. KEBUTUHAN BAHAN TANAMAN..........................................................................51
TABEL 2.17. DOSIS PEMUPUKAN PADA PERSEMAIAN/PEMBIBITAN................................................53
TABEL 2.18. JENIS DAN DOSIS INSEKTISIDA, FUNGISIDA DAN HERBISIDA UNTUK PENGENDALIAN HAMA
DAN PENYAKIT PADA TBM........................................................................................... 58
TABEL 2.19. PEMUPUKAN PADA TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM)...................................59
TABEL 2.20. PENGGUNAAN PESTISIDA PADA TANAMAN MENGHASILKAN.......................................62
TABEL 2.21. PEMUPUKAN PADA TANAMAN MENGHASILKAN.......................................................63
TABEL 2.22. TINGKAT KEMATANGAN BUAH YANG AKAN DIPANEN...............................................65
TABEL 2.23. PERKIRAAN PRODUKSI DAN RENDEMEN KELAPA SAWIT............................................66
TABEL 2.24. PRAKIRAAN LIMBAH PADAT YANG DIHASILKAN........................................................71
TABEL 2.25. KONSENTRASI AIR LIMBAH KELAPA SAWIT............................................................78
TABEL 2.26. KANDUNGAN UNSUR HARA PADA AIR LIMBAH KELAPA SAWIT..................................78
TABEL 2.27. KONSENTRASI AIR LIMBAH SETELAH IPAL UNTUK LAND APPLICATION..................79
TABEL 2.28. PENGOLAHAN LIMBAH PADAT PADA PKS PT. DHARMA BUANA LESTARI......................83
TABEL 2.29. KONDISI GEOLOGI KABUPATEN SARMI ....................................................................92
TABEL 2.30. KONDISI TOPOGRAFI/KEMIRINGAN LERENG KABUPATEN SARMI.................................93
TABEL 2.31. KONDISI SEBARAN JENIS TANAH KABUPATEN SARMI ...................................................97
TABEL 2.32. KONDISI HIDROLOGI KABUPATEN SARMI ..................................................................98
TABEL 2.33. RATA-RATA BULANAN CURAH HUJAN, TEMPERATUR, KELEMBABAN, KECEPATAN ANGIN
SELAMA PERIODE 2012 2013................................................................................100
TABEL 2.34. LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK, RASIO JENIS KELAMIN DAN KEPADATAN PENDUDUK
MENURUT DISTRIK (WILAYAH STUDI) DI KABUPATEN SARMI TAHUN 2012............................103
TABEL 2.35. JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN DI KABUPATEN
SARMI TAHUN 2012................................................................................................. 104
TABEL 2.36. BANYAKNYA TEMPAT IBADAH MENURUT DISTRIK DI KABUPATEN..................................106
TABEL 2.37. BANYAKNYA SEKOLAH, GURU DAN MURID TAHUN 2012............................................106
TABEL 2.38. JUMLAH KASUS 10 PENYAKIT TERBANYAK DI KABUPATEN SARMI TAHUN 2013..........107
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 193

BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI

TABEL 2.39. MATRIKS IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL RENCANA KEGIATAN TERHADAP KOMPONEN
LINGKUNGAN........................................................................................................... 113
TABEL 2.40. RINGKASAN PROSES PELINGKUPAN STUDI AMDAL PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN
PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
PT. DHARMA BUANA LESTARI DI
KABUPATEN SARMI................................................................................................... 119
TABEL 2.41. MATRIKS EVALUASI DAMPAK PENTING HIPOTETIK RENCANA KEGIATAN TERHADAP
KOMPONEN LINGKUNGAN...........................................................................................119
GAMBAR 2.1. PETA LOKASI AREAL PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT.
DHARMA BUANA LESTARI............................................................................................... 2
GAMBAR 2.2. PETA RENCANA POLA RUANG RTRW PROVINSI PAPUA TAHUN 2013 2033..............5
GAMBAR 2.3. PETA KAWASAN HUTAN DAN KONSERVASI PERAIRAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2012......6
GAMBAR 2.4. PETA RENCANA POLA RUANG KAB. SARMI............................................................7
GAMBAR 2.5. PETA FUNGSI KAWASAN HUTAN KABUPATEN SARMI.................................................8
GAMBAR 2.6. PETA INDIKATIF PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU................................................9
GAMBAR 2.7. LAYOUT RENCANA BLOK KEBUN PT. DBL...........................................................10
GAMBAR 2.8. PETA LAY OUT TATA LETAK PABRIK...................................................................18
GAMBAR 2.9. DIAGRAM ALIR PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT..............................................22
GAMBAR 2.10. NERACA BAHAN PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT.........................................23
GAMBAR 2.11. DIAGRAM PENGOLAHAN AIR BAKU UNTUK KEBUTUHAN PABRIK KELAPA SAWIT DAN
DOMESTIK................................................................................................................. 25
GAMBAR 2.12. STRUKTUR ORGANISASI PT. DHARMA BUANA LESTARI.........................................33
GAMBAR 2.13. RENCANA JALAN KEBUNPT. DBL....................................................................45
GAMBAR 2.14. KONSTRUKSI JEMBATAN KAYU.........................................................................47
GAMBAR 2.15. KONSTRUKSI GORONG-GORONG.....................................................................48
GAMBAR 2.16. DIMENSI SALURAN DRAINASE KEBUN...............................................................49
GAMBAR 2.17. DIAGRAM RENCANA IPAL..............................................................................77
GAMBAR 2.18. PARIT SEKUNDER PADA SISTEM FLATBED.........................................................80
GAMBAR 2.19. PENGALIRAN LIMBAH CAIR PADA AREAL KEBUN DENGAN SISTEM FLATBED.............80
GAMBAR 2.20. BAGAN ALIR PENGELOLAAN OLIE DAN PELUMAS BEKAS..........................................82
GAMBAR 2.21. SUMBER LIMBAH DALAM PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT.............................86
GAMBAR 2.22. DIAGRAM PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT................................................87
GAMBAR 2.23. MODEL PENDEKATAN CD: HUBUNGAN TRIPARTIT ANTARA PT. DHARMA BUANA
LESTARI, PEMERINTAH DAN MASYARAKAT........................................................................90
GAMBAR 2.24. PETA GEOLOGI...............................................................................................94
GAMBAR 2.25. PETA SITUASI SEKITAR................................................................................108
GAMBAR 2.26. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI............................................................................................................ 114
GAMBAR 2.27. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP KONSTRUKSI
............................................................................................................................ 115
GAMBAR 2.28. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP OPERASI 116
GAMBAR 2.29. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARIPADA TAHAP PASCA
OPERASI................................................................................................................. 117
GAMBAR 2.30. DIAGRAM ALIR PROSES PELINGKUPAN RENCANA USAHA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN
PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI DI KABUPATEN SARMI .........119
GAMBAR 2.31. PETA BATAS WILAYAH STUDI........................................................................119

II - 194

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

PT. DHARMA BUANA LESTARI


BAB II PELINGKUPAN

KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT


DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI

II - 195

Anda mungkin juga menyukai