BAB II
PELINGKUPAN
2.1.
II - 1
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.1. Peta Lokasi Areal Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT.
Dharma Buana Lestari
II - 2
2.1.3. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata
Ruang
Lahan rencana lokasi kegiatan yang akan digunakan telah sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Sarmi Nomor 02 tahun 2013 tentang Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Sarmi Tahun 2013-2033, sebagaimana tercantum dalam Izin Lokasi No. 78 tahun 2013
tanggal 14 Juni 2013, tentang Pemberian Izin Lokasi Tanah Seluas 16.726,10 Ha Kepada
PT. Dharma Buana Lestari untuk keperluan pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di
Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur Barat Kabupaten Sarmi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Papua Tahun 2013 - 2033, rencana kegiatan PT. Dharma
Buana Lestari termasuk dalam Kawasan Peruntukan Perkebunan. Dalam rencana
kegiatannya, lahan yang dimohonkan untuk lahan perkebunan adalah lahan yang sesuai
dengan peruntukkannya, sementara lahan lainnya yang tidak sesuai tidak akan digunakan
meskipun masuk kedalam batas proyek sesuai izin lokasi yang telah ada. Dengan
demikian, terdapat kesesuaian penggunaan ruang (lahan) proyek dengan kebijakan tata
ruang pemerintah Provinsi Papua. (Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Papua tahun
2013 2033 disajikan pada Gambar 2.2).
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan serta Wilayah Tertentu yang
ditunjuk sebagai Kawasan Hutan di Provinsi Papua skala 1 : 250.000 yang merupakan
lampiran Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.782/Menhut-II/2012 tanggal 27 Desember
2012, rencana permohonan lokasi pembangunan perkebunan Kelapa Sawit a.n. PT.
Dharma Buana Lestari di Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua berada pada Hutan Produksi
Konversi (HPK) dan Areal Penggunaan Lain (APL). (Peta Kawasan Hutan dan Konservasi
Perairan Provinsi Papua tahun 2012 disajikan pada Gambar 2.3).
Sementara itu, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sarmi Nomor 02 Tahun 2013
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sarmi Tahun 2013 - 2033, lokasi rencana
kegiatan PT. Dharma Buana Lestari termasuk dalam peruntukkan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Sebagian lagi merupakan lahan
kawasan lindung berupa area resapan air. (Peta Rencana Pola Ruang Kab. Sarmi disajikan
pada Gambar 2.4).
II - 3
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Dilihat dari Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi, lahan lokasi rencana PT.
Dharma Buana Lestari berada dalam Area Penggunan Lain (APL), Kawasan Hutan
Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) dan Permukiman. Namun demikian lahan yang
berada dalam Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) akan dilakukan
proses pelepasan kawasan hutan, sedangkan lahan yang berada dalam Kawasan
Permukiman tidak akan dipergunakan sebagai lahan perkebunan dan akan dipertahankan
(enclave).(Peta Fungsi Kawasan Hutan Kabupaten Sarmi disajikan pada Gambar 2.5).
Sedangkan berdasarkan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan
Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal
Penggunaan Lain (PIPPIB Revisi VI) skala 1 : 250.000 yang merupakan lampiran
Kepmenhut Nomor: SK. 3706/Menhut-VII/IPSDH/2014 tanggal 13 Mei 2014, terdapat
sebagian kecil lahan yang merupakan Hutan Primer. Namun demikian lahan tersebut tidak
akan dipergunakan sebagai lahan perkebunan dan akan dipertahankan (enclave).(Peta
PIPPIB disajikan pada Gambar 2.6). Rencana Layout Rencana Blok Kebun PT. DBL disajikan
pada Gambar 2.7.
II - 4
Gambar 2.2. Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Papua tahun 2013 2033
II - 5
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.3. Peta Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Papua tahun 2012
II - 6
II - 7
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 8
II - 9
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 10
2.2.
2.2.1. Kegiatan Utama Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)
2.2.1.1. Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit
Sesuai dengan izin lokasi yang diperoleh bahwa lokasi kegiatan PT. Dharma Buana Lestari
(PT. DBL) berlokasi di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur (Kampung Betaf dan
Ansudu) dan Pantai Timur Barat(Kampung Arare, Wakde, keder Lama, Keder Baru, Dabe
1, Nengke, Takar Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu),Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Luas lahan yang digunakan untuk kebun dan pabrik (PKS) sesuai dengan Izin Lokasi
adalah seluas 16.726,10 Ha yang terbagi menjadi: perkebunan kelapa sawit inti + 10.705
Ha, tanaman kelapa sawit kemitraan/plasma 2.676 Ha dan areal yang tidak bisa ditanam
seluas 3.345,10 Ha seperti jurang, sungai, pemukiman, sekolah, fasilitas pemerintah dll.
Tabel 2.1. Rencana Alokasi Penggunaan Lahan
No.
1.
2.
3.
Luas (Ha)
10.705,00
2.676,00
3.345,10
16.726,10
Tahun
Luas ( Ha)
Inti
Plasma
Jumlah
Tahun 2016
1.285
321
1.606
Tahun 2017
1.682
421
2.103
Tahun 2018
1.558
390
1.948
Tahun 2019
1.150
287
1.437
Tahun 2020
1.920
480
2.400
Tahun 2021
1.920
480
2.400
Tahun 2022
1.190
297
1.487
10.705
2.676
13.381
Jumlah
Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014
II - 11
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Kebun sawit plasma merupakan program kemitraan perusahaan dengan masyarakat dengan
Pola Kemitraan. Sesuai dengan Permentan No. 98 tahun 2013 bahwa kebun plasma
minimal 20% dari kebun inti. Lahan plasma akan diberikan kepada marga pemilik hak
ulayat yang masuk dalam ijin lokasi sesuai kesepakatan antara PT. DBL dengan
masyarakat pemilik hak ulayat yang diketahui LMA dan Dinas Instansi Terkait.
Rencana kebun plasma yang diberikan kepada masyarakat adalah lahan yang termasuk
dalam lokasi HGU yang dikelola oleh perusahaan. Lahan plasma diberikan kepada pemilik
hak ulayat yang lahannya masuk dalam lokasi rencana proyek dan pembagian per KK akan
diserahkan kepada marga pemilik hak ulayat.
Untuk menunjang kegiatan perkebunan kelapa sawit dan perawatannya, maka akan
dibangun sarana dan prasarana penunjang, baik bangunan, jalan, jembatan, dan parit serta
kendaraan dan alat berat.
1) Desain Kebun
Maksud perencanaan/desain kebun adalah untuk merencanakan tata ruang dalam kebun
dan afdeling yang terbagi atas: jaringan jalan, areal pembibitan, saluran air serta lokasi
afdeling dan blok.
a) Afdeling (Divisi) dan Blok
Luas afdeling dan blok disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi
pengelolaan areal yang dikaitkan dengan kemudahan perawatan tanaman dan kegiatan
panen. Luas areal satu afdeling yang ideal berkisar 500 - 600 ha dan luas satu blok adalah
30 ha (1000 m x 300 m) untuk topografi datar, sedangkan luas blok untuk daerah dengan
topografi bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400 m x 400 m). Luas satu blok
tersebut juga dikaitkan terhadap kepentingan penetapan kesatuan contoh daun (KCD).
Untuk memudahkan pengelolaan, beberapa Afdeling, digabungkan menjadi Estate. Satu
Estate dipimpin oleh seorang Manager kebun (EstateManager), sedangkan kebun Plasma
berada dibawah satu orang manager tersendiri. Dalam gambar 2.7 terlihat rancangan tata
letak kebun PT. Dharma Buana Lestari.
II - 12
Uraian
Satuan
Jumlah
Unit
Unit
Unit
Barak
Unit
Rumah Manager
Unit
Unit
15
Mess
Unit
Unit
15
Unit
20
10
Unit
20
11
Unit
12
Gudang Sentral
Unit
13
Gudang Afdeling
Unit
14
Bengkel/Worksop
Unit
15
TPS Limbah B3
Unit
16
Pos Satpam
Unit
17
Koperasi Karyawan
Unit
18
Balai Karyawan
Unit
19
Sekolah Dasar
Unit
II - 13
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Kapasitas
Jumlah
(unit)
50 ton
15ton/bay
60 ton FFB /jam
15 ton TBS/unit
-
2
40
4
3
40
19
2
4lori/steriliser
-
3
1
6
1
15 ton
90 ton TBS/jam
45 ton TBS/jam
15 ton USB/jam
90 ton TBS/jam
12 ton EFB/jam
4.5 m3
1
2
3
2
1
2
4
1
45 ton TBS/jam
45ton TBS/jam
4500litre
15Mt/hr
2
3
8
8
Jenis Mesin/Stasiun
Kapasitas
5 m3
2 m3
20 m3
30 ton FFB/jam
30 m3
80 m3/hr
150m3
8 m3/jam
25m3
25 m3
22.5 m3jam
2
4
2
2
4
1 m3
4 m3
2
2
3 m3
6 m3
3
15 m /jam
200 m3
12 ton/jam
50 ton FFB/jam
45 m3/jam
15 m3 / jam
5 m3/ jam
20 m3/jam
4 m3
90 m3/jam
2
2
4
1
2
3
4
4
1
2
3
1
4
2.000 ton
4000 ton
100 Ton/jam
1 m3
15 m3/hr
2
1
1
2
1
1
45 ton TBS/jam
45 ton TBS/jam
2
2
2
2
8 ton nut/jam
-
2
2
2
4
6
2
Jumlah
(unit)
2
2
2
6
1
3
II - 15
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Jenis Mesin/Stasiun
7. Hydrocylone
8. Wet Shell Conveyor
9. Wet Shell transport system
10. Kernel separator system
11. Kernel silo
12. Kernel conveyor
13. Kernel elevator
14. Kernel storing conveyor
15. Kernel transport system
16. Kernel weighing
17. Kernel hopper
18. Kernel Bagging Conveyor
19. Kernel Bagging bin
IX. POWER PLANT
1. Turbo alternator
2. Diesel alternator
3. Diesel service tank
4. Fuel storage tank
5. Back pressure water vessel
6. Turbine Cooling Water Tank
7. Turbine Cooling Water pump
8. Back pressure Blowdown Chamber
X. STEAM GENERATING PLANT
1. Steam boiler system
2. Fibre shell conveyor
3. Fuel elevator
4. Boiler Water Treatment
XI. WATER SUPPLY
1. River Intake pump
2. Raw water pump
3. Overhead Water Tank
4. Overhead Untreated Water Tank
5. Water Clarifier
6. Treated Water Pump
7. Sand Filter
XII. CIVIL WORK
Land preparation
Main building
Weigh bridge and house
Pump house at factory
Office & laboratory
Guardhouse
Canteen
Workers Toilet
Workshop & Store
Road in mill compound
II - 16
Kapasitas
6 ton crackmixture/jam
200 m3
10 m3
1500kW
100kVA & 500 kVA
2000L
20000L
1 m3
5 m3/jam
35 ton
-
Jumlah
(unit)
2
2
2
2
4
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
1
2
3
1
1
150 m3/jam
150 m3/jam
100 m3
50 m3
150 m3/jam
120 m3/jam
120 m3/jam
4
4
2
1
2
4
4
Jenis Mesin/Stasiun
Kapasitas
Gardening
Fencing
XIII. SLUDGE OIL RECOVERY
Sterilizer condensate pit pump
30 m3/jam
Jumlah
(unit)
4
II - 17
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 18
II - 19
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
b) Kernel
Kernel yaitu biji sawit yang sudah tidak diproses lagi. Kernel ini dikeringkan dan dijual.
Sesuai kebijakan pemerintah dalam Undang undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, serta tata aturan yang berlaku, dalam perkembangannya PT. Dharma Buana
Lestariakan mendukung dalam program hilirisasi CPO di Papua.
3) Pengolahan kelapa sawit (CPO)
Diagram alir proses pengolahan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.9. Secara rinci
tahapan proses pengolahan kelapa sawit adalah sebagai berikut :
a) Pengangkutan Tandan Buah Segar
TBS dari kebun diangkut dengan truk, kemudian ditimbang pada weight bridge dan lalu
dimasukan kedalam loadingramp.
b) Perebusan (Sterilizer)
TBS dimasukan kedalam lori rebusan yang terbuat dari plat baja berlubang-lubang dan
langsung dimasukkan ke sterilizer merupakan bejana perebusan dengan menggunakan uap
air bertekanan antara 2,2 s/d 3 kg/cm2. Dengan adanya lubang-lubang pada badan lori, uap
masuk dan dapat merebus buah secara merata. Proses merebus ini dimaksudkan untuk
mematikan enzim-enzim yang akan menurunkan kualitas minyak dan juga memudahkan
buah lepas dari tandan serta memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya
air dari biji. Proses perebusan biasanya berlangsung selama + 90 menit dan uap yang
dibutuhkan adalah sebesar 280 - 290 kg/ton TBS. Proses perebusan ini menghasilkan
kondensat yang mengandung 0,50 % minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini
kemudian dimasukan ke dalam fat pit. Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke
dalam threster dengan menggunakan hoisting crane.
c) Pemisahan Buah dari Tandan (Thresher)
Pada thresher, buah yang masih lekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan. Buah lepas ditampung dan dibawa oleh fruit conveyor ke
digester. Sementara janjangan kosong (23%) akan dipergunakan untuk pupuk.
d) Pengolahan Minyak Daging Buah
Buah lepas (brondolan buah) yang dibawa oleh fruit conveyor dimasukan ke dalam
digester atau peralatan pengaduk. Pengaduk ini dimaksudkan untuk melepaskan daging
II - 20
buah dari biji. Selama pengadukan berlangsung temperatur dalam digester atau peralatan
pengaduk dijaga agar tetap stabil 80 - 95OC, pemanasan dilakukan dengan menggunakan
uap. Massa buah dimasukan pada screw press (alat kempa). Screw press berfungsi sebagai
pengempa massa buah, sehingga minyak akan terpisah dari biji dan fiber. Proses pengempa
pada screw press, biasanya diberi tambahan air panas sekitar 10 - 15 % terhadap kapasitas
pengempaan. Minyak kasar dari hasil pressan (kempa) ditampung pada crude oil tank,
tetapi sebelumnya dipisahkan kandungan pasirnya pada sandtrap dan kemudian disaring
dengan vibrating screen (saringan getar). Ampas yang masih mengandung minyak
dikembalikan ke digester untuk dipressing. Untuk melancarkan penyaringan pada saringan
getar ditambahkan air panas. Minyak kasar (crude oil) dipompakan ke decanter. Decanter
berfungsi untuk memisahkan solid dengan liquid. Fase cair yang berupa minyak, air dan
masa jenis ringan ditampung pada countinous settling tank, sedangkan fase berat dibuang
ke effluent pond. Dari countinous tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat
(sludge) yang terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung dalam sludge tank dan dari
sludge tank dialirkan ke sludge separator untuk dipisahkan minyaknya. Limbah dari
sludge dikirm ke sludge recovery tank dan diteruskan ke cooling pond untuk menurunkan
temperatur dan selanjutnya ke ponding sistem.
e)
Minyak dari oil tank dialirkan pada oil purifier untuk memisahkan kotoran/solid dan
mengurangi kadar air. Kemudian selanjutnya dialirkan ke vaccum dryer untuk memisahkan
air sampai pada batas standard. Minyak sawit setelah proses akhir dipompakan ke tangki
timbun (storage tank) dengan kapasitas 6.000 dan 9.000 ton.
Material Balance proses pengolahan minyak sawit disajikan pada Gambar 2.10.
Seperti diuraikan pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10, dalam proses pengolahan kelapa
sawit ini dijumpai beberapa limbah yang harus dilakukan pengelolaannya.
II - 21
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 22
II - 23
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Boiler
Untuk kebutuhan proses produksi CPO diperlukan air sebanyak lk. 1,25 m 3 untuk setiap
ton produk. Dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton/jam, maka diperlukan air sebanyak
75 m3/jam dan dengan jam operasional pabrik selama 20 jam, maka dalam sehari
diperlukan air sebanyak 1.500 m3/hari.
Air baku tersebut bersumber dari air sungai yang diolah dalam unit pengolah air baku.
Bangunan pengolah air baku terdiri dari unit bangunan intake untuk pengambilan air
sungai dan unit kolam/embung-embung penampungan air untuk proses pengendapan dan
netralisasi. Air sungai yang diambil melalui unit intake yang dilengkapi dengan pompa
typecentrifugal and suction kapasitas 60 m3/jam pada sebuah sungai dialirkan dengan
menggunakan suatu pipa berdiameter 8 inch ke dalam kolam/embung-embung
penampungan, untuk selanjutnya dilakukan proses penjernihan dan netralisasi.
Air dari embung-embung akan dipompakan ke raw water tank, selanjutnya dialirkan ke
clarifier tank untuk proses pengendapan partikel solid, air yang sudah agak jernih dari
clarifier tank dialirkan ke dalam mineralize tank untuk proses pemberian zat mineral yang
sesuai bagi kebutuhan boiler, kemudian dialirkan ke filtration tank untuk menyaring sisasisa flok partikel, sehingga diperoleh air yang sudah bersih. Air bersih dari unit filter
tersebut selanjutnya dipompakan ke dalam dua buah clean water tank. Air bersih pada
masing clean water tank akan didistribusikan secara berbeda sebagai air baku proses
pengolahan kelapa sawit di dalam pabrik. Skema bangunan pengolahan air baku disajikan
pada Gambar 2.11.
II - 24
Mineralize
Tank
Filtration
Tank
Tangki
Penampungan
Tanki
Air Baku
Sungai
Clarifier
Tank
Pabrik
Domestik
Waduk
Buatan
Gambar 2.11. Diagram Pengolahan Air Baku Untuk Kebutuhan Pabrik Kelapa Sawit dan
Domestik.
Kebutuhan air tanaman kelapa sawit berkisar antara 3 - 4 mm per hari. Menurut Harahap
dan Darmosarkoro (1999), kelapa sawit dewasa membutuhkan 4 5 mm per hari. Selain
itu, untuk pembibitan jika curah hujan di lokasi kegiatan per hari > 10 mm, maka tidak
diperlukan penyiraman bibit yang sedang ditanam.
2.2.2. Rencana Pengembangan Kemitraan
Disamping membangun kebun sendiri (inti), PT. Dharma Buana Lestari juga akan
mengembangkan kebun sawit masyarakat (plasma) yang hasilnya akan memasok Tandan
Buah Segar (TBS) ke pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Dharma Buana Lestari. Pola
pengembangan yang diterapkan/dikembangkan oleh Perusahaan akan mengikuti pola
pengembangan berdasarkan Pola Kemitraan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 98/permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan dimana perusahaan perkebunan yang memiliki IUP atau IUP-B akan
membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling rendah seluas 20% (dua puluh persen)
dari total luas areal kebun yang diusahakan oleh perusahaan. Komposisi inti dan plasma
merupakan sebuah hasil kesepakatan awal antara pihak inti dan masyarakat yang
dituangkan dalam sebuah perjanjian ikatan kemitraan. Luas kepemilikan per kepala
keluarga (KK) peserta plasma tergantung luas lahan yang dapat diusahakan dan jumlah KK
yang ada dalam dusun, kampung atau marga pemilik hak ulayat yang masuk dalam ijin
lokasi.
II - 25
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Pelaksanaan CSR: Tanggung jawab sosial perusahaan atau sering disebut Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan salah satu topik yang aktual dan berkaitan erat dengan
masalah hukum dan etika bisnis perusahaan sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk
mendapatkan suatu keuntungan yang besar, tetapi selayaknya juga memikirkan
kepentingan masyarakat di sekitarnya, karena perusahaan sebenarnya juga merupakan
bagian dari masyarakat. Dasar hukum dari tanggung jawab sosial perusahaan antara lain
yaitu Undang - Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroaan Terbatas, pasal 74 dan
Undang - Undang Nomor 25 tahun 2008 tentang Penanaman Modal pasal 15, serta
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas.
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan untuk bertanggung
jawab secara sosial dan lingkungan terhadap dampak yang timbul akibat beroperasinya
perusahaan di suatu daerah. Bila sebelumnya perusahaan hanya memperhatikan
Keuntungan (Profit), kedepan perusahaan juga harus memperhatikan masyarakat (People)
dan Lingkungan (Planet). Kombinasi ketiga hal tersebut dikenal dengan istilah 3P ataupun
Triangle P.Program-program tersebut mencakup aspek ekonomi, kesehatan dan pendidikan
yang akan dikelompokkan dalam program jangka pendek dan program jangka panjang.
Sebagai cacatan bahwa program tersebut disesuaikan dengan kemampuan PT. Dharma
Buana Lestaridan kebutuhan masyarakat setempat.
Beberapa program CSR yang direncanakan, antara lain:
a)
Melatih dan meningkatkan pengetahuan tenaga kerja lokal sehingga mampu bekerja
di perusahaan.
pembangunan perkebunan sawit dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.5. Jadwal Rencana Kegiatan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT.
Dharma Buana Lestari
No
JenisKegiatan
Tahun
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
A. TahapPra-konstruksi
1
Pengadaan Lahan
B. TahapKonstruksi
PenerimaanTenaga Kerja
Pematangan Lahan
II - 27
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Akte pendirian PT. Dharma Buana Lestari dari notaris Benny Kristianto, SH No. 2
tanggal 4 Mei 2009.
Akte perubahan terakhir PT. Dharma Buana Lestari dari Notaris Kumala Tjahjani
Widodo, SH, MH, MKn No. 59 Tanggal 24 Juni 2013.
Keputusan Bupati Sarmi No. 78 tahun 2013 tentang Pemberian Izin Lokasi Tanah
Seluas 16.726,10 Ha Kepada PT. Dharma Buana Lestari untuk keperluan
pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Distrik Pantai Timur dan Pantai Timur
Barat Kabupaten Sarmi tanggal 14 Juni 2013
Pertimbangan Teknis Aspek Tata Ruang Untuk Budi Daya Perkebunan Kelapa Sawit
a.n PT. Dharma Buana Lestari
Pada tahap pra-konstruksi kegiatan survei dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal
dari lahan yang direncanakan dipergunakan sebagai lokasi perkebunan dan pabrik
pengolahan kelapa sawit (PKS). Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkecil dampak
yang diperkirakan akan timbul. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada saat survei ini
meliputi: jenis, urut-urutan lapisan, sebaran, sifat fisik dan keteknikan, kemampuan daya
dukung dan kestabilan tanah; geomorfologi yang meliputi ketinggian, kemiringan lereng
dan penggunaan lahan; struktur geologi meliputi patahan, lipatan, kelurusan dan kekarkekar; sumberdaya air yang meliputi air permukaan, air tanah, mata air, dan neraca airnya
II - 28
(water balance); serta bahaya lingkungan beraspek geologi. Semua informasi ini akan
digunakan dalam penyusunan rancang bangun dan studi kelayakan lahan dan lingkungan.
Kegiatan survei lapangan akan melibatkan penduduk lokal sebagai tenaga kerja lapangan,
jumlah tenaga kerja yang akan dilibatkan pada kegiatan survei ini 10 orang.
2) Sosialisasi Kegiatan
Sosialisasi kegiatan ditujukan kepada pihak masyarakat yang akan terkena dampak proyek,
dimana dilakukan bersama-sama dengan instansi terkait. Materi sosialisasi yang
disampaikan terutama mengenai rencana proyek berkaitan dengan penggunaan lahan
dalam rangka pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS).
Tujuan dari sosialisasi antara lain yaitu :
Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana usaha pembangunan perkebunan
II - 29
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
sebagai jalur leluhur, tanah kramat, area sagu yang harus di-enclave. Penyusunan peta
partisipatif sedang dilakukan, dan akan dibuat per kampung dan per marga pemilik hak
ulayat, serta akan dilengkapi batas-batasnya dengan titik koordinat geografis.
Sistem pengadaan lahan untuk kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit
ini dapat berupa hak pelepasan tanah maupun hak penggunaan tanah sesuai kesepakatan
dengan masyarakat adat setempat sebagaimana tercantum dalam klausul ketiga Izin Lokasi
yang dikeluarkan oleh Bupati Sarmi. Pembayaran ganti rugi juga diberikan atas garapan
dan tanam tumbuh atau bangunan yang ada diatasnya ataupun barang-barang lain milik
pemegang hak atas tanah yang harus dilakukan secara langsung kepada yang berhak.
2.2.4.2. Tahap Konstruksi
1) Penerimaandan Mobilisasi Tenaga Kerja
Untuk pelaksanaan pekerjaan pada tahap konstruksi, sebagian pekerjaan dilaksanakan
langsung oleh PT. Dharma Buana Lestari, dan ada sebagian oleh kontraktor konstruksi
yang ditunjuk PT. Dharma Buana Lestari. Pekerjaan ini akan memerlukan tenaga
kerja/karyawan berbagai jenis pekerjaan; antara lain: untuk mengoperasikan beberapa alat,
maupun untuk pengawasan, pencatatan, mengatur pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan yang
dilaksanakan oleh kontraktor akan mengerahkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya,
baik jumlah maupun kualitasnya. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja untuk tahap konstruksi
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Tahap Penyiapan Kebun Bibit dan Penyiapan
Basecamp (Orang)
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah TK
10
Pembersihan Lahan
32
Pengelolaan Biomass
12
50
Jumlah
120
Tenaga kerja tersebut belum termasuk untuk membangun pabrik dan bangunan lainnya
termasuk instalasi peralatan pabrik serta jaringan listrik, air dan lain lain. Pekerjaan ini
II - 30
akan diserahkan sepenuhnya kepada pihak ketiga (kontraktor), yang diperkirakan akan
membutuhkan tenaga kerja sekitar 400 orang. Dengan demikian jumlah seluruh tenaga
kerja yang terlibat dalam konstruksi kebun dan pabrik dengan segala fasilitasnya berjumlah
sekitar 520 orang.
Tenaga kerja tidak tetap akan direkrut dari penduduk setempat atau daerah sekitarnya
sesuai dengan keahlian ataupun keterampilannya yang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan PT. Dharma Buana Lestari.
keperluan operasional perkebunan PT. Dharma Buana Lestari dari tingkat direksi sampai
tenaga kerja lepas, diperkirakan sekitar 870 1.450 orang (Tabel 2.7). PT. DBL akan
memprioritaskan
perekrutan tenaga kerja baik tenaga lokal maupun pendatang, perusahaan akan melakukan
pengecekan kesehatan terlebih dahulu.
Tabel 2.7. Rencana Kebutuhan Tenaga Kerja
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Posisi jabatan
Kualifikasi
Jumlah (orang)
General Manager
Plantation Manager
Estate Manager
Financial Controler
Accountant
Accountant Assistant
Mill Manager (Manajer Pabrik) untuk pabrik kapasitas
60 ton/jam
HR & Admin Manager
Personal Assistant Plantation Manager
HR Assistant
Senior Asistant Manager (KTU) - Administration
Assistant CSR
Assistant EHS
Transportation Assistant
Agronomy Assistant
Civil Engineering Assistant
IT Assistant
Senior Field Assistant
Field Assistant (Asisten Lapangan)
Purchasing Assistant
Mill Assistant Managers (Asisten Pabrik)
Mechanical Assistant
Mill Process Assisstant
1st Field Mandore (Mandor 1)
1st Mill Mandore (Mandor 1)
Workers for Field Maintenance ( contractual basis)
1
1
2
1
1
2
1
1
2
2
1
1
2
1
2
1
1
2
8
1
1
1
2
22
10
500 -800
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
Sarjana
SMU atau sederajat
SMU atau sederajat
II - 31
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No
27
28
Posisi jabatan
Harvesters (permanent workers/SKU)
Mill Workers
Jumlah (orang)
500
80
Kualifikasi
SMU atau sederajat
II - 32
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Executive Director
Director
Manage Process
Supporting/Functio
nal
Operating
Core/Operation
Operation
Social
Responsibility and
Environment
Region Head
Plantation Head
Mill Head
Estate Head
Corporate Social
Responsibility
Asisten Kepala
Asisten-asisten
Kebun
Keterangan : *)Asisten-asisten
Penanggung Jawab Pengelolaan Lingkungan
Mandor
Mandor
Satuan Kerja
Umum
II - 33
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
JenisPekerjaan
JenisAlatKapasitas
Imas (Underbrushing)
Penebangan (Felling)
- Chain saw
- Buldozer, winch, canopy
Merancek
Perlengkapan*
Angle blade,
Share blade
4
5
6
Perumpukan (Pilling)
Pembersihantunggul-tunggul
pohonbesar
Pembuatansaranadanprasarana,
jalan, paritdrainase
Rake blade
Standar blade
Rock bucket
Road grader
1unit
Buldozer
6 unit
Tanki air
5 unit
Excavator
4 unit
Farm Tractor
4 unit
Compactor
4 unit
Double cabin
10 unit
Truk&Dump Truck
10 unit
Sepeda motor
40 unit
Alatperbengkelan
1set
Sebelum dilakukan kegiatan mobilisasi, terlebih dahulu akan dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Semua peralatan direncanakan didatangkan dari Sarmi
maupun dari luar Sarmi melalui jalan darat, dengan menggunakan trailer dan sejenisnya,
dengan dilakukan pengawalan oleh pihak yang berwenang. Jalur utama yang memungkin
untuk mendatangkan alat berat dan material konstruksi adalah arteri primer/jalan provinsi
dari Kabupaten Sarmi menuju lokasi kegiatan di Distrik Tor Atas, Distrik Pantai Timur
dan Pantai Timur Barat.
II - 34
No
Penggunaan
Sumber/Asal*
Tanah urug
Batu
Pengerasan jalan
Sirtu
Pasir
Semen
Kayu
Besi Kerangka
Pembuatan jembatan
Besi Beton
Cor beton
Tiang Pancang
Dalam kaitannya dengan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit dan instalasi
pengolahan air limbah, maka mobilisasi peralatan dan material dilakukan setelah selesai
pembuatan direksi keet, base camp pekerja, serta pembangunan gudang penyimpanan.
Jenis Material Yang Diperlukan Untuk Pembangunan Pabrik
Jenis material yang diperlukan untuk pembangunan pabrik adalah sebagai berikut:
a) Material untuk jalan dan saluran (kayu cerucuk, tanah timbunan, pasir, batu kerikil,
batu pecah dan semen).
b) Material untuk konstruksi pondasi (tiang pancang, pasir, batu kali, semen).
c) Material untuk konstruksi dinding (profil rangka baja, lembaran spandeks
aluminium, lembaran teakwood, pasir, batu kerikil, batu bata, semen, balok dan
papan kayu berkisting, besi beton dan kawat benrad).
d) Material untuk konstruksi atap (balok kayu, profil rangka baja, genteng beton,
lembaran asbes, lembaran spandeks aluminium).
e) Material untuk pintu dan jendela (balok dan papan kayu, lembaran playwood,
lembaran kaca).
f)
Material untuk lantai (keramik, pasir, semen, batu kerikil, besi beton dan kawat
bendrat).
g)
h)
II - 35
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Volume bahan bangunan utama yang akan diperlukan dalam pembangunan kebun dan
pabrik, kantor, sarana dan prasarana penunjangnya adalah seperti terlihat dalam tabel di
bawah.
Tabel 2.10. Perkiraan Kebutuhan Bahan dan Material Bangunan
No
Jenis material
Volume
Jumlah
Satuan
Truk
Ritasi/hari
Pasir
390.000
m3
65.000
54
Batu
821.344
m3
205.336
171
Batu bata
58.500.000
buah
14.950
12
Semen
520.000
zak
5.850
Besi
689
ton
138
Kayu
15.600
m3
2.600
Keramik
312.000
dus
135.299
113
Atap
98.800
lembar
99
2
Rata-rata 44 rit perjam
I. Konstruksi Kebun
3) Penyiapan Lahan dan Pembukaan Lahan (Land Clearing)
Lahan yang dimanfaatkan untuk dijadikan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit
(PKS) merupakan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) dan Areal Penggunaan
Lain (APL) yang bervegetasi hutan sekunder dan semak belukar. Dengan demikian maka
cara pembukaan lahan yang digunakan adalah secara semi mekanis dan mekanis. Alat yang
akan digunakan, antara lain bulldozer untuk pembukaan lahan maupun gergaji mesin
(chain saw) untuk memotong tegakan pohon. Potongan kayu hasil pembukaan lahan yang
telah memiliki IPK akan dimanfatakan dengan bekerja sama dengan pihak ke-3
(perusahaan pengelola kayu), ranting atau kayu yang tidak dimanfaatkan tidak akan
dibakar, tetapi dikumpulkan yang kemudian akan digunakan sebagai mulsa (serasahnya)
maupun sebagai pupuk untuk ditimbun dalam tanah, selain itu masyarakat dan perusahaan
yang memiliki Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) dapat memanfaatkan kayu yang bernilai
ekonomi di atas lahan yang akan dibuka. Pembukaan lahan dihindari pada area memiliki
nilai konservasi tinggi (NKT). Kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi adalah
kawasan hutan yang memiliki satu atau lebih ciri-ciri berikut:
II - 36
II - 37
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Tahap pertama dari sistem ini adalah mengimas atau membabat/menebas semak belukar
dan pohon kayu yang berdiameter < 10 cm, untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya.
Tahap berikutnya adalah menebang atau menumbangkan pohon kayu yang memiliki
diameter >10 cm. Tinggi tebangan (tunggul) diatur sesuai dengan diameter batang pohon
seperti tabel berikut.
Tabel 2.11. Maksimum Tinggi Sisa Tebangan
Diameter Pohon (cm)
10 20
21 30
31 75
> 75
40
60
100
150
Batang hasil tebangan dimanfaatkan kayunya dan yang tersisa selanjutnya dipotong
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, demikian pula dahan dan rantingnya.
Potongan-potongan kayu dikumpulkan atau ditumpuk dalam bentuk barisan-barisan pada
setiap gawangan kedua dari rencana tanaman kelapa sawit (+ 15,6 m) menurut arah utaraselatan.
II - 38
Pada kegiatan pembukaan lahan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya
adalah :
A. Waktu Pembukaan Lahan
Berdasarkan data curah hujan, bulan-bulan terkering setiap tahun adalah Juli sampai
September dengan jumlah hari hujan 6 - 7 hari tiap bulannya. Berdasarkan data curah
hujan serta informasi dari penduduk setempat, waktu terbaik untuk pembukaan lahan yang
dimulai dengan imas dan tumbang adalah pada awal tahun, yaitu bulan Januari - Pebuari.
Waktu pembukaan lahan ditentukan dengan tepat dengan maksud :
Menghindari hasil pembukaan lahan yang kurang baik
Menghindari tumbuhnya rumput dan semak-semak, karena areal terlalu lama dibuka
dan hasil tebangan (sisa-sisa rumput/semak belukar hasil pembersihan lahan yang masih
berserakan) .
Menghindari bahaya erosi, mengingat erosivitas lahan yang cukup tinggi dan curah
hujan yang cukup tinggi pula.
Untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan pada saat pembukaan lahan, meskipun
dilakukan dengan metode Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB). PT. Dharma Buana
Lestari menyiapkan satu unit mobil pemadam kebakaran.Kegiatan yang dilakukan adalah
Tebas, Tebang, Potong, Piah-pilah, Kumpul, Bersih (TTP-PKB).
B. Sistem Konservasi Tanah dan Air
Tindakan konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk mengendalikan kerusakan tanah
agar produktivitas/sumber daya lahan dapat dimanfaatkan secara optimum.
Pembuatan drainase serta penanaman LCC dilaksanakan segera setelah kegiatan
pembukaan lahan selesai dan hasil pembukaan lahan telah memenuhi persyaratan
penanaman kelapa sawit. Dengan usaha-usaha seperti tersebut, maka kemungkinan
ancaman erosi dan genangan air dapat diperkecil.
C. Sistem Penutup Tanah Leguminosa (Legume Cover Crop/atau LCC)
Penutupan tanah leguminose berguna untuk mencegah erosi permukaan, menekan
perkembangan gulma yang sekaligus mengurangi penyiangan, menambah bahan organik
dan cadangan unsur hara, memperbaiki aerasi, kelembaban tanah dan ketersediaan air
untuk tanaman.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 39
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Penanaman LCC dilakukan pada seluruh areal kebun sesudah selesai pembukaan lahan.
Jenis penutup tanah yang akan ditanam adalah kombinasi dari jenis Peuraria javanica (PJ),
Calopogonium mucunoides (CM) dan Centrosema pubescens (CP) dengan perbandingan
penggunaan benih tiap hektar 4 kg PJ, 6 kg CM dan 4 kg CP. LCC yang lain adalah
Mucuna brachiata (MB) yang diperbanyak melalui stek batang dipembibitan.
Benih LCC ditanam dengan sistem larikan atau tugal. Dengan sistem larikan satu
gawangan (antar baris tanaman) dapat dibuat 3 jalur penanaman searah barisan tanaman
kelapa sawit. Untuk mempercepat penutupan tanah oleh LCC, dilakukan pemupukan rock
phosfat (RP) dengan dosis RP dicampur dengan biji LCC 1 : 1 untuk tahap awal.
4) Pembangunan Sarana dan Prasarana Kebun
Sebelum pembangunan sarana dan prasana perlu adanya pelaksanaan rencana tata ruang
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang menerapkan kerangka ruang,
sehingga kegiatan-kegiatan produksi, sosial, ekonomi diharapkan berlangsung dengan
baik. Struktur tata ruang yang akan dibangun diatur sehingga tidak terlepas dari struktur
tata ruang yang lebih luas, strategi pengembangan wilayah daerah yang lebih luas seperti
dalam tingkat kabupaten, propinsi maupun nasional.
Setelah rencana detail tata ruang selesai dilaksanakan, maka pembangunan prasarana jalan
(jalan penghubung, jalan produksi, jalan koleksi, jembatan dan gorong-gorong), saluran
drainase serta bangunan perkantoran dan perumahan karyawan dilaksanakan.
a) Pembangunan Base Camp dan Fasilitasnya
Untuk mendukung pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Dharma Buana Lestari
membangun base camp induk sebagai pusat kegiatan proyek yang akan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas, seperti bangunan di emplasemen, terdiri dari; bangunan kantor
perkebunan/proyek, gudang, garasi kendaraan, bengkel, bak tandon air bersih dan lain-lain.
Bangunan perumahan untuk staff dan karyawan non staff dirancang dengan kondisi layak
huni dan memadai yang dilengkapi dengan sarana kesehatan, sosial keagamaan,
pendidikan maupun sarana sanitasi, seperti instalasi penerangan, WC, saluran pembuangan
air limbah dan sarana air bersih. Lokasi lahan untuk bangunan perkantoran dan perumahan
dipilih dengan memperhatikan persyaratan lingkungan antara lain sebagai berikut :
lahan harus sesuai untuk tujuan pembangunannya,
lingkungan yang sehat dan nyaman,
II - 40
Air Bersih
Kebutuhan air untuk operasional basecamp akan dipenuhi dari air permukaan dengan
terlebih dahulu diolah pada unit water treatment plant (WTP).
Tabel 2.12. Prakiraan Jumlah Kebutuhan Air Bersih untuk Kegiatan Domestik pada Tahap
Konstruksi
No.
1.
2.
3
Jenis Kegiatan
Domestik karyawan
Utilitas
Pembibitan
a. Pre Nursery
b. Main Nursery
Ket.
Asumsi Jumlah
Pemakai Air
Kebutuhan
520 orang
-
100 L/Orang/Hari
-
3 bulan
2.788.057,5 bibit
10 bulan
2.788.057,5 bibit
JUMLAH
2 L/10 bibit/hari
2 L/10 bibit/hari
Total
Kebutuhan
(L/Hari)
52.000
10.000
557.611,50
557.611,50
1.177.223,00
Berdasarkan di atas terlihat bahwa kebutuhan air bersih untuk kegiatan domestik dan
pembibitan pada tahap konstruksi adalah lebih kurang sebanyak 1.177.223,00 l/hari
atau 1.177,22 m3/hari.
II - 41
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
ii)
Listrik
Kebutuhan energi listrik akan terpenuhi dari genset serta PLTU dari pabrik PKS.
Genset di pabrik kelapa sawit sebanyak 2 Unit dengan masing-masing kapasitas 400
KVA. Sedangkan untuk PLTU (Turbin Uap) sebanyak 2 unit dengan masing-masing
kapasitas sebesar 10 MW. Kebutuhan energi listrik pada tahap konstruksi akan
terpenuhi dari 2 genset dengan masing-masing kapasitas 150 KVA dan 4 Unit Genset
dengan masing-masing Kapasitas 10 KVA. serta 2 unit PLTU (Turbin Uap) dengan
kapasitas masing-masing 1.500 KW.
Pada proses pengolahan kelapa sawit di PKS diperlukan energi listrik 15 s.d. 19
kW/ton TBS (Bapedal, 1998). Dengan kapasitas produksi sebesar 60 ton TBS/jam,
maka diperlukan energi sebesar 900 1.140 kwh.
Untuk menghasilkan 1 KW diperlukan 26 Kg Uap. Untuk PKS Kapasitas 60 Ton
TBS/Jam, diperlukan uap sebesar = (900 1.140) kwh x 26 Kg/KW = 23.400 29.640
Kg uap/Jam atau setara dengan 23,4 29,64 ton uap/jam.
Untuk keperluan pengoperasian boiler PLTU, akan dimanfaatkan bahan bakar berupa
cangkang dan serabut kelapa sawit. Cangkang dan serabut sawit ini merupakan limbah
padat yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit dan inti sawit.
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa jumlah limbah cangkang dan serabut kelapa
sawit yang dihasilkan dari proses produksi dengan kapasitas 60 ton TBS/jam adalah
sebagai berikut:
a) Cangkang
b) Serabut
Sehingga jumlah total kalor yang dihasilkan dari cangkang dan serabut adalah
39.060.000 k.cal.
Jumlah kalori yang diperlukan untuk setiap kg uap dalam proses produksi adalah
sebesar 600 k.cal. Oleh karena itu, jumlah uap yang dihasilkan dari kalor bahan bakar
cangkang dan serabut adalah:
= 39.060.000 k.cal/600 k.cal x 1 kg = 65.100 kg uap.
II - 42
Dengan asumsi efisiensi boiler yang digunakan adalah 80%, maka jumlah uap yang
dihasilkan adalah 65.100 kg uap x 80% = 52.080 kg uap/jam atau setara 52,08 ton
uap/jam.
Oleh karena itu, kebutuhan bahan bakar untuk proses pengolahan kelapa sawit dengan
kapasitas 60 ton TBS/jam dan dengan kebutuhan uap sebesar 52,08 ton uap/jam dapat
dipenuhi dari bahan bakar cangkang dan serabut kelapa sawit yg dihasilkan dari proses
produksi.
iii)
Telepon
Untuk pemenuhan kebutuhan sarana komunikasi di lokasi base camp, akan diusahakan
adanya sarana telepon dari provider di lokasi.
iv)
v)
Sampah
Kegiatan kebersihan akan dilakukan setiap hari, sehingga tercipta lingkungan kerja
yang sehat, bersih indah dan nyaman. Untuk mewujudkan hal itu, di lokasi akan
diletakkan tempat pembuangan sampah (TPSS).
c)
i)
Jaringan Jalan
Panjang dan kualitas jalan di kebun merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan dalam menjamin kelancaran pengangkutan bahan, alat dan produksi serta
pengontrolan lapangan. Jalan dirancang selurus mungkin, sehingga pengemudi
kendaraan dapat melihat jauh kedepan. Rencana pembuatan jaringan jalan harus
selaras dengan desain kebun secara keseluruhan, yang disesuaikan dengan kondisi
topografi dan kebutuhan kebun. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terdapat beberapa
jenis jalan, antara lain:
a) Jalan Akses utama, yaitu jalan yang menghubungkan dari jalan raya ke lokasi
kantor dan pabrik dengan lebar 20 meter.
b) Jalan utama (Main Road), yaitu jalan yang menghubungkan antara satu afdeling
dengan afdeling lainnya maupun dari afdeling ke pabrik serta menghubungkan
langsung pabrik dengan jalan luar/umum. Jalan utama dengan lebar 9 m, dilalui
II - 43
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
kendaraan lebih sering dan lebih berat, termasuk kendaraan umum, sehingga perlu
diperkeras dengan batu. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan
infrastruktur lain, seperti perumahan, bengkel dan kantor.
c) Jalan produksi/transport (Collection Road), yaitu jalan untuk membatasi blok dan
melayani pengangkutan hasil kebun TBS yang terkumpul di tempat pengumpulan
hasil (TPH) menuju ke jalan produksi, yang berfungsi juga sebagai jalan kontrol,
lebar badan jalan 7 meter. Jalan pengumpul dibangun arah timur-barat tegak lurus
terhadap barisan tanaman pada umumnya dibangun setiap jarak 300 meter. Dengan
demikian jarak pikul TBS ketika panen nantinya maksimum 150 meter. Jaringan
jalan yang dibangun akan berfungsi sekaligus batas blok, dan setiap blok terdiri dari
1.000 m x 300 m = 30 Ha. Jalan didesain berupa jalan tanah dipadatkan, sehingga
cukup keras untuk dapat dilalui baik pada musim kemarau maupun musim hujan.
Secara rinci spesifikasi jalan yang akan dibangun PT. DBL disajikan pada tabel di
bawah ini, sedangkan untuk gambar rencana jalan disajikan pada Gambar 2.13.
Tabel 2.13. Kelas jalan dan peruntukan di PT. Dharma Buana Lestari
No
1
2
3
Kelas Jalan
Jalan Akses Utama
Jalan Utama/Transport
Jalan produksi/collection road
ROW (m)
Perkerasan (m)
20
12
10
Sirtu (12)
Sirtu (9)
Tanah (7)
II - 44
II - 45
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Uraian
Lebar Atas
Lebar Bawah
Dalam
Parit Primer
4,75 m
2.0 m
3,0 m
Parit Sekunder
2,5 m
1,5 m
2,5 m
Parit Tersier
1,0 m
0,3 m
1,0 m
II - 46
II - 47
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 48
II - 49
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Tahun
Luas ( Ha)
Inti
Plasma
Jumlah
Tahun 2016
1.285
321
1.606
Tahun 2017
1.682
421
2.103
Tahun 2018
1.558
390
1.948
Tahun 2019
1.150
287
1.437
Tahun 2020
1.920
480
2.400
Tahun 2021
1.920
480
2.400
Tahun 2022
1.190
297
1.487
10.705
2.676
13.381
Jumlah
Sumber: PT. Dharma Buana Lestari, 2014
II - 50
bebas dari gulma. Didekat tanaman ditancapkan batang kayu kecil setinggi tanaman dan
polybag bekas digantungkan diujungnya, sebagai tanda poyibag sudah dilepas.
a) Jenis dan Bahan Tanaman
Jenis tanaman yang ditanam adalah hasil persilangan D x P (jenis Tenera) merupakan salah
satu jenis tanaman kelapa sawit yang banyak ditanam dan direkomendasikan oleh Pusat
Penelitian Marihat (PPM), karena memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan
jenis lainnya, seperti : inti lebih kecil, cangkang lebih tipis, daging buah lebih tebal serta
kandungan minyak lebih tinggi dan dengan perlakuan optimal dapat mencapai kapasitas
produksi +25 - 32 ton TBS/ha atau equivalen dengan hasil minyak kelapa sawit + 6 - 7
ton/ha.
Bahan tanaman ini dapat diperoleh dalam jumlah besar dalam bentuk biji kecambah
(germinated-seed) dari Lonsum dan PPKS. Dengan keperluan bibit siap tanam sebanyak
150 bibit/ha (136 ditanam, 14 sisipan), maka akan diperlukan kecambah/bahan tanaman
sebanyak +180 benih, sehingga kebutuhan kecambah selama tahap pembangunan disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 2.16. Kebutuhan Bahan Tanaman
TahunTanam
Luas
Penanaman Inti
dan Plasma (Ha)
Sisipan
(Bibit)
22,484
29,442
27,272
20,118
33,600
33,600
20,818
240,900
315,450
292,200
215,550
360,000
360,000
223,050
187,334
2,007,150
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
1,606
2,103
1,948
1,437
2,400
2,400
1,487
(Bibit)
218,416
286,008
264,928
195,432
326,400
326,400
202,232
Total
13,381
1,819,816
Jumlah
Asal Bahan
Tanaman
(Benih)
Lonsum dan
PPKS
b) Pembibitan
Pelaksanaan pembibitan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pre-nursery dan tahap
main-nursery. Lahan pembibitan dipilih pada areal yang cukup datar dan terdapat sumber
air permanen di dekatnya, bebas dari banjir dan kurang lebih di tengah lahan perkebunan.
Pembibitan dilakukan dua tahap, yaitu pre nursery dan main nursery. Tahap pre nursery
II - 51
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
bibit disusun rapat, sedangkan tahap main nursery bibit disusun dengan jarak 90 x 90 x 90
cm segitiga sama sisi atau dengan poplasi rata-rata berkisar 12.000 pohon per ha.
Persentase bibit afkir umumnya berkisar 30 % dari jumlah kecambah tertanam, yaitu 12,5
% di pembibitan pendahuluan dan 17,5 % di pembibitan utama.
i) Pre-Nursery (Pembibitan Awal)
Petak pembibitan dibuat dengan arah utara-selatan. Petak berukuran 20 x 1 m2 dapat
memuat + 2.400 baby polybag dengan ukuran tinggi 22 cm, lebar 14 cm. Jarak antar
petak dibuat 60 - 80 cm.
Pre-nursery dapat tanpa diberi pelindung. Tanah untuk mengisi baby-polybag dipilih
tanah lapisan atas yang subur, bersih dari benda keras (batu/konkresi) atau sisa kayu.
Sebelum melakukan penanaman kecambah kelapa sawit, tanah di dalam polybag harus
disiram hingga jenuh dan setelah penanaman kecambah penyiraman diulang kembali
Penyiraman dilakukan 2 x sehari, pagi dan sore. Penggunaan air untuk penyiraman
kurang lebih 1 liter untuk 10 bibit polybag. Penyiraman ditiadakan bila terjadi curah
hujan > 8 mm/hari.
Penyiangan, yaitu dengan cara membuang rumput dan kotoran lain dari polybag.
Seleksi bibit, dilakukan bersamaan saat menyiang dengan menyisihkan bibit polybag
yang memperlihatkan kelainan pertumbuhan. Bibit yang disisihkan setelah dihitung
dan dicatat, dimusnahkan.
Setelah 10 - 15 hari dari penanaman kecambah, bakal daun akan timbul di atas
permukaan tanah. Setelah berumur kurang lebih 3 bulan, bibit telah memiliki 3 - 4
helai daun dan siap dipindahkan ke pembibitan utama.
ii) Main-Nursery (Pembibitan Utama)
Main -Nursery adalah merupakan tempat untuk bibit ex pre-nursery yang dipindahkan
kedalam kantong polybag ukuran lebih besar, karenanya lokasi pre dan main-nursery
dibuat berdekatan. Bibitan akan dibesarkan selama 8 - 10 bulan. Pembuatan mainnursery
dapat
secara
mekanis
dan
guna
efisiensi
penyiraman,
digunakan
II - 52
Umur
0 bln (lubang)
Dosis (kg/tanaman)
Urea
TSP
MOP
Kies
Bo
0,5
1 bln
0,15
3 bln
0,25
0,15
0,10
5 bln
0,25
0,50
0,15
0,10
8 bln
0,35
0,25
0,15
0,02
12 bln
0,50
0,75
0,50
0,25
1,50
1,75
1,00
0,60
0,02
Jumlah
1
Tahun 1
16 bulan
0,50
0,50
0,25
0,03
20 bulan
0,50
0,50
0,35
24 bulan
0,75
1,00
0,75
0,50
0,05
1,75
1,00
1,75
1,10
0,08
Jumlah
1
Tahun 2
28 bulan
0,75
1,00
0,75
0,50
32 bulan
1,00
1,00
0,75
5,00
3,75
4,55
2,95
0,10
Jumlah
Seleksi akhir bibit perlu dilakukan pada umur + 8 bulan yaitu menjelang ditanam ke
lapangan.
II - 53
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
c)
Pada umumnya
cendawan bersifat sebagai parasit pada daun yang luka. Penularan berasal dari spora-spora
yang ada di daun, kemudian terbawa air hujan dan waktu penyiangan. Penyakit ini banyak
terdapat dipembibitan awal apabila naungan terlalu berat. Gejala serangan penyakit
tersebut ditandai dengan bercak-bercak pada daun dengan ujung berwarna hijau pucat,
kemudian berubah coklat, membusuk dan akhirnya kering dan rapuh.
Penyakit bercak daun (black spot), disebabkan oleh cendawan Culvularia sp. dan
Helminthosporium sp. Penularan melalui spora yang terdapat di permukaan daun. Penyakit
yang banyak menyerang tanaman di pembibitan ini sebenarnya tidak merugikan, tetapi
pada musim kering yang panjang dapat mematikan tanaman.
II - 54
II - 55
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
musim kemarau. Bibit berumur 10 -12 bulan sejak penanaman kecambah merupakan yang
terbaik untuk dipindahkan ke lapangan setelah diseleksi.
i) Memancang
Setelah pekerjaan land clearing dilakukan pemancangan untuk menentukan titik
penanaman kelapa sawit dengan pola segitiga sama sisi dengan jarak 9,2 m x 7,97 m. Pada
ukuran ini populasi akhir tanam adalah sekitar 136 pohon per ha. Di tempat pancang inilah
nantinya digali lobang tanam.
ii) Penataan Afdeling dan Blok
Luas afdeling disesuaikan dengan keadaan topografi lahan dan efisiensi pengelolaan yang
berhubungan dengan perawatan tanaman dan panen. Luas satu afdeling/divisi yang ideal
untuk kebun PT. Dharma Buana Lestari dirancang akan mencakup luas 1.000 - 1.100 ha
sesuai dengan keadaan medan. Penataan blok dikerjakan setelah pemancangan dengan luas
tiap blok sekitar 25 ha. Setiap blok selanjutnya digunakan menjadi satu kesatuan contoh
daun (KCD) yang akan dipergunakan dalam menentukan rekomendasi pemupukan
nantinya.
iii) Membuat Lobang dan Menanam
Lobang tanam dibuat dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dan satu atau dua hari sebelum
lobang tanam ditaburi pupuk Rock Phosphate (RP) 0,5 kg per lobang. Pada waktu
penanaman kelapa sawit plastik polybag dibuang dan dasar lobang ditimbun sedikit supaya
tinggi leher bibit kelapa sawit sama dengan tinggi permukaan tanah. Setelah bibit
dimasukan ke dalam lobang ditimbun, tanah dipadatkan dengan cara menginjak-nginjak
agar bibit tidak miring atau condong ditiup angin.
6) Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Kegiatan operasi di perkebunan secara umum adalah berupa pemeliharaan, baik
pemeliharaan tanaman, maupun jalan dan prasarana lainnya. Dalam perkebunan kelapa
sawit, cara pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan (TBM) berbeda dengan
tanaman yang sudah menghasilkan (TM).
Pemeliharaan yang baik dan mengikuti anjuran selama tanaman belum menghasilkan akan
memberikan hasil buah yang baik pada saat tanaman berproduksi. Beberapa langkah yang
perlu mendapat perhatian seksama selama pemeliharaan TBM.
II - 56
Untuk mempertahankan fungsinya, tanaman penutup tanah perlu perawatan yang baik,
bersih dari gulma. Penyiangan atau perawatan dilakukan setiap 2 (dua) minggu sampai saat
tanaman menutup permukaan tanah.
d) Pengendalian Hama/Penyakit Tanaman dan Gulma
Gulma yang sering ditemukan antara lain ilalang dan beberapa jenis rumput liar lainnya.
Gulma perlu diberantas, agar tidak menyaingi pertumbuhan tanaman sawit dan tanaman
penutup tanah. Pemberantasan dan pembuangan gulma dilakukan secara bergilir setiap 1
hingga 2 bulan sekali. Pemberantasan gulma dilakukan dengan cara kombinasi, yaitu
secara fisik dengan dicangkul dan secara biologis dengan penanaman tanaman penutup
tanah (cover crop) dan secara kimia dengan penyemprotan herbisida.
Untuk mengatasi gangguan hama dan penyakit tanaman dilakukan pengendalian dengan
menyemprotkan pestisida, sesuai dengan jenis tanaman dan penyakitnya. Tabel 2.18
dibawah ini menyajikan jenis dan dosis pestisida yang digunakan dalam pengendalian HPT
dan gulma.
Tabel 2.18. Jenis dan Dosis Insektisida, Fungisida dan Herbisida Untuk Pengendalian
Hama dan Penyakit Pada TBM
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 57
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Campuran
Herbisida
Starane
+
Round Up
Ally 20 DF
+
Round Up
Laju/Ha
0,3 Liter
+
1,5 Liter
75 gm
Laju Campuran / 18
liter air
12 ml Starane + 60 ml
Round Up
3 gm Ally + 60 ml
glyphosate
1,5 liter
Ally 20 DF
+
Paraquat
75 gm
Round Up
2,5 liter
3 gm Ally + 60 ml
paraquat
1,5 liter
100 ml Round Up
Target gulma
Daun lebar
e)
Membuka piringan dilakukan pada saat menjelang pemupukan pertama. Diameter piringan
yang dibuka 0,75 m dan diperlebar hingga 2,5 m sesuai dengan umur tanaman sedangkan
pemeliharaannya dilakukan satu kali sebulan.
f)
Pemupukan
Setelah bibit ditanam di lapangan, tanaman sudah harus mulai dipupuk. Jenis pupuk yang
umum digunakan adalah :
Urea (46 % N)
Rock Phosphate (RP - 36 % P2O5)
Muriate of Potash (MOP - 60 % K2O)
Kieserite (25 % MgO)
HGF - Borate (46 % B2O3)
Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadwal, umur tanaman. Pada waktu satu bulan,
ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 40 Cm. Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP
dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar tajuk. Boron ditebarkan diketiak pelepah
daun. ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktu yang berdekatan. Rock
II - 58
Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih
dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm. Jarak waktu pemberian Rock
Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur
tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman.
Tabel 2.19. Pemupukan Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Dosis Pupuk (Gram/pohon)
Umur Tanaman
(bulan)*
UREA
RP
MOP
KS
HGFB
3
6
9
12
16
20
24
28
32
100
150
150
200
250
300
350
350
450
150
150
200
300
300
300
300
450
450
200
250
250
300
300
350
350
450
500
100
100
150
150
200
250
300
350
350
25
25
50
50
-
g) Kastrasi/Ablasi
Kastrasi adalah pekerjaan membuang bunga-bunga baik jantan maupun betina yang
dilakukan pada tanaman belum menghasilkan. Pekerjaan ini dimulai pada tanaman yang
telah berumur 18 bulan (setelah tanam) dan berlangsung selama 3 bulan, sampai tanaman
berumur 21 bulan. Kastrasi bertujuan :
Merangsang pertumbuhan vegetatif
Memperoleh tandan buah lebih besar dan seragam sehingga memenuhi persyaratan
untuk diolah di pabrik.
h) Persiapan Panen
Panen umumnya sudah dapat dimulai setelah tanaman kelapa sawit berumur 36 bulan.
Agar panen dapat berjalan dengan lancar, perlu adanya persiapan panen, mencakup
pelaksanaan pekerjaan:
Pembuatan atau pembukaan jalan panen untuk mempermudah pemanen mengangkut
buah.
Memperlebar dan membersihkan piringan pohon agar buah-buah yang jatuh dapat
terlihat dengan jelas.
II. Konstruksi Pabrik
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 59
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Biaya cukup tinggi, yaitu 60% dari biaya investai tanaman atau 30% dari seluruh
investasi
Dalam menentukan lokasi pabrik, maka beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan
sebagai berikut:
Letak pabrik hendaknya dekat dengan sarana dan prasarana yang ada
Dekat dengan sungai atau rendahan yang dapat mengalirkan limbah cair
Rencananya di lokasi perkebunan akan dibangun 1 unit pabrik pengolahan kelapa sawit
dengan kapasitas 60 ton TBS/jam pada tahun 2017. Penempatan lokasi pabrik ditentukan
berdasarkan kemudahan pencapaian (aksesibilitas) dan dekat sumber air.
Untuk sebuah unit PKS terdapat beberapa stasiun pengolahan yang meliputi: stasiun buah
dan penyimpanan, stasiun perebusan, stasiun penebah/perontokan, stasiun kempa, stasiun
klarifikasi, stasiun penyimpanan CPO, stasiun pengupasan bijih, stasiun pengutipan inti,
stasiun pembangkit tenaga listrik, sumber air proses, bangunan sipil pabrik, dan unit
pengutipan minyak dari sludge.
2.2.4.3. Tahap Operasional
II - 60
: 4 - 8 tahun
tanaman remaja
: 9 - 17 tahun
tanaman tua
: > 17 tahun
Tingkat intensitas pemeliharaan pada ketiga kelompok tersebut adalah sama, kecuali dalam
dosis pemupukan. Pada tanaman tua, dosis tua pemupukan mulai dikurang bahkan
dihentikan dua tahun menjelang penanaman ulang (replanting). Perlakuan pemeliharaan
tanaman menghasilkan antara lain akan mencakup:
a) Pembasmian Alang-alang
Pembasmian alang-alang dilakukan secara semprot sheet dan spot dengan rotasi tiga bulan
sekali.
Pengendalian dilakukan secara selektif dan disesuaikan dengan kondisi alang-alang di
lapangan, secara umum pengendalian dimulai dengan: 1. Semprot alang-alang (biasanya
2 rotasi dengan interval 1,5 bulan sampai 2 bulan), 2. Kemudian dilanjutkan dengan
Spot (biasanya 2 rotasi dengan interval 2 bulan).
II - 61
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Pemeliharaan Piringan
Bahan Aktif
Glyphosate
Pengendalian
Gulma berdaun graminae
dan lalang.
Gulma berdaun lebar
Gulma berdaun lebar
Gramoxone
Ally
Dosis per ha
Sheet
: 4 ltr/ha
Spot
: 1 ltr/ha
Wiping : 0,1 ltr/ha
0,4 kg/ha
0,02 kg/ha
d) Pemupukan
Dosis pemupukan hendaknya didasarkan pada hasil analisa daun. Sebagai pengarahan
diberikan gambaran mengenai dosis pemupukan. Lihat tabel berikut.
Tabel 2.21. Pemupukan Pada Tanaman Menghasilkan
Umur Tanaman
II - 62
UREA
RP
MOP
KS
1.200
1.200
2.400
2.000
1.400
1.400
2.800
1.400
2.000
HGFB
1.400
50
50
II - 63
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
dengan fauna lainnya. Ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan jenis tanaman akibat
monokulturasi. Selain karena adanya kompetisi habitat, ketersediaan inang dan tumpukan
bahan organik di lapangan akan mememberikan tempat perkembangbiakan dan makanan
larva hama tanaman sawit tersebut. Meningkatnya pemakaian lahan secara besar-besaran
untuk penanaman kelapa sawit di Indonesia menambah jumlah lahan monokultur yang
menguntungkan bagi perkembangan hama. Hal tersebut terjadi karena pakan terus menerus
tersedia sehingga menunjang keberlangsungan hidup hama dengan baik.
Sebagai contoh, dampak negatif pemanfaatan tandan kosong yaitu sebagai tempat
berkembangbiaknya kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Akibat serangan hama ini
perkebunan kelapa sawit bisa mengalami kerugian finansial yang sangat besar.
Selain itu, hanya 12 spesies fauna yang dapat hidup diperkebunan kelapa sawit. Sedangkan
sisanya dalah hama, karena aktivitas fauna tersebut yang memakan salah satu organ dari
tumbuhan kelapa sawit. Karena dianggap hama, hewan tersebut harus dibasmi. Lambat
laun, jika tidak dilestarikan, hewan yang dianggap hama tersebut akan langka dan punah.
f)
Penunasan
Penunasan dilakukan dengan pusingan 3 (tiga) bulan sekali. Tunas-tunas yang ditinggalkan
atau tidak dipotong 2 (dua) pelepah di bawah buah (songgoh 2).
g) Pemeliharaan Jalan dan Parit
Pemeliharaan jalan dan parit dilakukan antara lain dengan pemberian batuan/kerikil
dilakukan terus secara rutin dimana diperlukan, demikian pula pembersihan pasar-pasar
pikul di dalam kebun dan parit-parit di tepi jalan utama guna memperlancar arus air
buangan.
3) Pemanenan dan Perkiraan Hasil
Pekerjaan panen tanaman kelapa sawit meliputi : pemotongan tandan buah segar (TBS)
dan pengumpulan berondolan. Panen awal dilakukan dengan menggunakan dodos dan
apabila tinggi tanaman tidak lagi memungkinkan, digunakan galah bambu egrek dilengkapi
pisau berbentuk sabit pada ujungnya. Biaya panen per ton TBS cenderung lebih tinggi pada
awal, sebab pada panen pertama produksi per hektar masih rendah, dengan bertambahnya
umur tanaman produksi makin meningkat.
Cara panen yang diterapkan di perkebunan PT. Dharma Buana Lestari adalah sistem giring.
Pada sistem ini pemanen diberi ancak tertentu dari lahan yang akan dipanen dan sipemanen
mengerjakan beberapa gawang. Ancak merupakan ancak tidak tetap dan bila selesai
dikerjakan pemanen pindah ke ancak berikutnya yang telah ditetapkan. Keuntungan dari
cara ini ialah buah cepat dipanen dan diangkut keluar, sehingga cepat sampai di pabrik.
II - 64
Persyaratan TBM untuk dapat mulai dipanen antara lain, jumlah tanaman yang dapat
dipanen melampaui 60% dan mutu tandan sudah baik. Kriteria panen/TBS yang umum
diterapkan adalah 2 brondolan per kg berat tandan.
Cara memanen buah kelapa sawit akan mempengaruhi jumlah serta mutu minyak yang
dihasilkan. Bila pemanenan dilakukan pada keadaan buah kelewat matang, kandungan
asam lemak bebas (ALB) yang terdapat dalam minyak akan meningkat, sedangkan panen
buah yang masih mentah akan menurunkan kandungan minyak dari buah. Dengan
demikian, pelaksanaan panen harus tepat agar menghasilkan kandungan minyak maksimal
dengan kadar ALB yang rendah. Indikasi bahwa panen dapat dilaksanakan, antara lain
adalah jumlah buah yang terlepas dari tandan yang jatuh ke tanah. Untuk tahun pertama
biasanya terdapat paling sedikit 5 brondolan, sedang untuk tanaman berumur kurang dari
10 tahun paling sedikit 10 brondolan dan tanaman berumur lebih dari 10 tahun terdapat 15
- 20 brondolan. Kematangan tandan yang akan dipanen terdiri dari beberapa tingkatan
seperti terlihat pada Tabel 2.22. Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan disimpulkan bahwa
wilayah proyek sebagian termasuk kedalam kelas S-2 (cukup sesuai) dan sebagian lagi
termasuk kedalam kelas S3 (sesuai marginal) menurut klaisifikasi Tim Pusat Penelitian
Tanah Bogor (1993). Dengan memperbaiki faktor pembatas yang ada dan pengelolaan
kebun yang baik diharapkan akan dicapai perkiraan produksi seperti terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.22. Tingkat Kematangan Buah Yang Akan Dipanen
No.
Jumlah Brondolan
Warna Buah
Tingkat Kematangan
Tidak ada
Hitam
Sangat merah
Hitam kemerahan
Mentah
Kemerahan
Cukup matang
Merah kekuningan
Matang
Merah kekuningan
Matang
Merah kekuningan
Matang
Kuning
Terlalu matang
Kuning
Buah busuk
Kuning
Tandan kosong
II - 65
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Umur
Tanaman (Th)
Produksi
(Ton TBS/ha)
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Rata-rata
7
15
19
22
25
27
27
27
27
27
27
25
25
24
24
22
22
21
21
19
17
17
17
22
Rendemen (%)
Minyak Kelapa Sawit (MKS) Inti Sawit (IS)
14
2,0
16
2,5
18
3,0
20
3,5
21
3,5
22
3,5
22
2,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
22
3,5
21,1
3,4
Pada saat kegiatan pemanenan kelapa sawit akan menghasilkan limbah padat, berupa
kayu, pelepah dan gulma. Perkiraan limbah padat perkebunan ini dalam setahun setiap
satu hektar perkebunan kelapa sawit rata-rata menghasilkan limbah pelepah daun
4)
buah
segar
yang
dihasilkan
akan
diangkut
ke
lokasi
pabrik
Buah serta brondol diangkut ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) setelah gagang tandan
dipotong serapatnya. Pengangkutan buah dilakukan dari tempat yang paling jauh guna
memudahkan memikul tandan ke TPH. Pada TPH buah disusun secara terbalik sebanyak 5
- 10 tandan per baris, kemudian pangkal tandan diberi nomor dan brondol ditempat
terpisah. TBS diangkut ke PKS menggunakan truk, traktor dan trailer.
b) Pengangkutan CPO dan PKO
Hasil produksi CPO dan PKO dipasarkan terutama untuk pasar dalam negeri dan diangkut
dari lokasi pabrik menuju pelabuhan terdekat. CPO dan inti sawit, diangkut menggunakan
truk tangki CPO, sedangkan inti sawit diangkut dengan truk kernel. Dari truk pengangkut,
muatan CPO dan PKO akan dimuat langsung ke kapal tanpa disimpan atau ditimbun
terlebih dahulu di pelabuhan.
II. Operasional Pabrik
5)
Silo inti menerima inti dari peniup inti yang digerakan dengan kipas dan pipa
penyalur. Silo inti memiliki pintu dibagian bawah.
II - 67
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
iv) Melalui ularan, inti yang telah dihancurkan dikirim ke timba inti yang bertugas
menaikkanya ke ularan umpan dan dari sini oleh ularan didistribusi.
v) Inti hancur dibagikan kecorong-corong pemeras inti
vi) Pemerasan dilakukan dengan kempa ulir. Dimana ampas kempa akan keluar dari ujung
silinder kempa dan minyak inti mengalir melalui talang dan jatuh kesaringan getar
yang ada diatas bak.
vii) Ampas yang tertahan pada saringan dikembalikan ketimba untuk dikempa (press)
melalui ularan pengumpul.
viii) Bak minyak terbuat dari plat besi yang dilengkapi dengan termometer dan pipa
pemanas dengan uap dan pompa yang akan memompakan minyak ke "frame filter" .
Pipa pemanas dalam bak ini dilengkapi dengan kran manometer dan perangkap
embun.
ix) Minyak dari bak masih perlu disaring lagi dengan saringan kain (filter press) yaitu
lempengan baja yang disekatkan pada kain saringan.
x) Minyaknya ditampung pada bak pengumpul dan dipompakan ke tangki timbun dan
ampas kembali dicampurkan dengan ampas inti.
xi) Tangki timbun yang berkapasitas 1.000 ton atau lebih dilengkapi dengan pengukur dan
pompa pengiriman.
xii) Ampas yang dihasilkan disalurkan dari pesawat kempa terakhir keruang pengepakan
dengan ularan dan ampas kering ini digonikan.
Tangki timbun dipelabuhan diperlukan, karena kapal tangki yang besar memiliki kapasitas
10.000 - 12.000 ton dan kapal tidak terlalu lama sandar menunggu muatan. Disamping itu,
minyak yang akan dimuat menuju kapal perlu terlebih dahulu dipanaskan agar mudah
dialirkan, oleh karena itu tangki penimbunan minyak harus dilengkapi dengan instalasi
pemanasan karena minyak sawit akan membeku pada temperatur rendah. Titik cair CPO
adalah 24C untuk itu diperlukan instalasi pemanasan. CPO yang akan diisikan ke tangki
mobil temperaturnya harus dipanasi pada temperatur 50 - 55C.
6)
Operasional Boiler
II - 68
Untuk menghasilkan uap yang digunakan untuk proses produksi, PT. Dharma Buana
Lestari menggunakan mesin ketel uap (boiler) dengan kapasitas 30 ton/jam sebanyak 2
unit. Dalam operasionalnya, boiler ini akan menggunakan limbah padat yang dihasilkan
dari proses pengolahan TBS, berupa cangkang (7% dari TBS) dan sabut halus (11 % dari
TBS) sebagai bahan bakar untuk pembangkit uap di stasiun boiler. Serabut halus ini
memiliki nilai kalor sebesar 2.540 K.cal/kg serabut dan cangkang sebesar 3.640 K.cal/kg
cangkang. Dari proses pembakaran pada ketel uap (boiler) akan dihasilkan emisi gas buang
berupa total partikel (TSP), sulfurdioksida (SO2), nitrogendioksida (NO2), hidrogen klorida
(HCl), gas klorin (Cl2), Ammonia (NH3), hidrogen florida (HF) dan opasitas, mengacu
kepada PERMEN LH No. 7 Tahun 2007 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak
bagi ketel uap.
7)
Pengolahan Limbah
5,0 ton/jam
10,0 ton/jam
40 ton/jam
6,0 ton/jam
4,0 ton/jam
8,2 ton/jam
3,0 ton/jam
5,0 ton/jam
Jumlah
81,2 ton/jam
20,0 ton/jam
101,2 ton/jam
Pada proses pengolahan minyak kelapa sawit akan menghasilkan 3 macam limbah
cair (efluent), yaitu yang berasal dari kondensat rebusan sebanyak 0,34 ton dari setiap
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 69
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
ton TBS yang diolah, dari centrifuge sludge 0,80 ton dan dari pencucian hidrosiklon
(Hydrocyclone) 0,2 ton atau seluruhnya berjumlah 1,34 ton. Dengan penggunaan
decanter limbah cair ini dapat dikurangi menjadi hanya 600 - 800 kg saja dibanding
tanpa decanter 1.200 1.600 kg/ton TBS.
Jumlah air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit ini + 0,67 liter/kg TBS atau
setara dengan 40 m3 air limbah/jam untuk PKS kapasitas 60 ton/jam. Limbah cair
tersebut dalam proses di PKS akan muncul dari sumber berikut :
- Air kondensat rebusan
15 - 20 %
- Air klarifikasi
70 - 75 %
5 - 10 %
Air limbah ini memiliki cemaran yang tinggi, sehingga perlu pengolahan sebelum di
pompa sebagai pupuk ke kebun kelapa sawit (system land application). Untuk hal ini,
maka akan dibangun unit pengolahan limbah (IPAL) secara sempurna, agar
buangannya sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Selain limbah cair PKS, terdapat
limbah oli bekas dari penggunaan pelumas mesin dan peralatan pabrik yang akan
ditampung dalam drum dan dikembalikan kepada supplier/pemasok.
ii) Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari PKS ini adalah tandan kosong, cangkang, sabut
halus, abu sisa pembakaran cangkang dan sabut halus dari ketel (boiler) serta
sludge/cake dari unit IPAL.
Tandan kosong yang berjumlah 20 % dari TBS yang diolah dapat dipergunakan untuk
mulsa yang ditebarkan di areal perkebunan kelapa sawit. Tandan kosong ini dapat juga
dimanfaatkan sebagai pupuk kalium dengan memanfaatkan abu hasil pembakaran
janjang kosong di incinerator. Cangkang (7 % dari TBS) dan sabut halus (11 % dari
TBS) dipergunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit uap di stasiun boiler.
Sisa cangkang biasanya dipergunakan untuk perkerasan jalan dan perkerasan halaman
pabrik, perkantoran dan perumahan karyawan. Abu ketel yang berasal dari proses
pembakaran cangkang dan sabut halus dipergunakan untuk pemupukan tanaman
kelapa sawit. Dengan demikian, limbah padat dari PKS ini dipandang tidak menjadi
masalah bagi lingkungan.
II - 70
No
Jenis Limbah
Persentase (%)
dari kapasitas
maks. pabrik
Jumlah limbah
(ton/hari)
Jumlah limbah
(ton/bulan)
22 s.d. 23
475,2 - 496,8
11.880 - 12.420
6 s.d. 8
129,6 - 172,8
3.240 - 4.320
12 s.d. 13
259,2 - 280,0
6.480 - 7.000
Janjang kosong
Cangkang
Serabut
108
2.700
Sludge IPAL
25
431,2
10.780
Proyeksi limbah yang dihasilkan di lapangan berupa pelepah kering kelapa sawit
10,00 ton/ha/tahun. Khusus untuk pelepah, tidak termasuk dalam kriteria limbah
II - 71
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
karena dalam sistem pertanian, pelepah tersebut akan terdekomposisi menjadi pupuk
organik/kompos yang akan digunakan kembali oleh tanaman.
iii) Cemaran Udara/Limbah Gas
Limbah/cemaran udara berasal dari pembakaran solar dari generating set serta
pembakaran cangkang dan sabut kelapa sawit di dapur ketel uap. Untuk mengurangi
abu ini akan dibuat cerobong setinggi 2-2,5 kali dari bangunan tertinggi untuk
mengurangi munculnya abu yang keluar dari dapur ketel uap, gas buang ini dibuang ke
udara terbuka.
iv) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa
sawit (PKS) secara umum dihasilkan dari kegiatan pengelolaan gulma dan hama
terpadu menggunakan pestisida, pemeliharaan mesin dan peralatan produksi serta
bahan penolong dan kemasannya. Limbah-limbah B3 yang dihasilkan antara lain,
bekas kemasan pestisida, baterai bekas, oli dan pelumas bekas, kemasan oli dan
pelumas bekas, lampu TL bekas, majun, bahan penolong kimia dan kemasannya.
b) Pengelolaan Limbah dan Cemaran Pabrik Kelapa Sawit
i) Limbah Cair
Pengolahan limbah cair Pabrik minyak Kelapa sawit
Tahap Pencegahan
II - 72
II - 73
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Perlunya memasang alat ukur penggunaan air dan alat pengukur debit limbah, agar
kuantitas penggunaan air untuk kegiatan proses pengolahan dan jumlah limbah cair
yang dihasilkan dapat terpantau secara baik.
Tahap Penanganan
Untuk mengolah limbah buangan PKS tersebut, PT. Dharma Buana Lestari
merencanakan membangun dan mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL), dirancang dengan menggunakan system anaerobic/aeration pond. Pemilihan
jenis ini adalah efektifitas kolam cukup tinggi dan telah banyak diaplikasikan di dalam
penanganan limbah cair PKS di Indonesia.
Sasaran kualitas air limbah yang akan dicapai dengan dioperasikan IPAL ini adalah
baku mutu SK. MENLH No. KEP-51/MENLH/10/1995, yaitu:
pH
= 6-9
TSS
= 250 mg/l
BOD5
= 100 mg/l
COD
= 350 mg/l
= 25 mg/l
Nitrogen
= 50 mg/l
Sistem kerja dan proses pengolahan air limbah di Instalasi Pengolahan Air Limbah
dari PKS ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
Unit Pengolahan Limbah Sterilizer, Klarifikasi dan Air Hidroksilon
Fat Pit (Bak Pemisah Minyak)
Kolam ini berfungsi sebagai tempat pengutipan minyak (oil losses) yang terikut dalam
limbah cair sebelum diberi perlakuan, dengan cara membebaskan sebagian ikatan
minyak secara termofil pada suhu sekitar 70 80 oC. Sisa minyak yang terpisah
dengan air limbah selanjutnya dialirkan kembali ke stasiun klarifikasi untuk diproses
lebih lanjut menjadi minyak mentah.
II - 74
Air limbah yang berasal dari fat pit mempunyai karateristik bersifat asam dengan pH
4 - 4,5 dan suhu berkisar 70 80 oC. Sebelum limbah dialirkan kekolam pengasaman,
suhunya perlu diturunkan menjadi 40 45 oC agar bakteri mesophilik dapat
berkembang biak dengan baik.
Acid Ponds
Pengoperasian kolam ini berfungsi sebagai proses pra-kondisi bagi limbah sebelum
masuk ke kolam an-aerobik yang bertujuan untuk menaikkan pH menjadi 6 - 8,
sehingga kecepatan perombakan bahan organik oleh bakteri menjadi Volatile Fatty
Acid (VFA = Asam lemak mudah menguap) dapat berjalan dengan baik. Penambahan
caustic soda diperlukan sebesar 3,5 - 4,0 kg/ton air limbah. Di dalam kolam ini
dilakukan pembiakan untuk membiakan jasad renik yang dikenal dengan nama dagang
antara lain Bichem 1003 FG dan B-1008 SF serta Tomachi 61384 AR. Di dalam
kolam ini perlu adanya penambahan nutrient, yaitu urea, TSP dan caustic soda dengan
perbandingan BOD : N : P = 100 : 10 : 1
Untuk menurunkan kembali suhu air limbah yang masih tinggi, maka dilakukan
resirkulasi air limbah dari bak An-aerob dengan perbandingan 1 : 1. Selain
menurunkan suhu, maka resirkulasi ini juga dapat menaikan pH di dalam kolam dan
untuk mensuplai sel mikroba. Proses pada tahap pengasaman ini berlangsung sangat
cepat, bakteri penghasil asam dengan cepat mengubah bahan organik majemuk
menjadi asam-asam mudah menguap, seperti asam valerat, buterat, propanat, acetat,
methansat, karbondioksida, air dan hydrogen sulfida dengan reaksi sebagai berikut:
Fermentasi
Bahan = -------------------------------------> Asam-asam + CO2 + H2O + E (Energi)
organik
Bakteri an-aerob
Organik
(Acid Forming Bacteria)
An-aerobic Ponds
Kolam an-aerobik berfungsi sebagai tempat perombakan limbah cair oleh bakteri
secara an-aerobik/perombakan. Proses perombakan ini adalah merombak asam-asam
organik yang telah terbentuk pada proses pengasaman menjadi gas methan dan karbon
dioksida, dengan reaksi berikut :
Bakteri An-aerob
(Menthan Forming Bacteria)
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 75
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
+ H2
Organik
Jika BOD limbah pada kolam an-aerobic masih cukup tinggi, maka limbah diproses
lebih lanjut pada kolam aerobik.
Facultative Pond
Proses yang terjadi pada kolam ini adalah proses penonaktifan bakteri an-aerobik dan
prakondisi proses aerobik. Aktivitas ini dapat diketahui dengan indikasi pada
permukaan kolam tidak dijumpai scum dan cairan tampak kehijau-hijauan.
Aerobic Pond
Kolam aerobik berfungsi sebagai tempat untuk mengokidasi asam-asam organik
sederhana yang masih belum terombak di kolam anaerob, mengevaporasikan asamasam organik sederhana yang sudah menguap, dan menonaktifkan bakteri-aerobik
serta menambah oksigen.
Pada kolam ini telah tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang membentuk
flocs. Hal ini merupakan proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba
dalam kolam.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Perkebunan Marihat Medan menunjukkan bahwa setelah dianalisa pada limbah cair yang dihasilkan oleh
PKS tersebut juga mengandung unsur-unsur seperti N, P, K, Mg dan lain-lain yang
menunjukkan bahwa limbah cair ini cukup potensial untuk dipakai sebagai pupuk
tanaman. Akan diperoleh masing-masing sebanyak 70 kg N, 12 kg P, 150 kg K, 27 kg
Mg dan 32,5 kg Ca dari tiap 100 ton limbah.
II - 76
20m
20m
4.5m
220m
Anaerobic
4.5m
Anaerobic
4.5m
20m
Pump
Land
application
Anaerobic
20m
Aerobic
4.5m
4.5m
Aerobic
4.5m
220m
dan
bukan
pembuangan
atau
mengalirkan
sewenang-wenang.
II - 77
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Menurut Sixt, 1994 dalam Said Gumbira, 1996 kandungan bahan-bahan organik yang
ada di dalam air limbah dari proses pengolahan buah sawit memiliki kandungan bahan
organik yang sangat tinggi (Tabel 2.25). Hal ini ditunjukkan dengan tingginya nilai
BOD dan COD, yang merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kandungan
bahan organik.
Tabel 2.25. Konsentrasi Air Limbah Kelapa Sawit
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Parameter
BOD5
COD
Padatan tersuspensi
Padatan total
Nitrogen total
Fosfat
Minyak/Lemak
pH
Satuan
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Konsentrasi
20.000 30.000
35.000 45.000
28.000
48.000
105
216
1.500 2.000
4
Baku Mutu *)
100
350
300
50
25
6-9
Berdasarkan hasil studi pustaka, menunjukkan bahwa air limbah kelapa sawit setelah
diolah melalui IPAL dengan proses biologis ternyata mengandung unsur hara yang
cukup tinggi, yang kesetaraannya dengan pupuk dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.26. Kandungan Unsur Hara Pada Air Limbah Kelapa Sawit
No
Konsentrasi (mg/l)
UREA 45%
19,3
103
351
182
Sumber: Laporan Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik CPO untuk Pupuk Tanaman Sawit, Dep. Lingkungan
PT. Astra Agro Lestari, 1999.
Jika dilihat dari kandungan unsur yang ada, maka limbah cair pabrik PKS setelah
melalui proses pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Diharapkan dengan
pemanfaatan limbah cair dapat menghemat pupuk terutama pupuk Urea, TSP, MOP
dan Kieserit. Khusus untuk pupuk TSP saat ini sudah berubah menjadi SP36 yang
bersifat habis pakai dan tidak menimbulkan residu. Berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 28 Tahun 2003 tentang Pedoman Teknis Pengkajian
Pemanfaatan Air Limbah dari Industri Minyak Sawit pada Tanah di Perkebunan
Kelapa Sawit, mempersyaratkan bahwa konsentrasi BOD tidak boleh melebihi 5.000
II - 78
mg/l dan nilai pH berkisar 6 - 9 dengan demikian limbah yang dihasilkan diolah
terlebih dahulu melalui proses pengolahan biologis. Sesuai dengan rencana desain
Instalasi Pengolahan Air Limbah, konsentrasi bahan organik yang diharapkan keluar
dari Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagaimana disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 2.27. Konsentrasi Air Limbah setelah IPAL untuk Land Application
No
Parameter
Land Application
BOD (mg/l)
25.000
< 5.000
COD (mg/l)
35.600
5.600
TSS
19.000
1.150
Minyak/lemak
8.400
820
pH
3.5 4.6
69
Pemilihan teknik aplikasi yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit sangat tergantung
kepada kondisi dan luas areal yang tersedia maupun faktor berikut:
Jenis dan volume limbah cair, topografi lahan yang akan dialiri,
Jenis tanah dan kedalaman permukaan air tanah, umur tanaman kelapa sawit,
Luas lahan yang tersedia dan jaraknya dari pabrik, dekat tidaknya dengan air sungai
atau pemukirnan penduduk.
Teknik aplikasi lahan telah banyak dikembangkan di beberapa negara. Pemilihan
teknik aplikasi tergantung kepada kondisi topografi areal kebun. Sistem lahan yang
akan digunakan dalam rencana kegiatan PT. Dharma Buana Lestari, yaitu sistem
flatbed atau parit dan teras, yang dibangun terutama untuk blok-blok kebun yang
terdekat dengan lokasi pabrik.
Sistem ini digunakan di lahan berombak-bergelombang dengan membuat konstruksi
diantara baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan
limbah dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu. Sistem ini dibangun mengikuti
kemiringan tanah. Teknik aplikasi limbah adalah dengan mengalirkan limbah (kadar
BOD 3.500-5.000 mg/l), dari kolam limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi,
berukuran 4m x 4m x 1m, ke flatbed berukuran 2,5m x 1,5m x 0,25m, yang dibuat
setiap 2 baris tanaman.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 79
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Sistem ini dapat dibangun secara manual atau dengan mekanis menggunakan backhoe.
Flatbed dibangun dengan kedalaman yang cukup dangkal. Limbah cair yang akan
diaplikasikan dipompakan melalui pipa ke atas atau ke dalam bak distribusi. Setelah
penuh, lalu dibiarkan mengalir ke bawah dan masing-masing teras atau flatbed diisi
sampai ke tempat yang paling rendah. Seperti pada gambar di bawah ini, aplikasi
tergantung kepada kecepatan alir dan dapat dialirkan secara simultan melalui beberapa
baris flatbed dalam areal tanaman. Dengan teknik pengaliran ini, secara periodik
lumpur yang tertinggal pada flatbed dikuras agar tidak tertutup lumpur.
Gambar 2.19. Pengaliran Limbah Cair Pada Areal Kebun Dengan Sistem Flatbed
Pola parit yang akan digunakan dalam sistem flatbed ini, yaitu teknik parit atau alur
(longbed). Ada dua pola parit yang digunakan untuk distribusi limbah yaitu parit yang
II - 80
lurus dan berliku-liku. Parit berliku-liku digunakan untuk lahan yang curam atau
berbukit. Teknik seperti ini dilakukan dengan memompakan limbah ke tempat yang
tinggi, lalu dialirkan ke bawah dengan kemiringan tertentu di dalam pipa induk
paralon 6. Parit dibangun dengan kedalaman dan lebar tertentu. Kecepatan aliran
diatur agar perlahan-lahan, untuk memungkinkan perkolasi ke dalam tanah. Dengan
aliran larnbat juga dapat mencegah erosi.
Dari Pipa saluran induk, kemudian dialirkan ke pipa utama paralon 4 kemudian ke
pipa distribusi paralon 2. Parit yang lurus memanjang dapat dibangun di lahan
sedikit miring, dan limbah dialirkan hingga ke ujung parit. Jadi seperti aplikasi flatbed,
limbah cair dipompakan melalui pipa ke tempat yang relatif tinggi dan didistribusikan
ke dalam parit primer. Jumlah parit tergantung kepada topografi. Teknik aplikasi
seperti ini biayanya lebih murah, tetapi masalah yang ditimbulkan ialah distribusi
aliran tidak sama rata, kemiringannya terbatas, dan akhirnya parit tertimbun lumpur.
Pembangunan parit tidak terlalu dalam, sekitar 20cm atau 30cm dengan lebar sekitar
30cm. Parit ini dapat dibangun secara manual atau mekanis di sepanjang baris
tanaman, namun tidak mengganggu jalan pemanenan dan transportasi TBS.
Aplikasi limbah cair dengan kecepatan aliran yang optimum tanpa pemupukan,
memberikan produksi yang lebih tinggi dari pada areal tanaman kelapa sawit yang
dipupuk. Kenaikan produksi tersebut berkaitan dengan pengaruh nutrisi terkandung di
dalarn air limbah.
Keuntungan pemanfaatan limbah cair PKS secara umum adalah seperti berikut:
Memperbaiki struktur fisik tanah
Meningkatkan aerasi, peresapan, retensi, dan kelembaban.
Meningkatkan perkembangbiakan dan perkembangan akar.
Meningkatkan kandungan organik tanah, pH tanah dan kapasitas tukar kation tanah.
Meningkatkan populasi mikroflora dan mikrofauna tanah maupun aktivitasnya
(Huan, 1987).
Aplikasi limbah cair sebagai pupuk tidak boleh menyebabkan penurunan muka air
tanah, kerusakan tanah dan penurunan mutu air tanah pada sumber-sumber air yang
berasal dari air larian dan kegiatan pemanfaatan pupuk tersebut, sehingga diperlukan
sumur pantau untuk mengetahui kemungkinan terjadinya pencemaran pada air tanah.
II - 81
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Jenis Limbah
Cara Pengolahan
Janjang kosong
Sebagai mulsa
Serabut (serat)
Cangkang
Lumpur
II - 83
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Partikel; merupakan hasil tangkapan dari peralatan dust collector. Volume yang
dihasilkan relatif kecil dan dimanfaatkan sebagaimana limbah padatan yang lainnya
seperti diuraikan di atas.
Polybag yang dihasilkan bersumber dari bungkus bibit (pre-nursery dan mainnursery), penanganan yang dilakukan adalah dengan menampung polybag tersebut
kemudian dikirim ke pengumpul plastik bekas untuk di-recycle.
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), berupa bahan Kimia penolong dan
kemasanannya, kemasan bahan pestisida atau pupuk untuk kegiatan pemeliharaan
tanaman belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan, dilakukan dengan
penampungan di gudang bahan kimia/sejenis untuk kemudian diangkut/dikirim ke
supplier bahan kimia atau kepada pengumpul yang telah berizin.
Limbah B3 dari pemeliharaan mesin dan peralatan produksi seperti majun, lampu
TL bekas, aki bekas, dll akan dikumpulkan di TPS B3 untuk kemudian diangkut
oleh pihak ketiga (transporter atau pengumpul yang telah memiliki izin dari intansi
yang berwenang).
Limbah padat dari kegiatan domestik karyawan akan dilakukan pengelolaan dengan
memisahkan sampah menjadi sampah organik, anorganik dan sampah logam. Untuk
sampah organik akan dilakukan pengelolaan dengan pengomposan, limbah
anorganik dan limbah logam dan kaca akan dikumpulkan untuk kemudian
diangkut/dikirim ke pengumpul atau dibuang di landfill yang telah ditentukan.
Namun untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan juga akan dilakukan
program 3R (reduse, reuse dan recycle)
Limbah padat medis dari klinik akan dikumpulkan di TPS LB3 dan dikirim ke
pengumpul dan pengolah musnahkan pada unit incenerator perusahaan limbah
medis yang memiliki legalitas dari instansi terkait.
Penelitian-penelitian tentang pemanfaatan limbah padat kelapa sawit untuk
dijadikan produk yang mempunyai nilai tinggi telah banyak dilakukan. Limbah
padat kelapa sawit akan menjadi perhatian sebagai bahan baku pengganti atau
substitusi untuk industri kayu dan serat, seperti industri pulp, kertas, perabot atau
II - 84
II - 85
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
TAHAP
PROSES
Sterilisasi
Pengukusan
Perontokkan
(Treshing)
Pelumatan
(Digesting)
ALA
T
Steriliser
Thresher
Digester
FUNGSI
Mempermudah perontokkan
Mengurangi kadar air
Inaktifasi enzim Lipase &
oksidase
Menghancurkan daging
buah
Melepaskan sel yang
mengandung minyak
Clarifier
LIMBAH
Limbah Cair,
Panas
Kebisingan
Limbah padat
Kebisingan
Kebisingan
Limbah padat
(Sabut yang
bercampur dengan
inti sawit)
Limbah cair panas
Limbah Cair
Panas
Limbah Padat
(Sludge)
Kebisingan
II - 86
II - 87
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Pelaksana program comdev sepenuhnya adalah Tim comdev dari masyarakat setempat
yang ditunjuk oleh mereka sendiri. Tim ini terdiri dari tokoh masyarakat, pemuda, tokoh
petani, tokoh agama dan lain-lain sekaligus bertindak sebagai perencana program. Adapun
tim comdev ini dibina dan difasilitasi oleh tim Pemerintah Kabupaten Sarmi, Distrik dan
Desa/kampung terkait yang sekaligus sebagai pengawas.
Untuk menghindari tumpang tindih pelaksanaan program, dalam pelaksanaanya PT.
Dharma Buana Lestari berkoordinasi dengan kegiatan yang ada di sekitar. Selain itu juga
dikonfirmasikan dengan pemerintahan terkait mulai dari tingkat Desa/Kampung, Distrik
dan Kabupaten. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi kecemburuan sosial baik antar
individu maupun antar kelompok masyarakat di sekitar tapak kegiatan.
Dari hal tersebut di atas akan dikomunikasikan lebih lanjut dengan anggota masyarakat
yang diperkirakan terkena dampak. Dalam melakukan pendekatan terhadap masyarakat
akan diikutsertakan ketua adat/ perwakilan marga dan instansi pemerintah minimal kepala
desa dan distrik sebagai fasilitator. Bertujuan agar dapat terwujud kata sepakat bentuk dan
jumlah nilai comdev yang akan diberikan dengan memperhatikan kemampuan PT. Dharma
Buana Lestari.
Masyarakat setempat juga perlu tahu bahwa dana kompensasi comdev bukan hanya dalam
bentuk uang tunai (fresh-instant money), melainkan dikondisikan juga dalam bentuk
pembinaan dan pemberdayaan keterampilan serta pendidikan masyarakat yang terkait
dengan kegiatan PT. Dharma Buana Lestari.
Yang lebih penting lagi pengelolaan lingkungan harus dilakukan secara terpadu dengan
perusahaan sejenis baik yang telah, sedang ataupun akan beroperasi. Berbagai pendekatan
yang dapat ditempuh antara lain pendekatan ekologis, finansial (investasi), sosial, politik
dan kamtibnas. Tujuannya adalah agar terjadi pemerataan pembangunan dan tanggung
renteng terhadap penanganan dampak lingkungan akumulatif yang timbul.
Dalam dokumen ANDAL nantinya akan disusun alternatif jenis-jenis program comdev
yang dapat ditempuh oleh PT. Dharma Buana Lestari. Program-program tersebut
mencakup aspek ekonomi, kesehatan dan pendidikan yang akan dikelompokkan dalam
program jangka pendek dan program jangka panjang. Sebagai cacatan bahwa program
tersebut disesuaikan dengan kemampuan PT. Dharma Buana Lestaridan kebutuhan
masyarakat setempat yang terkait dengan wilayah studi.
II - 89
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Pemerintah
PT. DBL
Humas
Tim comdev dari
PT. DBL
PROGRAM
Tingkat :
Desa/Distrik
Kab Sarmi
Instansi Terkait
Tokoh Adat, LMA,
Masyarakat)
Tokoh Masyarakat
Lokal
Pendatang
LSM
Pokja (tani, perajin, dll)
Jangka :
Sosialisasi Comdev
Gambar 2.23. Model Pendekatan CD: Hubungan Tripartit Antara PT. Dharma Buana
Lestari, Pemerintah Dan Masyarakat
2.4.
Kegiatan yang direncanakan dalam proyek Rencana Pembangunan Perkebunan dan Pabrik
Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) PT. DBL seperti disajikan dalam uraian di atas adalah
sudah ditetapkan dan tidak ada rencana kegiatan lain yang bersifat alternatif.
2.5.
2.5.1.1. Geologi
Batuan tertua yang tersingkap di Lembar Sarmi (berdasarkan Peta Geologi Lembar Sarmi
dan Bufareh, Irian Jaya skala 1 : 250.000 oleh S. Gafoer dan T. Budhitrisna, 1985) adalah
Satuan Batuan Mafik/Ultramafik (m/um) tersusun oleh gabro, serpentinit dan batuan
terserpentinitkan. Pada umumnya batuan ini tergeruskan dan terbreksikan, dimana umur
batuan tersebut diduga mungkin lebih tua dari Kala Kapur Akhir. Sementara itu, batuan
yang lebih muda merupakan batuan gunung api Formasi Auwewa dan batu gamping
pelagos Formasi Biri yang terbentuk pada Kala Kapur akhir sampai dengan Eosen.
Pada awal pengendapan sejak Kala Oligosen, konglomerat alas terbentuk di beberapa
tempat, disusul dengan terbentuknya batu gamping terumbu dan kalkarenit. Sementara itu
pada tempat lain terbentuk sisipan batuan gunung api. Kumpulan batuan tersebut
dinamakan Formasi Darante yang terbentuk sampai Kala Miosen. Genang laut berlangsung
terus dan terbentuk Formasi Makats yang berupa sedimen flysch yang berumur Miosen
Tengah sampai bagian bawah Miosen Akhir. Pada Miosen Akhir sampai Plistosen
terbentuk batuan yang termasuk dalam Kelompok Mamberamo yang menindih selaras
diatas Formasi Makats. Dibeberapa tempat yang mungkin merupakan cekungan atau dekat
tinggian, terjadi rumpang stratigrafi antara ke dua satuan tersebut. Batuan klastik yang
terbentuk mirip dengan Formasi Makats, hanya sifat fisiknya tampak jelas berbeda.
Pengendapan Kelompok Mamberamo terjadi pada fasa susut laut. Kelompok Mamberamo
terdiri dari Formasi Aurimi dan Formasi Unk. Pada Kala Plistosen, setelah terbentuknya
batuan Kelompok Mamberamo terjadi tektonik yang menghasilkan Batuan Campur aduk.
Selanjutnya sedimen klastika dan biokimia terbentuk dan menindih tak selaras Kelompok
Mamberamo yaitu batu gamping Koral Formasi Jayapura di daerah pantai dan konglomerat
Formasi Kukunduri di daerah pedalaman. Satuan paling muda adalah aluvium, terumbu
terangkat dan endapan lumpur yang berasal dari poton.
Berdasarkan hasil pemetaan kondisi geologi di Kabupaten Sarmi diketahui bahwa batuan
induk terluas adalah batu formasi unk sebesar 5.580 km2 (31,46% dari luas wilayah
Kabupaten Sarmi), kemudian batuan lain yang memiliki proporsi luas adalah batuan
alluvium seluas 5.180 km2 (29,20% dari luas wilayah Kabupaten Sarmi) dan terumbu
koral terangkat seluas 2.540 km2 (14,32% dari luas wilayah Kabupaten Sarmi). Lebih jelas
mengenai formasi geologi pada Kabupaten Sarmi disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.29. Kondisi Geologi Kabupaten Sarmi
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 91
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
NO.
Kondisi Geologi
Alluvium
Batuan Mafik
Luas (Km2)
Persentase
5.180,177
29,20%
35,863
0,20%
3,734
0,02%
763,124
4,30%
182,538
1,03%
Endapan Lumpur
1.721,219
9,70%
Formasi Aurimi
706,746
3,98%
Formasi Biri
2,297
0,01%
Formasi Buru
452,871
2,55%
10
Formasi Kukunduri
163,251
0,92%
11
Formasi Makats
298,323
1,68%
12
Formasi Unk
5.580,653
31,46%
13
2.540,865
14,32%
14
Ultramafik
108,340
0,61%
1) Topografi
Kondisi topografi atau kemiringan lereng pada wilayah Kabupaten Sarmi relatif beragam
mulai dari wilayah pesisir yang datar sampai dengan pegunungan dengan kemiringan
lereng yang curam. Berdasarkan hasil perhitungan pada citra peta kabupaten, dapat
diketahui bahwa sebagian besar (sekitar 52,16%) wilayah Kabupaten Sarmi memiliki
kondisi topografi yang cukup curam dengan tingkat kemiringan lereng lebih dari 40%.
Kemudian untuk wilayah kabupaten dengan kemiringan lereng lahannya berkisar antara 0
sampai 8% memiliki proporsi luasan wilayah sebesar 37,39%. Kondisi ini memberikan
gambaran bahwa wilayah Kabupaten Sarmi yang datar terutama pada kawasan pesisir
cukup rentan terhadap terjadinya banjir dan genangan air. Lebih jelasnya terkait dengan
kondisi topografi/kemiringan lereng pada wilayah Kabupaten Sarmi dapat dilihat pada
tabel berikut.
II - 92
Kemiringan Lereng
0 8%
8 15%
Luas (KM2)
6.632,131
980,531
%
37,39
5,53
15 40%
>40%
874,783
4,93
9.252,555
52,16
II - 93
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Kondisi lahan pada wilayah Kabupaten Sarmi dapat mengindikasikan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan wilayah kabupaten secara umum. Pola penggunaan lahan pada
Kabupaten Sarmi secara umum masih didominasi oleh penggunaan lahan tidak terbangun
atau non budidaya seperti hutan, semak belukar ataupun rawa. Kondisi penggunaan lahan
pada Kabupaten Sarmi dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Permukiman
Permukiman penduduk yang terdapat Kabupaten Sarmi terdiri dari permukiman kampung
dan permukiman kota. Permukiman kota terkonsentrasi pada perkotaan Sarmi yang berada
di Distrik Sarmi Kota, sementara itu permukiman kampung tersebar pada perdesaan Sarmi
yang berada pada distrik di luar Sarmi Kota. Secara umum kawasan permukiman
perdesaan di wilayah Kabupaten Sarmi berkembang secara linier mengikuti jaringan jalan
ataupun mengikuti garis pantai namun untuk permukiman penduduk yang berada di
perkotaan Sarmi yang membentuk pola grid (persegi) seperti kompleks perumahan dinas
bagi PNS dan militer. Permukiman yang berada di luar perkotaan Sarmi memiliki kondisi
yang relatif terpisah atau menyebar dengan jarak antar kampung yang relatif jauh (rata-rata
lebih dari 5 km), sementara permukiman pada perkotaan Sarmi memiliki pola yang
memusat dan berdekatan.
b. Lahan Pertanian
Lahan pertanian saat ini juga dibudidayakan pada wilayah Kabupaten Sarmi dimana
lokasinya berdekatan dengan kawasan permukiman penduduk. Lahan pertanian berupa
sawah sebagian besar dibudidayakan penduduk di daerah transmigrasi pada Distrik
Bonggo karena penduduk transmigran memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
memadai untuk mengolah lahan sawah yang umumnya digunakan untuk budidaya
pertanian tanaman pangan seperti padi, kacang, jagung dan lainnya. Selain sawah, lahan
pertanian yang dibudidayakan penduduk di Kabupaten Sarmi berupa tegal atau pekarangan
yang dimanfaatkan penduduk untuk pertanian sayuran, jagung, ubi kayu dan lainnya.
Lokasi tegal atau pekarangan ini umumnya masih disekitar lingkungan rumah penduduk.
Lahan pertanian lainnya yang ada di Kabupaten Sarmi berupa perkebunan yang umumnya
menempati lahan di luar permukiman penduduk. Komoditas perkebunan yang diusahakan
oleh penduduk Sarmi meliputi pinang, kelapa, kakao dan tanaman buah-buahan. Lahan
perkebunan banyak dijumpai pada sepanjang kawasan pesisir utara Sarmi mulai dari
wilayah Bonggo Timur sampai dengan Sarmi Kota.
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 95
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
c. Hutan Sagu
Hutan sagu di Kabupaten Sarmi pada umumnya berasosiasi dengan hutan rawa yang
terletak di belakang hutan mangrove atau hutan pantai. Hutan sagu juga terletak di wilayah
rawa sepanjang sungai terletak di belakang formasi hutan nipah yang tidak terjangkau oleh
pasang surut air laut. Selain tanaman sagu yang tumbuh secara alami, pada kawasan hutan
sagu ini juga terdapat kebun sagu yang diusahakan secara rutin oleh penduduk. Tanaman
sagu ini merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan penduduk sebagian besar distrik
di luar perkotaan Sarmi dikarenakan sagu merupakan bahan pangan pokok penduduk
terutama untuk penduduk di perdesaan pedalaman yang tidak dapat mengakses atau
mengkonsumsi beras.
d. Hutan
Berdasarkan hasil observasi di lapangan dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di
Kabupaten Sarmi masih didominasi kawasan hutan. Selain hutan sagu yang telah diuraikan
sebelumnya, kawasan hutan yang terdapat di wilayah Sarmi meliputi hutan produksi dan
hutan lindung. Hutan produksi dimanfaatkan untuk aktivitas produksi kehutanan seperti
penebangan kayu dan pengolahan hasil hutan lainnya. Pada wilayah hutan Kabupaten
Sarmi terdapat beberapa lokasi penebangan kayu yang diusahakan oleh perusahaan swasta
seperti pada Distrik Pantai Timur dan Distrik Pantai Barat. Hutan produksi pada Kabupaten
Sarmi terdiri dari hutan produksi konversi yang tersebar di sepanjang pesisir utara wilayah
Sarmi serta hutan produksi terbatas yang berada di bagian pedalaman, seperti di Tor Atas
dan Apawer Hulu.
Kemudian kawasan hutan lain yang ada di Kabupaten Sarmi adalah hutan lindung, dimana
hutan jenis ini umumnya berada pada bagian tengah wilayah kabupaten, dengan kondisi
topografi yang cukup terjal. Sebagian besar masih berupa hutan alami yang masih belum
dirambah oleh manusia sehingga kealamian ekosistem atau habitatnya masih terjaga
dengan baik. Jenis hewan besar dan liar masih dapat ditemui pada kawasan hutan lindung
ini antara lain babi, kanguru, kasuari dan beberapa jenis burung kakatua, elang kepala putih
dan jenis cendrawasih. Sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Sarmi berada pada
wilayah Distrik Tor Atas serta Pantai Timur Barat.
2) Tanah
Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk sebagai hasil proses terhadap faktor faktor
pembentuk tanah yang antara lain bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu.
II - 96
Oleh karena pembentuk tanah tersebut mempengaruhi perkembangan tanah, maka jenis
tanah bervariasi dari satu tempat ketempat lainnya, demikian juga produktivitas dalam
pemanfaatannya. Berdasarkan jenisnya, maka jenis tanah di Kabupaten Sarmi ada 5 (lima)
yaitu latosol, mediteran rensina, organosol aluvial, podsolik merah kuning, hidromorf
kelabu, podsolik coklat kelabu/rensina.
Untuk jenis tanah yang cukup dominan pada wilayah Kabupaten Sarmi ini adalah jenis
tanah inceptisol dengan sebaran mencapai 11.541 km2 atau 65,81% dari luas wilayah
kabupaten. Tanah inceptisol menyebar dari kawasan pesisir di wilayah Pantai Timur dan
Bonggo sampai dengan kawasan pegunungan di wilayah Tor Atas dan Apawer Hulu. Tanah
inceptisol ini secara umum cocok untuk aktivitas pertanian serta aktivitas budidaya
lainnya, dimana karakter tanah jenis ini kurang memiliki asam namun relatif produktif atau
subur. Kemudian jenis tanah lain yang terdapat di wilayah Kabupaten Sarmi adalah ultisol
dengan luas sebaran sekitar 4.482,043 km2 atau 25,56% dari luas kabupaten. Tanah Ultisol
tersebar di sebagian wilayah Apawer hulu, Pantai Barat, Sarmi Kota serta Bonggo Timur
dengan karakter tanah yang relatif tidak stabil atau rawan terjadi erosi lahan serta tanah ini
kurang produktif sehingga kurang mendukung untuk pengembangan aktivitas pertanian.
Jenis tanah lain di wilayah Kabupaten Sarmi dengan proporsi sebaran yang relatif kecil
adalah tanah entisol, histosol serta mollisol. Untuk lebih jelas mengenai kondisi luasan
jenis tanah yang tersebar di wilayah Kabupaten Sarmi disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.31. Kondisi Sebaran Jenis Tanah Kabupaten Sarmi
NO.
JENIS TANAH
LUAS (KM2)
PERSENTASE
1.
Inceptisol
11.541,098
65,81%
2.
Ultisol
4.482,043
25,56%
3.
Entisol
1.181,097
6,74%
4.
Histosol
329,120
1,88%
5.
Mollisol
3,294
0,02%
2.5.1.3. Hidrologi
Wilayah Sarmi memiliki potensi kandungan air permukaan yang cukup tinggi baik berupa
sungai maupun danau. Pada wilayah Kabupaten Sarmi terdapat beberapa sungai besar yaitu
II - 97
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Sungai Apawer, Sungai Iramuar, Sungai Muwar, Sungai Verkam, Sungai Moaif, Sungai
Bier, Sungai Unk, Sungai Biri, Sungai Wiru, Sungai Sermoif serta Sungai Tor. Pada
wilayah Kabupaten Sarmi terdapat 5 danau yakni Danau Teum seluas 133.500 km2, Danau
Piamform seluas 2.384 km2 serta Danau Boeire seluas 4.568 km2, Danau Daru seluas
1.531 km2, Danau Wae seluas 1.234 km2. Sebagian wilayah Kabupaten Sarmi termasuk
dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Sentani, yang terhimpun oleh sub DAS Verkam, sub
DAS Tor, sub DAS Biri, sub DAS Sermo serta sub DAS Grime. Terdapat beberapa sungai
dengan wilayah tangkapan (catchment area) yang sangat luas yaitu Sungai Apawer dengan
wilayah tangkapan mencapai 2.874.000 km2, kemudian Sungai Moaif sebesar 2.097.000
km2, Sungai Biri seluas 2.173.000 km2 serta Sungai Wiru sebesar 1.953.000 km2. Lebih
jelasnya, karakteristik sungai pada Kabupaten Sarmi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.32. Kondisi Hidrologi Kabupaten Sarmi
No.
Nama
Sungai
Karakteristik
Panjang
(Km)
Debit
Catchments
Area(Km2)
Qn (M3/S)
Q10 (M3/S)
Sub Das
1.
Appuvar
233.330
2.874.000
217.400
297.838
Apauwer
2.
Iramuar
19.260
124.000
14.556
22.708
Sermo
3.
Muwar
61.374
880.100
89.658
129.107
Verkume
4.
Verkam
87.610
303.200
82.380
118.628
Verkume
5.
Verkam1a
6.814
128.300
16.235
25.326
Verkume
6.
Moaif
129.863
2.097.000
164.060
224.763
Tor
7.
Bulianang
61.727
475.600
50.519
74.768
Tor
8.
Verkam1
52.700
581.000
48.717
72.101
Tor
9.
Bier
Tor
10.
Unk
Tor
11.
Biri
116.087
2.173.000
142.385
195.067
Biri
12.
Wiru
117.274
1.953.000
117.932
161.567
Wiru
13.
Wiru1
38.753
541.800
26.987
62.758
Wiru
14.
Sermoaif
113.113
1.296.000
83.786
39.941
Sermo
15.
Tor
37.840
837.100
42.404
114.786
Apauwer
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Dir. Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005
* : Data tidak tersedia
2.5.1.4. Iklim
Kajian tentang iklim sangat dibutuhkan dalam pembangunan pada sektor pertanian. Data
iklim yang digunakan berasal dari Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Sarmi
II - 98
Periode 2012 2013 yang meliputi curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara,
kecepatan angin dan arah angin.
Pada tahun 2013, suhu udara di Kabupaten Sarmi berkisar antara 22,6 oC sampai 32,6 oC.
Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 32,6 oC dan suhu terendah terjadi pada
bulan Agustus yaitu sebesar 22,6 oC.
1)
Rata-rata curah hujan Kabupaten Sarmi tahun 2013 sebesar 270,4 mm. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan November yakni 534,5 mm dan curah hujan terendah terjadi
pada bulan Oktober yakni 181,9 mm.
Berdasarkan metode Schmidt dan Ferguson, maka tercatat bulan basah ( >100 mm)
sejumlah 60 bulan, bulan kering ( <60 mm ) 43 bulan dan bulan lembab ( 60<x<100 mm)
sebanyak 15 bulan, sedangkan tidak tercatat sebanyak 2 data. Dengan memperhitungkan
bulan kering dan bulan basah maka harga Quotient (Q) adalah 0,717, sehingga tipe iklim
daerah studi termasuk tipe iklim D dimana tipe tersebut menunjukkan bahwa bulan basah
dan bulan kering relatif berimbang. Data curah hujan bulanan tercantum pada tabel berikut.
Tabel 2.33. Rata-rata bulanan Curah Hujan, Temperatur, Kelembaban, Kecepatan Angin
Selama Periode 2012 2013
II - 99
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Parameter
No
Bulan
Curah
Hujan (mm)
Kelembaban (%)
Temperatur
(C)
Maks.
Kecepatan Angin
(m/detik)
Min.
1.
Januari
407,4
85
31,8
23,7
0,4
2.
Februari
192,9
84
31, 8
23,5
0,4
3.
Maret
224,5
84
31,4
23,9
0,4
4.
April
228,4
84
31,4
24,2
0,4
5.
Mei
239,8
84
32,6
24,1
0,4
6.
Juni
289,8
84
30,8
23,5
0,4
7.
Juli
188,0
83
30,5
23,0
0,4
8.
Agustus
208,0
82
30,8
22,6
0,4
9.
September
198,6
81
30,6
23,2
0,4
10.
Oktober
181,9
81
31,2
23,2
0,4
11.
November
534,5
79
31,2
23,6
0,4
12.
Desember
350,8
83
31,6
23,9
0,4
Jumlah
3.244,6
994
374,86
282,4
4,8
Rata-Rata
270,4
82,83
31,3
23,5
0,4
2)
Temperatur Udara
Pada tahun 2013, suhu udara di Kabupaten Sarmi berkisar antara 22,6 oC sampai 32,6 oC.
Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 32,6 oC dan suhu terendah terjadi pada
bulan Agustus yaitu sebesar 22,6 oC
3)
Kelembaban Udara
Rata-rata kelembaban udara di Kabupaten Sarmi tahun 2013 sebesar 82,83 %. Rata-rata
tekanan udara permukaan di atas landasan (QFF) yaitu 1.009,6 mb dan rata-rata tekanan
permukaan di atas laut (QFE) yaitu 1.008,6 mb. Rata-rata penyinaran matahari yaitu 5,6
dan kecepatan angin 0,4 knot.
4)
Kecepatan angin rata-rata tahunan adalah 0,4 m/detik, juga kecepatan angin tertinggi dan
terendah yaitu 0,4 m/detik. Berdasarkan mawar angin (Gambar 2.25) terlihat bahwa
kecepatan rata-rata bulanan terbanyak adalah antara 0,4 m/detik.
2.5.1.5. Pola Transportasi
II - 100
Hingga saat ini ketersediaan prasarana transportasi, baik untuk transportasi darat, udara di
Kab. Sarmi masih rendah. Jaringan jalan hanya menjangkau beberapa distrik di wilayah
Kab. Sarmi. Untuk transportasi udara beberapa distrik telah memiliki lapangan udara
perintis.
1) Sistem Transportasi Darat
Panjang jalan Kabupaten Sarmi pada tahun 2013 sepanjang 960,68 km. Jika dirinci
menurut pemerintahan yang berwewenang mengelola jalan, panjang jalan Kabupaten
Sarmi tahun 2013 yang dikelola oleh negara sepanjang 155,90 km, panjang jalan yang
dikelola oleh propinsi sepanjang 316,90 km, dan panjang jalan yang dikelola oleh
Kabupaten Sarmi sepanjang 442,90 km.
2) Sistem Transportasi Udara
Banyaknya lalu lintas pesawat udara di Kabupaten Sarmi tahun 2012 tercatat bahwa
pesawat yang datang dan berangkat sebanyak 203 pesawat. Banyaknya penumpang yang
datang sebanyak 1.023 orang, penumpang transit sebanyak 28 orang, dan penumpang
berangkat sebanyak 1.246 orang.
.
II - 101
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Produksi Konversi (HPK) 304,696 Ha. Adapun Kawasan hutan produksi tetap terdapat di
Distrik Bonggo Timur, Bonggo, Pantai Timur, Pantai Timur Barat, Distrik Tor Atas dan
Apawer. Untuk kawasan hutan produksi terbatas terdapat di Distrik Pantai Timur, Pantai
Timur Barat, Tor Atas, Sarmi Selatan, Pantai Barat dan Apawer Hulu, sedangkan kawasan
hutan konversi terdapat di Distrik Bonggo, Bonggo Timur, Pantai Timur Barat, Tor Atas,
Sarmi Timur, Sarmi Kota, Sarmi Selatan, Pantai Barat, Apawer Hulu, Pulau Liki, dan
Pulau Armo.Jenis-jenis flora akan dikaji setelah dilakukan survei di lapangan dan akan
dibahas dalam dokumen ANDAL.
2.5.2.2. Fauna
Keberadaan satwa di areal rencana lokasi perkebunan dan pabrik pengolahan Kelapa Sawit
PT. Dharma Buana Lestari, tidak terlepas dari kondisi lingkungannya yang masih
menunjang untuk kehidupan satwa-satwa tersebut, sebagai habitatnya. Dalam kawasan
yang memberikan jasa lingkungan alami, menjadi habitat kunci dalam sebuah landscape
yang terdapat kumpulan individu spesies atau sekelompok spesies yang memanfaatkannya
secara temporer. Kawasan-kawasan tersebut diatas menjadi suatu indikator keberadaan
satwa-satwa liar, baik golongan mamalia, reptil, burung. Jenis-jenis fauna/satwa akan
dikaji setelah dilakukan survei di lapangan dan akan dibahas dalam dokumen ANDAL.
2.5.3.1. Kependudukan
II - 102
Banyaknya penduduk Kabupaten Sarmi tahun 2012 berdasarkan hasil proyeksi BPS
tercatat sebanyak 36.638 orang. Penduduk terbanyak terdapat di Distrik Sarmi yakni
12.899 orang (35,21 persen). Distrik Apawer Hulu memiliki penduduk paling sedikit yakni
1.631 orang (4,45 persen).
Kepadatan penduduk Kabupaten Sarmi sebesar 2,07 orang per km 2. Ini menunjukkan
bahwa dalam 1 km2 terdapat sekitar 2 orang. Rasio jenis kelamin Kabupaten Sarmi tahun
2012 yaitu 119,52. Semua distrik di Kabupaten Sarmi memiliki rasio jenis kelamin di atas
100. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibanding penduduk
perempuan. Data kependudukan di wilayah studi disajikan pada tabel-tabel berikut :
Tabel 2.34. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan
Penduduk Menurut Distrik (Wilayah Studi) di Kabupaten Sarmi tahun 2012
17.740
19 948
16 690
36.638
119,52
Kepadatan
Penduduk
(orang/km2)
2,07
- Tor Atas
4.499
1.012
897
1.909
112,82
0,42
- Pantai Timur
3.139
1.269
1.098
2.367
115,57
0,75
4.020
2.216
1.915
4.131
115,72
1,03
Kabupaten/
Distrik
Kab. Sarmi
Luas
(Km2)
Penduduk (orang)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Rasio Jenis
Kelamin
Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Distrik Tor Atas merupakan distrik yang
memiliki luas wilayah sebesar 4.499 Km2, Distrik Pantai Timur Barat merupakan distrik
yang memiliki luas wilayah sebesar 4.020 Km 2, sedangkan Distrik Pantai Timur
merupakan distrik dengan luas wilayah sebesar 3.139 Km 2. Distrik Tor Atas dengan jumlah
penduduk sebanyak 1.909 orang, Distrik Pantai Timur Barat dengan jumlah penduduk
sebanyak 4.131 orang dan Distrik Pantai Timur dengan jumlah penduduk sebanyak 2.367
orang.
Tabel 2.35. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Sarmi tahun 2012
II - 103
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Kelompok Umur
Penduduk (orang)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
04
2 324
2 198
4 522
59
2 351
2 185
4 536
10 14
2 125
1 888
4 013
15 19
1 763
1 435
3 198
20 24
1 681
1 403
3 084
25 29
1 847
1 559
3 406
30 34
1 808
1 532
3 340
35 39
1 505
1 298
2 803
40 44
1 363
1 059
2 422
45 49
1 198
880
2 078
50 54
875
585
1 460
55 59
527
299
826
60 64
301
183
484
65 69
157
101
258
70 74
73
44
117
75+
Jumlah
50
19 948
41
16 690
91
36 638
Dari komposisi penduduk menurut kelompok umur tersebut di atas dapat digunakan untuk
menghitung Rasio Ketergantungan di Kabupaten Sarmi. Rasio Ketergantungan merupakan
perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0 14 tahun (belum produktif) ditambah
dengan jumlah penduduk 65 tahun (tidak produktif) dibandingkan dengan jumlah
penduduk usia 15 64 tahun (produktif), biasanya dinyatakan dalam persen (%).
2) Kesempatan kerja
Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan
penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi
II - 104
II - 105
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Banyaknya tempat ibadah diKabupaten Sarmidi sekitar rencana areal kerja PT.
DBL,disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.36. Banyaknya Tempat Ibadah menurut Distrik di Kabupaten
Sarmi, 2011
Distrik
Mesjid
Kab. Sarmi
13
- Tor Atas
- Pantai Timur
- Pantai Timur Barat
Pura
1
10
14
11
2) Pendidikan
Jumlah sekolah di Kabupaten Sarmi yang terdaftar pada Departemen Pendidikan Nasional
tercatat sebanyak 85 sekolah. Terdiri dari sekolah SD sebanyak 62 sekolah, SMP 18
sekolah, SMA 4 sekolah, dan SMK 1 sekolah. Rasio murid terhadap guru pada tingkat
Sekolah Dasar (SD) negeri sebesar 15,60. Hal ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Sarmi
tahun 2013, untuk seorang guru SD mengajar sekitar 15 siswa.
Tabel 2.37. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid tahun 2012
Sekolah
No.
Jenis Sekolah
Guru
Murid
D.Tor
Atas
D.Pantai
Timur
D. Pantai
Timur
Barat
D.Tor
Atas
D. Pantai
Timur
D.Pantai
Timur
Barat
D.Tor
Atas
D.
Pantai
Timur
D. Pantai
Timur
Barat
1.
SD Negeri
16
212
132
2.
SD sawasta
20
419
345
3.
SMP Negeri
10
66
88
157
SMP Swasta
5.
SMA Negeri
6.
SMA Swasta
7.
SMK Negeri
17
117
8.
SMK Swasta
Jumlah
26
50
23
278
624
634
II - 106
Jenis Penyakit
Banyaknya
Kasus
5.462
Malaria
4.665
3.509
Malaria Tropika
2.142
Diare
1.710
1.589
Gastritis
1.559
Malaria Tersiana
958
Ruda Paksa
916
10
Penyakit Lain
845
II - 107
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
2.6.
II - 108
Di sekitar lokasi rencana Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
PT. Dharma Buana Lestari terdapat beberapa usaha dan/atau kegiatan lainnya, antara lain
yaitu:
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Timur
Sebelah Barat
2.7.
II - 109
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Setiap orang yang perusahaan bawa dari luar papua untuk bekerja di perusahaan harus
orang yang tunduk kepada norma-norma agama dan adat istiadat masyarakat lokal
Apabila perusahaan kelapa sawit sudah bekerja sampai sukses, saya mohon perusahaan
tidak boleh terbitkan sertivikat kepada karyawan, supaya hak ulayat yang dikelola oleh
perusahaan dapat dikembalikan kepada masyarakat adat
Suatu saat bila perusahaan beroperasi nanti yang terkena dampak adalah masyarakat
yang berada di pesisir pantai
Jagalah pembuangan limbah dengan baik, jangan sampai limbahnya dibuang ke sungai
Apabila hutan dikelola, akan terjadi erosi, bagaimana cara perusahaan mengatasi ini.
Perusahaan tolong bangun 1 unit asrama untuk mahasiswa/I di jayapura, tolong juga
perhatikan mahasiswa/I kami yang sedang kuliah saat ini dan nanti
Bila perusahaan telah beroperasi, tolong berikan beasiswa kepada anak-anak kami yang
berprestasi
Kami selaku masyarakat setuju dengan adanya rencana akan dibuka serta dibangunnya
pabrik kelapa sawit di wilayah distrik pantai timur barat kabupaten sarmi
Memberikan lapangan kerja untuk kami masyarakat, anak-anak kami yang ada
dibangku pendidikan agar diperhatikan.
2.8.
Penentuan dampak penting hipotetik diperoleh dari hasil pelingkupan dampak rencana
kegiatan terhadap lingkungan kegiatan di sekitar, hasil sosialisasi khususnya temu muka,
konsultasi dan diskusi, masukan para pakar, instansi terkait, data sekunder dan tinjauan
lapangan. Proses pelingkupan tersebut terdiri dari dua tahap yaitu:
i)
1) Penelaahan Pustaka
Penelaahan pustaka dilakukan guna menangkap permasalahan lingkungan yang
bersifat project specific melalui penelaahan laporan atau dokumen sejenis.
2) Diskusi/Brainstorming
Diskusi/brainstorming dilakukan diantara anggota tim penyusun AMDAL guna
memperoleh kata sepakat mengenai identifikasi dampak potensial yang perlu dicermati.
Diskusi dengan anggota tim studi dilakukan secara sinambung terutama untuk
merumuskan jenis dan karakteristik dampak yang potensial timbul, serta sejak awal
mengkaji sifat aliran dampaknya.
3) Survei pendahuluan
Survei pelingkupan/pendahuluan dilakukan guna mempertajam hasil identifikasi
dampak potensial sebelumnya, sehingga diperoleh daftar dampak potensial yang
sifatnya spesifik lokasi (site specific). Untuk itu dalam survei pelingkupan dilakukan
pengumpulan data melalui:
a) Penggalian informasi melalui tokoh masyarakat
Kegiatan ini dilakukan dengan cara wawancara dengan para tokoh masyarakat. Hal ini
dilakukan guna mendapatkan permasalahan setempat baik yang berkaitan langsung
dengan rencana kegiatan maupun masalah-masalah sosial, ekonomi, dan budaya.
Selain itu kegiatan ini juga dimaksudkan untuk menangkap hal-hal yang dianggap
penting oleh tokoh masyarakat, serta persepsi mereka terhadap rencana kegiatan.
b) Pengumpulan data sekunder dari instansi terkait
Jenis data sekunder yang dikumpulkan pada saat survei pelingkupan meliputi RTRW
Kabupaten Sarmi, Monografi Kampung/desa/distrik serta data-data lain yang
diperlukan.
II - 111
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
4) Matriks interaksi
Setelah memperoleh data mengenai deskripsi rencana kegiatan dan rona awal
lingkungan secara umum, maka kemudian dituangkan ke dalam matriks interaksi yang
menunjukkan adanya keterkaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensial
menimbulkan dampak dengan komponen lingkungan hidup yang potensial terkena
dampak. Apabila terjadi interaksi antara komponen rencana kegiatan dan komponen
lingkungan akan diberi tanda silang (X). Dengan matriks interaksi ini diharapkan
dapat diperoleh daftar komponen lingkungan yang potensial terkena dampak rencana
kegiatan. Selanjutnya matriks identifikasi dampak potensial rencana kegiatan
pembangunan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) disajikan pada
Tabel 2.39.
Pada tahap ini diidentifikasi dan diinventarisir dampak potensial yang mungkin timbul
tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak atau penting tidaknya dampak, sehingga
belum ada upaya penilaian apakah dampak tersebut merupakan dampak penting atau
tidak. Metode yang digunakan adalah metode matriks dengan cara menghubungkan antara
komponen rencana kegiatan sebagai sumber dampaknya dengan jenis dampak yang
mungkin terjadi.
II - 112
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Tabel 2.39. Matriks Identifikasi Dampak Potensial Rencana Kegiatan Terhadap Komponen Lingkungan
II - 113
10
12
X
X
X
X
X
X
X
X
15
17
18
19
X
X
X
X
X
X
20
16
14
13
11
Pengolahan Limbah
Pasca
Operasional
Pabrik
Pengoperasian Boiler
Kebun
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
(TM)
Operasional
Pabrik
Konstruksi
Kebun
I. FISIK-KIMIA
1. Iklim Mikro (Peningkatan Temperatur Udara Lokal)
2. Penurunan Kualitas Udara
3. Peningkatan Kebisingan
4. Hidrologi
a. Peningkatan Aliran Air Permukaan (run off water)
b. Penurunan Kuantitas Air Permukaan
c. Peningkatan Laju Erosi
5. Penurunan Kualitas Air Permukaan
6. Penurunan Kualitas Air Tanah
7. Fungsi Ruang, Lahan dan Multiplier Effect
8. Penurunan Kesuburan Tanah
II. TRANSPORTASI
9. Gangguan Kelancaran Lalu-lintas
10. Peningkatan Kerusakan Jalan
III. BIOLOGI
11. Berkurangnya Tutupan Vegetasi Darat
12. Terganggunya Keberadaan Fauna Darat
13. Terganggunya Keberadaan Biota Air
IV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA
14. Peningkatan Jumlah Penduduk
15. Mata Pencaharian
a. Terbukanya Kesempatan Kerja/Berusaha
b. Hilangnya Mata Pencaharian
16. Perubahan Adat Istiadat & Pola Kebiasaan Masyarakat
17. Timbulnya Sikap dan Persepsi Positif/Negatif Masyarakat
18. Gangguan Kamtibmas
19. Peningkatan Layanan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
V. Kesehatan Masyarakat
Pengadaan Lahan
Komponen
Lingkungan Yang Terkena
Dampak, dan Dampak Potensial
Yang Kemungkinan Timbul
Sosialisasi Kegiatan
Tahap dan
Jenis Kegiatan
Pra Konstruksi
21
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
8
X
X
9
10
Konstruksi
Kebun
11
Pabrik
12
13
X
14
Kebun
15
X
16
Pabrik
18
X
X
19
X
Operasional
Pengolahan Limbah
17
X
Pengoperasian Boiler
Pra Konstruksi
Pembangunan Sarana dan Prasarana
Kebun
Pengadaan Lahan
Komponen
Lingkungan Yang Terkena
Dampak, dan Dampak Potensial
Yang Kemungkinan Timbul
Sosialisasi Kegiatan
Tahap dan
Jenis Kegiatan
Proses Perizinan dan Survei Lapangan
II - 114
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
Pasca
Operasional
20
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
21
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.26. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari pada Tahap Pra-konstruksi
II - 115
II - 116
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.27. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari pada Tahap Konstruksi
II - 117
II - 118
Gambar 2.28. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari pada Tahap Operasi
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Gambar 2.29. Bagan Alir Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestaripada Tahap Pasca Operasi
II - 119
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
II - 120
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
Tabel 2.40. Ringkasan Proses Pelingkupan Studi AMDAL Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
PT. Dharma Buana Lestari di Kabupaten Sarmi
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Tahap Pra-konstruksi/Persiapan
II - 121
Mengutamakan
penduduk lokal untuk
terlibat dalam kegiatan
survei
Pelingkupan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Mata
pencaharian
penduduk
Dampak
Potensial
Terbukanya
kesempatan
kerja saat
survei
lapangan
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Dampak tidak
penting
hipotetik
karena jumlah
tenaga kerja
yang diserap
sangat sedikit
sekali
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
II - 122
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
Sikap dan
persepsi
masyarakat
Timbulnya
persepsi
negatif
masyarakat
terhadap
rencana
kegiatan
Dampak tidak
penting
hipotetik
karena tenaga
kerja yang
dilibatkan
terutama adalah
pemilik hak
ulaya
Keamanan dan
Ketertiban
Masyrakat
Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban di
lingkungan
masyarakat
Dampak tidak
penting
hipotetik karena
merupakan
dampak turunan
dari terbukanya
kesempatan kerja
dan sikap serta
persepsi
masyarakat
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Sosialisasi kegiatan
II - 123
Sikap dan
persepsi
masyarakat
Timbulnya
persepsi
negatif
masyarakat
terhadap
rencana
kegiatan
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Selama 6 bulan,
yaitu selama
kegiatan
sosialisasi
berlangsung
Keamanan dan
Ketertiban
Masyrakat
Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Selama 6 bulan,
yaitu selama
kegiatan
sosialisasi
II - 124
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengadaan Lahan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
- Mendapat uang
penghormatan/tali
asih atas tanah
ulayat/adat sesuai
kesepakatan dan
status lahan yang
diusahakan
- Masyarakat dapat
memanfaatkan kayu
yang bernilai
ekonomi di atas
lahan yang akan
dibuka dengan
terlebih dahulu
diupayakan Izin
Pemanfaatan Kayu
(IPK)
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Kepemilikan
lahan pemilik
hak ulayat
Pelingkupan
Dampak
Potensial
ketertiban di
lingkungan
masyarakat
Hilangnya
mata
pencaharian
penduduk
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Arare, Wakde,
berlangsung
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
3 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
- Pemberian kebun
plasma diutamakan
kepada pemilik tanah
ulayat/adat
- Membuka
kesempatan lapangan
kerja bagi
masyarakat sesuai
dengan kebutuhan
dan keahlian yang
diperlukan.
- Pendekatan secara
adat
- Mendapat uang
penghormatan/tali
asih atas tanah
ulayat/adat sesuai
kesepakatan dan
status lahan yang
diusahakan
- Masyarakat dapat
memanfaatkan kayu
yang bernilai
ekonomi di atas
lahan yang akan
dibuka dengan
terlebih dahulu
diupayakan Izin
Pemanfaatan Kayu
II - 125
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Sikap dan
persepsi
masyarakat
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Timbulnya
sikap dan
persepsi
masyarakat
yang negatif
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Disimpulkan
menjadi DPH
Wilayah Studi
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Batas Waktu
Kajian
Pengadaan/pem
bebasan lahan
yang diperlukan
untuk kebun
Kelapa Sawit
seluas 16.726,10
Ha diperkirakan/
diasumsikan
dapat dilakukan
selama 3 tahun.
Namun
semuanya
tergantung dari
masyarakat
pemilik lahan
apakah mau
menyerahkan
lahannya atau
II - 126
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
(IPK)
- Pemberian kebun
plasma diutamakan
kepada pemilik tanah
ulayat/adat
- Membuka
kesempatan lapangan
kerja bagi
masyarakat sesuai
dengan kebutuhan
dan keahlian yang
diperlukan.
- Pendekatan secara
adat
- Mendapat uang
penghormatan/tali
asih atas tanah
ulayat/adat sesuai
kesepakatan dan
status lahan yang
diusahakan
- Masyarakat dapat
memanfaatkan kayu
yang bernilai
ekonomi di atas
lahan yang akan
dibuka dengan
terlebih dahulu
diupayakan Izin
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
tidak, sehingga
batas waktu
kajian untuk
sikap dan
persepsi
masyarakat
dianggap dapat
dilakukan
selama 3 tahun.
Timbulnya
gangguan
kamtibmas
Munculnya
gangguan
ketertiban
dan
keamanan
masyarakat
sebagai
akibat
dampak
turunan dari
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat
terhadap
kegiatan
perusahaan
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Selama kegiatan
operasional
perkebunan dan
pabrik
pengolahan
kelapa sawit PT.
DBL. Oleh
karena di
wilayah Papua
umumnya
kepemilikan
tanah berdasarkan hak ulayat.
Sering terjadi
tuntutan ganti
rugi lahan yang
berkepanjangan
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
II
Tahap Konstruksi
Penerimaan dan
Mobilisasi Tenaga
Kerja
II - 127
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Pemanfaatan Kayu
(IPK)
- Pemberian kebun
plasma diutamakan
kepada pemilik tanah
ulayat/adat
- Membuka
kesempatan lapangan
kerja bagi
masyarakat sesuai
dengan kebutuhan
dan keahlian yang
diperlukan.
Pembuatan saluran
drainase dan septic
tank di lokasi
basecamp dan
emplasement karyawan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Kualitas air
permukaan
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Meningkatn
ya
kandungan
TDS, BOD,
COD, H2S,
fosfat,
ammoniak,
nitrit dan
nitrat,
penurunan
DO, akibat
limbah
domestik
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Disimpulkan
menjadi DPH
Wilayah Studi
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh
dan Sungai Biri
yang merupakan
badan air
penerima dari
limbah cair
domestik,
mencakup
sebaran limbah
cair domestik
sejauh 750 m ke
arah hilir dari
saluran
pembuangan
Batas Waktu
Kajian
2 tahun, yaitu
selama kegiatan
konstruksi kebun
dan pabrik
berlangsung
II - 128
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
limbah cair
domestik base
camp dan
emplasement
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh
dan Sungai Biri
yang merupakan
badan air
penerima dari
limbah cair
domestik,
mencakup
sebaran limbah
cair domestik
sejauh 750 m ke
arah hilir dari
saluran
pembuangan
limbah cair
domestik base
camp dan
emplasement
Biota air
Gangguan
terhadap
keberadaan
biota air
akibat
penurunan
kualitas air
badan air
penerima
Penerimaan tenaga
kerja dengan
mengutamakan
penduduk lokal sesuai
kualifikasi kebutuhan
Kependudukan
Peningkatan
jumlah
penduduk
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung
Batas Waktu
Kajian
2 tahun, yaitu
selama kegiatan
konstruksi kebun
dan pabrik
berlangsung
3 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
II - 129
Sosial
Ekonomi
Terbukanya
kesempatan
kerja sebagai
mata
pencaharian
penduduk
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf,
Yamna, Betaf
dan Ansudu,
Distrik Tor
Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH
II - 130
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Penerimaan tenaga
kerja dengan
mengutamakan
penduduk lokal sesuai
kualifikasi kebutuhan
Sosial
Ekonomi
Perubahan
adat istiadat
dan pola
kebiasaan
masyarakat
Disimpulkan
menjadi DPH
Penerimaan tenaga
kerja dengan
mengutamakan
penduduk lokal sesuai
kualifikasi kebutuhan
Sosial
Ekonomi
Timbulnya
Persepsi
negatif
Disimpulkan
menjadi DPH
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
II - 131
Penerimaan tenaga
kerja dengan
mengutamakan
penduduk lokal sesuai
kualifikasi kebutuhan
Sosial
ekonomi
Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat.
Disimpulkan
menjadi DPH
Perubahan
layanan
fasilitas sosial
dan fasilitas
umum
Perubahan
layanan
fasos dan
fasum akibat
peningkatan
jumlah
penduduk
Disimpulkan
menjadi DPH
II - 132
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Kesehatan
masyarakat
Penurunan
kualitas
sanitasi
lingkungan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
II - 133
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
-Pembuatan saluran
drainase dan septic
tank
-Pembuatan tempat
sampah dan TPSS
-Pembangunan klinik
bagi karyawan dan
masyarakat
Kesehatan
masyarakat
Peningkatan
morbiditas
masyarakat
Kualitas udara
Penurunan
kualitas
udara dan
kebisingan
Disimpulkan
menjadi DPH
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Selama masa
konstruksi
II - 134
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
Lalu lintas
Terganggunya
kelancaran
lalu lintas
Disimpulkan
tidak menjadi
DPH
Lalu lintas
Peningkatan
kerusakan
jalan umum
Meningkatnya mobilitas
kendaraan pengangkut alat berat
dan material konstruksi di ruas
jalan Sarmi dan tapak proyek
akan berdampak terjadinya
Disimpulkan
menjadi DPH
Sepanjang jalan
yang dilalui
kendaraan
angkutan bahan
dan material
Selama masa
konstruksi
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
II - 135
Sosial
Ekonomi
Budaya
Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
konstruksi
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Selama masa
konstruksi
II - 136
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
-
Pemeliharaan
sempadan (buffer zone)
dengan pemukiman
dan jalan raya
Keamanan dan
Ketertiban
Masyarakat
Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban di
masyarakat
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Selama masa
konstruksi
Iklim mikro
Perubahan
iklim mikro
(peningkatan
temperatur
dan
penurunan
kelembaban)
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek
dan wilayah
sekitar proyek
3 tahun, selama
kegiatan
pembukaan dan
penyiapan lahan
berlangsung
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
II - 137
-Pengaturan leveling
permukaan tanah,
aliran air lambat
Hidrologi
Peningkatan
aliran air
permukaan
(run off)
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek,
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
dan anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin
3 tahun, selama
kegiatan
pembukaan dan
penyiapan lahan
berlangsung
-Penanaman tanaman
penutup tanah (land
cover crop)
-Pembuatan saluran
drainase
Erosi dan
sedimentasi
Terjadinya
erosi dan
sedimentasi
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek,
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
dan anak-anak
sungai di dalam
3 tahun, selama
kegiatan
pembukaan dan
penyiapan lahan
berlangsung
II - 138
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Kualitas air
permukaan
Penurunan
kualitas air
permukaan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin
Disimpulkan
menjadi DPH
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,dan
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek
3 tahun, selama
kegiatan
pembukaan dan
penyiapan lahan
berlangsung
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
II - 139
Ruang dan
lahan
Perubahan
fungsi ruang
dan lahan
Disimpulkan
tidak menjadi
DPH, karena
sebagian lahan
yang tidak
sesuai dengan
peruntukkannya
tidak akan
dipakai (di
encluve),
meskipun
masuk kedalam
batas proyek
sesuai dengan
izin lokasi yang
telah diperoleh
Penurunan
kesuburan
tanah
Disimpulkan
tidak menjadi
DPH
II - 140
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Biologi
Hilangnya
tutupan
vegetasi dan
hilangnya
habitat fauna
darat
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek
3 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
II - 141
Biologi
Terganggunya fauna
darat
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek
dimana
dilakukannya
pembukaan dan
penyiapan lahan
3 tahun
II - 142
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
-Penanaman tanaman
penutup tanah (land
cover crop)
-Pembuatan saluran
drainase
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Biota air
Gangguan
terhadap
biota air
Disimpulkan
menjadi DPH
Sungai
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri, dan anakanak sungai di
dalam lokasi
tapak proyek
dan Teluk
Maffin
3 tahun, selama
kegiatan
pembukaan dan
penyiapan lahan
berlangsung
Sikap dan
persepsi
masyarakat
Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Selama kegiatan
pembukaan lahan
berlangsung, 3
tahun
Kamtibmas
Timbulnya
gangguan
keamanan di
Gangguan keamanan di
lingkungan masyarakat mungkin
terjadi akibat ketidakpuasan
Disimpulkan
menjadi DPH
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
II - 143
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Kesehatan
masyarakat
Pelingkupan
Dampak
Potensial
lingkungan
sekitar tapak
proyek.
Meningkatnya angka
kesakitan
(morbiditas)
akibat
meningkatnya populasi
nyamuk
malaria
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Selama kegiatan
pembukaan lahan
berlangsung, 3
tahun
II - 144
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pembangunan sarana
dan prasaranakebun
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Penyiraman secara
berkala pada waktu
kegiatan dilakukan
pada musim kemarau
Pembuatan saluran
drainase dan saluran
air darurat di sekeliling
lokasi tapak proyek
serta kolam
pengendapan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Kualitas udara
dan
kebisingan
Penurunan
kualitas
udara dan
kebisingan
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
3 tahun selama
kegiatan
pembangunan
berlangsung
Hidrologi
Peningkatan
Air larian
(run off)
Tapak proyek,
3 tahun
Sungai
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri, dan anakanak sungai di
dalam lokasi
tapak proyek
dan Teluk
Maffin
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
II - 145
Pembuatan saluran
drainase dan saluran
air darurat di sekeliling
lokasi tapak proyek
serta kolam
pengendapan
Kualitas air
permukaan
Penurunan
kualitas air
permukaan
akibat dari
Peningkatan
kandungan
padatan
tersuspensi
(TSS) di
badan air
penerima
Disimpulkan
menjadi DPH
Sungai
3 tahun
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri, dan anakanak sungai di
dalam lokasi
tapak proyek
dan Teluk
Maffin
Pembuatan saluran
drainase dan saluran
air darurat di sekeliling
lokasi tapak proyek
serta kolam
pengendapan
Biota air
Gangguan
terhadap
keberadaan
biota air
akibat
penurunan
kualitas air
di badan air
penerima
Disimpulkan
menjadi DPH
Sungai
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri, dan anakanak sungai di
dalam lokasi
tapak proyek
dan Teluk
Maffin
3 tahun selama
kegiatan
pembangunan
berlangsung
II - 146
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Sosial Ekonomi
Budaya
Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
3 tahun selama
kegiatan
pembangunan
berlangsung
Kamtibmas
Timbulnya
gangguan
keamanan di
lingkungan
sekitar tapak
proyek.
Gangguan keamanan di
lingkungan masyarakat mungkin
terjadi akibat ketidakpuasan
sebagian masyarakat terhadap
rencana kegiatan PT. DBL. Hal
ini dapat disebabkan oleh
pengelolaan lingkungan yang
tidak sesuai, dll. Adanya
gangguan kamtibmas ini
berpotensi menimbulkan konflik
antara masyarakat sekitar dan
pihak PT. DBL. Oleh karena itu,
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
3 tahun selama
kegiatan
pembangunan
berlangsung
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
II - 147
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
Fasilitas sosial
dan fasilitas
umum
Meningkatnya jumlah
fasos dan
fasum
Kesehatan
Masyarakat
dan Sanitasi
Lingkungan
Menurunnya
tingkat
kesehatan
masyarakat
dan sanitasi
lingkungan
Disimpulkan
Kegiatan ini akan meningkatkan
kadar debu (TSP) dan kebisingan tidak menjadi
DPH
di lokasi kegiatan dan sekitarnya
terutama pada kegiatan
pembangunan jalan, jembatan
serta basecamp pada musim
kemarau. Dampak ini akan
berdampak turunan terhadap
kesehatan dan sanitasi lingkungan
di sekitar lokasi kegiatan maupun
penduduk sekitar. Namun
demikian, karena kegiatan ini
berlokasi jauh dari permukiman
penduduk, maka diperkirakan
tidak akan berdampak berarti
II - 148
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Penanaman tanaman
kelapa sawit
Mengutamakan
Sikap dan
masyarakat lokal untuk persepsi
terlibat dalam kegiatan masyarakat
perusahaan
Keamanan dan
ketertiban
masyarakat
Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Selama 3 tahun
pengembangan
kebun seluas
16.726,10 Ha
Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban di
masyarakat
Gangguan keamanan di
lingkungan masyarakat mungkin
terjadi akibat ketidakpuasan
sebagian masyarakat terhadap
rencana kegiatan PT. DBL. Hal
ini dapat disebabkan antara lain,
adanya pengelolaan lingkungan
yang tidak sesuai. Adanya
gangguan kamtibmas ini
berpotensi menimbulkan konflik
antara masyarakat sekitar dan
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Selama 3 tahun
pengembangan
kebun seluas
16.726,10 Ha
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Pemeliharaan tanaman
belum menghasilkan
(TBM)
II - 149
-Kegiatan pemeliharaan
tanaman belum
menghasilkan
dilakukan secara
terkendali, yaitu
penggunaan jumlah
dan jenis pupuk,
herbisida dan pestisida
sesuai dosis
-Pemberian pupuk,
herbisida maupun
pestisida pada musim
penghujan perlu
mendapatkan
perlakuan khusus
-Membuat saluran
drainase disekitar areal
kebun untuk
meminimalisir atau
mencegah masuknya
pupuk, herbisida atau
pestisida ke badan air
yang dibawa oleh
aliran air hujan
Kualitas air
permukaan
Penurunan
kualitas air
permukaan
(peningkatan
BOD, COD,
dan unsur
kimia
lainnya)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH
II - 150
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Pemupukan dan
penggunaan pestisida
dilakukan sesuai dosis
-Kegiatan pemeliharaan
tanaman belum
menghasilkan
dilakukan secara
terkendali, yaitu
penggunaan jumlah
dan jenis pupuk,
herbisida dan pestisida
sesuai dosis
-Pemberian pupuk,
herbisida maupun
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Kualitas air
tanah
Penurunan
kualitas air
tanah
Disimpulkan
menjadi DPH
Biota air
Gangguan
terhadap
biota air
Disimpulkan
menjadi DPH
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
pestisida pada musim
penghujan perlu
mendapatkan
perlakuan khusus
-Membuat saluran
drainase disekitar areal
kebun untuk
meminimalisir atau
mencegah masuknya
pupuk, herbisida atau
pestisida ke badan air
yang dibawa oleh
aliran air hujan
-
II - 151
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Sikap dan
persepsi
masyarakat
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Disimpulkan
menjadi DPH
Wilayah Studi
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Batas Waktu
Kajian
Selama 3 tahun
pengembangan
kebun seluas
16.726,10 Ha
II - 152
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Keamanan dan
ketertiban
masyarakat
Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban di
masyarakat
mpung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Selama 3 tahun
pengembangan
kebun seluas
16.726,10 Ha
Kualitas
Udara ambient
Penurunan
Kualitas
udara dan
kebisingan
Lokasi rencana
pabrik
Selama kegiatan
pematangan lahan
untuk lokasi
pabrik, 6 bulan
Hidrologi
Peningkatan
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
II - 153
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Erosi dan
Sedimentasi
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Air larian
(run off)
Meningkatnya erosi
tanah akibat
aliran air
permukaan
(run off
water)
-Tapak proyek
-Sungai
Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Brri,
dan anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin
Selama kegiatan
pematangan lahan
untuk lokasi
pabrik, 6 bulan
II - 154
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
Kualitas air
Penurunan
kualitas air
permukaan
akibat
peningkatan
kandungan
TSS di
badan air
penerima
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Brri, dan
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin
Selama kegiatan
pematangan lahan
untuk lokasi
pabrik, 6 bulan
Berkurangnya tutupan
vegetasi
darat dan
terganggunya
keberadaan
fauna darat
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Pembangunan pabrik
pengolahan Kelapa
Sawit (PKS)
II - 155
Kualitas udara
ambient
Disimpulkan
menjadi DPH
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Brri, dan
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin
Selama kegiatan
pematangan lahan
untuk lokasi
pabrik, 6 bulan
Penurunan
Kualitas
udara dan
kebisingan
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
2 tahun, selama
kegiatan
pembangunan
pabrik
pengolahan
kelapa sawit
(PKS)
berlangsung
II - 156
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
dan Pantai
Timur Barat
Pembuatan saluran
drainase dan kolam
pengendapan di
sekeliling lokasi
rencana kegiatan
Kualitas air
Penurunan
kualitas air
permukaan
dengan
meningkatnya
kandungan
TSS, BOD
dan COD
Disimpulkan
menjadi DPH
Biota air
Disimpulkan
menjadi DPH
Sosial Ekonomi
Timbulnya
Disimpulkan
Kampung yang
2 tahun, selama
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Budaya
II - 157
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat
menjadi DPH
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
kegiatan
pembangunan
pabrik
pengolahan
kelapa sawit
(PKS)
berlangsung
Timbulnya
gangguan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat
(Kamtibmas)
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
2 tahun, selama
kegiatan
pembangunan
pabrik
pengolahan
kelapa sawit
(PKS)
berlangsung
II - 158
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
dan Pantai
Timur Barat
III
1
Tahap Operasi/Produksi
Penerimaan dan
mobilisasi tenaga kerja
Pembuatan saluran
drainase, septic tank
dan grease trap di
lokasi kebun dan
pabrik, terutama kantor
dan perumahan
karyawan
Kualitas air
permukaan
Penurunan
kualitas air
permukaan
(peningkatan
kandungan
TDS,
penurunan
DO,
peningkatan
kandungan
BOD, COD,
H2S, fosfat,
ammoniak,
nitrit dan
nitrat akibat
limbah
domestik)
Disimpulkan
menjadi DPH
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
mencakup
sebaran limbah
cair domestik
sejauh 750 m ke
arah hilir dari
saluran
pembuangan
limbah cair
domestik base
camp dan
emplasement
2 tahun
Perubahan
ruang, lahan
dan multiplier
effect
Perubahan
ruang dan
lahan
(tumbuhnya
multiplier
Effect dan
pengembang
Meningkatnya aktifitas
operasional kebun menimbulkan
terbukanya sumber mata
pencaharian masyarakat dengan
adanya kesempatan kerja pada
saat operasional kebun yang
sudah berjalan dengan perekrutan
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
5 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pembuatan saluran
Biota Air
drainase dan septic
tank di lokasi
basecamp dan
emplasement karyawan
II - 159
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
an wilayah)
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Terganggunya
keberadaan
biota air
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
mencakup
sebaran limbah
cair domestik
sejauh 750 m ke
arah hilir dari
saluran
pembuangan
limbah cair
Batas Waktu
Kajian
2 tahun
II - 160
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
hipotetik
Sosial
Ekonomi
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
domestik base
camp dan
emplasement
Peningkatan
jumlah
penduduk
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
3 tahun
Terbukanya
kesempatan
kerja
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
3 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
-
Sikap dan
persepsi
masyarakat
II - 161
Perubahan
pola
kebiasaan
masyarakat
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
3 tahun
Timbulnya
Persepsi
negatif
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
3 tahun
II - 162
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Timbulnya
gangguan
kamtibmas
Gangguan
keamanan
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
3 tahun
Fasos dan
Fasum
Peningkatan
jumlah fasos
dan fasum
Disimpulkan
menjadi DPH
Kampung yang
berada di sekitar
lokasi kegiatan,
3 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
II - 163
Penurunan
kualitas
sanitasi
lingkungan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
yaitu: Kampung
Arare, Wakde,
Kader Lama,
Kader Baru,
Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH
II - 164
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Pemeliharaan tanaman
menghasilkan (TM)
-Kegiatan pemeliharaan
tanaman menghasilkan
dilakukan secara
terkendali, yaitu
penggunaan jumlah
dan jenis pupuk,
herbisida dan pestisida
sesuai dosis dan
penyemprotan tidak
dilakukan pada lokasi
yang berbatasan
dengan badan air
penerima
-Pemberian pupuk,
herbisida maupun
pestisida pada musim
penghujan perlu
mendapatkan
perlakuan khusus
-Membuat saluran
drainase disekitar areal
kebun untuk
meminimalisir atau
Air
permukaan
Penurunan
kualitas air
permukaan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin
3 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
mencegah masuknya
pupuk, herbisida atau
pestisida ke badan air
yang dibawa oleh
aliran air hujan
Kegiatan pemeliharaan
tanaman menghasilkan
dilakukan secara
terkendali, yaitu
penggunaan jumlah dan
jenis pupuk, herbisida
dan pestisida sesuai
dosis
II - 165
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Kualitas air
tanah
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Penurunan
kualitas air
tanah
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Disimpulkan
menjadi DPH
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Tapak proyek
3 tahun
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
II - 166
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Penggunaan pupuk dan
pestisida sesuai dosis
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Kesuburan
Tanah
Penurunan
kesuburan
Tanah
Disimpulkan
menjadi DPH
Biologi
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Tapak proyek
5 tahun
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
Sungai Birri,
anak-anak
sungai di dalam
lokasi tapak
proyek dan
Teluk Maffin
3 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
Pemanenandan
perkiraan hasil
II - 167
Prioritas perekrutan
tenaga kerja lokal
setempat
Sosial
ekonomi
masyarakat
Terbukanya
kesempatan
kerja bagi
penduduk
lokal
setempat
Disimpulkan
tidak menjadi
DPH oleh karena
perekrutan tenaga
kerja akan
dilakukan pada
saat tahap
kegiatan
penerimaan
tenaga kerja,
sehingga pada
saat pemanenan
tidak dilakukan
lagi penerimaan
tenaga kerja
Kesehatan
masyarakat
Penurunan
sanitasi
lingkungan
Tapak proyek
3 tahun
II - 168
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Pengangkutan hasil
(TBS & CPO)
Kualitas
Udara
Penurunan
kualitas
udara dan
kebisingan
Tapak proyek
3 tahun
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
II - 169
Transportasi/
Lalu lintas
Tergangguny
a kelancaran
arus lalu
lintas jalan
umum
Disimpulkan
TIDAK menjadi
DPH
II - 170
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Kualitas jalan
Peningkatan
kerusakan
jalan
Disimpulkan
menjadi DPH
Sepanjang jalan
yang dilalui
kendaraan
pengangkut
TBS dan CPO
3 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Proses pengolahan
kelapa sawit dan inti
sawit
II - 171
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
-Pemeliharaan mesin
produksi
-Menyediakan alat
pelindung diri bagi
pekerja
-Menyediakan ruang
terbuka hijau disekitar
lokasi pabrik
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Kualitas udara
ambient
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Sikap dan
Persepsi
Masyarakat
Disimpulkan
menjadi DPH
Penurunan
Kualitas
Udara dan
Kebisingan
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
3 tahun
II - 172
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Kuantitas air
permukaan
Penurunan
debit air
sungai
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
dan Sungai Birri
5 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Kualitas air
permukaan
Penurunan
kualitas air
permukaan
Disimpulkan
menjadi DPH
Bagian hilir
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
dan Sungai
Birri.
2 tahun
II - 174
No.
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
saluran drainase dan
saluran limbah secara
terpisah di seluruh
lahan pabrik
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
- Penerapan instalasi
pengolahan air
limbah (IPAL) dan
Land Application
(LA)
- Pembangunan
saluran drainase dan
saluran limbah secara
terpisah di seluruh
lahan pabrik
Biota air
Disimpulkan
menjadi DPH
Bagian hilir
Sungai Timwah,
Sungai Weuseh,
dan Sungai
Birri.
2 tahun
Kesehatan
masyarakat
Penurunan
sanitasi
lingkungan
akibat
timbulan
limbah
kegiatan
produksi
Disimpulkan
menjadi DPH
Lokasi
penyimpanan
limbah proses
produksi pabrik
2-3 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Pengoperasian boiler
II - 175
- Pembangunan
cerobong pengendali
emisi gas buang dari
unti pembakaran
boiler
- Penggunaan wet
scrubber pada unit
cerobong boiler
Kualitas udara
ambient
Penurunan
Kualitas
Udara dan
Kebisingan
Tapak proyek
3 tahun
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
II - 176
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Kuantitas air
permukaan
Penurunan
debit air
Sungai
Kualitas air
permukaan
Peningkatan
temperatur
air Sungai
Hilir Sungai
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri.dan Teluk
Maffin
Disimpulkan
menjadi DPH
2 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
II - 177
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
-
Biota air
Terganggunya habitat
dan
keberadaan
biota air
Disimpulkan
menjadi DPH
Hilir Sungai
Timwah, Sungai
Weuseh, Sungai
Birri.dan Teluk
Maffin
2 tahun
Sosial Ekonomi
Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
3 tahun
Sanitasi dan
Kesehatan
Masyarakat
Meningkatnya angka
kesakitan
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek
dan Kampung
yang berada di
2 tahun
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
II - 178
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengolahan limbah
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Kualitas udara
ambient
Pelingkupan
Dampak
Potensial
masyarakat
Timbulnya
bau dari
sebaran gas
NH3 dan gas
Methane
(CH4)
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek
3 tahun
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
dan Pantai
Timur Barat
Peraturan Menteri
Pertanian No. KB.340/452/MENTAN/XII/95
tentang Standarisasi
II - 179
Air
permukaan
Penurunan
kualitas air
permukaan
Disimpulkan
tidak menjadi
DPH, karena
tidak ada limbah
proses produksi
yang dibuang ke
badan air
penerima
Air tanah
Penurunan
kualitas air
tanah
Tapak proyek
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
2 tahun
II - 180
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Pengolahan Limbah
PKS.
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Biologi
Disimpulkan
tidak menjadi
DPH, karena
tidak ada limbah
proses produksi
yang dibuang ke
badan air
penerima
Sosial
Ekonomi
Timbulnya
Persepsi
negatif dan
gangguan
kamtibmas
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
2 tahun
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
II - 181
Kesehatan
masyarakat
Penurunan
kualitas
sanitasi
lingkungan
Wilayah Studi
Batas Waktu
Kajian
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
Disimpulkan
menjadi DPH
Tapak proyek
3 tahun
dan Kampung
yang berada di
sekitar lokasi
kegiatan, yaitu:
Kampung Arare,
Wakde, Kader
Lama, Kader
Baru, Dabe 1,
Nengke, Takar,
Beneraf, Yamna,
Betaf dan
Ansudu, Distrik
Tor Atas, Distrik
Pantai Timur
dan Pantai
Timur Barat
II - 182
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
IV
Pemutusan hubungan
kerja
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Pelingkupan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Dampak
Potensial
Sosial
kependudukan
Masyarakat
Berkurangnya jumlah
penduduk
Mata
pencaharian
Hilangnya
Mata
Pencaharian
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Disimpulkan
tidak menjadi
DPH
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
Pengembalian sarana
dan prasarana
II - 183
Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif serta
gangguan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat
Perubahan
ruang, lahan
dan
multiplier
effect
Ruang dan
Lahan
Disimpulkan
tidak menjadi
DPH
II - 184
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
Sosial
Ekonomi
Terbukanya
kesempatan
kerja
Disimpulkan
menjadi DPH
Sikap dan
persepsi
masyarakat
Timbulnya
sikap dan
persepsi
negatif
masyarakat
Disimpulkan
tidak menjadi
DPH
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
No.
Deskripsi Rencana
yang Berpotensi
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
Pengelolaan
Lingkungan yang
Sudah Direncanakan
Sejak Awal sebagai
Bagian dari Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
terkena
Dampak
Pelingkupan
Dampak
Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Batas Waktu
Kajian
Wilayah Studi
II - 185
Fasos dan
Fasum
Peningkatan
jumlah fasos
dan fasum
Disimpulkan
tidak menjadi
DPH
II - 186
10
11
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
12
13
14
17
18
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
16
Pengolahan Limbah
15
19
Pasca
Operasional
Pabrik
Pengoperasian Boiler
Kebun
Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
(TM)
Operasional
Pabrik
Konstruksi
Kebun
1
I. FISIK-KIMIA
1. Iklim Mikro (Peningkatan Temperatur Udara Lokal)
2. Penurunan Kualitas Udara
3. Peningkatan Kebisingan
4. Hidrologi
a. Peningkatan Aliran Air Permukaan (run off water)
b. Penurunan Kuantitas Air Permukaan
c. Peningkatan Laju Erosi
5. Penurunan Kualitas Air Permukaan
6. Penurunan Kualitas Air Tanah
7. Fungsi Ruang, Lahan dan Multiplier Effect
8. Penurunan Kesuburan Tanah
II. TRANSPORTASI
9. Gangguan Kelancaran Lalu-lintas
10. Peningkatan Kerusakan Jalan
III. BIOLOGI
Pengadaan Lahan
Komponen
Lingkungan Yang Terkena
Dampak, dan Dampak Potensial
Yang Kemungkinan Timbul
Sosialisasi Kegiatan
Tahap dan
Jenis Kegiatan
Pra Konstruksi
Tabel 2.41. Matriks Evaluasi Dampak Penting Hipotetik Rencana Kegiatan terhadap Komponen Lingkungan
20
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
TPH
TPH
TPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
TPH
DPH
DPH
TPH
DPH
TPH
DPH
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
BAB II PELINGKUPAN
II - 187
DPH
DPH
DPH
DPH
TPH
16
17
18
DPH
DPH
TPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
19
20
TPH
TPH
DPH
DPH
TPH
TPH
DPH
15
Pemutusan Hubungan
Kerja
14
Pengolahan Limbah
13
Pengoperasian Boiler
12
Pasca
Operasional
Pabrik
Proses Pengolahan Kelapa
Sawit & Inti Sawit
11
DPH
10
TPH
TPH
DPH
Pemeliharaan Tanaman
Menghasilkan (TM)
Pembangunan Pabrik
Kelapa Sawit (PKS)
Kebun
DPH
6
DPH
DPH
DPH
Pemeliharaan Tanaman
Belum Menghasilkan (TBM)
Penanaman Tanaman
Kelapa Sawit
Operasional
Pabrik
Konstruksi
Kebun
Pembukaan dan Penyiapan
Lahan
Pengadaan Lahan
Komponen
Lingkungan Yang Terkena
Dampak, dan Dampak Potensial
Yang Kemungkinan Timbul
11. Berkurangnya Tutupan Vegetasi Darat
12. Terganggunya Keberadaan Fauna Darat
13. Terganggunya Keberadaan Biota Air
IV. SOSIAL EKONOMI BUDAYA
14. Peningkatan Jumlah Penduduk
15. Mata Pencaharian
c. Terbukanya Kesempatan Kerja/Berusaha
d. Hilangnya Mata Pencaharian
16. Perubahan Adat Istiadat & Pola Kebiasaan Masyarakat
17. Timbulnya Sikap dan Persepsi Positif/Negatif Masyarakat
18. Gangguan Kamtibmas
19. Peningkatan Layanan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
V. Kesehatan Masyarakat
20. Penurunan Sanitasi Lingkungan
21. Peningkatan Morbiditas
Sosialisasi Kegiatan
Tahap dan
Jenis Kegiatan
Pra Konstruksi
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
TPH
TPH
TPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
TPH
TPH
TPH
DPH
DPH
DPH
DPH
DPH
II - 188
Gambar 2.30. Diagram Alir Proses Pelingkupan Rencana Usaha Pembangunan Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma
Buana Lestari di Kabupaten Sarmi
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
2.9.
- Sebelah Barat
b. Batas Ekologis
Batas ekologis yaitu merupakan ruang persebaran dampak dari rencana pembangunan
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PT. Dharma Buana Lestari
berdasarkan media air, yaitu Sungai Timwah, Sungai Weuseh, Sungai Birri.dan Teluk
Maffin, yang merupakan badan air penerima dari dampak yang dihasilkan berupa
penurunan kualitas air permukaan akibat limbah pabrik dan perkebunan, sedimentasi, erosi
dan peningkatan TSS.
Sedangkan melalui medium udara, yaituberdasarkan sebaran polutan berupa emisi gas
buang dari kegiatan operasional boiler menurut arah angin dominan, persebaran emisi gas
buang dan debu terbang dari kegiatan mobilisasi kendaraan operasional pada tahap
konstruksi maupun operasional.
c. Batas Sosial
Batas sosial yaitu ruang disekitar rencana kegiatan usaha dan/atau kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan
KA-ANDAL RENCANA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
DISTRIK TOR ATAS, DISTRIK PANTAI TIMUR & PANTAI TIMUR BARAT, KABUPATEN SARMI
II - 189
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan
proses dan dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Batas ini
pada dasarnya merupakan ruang dimana masyarakat yang terkena dampak lingkungan
(seperti limbah, emisi atau kerusakan lingkungan) tinggal atau melakukan kegiatan.
Adapun batas sosial studi AMDAL dari rencana usaha pembangunan perkebunan dan
pabrik pengolahan Kelapa Sawit PT. Dharma Buana Lestari, adalah Kampung yang berada
di sekitar lokasi kegiatan, yaitu: Kampung Arare, Wakde, Kader Lama, Kader Baru, Dabe
1, Nengke, Takar, Beneraf, Yamna, Betaf dan Ansudu, Distrik Tor Atas, Distrik Pantai
Timur dan Pantai Timur Barat.
d. Batas Administratif
Batas administratif yaitu
wilayah
administratif
terkecil
yang
relevan
(seperti
II - 190
II - 191
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
2.1.
2.1.1.
2.1.2.
2.1.3.
RUANG
2.2.
2.2.1.
DAN
2.2.2.
2.2.3.
TAHAP PROSES........................................................................................86
F U N G S I................................................................................................86
A L A T..................................................................................................... 86
LIMBAH.................................................................................................... 86
2.2.4.4.
2.3.
2.4.
2.8.
II - 192
2.9.
II - 193
BAB II PELINGKUPAN
PT. DHARMA BUANA LESTARI
TABEL 2.39. MATRIKS IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL RENCANA KEGIATAN TERHADAP KOMPONEN
LINGKUNGAN........................................................................................................... 113
TABEL 2.40. RINGKASAN PROSES PELINGKUPAN STUDI AMDAL PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN
PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
PT. DHARMA BUANA LESTARI DI
KABUPATEN SARMI................................................................................................... 119
TABEL 2.41. MATRIKS EVALUASI DAMPAK PENTING HIPOTETIK RENCANA KEGIATAN TERHADAP
KOMPONEN LINGKUNGAN...........................................................................................119
GAMBAR 2.1. PETA LOKASI AREAL PERKEBUNAN DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT.
DHARMA BUANA LESTARI............................................................................................... 2
GAMBAR 2.2. PETA RENCANA POLA RUANG RTRW PROVINSI PAPUA TAHUN 2013 2033..............5
GAMBAR 2.3. PETA KAWASAN HUTAN DAN KONSERVASI PERAIRAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2012......6
GAMBAR 2.4. PETA RENCANA POLA RUANG KAB. SARMI............................................................7
GAMBAR 2.5. PETA FUNGSI KAWASAN HUTAN KABUPATEN SARMI.................................................8
GAMBAR 2.6. PETA INDIKATIF PENUNDAAN PEMBERIAN IZIN BARU................................................9
GAMBAR 2.7. LAYOUT RENCANA BLOK KEBUN PT. DBL...........................................................10
GAMBAR 2.8. PETA LAY OUT TATA LETAK PABRIK...................................................................18
GAMBAR 2.9. DIAGRAM ALIR PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT..............................................22
GAMBAR 2.10. NERACA BAHAN PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT.........................................23
GAMBAR 2.11. DIAGRAM PENGOLAHAN AIR BAKU UNTUK KEBUTUHAN PABRIK KELAPA SAWIT DAN
DOMESTIK................................................................................................................. 25
GAMBAR 2.12. STRUKTUR ORGANISASI PT. DHARMA BUANA LESTARI.........................................33
GAMBAR 2.13. RENCANA JALAN KEBUNPT. DBL....................................................................45
GAMBAR 2.14. KONSTRUKSI JEMBATAN KAYU.........................................................................47
GAMBAR 2.15. KONSTRUKSI GORONG-GORONG.....................................................................48
GAMBAR 2.16. DIMENSI SALURAN DRAINASE KEBUN...............................................................49
GAMBAR 2.17. DIAGRAM RENCANA IPAL..............................................................................77
GAMBAR 2.18. PARIT SEKUNDER PADA SISTEM FLATBED.........................................................80
GAMBAR 2.19. PENGALIRAN LIMBAH CAIR PADA AREAL KEBUN DENGAN SISTEM FLATBED.............80
GAMBAR 2.20. BAGAN ALIR PENGELOLAAN OLIE DAN PELUMAS BEKAS..........................................82
GAMBAR 2.21. SUMBER LIMBAH DALAM PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT.............................86
GAMBAR 2.22. DIAGRAM PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT................................................87
GAMBAR 2.23. MODEL PENDEKATAN CD: HUBUNGAN TRIPARTIT ANTARA PT. DHARMA BUANA
LESTARI, PEMERINTAH DAN MASYARAKAT........................................................................90
GAMBAR 2.24. PETA GEOLOGI...............................................................................................94
GAMBAR 2.25. PETA SITUASI SEKITAR................................................................................108
GAMBAR 2.26. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI............................................................................................................ 114
GAMBAR 2.27. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP KONSTRUKSI
............................................................................................................................ 115
GAMBAR 2.28. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI PADA TAHAP OPERASI 116
GAMBAR 2.29. BAGAN ALIR DAMPAK LINGKUNGAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
DAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARIPADA TAHAP PASCA
OPERASI................................................................................................................. 117
GAMBAR 2.30. DIAGRAM ALIR PROSES PELINGKUPAN RENCANA USAHA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DAN
PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. DHARMA BUANA LESTARI DI KABUPATEN SARMI .........119
GAMBAR 2.31. PETA BATAS WILAYAH STUDI........................................................................119
II - 194
II - 195