PENDAHULUAN
Cortex cerebri dapat dibagi menjadi daerah-daerah tertentu berdasarkan
berbagai kriteria. Berdasarkan alasan-alasan filogeni dan ontogeni, dikenal :
1. neocortex (neopallium) atau isocortex, yang mempunyai susunan khas 6 lapis dan
merupakan bagian terbesar cortex cerebri pada manusia.
2. paleocortex (paleopallium), meliputi daerah cortex yang bersifat olfactorik, dan
diwakili oleh cortex area prepiriformis (uncus dan bagian anterior gyrus
parahippocampalis); dan
3. archicortex (archipallium), yang diwakili oleh formatio hippocampi, gyrus
dentatus dan beberapa daerah cortex terbatas lainnya, misalnya, gyrus fasciolaris
dan indusium griseium (gyrus supracallosus). Paleocortex dan archicortex
bersama-sama membentuk allocortex. Pada dasarnya allocortex terdiri atas tiga
lapis sel neuron.
Istilah koniocortex yang agak luas dipakai menunjukkan daerah-daerah
sensorik cortex seperti cortex area penglihatan, area pendengaran dan area
somatosensorik (somestesi), oleh karena adanya sel-sel neuron kecil yang tersusun
relatif padat pada daerah-daerah tersebut.
Tebal rata-rata cortex cerebri pada manusia adalah 2,5 mm (cortex area
motorik adalah yang paling tebal, yaitu sekitar 4.5 mm; cortex area penglihatan
paling tipis, yaitu sekitar 1.45 sampai 2.2 mm).
Isocortex menunjukkan susunan lamelar yang terdiri dari atas 6 lapis. Kalau
disebutkan secara berturut-turut dari superfisial ke arah profundus lapisan-lapisan sel
tersebut adalah (1) lamina molecularis, (2) lamina granularis externa, (3) lamina
pyramidalis externa, (4) lamina granularis externa, (5) lamina ganglionaris
(pyramidalis interna), dan (6) lamina multiformis.
Lamina Molecularis
Lapisan ini mengandung sedikit sel, yaitu sel-sel horisontal Cajal dengan
axon-axon yang berjalan secara horisontal sejajar dengan permukaan cortex, dan sel
Golgi tipe II.
Lamina Multiformis
Lapisan ini terutama terdiri atas sel-sel neuron berbentuk kumparan (Spindle)
dengan sumbu panjang tegak lurus terhadap permukaan cortex. Lapisan ini juga
mengandung sel granular, sel Martinotti dan sel bintang.
Diduga, banyak dari serat-serat asosiasi pendek berasal dari sel-sel bintang.
Daerah-daerah Fungsional Cortex Cerebri
Berdasarkan atas tebal atau tipisnya berbagai laminae, komposisi sel-sel yang
menyusunnya, variasi lapisan-lapisan pada berbagai daerah cortex, Brodmann (1909)
TITIEN WIDYA ASTUTI 00.1001.124
KKS Ilmu Penyakit Saraf
RS. Haji Medan
A. Aspectus lateralis
B. Aspectus medialis
Gbr. Daerah-daerah sitoarsitektural Brodmann pada hemispherium cerebri sinistrum
Di antara area 4 dan 6 tersisip area 4s. Pembagian cortex yang mengatur
gerakan menjadi cortex area motorik dan premotorik pernah diragukan kegunaannya,
oleh karena di antara kedua daerah tersebut tidak didapatkan suatu garis demarkasi
yang jelas dan oleh karena kedua daerah tersebut sebenarnya dapat dianggap sebagai
satu kesatuan fungsional. Akan tetapi, penelitian-penelitian fisiologik menunjukkan
bahwa untuk menimbulkan gerakan-gerakan dari area 6 diperlukan kekuatan
rangsangan listrik yang lebih kuat daripada yang diperlukan untuk area 4. Beberapa
hasil pengamatan dapat mengarahkan kita kepada beberapa kesimpulan sementara
tentang perbedaan kedua daerah fungsional tersebut (Le Gros Clark, 1958) yaitu:
Area 4 bersangkutan dengan pencetusan gerakan-gerakan yang ada di bawah
pengendalian kemauan yang bersifat elementer, sederhana dan terpisah-pisah,
sedangkan area premotorik merupakan suatu pusat fungsional yang lebih tinggi dalam
hal pengintegrasian kegiatan-kegiatan motorik yang bersangkutan dengan sintesis
gerakan-gerakan individual (area 6 mempunyai hubungan dengan area 4 melalui
serat-serat asosiasi pendek). Oleh karena itu, dengan singkat dapat dikatakan bahwa
cortex area premotorik bersangkutan dengan pengembangan gerakan-gerakan yang
menunjukkan aspek-aspek keterampilan dan barangkali mengandung mekanismemekanisme untuk pengembangan kegiatan-kegiatan motorik yang mempunyai sifat
lebih rumit daripada yang dapat diharapkan dari cortex area motorik.
2. Lobus Parietalis
Pada lobus parietalis dikenal daerah-daerah fungsional antara lain sebagai
berikut :
a. Cortex area somatosensorik (somestesi) (cortex area sensorik primer). Cortex area
somatosensorik meliputi gyrus postcentralis dan meluas ke arah anterior sampai
mencapai dasar sulcus centralis (Rolando) dan sesuai dengan area Brodmann 3, 1
dan 2. Cortex area somatosensorik juga meluas sampai meliputi sebagian dari
permukaan medial hemispherium cerebri.
Cortex area somatosensorik menerima impuls-impuls sensorik spesifik dari
nuclei spesifik pada thalamus. Walaupun beberapa aspek sensasi barangkali sudah
mencapai kesadaran pada tingkat thalamus, cortex area somatosensorik terutama
bersangkutan dengan integrasi sensorik dan dengan aspek-aspek diskriminasi rasa.
hubungan ini belum diketahui dengan parti. Area 5 dan 7 mempunyai hubungan
dengan area 3,1 dan 2 melalui serat-serat asosiasi pendek.
Datangnya impuls-impuls somatosensorik pada area 3, 1 dan 2 hanya
memberikan kesan adanya rangsangan rabaan atau gerakan, akan tetapi perabaan
pada suatu benda dengan mata tertutup belum dapat mengungkapkan bentuk dan
susunannya. Impuls-impuls ini perlu diantarkan selanjutnya ke area 5 dan 7 untuk
mengalami pengolahan, analisis dan korelasi lebih lanjut, yang dengan demikian
memungkinkan individu yang bersangkutan untuk mengenal benda-benda yang
diletakkan di atas tangannya tanpa melihatnya. Oleh karena itu suatu lesi pada area 5
dan 7 juga dapat menyebabkan astereognosis.
Apraxia adalah ketidakmampuan melakukan gerakan-gerakan yang rumit
tertentu yang dikembangkan melalui proses belajar, tanpa adanya kelumpuhan otototot, gangguan-gangguan sensorik atau koordinasi.
3. Lobus Occipitalis
Pada lobus occipitalis dikenal daerah-daerah fungsional sebagai berikut :
(a) Cortex area penglihatan primer (area Brodmann 17, area visualis primaria, area
striata)
Area 17 terutama terdapat pada permukaan medial lobus occipitalis sepanjang
bibir superior dan inferior sulcus calcarinus. Ke arah frontral area 17 berhenti kirakira pada daerah pertemuan sulcus parietooccipitalis dengan sulcus calcarinus.
Hubungan cortex area penglihatan primer terhadap sulcus calcarinus adalah konstan
10
pada manusia, hanya perluasan daerah ini pada permukaan lateral hemispherium
menunjukkan variasi individual.
Cortex area 17 relatif amat tipis, dan pada penampangnya cortex ini ditandai
oleh adanya suatu garis putih yang berjalan sejajar dengan permukaan sesuai dengan
luas area 17.
Pada manusia, area 17 bersangkutan dengan suatu fungsi penglihatan yang
disadari, akan tetapi tidak bersifat interpretasi. Kerusakan unilateral area 17, dapat
menimbulkan suatu defek pada lapangan penglihatan dalam bentuk hemianopsis
homonim (hemianopi). Kerusakan pada salah satu bibir sulcus calcarinus
menimbulkan anopsi kuadran homonim.
4. Lobus Temporalis
TITIEN WIDYA ASTUTI 00.1001.124
KKS Ilmu Penyakit Saraf
RS. Haji Medan
11
12
Bagian anterior uncus merupakan bagian cortex area olfactorik primer yang
terpenting. Daerah-daerah yang lain meliputi cortex prepiriformis (bagian anterior
area 28) dan substantia preforata anterior.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganang, William F, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
2. Sukardi, E, Neuroanatomia Medica, UI-Press, 1984, Jakarta.
3. Listiono, L Djoko, DSBS, Ilmu Bedah Saraf Satya Negara, Edisi III, Gramedia,
Jakarta, 1998
4. Copyright@www. Medicastore.com
5. Html http ://www.emedicine.co.id
13
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan
karuniaNya, maka penulis dapat menyelesaikan paper ini dalam rangka melengkapi
persyaratan kepaniteraan klinik senior di Departemen Neurologi RS Haji Medan
dengan judul Struktur Cortex Cerebri dan Fungsinya.
Disini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Mukhtar Nasution, Sp.S yang telah banyak memberikan bimbingan
selama penulis melaksanakan KKS di Departemen Neurology RS Haji Medan.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian. Semoga paper ini
bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.
14
15
STRUKTUR
CORTEX
CEREBRI
DAN FUNGSINYA
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
TITIEN WIDYA ASTUTI
00.1001.124
Dosen Pembimbing :
16
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2007
17