Anda di halaman 1dari 17

STRUKTUR BENTANG LEBAR

STRUKTUR CANGKANG

STADION

ARINDA WAHYUNI (D51112123)

ST.HARMAYANTI AMIN (D51112127)

ADELLA ADELISA (D51112261)

TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3
1.1.

Latar Belakang.......................................................................................... 3

1.2.

Rumusan Masalah..................................................................................... 3

1.3.

Tujuan dan Sasaran Pembahasan..............................................................4

1.4.

Lingkup dan Batasan Pembahasan............................................................4

1.5.

Metode Pembahasan................................................................................. 5

1.6.

Sistematika............................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN UMUM.......................................................................................... 6


2.1.

Pengertian................................................................................................. 6

2.2.

Klasifikasi Stadion..................................................................................... 6

2.3.

Kegiatan Dalam Stadion............................................................................7

BAB III ACUAN PERANCANGAN............................................................................... 8


3.1.

Lokasi........................................................................................................ 8

3.2.

Pendekatan Konsep Dasar Perancangan Makro.........................................8

3.3.

Identifikasi Kegiatan.................................................................................. 9

3.4.

Besaran Ruang........................................................................................ 11

3.5.

Sirkulasi................................................................................................... 11

3.6.

Utilitas..................................................................................................... 14

BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 18
4.1.

Kesimpulan.............................................................................................. 18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

1.2.

Rumusan Masalah
1. Non Arsitektural
a. Bagaimana memilih lingkungan yang tepat untuk perncanaan stadion
sehingga dapat memberikan kemudahan pencapaian dan kenyamanan
bagi penonton tanpa mengabaikan aturan-aturan pemerintah daerah dan
kaidah-kaidah arsitektur.
2. Arsitektural
a. Bagaimana menentukan lokasi/site yang tepat untuk bangunan
stadion?
b. Bagaimana menentukan jumlah dan jenis kebutuhan ruang agar dapat
menampung kegiatan yang direncanakan sesuai luas lahan yang
ada?
c. Bagaimana pengaturan sistem utilitas pada bangunan agar dapat
menjamin

kesehatan,

keamanan

dari bahaya

kebakaran

dan

kebersihan ruang serta lingkungannya?


d. bagaimana menata ruang secara efektif sehingga menunjang
kegiatan yang terjadi sesuai dengan fungsinya dan dapat memberikan
sirkulasi yang baik secara interior maupun eksterior.
e. bagaimana menata lingkungan/lahan yang terbatas di pusat kota yang
relative mahal terhadap peruntukan apartemen terutama ditinjau dari
aspek pengelolaan dan peruntukan penghuni khususnya untuk
golongan pendapatan menenggah ke atas.

1.3.

Tujuan dan Sasaran Pembahasan


a. Tujuan pembahasan
1) untuk mendapatkan acuan perancangan suatu stadion yang memenuhi
persyaratan sehingga terwujud suatu bangunan yang nyaman, indah,
aman.
2) Menyusun suatu landasan konseptual perancangan fasilitas bangunan
bentang

lebar

yang

diarahkan

untuk

mendapatkan

faktor-faktor

penentuan perencanaan, persyaratan dan strategi perencanaan yang


kemudian dituangkan ke dalam desain fisik.
b. Sasaran pembahasan
1) Menentukan lokasi yang strategis dan mendesain bentuk bangunan
stadion.
2) Membuat ruangan yang nyaman dan menata penempatan ruang sebaik
mungkin agar penonton dapat nyaman.
3) Melakukan studi dalam lingkup arsitektur untuk menghasilkan konsep
stadion untuk golongan menengah ke atas yang dapat menghadirkan
keamanan, privacy, dan kenyamanan tinggal.
4) Mempelajari secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
fungsi stadion dan variabel yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas
stadion.
5) Mempelajari dasar-dasar perwujudan fisik bangunan melalui pendekatanpendekatan bangunan berdasarkan standar-standar dan faktor yang
esensial terhadap tuntutan kebutuhan fungsi.

1.4.

Lingkup dan Batasan Pembahasan


a. Lingkup Pembahasan
Pembahasan ditinjau dari disiplin ilmu arsitektur dan disiplin ilmu lainnya
yang memiliki kaitan dengan permasalahan dan berfungsi sebagai pengarah
kepada sasaran fisik atau desain yang ingin dicapai.
b. Batasan Pembahasan
Pembahasan permasalahan dibatasi pada studi penyediaan serta
penataan ruang dalam bangunan yang dibutuhkan dalam suatu lingkungan
stadion.

1.5.

Metode Pembahasan
Dalam proses perencanaan ini, metode yang digunakan adalah:
1. Studi Literatur, dengan mencari data-data yang berkaitan dengan Stadion.
2. Studi Komparatif, dengan membandingkan jenis-jenis stadion yang telah ada
saat ini.

1.6.

Sistematika
Bab 1

: Pendahuluan yang memuat Latar Belakang, Rumusan Masalah,


Tujuan dan Sasaran, Lingkup dan Batasan Pembahasan, Metode,

Bab 2
Bab 3
Bab 4

dan
Sistematika.
: Bab ini berisi tentang Kajian Pustaka stadion,
: Bab ini berisi tentang Analisis.
: Penutup, yang berisikan tentang Kesimpulan dan Saran.

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1.

Pengertian

Stadion adalah

sebuah bangunan yang

umumnya

digunakan

untuk

menyelenggarakan acara olahraga dan konser, di mana di dalamnya terdapat


lapangan atau pentas yang dikelilingi tempat berdiri atau duduk bagi penonton.
Stadion

tertua

yang

kita

di Olympia, Peloponnesos, Yunani yang

kenal
telah

adalah

sebuah

stadion

menyelenggarakan Olimpiade Kuno

sejak tahun 776 SM. Stadion umumnya digunakan untuk merujuk kepada bangunan
yang menyelenggarakan kegiatan luar ruangan (outdoor), sementara bagi kegiatan
dalam ruangan bangunannya disebut gelanggang.
Stadion modern seringkali mempunyai atap di tribun penonton, namun ada
pula stadion yang tak beratap sama sekali maupun yang malah menutupi
keseluruhan stadion (stadion berbentuk kubah, dome). Meskipun masih terdapat
banyak stadion yang dirancang agar penontonnya berdiri, demi alasan keselamatan
ada stadion-stadion yang kini telah memasang bangku bagi seluruh penontonnya.

2.2.

Klasifikasi Stadion

a. Berdasarkan Kapasitas Penonton


1) Type A, stadion yang dalam penggunaannya melayani wilayah propinsi. Kapasitas
penonton lebih dari 30.000 orang dengan jumlah lintas lari minimal 8 jalur untuk lari
100m dan 400m.
2) Type B, stadion yang dalam penggunaannya melayani wilayah kotamadya.
Kapasitas penonton 10.000-30.000 penonton dengan jumlah lintas lari minimal 8
jalur untuk lari 100m dan 400m.
3) Tyoe C, stadion yang dalam penggunaannya melayani wilayah kecamatan.
Kapasitas penonton 5.000-10.000 penonton dengan jumlah lintas lari minimal 8 jalur
untuk lari 100m dan 400m.
b. Berdasarkan Spesifikasi Olahraga

1) Stadion Sepak Bola : stadion yang didalamnya hanya ada lapangan sepakbola
dengan bentuk yang mengikuti bentuk lapangan.
2) Stadion Rugby American Football : stadion yang mirip dengan stadion bola. Memiliki
bentuk yang sama tetapi ukuran yang berbeda dimana ukuran lapangan rugby lebih
panjang.
3) Stadion Baseball : stadion yang mewadahi olahraga Baseball yang memiliki bentuk
lapangan menghampiri bentuk ketupat. Dimana tempat duduk penonton/tribun hanya
ada pada dua sisi di bagian belakang lapangan.
4) Stadion Tennis : stadion yang mewadahi olahraga Tennis dengan bentuk lapangan
yang mirip dengan lapangan sepak bola. Hanya saja memiliki ukuran yang jauh lebih
kecil dan cenderung memiliki atap.
5) Stadion Multifungsi atau Stadion Olahraga : stadion yang mampu mewadahi
beberapa olahraga atletik dan sepak bola dengan panjang bisa mencapai 175m dan
lebar 100m sehingga memiliki jenis fasilitas yang bervariasi dan daya tamping yang
lebih besar.
Namun adapula standar yang dikeluarkan FIFA untuk pertandingan
interntional dan untuk Event World Cup 2010 ialah untuk pertandingan penyisihan
minimal 40.000 penonton dan untuk pertandingan perdelapan final hingga final serta
pertandingan pembukaan minimal 85.000 penonton.

2.3.

Kegiatan Dalam Stadion


a. Secara umum dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Kompetisi / pertandingan
2) Kegiatan latihan olahraga
3) Aktifitas non olahraga
b. Unsur yang berperan dalam kegiatan di stadion adalah :
1) Peserta
2) Penonton
3) Pengelola
4) Pers

BAB III
ACUAN PERANCANGAN

3.1.

Lokasi
Mengingat bahwa bangunan yang direncanakan merupakan bangunan yang
berfungsi sebagai hunian, maka ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan
dalam menentukan lokasi bangunan, yaitu :
1) Kemudahan pencapaian akses
2) Fasilitas terdekat yang cukup lengkap (pusat perbelanjaan, tempat
ibadah)
3) Mempunyai prasarana sirkulasi lalu lintas yang lancar untuk mencapai
tujuan.
4) Lingkungan yang teratur, aman dan bebas banjir.
5) Lokasi tapak harus sesuai dengan peta BWK (Bagian Wilayah Kota)
dan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah).

3.2.
a.

Pendekatan Konsep Dasar Perancangan Makro


Kegiatan dan Sistem Pelayanan
Kegiatan-kegiatan tertentu membutuhkan sistem pelayanan terpadu.
Dengan demikian kegiatan yang dilakukan akan menjadi lebih efisien dan lebih
aman sehingga kepuasan dalam beraktivitas tercapai.
Sistem pelayanan yang direncanakan mempertimbangkan faktor-faktor
sebagai berikut :
- Efisien, keamanan dan kenyamanan.
- Memberikan kebebasan yang terkoordinir pada penghuni untuk memilih sistem
pelayanan yang disukai.
Kegiatan yang membutuhkan sistem pelayanan :
Kegiatan sehubungan makan, tidur dan istirahat/santai.
Kegiatan bagian pengelola seperti informasi, pelayanan dan sebagainya.
Kegiatan bagian kebersihan, cleaning service, bagian peralatan, dan sebagainya.

Kegiatan fasilitas penunjang, misalnya supermaket, klinik, restaurant, dan


sebagainya.

3.3.

Identifikasi Kegiatan

a. Atlet
Aktifitas

Program
Ruang

Pertandingan
Olahraga
Regional,

Pengelompokka
n
Kegiatan

Lapangan dan lintasan

(Lokal, atletik standar.


- Lapangan

Karakteristik
Kegiatan
Umum, menarik, dan
memberi

sepak

kesan

kenyamanan.
Kegiatan

bola
Lintasan atletik

Latihan Teknis
- Sepak Bola
- Atletik

Lapangan

aman, dan nyaman.

bola
Lintasan atletik

Latihan Kebugaran
- Fitness
- Jogging

Fitness center
Fitness room
Lounge atlet
Lintasan atletik
Jogging track

Memperhatikan factor

Nasional,

dan

Internasional)
Sepak
-

Olahraga

Bola
Atletik
sepak

Semi privat, privat,

keleluasaan

Fasilitas
-

Menitip barang
Ganti pakaian

dan mandi
Pemeriksaan

kesehatan
Diskusi
Istirahat

gerak

sesuai

cabang

olahraga

masing-

masing.

Loker
penunjang
Ruang ganti
atlet/kegiatan
Kamar
mandi,
olahraga
toilet, dan sauna
Klinik
dan

laboratorium mini
Ruang teori
Lounge atlet
kantin

Belanja/sewa

Retail

Mudah dijangkau dan

perlengkapan
Mengambil

perlengkapan
ATM

nyaman.

Semi privat, privat,


nyaman dan aman.

uang
Telepon

Telepon umum

Mencuci

Laundry

House Keeping Privat dan higienis


dan

pakaian

perlengkapan
b. Penonton
Aktifitas

Program
Ruang

Membeli tiket
Menonton
pertandingan

Loket

Pengelompokka
n
Kegiatan
pembelian

tiket
Tribun
Tribun VIP
Football

Karakteristik
Kegiatan
Ramai, umum, aman

Kegiatan

dan nyaman.

Olahraga
mini

gallery
c. Pelatih
Aktifitas

Program
Ruang

Memberi
instruksi

teori

pelatihan

atau

diskusi
Mengolah data

Ruang

teori/pelatihan
Ruang pelatih

pelatihan

Suasana

informal,

santai, dan fleksibel.

penunjang

pertandingan
-

Menitip barang
Ganti pakaian

dan mandi
Makan
dan

Privat dan tenang.

Fasilitas

atau

minum

Kegiatan

Karakteristik
Kegiatan

gan

Memberi

hasil

n
Kegiatan

pertandingan/lapan olahraga

atau

arahan
-

Area

Pengelompokka

atlet/kegiatan
-

Loker
olahraga
Ruang ganti
Kamar
mandi,

toilet, dan sauna


Lounge atlet

Semi privat, privat,


nyaman dan aman.

Istirahat

kantin

Menyiapkan

Gudang alat dan House Keeping Aman, efisien, dan

dan menyimpan

perlengkapan

dan

alat-alat latihan

olahraga

perlengkapan

3.4.

Besaran Ruang

3.5.

Sirkulasi

praktis.

Secara khusus area partisipan ini adalah berupa ruang tim yang terdiri dari
beberapa ruang, seperti ruang ganti, instruksi, loker, mandi, ruang medis dan lobby
dengan jumlah ruang tim untuk sepak bola ada 2 unit dan ruang tim untuk atlet ada
beberapa unit.

a) Area pelatih termasuk area panitia, pers/media, dan perawatan/medis


Area pelatih di sini cenderung berupa ruang kegiatan atlet atau ruang kerja, aktifitas
yang terjadi didalamnya adalah pekerjaan melatih atlet. Ruang untuk pelatih relative
sama dengan area pemain, yang membedakan adalah kegiatannya.

b) Area pengelola termasuk area panitia, pers/media, dan perawatan/medis


Area pengelola di sini cenderung berupa ruang kantor atau ruang kerja, aktifitas
yang terjadi didalamnya adalah pekerjaan administrasi. Ruang untuk pers/media
relative sama dengan area pengelola, yang membedakan adalah kegiatannya.
Keguatan pers/media berupa aktifitas peliputan secara langsung, menyusut.

Aktifitas peliputan langsung membutuhkan ruang khusus yang mempunyai akses


langsung (visual dengan area lapngan. Aktifitas untuk panitia lebih cenderung insidentil.
Untuk aktifitas servis sifatnya regular berupa perawatan dan pelayanan terhadap bangunan
dan pengelola.

c) Area penonton
Aktifitas di area penonton adalah menikmati jalannya pertandingan, seperti duduk
yang harus nyaman dan memiliki sudut pandang yang baik kearah lapangan. Harus
diperhatikan dalam area penonton adalah pada saat terjadinya antrian penonton,
baik pada saat masuk maupun keluar meninggalkan stadion. Sehingga harus
diperhatikan system pengaturan antrian dan pintu keluar dan masuk yang lebih
leksibel sebagai upaya untuk memudahkan penonton pada saat keluar stelah
pertandingan selesai.

3.6.

Utilitas

a. Sistem Pencahayaan
System pencahayaan yang digunakan ada 2 macam, yaitu :
1) Pencahayaan alami
Penerangan alami dapat diperoleh dengan memanfaatkan ruang bangunan
yang langsung berhubungan dengan ruang luar. Hal ini dapat di jelaskan:
a. Ruangan yang membutuhkan banyak cahaya matahari namun panasya
dihindari seperti ruang tamu dan ruang bersantai pada unit hunia, kantor
pengelola, bursa dan pos keamanan.
b. Ruangan yang membutuhkan penerangan secukupnya dan panas pada
waktu-waktu tertentu saja seperti : ruang tidur
c. Ruangan yang sedikit membutuhkan ruangan dan panasnya di abaikan
seperti : pantry, gudang, ruang cuci dan Km/Wc
d. Ruangan yang membutuhkan panas matahari yaitu ruang jemur
2) Pencahayaan buatan
Diperoleh dengan memanfaatkan listrik untuk menyalakan lampu, terutama
bagi ruang-ruang yang tidak memungkinkan pencahayaan alami. Seluruh
fungsi penerangan buatan dapat diwujudkan dalam bentuk spesifikasi jenis
lampu, antara lain :
a. Lampu Neon pada setiap ruangan yang kekuatannya disesuaikan dengan
jenis ruangan dan kegiatan yang berlangsung didalamnya.

b. Lampu Merkuri pada ruangan parker, lapangan olahraga dan jalan


kompleks setiap 50 meter
c. Lampu hias pada ruangan terbuka
Perhitungan lampu pada unit terkecil 2,7 x 4,5 = 12,15 m
Persyaratan iluminasi diambil 75 fc = 75 / 0,929 = 807,3 lux
Tinggi plafond kebidang kerja 4,00 m
Tendamen ruang = Cu x Mf = 0,55 x 0,7 = 0,385
Flux lampu = flux x bidang kerja / tendamen ruang
= 807,3 x 807,3 / 0,385 lux
b. Penghawaan
System penghawaan yang digunakan ada 2 macam, yaitu:
1. Penghawaan alami
a. Ruang-ruang diatur untuk memberikan pengaliran udara segar dari luar
bagaimana karena selain mendapatkan aliran udara yang bersih, arah
pandangan (view) dapat memandang bebas kearah tanaman bangunan
diluar bangunan
b. Untuk sirkulasi udara Km/Wc, langsung berhubungan dengan udara luar,
sehingga didalam Km/Wc udara bersih tetap terjaga
c. Lubang ventilasi ditempatkan pada bidang dinding yang berhadapan dan
berhubungan dengan udara luar.
d. Diusahakan menggunakan penghawaan silang yang memberikan udara
bersih.
e. Perencanaan berdasarkan peryaratan atau ketentuan yang diizinkan sesuai
dengan fungsi dan penggunaan ruang.
2. Penghawaan buatan
Sistem penghawaan yang menggunakan alat oengkondisian udara (air
conditioner). Dan biasanya digunakan pada bangunan yang luasnya relatif besar,
sehingga tidak memungkinkan penggunaan sistem penghawaan alami.
c. Jaringan Listrik
Penyediaan tenaga listrik bersumber dari PLN dengan pertimbangan :
1. Penyediaan jaringan
2. Biaya
3. Pemeliharaan / control
4. Supplay
d. Jaringan telekomunikasi
Dengan dasar oertimbangannya yaitu :
1. Jangkauan
2. Biaya
3. Control
4. Alternative jaringan telepon
Untuk kelancaran komunikasi baik dari dalam maupun keluar asrama, maka
system komunikasi yang dimanfaatkan terdiri dari :

1. Untuk komunikasi, para pengelola menggunakan system PABX, sedangkan


untuk penghuni asrama lainnya dapat memanfaatkan telepon umum
2. Untuk komunikasi antar unit didalam asrama menggunakan intercom, sedangkan
unit untuk petugas keamanan dilengkapi dengan HT (handly talky)
e. Sistem pengadaan dan distribusi air bersih
Pengadaan air bersih bersumber dari PDAM dan sumur artesis dengan
menggunakan pompa. Dalam distribusi air sebelumdisalurkan ke unit bangunan
terlebih dahulu ditampung di bak penampungan kemudian disalurkan ke reservoir
atas dengan bantuan pompa, dari reservoir atas disalurkan ke unit-unti bangunan
dengan cara gravitasi
f.

Jaringan pembuangan air kotor


1. Pembuangan air hujan
Air hujan dialirkan kesaluran drainase / pembuangan terbuka melalui lubang
talang air hujan, selanjutnya keriol kota. Pada setiap jarak tertentu, saluran
pembuangna ini mempunyai bak control dengan kemiringan saluran 1-2.
2. Pembuangan air limbah
System pembuangan limbah cair direncanakan menggunakan saluran yang
terpisah dari saluran drainase dan berupa saluran tertutup (gorong-gorong).
Saluran air kotor ini baru dapat digabungkan dengan saluran drainase
sekunder/primer yang mempunyai volume debit air yang cukup besar dengan
aliran yang cukup kontinyu menuju ke roil kota.

g. System pengamanan
1. Pengamanan terhadap kebakaran
a. Prnyrdiaan tabung CO2 pada temoar-tempat tertentu
b. Penempelan hydrant disekitar unit bangunan
c. Pemakaina material yang tidak mudah terbakar serta perencanaan system
elektrikal semaksimal mungkin yang dalam hal ini dapat mencegah bahaya
kebakaran
2. Pengamanan terhadap petir
System penangkal petir yang digunakan adalah system sangkar faraday dan
tongkat franklin. Untuk sangkar faraday, system ini berupa tiang setinggi 30-50
cm dan dipasang pada bagian tertinggi bangunan membentuk suatu sangkar dan
menggunakan konduktor, dipasang horizontalyang kemudian dihubungkan ke
terminal tanah.Sedangkat tongkta franklin, system ini yang menggunkan batang
metal runcing berfungsi sebagai antenna yang dihubungkan konduktor untuk
menuju ke terminal tanah.

BAB IV
PENUTUP

4.1.

Kesimpulan

1. Bersama ruang yang ditentukan oleh fungsi, jenis aktifitas dan kapasitas.
2. Bentuk harus seuai dengan fungsi sebagai bangunan tempat
peristirahatan/perumahan.
3. Bentuk yang mencerminkan
kemahasiswaan.

aspek

yang

terkandung

dalam

dunia

Anda mungkin juga menyukai