T Spinal Stenosis
T Spinal Stenosis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Spinal canal stenosis merupakan suatu kondisi penyempitan kanalis
spinalis atau foramen intervertebralis disertai dengan penekanan akar saraf
yang keluar dari foramen tersebut. Semakin tinggi angka harapan hidup
seseorang di suatu negara, semakin meningkat populasi orang dengan usia
lanjut dengan aktivitas yang terpelihara secara monoton. Konsekuensinya
adalah keterbatasan fungsional dan nyeri yang timbul sebagai gejala penyakit
degeneratif pada tulang belakang, menjadi lebih sering muncul sebagai
masalah kesehatan.
Spinal stenosis menjadi salah satu masalah yang sering ditemukan, yang
merupakan penyakit degeneratif pada tulang belakang pada populasi usia
lanjut. Prevalensinya 5 dari 1000 orang diatas usia 50 tahun. Merupakan
penyakit terbanyak yang menyebabkan bedah pada tulang belakang pada usia
lebih dari 60 tahun. Pria lebih tinggi insidennya daripada wanita.
Patofisiologi tidak berkaitan dengan ras, jenis kelamin, tipe tubuh,
pekerjaan dan paling banyak mengenai lumbar ke-4 k-5 dan lumbar ke-3 ke-4.
Stenosis adalah penyempitan pada kaliber orifisium tuba, yang menyebabkan
penurunan aliran cairan atau gas disertai penekanan pada komponen padatnya
(struktur saraf), bila tidak terjadi penekanan maka kanalnya dikatakan
mengalami penyempitan namun bukan stenosis. Spinal stenosis merupakan
penyempitan osteoligamentous vertebral canal dan atau intervertebral
foramina yang menghasilkan penekanan pada thecal sac dan atau akar saraf.
Pada level vertebra yang sama penyempitan tersebut bisa mempengaruhi
keseluruhan kanal dan bagian lain dari kanal tersebut.
Tanda-tanda Stenosis Spinal termasuk yang menyebabkan kaki
mengalami kelemahan, kesemutan, nyeri. Rasa sakit dapat bervariasi dari rasa
nyeri untuk sakit menusuk tajam. Rasa sakit pasien biasanya lebih buruk
sambil berdiri atau berjalan. Beberapa pasien menyatakan bahwa bantuan
hanya dari rasa sakit adalah ketika mampu berbaring horizontal. Pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Struktur lain yang tidak kalah penting dan menjadi istimewa adalah
sendi lengkung vertebra articulation zygapophysealis (facet joint), letaknya
sangat berdekatan dengan foramen intervertebrale yang dilalui saraf spinal
untuk meninggalkan canalis vertebralis. Sendi ini adalah sendi sinovial datar
antara prosesus articularis (zygoapophysis) vertebra berdekatan. Sendi ini
memungkinkan gerak luncur antara vertebra. Jika sendi ini mengalami cidera
atau terserang penyakit, saraf spinal dapat ikut terlibat. Gangguan ini dapat
mengakibatkan rasa sakit sesuai dengan pola susunan dermatom, dan kejang
pada otot-otot yang berasal dari miotom yang sesuai.
C. Patoanatomi
Struktur anatomi yang bertanggung jawab terhadap penyempitan kanal
adalah struktur tulang dan jaringan lunak. Akibat kelainan struktur tulang
jaringan lunak tersebut dapat mengakibatkan beberapa kondisi yang mendasari
terjadinya spinal canal stenosis yaitu:
1. Degenerasi diskus
Degenerasi diskus merupakan tahap awal yang paling sering terjadi pada
proses degenerasi spinal, walaupun artritis pada sendi facet juga bisa
mencetuskan suatu keadaan patologis pada diskus. Pada usia 50 tahun
terjadi degenerasi diskus yang paling sering terjadi pada L4-L5, dan L5S1. Perubahan biokimia dan biomekanik membuat diskus memendek.
Penonjolan annulus, herniasi diskus, dan pembentukan dini osteofit bisa
F. Etiologi
Struktur anatomi yang bertanggung jawab terhadap penyempitan kanal
meliputi struktur tulang dan jaringan lunak. Struktur tulang meliputi: osteofit
sendi facet (merupakan penyebab tersering), penebalan lamina, osteofit pada
corpus vertebra, subluksasi maupun dislokasi sendi facet (spondilolistesis),
hipertrofi atau defek spondilolisis, anomali sendi facet kongenital. Struktur
jaringan lunak meliputi: hipertrofi ligamentum flavum (penyebab tersering),
penonjolan annulus atau fragmen nukleus pulposus, penebalan kapsul sendi
facet dan sinovitis, dan ganglion yang bersal dari sendi facet. Akibat kelainan
struktur tulang jaringan lunak tersebut dapat mengakibatkan beberapa kondisi
yang mendasari terjadinya spinal canal stenosis
G. Epidemiologi
Spinal stenosis menjadi salah satu masalah yang sering ditemukan, yang
merupakan penyakit degeneratif pada tulang belakang pada populasi usia
lanjut. Prevalensinya 5 dari 1000 orang diatas usia 50 tahun di Amerika.
Merupakan penyakit terbanyak yang menyebabkan bedah pada spina pada usia
lebih dari 60 tahun. Lebih dari 125.000 prosedur laminektomi dikerjakan
untuk kasus lumbar spinal stenosis. Pria lebih tinggi insidennya daripada
wanita. Patofisiologinya tidak berkaitan dengan ras, jenis kelamin, tipe tubuh,
pekerjaan dan paling banyak mengenai lumbar ke-4 k-5 dan lumbar ke-3 ke-4.
H. Klasifikasi
Kalsifikasi spinal canal stenosis dapat dibagi congenital/developmental
and acquired types, yaitu:
1. Congenital-developmental stenosis
a. Idiopathic
b. Achondroplastic
2. Acquired stenosis
a. Degenerative (most common type)
b. Combined congenital and degenerative stenosis
c. Spondylitic/spondylolisthetic
d. Iatrogenic (ex postlaminectomy, postfusion)
e. Posttraumatic
terlalu
banyaknya
mobilitas.
Ini
sering
disebut
spondylolisthesis.
2. Magnetic resonance imaging (MRI). Pemeriksaan ini dapat membuat
gambar yang lebih baik dari jaringan lunak, seperti otot, cakram, saraf,
dan sumsum tulang belakang.
3. Tes tambahan. Computed tomography (CT) scan dapat membuat
penampang gambar tulang belakang. juga dapat dilakukan myelogram.
Dalam prosedur ini, zat warna disuntikkan ke tulang belakang untuk
membuat saraf muncul lebih jelas. Hal ini dapat membantu dokter
menentukan apakah pada saraf sedang terjadi dikompresi
L. Tatalaksana
Pengobatan non operatif
sekitar
saraf
atau
di
"ruang
epidural"
bisa
mengurangi
10
11
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Spinal canal stenosis merupakan penyakit degeneratif yang paling sering
ditemukan pada orang lanjut usia. Gejala yang sering ditimbulkan adalah nyeri
pinggang bawah. Penanganannya tergantung berat ringannya gejala, dapat
konservatif maupun operatif. Komplikasi dan hasil terapinya bergantung pada
kondisi penderita dan pemulihannya yang lama juga harus dipertimbangkan
mengingat pasien yang umumnya usia tua.
12
DAFTAR PUSTAKA
Adam RD, Victor M, Ropper AH. Principles of neurology. 7th ed. McGraw Hill
co. New York. 2005: 194-212.
Amundsen T, Weber H, Lilles F, Nordal HJ, Abdelnoor M, Magnaes B. Lumbar
spinal stenosis. Clinical and radiologic features. Spine (Phila Pa 1976). May
15 1995;20(10):1178-86.
Bernhardt M, Hynes RA, Blume HW, White AA 3rd. Cervical spondylotic
myelopathy. J Bone Joint Surg Am. Jan 1993;75(1):119-28.Caputy AJ,
Luessenhop AJ. Long-term evaluation of decompressive surgery for
degenerative lumbar stenosis. J Neurosurg. Nov 1992;77(5):669-76.
13
Frohna WJ, Della-Giustina D. Chapter 276. Neck and Back Pain. In: Tintinalli JE,
Stapczynski JS, Cline DM, Ma OJ, Cydulka RK, Meckler GD, eds.
Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. 7th ed.
New
York:
McGraw-Hill;
2011.
http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=6392280.diakses
25
Desember 2013.
Greenberg MS. Spinal stenosis. In: Handbook of Neurosurgery. Vol 1. Lakeland,
Fla: Greenburg Graphics, Inc; 1997:207-217.
Harkey HL, al-Mefty O, Marawi I, Peeler DF, Haines DE, Alexander LF.
Experimental chronic compressive cervical myelopathy: effects of
decompression. J Neurosurg. Aug 1995;83(2):336-41.
Heller JG. The syndromes of degenerative cervical disease. Orthop Clin North
Am. Jul 1992;23(3):381-94.
Kalichman L, Cole R, Kim DH, Li L, Suri P, Guermazi A, et al. Spinal stenosis
prevalence and association with symptoms: the Framingham Study. Spine J.
Jul 2009;9(7):545-50.
Keith
L.
Moore, Anne
R. Agur. Anatomi
Klinis
Dasar. 2002.
Jakarta:Hipokrates.
Luke A, Ma C. Chapter 41. Sports Medicine & Outpatient Orthopedics. In:
Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW, eds. CURRENT Medical
Diagnosis & Treatment 2013. New York: McGraw-Hill;
McRae, Ronald. Clinical Orthopaedic examination. 2004. Fifth Edition: 151-152.
Steven R. Garfin, Harry N. Herkowitz and Srdjan Mirkovic. Spinal Stenosis.
Journal Bone Joint Surg Am. 1999; 81:572-86.
White AA III, Panjabi MM. Clinical Biomechanics of the Spine. 2nd ed.
Philadelphia, Pa: JB Lippincott; 1990:342-378.
14
15