Materi Perencanaan Geometrik Jalan
Materi Perencanaan Geometrik Jalan
PENDAHULUAN
Persimpangan adalah pertemuan dua atau lebih ruas jalan, yang didalamnya
terdapat penggunaan bersama kendaraan dari/ke ruas-ruas tersebut.
Perencanaan persimpangan bertujuan untuk mengurangi kemungkinan tubrukan
antara kendaraan bermotor, pejalan kaki, sepeda dan fasilitas lain-fasilitas lain yang
memberikan kemudahan, kenyamanan dan ketenangan terhadap pemakai jalan
yang melalui persimpangan. Hal itu perlu dilakukan karena persimpangan
merupakan bagian terpenting dari jalan perkotaan dimana sebagian besar efisiensi,
keamanan, kecepatan, biaya operasi dan kapasitas lalu lintas tergantung pada
perencanaan simpang. Dengan demikian, perencanaan harus mengikuti lintasan
aslinya dan karakteristik pemakai jalan.
Selain itu dalam merencanakan suatu simpang, harus dipertimbangkan volume lalu
lintas yang akan masuk kesimpang tersebut, serta terkoordinasi dengan system
pengaturan/system control yang akan digunakan.
12.2.
STANDAR PERENCANAAN
(stagger
junction/
persimpangan
mendadak)
atau
Arus lalu lintas utama sedapat mungkin dilayani dengan jalur yang lurus atau
hamper lurus.
Alinyemen horizontal
Jalan utama
Standar minimum
Jalan yang menyilang(dg
Stop control)
280
150
60
100
40
60
30
30
15
15
15
12.4.
Landai maksimum
Landai maksimum pada persimpangan tidak melebihi 2%, atau dapat dibuat
serendah mungkin untuk memberikan kenyamanan pada pengendara.
Panjang minimum bagian dg kelandaian rendah
Panjang pada bagian yang mempunyai kelandaian rendah, di dekat persimpangan
sebaiknya ditentukan oleh perkiraan panjang antrian yang terjadi selama satu
periode berhenti, sesuai table 12.3. atau table pada PGJP 1992.
Jalan Type II
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
40
35
15
6
12.5.
POTONGAN MELINTANG
Lebar jalur
Lebar jalur
type II
lurus(tangen)
jalur tambahan
tambahan
Kelas I
3,5
3,25 ; 3,00
Kelas II
3,25
3,00 ; 2,75
Kelas III
3,25;3,0
3,00 ; 2,75
Kelas IV
atau terpaksa ada pergeseran jalur dari lalu lintas menerus, maka harus dibuatkan
lengkung/taper yang tepat untuk jalur belok. Standar taper yang ditetapkan PGJA
1992 adalah sebagai berikut:
Tabel 12.5. Standar Taper dari pergeseran jalur
Kecepatan rencana
(km/jam)
60
50
40
30
20
Taper
1/30
1/25
1/20
1/15
1/10
Sebagai perbandingan, dari nilai diatas dapat digunakan rumus dibawah ini untuk
kemudian dipilih nilai terbesar sebagai panjang taper minimum.
L = V x dw/3
Dimana :
L adalah panjang taper
dw= pergeseran jalur lalu lintas menerus (m)
V = kecepatan rencana (km/jam)
12.5.3. Jalur Belok Kanan
Semua persimpangan sebidang harus dilengkapi dengan jalur belok kanan, kecuali
termasuk dalam keadaan khusus seperti berikut:
Jalan type II kelas III atau IV dengan kapasitas yang dapat menampung
volume puncak
L = Lt + Ld
Dimana:
L
Lt
= Panjang taper
= max{lc,ld}
Ic
= V x dw/6
= panjang yang diperlukan pada pergeseran jalur menerus sampai
pada jalur belok kanan.
ld
Ls
=2xMxs
Nilai s untuk bus dan truck = 12 m, untuk kendaraan lain = 6 m dan jika
bus/truck tidak ada = 7 m
Ls untuk simpang signalized
Ls
= 1,5 x N x s
= 1,5 x banyak kendaraan yang belok kanan x head distance rata-rata
ld
lc
80
45
40
60
30
30
50
20
25
40
15
20
30
10
15
20
10
10
Sudut kemiringan pada persimpangan 60 derajat dan jumlah lalu lintas belok
kiri cukup banyak.
KANALISASI
Sebagai perangkat lalu lintas, kanal merupakan bagian yang menyatu dengan
persimpangan yang berfungsi sebagai pengarah dan pengontrol arus lalu lintas
sehingga tetap apad lajur dan arah yang ditentukan. Selain itu juga sebagai
pengontrol terhadap kecepatan kendaraan.
Kanalisasi ini secara fisik dapat berupa marka jalan ataupun kerb, pagar, ataupun
pagar pengaman, dan patok pengarah. Dan dalam perencanaannya perlu
dipertimbangkan luas lahan yang ada, jenis pengatur lalu lintas, kendaraan rencana,
kecepatan rencana dan volume lalu lintas. Karena factor-faktor tersebut akan
menentukan panjang jari-jari kanal. Lebih jelasnya jari-jari kanal belok kanan
ditentukan 15-30 m berdasar pertimbangan gerakan kendaraan belok kanan,
sedangkan jari-jari kanal belok kiri lebih ditentukan oleh ketersediaan lahan dan lebar
trotoar dengan memperhatikan radius putaran minimum kendaraan rencana (Mobil
penumpang 6 m, truk 12 m, dan semi trailer 12 m). Untuk jari-jari sisi luar kanal dapat
dilihat pada tabel 10.7 PGJP 1992.
Untuk lebar kanal disesuaikan dengan jari-jari lengkung dan kendaraan rencana.
Sedangkan pada kanal yang terpisah dari jalur lalu lintas utama dengan pulau, maka
perlu adanya daerah bebas 50 cm disisi kanan dan kiri kanal tersebut, yang dapat
digunakan untuk bahu jalan, saluran samping dan untuk letak (set back) pulau lalu
lintas
Pulau lalu lintas dibagi dalam 3 kelompok yaitu pulau-pulau kanal (pengatur lalu
lintas), pulau pemisah(pemisah arus yang berlawanan atau searah) dan pulau
pengaman (untuk pejalan kaki). Dalam hal pulau kanal sebaiknya digunakan
beberapa pulau besar daripada banyak pulau kecil dengan ukuran minimum seperti
tabel 10.9 PGJP 1992. Bentuk-bentuk dari pulau pulau tersebut adalah sbagai
berikut: