Anda di halaman 1dari 34

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan dan Perawat Sebagai Leader


1.1

Konsep Manajemen Umum

Menurut pengertian Henry Fayol, manajemen berarti memanajemeni adalah


memperkenalkan

dan

merencanakan,

mengorganisasikan,

memimpin,

mengkoordinasikan, dan mengendalikan.


Secara literatur manajemen, model fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan (perintah dan koordinasi) dan pengendalian,

seperti yang

didefinisikan oleh Fayol, Urwick dan lain-lain telah diterima sebagai fungsifungsi utama dari manajer-manajer. Memanajemeni berarti mencapai tujuantujuan dari kelompok melalui sumber daya yang efektif dan efisien.
Prinsip-prinsip manajemen menurut Fayol yaitu pembagian kerja, otoritas,
disiplin, kesatuan perintah, kesatuan arah, subordinasi minat individu terhadap
minat umum, penggajian, sentralisasi, rantai pengukuran (garis otoritas), perintah
hak menurut keadilan, stabilitas atau masa jabatan pegawai, inisiatif, semangat
bekerja sama.
1.2

Konsep Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan merupakan proses kegiatan anggota staf keperawatan


untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2007).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta
mengawasi sumber- sumber yang ada baik SDM, alat, maupun dana sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.

1.3.1 Fungsi Manajemen Keperawatan


Ada pun fungsi dari manajemen keperawatan:
Planning (perencanaan) adalah proses merumuskan tujuan organisasi sampai
dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan.
Dengan tugas ini seorang pemimpin melakukan supervisi dan evaluasi serta
menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugastugasnya.
Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk
mengelompokkan semua sumber data yang dimiliki oleh dan memanfaatkannya
secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Actuating (directing, commanding, coordinating) adalah proses memberikan
bimbingan kepada staf agar mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugastugasnya sesuai dengan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan dukungan
sumber daya yang tersedia.
Controlling (pengawasan, monitoring) adalah proses pengawasan secara
berkesinambungan pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan evaluasi terhadap penyimpangan yang terjadi.
2. Penerapan Kepemimpinan dan manajemen pada tatanan setting
pelayanan kesehatan di RS dan Puskesmas
2.1

Definisi

Fungsi dari kepemimpinan dalam manajemen pada umumnya diartikan hanya


berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut
sangatlah luas. apabila posisi sebagai ketua tim, kepala ruangan atau perawat
pelaksana dalam suatu ruangan, maka diperlukan pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang berkualitas (Sriyanti, 2003).
Pelayanan keperawatan adalah suatu upaya untuk penyelenggaraan kegiatan
dalam mengakomodir ketersediaan praktik keperawatan yang benar dan baik
2

berupa kegiatan manajemen pelayanan (manajemen of service) dan manajemen


asuhan pasien (manajemen of care) untuk mencapai masyarakat sehat, mandiri,
dan berkeadilan.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna (secara preventif,kuratif,promotif dan
rehabilitatif) , dengan fasilitas rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Struktur kepemimpinan dan manajemen pelayanan keperawatan di RS dan
Puskesmas dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan
manajerial, yaitu:

Manajemen puncak/top
Manajemen menengah/middle
Manajemen bawah/low/first line

Manajemen puncak / manajemen dalam pelayanan asuhan keperawatan


merupakan bagian dari sistem manajemen keperawatan, dimana sistem
manajemen
pengaturan,

keperawatan

mencakup

kepegawaian,

pengumpulan

kepemimpinan

dan

data,

perencanaan,

pengawasan.

Konsep

kepemimpinan dalam keperawatan adalah sebagai penerapan pengaruh dan


bimbingan, yang ditunjukan kepada semua staf keperawatan, untuk menciptakan
kepercayaan dan ketaatan, sehingga timbul kesediaan untuk melaksanakan tugas
dalam rangka mencapai tujuan pelayanan keperawatan secara efektif dan efisien,
sedangkan manajemen menengah adalah proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan, untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga
kedua fungsi tersebut dapat saling mendukung. (Imanuddin, 2009).

2.2 Konsep Kepemimpinan


Ada beberapa pengertian tentang kepemimpinan , antara lain :
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang
dimiliki seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara
sukarela dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.(Georgy R.
Terry ).

Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau


sekelompok orang untuk berbuat dan mencapai tujuan ditetapkan ( Stogdill ).
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang
sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain
bersedia dan dapat menyelesaikan tugas - tugas tertentu yang dipercayakan
kepadanya ( Ordway Tead ).
Didalam

pelayanan

keperawatan

kepemimpinan

merupakan

penggunaan

ketrampilan seorang pemimpin ( perawat ) dalam mempengaruhi perawat perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian tugas dan
tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga
tujuan keperawatan tercapai. Setiap perawat mempunyai potensi yang berbeda
dalam kepemimpinan, namun ketrampilan ini dapat dipelajari sehingga selalu
dapat diterapkan dan ditingkatkan.
2.2.1 Teori-teori Kepemimpinan
Ada beberapa teori kepemimpinan yang pernah dikemukakan, antara lain :

Teori orang besar atau teori bakat, teori orang besar ( the great men
theory ) atau teori bakat ( Trait theory ),dikatakan bakat bakat untuk
menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir.

Teori situasi, dikatakan menjadi pemimpin adalah karena adanya situasi


yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan menjadi
seorang pemimpin.

Teori Ekologi, dikatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin, tetapi


untuk menjadi pemimpin yang baik ada bakat - bakat tertentu yang
terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.

2.2.2 Gaya Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh sifat dan perilaku yang dimiliki oleh
pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya tidak

persis sama, maka gaya kepemimpinan ( leadership style ) yang diperlihatkanpun


juga tidak sama.
Macam-macam gaya kepemimpinan dapat dibedakan atas empat macam, yaitu:

Gaya Kepemimpinan Diktator

Pada gaya kepemimpinan diktator ( dictatorial leadership style ) upaya mencapai


tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta ancaman hukuman,tidak
ada hubungan dengan bawahan.

Gaya Kepemimpinan Autokratis

Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic leadership style ) segala keputusan


berada di tangan pemimpin.

Gaya Kepemimpinan Demokratis

Pada gaya kepemimpinan demokratis ( democratic leadership style ) ditemukan


peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara
musyawarah.
2.3

Hubungan Kepemimpinan dan Manajemen

Kekuasaan manajemen berkaitan dengan kekuasaannya sebagai seorang manajer


dalam suatu organisasi sedangkan kekuasaan pemimpin berkaitan dengan
kemampuan individual untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain, tanpa
memperhatikan jabatan seseorang dalam suatu organisasi.

3.

Metode penugasan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang


rawat RS dan Puskesmas
3.1

Macam-macam bentuk metode penugasan

Pelayanan kesehatan di Indonesia pada dasarnya masih kurang, baik tenaga


maupun fasilitas yang ada.Dalam rangka memberdayagunakan para tenaga

keperawatan dirumah sakit ada beberapa metode penugasan dalam bentuk metode
pemberian asuhan keperawatan. Ada lima metode yang dikenal antara lain:
Metode fungsional, metode tim, metode keperawatan primer, manajemen kasus
keperawatan dan metode medular.
3.1.1

Metode Fungsional

Metode Fungsional yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang


didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan.
Keuntungan dan kekurangan Metode Fungsional, pelaksanaan pada metode
fungsional dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien memiliki
beberapa keuntungan:

Perawat menjadi lebih terampil dalm melakukan satu tugas yang biasa
menjadi tanggung jawabnya
Pekerjaan lebih efesien
Ketenagaan relatif dibutuhkan sedikit
Mudah dalam mengkoordinasi pekerjaan
Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau pekerjaan
Perawat lebih mudah menyesuaikan terhadap tugas yang menjadi
tanggung jawabnya sehingga menjadi lebih cepat selesai.

Kekurangan:

pelayanan keperawatan terpisah-pisah, sehingga perawat tidak tahu


kebutuhan pasien secara keseluruhan.
Mudah terjadi kesalahan dan kelalaian dari masing-masing perawat dan
menyangkal tanggung jawab sehingga jika terjadi kesalahan dalam
perawatan sulit menentukan siapa yang bertanggung jawab.
Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.

3.1.2 Metode Perawatan Tim


Pengembangan metode ini didasarkan pada kecakapan dan kemampuan anggota
kelompok. Model ini menggunanakan team yang terdiri atas anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
6

pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri atas tenaga
profesional, tenaga teknis dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu. Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/ketua tim. Ketua tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota
grup/tim sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan
klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani
kesulitan ketua tim yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
Tanggung jawab anggota tim:

Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung


jawabnya.
Bekerja sama dengan anggota tim dan antar tim.
Memberikan laporan.

Tanggung jawab ketua tim:

Membuat perencanaan, penugasan, supervisi dan evaluasi.


Mengenal atau mengetahui kondisi, pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan klien.
Mengembangkan kemampuan anggota.
Menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruangan, secara garis besar tanggung jawab kepala
ruang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan.

Keuntungan model perawatan tim:

Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan


memberi kepuasan kepada anggota tim.

Pasien mengenal tim perawat karena terjadi interaksi pasien dengan tim
perawat yang sama setiap hari.

Pembagian tugas dilakukan berdasarkan tingkat pendidikan.

Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan


memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

Kerugian:

Diskusi tim perawat tentang kemajuan pasien menghabiskan waktu lebih


lama dari yang diperlukan.

Kekecewaan dapat tumbuh di antara anggota tim jika satu atau lebih
anggota tim memahami bahwa mereka ditugaskan untuk tugas-tugas yang
tidak menyenangkan karena pendidikan atau lisensi, atau karena manajer
perawat nikmat satu anggota atas yang lain.

Manajer keperawatan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik


dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik di antara anggota tim.

3.1.3

Metode Keperawatan Primer

Metode ini dikembangkan berdasarkan falsafah yang berorientasi pada pasien


bukan pada tugas. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
masuk sampai keluar rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk
mengkaji kondisi pasien dan kebutuhannya, kemudian merencanakan rencana
perawatan, menugaskan dan mengkoordinasikan dengan anggota tim kesehatan
lain, lalu mengevaluasi respon pasien terhadap tindakan perawatan dan
memodifikasi rencana perawatan sesuai kebutuhannya. Keperawatan primer
mendorong praktek kemandirian perawat karena ada kejelasan antara pembuat
rencana asuhan dan pelaksana.
Keuntungan keperawatan primer:

Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan


memungkinkan pengembangan diri.

Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit.


8

Pasien merasa puas karena terpenuhi kebutuhannya secara individu.

Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.

Dokter merasa puas karena informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbaharui dan komprehensif.

Asuhan keperawatan lebih komperhensif dengan memperlakukan pasien


secara holistik.

Kerugian :

Satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam dan 7 hari
seminggu untuk merawat pasien.

Biaya mahal karena fasilitas kesehatan lebih banyak menggunakan


perawat profesional.

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan


pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, dapat
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
akuntabel dan mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Perawat primer tidak dapat bertanggung jawab untuk perawatan yang


diberikan di luar unit seperti ketika pasien ditransfer untuk tes diagnostik.

3.1.4 Metode manajemen kasus


Serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat untuk memobilisasi,
memantau, dan mengevaluasi pasien selama sakit secara total dengan
menggunakan semua sumber daya (Zander, 1988 dalam Gillies.D.A).
Kelebihan :

Perawat lebih memahami kasus perkasus

Sistem evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah

Kekurangan :

Perawat penanggung jawab belum dapat teridentifikasi

Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar sama

Kepala
Ruangan

Staf perawat

Staf perawat

Pasien/klien

Pasien/klien

Staf perawat

Pasien/klien
n

Sistem asuhan keperawatan model manajemen kasus (Marquis & Huston, 1998)
3.1.5 Metode Modular (Modifikasi Keperawatan Tim-Primer)
Metode modular yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat profesional dan perawat trampil dibawah leader perawat
profesional. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil
dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 orang
klien.

10

Modifikasi model keperawatan Tim-primer (Suarli S.)

Model ini merupakan kombinasi dari dua sistem yaitu keperawatan tim dan
keperawatan primer. Penetapan model ini didasarkan pada beberapa alasan:

Metode keperawatan primer murni membutuhkan latar pendidikan S1 atau


yang setara.

Metode keperawatan tim tidak dapat digunakan secara murni karena


tanggung jawab asuhan keperawatan menjadi terpecah-pecah pada
berbagai tim.

Dengan kombinasi kedua model tersebut, diharapkan komunitas dan akuntabilitas


asuhan keperawatan terdapat pada perawat primer. Saat ini sebagian besar perawat
yang ada di RS adalah lulusan SPK, maka mereka akan mendapat bimbingan dari
perawat primer tentang asuhan keperawatan.
4.

Peran dan Tugas Perawat dalam manajemen asuhan keperawatan


4.1

Definisi Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh

11

keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah
bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu
(Kozier Barbara, 1995:21).
4.2

Elemen Peran

Ada beberapa elemen peran perawat professional antara lain : care provider, client
advocate, conselor, educator, collaborator, coordinator change agent, consultant
dan interpersonal proses.
Menurut Nursing Management in the New Paradigm elemen penting dalam
menerapkan keahlian manajemen pada asuhan keperawatan pada pasien yaitu
komunikasi, koordinasi, konsultasi, pelatihan/coaching dan delegasi
Peran perawat pada manajemen adalah : perawat pelaksana, kepala ruangan dan
manajer keperawatan.
4.3

Tugas Perawat

Tugas perawat disesuaikan dengan peran atau jabatannya di dalam pelayanan


asuhan keperawatan.Maka tugas tenaga keperawatan adalah tugas sebagai manajer
keperawatan atau kepala ruangan.
Perawat sebagai Manajer
Manajer bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan
di unit kerja untuk mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan keperawatan
diruangan seperti :

Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,


kebijaksanaan, dan peraturan peraturan : membuat perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan,
organisasi, menetapkan biaya biaya untuk setiap kegiatan serta
merencanakan dan pengelola rencana perubahan.

Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan


perencanaan, menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada

12

pasien yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai


tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan
menggunakan power serta wewengan dengan tepat.

Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen, interview,


mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf,
dan sosialisasi staf.

Pengarahan : mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya


manusia

seperti

motivasi

untuk

semangat,

manajemen

konflik,

pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.

Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan


etika aspek legal, dan pengawasan professional.

Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari sehari


akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan,
personalia dan lain lain.
Tugas sebagai Kepala Ruangan
Sebagai kepala ruangan tugas yang dilakukan yaitu :

Membuat struktur Organisasi

Struktur organisai dibuat untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau
staf atasan baik vertikal maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiap bagian,
wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk organisasi dapat
pula disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem penugasan yang
digunakan.

Pembagian tugas

Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan


tugas manajer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan dan
mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi, integrasi
pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat.

13

Membuat identifikasi atau pengelompokan jenis pasien

Bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada dan


kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan klien, Sehingga manajer atau kepala ruangan bertanggung
jawab untuk membuat pengkatagorian pasien seperti :

Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya


keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif.

Usia misalnya anak, dewasa, usia lanjut.

Diagnosa/masalah kesehatan yang dialami klien misalnya perawatan


bedah/ortopedi, kulit.

Terapi yang dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi.

Bertanggung jawab menetapkan metode penyusunan keperawatan apa


yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai
dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien
yang menjadi tanggung jawabnya.

Perawat pelaksana
Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu peran
sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung maupun
tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu,
keluarga, dan masyarakat.
Peran perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care provider yaitu perawat
menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi
masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
langsung atau tidak langsung (Praptianingsi, 2006).
5.

Proses Timbang Terima Per-Shift dan Ronde Keperawatan di Ruang


Rawat dan Puskesmas

14

5.1 Timbang terima / operan


Definisi
Timbang terima atau operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Tujuan:

Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.

Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas


berikutnya.

Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

Prosedur timbang terima


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam prosedur ini meliputi,

Persiapan:

Kedua kelompok harus sudah dalam keadaan siap


Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

Pelaksanaan:

Dalam penerapan sistem MPAKP: Primer, timbang terima dilaksanakan oleh


Perawat Primer kepada Perawat Primer yang mengganti jaga pada shift berikutnya
: Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift / operan
Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komperhensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan
pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dilimpahkan.

15

Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang tepat sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat jaga
berikutnya.
Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:

Identitas pasien dan diagnosa medis

Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul

Tindakan perawat yang sudah dan belum dilaksanakan

Intervesi kolaboratif dan dependensi

Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan


selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboraturium / pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.

5.2

Ronde Keperawatan (Proposal)

Definisi
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi
pada kasus tertentu harus dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler,
Kepala Ruangan, Perawat Assosciate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota
tim.
Karakteristik : klien dilibatkan secara langsung, klien merupakan focus kegiatan,
perawat assosciate, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama,
Konsuler

memfasilitasi

kreatifitas,

Konsuler

membantu

mengembangkan

kemampuan perawat assosciate, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan


dalam mengatasi masalah.

16

Tujuan :

Menumbuhkan cara berpikir kritis

Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari


masalah klien

Meningkatkan validitas data klien

Menilai kemampuan justifikasi

Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan

Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai


berikut:
PP
Penetapan pasien

Tahap praronde
Proposal 1

Persiapan pasien :
Inform consent
Hasil pengkajian/intervensi data
Penyajian masalah

- apa yang menjadi masalah


- cross cek data yang ada
-apa yang menyebabkan masalah tersebut
-bagaimana pendekatan (prosesx,SAK,SOP)

17

Tahap ronde pada bedpasien

Validasi data
Diskusi karu, PP, perawat konselor

Tahap ronde pada bedpasien

Analisa data

MASALAH
TERATASI

Aplikasi hasil analisa dan diskusi

Persiapan

Persiapan / pra Ronde

Penetapan kasus minimal satu hari sebelum waktu pelaksanaan ronde


Pemberian informed consent kepada klien / keluarga

Pelaksanaan Ronde

Penjelasan tentang klien oleh Perawat Primer dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
Pemberian jastifikasi oleh Perawat Primer atau perawat konselor/kepala ruangan
tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.

Pasca Ronde

Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.

18

6.

Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas


6.1 Panduan pendokumentasian asuhan keperawatan di RS dan
Puskesmas
Pendokumentasian dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan
keluarga dilakukan dan disesuaikan urutan waktu. Adapun manfaat dari
pendokumentasian diantaranya sebagai alat komunikasi antar anggota tim
kesehatan lainnya, sebagai dokumen resmi dalam sistem pelayanan kesehatan,
sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan
yang diberikan pada pasien (Effendi, 1995).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pendokumentasian menurut Potter
dan Perry dalam Nursalam (2001), memberikan panduan sebagai petunjuk cara
pendokumentasian dengan benar yaitu:

Jangan menghapus dengan tipe -x atau mencoret tulisan yang salah. Cara
yang benar adalah dengan membuat satu garis pada tulisan yang salah,
tulis kata salah lalu diparaf kemudian tulis catatan yang benar.

Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien ataupun tenaga


kesehatan lain. Tulislah hanya uraian obyektif perilaku klien dan tindakan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Koreksi kesalahan sesegera mungkin.

Catat hanya fakta catatan harus akurat dan realible.

Jangan biarkan pada catatan akhir perawat kosong.

Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan menggunakan
bahasa yang lugas.

Catat hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.

19

Hindari penulisan yang bersifat umum. Tulisan harus lengkap, singkat,


padat dan obyektif.

Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan diakhiri dengan tanda


tangan.

Dokumentasi keperawatan sebisa mungkin harus bersifat obyektif, akurat dan


dapat menggambarkan keadaan klien serta apa yang terjadi pada diri klien.
Sehingga apabila diperlukan, dokumentasi ini dapat menunjukkan bahwa perawat
telah mencatat dengan benar dan tidak bertentangan dengan kebijakan atau
peraturan institusi pemberi pelayanan kesehatan. Dokumentasi merupakan
pernyataan dari kejadian atau aktivitas yang otentik dengan mempertahankan
catatan-catatan yang tertulis.
6.2 Manfaat Dokumentasi
Manfaat dokumentasi menurut Allen (1998) dan Tueng (1994), antara lain:

Sebagai wahana komunikasi antar tim keperawatan dan dengan tim


kesehatan lain

Sebagai bagian yang permanen dari rekaman medik.

Sebagian dokumen yang legal dan dapat diterima di pengadilan.

Untuk menghindari pemutarbalikan fakta dan kehilangan informasi.

Agar dapat dipelajari perawat lain.

Bila

terjadi

suatu

masalah

yang

berhubungan

dengan

profesi

kepoerawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai


pengguna

jasa,

maka

dokumentasi

diperlukan

sewaktu-waktu.

Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di


pengadilan.

Jaminan mutu (kualitas pelayanan) di mana pencatatan data klien yang


lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam

20

membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh


mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat
diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan
membantu meningkatkan mutu yankep.

Komunikasi, di mana dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam


terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga
kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat
komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan.

Keuangan yaitu semua tindakan keperawatan yang belum, sedang, dan


telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digumakan sebagai acuan
atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.

Pendidikan,

yaitu isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari

kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau


referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.

Penelitian, di mana data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan


mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek
riset dan pengembangan profesi keperawatan.

Akreditasi, di mana melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh


mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada jklien.
Dengan demikian dapat diambil kesimoulan tingkat keberhasilan
pemeberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.

6.3

Prinsip-prinsip dokumentasi

Prinsip-prinsip dokumentasi menurut Allen (1998), yaitu:

Tersedia format untuk dokumentasi.

Dokumentasi dilakukan oleh orang yang melakukan tindakan atau


mengobservasi langsung.

21

Dokumentasi dibuat segera setelah melakukan tindakan.

Catatan dibuat kronologis.

Penulisan singkatan dilakukan secara umum.

Mencantumkan tanggal, waktu tanda tangan, dan inisial penulis.

Dokumentasi akurat, benar, komplit jelas, dapat dibaca dan ditulis dengan
tinta.

Tidak dibenarkan menghapus tulisan pada catatan menggunakan tip-ex.


penghapus tinta atau bahan lainnya.

6.3.1

Tujuan utama dari pendokumentasian, antara lain:

Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan


klien,

merencanakan,

melaksanakan

tindakan

keperawatan,

dan

mengevaluasi tindakan.

Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.

6.3.2

Tipe format pencatatan keperawatan

Sistem pencatatan keperawatan dapat mempergunakan bermacam-macam tipe


format (Allen, 1998):

Lembar pengkajian

Lembar pengkajian dengan jelas menggambarkan data-data yang perlu


dikumpulkan, perawat tinggal mengisi data sesuai dengan yang tercantum dalam
lembar pengkajian.

Catatan perawat berbentuk narasi

Deskripsi informasi klien dalam bentuk naratif.


Catatan bentuk SOAP

22

Pencatatan

SOAP

digunakan dengan catatan medik yang berorientasi pada

masalah klien (Problem Oriented Medical Record) yang menggambarkan


kemajuan klien yang terus menerus ke arah resolusi masalah. Pencatatan SOAP
terdiri dari empat bagian, yaitu data subyektif, data obyektif, analisis data dan
rencana. Data subyektif ditulis dalam tanda kutip tentang keluhan klien yang
dicatat yaitu data yang dapat dilihat, didengar dan dirasa oleh perawat; analisis
dilakukan megintepretasikan data subyektif dan obyektif, kemajuan kearah
diagnosa keperawatan yang dicatat. Planning dilakukan dengan mencatat rencana
untuk mengatasi masalah yang dianalisa.

Catatan Fokus

Perawat mencatat masalah berfokus pada masalah yang spesifik yang terdiri dari
komponen diagnosa keperawatan, data subyektif dan obyektif yang mendukung,
tindakan keperawatan, respon klien terhadap intervensi keperawatan dan
penyuluhan.

Grafik dan Flow sheet

Catatan flow sheet dan grafik menggambarkan data berulang klien yang harus
senantiasa dipantau oleh perawat, seperti nadi, tekanan darah, obat-obatan,
masukan dan pengeluaran. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan
profesional dari pelayanan kesehatan yang tersedia selama 24 jam secara
berkelanjutan selama masa perawatan pasien. Dengan demikian, pelayanan
keperawatan memegang peranan penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan
kualitas pelayanan di rumah sakit dan puskesmas. Dokumentasi keperawatan tidak
hanya merupakan dokumen sah tapi juga instrumen untuk melindungi para pasien,
oleh karena itu, perawat diharapkan dapat bekerja sesuai dengan standar
profesional.
6.3.3 Metode Dokumentasi
Pengkajian
Dokumentasi pengkajian ditujukan pada data klinik dimana perawat dapat
mengumpulkan dan mengorganisir dalam catatan kesehatan. Format pengkajian
23

meliputi data dasar, flowsheet dan catatan perkembangan lainnya yang


memungkinkan sebagai alat komuniksi bagi tenaga keperawatan dan tenaga
kesehatan lainnya.
Diagnosa
Petunjuk untuk penulisan diagnosa keperawatan meliputi :

Pemakaian PE dan PES : untuk format diagnosa aktual, kecuali ketika


petugas yang berbeda mengambil tindakan segera (untuk contoh, tanda
dan gejala pencatatan, sebelum dan sesudah diagnosa).

Yakinkan masalah penyebab utama dalam diagnosa sejalan dengan


etiologi, contoh: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhuungan dengan mual dan muntah.

Tulis pernyataan supaya permasalahan dan etiologi menunjukkan spesifik


dan hasil yang berbeda.

Jika penyebab tidak dapat ditentukan menentukan problem dan


dokumentasi yang tak dikenal etiologinya maka diagnosa keperawatan
bisa dituliskan pernyataan komunikasi verbal untuk pasien yang tidak
diketahui etiologinya.

Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem/format


etiologi

Pemakaian terminologi tetap dengan diagosa keperawatan karangan Nanda


sehuungan dengan (di antara problem dan etiologi ) dan dibanding dengan
(di antara etiologi, sign dan symptom) tergantung bahasa, jika masalah
tidak selesai menurut NANDA.

Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan


untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan.

Mulai pernyataan diagnosa dengan menguabah redaksinya ke dalam


keadaan diagnosa keperawatan.
24

Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik pendefinisian


diperoleh dokumentasi abgian pengkajian pasien untuk menegakkan
diagnosa keperawatan.

Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan didaftar masalah dan


nama dokumentasi dalam catatan perawatan. Pemakaian masing-masing
diagnosa

keperawatan

sebagai

petunjuk

untuk

membuat

catatan

perkembangan.

Hubungkan pada tiap-tiap diagnosa keperawatan bila merujuk dan


memberikan laporan perubahan.

Setiap pergantian jaga perawat, gunakan dignosa keperawatan sebagai


pedoman untuk pengkajian, tindakan dan evaluasi.

Catat bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan dari langkahlangkah proses keperawatan.

Pencatatan semua diagnosa keperawataan harus merefleksikan dimensi


dalam masalah yang berosientasi pada pencatatan perawat.

Suatu agenda atau pencatatan mungkin memerlukan untuk membuat


diagnosa keperawatan dan sisitem pencatatan yang relevan.

Perencanaan
Petunjuk penulisan rencana tindakan yang efektif, adalah sbb:

Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang ada
sumber data yang memuaskan meliputi :

Pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit

Diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit

Keluhan utama klien atau alasan dalam berhubungan dengan pelayanan


kesehatan

25

Latar belakang sosial budaya

Laboratorium ritme

Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik

Observasi dari tim kesehatan lain

Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan prioritas
utama pada masalah aktual yang mengancam kesehatan

Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam memuat rencana


tindakan berikanlah gambaran dan ilustrasi (contoh); bila mungkin
diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan
untuk perawatan klien atau ketika menggambarkan lokasi anatomi.

Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk
menetapkan masalah bersama dengan klien tentukan ketrampilan kognitif,
afektif dan psikomotor yang memerlukan perhatian.

Selalu ditanda-tangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal ini penting
karena seorang perawat profesional akan bertanggung jawab dan
bertanggung gugat untuk melaksanakan rencana tindakan yang telah
tertulis.

Mulai rencana tindakan dengan menggunakan action verb, seperti:

Alasan prinsip specivity untuk menuliskan diagnosa keperawatan:

Bagaimana prosedur akan dilaksanakan, kapan dan berapa lama

Jelaskan secara singkat keperluan apa yang perlu dipenuhi, termasuk


tahapan-tahapan tindakan.

Tuliskan rasional dari rencana tindakan.

Rencana tindakan harus selalu tertulis dan ditanda-tangani.

26

Rencana tindakan harus dicatat sebagai hal yang permanen.

Klien dan keluarganya jika memungkinkan diikutsertakan dalam perencanaan.


Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yang ditentukan dan diusahakan
untuk selalu diperbaharui misalnya setiap pergantian dinas, setiap hari, dan atau
sewaktu-waktu diperlukan.
Pelaksanaan
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan
berdasarkan masalah actual dari klien. Maksud dokumentasi adalah menemukan
secara tepat sebagai gambaran intervensi keperawatan yang meliputi :

Intervensi terapeutik
Tindakan terapeutik adalah askep yang langsung sesuai keadaan klien.
Rencana keperawatan yang lebih dari satu harus di kerjakan sungguhsungguh sesuai prioritas masalah dalam diagnosa keperawatan.

Intervensi pemantapan/observasi
Proses ini membutuhkan

ketajaman

observasi perawat termasuk

keterampilan mengevaluasi yang tepat. Progam yang lebih dari yang


sangat menetukan kesehatan klien. Perawat harus lebih melihat
perkembangan yang baik dan buruk dari klien seperti misal mengobservasi
tanda vital

Tindakan Keperawatan (Terapeutik)

Dokumentasi intervensi bertujuan untuk mengidentifikasi mengapa


sesuatu terjadi terhadap klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana, dan
siapa yang melakukan intervensi. Intervensi yang memerlukan suatu
dokumentasi khusus.

27

Intervensi mendidik klien. Perawat berperan penting dalam mengenal


kebutuhan belajar klien dalam rencana mendidik klien dan memelihara
laporan kegiatannya.

Evaluasi
Pernyataan evaluasi perlu didokumentasikan dalam catatan kemajuan, direvisi
dalam rencana perawatan atau dimasukkan dalam ringkasan khusus.
Pedoman untuk pendokumentasian evaluasi adalah sbb:

Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian


perawat. Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocard infark) :
tidak ada dispnea. Penilaian perawatannya: toleransi aktifitas meningkat.

Mengikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan pernyataan


evaluasi formatif yang menjelaskan respon cepat klien terhadap intervensi
keperawatan atau prosedur. Contohnya mengantuk setelah minum obat.

Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindahkan ke


fasilitas lain atau dipulangkan.

Catatan

evaluasi

sumatif

untuk

setiap

hasil

yang

diharapkan

diidentifikasikan pada perencanaan keperawatan klien, mis. bisa berjalan


500 kaki dan menaiki 12 tangga tanpa bantuan. Evaluasi sumatif, mis.:
dapat berjalan 200 kaki tanpa alat bantu dan dapat naik turun 6 tangga
tanpa bantuan.

Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkembangan


klien terhadap tujuan, pemasukan yang sesuai dicatat sebagai berikut:
kontrol sakit yang tidak efektif setelah medikasi.

Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali dan


mendokumentasikan respon perawat untuk mengubah kondisi klien.
Contoh kesehatan klien memburuk: jam 09.00 mengeluh sakit di pusat
seperti ditikam.

28

7.

Upaya peningkatan kualitas kepemimpinan dan manajemen keperawatan


sesuai dengan akreditasi Internasional / JCI
7.1

Upaya Peningkatan kualitas mutu kepemimpinan

Peran kepemimpinan dan manajemen merupakan peran dimana tanggung jawab


utama manajer perawat adalah merencanakan, mengorganisir, memotivasi, dan
mengendalikan kerja staf perawat dalam memberikan layanan keperawatan.
Swanburg (2000), menjelaskan bahwa dalam kepemimpinan dalam manajemen
keperawatan terdiri dari perawat pelaksana, kepala ruang, pengawas, dan direktur
atau tingkat-tingkat eksekutif.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu
metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang (Nursalam, 2008). Sedangkan kepemimpinan
merupakan unsur penting dan menentukan kelancaran pelayanan di Rumah Sakit,
karena kepemimpinan merupakan inti dari manajemen organisasi.
7.2

Akreditasi

: Adapun proses akreditasi dilakukan oleh lembaga independen yang memiliki


kewenangan untuk memberikan penilaian tentang kualitas pelayanan di institusi
pelayanan kesehatan. Salah satu lembaga akreditasi internasional rumah sakit
yang telah diakui oleh dunia adalah Joint Commission Internasional (JCI). Joint
Commission International (JCI) telah bekerjasama dengan organisasi perawatan
kesehatan, departemen kesehatan, dan organisasi global di lebih dari 80 negara
sejak tahun 1994. JCI merupakan lembaga non pemerintah dan tidak terfokus
pada keuntungan. Fokus dari JCI adalah meningkatkan keselamatan perawatan
pasien melalui penyediaan jasa akreditasi dan sertifikasi serta melalui layanan
konsultasi dan pendidikan yang bertujuan membantu organisasi menerapkan
solusi praktis dan berkelanjutan. Pada bulan September 2007, JCI diterima
akreditasi oleh lembaga internasional untuk kualitas dalam perawatan kesehatan
(ISQua). Akreditasi oleh ISQua memberikan jaminan bahwa standar, pelatihan
dan proses yang digunakan oleh JCI untuk survei kinerja organisasi perawatan
kesehatan memenuhi standar inernasional tertinggi untuk badan akreditasi. JCI

29

memberikan akreditasi untuk rumah sakit, fasilitas rawat jalan, laboratorium


klinik, pelayanan perawatan, dan transportasi medis. Melalui akreditasi JCI dan
sertifikasi, organisasi perawatan kesehatan memiliki akses ke berbagai sumber
daya dan layanan yang menghubungkan mereka dengan komunitas internasional.
Berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan
kualitas kepemimpinan dan manajemen keperawatan sesuai dengan standard JCI,
yaitu:

Lisensi, edukasi, pelatihan dan pengalaman staf keperawatan digunakan


untuk membuat uraian kerja staf

Proses yang dilalui harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku

Verifikasi dari informasi utama seperti surat tanda registrasi atau surat izin,
khususnya bila dokumen tersebut harus diperbaharui secara berkala, dan
setiap sertifikasi dan bukti spesialisasi atau pendidikan lanjutan.

30

BAB 4
PENUTUP

1.

Kesimpulan
Kepemimpinan dalam manajemen keperawatan melibatkan upaya perorangan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk memberikan layanan
keperawatan yang profesional, langsung dan individual (Gibson dkk, 2005).
Peran kepemimpinan dan manajemen merupakan peran dimana tanggung
jawab utama manajer perawat adalah merencanakan, mengorganisir,
memotivasi, dan mengendalikan kerja staf perawat dalam memberikan
layanan

keperawatan.

Swanburg

(2000),

menjelaskan

bahwa

dalam

kepemimpinan dalam manajemen keperawatan terdiri dari perawat pelaksana,


kepala ruang, pengawas, dan direktur atau tingkat-tingkat eksekutif. Metode
penugasan dalam manajemen asuhan keperawatan diruang rawat dan
Puskesmas pada dasarnya sama hanya bila di ruang rawat mudah untuk
terpantau asuhan yang diberikan secara kontinu terhadap pasien sedangkan di
Puskesmas kunjungan terhadap pasien terbatas terlebih di puskesmas
kelurahan dan puskesmas pembantu karena disini tidak ada ruang rawat.
Peran dan tugas perawat dalam manajemen baik dirumah sakit dan puskesmas
tidak ada perbedaan pada perinsipnya memberikan asuhan keperwatan
terhadap pasien baik secara langsung maupun tidak langsung.

31

Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan suatu upaya untuk


menegakkan akuntabilitas profesi keperawatan, yang secara umum bertujuan
untuk meningkatkan

mutu

pelayanan

keperawatan

nasional ataupun

International.
2.

Saran
Hingga saat ini pendokumentasian asuhan keperawatan masih memiliki
masalah yang cukup kompleks, sehingga dibutuhkan berbagai strategi dan
upaya pemecahan masalah pendokumentasian yang relevan dengan situasi
pelayanan keperawatan di Indonesia. Evaluasi tahap rangkuman pemecahan
masalah bagian dari tanggung jawab perawat profesional. Dengan adanya
pengetahuan tentang konsep manajemen asuhan keperawatan, maka
diharapkan kedepan masalah pendokumentasian dapat dihindarkan oleh
perawat yang bertugas di RS atau Puskesmas.

32

DAFTAR PUSTAKA

Allen, C.V. (1998). Memahami proses keperawatan dengan pendekatan latihan.


Alih bahasa: Christantie Effendy. Jakarta: EGC
Effendy, N. (1995). Pengantar proses keperawatan. Jakarta: EGC.
Gibson, James L, Ivancevich, J.M., & Donnelly, J.H. (2000). Organizations:
Behaviour, Structure and Process. Boston: McGraw-Hill Companies Inc.
Kuntoro, (2010), Buku Ajar Manajemen Keperawatan, Yogyakarta, Mulia
Medika.
Kusnanto, (2004), Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional, Jakarta,
EGC
Kuntoro Agus.( 2010). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Mulia medika
Loveridge Catherine E, Susan H. Cummings.(1996). Nursing Management in the
New Paradigm.Gaithersburg, Maryland:
La Monika Elaine L. ( 1998 ). Kepemimpinan

dan manajemen keperawatan.

Jakarta : EGC.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (2000). Leaderships Roles and Management
Functions in Nursing.3rd edition. Philadelphia: Lippincot Raven
Publisher
Marquis.L,B & Huston.J,C, (2010), Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Teori dan Aplikasi, Jakarta, EGC

33

Nursalam. (2001). Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik.


Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, M (2007). Manajemen keperawatan. Aplikasi dalam praktik
keperawatan profesional. Jakarta : Salemba Medika
Swansburg, R. (2000). Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan
untuk perawat klinis. Alih bahasa: Suharyati Samba. Jakarta: EGC.
Suari, S dan Yanyan Bahtiar (2004). Manajemen keperawatan dengan pendekatan
praktis. Tasikmalaya: Sekolah Tinggi Kesehatan Tasikmalaya
Sitorus, R. & Panjaitan, R. (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen
keperawatan

di

ruang rawat. Jakarta: Sagung Seto


Tueng, Y. (1994). Prinsip-prinsip merawat berdasarkan pendekatan proses
keperawatan. Jakarta:EGC.
Wiyono, Djoko. ( 1997 ). Manajemen

kepemimpinan

kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press.

34

dan

organisasi

Anda mungkin juga menyukai