Anda di halaman 1dari 19

INDEKS HARGA

Indeks harga sangat diperlukan dalam kegiatan ekonomi suatu negara, sebab kenaikan
atau penurunan harga merupakan informasi penting untuk mengetahui perkembangan
ekonomi. Harga yang berlaku di pasar merupakan indeks harga konsumen, yang sangat
penting untuk menentukan kebijakan perekonomian di masa yang akan datang.
1. Pengertian Indeks Harga
Angka indeks merupakan suatu ukuran statistik yang menunjukkan perubahan suatu
variabel atau sekumpulan variabel yang berhubungan satu sama lain, baik pada waktu atau
tempat yang sama atau berlainan. Angka indeks adalah angka relatif yang dinyatakan dalam
persentase.Biasanya untuk kesederhanaan, bentuk persentase bisa dihilangkan.
Dalam bidang ekonomi, pada dasarnya terdapat tiga macam angka indeks.
a. Angka Indeks Harga (Price Relative)
Indeks harga adalah angka yang menunjukkan perubahan mengenai harga-harga barang, baik
harga untuk satu macam barang maupun berbagai macam barang, dalam waktu dan tempat
yang sama atau berlainan.
b. Angka Indeks Jumlah (Quantity Relative)
Indeks jumlah adalah angka yang menunjukkan perubahan mengenai jumlah barang sejenis
atau sekumpulan barang yang dihasilkan, digunakan, diekspor, dijual, dan sebagainya untuk
waktu dan tempat yang sama ataupun berlainan.
c. Angka Indeks Nilai (Value Relative)
Indeks nilai adalah angka yang dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai mengenai barang
yang sejenis atau sekumpulan barang dalam jangka waktu yang diketahui.
Contoh soal:
Bila harga barang tahun 2002 adalah Rp8.000,00 per kilogram, kemudian pada tahun 2003
menjadi Rp10.000,00 per kilogram, maka indeks harga barang tersebut pada tahun 2003
adalah sebagai berikut.

Peranan indeks harga dalam ekonomi antara lain sebagai berikut.


a. Indeks harga merupakan petunjuk atau barometer dari kondisi ekonomi umum. Hal ini
mengandung maksud sebagai berikut.
- Indeks harga grosir dapat menggambarkan secara tepat tentang tren perdagangan.

- Indeks harga diterima petani dapat menggambarkan kemakmuran di bidang agraria.


b. Indeks harga umum merupakan pedoman bagi kebijakan dan administrasi perusahaan.
c. Indeks harga dapat dipergunakan sebagai deflator, maksudnya bahwa pengaruh perubahan
harga dapat dihilangkan dengan cara membagi nilai tertentu dengan indeks harga yang sesuai.
Proses ini dinamakan proses deflasi dan pembaginya disebut deflator.
d. Indeks harga dapat dipakai sebagai pedoman bagi pembelian barang-barang. Maksudnya
ialah harga barang yang dibeli dapat dibandingkan dengan indeks harga eceran atau indeks
harga grosir agar dapat diukur efisiensi pembelian barangbarang yang bersangkutan.
e. Indeks harga barang-barang konsumsi merupakan pedoman untuk mengatur gaji buruh atau
menyesuaikan kenaikan gaji buruh pada masa inflasi.
2. Penyusunan Indeks Harga
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rangka penyusunan atau perhitungan angka
indeks, yang nantinya dapat digunakan sebagai data yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angka indeks atau indeks harga di
antaranya sebagai berikut.
a. Perumusan Tujuan Penyusunan Angka Indeks
Penyusunan angka indeks bertujuan untuk mengukur perubahan atau membandingkan
perubahan antara variabelvariabel ekonomi dan sosial. Dalam menyusun angka indeks perlu
dirumuskan tentang apa yang akan diukur, bagaimana
cara mengukur, dan untuk apa pengukuran tersebut dilakukan.
b. Sumber dan Syarat Perbandingan Data
Penyusunan indeks harga selama periode tertentu membutuhkan data, baik jumlah produksi
maupun harga barang dari tahun-tahun yang bersangkutan. Dalam hal ini harus ditentukan
macam-macam barang yang akan dimasukkan dalam penghitungan angka indeks. Kesulitan
utama dalam penyusunan angka indeks adalah memilih komponen yang termasuk
sekumpulan variabel yang akan dipertimbangkan. Misalnya indeks bahan makanan, pilihlah
jenis bahan makanan yang sering digunakan oleh masyarakat umum, akan tetapi pemilihan
jenis barang harus representatif (dapat mewakili). Cara ini biasa disebut judgment sampling
(metode sampel).
c. Pemilihan Periode Dasar
Periode dasar atau tahun dasar (base year/basic year) adalah periode atau tahun yang angka
indeksnya 100 atau 100%, sedangkan tahun berikutnya sebagai tahun tertentu (given year).

Adapun cara pemilihan periode dasar dapat kamu lihat pada contoh berikut ini.
Diketahui angka indeks dari tahun 2000 sampai 2003, yaitu:
- tahun 2000 = 100,
- tahun 2001 = 110,
- tahun 2002 = 115, dan
- tahun 2003 = 120.
Dari indeks harga tersebut, yang dianggap sebagai tahun dasar adalah tahun 2000, karena
menunjukkan angka 100%.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih tahun dasar antara lain sebagai
berikut.
1) Pemilihan periode tahun dasar dilakukan dalam keadaan perekonomian dianggap relatif
stabil (normal).
2) Periode dasar tidak terlalu pendek atau terlalu panjang , maksudnya jarang sekali periode
dasar yang menggunakan waktu seminggu lebih lama dari lima tahun.
3) Pemilihan tahun dasar atau periode dasar dapat juga berdasarkan suatu kejadian penting.
d. Pemilihan Timbangan (Weight)
Dalam membandingkan suatu barang, selain faktor harga sebaiknya juga memperhatikan
faktor kuantitas sebagai timbangan (weight) atau angka-angka penimbang. Pada barang yang
dianggap penting, faktor penimbangnya akan tinggi, sedangkan pada barang yang kurang
penting akan rendah.
3. Metode Penghitungan Indeks Harga
Penghitungan angka indeks dapat dilakukan dengan beberapa metode.Oleh karena itu, perlu
dilakukan pilihan yang tepat agar tujuan angka indeks yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Pada dasarnya terdapat dua metode penghitungan angka indeks yaitu sebagai berikut.
a. Angka indeks sederhana atau angka indeks tidak ditimbang (simple agregative methode)
dibagi dalam bentuk agregatif sederhana dan rata-rata harga relatif atau agregative relative.
b. Angka indeks yang ditimbang, dibagi menjadi bentuk agregatif sederhana dan rata-rata
harga relatif tertimbang.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan pembahasan berikut ini.

a. Indeks Harga Tidak Tertimbang dengan Metode Agregatif Sederhana.


Angka indeks yang dimaksud dalam penghitungan indeks harga tidak tertimbang meliputi
indeks harga, kuantitas, dan nilai.Marilah kita simak pembahasannya masing-masing.
1)

Angka indeks harga (price = P)

2) Angka indeks kuantitas (quantity = Q)

Keterangan:
IA = indeks kuantitas yang tidak ditimbang
Qn = kuantitas yang akan dihitung angka indeksnya
Qo = kuantitas pada tahun dasar

3) Angka indeks nilai (value = V)

Penghitungan angka indeks dengan metode agregatif sederhana mempunyai kebaikan karena
bersifat sederhana, sehingga mudah cara menghitungnya. Akan tetapi, metode ini mempunyai
kelemahan yaitu apabila terjadi perubahan kuantitas satuan barang, maka angka indeksnya
juga akan berubah.
b. Angka Indeks Tertimbang Penghitungan angka indeks tertimbang dapat kamu lakukan
dengan beberapa metode. Simaklah penjelasannya masingmasing pada pembahasan berikut
ini.
1) Metode agregatif sederhana
Angka indeks tertimbang dengan metode agregatif sederhana dapat dihitung dengan rumus
seperti di bawah ini.

Keterangan:
IA = indeks harga yang ditimbang
Pn = nilai yang dihitung angka indeksnya
Po = harga pada tahun dasar
W = faktor penimbang
Contoh penghitungan angka indeks harga dapat kamu lihat pada tabel berikut.

2) Metode Laspeyres
Angka indeks Laspeyres adalah angka indeks yang ditimbang dengan faktor penimbangnya
kuantitas tahun dasar (Qo).

Untuk lebih jelasnya tetang penghitungan angka indeks Laspeyres, perhatikan contoh di
bawah ini.

3) Metode Paasche
Angka indeks Paasche adalah angka indeks yang tertimbang dengan faktor penimbang
kuantitas tahun n (tahun yang dihitung angka indeksnya) atau Qn

Dari Metode Laspeyres dan Metode Paasche terdapat suatu kelemahan sebagai berikut.
- Angka indeks Laspeyres mempunyai kelemahan yaitu hasil penghitungan lebih besar (over
estimate), karena pada umumnya harga barang cenderung naik, sehingga kuantitas barang
yang diminta mengalami penurunan. Dengan demikian besarnya Qo akan lebih besar
daripada Qn.
- Angka indeks Paasche mempunyai kelemahan yaitu hasil penghitungan cenderung lebih
rendah (under estimate), karena dengan naiknya harga akan menyebabkan permintaan turun,
sehingga Qn lebih kecil daripada Qo. Untuk menghilangkan kelemahan tersebut dilakukan
dengan cara mengintegrasikan angka indeks tersebut, yaitu dengan menggunakan metode
angka indeks Drobisch and Bowley.

4) Metode Drobisch and Bowley


Angka indeks tertimbang dengan Metode Drobisch and Bowley dapat dirumuskan sebagai
berikut.

5) Metode Irving Fisher


Penghitungan angka indeks dengan Metode Irving Fisher merupakan angka indeks yang
ideal. Irving Fisher menghitung indeks kompromi dengan cara mencari rata-rata ukur dari
indeks Laspeyres dan indeks Paasche.

6) Metode Marshal Edgewarth


Menurut metode ini, angka indeks ditimbang dihitung dengan cara menggabungkan kuantitas
tahun dasar dan kuantitas tahun n, kemudian mengalikannya dengan harga pada tahun dasar
atau harga pada tahun n.

Angka indeks Marshal Edgewarth dapat dirumuskan sebagai berikut.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan data pada tabel di bawah ini agar kamu dapat mencari angka
indeks Marshal Edgewarth.

4. Angka Indeks Rantai


Angka indeks rantai adalah penghitungan angka indeks dengan menggunakan tahun
sebelumnya sebagai tahun dasar. Misalnya menghitung angka indeks tahun 2000 dengan
tahun dasar 1999, angka indeks tahun 2001 dengan tahun dasar 2000, dan angka indeks tahun
2002 dengan tahun dasarnya 2001.

INFLASI

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang.[1] Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruhmemengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang
yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun; inflasi sedang antara 10%30% setahun; berat antara 30%100% setahun; dan
hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100%
setahun.
Penyebab
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat
tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya
produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).[butuh rujukan] Untuk
sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral),
sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor
yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi,
dll.
Inflasi tarikan permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total
yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga
terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa

mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.


Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor
produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total
sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya
lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya
likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya
kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank
sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi
dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak
ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi
ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu
kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena
terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau
skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal
seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam,
cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi
(penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran.
Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu : kenaikan harga, misalnya bahan
baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha
swasta menaikkan harga barang-barang.
Penggolongan
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara
mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga
barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau
adanya kenaikan tarif impor barang.

Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika
kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu
disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada
semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open
Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat hargaharga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
1. Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
3. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
4. Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)

Mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks
harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.

Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).

Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barangbarang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering
digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga
bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga
barang-barang konsumsi.

Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditaskomoditas tertentu.

Indeks harga barang-barang modal

Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru,
barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

Dampak

Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya Inflasi.


Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat
mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil
contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada tahun 2003 -atau tiga belas tahun
kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya
tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak

dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di
perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin
menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga,
nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan
sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada
saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat
meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami
kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat
peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi
daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan temenyebabkan naiknya
biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk
meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu.
Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan
bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif,kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca
pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Peran bank sentral
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu
negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar.
Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa
kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah.
Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang
independen -- salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan

kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian -- akan mendorong tingkat inflasi yang
lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga
sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai
sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal
(kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia,
termasuk oleh Bank Indonesia.
Lihat pula

Aturan 72 (sebuah aturan "ibu jari" untuk menghitung periode untuk inflasi
menyetengahkan harga pembelian dari jumlah tetap)

Bank sentral

Deflasi

Devaluasi

Ekonomi

Ekonomi mikro

Ekonomi makro

Inflasi dan perekonomian Indonesia

Hiperinflasi

Monetarisme

Revolusi harga

Uang

Pranala luar

Arguments for and against inflation and inflation targeting

The Inflation Calculator

Efek Buruk Inflasi

Another Inflation Calculator by the Bureau of Labor Statistics

Project Gutenberg Edition of Fiat Money Inflation in France: How ... - November
2004

The mechanics of inflationThe great government swindle and how it works is one of a
series of documents about economics and money at abelard.org

Basics of Inflation

Tingkat Inflasi Tahunan (Indeks Harga Konsumen)

Referensi
1. Barro, Robert J. Macroeconomics
2. Brown, A. World Inflation Since 1950
3. Case, Karl E. and Fair, Ray C. Principles of Macroeconomics
4. Bureau of Labor Statistics
5. Kieler, Mads The ECB's Inflation Objective

6. George Reisman, Capitalism: A Treatise on Economics (Ottawa : Jameson Books,


1990), 503-506 & Chapter 19 ISBN 0-915463-73-3
7. Murray N. Rothbard, What has government done to our money?ISBN 0-945466-10-2.
Good introduction to Austrian school's view on money, inflation etc.

Tugas ini di Susun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Pelajaran ekonomi
Di Susun Oleh :
ZULFA DIYANA ARIBA
FARA OKTAVIA
KESSYA AURELLIA NABILLAH
IKSAN PRABU WIJAYA
RIZKI AKBAR

SEKOLAHMENENGAHATAS(SMA)
NEGERI 7 KOTA PRABUMULIHTAHUN
PELAJARAN 2014/2015

Tugas ini di Susun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Pelajaran ekonomi
Di Susun Oleh : ARI DARAS MUNANDAR

SEKOLAHMENENGAHATAS(SMA)
NEGERI 7 KOTA PRABUMULIHTAHUN
PELAJARAN 2014/2015

Anda mungkin juga menyukai