Anda di halaman 1dari 38

BAB 1.

Ilmu Ekonomi Pembangunan

1. Pengertian Ilmu Ekonomi Pembangunan

Ekonomi pembangunan adalah suatu ilmu yang mengajari mengenai pembangunan di


bidang ekonomi atau salah satu dari percabangan ilmu ekonomi yang di fokuskan
bahasannya tentang pembangunan di Negara-negara yang statusnya masih tergolong
kedalam negara berkembang.

(http://www.pengertianku.net/2015/01/pengertian-ekonomi-pembangunan-adala.html)

2. Perekonomian Sebagai Sistem Sosial

3. Pengertian Pembangunan

Pada hakekatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakekatnya adalah


proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih baik
berdasarkan norma-norma tertentu. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli
memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah
pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah
yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum
ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan
perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan pengertian pembangunan menurut beberapa
ahli:

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha


atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan
secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam
rangka pembinaan bangsa (nation building)”.

Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana,


yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang
dilakukan secara terencana”.
Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994).

Portes (1976) mendefinisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan


budaya. Sama halnya dengan Portes,

Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan
strategi menuju arah yang diinginkan.

Sedangkan dalam pengertian ekonomi murni, pembangunan adalah suatu usaha proses
yang menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
(Sukirno, 1995:13).

(http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-pembangunan-menurut-
para-ahli.html)

4. Sustainable Developments Goals

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai


Sustainable Development Goals disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169
capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia
pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. Tujuan ini dicanangkan
oleh bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang
diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun
2030. Tujuan ini merupakan kelanjutan atau pengganti dari Tujuan Pembangunan
Milenium yang ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin dari 189 negara sebagai
Deklarasi Milenium di markas besar PBB pada tahun 2000 dan tidak berlaku lagi sejak
akhir 2015.

Tujuan ini diformulasikan sejak 19 Juli 2014 dan diajukan pada Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa oleh Kelompok Kerja Terbuka Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Dalam proposal ini terdapat 17 tujuan dengan 169 capaian yang meliputi
masalah masalah pembangunan yang berkelanjutan. Termasuk didalamnya adalah
pengentasan kemiskinan dan kelaparan, perbaikan kesehatan, dan pendidikan,
pembangunan kota yang lebih berkelanjutan, mengatasi perubahan iklim, serta
melindungi hutan dan laut.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan_Berkelanjutan)

Kesimpulan:

a. Menurut saya, ilmu ekonomi pembangunan adalah ilmu yang menganalisis ekonomi di
suatu Negara berkembang dan bagaimana cara membuat Negara tersebut menjadi lebih
baik lagi.

b.

c. Menurut saya, pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui
upaya-upaya secara sadar dan terencana.

d. Menurut saya, sustainable developments goals adalah tujuan yang dilakukan Negara –
Negara pbb untuk meningkatkan pembangunan Negara – Negara.

BAB 2. Pembangunan Komparatif antar Negara – Negara Sedang Berkembang

1. Pengertian Negara – Negara Sedang Berkembang

Negara sedang berkembang adalah sebuah negara dengan rata-rata pendapatan yang
rendah, infrastruktur yang relative terbelakang, dan indeks perkembangan manusia yang
kurang dibandingkan dengan norma global. Istilah ini mulai menyingkirkan dunia ketiga,
sebuah istilah yang digunakan pada masa Perang Dingin.

Perkembangan mencakup perkembangan sebuah infarstruktur modern (baik secara fisik


maupun institusional) dan sebuah pergerakan dari sector bernilai tambah rendah seperti
agrikultur dan pengambilan sumber daya alam. Negara maju biasanya memiliki system
ekonomi berdasakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menahan sendiri.

Penerapan istilah negara berkembang keseluruh negara yang kurang berkembang


dianggap tidak tepat bila kasus negara tersebut adalah sebuah negara miskin, yaitu
negara yang tidak mengalami pertumbuhan situasi ekonominya dan juga telah
mengalami periode penurunan ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam hal ini Indonesia termasuk dalam kategori Negara Sedang Berkembang. Hal itu
dikarenakan di Indonesia masih rendahnya rata-rata riil pendapatan penduduk
Indonesia, infrastruktur yang masih belum memadai.

(https://avychapy.wordpress.com/about/mkp/negara-sedang-berkembang-indonesia)

2. Keragaman Struktural Negara – Negara Sedang Berkembang

Setiap penggambaran diversitas atau keragaman struktural negara-negara berkembang


membutuhkan pemahaman atas delapan komponen pokok. Adapun delapan komponen
tersebut adalah sebagai berikut:

 Ukuran negara (luas geografis, jumlah penduduk, serta tingkat pendapatan)

Jelas, bahwa luas wilayah, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan perkapita
nasional merupakan determinan (faktor penentu) penting atas besar kecilnya
potensi ekonomi suatu negara, sekaligus merupakan faktor-faktor utama dalam
membedakan suatu negara berkembang dengan negara-negara berkembang lainnya.

Negara dengan wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang besar justru senantiasa
dihadang banyak persoalan rumit, mulai dari beratnya tugas pengawasan
administrasi pembinaan kesatuan nasional, dan penanggulangan ketidakseimbangan
regional. Ternyata antara luas nya wilayah suatu negara, tingkat pendapatan
perkapita, dan merata atau tidaknya distribusi pendapatan nasional tidak selalu
berkaitan satu sama lain. Sebagai contoh, India, sebuahnegara berkembang dengan
wilayah yang sangat luas dan berpenduduk (padatahun 2000) lebih dari 1.016 juta
jiwa, ternyata tingkat per kapita India ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang
diraih Singapura, sebuah egara mini yang hanya berpenduduk 4 juta jiwa, yang pada
tahun 2000, memiliki pendapatan per kapita sebesar US$24.740.

 Latar belakang sejarah dan colonial


Hampir semua negara di Asia dan Afrika pernah dijajah oleh kekuatan kolonial Eropa
Barat. Oleh karena itu, struktur perekonomian, pendidikan, dan lembaga-lembaga
sosial yang ada di negara-negara jajahan tersebut bisanya memiliki bentuk/model
yang hampir sama dengan peraturan dari bekas negara penjajahannya./ sebagai
akibatnya, struktur warisan kolonial biasanya tidak sesuai dengan kebutuhan atau
kepentingan khas dari negara-negara berkembang itu sendiri. Sebagai contoh,
negara-negara di Afrika yang baru saja memperoleh kemerdekaannya harus
menyisihkan waktu dan usaha yang begitu besar untuk menangani masalah-masalah
konsolidasi dan pengembangan struktur,politik serta ekonomi nasional mereka
secara bertahap daripada hanya mendorong pertumbuhan ekonomi secara cepat.

 Persediaan sumber daya fisik/alam dan manusia

Besar-kecilnya potensi pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi oleh


kuantitas maupun kualitas dari sumber daya yang dimilikinya, baik itu sumber daya
fisik (physical resources) atau kekayaan alam (berupa tanah) yang subur, kandungan
mineral berharga, dan bahan mentah bernilai ekonomis lainnya) maupun sumber
daya manusia (human resource) jumlah penduduk serta tingkat keterampilan atau
pendidikannya. Kasus ekstrem yang membuktikan pentingnya persediaan sumber
daya alam (physical resource endowment) bagi mereka yang beruntung memilikinya
dapat dilihat pada negara-negara penghasil minyak seperti yang berada di kawasan
Teluk Persia. Hanya dalam waktu beberapa tahun, negara-negara yang semula hanya
memiliki unta dan padang pasir langsung berubah menjadi pusat-pusat
kemakmurannya yang mencengangkan. Kebalikan dari contoh diatas, yakni kasus
ekstrem yang memperlihatkan betapa sengsaranya mereka yang kurang beruntung
karena ini hanya memiliki sedikit sekali persediaan bahan baku dan mineral yang
berharga, tanahnya pun kurang subur untuk digarap. Letak geografi dan iklim juga
dapat memainkan peranan penting dalam keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha
pembangunan. Sesungguhnya, yang termasuk sumber daya manusia tidak hanya
jumlah penduduk dan tingkat keahliannya saja, namun juga meliputi pandangan
hidup mereka, tingkat kebudayaan, sikap-sikap atau penilaian mereka terhadap
pekerjaan, akses mereka secara kreatif dan otonom. Selanjutnya, tingkat kecakapan
administratif juga merupaka salah satu bentuk sumber daya manusia yang penting
karena hal tersebut seringkali menentukan kemampuan dan ketapan waktu
pmerintah dalam memperbaiki struktur produksi secara keseluruhan.

 Komposisi etnik dan agama

Salah satu manfaat langsung dari berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat
dan Uni Soviet yang berlangsung selama 45 tahun adalah turunnya tekanan politik
dan militer mereka diberbagai belahan negara-negara Dunia Ketiga. Namun, hal ini
ternyata juga menimbulkan kerugian secara tidak langsung, yakni bangkitnya
persaingan atau bahkan menimbulkan kerugian secara tidak langsung, yakni
bangkitnya persaingan atau bahkan konflik antaretnik, antarkelompok, dan
antaragama diberbagai wilayah negara-negara Dunia Ketiga, seperti perpecahan
yang terjadi melalui kekerasan di Yugoslavia. Etnik dan agama jelas memainkan
peran penting bagi berhasil atau gagalnya usaha-usaha pembangunan. Tidaklah
mengherankan, kalau hampir semua negara atau unit politik yang begitu cepat
meraih keberhasilan dalam usaha-usaha pembangunan adalah negara yang
masyarakatnya relatif homogen seperti Korea Selatan, Taiwan, Singapura dan
Hongkong.

Namun, tidak hanya ketegangan antaretinik atau antaragama maupun kekerasan


berdasarh yang dapat mengangganggu perekonomian dan stabilitas politik. Jika
pembangunan dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi hidup manusia dan
memperluas pilihan-pilihan bagi semua orang, maka diskriminasi etnik, rasial, kasta,
maupun negara Amerika Latin seperti Bolivia, Brasil, Peru, Meksiko, Guatemala, atau
Venesuela, penduduk pribumi selalu tertinggal dari berbagai kemajuan sosial dan
ekonomi, dan mereka hanya menikmati sedikit keuntungan dari pertumbuhan
ekonomi dinegaranya. Namun, itu tidak berarti bahwa keragaman etinik dan agama
identik dengan hal-hal menakutkan seperti ketimpangan, kekacauan, atau
instabilitas. Kini sudah cukup banyak bukti bahwa negara-negara yang
masyarakatnya beragam secara etnik dan agama pun bisa meraih kemajuan-
kemajuan yang mengagumkan.. Keragaman bisa mengakibatkan konflik, namun bisa
juga menumbuhkan kerjasama yang akan menciptakan sinergi.
 Arti penting relatif atas sektor pemerintah dan sektor swasta

Hampir semua negara-negara Dunia ketiga menganut sistem ekonomi “campuran”


(mixed economic system), yaitu suatu sistem dimana sector pemerintah dan sektor
swasta sama-sama berpartisipasi dalam kepemilikan dan penggunaan sumber-
sumber daya. Besar kecilnya bangsa kepemilikan oleh pihak asing di dalam sektor
swasta juga merupakan sebuah variabel penting yang harus dipahami dalam rangka
mempelajari perbedaan-perbedaan di antara sesama negara-negara berkembang.
Peranan pihak asing yang cukup besar dalam sektor swasta biasanya akan
mendorong timbulnya berbagai peluang sekaligus masalah ekonomi dan politis, yang
tentu saja akan jauh lebih banyak apabila dibandingkan dengan negara yang sektor
swastanya tidak tertentu dikuasai pihak asing.

 Sifat dasar struktur industry

Bagi sebagian besar penduduk di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, pertanian bukan
saja merupakan pekerjaan, namun juga suatu cara hidup. Walaupun demikian
ternyata terdapat perbedaan yang sangat mencolok atas struktur sistem pertanian
dan pola kepemilikan tanah di Amerika latin dan Afrika. Pola kepemilikan tanah di
Asia hampir sama dengan yang ada di Amerika Latin, namun perbedaan kultural yang
mencolok cenderung menipiskan persamaan tersebut. Sebagian besar negara di
Amerika latin, yang sudah lebih lama menkmati kemerdekaan dan memiliki tingkat
pendpaatan nasional yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rekan-rekannya
di Asia atau di Afrika, memiliki sector industri yang relatif lebih maju. Namun, sejak
dekade 1970-an dan dekade 1980- an, beberapa negara di Asia, yakni Taiwan, Korea
dan menjadi negara industry baru, india juga termasuk memiliki sektor manufaktur
terbesar di negara-negara Dunia Ketiga, namun karena jumlah pendudukya yang
begitu banyak, maka arti penting dan kemajuan sektor manufaktur di India tersebut
terkesan tidak begitu besar.

 Kadar ketergantungan terhadap kekuatan-kekuatan politik dan ekonomi luar negeri


(asing)
Sejauh mana tingkat ketergantungan suatu Negara terhadap pihak luar,baik di
bidang ekonomi, social, maupun politik, ternyata berkaitan erat dengan luas wilayah,
karunia sumber daya alam, serta perjalanan sejarah politik dari negara yang
bersangkutan. Kebanyakan negara-negara berkembang yang berukuran kecil sangat
tergantung kepada investasi asing dan hubungan perdagangan luar negerinya
dengan negara-negara maju. Hampir semua negara kecil tersebut benarbenar
bergantung keapda negara-negara maju biasanya bekas Negara penjajahannya untuk
memperoleh pasokan teknologi produksi yang sebenarnya tidak begitu cocok
dengan kondisi dasar yang ada di negara-negara berkembang itu sendiri. Dari fakta
sekilas ini saja kita sudah dapat memaklumi betapa besarnya pengaruh yang dapat
dimainkan oleh negara-negara maju terhadap pertumbuhan negara-negara
berkembang. Kemampuan suatu Negara untuk menentukan sendiri tujuan-tujuan
ekonomi dan sosialnya jelas sangat dipengaruhi oleh tingkat ketergantungannya
terhadap kekuatan-kekuatan dari luar.

 Pembagian kekuasaan, kelembagaan, dan struktur politik didalam negeri

Dalam analisis akhir, seringkali bukan hanya ketepatan dari rangkaian kebijkan
ekonomi saja yang menentukan hasil-hasil yang akan dibuahkan oleh usaha nasional
dalam rangka mengatasi suatu masalah pembangunan. Struktur politik, aneka
kepentingan yang bersifat sepihak dan tersembunyi (vested interests), serta
persekongkolan di kalangan elemen-elemen kelas elit (para tuan tanah, kaum
industrialis perkotaan, kalangan bangkir, penguasa asing, perwira perwira angkatan
bersenjata, dan para pengurus serikat buruh) turut menentukan strategi-strategi apa
saja yang bisa dijalankan sekaligus menentukan letak dan intensitas hambatan
terhadap proses perubahan-perubahan ekonomi dan social yang sedang dan akan
dilaksanakan.

Pertimbangan atau konstelasi kepentingan dan kekuasaan di antara berbagai


kelompok masyarakat di sebagian besar negara-negara berkembang lahir sebagai
akibat atau konsekuensi logis dari sejarah politik, ekonomi, dan social masing-masng
negara sehingga yang ada di satu negara cenderung berbeda dengan yang ada di
negara lainnya. Pda dasarnya terlepas dari siapa yang menjadi figurnya, entah itu
para perwira militer, kaum industrialis, dan tuan tanah kaya di Amerika Latin, kaum
olitis dan pejabat tinggi pemerintah di Afrika: para raja minyak dan tokoh-tokoh
keuangan di Timur Tengah aataupun para tuan tanah, rentenir, dan industrialis di
Asia hampir semua negara – negara berkembang secara langsung atau tidak
langsung diperintah oleh sekolompok kecil kaum elit.

(https://fallinginlol.wordpress.com/2013/10/11/ekonomi-pembangunan-todaro-bab-2/)

3. Karakteristik Umum Negara – Negara Sedang Berkembang

Negara berkembang dapat diklasifikasikan dalam enam kategori utama sebagai berikut:

 Standar hidup yang relatif rendah, ditunjukkan oleh tingkat pendapatan rendah,
ketimpang tingkat pendapatan yang parah, kondisi kesehatan yang buruk, dan
kurang yang memadainya sistem pendidikan.

 Tingkat produktivitas yang rendah.

 Tingkat pertumbuhan penduduk serta beban ketergantungan yang tinggi.

 Ketergantungan pendapatan yang sangat besar kepada produksi sektor pertanian


serta ekspor produk-produk primer (bahan-bahan mentah).

 Pasar yang tidak sempurna dan terbatasnya informasi yang tersedia.

 Dominasi, ketergantungan, dan kerapuhan yang parah pada hampir semua aspek
hubungan internasional.

(http://senwellavenuel.blogspot.co.id/2011/02/karakteristik-umum-negara-
berkembang.html)

Kesimpulan:

Fenomena keterbelakangan (underdevelopment) harus ditelaah dalam konteks nasional


maupun internasional. Masalah-masalah kemiskinan, produktivitas yang rendah,
pertumbuhan penduduk yang berlebihan,pengangguran, ketergantungan pada ekspor
komoditi primer, serta rapuhnya negara-negara berkembang di pentas internasional
memiliki aspek-aspek domestic sekaligus global, baik ketika kita berbicara tentang asal mula
semua masalah tersebut maupun ketika kita membahas potensi-potensi pemecahannya.
Olehkarena itu, usaha-usaha penyelkesaian atas masalah keterbelakangan harus melibatkan
langkah-langkah domestik sekaligus global. Segenap kekuatan ekonomi dan sosial yang
melingkupi negara-negara berkembang, baik yanginternal, harus sama-sama memikul
tanggung jawab untuk megatasi kemiskinan,ketimpangan ekonomi dan sosial tidak hanya
mensyaratkan formulasi strategi yang memadai di pihak negara-negara Dunia Ketiga, tetapi
juga memerlukan modifikasi sistem ekonomi internasional secara keseluruhan agar sistem
tersebutlebih peka terhadap berbagai kebutuhan pembangunan negara miskin. Meskipun
gambaran kehidupan di banyak negara berkembang dalampembahasan kita ini nampaknya
begitu suran, perlu diingat bahwa banyak pulanegara-negara berkembang yang telah
berhasil dalam upayanya meningkatkanpendapatan nasional. Menurunkan tingkat kematian
bayi, memperbaiki aksespendidikan, serta memperbesar usia harapan hidup. Sebenarnya,
melaluipenerapan serangkaian kebijakan ekonomi dan politik yang tepat, baik
kebijakandalam negari maupun kebijakan luar negeri, serta dengan suatu dukungan
yangbenar-benar positif dan efektif dari negara maju, maka negara-negara miskintersebut
akan memiliki sarana dan dukungan yang lebih memadai gunamewujudkan aspirasi-aspirasi
pembangunannya

BAB 3. Teori Pembangunan Klasik

1. Teori Tahapan Linear dan Pembangunan Sebagai Pertumbuhan

 Rostow

Menurut Rostow seorang sejarah ekonomi dari Amerika Serikat mengatakan


perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan dalam
suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara yang ditulis dalam bukunya
“The Stage of Economic Growth”. Menurut Rostow ada lima tahapan ekonomi suatu
negara, yakni:

 Tahapan masyarakat tradisional


 Penyusunan kerangka dasar tahapan tinggal landas menuju pertumbuhan
berkesinambungan yang berlangsung secara otomatis

 Tahapan tinggal landas

 Tahapan menuju kematangan ekonomi

 Tahapan konsumsi missal yang tinggi

Menurut teori ini negara-negara maju seluruhnya telah melampaui tahapan “tinggal
landas menuju pertumbuhan ekonomi berkesinambungan yang berlangsung secara
otomatis”. Sedangkan negara-negara sedang berkembang dan terkebelakang pada
umumnya masih berapa pada tahap masyarakat tradisional atau tahap kedua yaitu
tahapan penyusunan kerangka dasar tinggal landas.

 Harrod-Dommar

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan


tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Bila diasumsikan
bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya stok modal secara
keseluruhan, atau K, dengan total GNP, atau Y, maka hal ini berarti bahwa setiap
tambahan neto terhadap stok odal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan
kenaikan arus output nasional atau GNP.

Berikut adalah susunan pertumbuhan ekonomi yang sederhana yang diambildari


teori pertumbuhan Harrod-Domar:

Tabunga (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau s dari pendapatan nasional
(Y).

(3-1)

Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan dari stok modal (K) yang dapat diwakili
oleh ∆K.

(3-2)
Akan tetapi, karena jumlah stok modal K mempunyai hubungan langsung dengan
jumlah pendapatan nasional atau output Y, seperti telah ditunjukkan oleh rasio
modal-output, k, maka:

Atau

Atau

(3-3)

3. Terakhir, mengingat jumlah keseluruhan dari tabungan nasional (S) harus sama
dengan keseluruhan investasi (I), maka:

(3-4)

Dari persamaan (3-1) telah diketahui bahwa S = sY dan dari persamaan (3-2) dan
persamaan (3-3), kita juga mengetahui bahwa:

Dengan demikian identitas tabungan yang merupakan persamaan modal dalam


persamaan (3-4) adalah:

(3-5)

Atau

(3-6)

Slanjutnya apabila kedua sisi persamaan (3-6) dibagi mula-mula dengan Y dan
kemudian dengan k, maka:

(3-7)

(https://fallinginlol.wordpress.com/2013/10/11/ekonomi-pembangunan-todaro-bab-3/)

2. Model Perubahan Struktural

 Teori Pembangunan lewis


Ia memperkenalkan Teori Two Sector Surplus Labor, yang dibagi menjadi dua sektor
yaitu sektor pertanian tradisional (pedesaan subsistem) dan sektor industri modern
(industri perkotaan). Dimana ikhtisarnya mengatakan bahwa surplus labor dari
sektor pertanian ditransfer sedikit demi sedikit ke sektor industri modern dengan
tahapan perkembangan dan pendidikan juga pelatihan untuk calon tenaga kerja yang
dibutuhkan. Kelemahan dari teori ini adalah tingkat hasil keuntungan output yang
didapat lebih banyak cenderung diminati oleh kaum penguasa daripada para
pekerjanya. Jadi terdapat ketimpangan dalam pembagian keuntungan ini sehingga
kecenderungan dalam pembagian rata tenaga kerja menjadi fleksibel karena hal ini.
Hal ini dapat menimbulkan ketimpangan antara upah nyata (MPL) dengan kuantitas
tenaga kerja (terdapat dalam Grafik Model Arthur Lewis).

 Pola Pembangunan

Teori Pola Pembangunan Chenery memfokuskan terhadap perubahan struktur dalam


tahapan proses perubahan ekonomi, industri dan struktur institusi dari
perekonomian negara yang sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari
pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan
ekonominya. Menurut Chenery, sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita,
perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sector
pertanian menuju ke sector industry.

(https://iyansetione.wordpress.com/2014/06/20/komunikasi-sosial-dan-pembangunan-
structural-change-theory-teori-perubahan-struktural/)

3. Revolusi Ketergantungan Internasional

 Model Ketergantungan Neokolonial

Model Ketergantungan Neokolonial merupakan perkembangan tidak langsung dari


pemikiran Marxis. Model ini menghubungkan keberadaan dan kelangsungan dari
keterbelakangan evolusi sejarah dari sistem kapitalis internasional dengan hubungan
negara kaya-negara maju yang sangat tidak merata.
Singkatnya, neo-Marxis adalah pandangan Neokolonial yang mengaitkan sebagian
besar kemiskinan di negara berkembang dengan keberadaan dan kebijakan negara-
negara industri kapitalis di belahan bumi utara dan ekstensi mereka dalam bentuk
elit kecil tapi kuat atau kelompok komprador di negara-negara kurang berkembang.
Keterbelakangan dilihat sebagai fenomena eksternal, berbeda dengan penekanan
teori tahap linier dan perubahan struktural pada kendala internal, seperti tabungan
dan investasi yang tidak memadai atau kurangnya pendidikan dan keterampilan.
Oleh karena itu, perjuangan revolusioner atau setidaknya restrukturisasi besar dari
sistem kapitalis dunia diperlukan untuk membebaskan negara-negara berkembang
dari ketergantungan langsung dan tidak langsung terhadap penguasaan ekonomi
para penindas mereka dan negara maju.

 Model Paradigma Palsu

Pendekatan Ketergantungan Internasional kedua dan kurang radikal dalam


pembangunan adalah model paradigma yang salah. Model ini menghubungkan
negara terbelakang dengan saran yang salah dan tidak pantas yang diberikan oleh
pihak bermaksud baik, tetapi kurang informasi, bias dan penasihat ahli etnosentris
internasional dari lembaga bantuan di negara berkembang dan organisasi donor
multinasional. Para ahli menawarkan model yang kompleks, tetapi akhirnya
menyesatkan pembangunan yang mengakibatkan sering munculnya kebijakan yang
tidak pantas atau tidak benar.

 Tesis Pembangunan Dualistik

Dualisme mewakili keberadaan, kegigihan yang kuat dan divergensi yang meningkat
antara negara maju dan miskin, masyarakat kaya dan miskin dalam berbagai level.
Konsep dualisme mencakup empat argumen utama:

 Pihak yang superior dan pihak yang inferior dalam berbagai kondisi dapat hidup
berdampingan dalam ruang tertentu

 Kekayaan dan kemiskinan internasional yang hidup berdampingan bukan hanya


fenomena sejarah yang akan diperbaiki dalam kurun waktu tertentu. Meskipun
teori tahap pertumbuhan dan model perubahan struktural secara implisit
membuat asumsi seperti itu, pendukung tesis pembangunan dualistik dan fakta
bahwa ketidaksetaraan internasional terus berkembang membuat mereka
membantah asumsi tersebut

 Derajat superioritas atau inferioritas tidak menunjukkan tanda-tanda berkurang,


tetapi justru memiliki kecenderungan untuk meningkat

 Saling keterkaitan antara unsur-unsur superior dan inferior membuat


keberadaan elemen superior tidak berarti apa-apa untuk menarik elemen inferior

(https://mutosagala.wordpress.com/2013/02/28/teori-klasik-tentang-pertubuhan-dan-
pembangunan-ekonomi/)

4. Kontra Revolusi Neoklasik: Fundamentalisme Pasar

 Teori Pertumbuhan Noeklasik

Pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 faktor, yaitu:

 Kualitas dan kuantitas tenaga kerja

 Penambahan modal

 Penyempurnaan teknologi

 Perekonomian Tertutup

Tidak menjalani hubungan dengan pihak luar, tingkat tabungannya yang rendah (CP)
dan dalam jangka pendek mengalami laju pertumbuhan yang lambat apabila
dibandingkan dengan perekonomian yang memiliki tingkat tabungan tinggi.

 Perekonomian Terbuka

Mengadakan hubungan perdagangan, investasi, dan hubungan yang lain-lain dengan


pihak luar, mengalami peningkatan pendapatan perkapita.
(http://hannakimi.blogspot.co.id/2013/04/teori-teori-klasik-pembangunan-
ekonomi.html)

5. Teori Pertumbuhan Baru: Pertumbuhan Endogen

Teori Pertumbuhan Baru ini dipelopori oleh Paul M. Romer pada tahun 1986 dan Robert
Lucas pada tahun 1988 sebagai kritikan terhadap teori pertumbuhan neoklasik solow
yang tidak bisa menjelaskan dengan baik pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Tujuan utama dari Teori Pertumbuhan Baru adalah untuk menjelaskan perbedaan
tingkat pertumbuhan antar negara maupun faktor-faktor yang memberi proporsi lebih
besar dalam pertumbuhan.

 Teori Pertumbuhan Baru Dasarnya Merupakan Teori Pertumbuhan Endogen

Teori Pertumbuhan Baru, yang pada dasarnya merupakan teori pertumbuhan


endogen, memberikan kerangka teoritis untuk menganalisis pertumbuhan baru
karena menganggap pertumbuhan GNP (Gross National Prodoct) lebih ditentukan
oleh sistem proses produksi dan bukan berasal dari luar sistem. Berbeda dengan
teori tradisional neoklasik yang menganggap pertumbuhan GNP sebagai akibat dari
keseimbangan jangka panjang.

 Perbedaan Utama Antara Model Pertumbuhan Baru Dengan Model Neoklasik

Pertumbuhan Baru mempunyai kesamaan dengan Neoklasik terutama dalam fungsi


produksi aggregat. Sedangkan perbedaannya untuk pertumbuhan baru tidak ada
penurunan skala hasil seperti model Solow yang ada di pertumbuhan NeoKlasik.

 Aspek Yang Paling Menarik Dari Teori Pertumbuhan Baru

Aspek yang paling menarik dari Teori Pertumbuhan Baru adalah, membantu
menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan
negara maju dangan negara berkembang dikarenakan rendahnya tingkat investasi
komplementer dalam sumber daya manusia (pendidikan), infrastruktur, atau riset
dan pengembangan.
 Kritik Terhadap Teori Pertumbuhan Baru

 Kelemahan penting dari Teori Pertumbuhan Baru adalah bahwa teori ini tetap
tergantung pada sejumlah asumsi neoklasik yang sering tidak cocok dengan
perekonomian negara berkembang.

 Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang sering terhambat oleh


inefisiensi yang timbul karena infrastruktur yang jelek, tidak memadainya
struktur kelembagaan, serta pasar modal dan pasar barang yang tidak sempurna.

 Teori Pertumbuhan Baru mengabaikan faktor-faktor yang sangat berpengaruh


ini, penerapannya dalam studi pembangunan ekonomi menjadi terbatas,
terutama ketika melibatkan perbandingan antar negara.

 Empat Hal Teori Pertumbuhan Baru

 Teori pertumbuhan baru pada dasarnya merupakan Teori Pertumbuhan


Endogen.

 Perbedaan utama antara model Pertumbuhan Baru dengan model neoklasik.

 Aspek yang paling menarik dari model Pertumbuhan Baru.

 Kritik Terhadap Teori Pertumbuhan Baru.

(http://blogku10061987.blogspot.co.id/2014/10/teori-teori-baru-pertumbuhan-
ekonomi.html)

Kesimpulan:

Singkatnya, masing-masing pendekatan yang digunakan untuk memahami pembangunan


memiliki sesuatu yang dapat ditawarkan. Artinya, setiap pendekatan memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.

BAB 4. Pertumbuhan Penduduk


Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu - waktu, dan dapat dihitung
sebagai perubahan dalam jumlah individu dan sebuah populasi menggunakan "per waktu
unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies,
tapi selalu mengarah pada manusia dan sering di gunakan secara informal untuk sebutan
gemografi nilai pertambahan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan
penduduk dunia.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Indonesia antara lain:
a. Kelahiran (Natalitas)
Faktor-faktor penunjang tingginya angka natalitas dalam suatu negara antara lain:
1) Kepercayaan dan agama
2) Tingkat pendidikan
3) Kondisi perekonomian
4) Kebijakan pemerintah
5) Adat istiadat di masyarakat
6) Kematian dan kesehatan
7) Struktur Penduduk

b. Kematian (Mortalitas)
a) Faktor pendukung kematian (pro mortalitas)
- Sarana kesehatan yang kurang memadai.
- Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
- Terjadinya berbagai bencana alam
- Terjadinya peperangan
- Terjadinya kecelakaan lalu lintas dan industri
- Tindakan bunuh diri dan pembunuhan.

Pengaruh pertumbuhan penduduk pada kualitas hidup manusia


Pengaruhnya padakualitas hidup manusia tidak lepas dari kemiskinan yang diakibatkan oleh
pertambahan penduduk. Dimana akibat dari kemiskinan ini, sebagian penduduk tidak
mendapatkan pendidikan yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan dan wawasan
masyarakat. Selain itu dengan adanya fasilitas - fasilitas kesehatan yang ditempatkan oleh
pemerintah, sebagian tidak dapat dijangkau pleh masyarakat terutama masyarakat
menengah kebawah.
Transisi Demografi

Transisi demografi adalah suatu model grafik yang menggambarkan perubahan penduduk
dari pertumbuhan penduduk tinggi menuju pertumbuhan penduduk yang stabil.
Konsep transisi demografi mencoba menerangkan mengapa negara-negara yang kini
tergolong maju mengalami tahapan transisi demografi ini. Tahapan transisi demografi
meliputi 3 kurun perkembangan yaitu

Tahap 1 : Kelahiran tinggi dan kematian tinggi


Tahap 2 : Kelahiran masih tinggi, kematian cenderung menurun
Tahap 3 : Kelahiran menurun dan kematian menurun dan menuju stabil

Grafik transisi demografi dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Teori Jebakan Malthus


Teori ini memberi arti bahwa pertumbuhan produksi pangan tidak mampu mengimbangi
laju pertumbuhan penduduk. Jika keadaan ini dibiarkan, maka pada saatnya akan tejadi
kondisi di mana pangan tidak dapat menyediakan bagi kebutuhan manusia sehingga
menimbulkan kekhawatiran seperti kelaparan dan masalah social
Perdebatan mengenai pertumbuhan penduduk
Pada perkembangannya, kekhawatiran Malthus ternyata tidak semuanya benar terjadi.
Banyak ahli ekonomi klasik pada abad ke-19 yang kemudian membantah teori Malthus,
sehingga muncul aliran anti-malthusian. Anti-Malthusian mengatakan bahwa kekhawatiran
krisis pangan akan terhindar dengan adanya inovasi teknologi pertanian. Malthus belum
mempertimbangkan demikian, karena Jebakan Penduduk Malthus muncul sebelum adanya
revolusi industri di Eropa.
Namun demikian, teori Jebakan Penduduk Malthus membuat banyak pihak menjadi
terbuka, bahwa jika tidak ada inovasi dalam teknologi pertanian pangan, maka kehawatiran
Malthus sangat mungkin terjadi. Inilah yang kemudian melandasi bahwa ketersedian pangan
menjadi penting.

Pendekatan Kebijakan
Upaya yang telah dilakukan pemerintah antara lain :
1. Jumlah penduduk dan pertumbuhannya diatasi dengan program keluarga berencana (KB)
2. Persebaran kepadatan penduduk diatasi dengan:
 Program transmigrasi
 Pembangunan lebih intensif di kawasan Indonesia timur
3. Tingkat kesehatan yang rendah diatasi dengan pembangunan fasilitas kesehatan seperti
pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan Rumah sakit umum daerah ( RSUD)
4. Tingkat pendidikan yang rendah diatasi dengan:
 Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di
Indonesia
 Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
 Peningkatan kualitas tenaga pengajar ( guru dan dosen ) dilembaga pendidikan milik
pemerintah
 Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja
 Mempelopori riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga - lembaga
pemerintah
5. Tingkat pendapatan yang rendah diatasi dengan:
 Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang nya usaha /
investasi baik PMDN atau PMA
 Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih
banyak menyerap tenaga kerja.
 Penyederhanaan birokrasi dalam perizinan usaha.
Saran
Pertumbuhan penduduk memang bukan hal yang mudah untuk diatur dan seperti yang bisa
dibaca di atas, pemerintah sudh melakukan berbagai macam cara untuk mengatur
pertumbuhan penduduk. Maka saran kami untuk menagtur pertumbuhan penduduk antara
lain:
1. Mengusahakan program KB berjalan pada semua kalangan. Karena kalangan yang
tidak mampu kebanyakan merasa rugi untuk membeli pil KB. Oleh karena itu
pemerintah bisa memberikan pil KB atau penyuntikan KB secara gratis agar orang
yang tidak mampu bisa mendapatkannya.
2. Akhir- akhir ini semakin banyak terjadi kehamilan pada usia dini dan faktor utama
penyebabnya adalah pornografi. Meskipun pemerintah sudah melakukan blokir
terhadap situs- situs terlarang, tetapi akses ke situs-situs tersebut masih bisa
dilakukan dengan berbagai macam cara. Oleh karena itu perlu pengamanan yang
lebh ketat lagi terhadap situs-situs pornografi.
3. Pemerintah juga tidak ada salahnya mencontoh cara Negara- Negara yang berhasil
memperlambat laju pertumbuhan penduduknya seperti Singapura dan China.

Daftar pustaka
http://pengaruhpendudukda.blogspot.co.id/2015/03/pertumbuhan-penduduk-terhadap-
kualitas.html
https://geograph88.blogspot.co.id/2013/04/transisi-demografi.html
http://melaticanti.blogspot.co.id/2013/11/pertumbuhan-penduduk-pertumbuhan.html

BAB 5. Kemiskinan dan Ketimpangan

Mengukur ketimpangan dan kemiskinan


Kalau kita merenungkan kembali krisis ekonomi yang kita alami 10 tahun lalu, tampaknya
kita mempunyai cukup alasan untuk mengatakan bahwa krisis tersebut telah menimbulkan
dampak sosial-ekonomi-politik yang luar biasa bagi Indonesia. Kendati kinerja ekonomi
pascakrisis cenderung membaik, indikator ketimpangan dan kemiskinan menunjukkan bukti
adanya eksklusi sosial-ekonomi bagi kebanyakan manusia Indonesia. Hasil akhir dari
redistribusi tersebut masih terasa sangat menyesakkan bagi mereka yang berada di bagian
bawah dari piramida sosial-ekonomi.

Kemiskinan, ketimpangan dan kesejahteraan social


Wacana tentang ketimpangan dan kemiskinan sering dicampuradukkan meskipun kedua
istilah ini bukan sesuatu yang sama. Kemiskinan umumnya menunjukkan tingkat
pendapatan di bawah garis kemiskinan tertentu. Bisa jadi kemiskinan turun namun tingkat
ketimpangan dalam suatu masyarakat meningkat. Ini terjadi ketika suatu perekonomian
membaik sehingga mampu membantu si miskin sedikit lebih kaya namun membuat si kaya
semakin kaya. Sebaliknya ketika perekonomian baru menurun, ketika pasar modal turun
drastis, bisa saja si miskin membaik tingkat pendapatannya, namun banyak pemodal kaya
yang mengalami kerugian dari transaksi di pasar modal, sehingga ketimpangan malah
membaik.
Masalah ketimpangan ini dalam praktik sering memicu kecemburuan sosial dan kekerasan
yang sering terjadi berbagai daerah di Indonesia. Akibatnya masyarakat mengalami frustrasi
sosial yang berujung pada perbuatan kriminal atau kekerasan lainnya (Sismosoemarto,
2012: 478-484). Sebagian besar proyeksi menyatakan bahwa jumlah orang yang hidup
dalam kemiskinan akan meningkat selama dekade berjalan sebelum menurun selama sisa
abad, dengan harapan akan hilang selamanya dengan bergantinya abad.

Berikut ini akan diuraikan beberapa indikator yang sering digunakan oleh para peneliti untuk
mengukur ketimpangan di suatau negara atau daerah.

1. Size distributions (quintiles, deciles)


Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah penghasilan yang diterima oleh setiap
individu atau rumah tangga. Cara mendapatkan penghasilan itu tidak dipermasalahkan. Oleh
karena itu para ekonom cenderung mengurutkan semua individu berdasarkan pendapatan
yang diterimanya, lantas membagi total populasi kedalam beberapa nkelompok atau
ukuran. Biasanya populasi dibagi menjadi 5 kelompok atau kuantil dan 10 kelompok atau
desil.
2. Lorenz curves & Gini coefficients
Kurva Lorenz dan Koefisien Gini dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan
inequality dari perusahaan-perusahaan di dalam industri. Kurva Lorenz dan Koefisien Gini
mengindikasikan tingkat kompetisi dalam suatu pasar dengan mengukur inequality dalam
distribusi ukuran dari perusahaan-perusahaan (Hart and Prais 1956).

Koefisien Gini adalah ukuran statistik yang diperoleh dari Kurva Lorenz, yang terkait dengan
pangsa kumulatif dari total nilai suatu variabel (output, revenue, jumlah pekerja, dsb.)
terhadap angka atau persentase dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam suatu industri
yang diurutkan meningkat sesuai ukurannya.

Jika kurva berbentuk lurus, seluruh perusahaan memiliki ukuran yang sama, dan industri
dapat dipandang sebagai completely unconcentrated, mengindikasikan tingkat kompetisi
yang tinggi di pasar. Secara umum, perusahaan-perusahaan tidak mempunyai ukuran yang
sama dalam suatu industri, dan semakin besar deviasi dari garis diagonal terhadap Kurva
Lorenz, semakin besar inequality dari ukuran perusahaan dan semakin besar konsentrasi
pasar. Sebaliknya, semakin dekat kepada garis diagonal, semakin terdistribusi dan
perusahaan-perusahaan semakin tidak terkonsentrasi.

Koefisien Gini didefinisikan sebagai sebagai rasio dari luasan yang terletak di antara garis
diagonal dan Kurva Lorenz dibagi dengan luasan segitiga di bawah garis diagonal. Nilai
maksimum dan minimum adalah satu dan nol, berturut-turut mewakili total inequality dan
total equality.

Jika luasan di antara garis diagonal (perfect equality) dan Kurva Lorenz adalah A, dan luasan
di bawah Kurva Lorenz adalah B, maka Koefisien Gini adalah A / (A+B). Karena A+B = 0.5,
maka Koefisien Gini, G = A/(0.5) = 2A = 1-2B. Jika Kurva Lorenz merupakan fungsi Y = L(X),
nilai dari B dapat dicari dengan fungsi integral, sehingga:

G = 1 – 2*(integral 0-1 dari L(X)dX)

Kurva Lorenz dapat dituliskan sebagai fungsi L(F), dalam hal mana F adalah sumbu
horizontal, dan L adalah sumbu vertikal. Untuk populasi berukuran n, dengan urutan nilai yi
i=1 hingga n yang diurutkan meningkat (yi <= yi+1), maka Kurva Lorenz adalah fungsi linier
yang menghubungkan titik-titik (Fi, Li), i = 0 hingga n, dalam hal mana F0 = 0, L0 = 0, dan
untuk i = 0 hingga n:

Fi = i/n
Si = Yj1 + Yj2 + … + Yji
Li = Si/Sn

3. Gini coefficients and aggregate measures of inequality


Dari semua pengukur ketimpangan, indeks gini adalah yang paling sering dipakai sebagai
indikator ketimpangan. Salah satu yang menarik dari indeks gini ialah pendekatannya
yang sangat langsung terhadap ukuran ketidakmerataan, memuat perbedaan di antara
setiap pasangan pendapatan, yang sejauh ini merupakan ukuran ketidakmerataan
ekonomi yang paling populer. Nilai dari indeks gini berkisar antara 0 sampai 1. Nilai 0
menunjukkan bahwa seluruh pendapatan terbagi secara merata terhadap seluruh unit
masyarakat (perfect equality), sedang nilai 1 berarti seluruh pendapatan hanya dimiliki
oleh satu orang atau satu unit saja pada keseluruhan distribusi (perfect
inequality). Ketimpangan yang rendah mempunyai nilai indeks gini sebesar 0,4 atau di
bawahnya. Ketimpangan yang tinggi apabila mempunyai indeks gini di atas 0,4 dalam
distribusinya.
4. Hipotesa kurva U terbalik

Dalam jangka pendek meningkatnya pendapatan akan diikuti dengan meningkatnya


kesenjangan pendapatan, namun dalam jangka panjang peningkatan pendapatan akan
diikuti dengan penurunan kesenjangan pendapatan. Fenomena ini dikenal dengan nama
“Kurva U terbalik dari Hipotesis Kuznets”. Namun, hipotesis Kuznets ini mulai
dipertanyakan. Beberapa studi yang mengambil data time series membuktikan bahwa
dalam beberapa negara yang masih bertumpu pada sektor pertanian (rural economy)
menunjukan hubungan negatif. Ini berarti bertolak belakang dari hipotesis Kuznets.
Pemahaman atas variabel-variable tersebut akan membuktikan bahwa negara pertanian
tidak identik dengan kemiskinan atau mungkin lebih tepatnya adalah kesejahteraan pun
bisa meningkat di negara-negara yang berbasis pertanian. Procovitch pernah
menyampaikan beberapa dugaannya tentang sebab-sebab terjadinya kepincangan
pembagian pendapatan yakni pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk,
perkembangan kota desa, dan sistem pemerintahan yang bersifat plutokratis. Beberapa
aspek yang telah diduga oleh Procovits pada tahun 1955 dikembangkan oleh Kuznets,
yang sampai dewasa ini masih dikenal dengan hipotesa Kuznets, yang menimbulkan
kontroversi di kalangan peneliti distribusi pendapatan di berbagai negara. Hipotesa ini
menyatakan bahwa hubungan tingkat pertumbuhan ekonomi dengan tingkat
kepincangan pembagian pendapatan pada tahap ini menjadi negatif. Jadi, tahap
pertama pembangunan ekonomi akan mengalami tingkat kepincangan pembagian
pendapatan yang semakin memburuk, stabil dan akhirnya menurun. Pola perkembangan
ini menurut Kuznets tidak terlepas dari kondisi sosial dan ekonomi suatu masyarakat.
Penyebabnya adalah terjadinya konsentrasi kekayaan pada kelompok atas, kurang
efektifnya pajak yang progresif, dan terjadinya akumulasi pemilikan modal. Chiswick
menyatakan bahwa dengan meningkatnya pembangunan ekonomi, kesenjangan
pembagian penghasilan masyarakat juga meningkat, karena semakin cepat ekonomi
berkembang, maka orang mengharapkan hasil yang semakin tinggi dari pendidikannya;
sementara, kesempatan pendidikan sangat terbatas. Tingkat partisipasi penduduk dalam
lapangan pekerjaan berkaitan dengan jumlah penduduk muda yang sedang sekolah atau
sedang bekerja. Pekerja-pekerja muda yang tingkat pendidikan dan keterampilannya
relatif rendah akan memperoleh upah yang rendah pula, dan hal ini akan membuat
pembagian pendapatan semakin senjang. Sebaliknya, jika penduduk muda ini masih
tetap menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya, berakibat berkurangnya kelompok penduduk yang berpendapatan
rendah sehingga akibat selanjutnya adalah tingkat kesenjangan distribusi pendapatan
pun akan menurun.

Pertumbuhan dan Kemiskinan

Ada beberapa pendapat mengenai pertumbuhan dan kemiskinan. Biasanya banyak yang
berpendapat bahwa pertumbuhan yang cepat berakibat buruk kepada kaum miskin, karena
mereka akan tergilas dan terpinggirkan oleh perubahan struktural pertumbuhan modern.

Hubungan yang dekat antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan yang terjadi diantara
golongan miskin tidak begitu saja mengindikasikan hubungan sebab akibat. Sebagian dari
kemajuan yang dinikmati golongan miskin dapat saja berasal dari pendapatan, pendidikan,
dan kesehatan yang lebih baik diantara golongan miskin untuk mempercepat pertumbuhan
secara menyeluruh.

Cakupan Pilihan Kebijakan: Beberapa Pertimbangan dan Pilihan Kebijakan

Negara-negara berkembang yang berkeinginan untuk mengentaskan kemiskinan serta


menanggulangi ketimpangan distribusi pendapatan haruslah mengetahui segenap pilihan
cara yang tersedia, dan memilih yang terbaik diantaranya, untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.
Dapat diidentifikasi empat bidang luas yang terbuka bagi intervensi kebijakan pemerintah
yang memungkinkan, yang masing-masingnya berkaitan erat dengan keempat elemen
pokok yang merupakan faktor penentu utama atas baik tidaknya kondisi-kondisi distribusi
pendapatan di negara-negara berkembang. Adapun keempat elemen tersebut adalah:

1. Mengubah distribusi fungsional—tingkat hasil yang diterima dari faktor-faktor produksi


tenaga kerja, tanah, dan modal yang sangat dipengaruhi oleh harga dari masing-masing
faktor produksitersebut, tingkat pendayagunaannya, dan bagian atau persentase dan
pendapatan nasional yang diperoleh oleh para pemilik masing-masing faktor produksi.

2. Memeratakan distribusi ukuran—distribusi pendapatan fungsional dari suatu


perekonomian yang dinyatakan sebagai distribusi ukuran, yang disandarkan pada
kepemilikan dan penguasaan atas aset produktif serta keterampilan sumber daya manusia
yang terpusat dan tersebar ke segenap lapisan masyarakat. Distribusi kepemilikan aset dan
keterampilan tersebut pada akhirnya akan menentukan merata atau tidaknya distribusi
pendapatan secara perorangan.

3. Meratakan (mengurangi) distribusi ukuran golongan penduduk berpenghasilan tinggi


melalui pemberlakuan pajak progresif terhadap pendapatan dan kekayaan pribadi mereka.

4. Meratakan (meningkatkan) distribusi ukuran golongan penduduk berpenghasilan


rendah, melalui pengeluaran publik yang dananya bersumber dari pajak untuk
meningkatkan pendapatan kaum miskin secara langsung maupun tidak langsung

Saran

Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih


kreatif,inovatif dan bijaksana. Selain itu, Pegawai pemerintah,maupun calon pegawai
pemerintah agar tidak melakukan tindakan memperkaya diri sendiri dan diharapkan sanksi
tegas dari pemerintah. Selain itu masyarakat Indonesia di dalam menghadapi zaman
globalisasi ke depan mau tidak mau perlu meningkatkan kualitas SDM dalam
pengetahuan,wawasan,skill,mentalitas dan moralitas yang standarnya adalah standar
global. Dalam hal ini peran sekolah akan sangat penting dan diusahakan agar lulusan sekolah
akan memiliki skill, wawasan, mentalitas, dan moralitas berstandar global. Dukungan
optimal dari pemerintah tentunya akan sangat membantu seperti pemaksimalan dana bos
untuk anak sekolah yang tidak mampu.

Daftar Pustaka
http://otobiazza.blogspot.co.id/2013/05/artikel-kurva-lorenz-dan-koefisien-gini.html
http://sitimukharomah22.blogspot.co.id/2015/11/kemiskinan-ketimpangan-dan-
pembangunan.html
https://mulyadifirdause.wordpress.com/teori-kutznet-kurva-u-terbalik/
BAB 6. Urbanisasi dan Migrasi Desa-Kota

Dilema Migrasi dan Urbanisasi

Dilema yang sangat kompleks dari proses pembangunan yaitu fenomena perpindahan
penduduk secara besar-besaran dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah dari
berbagai pelosok daerah pedesaan ke kota-kota di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.

Kaitan positif antara urbanisasi dan pendapatan per kapita adalah salah satu “fakta yang
dibengkokkan” yang paling jelas dan mengejutkan dari proses pembangunan. Umumnya
semakin maju suatu negara, yang diukur dengan pendapatan per kapita, semakin banyak
pula jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Negara-negara berpendapatan
paling tinggi, paling banyak tinggal di kota atau paling urban, sementara negara-negara yang
paling miskin adalah negara yang sebagian besar penduduknya tidak tinggal di kota. Pada
saat yang sama, ketika banyak negara menjadi lebih urban (urbanized) seiring dengan
kemajuan pembangunannya, dewasa ini Negara-negara termiskin ternyata jauh lebih urban
daripada negara-negara maju dulu pada saat tingkat pembangunannya setara, sebagaimana
diukur dengan pendapatan per kapita; dan Negara-negara paling miskin (LDC atau less
developed countries) mengalami urbanisasi pada tingkat yang lebuh cepat. Urbanisasi dapat
terjadi dimana saja di seluruh dunia, meskipun pada laju yang berbeda.

Peranan Kota

Secara umum sebuah kota terbentuk karena dapat memberikan keunggulan dari srgi
biaya kepada produsen dan konsumen, melalui apa yang dikenal sebagai ekonomi
aglomerasi (agglomeration economis). Ekonomi aglomerasi muncul dalam dua bentuk yakni
:
 Ekonomi urbanisasi (urbanization economies) : yaitu dampak-dampak yang berkaitan
dengan pertumbuhan kawasan geografis yang terpusat secara umum.

 Ekonomi lokalisasi ( localization economies ) : yaitu dampak-dampak yang


ditimbulkan oleh sektor-sektor khusus dalam perekonomian.

Distrik Industri

Perusahaan juga seringkali memilih lokasi di mana mereka dapat mempelajari kegiatan
perusahaan lain yang berada dalam industri yang sama. Pembelajaran ini dapat dilakukan
dalam bentuk hubungan formal, seperti joint ventures dan hubungan informal. Jadi
perusahaan berukuran menengah tidak perlu menolak pesanan dalam jumlah besar akibat
terbatasnya kapasitas produksi yang “spesialisasi yang fleksibel”.

Banyak bukti pendukung yang terus bertambah menunjukkan bahwa lokalisasi industri
dewasa ini menjadi sangat umum di Negara berkembang, pada tahapan pengembangan
industri yang bervariasi mulai dari industri rumahan sampai ke penggunaan teknik yang
lebih modern, dan akan menjadi faktor yang signifikan dalam mengembangkan keunggulan
kompetitif.

Tidak semua keuntungan efisiensi kolektif dari keberadaan distrik-distrik industri


didapatkan melalui lokasi yang pasif. Sebagian yang lain dibuat secara aktif melalui investasi
bersama dan berbagai aktivitas promosi dari banyak perusahaan dalam kemampuan
perusahaan dalam distrik tersebut. Faktor yang menentukan dinamisme dari sebuah distrik
adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di dalamnya untuk menemukan mekanisme
dalam melakukan tindakan-tindakan kolektif tersebut. Sementara pemerintah dapat dapat
menyediakan sokongan financial dari berbagai layanan penting lainnya dalam memfasilitasi
pengembangan klaster, modal sosial juga penting, terutama kepercayaan terhadap
kelompok dan sejarah bersama dari tindakan kolektif yang sukses, yang tentunya
membutuhkan waktu untuk berkembang. Pemerintah dapat membantu proses ini dengan
menyatukan pihak-pihak terkait untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan-tujuan yang
kecil, sebelum berusaha mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar, tetapi modal sosial
biasanya tumbuh secara organik dalam komunitas ekonomi dan jelas tidak mungkin
ditumbuhkan secara paksa. Bahkan dengan tindakan kolektif untuk memicu keuntungan
pasif dari ekonomi aglomerasi, klaster tradisional mungkin tidak akan dapat bertahan dalam
bentuknya yang semula agar dapat memasuki tahapan industrialisasi yang lebih maju.

Skala Perkotaan yang efisien

Skala perkotaan yang efisien dapat tercapai bagi sejumlah kota industry yang terkait erat,
seperti industri yang memiliki keterkaitan yang kuat dari hulu ke hilir. Salah satu
pengecualian yang menonjol adalah kemungkinan terjadinya imbas dari kemajuan teknologi.
Akan tetapi, terdapat juga biaya penumpukan (congestion) yang penting seperti makin
tingginya kawasan perkotaan, makin tinggi pula biaya real estate.

Dalam mekanisme pasar yang kompetitif, jika para pekerja di sebuah kota besar dengan
upah yang lebih tinggi tetapi dengan biaya hidup yang juga tinggi tidak akan lebih beruntung
secara materiil dibandingkan para pekerja dengan pendidikan, pengalaman, kemampuan,
dan kesehatan setara yang tinggal di kota kecil dengan upah yang lebih rendah dan biaya
hidup yang lebih rendah pula.

Masalah yang ditimbulkan kota raksasa

Rute transportasi utama di negera-negara berkembang umumnya adalah warisan zaman


kolonial. Rute drainase yang dibuat pada zaman kolonial mengedepankan kemudahan
pengurasan SDA negeri jajahan. Biasanya, ibu kota berlokasi dekat dengan pintu keluar
system ini yaitu tepi laut. Sistem tranportasi ini diacu sebagai “system hub-and-spoke”.

Pendekatan bidang datar terdeferiensiasi mengedepankan dampak warisan sejarah yang


masih ada sampai sekarang. Pendekatan ini mampu menjelaskan cara kita menemukan
kota-kota yang terlalu besar di negera berkembang dan menyarankan kebijakan
desentralisasi perkotaan yang dapat diterapkan untuk membantu mencari solusi dari
masalahnya.

Adakalanya sebuah kota inti (urban core) menjadi terlalu besar, sehingga tidak dapat lagi
mempertahankan biaya industri yang berlokasi di tempat itu pada tingkat minimum. Di
Negara-negara berkembang, pemerintah cenderung kurang terlibat dalam penyebaran
aktivitas ekonomi dengan ukuran lebih dapat dikelola atau andaikan mereka memang
terlibat, sering kali kurang efektif. Sebagai contoh, pemerintah ingin menyebarkan industri
tanpa mempertimbangkan sifat-sifat aglomerasi; dengan memberikan insentif tetapi tidak
ada upaya mengelompokkan sejumlah industru yang berkaitan.

Sektor Informal Perkotaan

Sektor informal adalah bagian dari perekonomian negara-negara berkembang yang dicirikan
dengan adanya usaha kecil kompetitif perorangan atau keluarga, perdagangan kelontong
dan layanan remeh-temeh, berorientasi padat karya, tanpa adanya hambatan masuk, serta
dengan harga faktor dan produk yang ditentukan pasar.

Keberadaan sektor informal yang tidak terorgaisasi, tidak diregulasi, dan semuanya legal
meskipun tidak terdaftar telah diakui pada tahun 1970-an berdasarkan pengamatan di
beberapa negara berkembang, yang menunjukkan bahwa bertambah bayaknya tenaga kerja
perkotaan ternyata tidak tampak dalam statistik pengangguran sektor modern formal.

Pengangguran di Perkotaan

Salah satu konsekuensi pokok atas melonjaknya arus urbanisasi adalah meledaknya
jumlah pencari kerja, baik di sektor formal maupun di sektor informal dalam perekonomian
perkotaan. Di banyak negara berkembang, tingkat penawaran tenaga kerja tersebut jauh
melebihi tingkat permintaan yang ada sehingga mengakibatkan tingginya angka
pengangguran di daerah-daerah perkotaan.

Migrasi dan Pembangunan

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, migrasi desa-kota telah berlangsung


secara dramatis, dan pengembangan kota memainkan peran penting dalam pembangunan
ekonomi. Dampak migrasi terhadap proses pembangunan sebenarnya jauh lebih luas
daripada dampaknya atas semakin parahnya pengangguran terbuka dan terselubung di
perkotaan.

Kita harus menyadari bahwa ketidakseimbangan antara besarnya jumlah orang-orang yang
bermigrasi dan terbatasnya lapangan pekerjaan merupakan gejala keterbelakangan dan juga
berkontribusi terhadap keterbelakangan itu. Salah satu tahap sederhana tetapi penting
untuk menekankan fenomena migrasi adalah dengan menyadari bahwa setiap kebijakan
ekonomi dan sosial yang memengaruhi proses migrasi secara langsung atau tidak langsung.
Jenis migrasi yang paling penting dari sudut pandang pembangunan jangka panjang adalah
migrasi desa-kota. Migrasi desa-kota merupakan migrasi yang terpenting dengan adanya
potensi manfaat pembangunan dari aktivitas ekonomi kota-kota besar karena ekonomi
aglomerasi dan sejumlah faktor lainnya.

Selain perbedaan upah, usia, dan pedidikan—migrasi juga sebagian disebabkan oleh
perkawinan; mmengikuti keluarga yang beremigrasi; jarak dan biaya relokasi; terjadinya
kelaparan, wabah penyakit, kekerasan, dan bencana lainnya; serta kedudukan atau status
relatif dalam komunitas asal, di mana mereka yang menyandang status sosial lebih rendah
kemungkinan besar akan bermigrasi.

Model Migrasi Todaro


Teori yang menjelaskan hubungan yang tampak bersifat paradoks mengenai adanya
akselarasi migrasi desa-kota dalam konteks meningkatnya jumlah pengangguran di
perkotaan dikenal sebagai model migrasi Todaro dan bentuk ekuilibriumnya sebagai model
harris Todaro.
Model migrasi Todaro adalah sebuah teori yang menjelaskan bahwamigrasi desa-
kotaadalah proses yang secara ekonomi rasional, terlepas dari tingginya pengangguran di
perkotaan. Para Migran berkalkulasi (Dalam nilai sekarang) pendapatan yang diharapkan
dari bekerja di kota (Atau ekuivalennya) dan bermigrasi jika pendapatan yang diharapkan
dengan bekerja di kota ,melebihi pendapatan rata-rata di pedesaan.
Model Harris Todaro adalah sebuah versi ekuilibrium berdasarkan model migrasi
todaro, yang memprediksi bahwa pendapatan yang diharapkan adalah hasil perbandingan
antara sektor pedesaan dan sektor perkotaan ketika ikut memperhitungkan aktivitas sektor
informal dan pengangguran terbuka.
Migrasi desa-kota bukanlah suatu proses yang memperhitungkan perbandingan
antara tingkat upah di kota dan di desa seperti yang diungkapkan model kompetitif,
melainkan memperhitungkan perbandingan antara pendapatan yang diharapkan di
pedesaan dan perkotaan. Pendapatan yang diharapkan di perkotaan memang begitu tinggi
karena itu migrasi akan terus berlangsung meski tingkat pengangguran di kota tinggi.

Model migrasi Todaro memiliki 4 karateristik dasar yaitu:


1. Migrasi didorong pertimbangan ekonomi yang rasional tetapi juga
mempertimbangkan aspek psikologis.
2. Keputusan bermigrasi bergantung kepada selisih/perbedaan antara upah pedesaan
dan upah perkotaan.
3. Lapangan pekerjaan di kota berbandng terbalik dengan tingkat pengangguan di
perdesaan
4. Tingkat pengangguran yang tinggi diperkotaan merupakan akibat dari tidak
seimbangnya kawasan ekonomi di desa dan di perkotaan benar.
Saran

Menurut kami pembangunan wilayah perkotaan tidak berbanding lurus dengan desa. Hal ini
dikarenakan pemikiran bahwa dengan mengadu nasib di kota maka kehidupan menjadi
bahagia dan sejahtera membuat banyak orang produktif dari desa meninggalkan desa dan
membuat kurangnya tenaga kerja produktif di desa. Oleh karena itu pemerintah diharapkan
melakukan perkembangan dan pembangunan desa tertinggal dengan membuka lapangan
pekerjaan di pedesaan sekaligus mengajak investor dari kota untuk memberi investasi dan
juga menerapkan otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada seluruh daerah
untuk mengembangkan potensinya menjadi lebih baik, sehingga kota dan desa bisa saling
mendukung.

Daftar Pustaka

https://daramuliya.wordpress.com/2013/11/30/ekonomi-pembangunan-urbanisasi-dan-
migrasi-desa-kota-teori-dan-kebijakan/

http://terunesupiandi.blogspot.co.id/2014/09/summary-michael-p-todaro-and-stephen-
c_92.html

http://rencute-ozha.blogspot.co.id/2013/01/urbanisasi-dan-migrasi-desa-kota-teori.html

BAB 7. Modal Manusia: Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan dan Kesehatan sebagai Investasi

Sebab analisis atas investasi dalam bidang kesehatan dan pendidikan menyatu dalam
pendekatan modal manusia. Modal manusia (human capital) adalah istilah yang sering
digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan, kesehatan dan kapasitas manusia yang lain
yang dapat meningkatkan produktivitas. Jika hal-hal tersebut ditingkatkan setelah investasi
awal dilakukan, maka dapat dihasilkan suatu aliran penghasilan masa depan dari perbaikan
pendidikan dan kesehatan. Akibatnya, suatu tingkat pengembalian (rate of return) dapat
diperoleh dari investasi terhadap pendidikan dan kesehatan. Hal ini sangatlah penting
karena pendidikan dan kesehatan juga berkontribusi langsung terhadap kesejahteraan,
namun pendekatan modal manusia berfokus pada kemampuan tidak langsung
meningkatkan taraf hidup yang lebih baik, karena diperlukan pula proses yang panjang
untuk melakukan hal tersebut.

Harapan hidup yang lebih panjang dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam
pendidikan, sementara kesehatan yang lebih baik akan menyebabkan rendahnya tingkat
depresiasi modal pendidikan. Sementara itu, modal pendidikan yang lebih baik dapat
meningkatkan pengembalian atas investasi dalam kesehatan, karena banyak program
kesehatan bergantung pada keterampilan dasar yang dipelajari disekolah, termasuk
kesehatan pribadi dan sanitasi, disamping melek huruf dan angka, juga dibutuhkan
pendidikan untuk membentuk dan melatih petugas pelayanan kesehatan. Pada
akhirnya, perbaikan atas efesiensi produktif dari investasi dalam pendidikan dan kesehatan
dapat meningkatkan harapan hidup.

Sistem Pendidikan dan Pembangunan

Banya literatur dan diskusi publik mengenai pendidikan dan pembangunan ekonomi
terutama pendidikan dan kesempatan kerja. Hal tersebut melibatkan dua proses ekonomi
mendasar: (1) interaksi antara permintaan bermotif ekonomi dan respons penawaran
bermotif politik dalam menentukan jumlah sekolah itu dan apa jenis pelajaran yang mereka
terima serta (2) perbedaan penting antara manfaat dan biaya sosial/pribadi dari berbagai
tingkat pendidikan, serta implikasi semua perbedaan manfaat dan biaya itu terhadap
strategi investasi pendidikan.

1. Hubungan antara Kesempatan Kerja dan permintaan atas Pendidikan

Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang meskipun dipengaruhi oleh banyak factor
nonpasar, secara umum dapat dipandang sebagai hasil yang ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran seperti komoditas dan jasa lainnya. Pada sisi permintaan, dua
factor utama yang memengaruhi tingkat pendidikkan yang diinginkan adalah (1) prospek
pelajar yang lebih berpendidikan untuk menghasilkan pendapatan lebih besar melalui
pendidikan, langsung maupun tidak langsung, yang harus ditanggung seorang peserta didik
atau keluarganya. Permintaan turun adalah permintaan atas suatu barang yang muncul
secara tidak langsung dari permintaan atas barang lainnya. Permintaan atas tingkat
pendidikan yang cukup bagi seseorang untuk memperoleh pekerjaan sector modern
tampaknya berkaitan dengan atau pendapatan, probabilitas, biaya langsung pendidikan, dan
biaya tidak langsung atau biaya oportunitas pendidikan. Manfaaat sosial pendidikan adalah
manfaat yang diperoleh dari orang-orang berpendidikan mencakup juga manfaat yang
diperoleh orang lain atau bahkan masyarakat secara keseluruhan, seperti manfaat lebih
banyaknya tenaga kerja dan waga masyarakat yang melek aksara. Sertifikasi pendidikan
adalah fenomena yang menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan tertentu mensyaratkan
tingkat pendidikan tertentu

2. Manfaat dan Biaya Sosial Versus Manfaat dan Biaya Pribadi

Biaya sosial pendidikan adalah biaya yang ditanggung individu dan masyarakat dari
keputusan pendidikan secara pribadi, mencakup juga subsidi pemerintah untuk pendidikan.
Biaya pribadi adalah biaya yang ditanggung setiap unit ekonomi individual. Semakin
lebarnya kesenjangan antara biaya sosial dan biaya pribadi dahkan menimbulkan dorongan
permintaan lebih besar terhadap pendidikan tinggi dibandingkan pada tingkat-tingkat
pendidikan yang lebih rendah. untuk memaksimalkan selisih antara manfaat dan biaya yang
diharapkan, strategi optimal yang perlu dilakukan peserta didik adalah mendapatkan
pendidikan detinggi mungkin. Pada umumnya, masalah manfaan biaya sosial versus pribadi
terjadi karena adanya intervensi kebijakan publik dan swasta yang tidak tepat terkait
dengan selisih upah, selektivitas pendidikan, dan penetapan harga layanan pendidikan.

3. Pendidikan, Ketimpangan, dan Kemiskinan

Sejumlah studi juga telah menunjukkan bahwa, kebalikan dari apa yang semula
diasumsikan, system pendidikan di banyak Negara berkembang adakalanya justru
memperlebar ketimpangan pendapatan ketimbang memperkecilnya. Alasan utama dari
akibat buruk prndidikan formal terhadap distribusi pendapatan adalah adanya korelasi
positif antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan selama hidup. Singkatnya, kalau
orang-orang miskin tidak dapat memanfaatkan kesempatan mengikuti pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi karena alasan keuangan atau alasan lain, maka system
pendidikan sebenarnya hanya melanggengkan dan bahkan memperbesar ketimpangan
dalam suatu generasi dan antargenerasi di Negara-negara berkembang.

4. Pendidikan, Migrasi Internal, dan Pengurasan Intelektual

Tampaknya pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi migrasi desa-kota.


Pada dasarnya, orang-orang yang berpendidikan lebih tinggi menghadapi selisih pendapatan
rill desa-kota yang lebih besar dan memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk
mendapatkan pekerjaan di sektor modern daripada mereka yang berpendidikan rendah.
Pendidikan juga memainkan peran yang sangat penting dalam migrasi internasional di
kalangan pekerja berpendidikan tinggi yang disebut pengurasan intelektual. Migrasi
Internasional banyak terjadi dikalangan ilmuan, sarjana teknik, akademisi, dan dokter,
kebanyakan dididik di negara masing-masing dengan biaya sosial yang cukup besar, hanya
untuk meraup manfaat dari dan berkontribusi bagi kemajuan pertumbuhan ekonomi
negara-negara yang sebenarnya sudah makmur. Secara luas pengurasan intelektual telah
mengalihkan perhatian para ilmuan, dokter, arsitek, sarjana an lain-lain.

Kebijakan Kesehatan dan Pendidikan

1. ARAH KEBIJAKAN

Pendidikan
Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu bagi seluruh warga Propinsi DKI Jakarta menuju terciptanya manusia yang
berkualitas tinggi, serta dapat meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kesehatan
Meningkatkan mutu dan profesionalisme tenaga paramedis dan tenaga medis, sehingga
dapat saling mendukung dalam memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabilitasi masyarakat, serta dapat
memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan termasuk sarana dan prasarana dalam
bidang medis dan tersedianya obat yang harganya dapat dijangkau oleh masyarakat.

2. STRATEGI BIDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

Pendidikan
Mendorong upaya pemerataan kesempatan pendidikan terutama pendidikan dasar,
pendidikan sekolah luar biasa, kepada kelompok yang kurang mampu melalui kebijakan
yang mendorong terciptanya pendidikan alternatif khususnya pendidikan luar sekolah (PLS),
mengurangi angka putus sekolah dengan memperhatikan keterjangkauan biaya, serta
meningkatkan peran perpustakaan umum dan daerah dalam mendorong upaya untuk
mempopulerkan fungsinya sebagai penunjang pendidikan masyarakat. Khusus pendidikan
tinggi, mendukung upaya peningkatan kerjasama antar perguruan tinggi.

Kesehatan
Mendorong upaya perbaikan pelayanan kesehatan dengan menerapkan kebijakan yang
mengatur standar mutu pelayanan kesehatan dan koordinasi antar instansi dalam
penanggulangan keadaan gawat darurat, mendorong dan mendukung upaya-upaya
perbaikan manajeman kesehatan menuju kemandirian lembaga-lembaga kesehatan agar
dapat mengembangkan potensinya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal,
serta mendukung upaya untuk memperbaiki dan menambah sarana dan prasarana
kesehatan yang dibutuhkan tanpa mengurangi peran aktif masyarakat untuk mewujudkan
pelaksanaan gaya hidup sehat sebagai cara pencegahan penyakit.

Saran

Menurut kami pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pentingnya kesehatan dan


pendidikan, dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan
maupun pendidikan. Dalam bidang kesehatan bisa dengan cara mengoptimalkan bantuan
kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu, sehingga masyarakat miskin yang sakit
bisa mendapat pengobatan yang layak, dan harus melakukan pengawasan agar bantuan
tidak salah sasaran dan diterima orang yang tepat. Sedangkan di bidang pendidikan
diperlukan doktrin- doktrin yang melarang kegiatan KKN oleh sekolah semenjak pendidikan
usia dini. Karena jika sudah dibiasakan dari kecil maka kemungkinan besar tidak akan berani
melakukannya di usia tua.

Daftar Pustaka

http://tugaskuliahdeni.blogspot.co.id/2013/12/modal-manusia-pendidikan-dan-
kesehatan.html

https://generasimudabicara.wordpress.com/2013/02/17/pendidikan-dan-kesehatan-dalam-
pembangunan-ekonomi/

http://biecantik.blogspot.co.id/2013/01/pendidikan-dan-kesehatan-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai