Topik
Protein
B. Tujuan
Mahasiswa dapat :
1. Mengetahui adanya kandungan protein di berbagai bahan makanan
2. Mengetahui terjadinnya perubahan warna pada reaksi perubahan warna
3. Mengetahui adanya pengendapan pada Protein
4. Mengetahui adanya penggumpalan pada protein
C. Dasar Teori :
Protein merupakan nutrisi untuk energy yang unik, mereka menhandung basa
nitrogen, yang dibentuk oleh 20 asam amino yang berbeda yaitu 9 asam amino
esensial, dan 11 asam amino esensial. Rantai protein adalah untaian asam amino
oleh ikatan peptide dengan asam amino selanjutnya.
Protein memiliki makro molekul (BM>40.000) dan termasuk juga kelompok
makro nutrient dengan polipeptida rantai panjang denga salah satu ujung dengan
satu ujung yang lain berupa asam karboksilat dan ujung yang lainnya berupa
gugus amina. Protein dapat di klasifikasikan berdasar fungsi biologinya, yaitu
sebagai enzim, protein transport, protein nutrient dan penyimpanan, protein
kontraktil, protein structural, protein pertahanan dan protein pengatur. Protein
juga dapat dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan sifat-sifat
fisiknya, yaitu protein globular, dan protein serabut. (Lehninger, 1982).
Dalam kehidupan makhlik hidup, protein sangat berperan dalam menyusun
dan membantu kinerja tubuh makhluk hidup. Beberapa fungsi protein yaitu,
sebagai katalisator reaksi-reaksi yang ada pada tubuh manusia, atau yang lebih
dikenal sebagai enzim, struktur protein memberikan sokongan mekanik dan
bentuk sel, jaringan dari organism, sejumlah protein merupakan hormone yang
meregulasi aktivitas biokimia sel, dan lain-lain.
Berdasarkan komposisi protein dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu
protein sederhana, dan protein konjugasi. Protein sederhana adalah protein yang
pada hidrolisisnya mengasilkan asam-asam amino. Kelompok protein ini
umumnya menghasilkan kurang lebih 50% karbon, 7% hidrogen, 23% oksigen,
16% nirogen. Sedangkan asam amino konjugasi adalah protein yang pada
hidrolisisnya tidak menghasilkan asam-asam amino, tetapi juga bahan-bahan
organik dan komponen anorganik yang disebut gugus prostetik protein.
Berdasarkan
sifat
kimia
gugus
p[rostetiknya,
protein
konjugasi
dapat
BAHAN
Beaker glass 100 ml dan 250 ml, pengaduk NaOH 10%, CuSO4, urea, albumin, HNO3,
kaca, pipet tetes, kaca benda, kaca penutup, NaOH 40%, HgO, NaNO3, ninhidryne, asam
mikroskop cahaya, tabung reaksi, kertas label, oksalat, aquades, magnesium powder, asam
spatula kecil, gelas ukur 10 ml, pembakar asetat glacial, reagen Hopkins-cole, asam amino
spiritus, kertas indicator lakmus.
reaksi
Ditetesi 5 tetes NaOH 10 %
Ditetesi CuSO4 sebanyak 3 tetes
hasil
UJI XANTHOPROTEIN
1 mL bahan
reaksi
Ditetesi 5 tetes HNO3 pekat
Dipanaskan selama 1 menit
hasil
UJI HOPKINS
5 tetes bahan
reaksi
Ditetesi 5 tetes reagen hopins- cole
Dimasukkan asa sulfat pekat dengan hati hati
hasil
UJI PENGENDAPAN
UJI PENGENDAPAN DENGAN REAGENS ALKOHOL PEKAT
SUSU KAMBING
Diambil 3 ml
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditetesi reagen asam pikrat
Diambil 3 ml
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditetesi reagen alkohol 96%
HASIL
SUSU KAMBING
Diambil 3 ml
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditetesi dengan perak nitrat 1 %
Diambil 3 ml
Diambil 3 ml
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditetesi dengan perak nitrat (NH4)2SO4
Diambil 3 ml
Dimasukkan dalam tabung reaksi
ditetesi dengan HgCl2 2%
HASIL
SUSU KAMBING
Diambil 3 ml
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditetesi dengan larutan asam asetat 1 N
Dipanaskan dalam air mendidih selama 5
menit
HASIL-
Diambil 3 ml
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Ditetesi dengan reagens millon
HASIL
Diambil 3 ml
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
HASIL
SUSU KAMBING
Diambil 5 ml
Ditambahkan larutan ammonium
hidroksida +dan 0,5 ml asam oksalat
Diambil 5 ml
Ditambahkan naoh
Dipanaskan
HASIL
UJI PENJENDALAN
PEMBENGKAKAN DAN KELARUTAN
GELATIN
HASIL
sebanyak 2 mL
Dimasukkan dalam es batu
HASIL
Ditambah
campuran
kaliu
ferrosianida
dan asam
Ditambahkan
LARUTAN
(NH4)2SO4
HASIL
HASIL
F. DATA PENGAMATAN
1) Reaksi Perubahan Warna
a) Uji biuret
Warna
ditetesi
telur Jernih
No
Bahan
4
5
Albumin
puyuh
Albumuin telur
ayam
Albumin telur
Bebek
Susu
Pepton
Larutan urea
2
3
Jernih
Jernih
sebelum Warna
setelah Warna setelah
ditetesi NaOH 10% ditetesi CuSO4
Jernih
Ungu
kehijauan (+)
Jernih kekuningan
Ungu
kehijauan (+)
Jernih
Ungu (+++)
Putih
Jernih
Putih
Jernih
Jernih
Jernih
b) Uji Xantoprotein
Warna
Awal
Jernih
HNO3
Pekat
Putih
kental
Jernih
Putih
kental
Membentuk
padatan
berwarna
putih
Jernih
Putih
kental
Membentuk
padatan
berwarna
No
Bahan
Dipanasi
NaOH 40%
Membentuk
padatan
berwarna
putih
Membentuk
padatan
berwarna
kunih
di
bagian atas
Membentuk
padatan
berwarna
kunih
di
bagian atas
Membentuk
padatan
berwarna
putih
4
Pepton
Jernih
Putih
kental
Semakin
jernih
kunih
di
bagian atas
Jernih
kekuningan
Bahan
Warna Sebelum
Jernih
Setelah
Reagen
Keruh
Jernih
Keruh
Jernih
Keruh
Triptofan
Jernih
Keruh
Gelatin
Jernih
Keruh
Pepton
Jernih
Keruh
ditetesi Setelah
ditetesi H2SO4
Padatan putih
(-)
Padatan putih
ungu (+)
Padatan putih
(-)
Padatan putih
(-)
Padatan putih
(-)
Padatan putih
(-)
Keterangan :
- Pada uji biuret, semakin banyak (+) warna semakin ungu.
- Pada uji Hokpins Cole, reaksi negatif karena H2SO4 kurang pekat.
2) Reaksi Pengendapan
No
1
Bahan
Susu
kambing
(berwarna
putih
keruh)
Susu kambing
Susu kambing
Reagen
Hasil Pengamatan
Asam pikrat (berwarna Tidak terbentuk endapan
kuning bening)
Alkohol 96% (tidak Tidak terbentuk endapan
berwarna)
Perak Nitrat 1%
Pada tetes ke-35 terjadi
pengendapan,
setelah
ditambah 17 tetes, endapan
larut kembali.
Tembaga Sulfat 17%
Pada tetes ke-30 terbentuk
endapan, setelah ditambah 10
tetes, endapan tersebut larut
kembali.
(NH4)2SO4
3 sendok (NH4)2SO4 semua
Susu kambing
Susu kambing
Susu Kambing
Susu kambing
3) Pengaruh Formaldehid
Warna
Awal
No
Bahan
Arginin
Bening
Formalin
Tritofan
Bening
Bening
Formalin
Minyak
goreng
Formalin
VCO
Formalin
Abumin
Bening
Kuning
kecoklatan
Bening
Bening
Bening
Bening
4
5
Setelah
ditetesi pp
Jumlah
NaOH 10 %
yang
dilarutkan
Warna Campuran
Akhir
Merah muda (++
+)
Merah
muda
jernih dan oranye
Merah
jernih
Warna
muda
kembali
9
10
puyuh
Formalin
Albumin
ayam
Formalin
Albumin
bebek
Formalin
Kuning
puyuh
Formalin
Kuning ayam
Formalin
Kuning
bebek
Formalin
jernih
Bening
Bening
Bening
Bening
6 tetes
15 tetes
Bening
Bening
Bening
Bening
6 tetes
20 tetes
Bening
Kuning
muda
Bening
Kuning
Bening
Kuning
kemerahan
Bening
Bening
Kuning
muda
Bening
Kuning
Bening
Kuninh
kemerahan
Bening
6 tetes
70 tetes
6 tetes
100 tetes
6 tetes
70 tetes
Tetap
muda (+)
Warna
jernih
merah
kembali
Oranye
kemerahmudaan
Kuning jernih
Kuning keorenan
jernih
6 tetes
Uji
Pembengkakan
Kelarutan
Penjendalan
(Gelatineren)
Pengendapan
Pengamatan
Keterangan
dan - Awal
+ = bening agak
gelatin -> bening (+)
keruh
Campuran gelatin + air ->
keruh
Volume 10 mL
- Setelah 10 menit
Volume 11 mL
Keruh
- Setelah dipanaskan
Larutan menjadi bening
- Awal
Bening
Volume 2 mL
- Setelah didinginkan
Larutan
bening
dan
terdapat sedikit butiran
endapan.
- Gelatin terbukti mengendap
dengan garam (NH4)2SO4
- Gelatin
terbukti
tidak
mengendap dengan asam
asetat.
G. ANALISA DATA
1) Reaksi Perubahan Warna
a) Uji Biuret
Pada uji biuret, bahan yang digunakan adalah albumin telur puyuh, albumin
telur ayam, albumin telur bebek, susu, pepton dan larutan urea. Mula-mula, 2 mL
bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda. puyuh,
albumin telur ayam, albumin telur bebek, susu, dan pepton. Sedangkan reaksi
negatif terlihat pada urea. Hal ini terjadi karena bahan yang menunjukkan rekasi
positif tersebut mengandung ikatan polipeptida yang dalam suasana basa akan
bereaksi dengan ion Cu2+ dari pereaksi biuret yang akan membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu.
b) Uji Xantoprotein
Fungsi dari uji xantoprotein sendiri adalah untuk mengetahui adanya cincin
benzena pada protein. Pada uji xantoprotein, bahan yang digunakan adalah
albumin telur puyuh, albumin telur ayam, albumin telur bebek dan pepton. Mulamula, 2 mL larutan yang diuji dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan HNO3 pekat.Kemudian dipanaskan selama
menit kemudian
sulfat yang digunakan kurang pekat sehingga bahan yang berkondensasi dengan
aldehid yang didapatkan dari asam oksalat yang terkandung dalam reagen tidak
membentuk reaksi yang berwarna secara sempurna.
2) Reaksi Pengendapan
a) Reagen Asam Pikrat
Sebagian besar protein dapat diendapkan dengan penambahan asam-asam
organik seperti asam pikrat yang akan menyebabkan terbentuknya garam proteinat
yang tidak larut. Konsentrasi mempengaruhi pengendapan.
Saat susu kambing direaksikan dengan asam pikrat tidak terbentuk endapan.
hal ini dikarenakan konsentrasi TCA juga lebih tinggi atau dinaikkan. Menurut
teori, Reaksi pengendapan akan timbul bila jumlah asam sedikit. Pada uji
pengendapan protein pada susu kambing dengan reagen asam pikrat ini tidak
terjadi pengendapan dikarenakan pemberian asamberlebihan. Sehingga asam
menghidrolisis protein.
b) Reagen Alkohol 96%
Pengendapan protein oleh alkohol, kedua albumin yang diuji, menunjukkan
hasil uji positif (terbentuk endapan). Proses yang terjadi adalah pelarut organik
akan mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan
protein berkurang.
c) Reagen Perak Nitrat 1%, Tembaga Sulfat 17%, HgCl2 2%
Pada dasarnya, percobaan ini adalah penambahan garam logam berat seperti
AgNO3, Tembaga Sulfat, danHgCl2 akan membentuk endapan logam proteinat.
Ikatan yang terbentuk amatkuat dan akan memutuskan jembatan garam, sehingga
protein mengalami denaturasi.(Poedjiadi, 1994).
Pada percobaan ini, mula-mula disiapkan 3 tabung reaksi dan masing-masing
tabung diisi dengan 3 mL susu kambing. Kemudian, masing-masing tabung
ditetesi dengan masing-masing reagen. Tabung 1 dengan perak nitrat, tabung 2
dengan tembaga sulfat, dan tabung 3 dengan HgCl 2. Hasil dari percobaan diatas,
tabung 1 terjadi pengendapan setelah ditetesi perak nirat sebanyak 35 tetes dan
endapan tersebut larut kembali setelah ditambah perak nitarat lagi sebanyak 17
tetes. Tabung 2 terjadi pengendapan setelah ditetesi tembagasulfat sebanyak 30
tetes dan endapan tersebut larut kembali setelah ditambah tembaga sulfat sebanyak
terdenaturasi
sedangkan
dengan
penambahan
HgCl2
tidak
dapat
terdenaturasi.
d) Reagen (NH4)2SO4
Mula-mula disiapkan 5 mL susu kambing dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan garam (NH4)2SO4. Setelah penambahan 3 sendok
(NH4)2SO4, susu kambing mengalami pengendapan. Hal ini disebabkan adanya
kandungan protein yang diendapkan oleh garam-garam organik.
e) Reagen Asam asetat 1 N
Mula-mula disiapkan 5 mL susu kambing dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan 2 tetes asam asetat 1 N dan dipanaskan dalam
penagas air mendidih selama 5 menit. Dari perlakuan diatas, susu kambing
menghasilkan endapan yang endapan tersebut selanjutnya dilarutkan dengan air.
Dan hasilnya endapan tersebut larut dengan air. Hal itu dapat terjadi karena
terjadinya perubahan struktur tersier ataupun kwartener yang menyebabkan protein
tersebut mengendap. Perubahan struktur tesier albumin ini dapat diubah kembali
ke bentuk semula, hal ini bisa dilihat dari larutannya endapan albumin itu dalam
air.
f) Reagen Millon
Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang
ternitrasi.Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada
gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon.
Pengujian ini merupakan lanjutan dari percobaan pengendapan dengan asam
asetat 1 N. Pada percobaan ini, endapan yang dihasilkan dari percobaan asam
asetat 1 N ditambahkan beberapa tetes pereaksi Millon kemudian dipanaskan.
Setelah dipanaskan, terbentuk endapan merah dan itu menunjukkan adanya tirosin
asam amino. Dari hasil percobaan, diketahui bahwa susu kambing mengandung
Tirosin yang memiliki gugusan hidroksofenil sebagai salah asam amino
penyusunnya.
3) Pengaruh Formaldehid terhadap asam amino
Gugus asam amino bebas dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantainya
menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat
amfoter yaitu dapat bereaksi dengan asam dan . Faktor luar yang diterapkan pada
protein atau asam amino dapat menyebabkan perubahan baik kimiawi maupun
fisik. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah basa. Perubahan yang terjadi yang
disebabkan karena faktor di atas dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi jenis
protein atau asam amino tertentu yang terdapat dalam bahan yang diteliti.
Mula-mula kita mengisi 2 tabung reaksi, tabung pertama diisi dengan I ml
larutan arginin dan tabung kedua diisi dengan I ml larutan formaldehid (formalin).
kemudian kita menambah setetes indikator fenolftalein pada setiap tabung.
Setelah ditambah Fenolftalein, tabung dengan larutan arginin berubah warna dari
bening menjadi merah muda. Itu berarti arginin bersifat basa. Karena larutan yang
ditetesi larutan pp akan berubah menjadi merah muda apabila bersifat basa dan
tidak akan berwarna jika bersifat asam. Sedangkan pada tabung yang berisi
larutan formaldehid tetap berwarna bening. Karena formaldehid bersifat asam.
Selanjutnyakita
menambah
tetes
NaOH
10%
kedalam
larutan
sudah ditetesi I ml fenolftalein dan 6 tetes NaOH 10%. Warna akhir dari
pencampuran kedua larutan adalah merah muda jernih dan orange.
VCO (Virgin Coconut Oil) mulanya berwarna bening. Setelah I ml larutan
fenolftalein kami teteskan pada tabung reaksi yang berisi VCO, tidak ada
perubahan warna yang terjadi. Karena VCO termasuk dalam senyawa asam
meskipun VCO tidak dapat ditentukan PHnya karena tidak dapat larut dalam air.
Kemudian untuk menetralkan kita menambah 5 tetes larutan NaOH 10% dan dari
penambahan itu VCO berubah warna menjadi merah muda. Selanjutanya kita
mencampurkan VCO dalam tabung reaksi dengan larutan formaldehid yang sudah
ditetesi I ml fenolftalein dan 6 tetes larutan NaOH 10%. Warna akhir dari
pencampuran kedua larutan adalah merah muda jernih.
Albumin puyuh mulanya berwarna bening. Setelah ditetesi larutan
fenolftalein tetap berwarna bening karena albumin puyuh bersifat asam. Sehingga
saat kita meneteis albumin puyuh dengan pp albumin puyuh tidak mengalami
perubbahan warna menjadi merah muda. Kemudian kita menambahkan 15 tetes
larutan NaOH 10% sehingga larutan berubah warnanya menjadi merah muda.
Karena Pada umumnya jika protein ditambah NaOH akan mengalami denaturasi
karena terikatnya ion Na+ pada gugus karboksil asam amino. Selanjutnya kita
mencampur albumin puyuh dengan larutan formaldehid yang sudah ditetesi I ml
fenolftalein dan 6 tetes NaOH 10%. Pencampuran dari albumiin puyuh dan
formaldehid yang keduanya semula berwarna merah muda menghasilkan warna
yang jernih.
Albumin ayam mulanya berwarna bening. Setelah ditetesi larutan fenolftalein
tetap berwarna bening. Hal itu menandakan bahwa albumin ayam bersifat asam.
Sehingga saat ditetesi larutan pp ia tidak mengalami perubahan menjadi berwarna
merah muda. Kemudian kita menambahkan 15 tetes larutan NaOH 10% sehingga
larutan berubah warnanya menjadi merah muda dan didapati larutan yang netral.
Selanjutnya kita mencampurkan larutan formaldehid yang sudah ditetesi I ml
larutan fenolftalein dan 6 tetes NaOH 10% kedalam tabung reaksi yang berisi
albumin ayam. Pencampuran tersebut menghasilkan warna merah muda.
dan pepton. Sedangkan reaksi negatif terlihat pada urea. Hal ini terjadi karena
bahan yang menunjukkan rekasi positif tersebut mengandung ikatan polipeptida
yang dalam suasana basa akan bereaksi dengan ion Cu 2+ dari pereaksi biuret yang
akan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Sedangkan urea menujukkan
reaksi negatif karena urea tergolong asam amino yang tidak terdapat dalam
protein. (Poedjiadi, 1994)
d) Uji Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan
protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapt berubah menjadi kuning
apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang
terdapat pada molekul protein. Jadi, reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan. (Poedjiadi, 1994)
Endapan ini terjadi karena adan ya reaksi nitrasi pada inti
benzen
yang
terdapat
pada
molekul
protein.
Endapan
ini
juga
dimasukkan NaOH 40% sampai muncul warna kuning tua atau orange. Semua
bahan yang diuji menunjukkan reaksi positif. Hal ini terjadi karena semua bahan
yang diuji tersebut mengandung cincin benzena yang dibentuk dari penambahan
HNO3.
e) Uji Hokpins Cole
Reagen Hopkins-Cole mengandung asam glioksilat (HOOC-CHO). Jika
reagen ini ditambahkan ke dalam larutan senyawa yang mengandung cincin indol
dan ditambah larutan asam sulfat pekat, maka akan terbentuk cincin ungu pada
tertentu. Protein dapat diendapkan oleh alkohol karena protein mempunyai gugus
NH2, -NH, -OH , -CO yang mengikat air. Alkohol yang bersifat higroskopis
akan menarik air tersebut sehingga protein kehilangan air, mempunyai kelarutan
terkecil dan mudah mengendap. Karena mudah mengendap tersebut alkohol tidak
dapat dimasak dengan alkohol. Karena dapat menggumpalkan/ mengendapkan
kandungan protein yang ada dimakanan, sehingga makanan yang mengandung
protein akan sulit dicerna oleh tubuh.
Protein dapat diendapkan dengan pennambahan alkohol. Pelarut organik akan
mengubah (mengurangi) konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein
berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap
air.
Demikian pula pada asam pikrat seharusnya terjadi endapan. Seharusnya
reagen yang digunakan terjadi pengenceran kembali atau hilangnya endapan pada
saat pH larutan berada diatas titik isoelektrik dimana saat itu larutan berada dalam
keadaan basa. Proses ini dinamakan proses penyusunan kembali struktur protein
(Girindra, 1986).
2
basa. Garam logam berat umumnya mengandung Hg 2+, Pb2+, Ag1+, Tl1+, dan
logam lainnya dengan berat atom yang besar. Reaksi yang terjadi antara garam
logam berat akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak
larut (Ophart, C.E., 2003).
Protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam.
Presipitasi protein adalah pengendapan yang terjadi karena penggumpalan yang
parsial. presipitasi disebabkan oleh berkurangnya kelarutan protein (perubahan
fisik) yang terjadi karean perubahan kimia. Seperti halnya denaturasi protein,
presipitasi juga disebabkan oleh faktor kimia dan fisika. Logam berat juga
protein
akan
berkurang
karena
tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang
cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur sekunder, tersier, dan kuartener
yang menyebabkan koagulasi. (Winarno, 1990)
Denaturasi dapat berupa rusaknya struktur tiga dimensi dari suatu protein.
Sedangkan yang dimaksud titik isoelektrik adalah suatu keadaan dimana ion
negatif dan ion positif yang ada pada suatu molekul jumlahnya sama dan
mengindikasikan kenetralam. Tingkat keasama atau pH ketika terjadi keadaan
isolistrik itulah yang disebut sebagai pH isolistrik (pI).
Penambahan asam asetat 1N ke dalam larutan protein menyebabkan ion-ion
H+ dari asam akan terikat pada gugus-gugus yang bermuatan negatif sehingga
terjadi perubahan dari molekul protein. Perubahan pengutuban ini menyebabkam
perubahan konfirmasi dari protein atau rusaknya strukutr tersier sehingga protein
mengalami koagulasi (Fessenden, 1994).
I. KESIMPULAN
b) Evaluasi
1. Bagaimanakah hasil-hasil kelarutannya ?
Menurut data hasil percobaan diatas, lipid dapat larut dalam pelarut aseton
dan eter. Ini dikarenakan aseton dan eter merupakan pelarut non polar.
2. Zat apa saja pelarut lemak ?
Kloroform, eter, benzene, aseton, dan petroleum eters
3. Apa yang disebut emulgator ?
Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar
muka antara minyak dan air dan membentuk film yang liat mengelilingi tetesan
terdispersi sehingga mencegah koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi ( Parrot,
1971 ).
Daftar Pustaka
Fessenden dan Fessenden.1982.Kimia Organik II,edisi ketiga.Jakarta: Erlangga
Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Garjito,M.1980.Minyak:Sumber,penanganan, pengelolahan, dan pemurnian.
Yogyakarta: Fakultas Teknologi pertanian UGM
Hala, Yusmina. 2010. Penuntun Praktikum Biokimia Umum. Makassar : FMIPA
UNM.Yzid (2006)
LAPORAN PROTEIN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia yang dibimbing
Oleh Balqis S.Pd., M.Pd
Oleh: Kelompok 3
Offering B
Didik Dwi Prastyo
130341624788
130143603377
130341603387
Uswatun Khasanah
130341614803
Warda Venia
1003424009222