Anda di halaman 1dari 9

Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

Kelahiran identitas nasional suatu bangs amemiliki sifat , ciri khas serta keunikan sendiri
sendiri , yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional bangsa Indonesia meliputi :
1.

faktor objektif, yang meliputi faktor geografis, ecologis, dan demografis,

2.

faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia (suryo, 2002).

Pembentukan bangsa sangat berkaitan dengan identitas yang ada dalam masyarakat.
Demikian halnya dengan pembentukan bangsa Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, meliputi primordial, sakral, tokoh, bhineka
tunggal ika, konsep sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan S, 1992).
A. Primordial
Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa, dan
adat-istiadat merupakan faktor-faktor primordial yang dapat membentuk negara-bangsa.
Primordialisme tidak hanya menimbulkan pola perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan
persepsi yang sama tentang masyarakatnegara yang dicita-citakan. Walaupun ikatan
kekerabatan dan kesamaan budaya itu tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa (karena
mungkin ada faktor yang lain yang lebih menonjol), namun kemajemukan secara budaya
mempersulit pembentukan satu nasionalitas baru (negara bangsa) karena perbedaan ini akan
melahirkan konflik nilai.
B. Sakral
Kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideologi yang kuat dalam
masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat membentuk negara-bangsa. Namun kadang
terjadi kesamaan agama dam ideologi suatu masyarakat juga menjadi faktor yang
mempersulit proses pembentukan negara-bangsa. Sebagai contoh dapat disebutkan kesamaan
agama Islam di beberapa negara Arab, kesamaan agama Katholik di negara-negara Amerika
Latin, dan sejumlah negara-negara komunis.
C. Tokoh
Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara luas oleh masyarakat

dapat menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa-negara. Pemimpin ini menjadi panutan
sebab warga masyarakat mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin, dan ia dianggap
sebagai "penyambung lidah" masyarakat. Pengalaman menunjukkan, suatu masyarakat yang
sedang membebaskan diri dari belenggu penjajahan, biasanya muncul pemimpin Meskipun
demikian, adanya pemimpin yang karismatis belum menjamin terbentuknya suatu negarabangsa, sebab pengaruh pemimpin bersifat sementara. Hal ini dikarenakan umur manusia
(pemimpin) terbatas, dan khususnya pemimpin kharismatik tidak dapat diwariskan. Selain itu
sifat permasalahan yang dihadapi masyarakat memerlukan tipe kepemimpinan yang sesuai,
sesuai dengan perkembangan masyarakat.
D. Sejarah
Persepsi yang sama tentang asal-usul (nenek moyang) dan/atau tentang pengalaman masa
lalu, seperti penderitaan yang sama akibat dari penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas
(sependeritaan dan sepenanggungan), tetapi juga tekad dan tujuan yang sama antar kelompok
suku bangsa.
Solidaritas, tekad, dan tujuan yang sama itu dapat menjadi identitas yang menyatukan
mereka sebagai bangsa, sebab dengan membentuk konsep ke-kita-an dalam masyarakat.
Sejarah tentang asal-usul dan pengalaman masa lalu ini biasanya dirumuskan dan
disosialisasikan kepada seluruh anggota masyarakat melalui media massa (film dokumenter,
film cerita, dan dramatisasi melalui televisi dan radio), misalnya "Angling Dharma", Jaka
Tingkir dan sebagainya.
E. Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) merupakan salah satu faktor yang dapat
membentuk bangsa-negara. Bersatu dalam perbedaan artinya kesediaan warga masyarakat
untuk bersama dalam suatu lembaga yang disebut Negara, atau pemerintahan walaupun
mereka memiliki suku bangsa, adat-istiadat, ras atau agama yang berbeda.
Setiap warga masyarakat akan memiliki kesetiaan ganda sesuai dengan porsinya. Walaupun
mereka tetap memiliki keterikatan pada identitas kelompok, namun mereka menunjukkan
kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang berwujud dalam bentuk negara bangsa di
bawah suatu pemerintahan yang sah.
Mereka yang sepakat untuk hidup bersama sebagai bangsa berdasarkan kerangka politik dan
prosedur hukum yang berlaku bagi anggota masyarakat. Agar tidak timbul keruwetan
(konflik) antar berbagai kelompok di kelak kemudian hari, maka perlu dibuat peraturanperaturan yang jelas tentang soal-soal apa yang menjadi kewenangan negara. Aturan-aturan
itu dirumuskan dalam kerangka politik dan hukum negara tersebut.

F. Perkembangan Ekonomi

Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan yang


beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan semakin
bervarariasi kebutuhan masyarakat, semakin tinggi pula tingkat saling bergantung di antara
berbagai jenis pekerjaan. Setiap orang bergantung pada pihak lain dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Semakin kuat suasana saling bergantung antar anggota masyarakat
karena perkembangan ekonomi, maka semakin besar pula solidaritas dan persatuan dalam
masyarakat.
G. Kelembagaan
Proses pembentukan bangsa berupa lembaga-lembaga pemerintahan dan politik, seperti
birokrasi, angkatan bersenjata, dan partai politik. Setidak-tidaknya terdapat dua sumbangan
birokrasi pemerintahan (pegawai negeri) bagi proses pembentukan bangsa, yakni
mempertemukan berbagai kepentingan dalam instansi pemerintah dengan berbagai
kepentingan di kalangan penduduk sehingga tersusun suatu kepentingan nasional, watak
kerja, dan pelayanannya yang bersifat impersonal; tidak saling membedakan untuk melayani
warga negara. Angkatan bersenjata berideologi nasionalistis karena fungsinya memelihara
dan mempertahankan keutuhan wilayah dan persatuan bangsa, personilnya direkrut dari
berbagai etnis dan golongan dalam masyarakat. Selain soal ideologi, mutasi dan
kehadirannya di seluruh wilayah negara merupakan sumbangan angkatan bersenjata bagi
pembinaan persatuan bangsa Keanggotaan partai politik yang bersifat umum (terbuka bagi
warga negara yang berlainan etnis, agama, atau golongan), kehadiran cabang-cabangnya di
wilayah negara, dan peranannya dalam menampung dan memadukan berbagai kepentingan
masyarakat menjadi suatu alternatif kebijakan umum merupakan kontribusi partai politik
dalam proses pembentukan bangsa.

BAB III
IDENTITAS NASIONAL INDONESIA
A. PENGERTIAN
1. Identitas nasional = identitas kebangsaan.
2. Identitas berasal dari bahasa Inggris identity, yang berarti ciri, tanda, atau
jatidiri, yang melekat pada seseorang, kelompok, atau sesuatu, yang membedakannya dengan yang lain.
3. Nasional merujuk pada konsep kebangsaan.
4. Jadi, identitas nasional adalah ciri, tanda, atau jatidiri bangsa yang berbeda
dengan bangsa-bangsa lain.

Identitas nasional lebih merujuk pada identitas

bangsa dalam pengertian politik (political unity).

Identitas nasional Indonesia

yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain salah satu di antaranya adalah


adanya ideologi Pancasila sebagai dasar filsafat, pandangan hidup, kepribadian,
dan dasar negara.
Pengertian identitas nasional yang dikemukakan oleh Koento Wibisono (2005)
adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek
kehidupan suatu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri khas tadi
suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kebidupannya.
Adapun indikator yang dijadikan sebagai salah satu parameter budaya untuk mencari identitas nasional antara lain :
1.Pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas masyarakat sehari-hari.

Hal ini

menyangkut adat-istiadat, tata kelakuan dan kebiasaan.


2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Hal ini biasanya dinyatakan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan, seperti Garuda Pancasilan, bendera, bahasa, dan
lagu kebangsaan.
3.Alat-alat kelengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti bangunan, teknologi, dan peralatan lain.

Contohnya bangunan tempat ibadah,

4.Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa yang sifatnya dinamis dan tidak tetap
seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu (pertanian, olah raga, dll.).

Berdasarkan parameter sosiologi, faktor-faktor pembentuk identitas nasional menurut Srijanti (2009:35) adalah :
1. Suku bangsa, yaitu golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak
lahir) yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia
dikenal sebagai bangsa yang terdiri dari banyak suku bangsa (lk. 300) dan
setiap suku bangsa mempunyai adat-istiadat, tata kelakuan, dan norma yang
berbeda-beda, akan tetapi trintegrasi dalam suatu negara Indonesia.
2.Kebudayaan, yang menurut ilmu sosiologi termasuk di dalamnya adalah ilmu
pengetahuan, teknologi, bahasa, kesenian, mata pencarian, peralatan/perkakas,
kesenian, sistem kepercayaan, adat-istiadat, dll. Kebudayaan sebagai parameter
identitas nasional harus yang merupakan milik bersama (bukan individu/
pribadi).
3.Bahasa, yang merupakan kesitimewaan manusia dalam berkomunikasi dengan
sesamanya. Bahasa memiliki simbol yang menjadikan suatu perkataan mampu
melambangkan arti apa pun.
4. Kondisi geografis, yang menunjukkan lokasi negara dalam kerangka ruang,
tempat, dan waktu, sehingga menjadi jelas batas-batas wilayahnya di muka
bumi.
A.

Pengertian Identitas Nasional

Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan
pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendirisendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. .
Dilihat dari segi bahasa identitas berasal dari bahasa inggris yaitu identity yang dapat
diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri-ciri adalah suatu yang menandai
suatu benda atau orang. Jadi identity atau identitas atau jati diri dapat memiliki dua arti :

Identitas atau jati diri yang menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri seseorang atau
sebuah benda.
Identitas atau jati diri dapat berupa surat keterangan yang dapat menjelaskan pribadi
seseorang dan riwayat hidup seseorang.
Sedangkan nasional berasal dari bahasa inggris national yang dapat diartikan sebagai warga
negara atau kebangsaan. Jadi identitas nasional berasal dari kata national identity yang
dapat diartikan sebagai kepribadian nationa atau jati diri national. Kepribadian nasional atau
jati diri nasional adalah jati diri yang dimiliki oleh suatu bangsa.
Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu
memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim
hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi
B.

Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional

Kelahiran identitas Nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendirisendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa indonesia
meliputi:
a.

Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis, ekologis, dan demografis.

b.

Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki

bangsa Indonesia.
Kondisi geografis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim
tropis dan terletak dipersimpangan jalan komunikasi antar wilayah dunia di Asia tenggara,
ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial, dan kultural
bangsa Indonesia. Selain itu faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut mempegaruhi proses
pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta identitasnya, melalui interaksi
berbagai faktor yang ada didalamnya. Hasil interaksi dari beberapa faktor tersebut melahirkan
proses pembentukan masyarakat, bangsa, dan negara bangsa beserta identitasnya , yang
muncul tatkala Nasionalisme berkembang di Indonesia pada awal abad XX.

Robert de ventos ,sebagaimana di kutip Manual Castells dalam bukunya , the power of
identity , mangemukakan teori tentang munculnya identitas nasional bangsa sebagai hasil
historis antara 4 faktor penting yaitu:
a.

Mencakup etnisitas , teritorial, bahasa, agama dan yang sejenisnya.

b.

Meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya anggota bersenjata modern

dan pembangunan lainnya dalam kehidupan negara.


c.

Mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi , tumbuhnya birokrasi, dan

pemantapan pendidikan nasional.


d.

Meliputi penindasan , dominasi , dan pencairan identitas alternatif melalui memori

kolektif rakyat.
C.

Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional

Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memiliki sejarah
serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala
bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkanlah prinsipprinsip dasar filsafah sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Para pendiri
negara menyadari akan pentingnya dasar filsafat ini, kemudian melakukan suatu penyelidikan
yang dilakukan oleh badan yang akan meletakkan dasar filsafat bangsa dan negara yaitu
BPUPKI. Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa tersebut yang diangkat
dari filsafat hidup atau pandangan hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan
menjadi suatu prinsip dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Jadi dasar filsafat suatu bangsa
dan negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri.
Hal inilah menurut Titus dikemukakan bahwa salah satu fungsi filsafat adalah kedudukannya
sebagai suatu pandangan hidup masyarakat (Titus, 1984).
Dapat pula dikatakan bahwa pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia
pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia kepribadian bangsa. Jadi filsafat Pancasila itu bukan muncul secara tiba-

tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau pengusaha melainkan melalui suatu fase historis
yang cukup panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara formsl yuridis dalam Pembukaan
UUD 1945 sebagai dasar filsafat negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa
Indonesia, dalam kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi
Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri.
Dalam pengertian seperti ini menurut Notonagoro bangsa Indonesia adalah sebagai kausa
materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal
tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia 9, sidang
BPUPKI kedua, serta akhirnya disahkan secara formal yuridis sebagi dasar filsafat negara
Republik Indonesia.
D.

Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang. Berdasarkan
kenyataan objektif tersebut maka untuk memahami jati diri bangsa indonesia serta identitas
nasional Indonesia maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasari
identitas nasional indonesia.
Oleh karena itu, akar-akar nasionalisme yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus
juga merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.

Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia sebagai berikut


1.

Adanya persamaan nasib , yaitu penderitaan bersama dibawah penjajahan bangsa asing
lebih kurang selama 350 tahun

2.

Adanya keinginan bersama untuk merdeka , melepaskan diri dari belenggu penjajahan

3.

Adanya kesatuan tempat tinggal , yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang
sampai Merauke

4.

Adanya cita-cita, tujuan dan visi bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan
sebagai suatu bangsa

Daftar pustaka :
http://guruberbagirasa.blogspot.com/2012/02/faktor-faktor-pendukung-kelahiran.html
http://yeniagustripuryanti.wordpress.com/2013/05/22/identitas-nasional-3/
http://www.bukupr.com/2013/02/faktor-yang-mempengaruhi-pembentukan.html

Anda mungkin juga menyukai