Nurul Aqilah Nabilah Binti Ibrahim Arkeologi
Nurul Aqilah Nabilah Binti Ibrahim Arkeologi
AJ10403
PENGANTAR ARKEOLOGI
SEM DUA SESI 2014
NAMA PENSYARAH: ENCIK BASZLEY BEE BIN BASRAH BEE
NAMA TUTOR: ENCIK ZAINUDDIN BIN BACO
JUMAAT / 10 11 AM
NURUL AQILAH NABILAH BINTI IBRAHIM
BA13110378
SOALAN 63
TAJUK SOALAN
ZAMAN PRASEJARAH DI INDONESIA
1.0
PENGENALAN
1 Ketut Wiradnyana, Pra Sejarah, Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, hlm.4.
2 Sudrajat M. Pd. 1973. Diktat Prasejarah Indonesia. Tesis Ph.D Universitas Negeri Yogjakarta, hlm.4.
3 Ketut Wiradnyana, Pra Sejarah, Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, hlm.4.
4 Ibid., hlm.5.
2.0
Ketut Wiradnyana, Pra Sejarah, Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, hlm.6.
Ibid.
Ibid.
Ibid.
Ibid., hlm.8.
15 Ibid., hlm.17.
16 Sudrajat M. Pd. 1973. Diktat Prasejarah Indonesia. Tesis Ph. D Universitas Negeri Yogjakarta,
hlm.18.
17 Ibid.
18 Nana Supriatna, Sejarah, Indonesia: Grafindo Media Pratama, 2006, hlm.59.
19 Supartono Widyosiswoyo, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Indonesia: Penerbit universitas Trisakti,
2000, hlm. 57.
Sumber: http://pakyok.wordpress.com/2008/01/30/pra-sejarah-indonesia-2
Pada saat itu manusia praaksara kehidupannya masih sangat sederhana. Mereka
hidup berkelompok dengan anggota kelompok sebanyak 10 hingga 15 orang.
Mereka sudah mengenal api, meskipun baru dimanfaatkan sebagai senjata untuk
menghadapi makhluk hidup lain, atau untuk menakuti binatang buruan. Manusia
Praaksara pada Zaman Palaeolitik ini mendapatkan bahan makanan dengan cara
berburu dan mengumpulkan makanan dengan memungut langsung dari sumber
alam (food gathering). Mereka sangat bergantung dengan persediaan makanan
dari alam kerana mereka belum mampu menghasilkan makanan. Oleh kerana
mereka selalu berpindah-pindah tempat (nomad) mengikut musim makanan.
Apabila makanan di tempat mereka habis, maka23 mereka akan berpindah ke
tempat lain yang persediaan makanannya masih mencukupi. Biasanya manusia
purba hidup di dalam gua atau di pinggir sungai dengan tujuan utama untuk
mempermudahkan dalam pencarian makanan. Sungai merupakan tempat yang
paling memungkinkan untuk mendapatkan ikan. Sedangkan gua dapat mereka
20 Ibid., hal. 56.
21 Sudrajat M. Pd. 1973. Diktat Prasejarah Indonesia. Tesis Ph. D Universitas Negeri Yogjakarta, hlm.
18.
22 Ketut Wiradnyana, Pra Sejarah, Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, hlm.7.
23 Sudrajat M. Pd. 1973.Diktat Prasejarah Indonesia.Tesis Ph. D Universitas Negeri Yogjakarta, hlm.18.
manfaatkan sebagai tempat untuk melindungi diri dari cuaca panas, hujan dan
serangan dari binatang buas.24
Masih dalam Zaman Batu Tua, dikenali sebagai kebudayaan Ngandong di
daerah dekat pertemuan sungai madiun dengan bengawan Solo, di wilayah Ngawi.
Selain sebagai budaya batu (stone culture) berupa flakes, juga ditemukan budaya
tulang (bone culture) berupa alat penusuk, ada yang sudah diberi gerigi, tulang
yang berukuran besar dipergunakan sebagai alat pengorek. Dikatakan bahawa
pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis (lembah bengawan Solo
di Sangiraan, Trinil) dan Homo Wajakensis (lembah sungai Brantas, di Wajak, dekat
Tulungagung). Dikatakan kedua manusia tersebut hidupnya masih dalam tingkat
food gathering dan nomad.25
Zaman ini ditandai dengan kehidupan manusia yang belum menetap dan belum
berkelompok dengan suatu organisasi yang tetap. Dalam peristilahan prasejarah
zaman ini disebut Paleolitik. Dari zaman ini, di Indonesia tidak ditemukan data
mengenai kemungkinan adanya seni pertunjukan (berbeza dengan peninggalan
Palaeolitik di Eropah di mana terdapat lukisan gua yang menggantikan gambarangambaran manusia seperti dalam sikap menari).26
4.1.2 Zaman Mesolitik (Zaman Batu Tengah)
Zaman Mesolitik atau Zaman Batu Tengah merupakan Zaman peralihan dari Zaman
Palaeolitik menuju ke Zaman Neolitik. Para ahli Purbakala menyebutkan zaman ini
berlangsung lebih kurang pada 20 000 tahun silam. 27 Pada zaman ini kehidupan
manusia praaksara belum banyak mengalami perubahan. Alat-alat yang dihasilkan
masih terlihat kasar meskipun telah ada upaya untuk memperhalus dan
mengasahnya agar kelihatan lebih indah.
Jenis alatan batu Zaman Mesolitik
Sumber: http://pakyok.wordpress.com/2008/01/30/pra-sejarah-indonesia-2
Sumber: http://senja1612.blogspot.com/2010/11/sejarah-seni-rupa-indonesia.html
Contoh di gua leang-leang, lukisan cap-cap tangan diperkirakan berumur 4.000
tahun. Ada tradisi purba masyarakat setempat yang menyebutkan, gambar tangan
dengan jari lengkap bermakna sebagai penolak bala, sementara tangan dengan
empat jari saja bererti ungkapan berdukacita. Gambar itu dibuat dengan cara
meletakkan tangan ke dinding gua, lalu disemburkan dengan cairan berwarna
merah. Set pewarna ini mungkin dari mineral merah yang banyak terdapat di
sekitar gua (di batu-batuan dan di dasar sungai di sekitar gua), ada pula yang
mengatakan dengan batu-batuan dari getah pohon yang dikunyah seperti sirih. 32
Perbincangan tentang seni rupa prasejarah dalam buku ini dimulai dari Zaman
Mesolitik atau Zaman Batu Tengah kerana pada zaman sebelumnya, yakni zaman
Paleolitik atau Zaman Batu Tua, belum ditemukan benda-benda yang boleh dinggap
seni rupa. Pada zaman itu, memang telah dikenal adanya dua kebudayaan iaitu
Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong, tetapi benda yang ditemukan dari
masa itu masih amat sederhana, tanpa sentuhan seni dari pembuatnya. Pacitan dan
Ngandong adalah dua tempat yang sekarang terletak di Jawa Timur. Di Pacitan telah
ditemukan benda prasejarah berupa kapak genggam, sedangkan di Ngandong telah
ditemukan banyak alat dari tulang, di samping kapak genggam dari batu. Di
Sangiran, Jawa Tengah, juga telah ditemukan alat-alat yang lebih kecil (flakes); alatalat berukuran kecil seperti ini juga telah ditemukan di Cabenge (Sulawesi
Selatan).33
Pengertian lukisan prasejarah berbeza dengan pengertian lukisan di masa sekarang
yang menggunakan bermacam-macam warna dan dibuat di atas permukaan yang
rata seperti kanvas, kaca dan dinding. Lukisan prasejarah dibuat di atas permukaan
batu karang atau gua yang tidak rata dan hanya menggunakan warna yang
terbatas, terutama merah dan hitam. Lukisan-lukisan serupa ini ditemukan di
Kalimantan Timur, Pulau Muna, Seram, Timor, Kei dan Papua. Lukisan ini
mengingatkan orang pada lukisan lukisan tertua di Eropah yang terdapat di gua32 Mukhlis PaEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni Rupa dan Desain, Indonesia: PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2009, hlm. 12.
33 Ibid., hlm. 13.
gua, yakni di Altamira (Sepanyol); Lascaux, Niaux, Pech-Merle, dan Trois Freres
(Perancis).34
Dalam perkembangan prasejarah, bekas-bekas peninggalan budaya dari
masyarakat dengan pola hidup berburu-meramu banyak ditemukan seperti benda
mesolitik penemuan J. Roeder tahun 1937 di gua Dudumunir di Pulau Arguni (Teluk
Berau), Papua. Di gua tersebut ditemukan alat-alat serpihan yang lebih dikenali
dengan istilah retouched flakes. Di antara alat-alat serpihan tersebut terdapat
mata panah, mata tombak, penggaru, dan tembikar. Pembuatan alat serpihan
tersebut masih lagi dibuat oleh suku bangsa Tapiro, Utakwa, dan Pesekhem pada
masa sekarang.35
4.1.3 Zaman Neolitik (Zaman Batu Muda).
Zaman Neolitik atau Zaman Batu Muda merupakan revolusi dalam kehidupan
manusia praaksara. Zaman ini berlangsung sekitar 7000 hingga 3000 sebelum
masihi. Hal ini terkait dengan pemikiran mereka untuk tidak bergantung diri dengan
alam dan mulai berusaha untuk menghasilkan 36 makanan sendiri (food producing)
dengan cara bercucuk tanam. Di samping bercucuk tanam manusia praaksara juga
mulai menternak sapi dan kuda yang diambil dagingnya untuk dimakan. Manusia
praaksara juga telah hidup dengan menetap (sedenter). Mereka membangunkan
rumah-rumah dalam kelompok-kelompok yang mendiami suatu wilayah tertentu.
Peralatan yang digunakan juga telah diasah dengan halus sehingga kelihatannya
lebih indah. Contohalat tersebut ialah Kapak Persegi, misalnya Beliung, Pacul dan
Torah untuk mengerjakan kayu. Alatan ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali,
Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan. Kebudayaan mereka juga telah
mengalami kemajuan yang ditunjukkan dengan kemampuan mereka menghasilkan
tenunan. Pola hidup menetap yang mereka jalankan menghasilkan kebudayaan
yang lebih maju, kerana mereka mempunyai waktu terluang untuk memikirkan
kehidupannya.37
Teknologi berladang tentu harus disokong dengan peralatan khusus. Pada tahap ini
memang tidak semua teknologi subtraktif ditinggalkan. Pembuatan alat-alat batu
untuk bercucuk tanam atau berladang masih tetap mempertahankan teknologi
substraktif. Hal ini terlihat daripada temuan alat-alat batu masa bercucuk tanam
(Neolitik) di Indonesia, terutama kapak persegi dan Kapak lonjong. 38
Jenis alatan batu Zaman Neolitik.
34 Ibid.
35 Mukhlis PaEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Teknologi, Indonesia: PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2009, hlm. 12.
36 Sudrajat M. Pd. 1973. Diktat Prasejarah Indonesia. Tesis Ph. D Universitas Negeri Yogjakarta,
hlm.20.
37 Sudrajat M. Pd. 1973. Diktat Prasejarah Indonesia. Tesis Ph. D Universitas Negeri Yogjakarta,
hlm.20.
38 Mukhlis PaEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Teknologi, Indonesia: PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2009, hlm. 87.
Sumber: http://pakyok.wordpress.com/2008/01/30/pra-sejarah-indonesia-2
4.1.4 Zaman Megalitik (Zaman Batu Besar)
Zaman Megalitik atau Zaman Batu Besar adalah suatu kebudayaan yang berkaitan
dengan kehidupan beragama manusia praaksara. Zaman Megalitik sama dengan
Zaman Neolitik kerananya
lebih tepat apabila
disebut dengan kebudayaan
Megalitik. Zaman Megalitik terbahagi dalam dua fasa pencapaian. Fasa pertama
berkaitan dengan alat-alat upacara, sedangkan fasa kedua berkait dengan upacara
pengkuburan.39
Kebudayaan Megalitik menghasilkan alat-alat antara lain ialah Menhir iaitu
tugu batu yang dibuat dengan berfungsi untuk menghormati roh nenek moyang
atau sebagai penolak bahaya yang mengancam. Menhir di Kabupaten Wonosobo
banyak ditemukan bersama dengan tinggalan Hindu. Menhir biasanya berupa
pahatan batu berbentuk silinder (bulat-panjang), batu alam yang dipahat seperti
bentuk sebenarnya. Menhir biasanya ditemukan bersama batu mendatar (misalnya
di Nias dan Sumatra Barat).40 Arca-arca menhir di Sumba yang bersatu dengan
dolmen (meja persajian batu).41
Gambar Menhir
39 Ibid., hlm. 8.
40 H. A. Kholiq Arif & Otto Sukatno, Mata Air Peradaban Dua Millenium Wonosobo, Indonesia: LKiS
Yogjakarta, 2010, hlm. 112.
41 Mukhlis PaEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Religi dan Falsafah, Indonesia: PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2009, hlm. 17.
Sumber: http://senja1612.blogspot.com/2010/11/sejarah-seni-rupa-indonesia.html
Dolmen iaitu meja batu dimana kakinya berupa tugu batu (menhir). Biasanya
meja batu ini digunakan untuk meletakkan sesaji. Kadang-kadang dibawah dolmen
adalah sebuah kubur, sehingga orang sering menganggapnya sebagai peti kubur.
Peti kubur iaitu potongan batu yang disusun menjadi sebuah peti yang digunakan
untuk meletakkan jenazah, sarkofagus iaitu keranda dari batu yang kukuh
(monolith) yang dianggap memiliki kekuatan magis, waruga adalah peti kubur yang
berbentuk kubus atau bulat dan Punden berundak iaitu sebuah bangunan dari
susunan batu atau dari tanah yang berpenampang bulat atau empat persegi,
memiliki teras-teras atau halaman yang semakin ke atas semakin kecil. Punden
berundak sebagaimana menhir kerana di pusat teras berundak itu biasanya
menhir.42
Sumber: http://senja1612.blogspot.com/2010/11/sejarah-seni-rupa-indonesia.html
Punden Berundak adalah tempat suci yang berkaitan dengan pengagungan orang
yang dianggap mulia, banyak jasa, berkuasa atau yang tindakan masa hidupnya
memberi impak yang beerti bagi masyarakatnya. 43 Punden berundak sebagai
tinggalan megalitik yang dapat dikelompokkan ke dalam tradisi megalitik tua pada
awalnya berfungsi sebagai tempat pemujaan. Bentuk Punden berundak ini
merupakan bentuk yang paling tepat sebagai simbol untuk gunung. Gunung
sebagai tempat suci dan keramat dapat di temukan di daerah Pasemah dan
sumatera selatan.44
Punden berundak masih sahaja ditemukan, dua buah di antaranya ditemukan di
Pasir Lulumpang Garut 1994 berteras 13 dan bersamaan dengan tiga batu tiga batu
lumpang. Punden tersebut diduga oleh Balai Arkeologi Bandung pada 1995 dibuat
pada zaman prasejarah. Punden berundak di Situs Pugunggraharjo memiliki tiga
teras yang semakin ke atas semakin mengecil. Dengan banyak bukti sejarah
tentang kehadiran punden berundak yang selalunya dikaitkan dengan
penmbangunan candi-candi yang mengambil bentuk dasar yang serupa, maka
gagasan membangun tempat suci yang menyerupai bukit tunggal cenderung
merupakan gagasan lebih awal penduduk setempat yang berselerak di Nusantara
sebelum mereka bertemu dengan budaya India. 45
Sumber:
padang
http://situsprasejarah.wordpress.com/2012/09/16/megalitikum-gunung-
Kubur Batu Pahat dipahatkan pada suatu blok batu andesit yang besar dengan
membuat lubang empat persegi sebagai wadah kubur. Di bahagian atasnya diberi
penutup dengan batuan sejenis berentuk seperti atap rumah. Salah satu kubur batu
pahat yang ditemukan memiliki hiasan di bahagian tutup depan. Kubus batu
memiliki tinggi kurang lebih sama dengan lebar, dalam beberapa hal tingginya lebih
daripada lebar. Terdiri daripada dua bahagian iaitu bahagian wadah dan tutup.
Tinggi keseluruhan kubus batu berkisar antara 30-100 cm. 46
Ukiran / pahatan pada batu dan kubur batu Sumba.
Sumber:http://hjf-ringan.blogspot.com/2012/10/ukiran-pahatan-pada-batu-dankubur-batu.html
Di daerah Asei dan kwadewara ditemukan kapak daripada kapak jenis biasa.
Pada kapak corong tersebut terdapat tiga buah lubang ditangkainya, yang pada
asalnya digunakan untuk memperkuatkan ikatan gagang kayu. Selain itu, kapak
46 H. A. Kholiq Arif & Otto Sukatno, Mata Air Peradaban Dua Millenium Wonosobo, Indonesia: LKiS
Yogjakarta, 2010, hlm. 121.
ZAMAN LOGAM
Penggunaan logam dalam kehidupan budaya bangsa Indonesia telah dimulai sejak
zaman prasejarah, iaitu sejak Masa Perundagian, 3500 tahun yang lalu. Pada masa
Perundagian Logam, Perunggu dan Besi terutamanya digunakan sebagai bahan
pembuatan alat-alat dan senjata seperti kapak, tombak, parang, badik, mata
panah, bejana, nekara, dan benda-benda berupa perhiasan. 48
Masyarakat praaksara mula menggunakan logam setelah selama ribuan
tahun menggunakan batu. Zaman digunakannya alat-alat tersebut disebut Zaman
Logam. Pada zaman ini, sebahagian besar alat-alatannya diperbuat daripada logam.
Alat-alatannya dibuat terdiri atas bermacam-macam ukuran, jenis dan
kehalusannya. Proses evolusioner pada Zaman Logam lebih cepat berbanding
Zaman Batu. Hal ini berkaitan dengan kemampuan daya fikir manusia yang
menciptakan alat-alat tersebut.49
Zaman Logam dapat dibahagi kembali menjadi Zaman Tembaga, Zaman
Perunggu dan Zaman Besi. Namun wilayah Indonesia hanya mengenal Zaman
Perunggu dan Zaman Besi. Untuk Indonesia Zaman Perunggu berlangsung
bersamaan dengan Zaman Besi. Alat-alat yang terbuat daripada besi tidak berbeza
dengan alat-alat yang terbuat daripada Perunggu. Oleh itu, Zaman Logam di
wilayah Indonesia bersamaan dengan Zaman Perunggu. 50
Zaman Perunggu di Indonesia menghasilkan banyak artifak berupa nekara
dan kapak upacara, salah satu kapak upacara yang menarik berasal dari Bandung.
Kapak ini berbentuk mirip seperti kipas yang dikembangkan, yang bahagian paling
kembang merupakan mata kapak. Dahulu, kapak ini digunakan dalam upacara
tertentu, dengan cara menetak sesuatu dengan mata kapak perunggu ini. 51
Nekara merupakan alat bunyi-bunyian yang digantungkan mendatar dan
dipukul dari atas. Yang berukuran besar dan ditemukan di Pejeng (Bali) tingginya
186 cm, lebar 160 cm. Teknik pembuatannya dengan a cire perdue, tetapi untuk
gantungannya sudah memakai las. Fungsi bunyi-bunyiannya untuk mengarak
pengantin atau jenazah, atau pun untuk memanggil hujan, bergantung pada seni
hias yang ada pada nekaranya. Nekara ukuran kecil disebut moko, caranya
membunyikan dengan ditempatkan di bawah ketiak, kemudian ditabuh dengan
tangan. Fungsinya untuk mengikuti tarian dan dijadikan mas kahwin yang sampai
sekarang masih dilaksanakan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Alor. 52 Di Pulau
47 Mukhlis PaEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Teknologi, Indonesia: PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2009, hlm. 46.
48 Mukhlis PaEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Pengetahuan, Indonesia: PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2009, hlm. 22.
49 Nana Supriatna, Sejarah. Indonesia: Grafindo Media Pratama, 2006, hlm.61.
50 Ibid.
51 Jacob Sumardjo, Arkeologi Budaya Indonesia. Indonesia: Qalam, 2002, hlm. 114.
Jawa juga ditemukan nekara, tetapi tidak seindah di pulau-pulau kecil seperti
Sangeang atau Pulau Selayar. 53
Menurut van Heekeren beberapa beberapa nekara adalah merupakan bekal kubur.
Apakah semua juga bekal kubur suatu tanda tanya, kerana nekara di Bulan Pejeng
(Bali), tingginya mencapai 1.86 m dan diameter bidang pemukul adalah 1.60 m. 54
Namun, mungkin menarik untuk mendapatkan gambaran bagaiman masyarakat
masa lalu berimaginasi adalah justeru gambaran nekara yang ditemukan di
Sangeang atau gunung api dekat Bima, menurut laporan van Heekeren ada lima
buah nekara yang ditemukan oleh Kortleven. Salah satu nekara diberi nama
Makalamau, merupakan nekara terindah dan terbesar. Tinggi sekitar 835 dan
garis tengah bidang pemukul berukuran 1.160 m. Nekara menarik kerana di
samping mengandungi hiasan seperti pola tangga dan burung-burung berparuh
bengkok, juga mengandung gambar manusia yang memberikan gambaran
kehidupan pada masa lalu.55
Nekara adalah benda perunggu dengan pinggang bahagian tengah yang memiliki
bilah-bilah berbentuk lengkung seperti bentuk pegangan. Beberapa nekara
memperlihatkan motif-motif hiasan yang sangat menarik dan dikerjakan dengan
amat sempurna, misalnya nekara yang berasal dari Pulau Selayar dan nekara dari
Pejeng, Bali. Nekara-nekara kuno juga
ditemukan di Seran (Pulau Sumbawa), Aimoli (Pulau Alor), Pulau Sangeang, dan
Bengkulu
(Sumatera selatan).56
Gambar Nekara
Sumber: http://senja1612.blogspot.com/2010/11/sejarah-seni-rupa-indonesia.html
52 Supartono Widyosiswoyo, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Indonesia: Penerbit universitas Trisakti,
2000, hlm. 65.
53 Mukhlis PaEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Sosial, Indonesia: PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2009, hlm. 22.
54 Ibid., hlm. 30.
55 Ibid.
56 Mukhlis PaEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni Rupa dan Desain, Indonesia: PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2009, hlm. 30.
Bejana merupakan alat untuk menyimpan air. Menilik ukurannya yang tidak
besar dan banyak hiasannya, serta cara yang digantungkan, maka air yang
disimpan mungkin merupak ubat-ubatan atau racun. Ditemukan di Sumatra dan
Madura. Barang hiasan dari perunggu wujudnya gelang tangan, gelang kaki, antinganting, kalung dan cincin. Banyak dari barang-barang demikian dijadikan bekalan
kubur, sehingga menjadi sasaran pencuri barang-barang antik. 57
Bejana perunggu dari Kerinci( Sumatera).
Sumber:http://meneketeheonline.blogspot.com/2010/03/bejana-perunggu-sebuahpeninggalan.html
5.0 KESIMPULAN.
Masa Prasejarah adalah terjadinya kehidupan manusia purba di Indonesia yang
bertahan hidup dan melakukan kegiatan hanya untuk memenuhi keperluannya.
57 Mukhlis PaEni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni Rupa dan Desain, Indonesia: PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2009, hlm. 65.
6.0 RUJUKAN
Buku.
H. A. Kholiq Arif & Otto Sukatno. 2010. Mata Air Peradaban Dua Millenium
Wonosobo. Indonesia: LKiS Yogjakarta.
Jakob Sumardjo. 2002. Arkeologi Budaya Indonesia. Indonesia: Qalam.
Ketut Wiradnyana. 2011. Pra Sejarah Sumatera Bagian Utara: Kontribusinya pada
Kebudayaan Kini. Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Marwati Djoened Poesponegara & Nugroho Notosusanto. 2008. Zaman Prasejarah
Di Indonesia.
Indonesia: Balai Pustaka.
Mukhlis PaEni. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia Arsitektur. Indonesia: PT
RajaGrafindo
Persada.
Mukhlis PaEni. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia Religi dan Falsafah. Indonesia:
PT
RajaGrafindo Persada.
Mukhlis PaEni. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni Pertunjukan Dan Seni
Media.
Indonesia: PT RajaGrafindo Persada.
Mukhlis PaEni. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni
Indonesia: PT
RajaGrafindo Persada.
Mukhlis PaEni.
Indonesia: PT
Indonesia
Sistem
Pengetahuan.
Annisa Nabila.
2013. Peradaban Indonesia dan Dunia.
http://www.slideshare.net/AnnisaNew/peradaban-indonesia-dan-dunia. 28 Mac
2014.
Balitvnews. 2011. Kerangka Manusia
Peninggalan Masa Prasejarah.
http://www.youtube.com. 4 April 2014.
Bse. 2013. Sejarah Indonesia.
http://bse.mahoni.com/data/kurikulum2013/kelas_10_sma_sejarah_siswa.pdf.
9 Mei 2014.
David Chumaidi. 2013. Manusia Zaman Pra Sejarah.
http://www.youtube.com/watch?v=TpQyB2HoOwQ. 4 April 2014.
Dianrana. Manusia Purba Di Indonesia pada Masa Prasejarah.
http://dianrana-katulistiwa.com/manusia_purba.pdf. 9 Mei 2014.
Elcom.
Indonesia.
http://elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/sej
arah/kebudayaan masyarakat prasejarah indonesia.pdf. 9 Mei 2014.
Elcom.
Indonesia.
http://elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/sej
arah/kebudayaan masyarakat prasejarah indonesia.pdf. 9 Mei 2014.
Evolusiblog. 2012. Asal Usul Dan Persebaran Manusia Di Kepulauan Indonesia.
http://evolusiblog.files.wordpress.com/2012/05/asal-usul-dan-persebaranmanusia.pdf. 9 Mei 2014.
Febri
Susanti.
2013.
http://www.scribd.com/doc/13139889/Zaman-
Zaman
Pra-sejarah.
Prasejarah. 22 Mac 2014.
Prasejarah
Indonesia.
Perpustakaanhedri.
Budaya
Masa
Prasejarah
Indonesia.
http://www.google.com.my/url
http://www.perpustakaanhedri.50webs.com/BUDAYAMASAPRA-SEJARAH.pdf.
9 Mei 2014.
Rusdi. 1978. Masyarakat Pra Sejarah Indonesia.
http://history1978.wordpress.com/2009/09/06/masyarakat-prasejarahindonesia /.
5 Mac 2014.
Staf.uni.ic.id. 1973. Diktat Prasejarah Indonesia.pdf.
http://www.google.com.my/url2Fstaff.uny.ac.idsitespendidikanSudrajat.Pd.
DIKTATPRASEJARAHINDONESIA.pdf. 9 Mei 2014.
Sri
Rezkiana.
v=Cjdn5Ydku8I.
2013.
Zaman
4 April 2014.
Prasejarah.
http://www.youtube.com/watch?
http://www.youtube.com/watch?