Anda di halaman 1dari 4

Wantilan Bermakna Pengulangan

JIKA dirunut ke muasalnya, wantilan merupakan suatu bangunandengan dim


ensi yang cukup luas bila dibandingkan denganbangunan arsitektur tradision
al Bali lainnya, dapat menampunganggota masyarakat yang melakukan kegi
atan di sana dalamjumlah sekitar 500 orang. Keberadaan wantilan diawali ol
ehadanya keinginan untuk mengatapi tempat kegiatan atau punupacara yan
g dilaksanakan di lapangan terbuka atau pun natahagar terlindung dari terik
matahari.
Wantilan mempunyai pengertian sebagai bangunan besar terbuka,atapnya bi
asanya dibuat bertingkat, berguna sebagai tempatpertemuan untuk menam
pung berbagai aktivitas umum yang padapokoknya tergolong ke dalam kegia
tan tri warga (dharma, artha,khama) -- spiritual, sosial ekonomi, budaya.
Dilihat dari arti kata, wantilan terkait dengan kata wanti ataumawanti-wanti y
ang mempunyai arti "terus-menerus". Kata wantiatau mawanti-wanti dalam
hal ini bermakna adanyapengulangan. Pengulangan pada atap terlihat jelas d
enganwantilan yang memiliki atap berulang, baik itu berulang sekali(satu an
da) atau pun berulang dua kali
(dua anda). Pengulanganpada lantai juga dapat disaksikan pada beberapa w
antilan yangmempunyai ketinggian lantai pada daerah saka utama yang lebi
hrendah atau lebih tinggi daripada daerah sekitar saka jajar.
Demikian pula halnya, terjadi pengulangan pada saka. Padawantilan satu an
da, terdapat empat saka saka utama danpengulangan saka berupa saka jajar
di sekeliling saka utama.Pada wantilan dua Anda, terdapat empat saka utam
a denganpengulangan dua jejer saka jajar mengelilingi saka utama. Selainpe
ngulangan pada bentuk, pada wantilan juga terjadipengulangan fungsi. Want
ilan difungsikan berulang bergantian,suatu saat sebagai tempat tempat sang
kep (pertemuan), sekaliwaktu sebagai tempat tabuh rah, sekali waktu sebag
ai tempatbalih-balihan.
Wantilan merupakan bangunan terbuka ke segala arah. Hal inimencerminkan
bahwa bangunan ini sama sekali tidakdipersiapkan untuk kegiatan yang bers
ifat pribadi. Wantilandengan atapnya yang maanda mampu mengatasi sirkul
asi udarasaat sedang dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Ini suatucerminan
makna wantilan sebagai fasilitas publik. Wantilandengan daya tampung yang
besar dapat ditemukan di banjar,jaba pura, dan bencingah puri.
Wantilan juga dapat ditemukan di dalam lingkungan purakahyangan tiga dan
pura banjar. Pada pura besar yang tidaktermasuk pura kahyangan tiga juga d

apat ditemukan adanyawantilan. Salah satu contohnya dapat ditemukan di P


ura Petilanyang sering disebut Pura Dalem Petilan Kesiman, Denpasar.Wantil
an juga ditemukan di bencingah puri (halaman di luartembok penyengker pu
ri). Wantilan di bencingah Puri Gianyaryang fotonya termuat pada buku "Bali
Abad XIX" adalah salah satucontoh. Pun dalam buku "Kunst Op Bali" ada.
Denah wantilan pada awalnya berbentuk bujur sangkar. Hal initidak lepas dar
i perkembangan fungsi awalnya. Keberadaanwantilan salah satunya diawali o
leh adanya keinginan untukmengatapi suatu kegiatan atau pun upacara yan
g dilaksanakan diareal terbuka (natah). Kegiatan tersebut dapat berupa sang
kep,tari wali, balih-balihan dan dapat juga berupa tabuh rah.
Sangkep yang berasal dari kata jangkep atau nyangkepangmemiliki arti "me
ngawinkan". Dalam hal ini dapat diartikansebagai mengawinkan atau menyat
ukan pendapat masyarakatbanjar dari empat penjuru mata angin. Bentuk se
gi empat jugatidak terlepas dari makna adanya empat pihak yang akanmelak
ukan pertemuan -- ada pemuka masyarakat, ada pengabihkanan dan pengab
ih kiri, dan masyarakat. Di tengah ruang yangterbentuk dari empat sisi ini ad
a pemucuk (pemimpin). Saatdilaksanakan tabuh rah, dibuatlah suatu kalang
an yangmempunyai batas-batas. Kalangan ini berbentuk bujur sangkar.
Wantilan seperti bangunan tradisional lainnya menggunakanbahan-bahan ala
mi seperti batu, tanah polpolan, kayu, bambudan alang-alang. Penutup (atap
) wantilan terbuat dari bahan ambengan atau alang-alang. Pondasinya memp
ergunakan batualam dapat berupa batu kali atau pun batu padas, sedangkan
lantai menggunakan tanah polpolan agar dapat digunakansebagai tempat ta
buh rah atau tajen. Struktur wantilan satu andadibentuk oleh empat saka uta
ma (kolom utama) sebagaipenyokong utama wantilan. Saka jajar di sekeliling
sisi bangunanberjumlah bervariasi.
Konstruksi atapnya mempergunakan konstruksi payung. Padapuncak konstru
ksi payung tersebut terdapat petaka sebagai titiksimpul seluruh iga-iga, pem
ucu, dan pemade. Pondasi wantilanmenggunakan pondasi titik (jongkok asu)
tanpa diikat oleh baloksloof. Di atas pondasi, diletakkan sendi untuk menerim
a bebankonstruksi yang disalurkan lewat saka (kolom). Ragam hiasornamen
wantilan sangat sedikit jika dibandingkan denganornamen pada bale-bale pe
runtukan pribadi. Selain itu, wantilanhampir dapat dikatakan tanpa dekorasi.

WANTILAN

Arsitektur tradisional Bali adalah suatu karya arsitektur yang banyak


melibatkan berbagai disiplin ilmu tradisional Bali, seperti agama, kosmologi,
filosofi, sikap hidup, dan alam lingkungan. Hal ini dapat ditemukan pada
tulisan-tulisan lontar yang dikenal dengan sebutan Asta Kosali, Asta Bhumi,
Asta Patali, Sikunting Umah, Giwakarma dan sebagainya. Pada umumnya
estetika karya arsitektur diartikan sebagai keindahan unsur seni (rupa) yang
terdapat dalam karya tersebut
Arsitektur tradisional Bali sebagi hasil karya masyarakat yang mengandung
unsur unsur normative, tampak dalam fungsi bangunan terhadap kelompok
organisasi kemasysrakatan ( desa / banjar ) atau kelompok organisasi
geneologis ( kelompok warga ,pededian / paibon.), Berdasarkan itu maka
terbagi menjadi 3 bagian , yaitu :
1.
Bangunan yang digunakan sebagai tempat sembahyang ( Pura,
Sanggal, Pemerajah )
2.

Bangunan untuk tempat tinggal ( Grya, Jero, Puri, Umah )

3.
Bangunan yang digunakan sebagai tempat perrtemuan umum ( Balai,
Wantilan, Balai Banjar )

Pengelompokan bangunan menjadi 3 jenis di hubungkan dengan hakikat


manusia sebagai mahluk tuhan dan mahluk social, yang berhubunagn secara
harmonis.
Konsep keseimbangan kekuatan positif dan negatif di dalam Lontar Civa
tatwapurana ada istilah Bhutaya, Manusya, Dewaya. Kekuatan ala mini dapat
berubah menjadi kekuatan positif negatif. Buta ( sebagai pemusnah ),Dewa
( sebagai pelindung )
konsep ini digunakan dalam struktur bangunan yang berpegang pada
penghuninya.
Penempatan, penggunaan, dan pembuatan bangunan akan memberikan rasa
tentram, rukun, dan makmur pada penghuninya, dan sebaliknya dapat
membuat
sengsara pemiliknya, selain itu konsep Luhur Teben ( huku hilir ), Meral
Propan, Ala Ayu ( baik buruk, nista, madya utama ) utpati, ashiti, Pralina,
juga menjadi konsep pertimbangan dalam mendirikan sebuah bangunan.

Wantilan berasal dari katawanti yang berarti ulang atau tumpang. Menurut
Oka Granoka,1985, wantilan merupakan bangunan terbuka ke segala arah
yang memiliki atap bertumpang. Sehingga wantilan berarti bangunan umum
terbuka yang berfungsi sebagai tempat pertemuan dipura, desa, pasar atau
bale banjar yang beratap tumpang. Wantilan biasanya diletakkan di Jaba
Pura, Catusphata Puri atau di tengah desa.

Eksistensi wantilan menjadi bagian yang penting dalam sebuah pura


terutama pura banjar untuk skala banjar, pura kahyangan tiga untuk skala
desa serta pura kahyangan jagat untuk skala jagat. Pentingnya wantilan
tersebut disebabkan karena fungsi wantilan untuk tempat upacara tabuh rah
yang merupakan bagian dari prosesi ritual pura

Anda mungkin juga menyukai