Anda di halaman 1dari 11

WANTILAN BALE BANJAR

GERENCENG

OLEH:
KOMANG AGUS ANANTA BIMA SEPTIADI
1419251023

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR BALI


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2014-2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
makalah ini, makalah yang kami buat satu jilid ini berisi materi pengetahuan tentang Wantilan
Bale Banjar Gerenceng
Makalah ini memberikan perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan Arsitektur.
Setiap konsep di bahas dengan rinci dan disertai berbagai contoh yang memudahkan untuk
memahaminya. Di dalam setiap bab dapat kita temukan info yang merupakan informasi baru
mengenai Wantilan yang sesuai dengan materi yang sedang di bahas, info ini berguna untuk
memperluas dan menambah wawasan mahasiswa. Untuk menunjang pemahaman dan melatih
keterampilan mahasiswa, kami lampirkan kegiatan-kegiatan yang praktis dan mudah di
lakukan.
Makalah ini di sajikan secara sistematis, hal ini bertujuan

untuk memudahkan

mahasiswa menggunakan makalah ini dalam proses pembelajaran Arsitektur Bali


Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN

BAB I
PENDAHULUAN
Wantilan

mempunyai

pengertian

sebagai

bangunan

besar

terbuka,atapnya biasanya dibuat bertingkat, berguna sebagai tempat


pertemuan untuk menampung berbagai aktivitas umum yang pada
pokoknya tergolong ke dalam kegiatan tri warga(dharma, artha, khama)
spiritual, sosial ekonomi, budaya.Wantilan merupakan bangunan terbuka
ke segala arah. Hal inimencerminkan bahwa bangunan ini sama sekali
tidak dipersiapkan untuk kegiatan yang bersifat pribadi. bangunan untuk
umum, berbentuk persegi panjang, tidak berdinding, tempat orang
berapat

atau

mengadakan

sabungan

ayam

(kamus

besar

bahasa

indonesia).Wantilan difungsikan berulang bergantian,suatu saat sebagai


tempat tempat sangkep (pertemuan), sekali waktu sebagai tempat tabuh
rah, sekali waktu sebagai tempat balih-balihan.
Wantilan

juga

dapat

ditemukan

di

dalam

lingkungan

pura

kahyangan tiga dan pura banjar. Pada pura besar yang tidak termasuk
pura kahyangan tiga juga dapat ditemukan adanya wantilan. Salah satu
contohnya dapat ditemukan di Pura Petilan yang sering disebut Pura
Dalem Petilan Kesiman, Denpasar. Wantilan juga ditemukan di bencingah
puri (halaman di luar tembok penyengker puri). Wantilan di bencingah Puri
Gianyar yang fotonya termuat pada buku "Bali Abad XIX" adalah salah
satu contoh. Pun dalam buku "Kunst Op Bali" ada.
Denah wantilan pada awalnya berbentuk bujur sangkar. Hal ini tidak
lepas dari perkembangan fungsi awalnya. Keberadaan wantilan salah
satunya diawali oleh adanya keinginan untuk mengatapi suatu kegiatan
atau pun upacara yang dilaksanakan di areal terbuka (natah). Kegiatan
tersebut dapat berupa sangkep, tari wali, balih-balihan dan dapat juga
berupa tabuh rah.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1

Pengertian Wantilan

Wantilan merupakan suatu bangunan dengan dimensi yang cukup luas


bila dibandingkan dengan bangunan arsitektur tradisional Bali lainnya.
Keberadaan wantilan diawali oleh adanya keinginan untuk mengatapi
tempat kegiatan atau pun upacara yang dilaksanakan di lapangan terbuka
atau pun natah agar terlindung dari terik matahari.
Wantilan mempunyai pengertian sebagai bangunan besar terbuka,
atapnya biasanya dibuat bertingkat, berguna sebagai tempat pertemuan
untuk menampung berbagai aktivitas umum yang pada pokoknya
tergolong ke dalam kegiatan tri warga (dharma, artha, khama) -- spiritual,
sosial ekonomi, budaya.
Dilihat dari arti kata, wantilan terkait dengan kata wanti atau mawantiwanti yang mempunyai arti "terus-menerus". Kata wanti atau mawantiwanti dalam hal ini bermakna adanya pengulangan. Pengulangan pada
atap terlihat jelas dengan wantilan yang memiliki atap berulang, baik itu
berulang sekali (satu anda) atau pun berulang dua kali (dua anda).
Pengulangan pada lantai juga dapat disaksikan pada beberapa wantilan
yang mempunyai ketinggian lantai pada daerah saka utama yang lebih
rendah atau lebih tinggi daripada daerah sekitar saka jajar.
Demikian pula halnya, terjadi pengulangan pada saka. Pada wantilan satu
anda, terdapat empat saka saka utama dan pengulangan saka berupa
saka jajar di sekeliling saka utama. Pada wantilan dua Anda. Selain
pengulangan pada bentuk, pada wantilan juga terjadi pengulangan fungsi.
Wantilan difungsikan berulang bergantian, suatu saat sebagai tempat
tempat sangkep (pertemuan), sekali waktu sebagai tempat tabuh rah,
sekali waktu sebagai tempat balih-balihan.

Wantilan

merupakan

bangunan

terbuka

ke

segala

arah.

Hal

ini

mencerminkan bahwa bangunan ini sama sekali tidak dipersiapkan untuk


kegiatan yang bersifat pribadi. Wantilan dengan atapnya yang maanda
mampu mengatasi sirkulasi udara saat sedang dimanfaatkan oleh
masyarakat luas. Ini suatu cerminan makna wantilan sebagai fasilitas
publik. Wantilan dengan daya tampung yang besar dapat ditemukan di
banjar, jaba pura, dan bencingah puri.
Wantilan juga dapat ditemukan di dalam lingkungan pura kahyangan tiga
dan pura banjar. Pada pura besar yang tidak termasuk pura kahyangan
tiga juga dapat ditemukan adanya wantilan. Salah satu contohnya dapat
ditemukan di Pura Petilan yang sering disebut Pura Dalem Petilan
Kesiman, Denpasar. Wantilan juga ditemukan di bencingah puri (halaman
di luar tembok penyengker puri).
1.2

Bahan Observasi
Wantilan Bale Banjar Gerenceng
1.1.1 Tata letak
Bale Banjar Gerenceng adalah ruang pertemuan tradisional warga

Dusun Gerenceng dengan suasana kota yang padat. Terletak di Jalan


Sutomo, Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, termasuk
salahsatu pintu masuk kota Denpasar. Hampir tidak tersisa ruang yang
lengang, kendaraan lewat tak pernah hentinya, ruang yang dahulu agraris
kini telah menjadi ruang urban yang sesak dan bising. Warga banjar pun
kini semakin berkembang pesat, beragam pekerjaan dan asal-usulnya.
Persoalan persoalan urbanisasi menjadi bagian keseharian warga banjar.

1.1.2 Bentuk
Bangunan bale banjar gerenceng berbentuk bale banjar persegi
yang memiliki 4 saka utama. Selain ke 4 saka utama terdapat 8 saka yang
membantu menahan beban pada atap bangunan, kedelapan saka ini
sangat berperan penting untuk membantu ke-4 saka utama, karena
delapan saka ini langsung menuju ke tumpangan wantilan

1.1.3 Bahan
Pada elemen bawah bangunan menggunakan kramik berukuran 30
x 30 cm berwarna cream sebagai bahan penutup lapisan atas lantai, pada
tiangnya

menggunakan

tiang

kayu

sebagai

penyangga

bangunan.

Sedangkan pada atapnya menggunakan atap genteng sebagai pengganti


alang-alang. Pada bagian timurnya menggunakan dinding yang dilapisi
dengan bata untuk menampilkan ciri khas bebadungan.

1.1.4 Struktur dan Kontruksi


Pada

struktur

menggunakan

struktur

rangka

kayu

yang

dikolaborasikan dengan penempatan kaca pada bagian atap bangunan.


Konstruksi atapnya mempergunakan konstruksi payung. Pada puncak
konstruksi payung tersebut terdapat petaka sebagai titik simpul seluruh
iga-iga, pemucu, dan pemade. Pondasi wantilan menggunakan pondasi
titik (jongkok asu) tanpa diikat oleh balok sloof. Di atas pondasi, diletakkan
sendi untuk menerima beban konstruksi yang disalurkan lewat saka
(kolom).

1.1.5 Utilitas
Pada pencahayaan menggunakan pencahayaan alami pada siang
hari dengan memanfaatkan tumpangan pada atap bangunan sedangkan
pada malam hari menggunakan bantuan cahaya lampu sebagai penerang
bangunan. Pantulan sinar matahari dapat masuk ke ruangan dengan
sempurna.
Pada

penghawaan

menggunakan

penghawaan

alami

dengan

memanfaatkan atap tumpang, udara dapat masuk ke ruangan dan


memberikan

sirkulasi

secara

sempurna

pada

bangunan,

sehingga

bangunan tidak akan menghasilkan udara panas jika berada di dalam


bangunan dikarenakan sirkulasi udara yang sudah sempurna.
1.1.5 Ragam Hias

Pada ragam hiasnya menggunakan ragam hias bebadungan dan


pada ke-4 ujung dari atapnya menggunakan ikut celedu sebagai penghias
dan memperindah bangunan. Pada titik atas bangunan menggunakan
hiasan ornamen arsitektur bali yang berbentuk kelopak bunga.

BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Jadi penggunaan wantilan sangat berperan penting dalam penggunaan
bangunan di ranah publik,terutama untuk menunjang aktifitas dan
kreatifitas masyarakat di suatu desa atau banjar, dikarenakan wantilan
dapat difungsikan sebagai bangunan serba guna. Wantilan juga memiliki
ciri khas arsitektur bali yaitu terdapat tumpangan pada atapnya dan
sirkulasi udara pada atap bangunan dapat bersikulasi dengan baik
sehingga kenyamanan dapat dirasakan oleh orang yang berada di dalam
ruangan.

Sumber refrensi
http://photos1.blogger.com/blogger/1553/3937/1600/Gerenceng-DetailKubah.jpg
http://photos1.blogger.com/blogger/1553/3937/1600/Gerenceng-Menur.jpg
http://somebali2love.blogspot.com/2006_10_01_archive.html
http://pujaone.blogspot.com/2012/03/pengertian-wantilan-yangmana.html
http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/5/15/ars2.html

Anda mungkin juga menyukai