Anda di halaman 1dari 36

LABIO PALATOSKISIS

Disusun Oleh:
M. Randi G. P.

220110120086

Nahrullia Endah R.

220110120094

Irmalita Fauzia

220110120100

Nurul Azmi Nabilah

220110120108

Rizka Choirunnisa

220110120114

Tantri Novianti

220110120120

Naoval Meilandi N.

220110120126

Ellys Suryani

220110120133

Alia Isna Yudianti

220110120140

Era Sucia

220110120146

Farisa Herswandani A.

220110120152

Restania Lukita Utami

220110120160

Risa Luthfiana Izzati

220110120166

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERITAS PADJADJARAN
2014

A. Pengertian
Labio Palatoskisis adalah suatu kelainan yang dapat terjadi pada
daerah mulut, palatosisis (sumbing palatum), dan labiosisis (sumbing pada
bibir) yang terjadi akibat gagalnya jaringan lunak (struktur tulang) untuk
menyatu selama perkembangan embroil. (Aziz Alimul Hidayat, 2006)
Labio Palatoskisis adalah penyakit congenital anomaly yang
berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Suriadi, S.Kp. 2001)
B. Etiologi
Faktor penyebab labiopalatoschisis belum pasti, tetapi ada dua faktor
resiko terjadinya penyakit ini, yaitu :
1. Faktor Herediter
Mutasi gen
Kelainan kromosom, seperti Triautosom
Perkawinan antar penderita
2. Faktor eksternal/ lingkungan
Faktor usia ibu
Nutrisi
Penyakit infeksi sifilis, virus rubella
Radiasi
Stress emosional
Trauma pada trimester pertama
Kekurangan asam folat
Defisiensi Zn waktu hamil
Defisiensi vitamin B6
Mengkonsumsi alkohol & narkotika
Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik
adalah:
~ Jamu.
Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat
berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio
palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang
menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum
jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut
~ Kontrasepsi hormonal.
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi
kontrasepsi hormonal, terutama untuk hormon
estrogen

yang

berlebihan

akan

menyebabkan

terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada

janin, karena akan terjadi gangguan sirkulasi


fotomaternal.
~ Obat obatan yang dapat menyebabkan kelainan
kongenital terutama labio palatoschizis. Obat
obatan itu antara lain :
a) Talidomid, diazepam (obat obat penenang)
b) Aspirin (Obat obat analgetika)
c) Kosmetika yang mengandung merkuri &
timah hitam (cream pemutih)
C. Klasifikasi
1. Berdasarkan organ yang terlibat
Celah bibir ( labioscizis ) : celah terdapat pada bibir bagian

atas
Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi

bagian atas
Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum
2. Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung
Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung
3. Berdasarkan letak celah
Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir
Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir
Midline : celah terjadi pada tengah bibir
4. Menurut Veau, celah bibir dapat bervariasi, dari pit atau takik kecil
pada tepi merah bibir sampai celah yang meluas ke dasar hidung.
Kelas I : takik unilateral pada tepi merah bibir dan meluas

sampai bibir.
Kelas II: bila takik pada merah bibir sudah meluas ke bibir,

tetapi tidak mengenai dasar hidung.


Kelas III: celah unilateral pada merah bibir yang meluas

melalui bibir ke dasar hidung.


Kelas IV: setiap celah bilateral

pada

bibir

yang

menunjukkan takik tak sempurna atau merupakan celah


yang sempurna.
5. Menurut sistem Veau, celah palatum dapat dibagi dalam 4 tipe
klinis, yaitu :
Kelas I : celah yang terbatas pada palatum lunak.

Kelas II: Cacat pada palatum keras dan lunak yang hanya
terbatas pada palatum sekunder tetapi tidak melampaui

foramen insisivum.
Kelas III: celah pada palatum sekunder dapat komplit atau
tidak komplit. Celah palatum komplit meliputi palatum
lunak dan keras sampai foramen insisivum. Sedangkan
sumbing yang tidak komplit meliputi palatum lunak dan
palatum keras, tetapi tidak meluas sampai foramen
insisivum. Celah unilateral yang komplit dan meluas dari
uvula sampai foramen insisivum di garis tengah dan proc.

Alveolaris unilateral yang juga termasuk kelas III.


Kelas IV: Celah bilateral komplit meliputi palatum lunak
dan keras serta proc. Alveolaris pada kedua sisi premaksila,
meninggalkan daerah itu bebas dan sering kali bergerak

D. Manifestasi Klinis
1. Labiosisis
Distorsi pada hidung
Adanya celah pada bibir
2. Palatosisis
Ada celah pada tekak (uvula), palato lunak dan keras, atau

foramen incisive
Adanya rongga pada hidung
Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat

diperiksa dengan jari


Kesukaran dalam menelan atau menghisap
(Suriasi, S.Kp. 2001)
3. Pada Palatoskisis
Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras

dan faramen incisive.


Ada rongga pada hidung.
Distorsi hidung
Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat

diperiksa dengan jari.


Kesukaran dalam menghisap/makan.

E. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:
Kesulitan berbicara (hipernasalitas, artikulasi, kompensatori)

Dengan adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi

pelebaran sehingga suara yang keluar menjadi sengau.


Maloklusi (pola erupsi gigi abnormal)
Jika celah melibatkan tulang alveol, alveol ridge terletak disebelah
palatal, sehingga disisi celah dan didaerah celah sering terjadi

erupsi.
Masalah pendengaran (otitis media rekurens sekunder)
Dengan adanya celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii
terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder.

Aspirasi.
Dengan terganggunya

tuba

eustachii,

menyebabkan

reflek

menghisap dan menelan terganggu akibatnya dapat terjadi aspirasi.


Distress pernafasan.
Dengan terjadi aspirasi yang tidak dapat ditolong secara dini, akan

mengakibatkan distress pernafasan


Resiko infeksi saluran nafas.
Adanya celah pada bibir dan palatum dapat mengakibatkan udara
luar dapat masuk dengan bebas ke dalam tubuh, sehingga kuman

kuman dan bakteri dapat masuk ke dalam saluran pernafasan.


Pertumbuhan dan perkembangan terlambat.
Dengan adanya celah pada bibir dan palatum dapat menyebabkan
kerusakan menghisap dan menelan terganggu. Akibatnya bayi
menjadi kekurangan nutrisi sehingga menghambat pertumbuhan

dan perkembangan bayi.


Asimetri wajah.
Jika celah melebar ke dasar hidung alar cartilago dan kurangnya
penyangga pada dasar alar pada sisi celah menyebabkan asimetris

wajah.
Penyakit peri odontal.
Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah yang tidak
mencukupi di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di dekat
aspek distal dan medial insisiv pertama dapat menyebabkan

terjadinya penyakit peri odontal.


Crosbite.

Penderita labio palatoschizis seringkali paroksimallnya menonjol


dan lebih rendah posterior premaxillary yang colaps medialnya

dapat menyebabkan terjadinya crosbite.


Perubahan harga diri dan citra tubuh.
Adanya celah pada bibir dan palatum serta terjadinya asimetri
wajah menyebabkan perubahan harga diri da citra tubuh.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Rontgen
2. Pemeriksaan Fisik
3. MRI untuk mengevaluasi abnormal
(Suriadi, S.Kp. 2001)
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan prabedah rutin ( hitung darah lengkap )
G. Pencegahan
1. Menghindari merokok
Ibu yang mengkonsumsi tembakau selama kehamilan
secara konsisten terkait dengan peningkatan resiko terjadinya celah
bibir pada janin. Mengingat frekuensi kebiasaan kalangan
perempuan di Amerika Serikat, ibu hamil merokok dapat
menyebabkan sekitar 20% dari celah bibir yang terjadi pada
populasi negara itu. (Windsor, 2002).
2. Menghindari Alkohol
Pada tinjauan yang dipresentasikan di Utah Amerika
Serikat pada acara pertemuan konsensus WHO (bulan Mei 2001),
diketahui bahwa interpretasi hubungan antara alkohol dan celah
bibir. Peminum alkohol berat selama kehamilan diketahui dapat
mempengaruhi tumbuh kembang embrio, dan celah bibir serta
palatum telah dijelaskan memiliki hubungan dengan terjadinya
defek sebanyak 10% kasus pada sindrom alkohol fetal (fetal
alcohol syndrome).
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat pada ibu hamil saat konsepsi dan
trimester I kehamilan sangat penting bagi tumbuh kembang bibir,
palatum dan struktur kraniofasial yang normal dari fetus.

a. Asam Folat
Pemberian asam folat pada ibu hamil sangat penting pada
setiap tahap kehamilan sejak konsepsi sampai persalinan.
Asam folat memiliki dua peranan dalam kehamilan. Satu,
ialah dalam proses maturasi janin jangka panjang untuk
mencegah anemia pada kehamilan lanjut. Kedua, ialah
dalam mencegah defek kongenital selama tumbuh kembang
embrionik. Telah disarankan bahwa suplemen asam folat
pada ibu hamil memiliki peran dalam mencegah celah
orofasial yang non sindromik seperti celah bibir dan/atau
langit-langit.
b. Vitamin B-6
Vitamin B-6 diketahui dapat melindungi janin terhadap
induksi terjadinya celah orofasial secara laboratorium pada
binatang

oleh

sifat

teratogennya

demikian

juga

kortikosteroid, kelebihan vitamin A, dan siklofosfamid.


Deoksipiridin, atau antagonis vitamin B-6, diketahui
menginduksi celah orofasial dan defisiensi vitamin B-6
sendiri cukup untuk membuktikan terjadinya celah bibir
dan defek lahir lainnya pada binatang percobaan. Namun
penelitian pada manusia masih kurang untuk membuktikan
peran vitamin B-6 dalam terjadinya celah.
c. Vitamin A
Asupan vitamn A yang kurang atau berlebih dikaitkan
dengan peningkatan resiko terjadinya celah orofasial dan
kelainan kraniofasial lainnya. Hale adalah peneliti pertama
yang menemukan bahwa defisiensi vitamin A pada ibu
menyebabkan defek pada mata, celah orofasial, dan defek
kelahiran lainya pada babi. Penelitian klinis manusia
menyatakan bahwa paparan fetus terhadap retinoid dan diet
tinggi vitamin A juga dapat menghasilkan kelainan
kraniofasial yang gawat.

4. Modifikasi Pekerjaan
Dari data-data yang ada dan penelitian skala besar
menyatakan bahwa ada hubungan antara celah orofasial dengan
pekerjaan ibu hamil (pegawai kesehatan, industri reparasi, pegawai
agrikulutur).

Teratogenesis

karena

trichloroethylene

dan

tetrachloroethylene pada air yang diketahui berhubungan dengan


pekerjaan bertani mengindikasikan adanya peran dari pestisida, hal
ini diketahui dari beberapa penelitian, namun tidak semua. Maka
sebaiknya pada wanita hamil lebih baik mengurangi jenis
pekerjaan yang terkait. Pekerjaan ayah dalam industri cetak, seperti
pabrik cat, operator motor, pemadam kebakaran atau bertani telah
diketahui meningkatkan resiko terjadinya celah orofasial.
5. Suplemen Nutrisi
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk merangsang
percobaan pada manusia untuk mengevaluasi suplementasi vitamin
pada ibu selama kehamilan yang dimaksudkan sebagai tindakan
pencegahan. Hal ini dimotivasi oleh hasil baik yang dilakukan pada
percobaan binatang. Penelitian pertama dilakukan pada tahun 1958
di Amerika Serikat namun penelitiannya kecil, metodenya sedikit
dan tidak ada analisis statistik yang dilaporkan. Penelitian lainnya
dalam usaha memberikan suplemen multivitamin dalam mencegah
celah orofasial dilakukan di Eropa dan penelitinya mengklaim
bahwa hasil pemberian suplemen nutrisi adalah efektif.
H. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
Masalah yang dapat terjadi adalah resiko tersedak
Ibu harus dilatih untuk memberikan Asi, yang harus
diberikan secara hati hati dan sering beristirahat jika tetap
mengalami kesukaran. Asi dapat di pompa dan diberikan
dengan sedotan sedikit sedikit. Perhatikan agar pompa
payudara dan gelas penampung Asi selalu diseduh agar
tidak terjadi terkontaminasi.

2. Medis
Tindakan operasi pertama di kerjakan untuk menutup celah
bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10
minggu (3 bulan) > 10 pon (5 kg), Hb > 10 gr/dl, leukosit <

10.000/ui.
Tahapan bedah korektif
a) Kelahiran (bulan ke 18) : meluruskan segmen
maksilaris
b) 2-5 tahun : reposisi maksilaris segmen dan koreksi
cross bite
c) 10-11 tahun : mengoreksi proses pembentukan gigi
d) 2-18 tahun : treatment gigi permanen yang telah

terbentuk
Speech Therapy
Tindakan ini dilakukan setelah bedah korektif dilakukan
yang bertujuan agar anak dapat berbicara normal seperti

anak-anak normal lainnya.


3. Pencegahan infeksi.
Menaati praktek pencegahan infeksi terutama kebersihan
tangan serta memakai sarung tangan.
4. Pasca-operasi
Imobilisasi tangan untuk mencegah bayi menyentuh jahitan
Pemberian makan dan minum untuk membantu pasien
dalam memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit sesuai
program pengobatan. Waktu pemberian makan dapat segera
dimulai setelah bayi sadar dan refleks menelan sudah

ditegakkan.
Perencanaan pulang dan perawatan dirumah. Ajarkan pada
orangtua tentang perawatan area operasi,praktik pemberian
makan-minum, tanda-tanda infeksi, dan pengaturan posisi
anak saat menyusu. Beri semangat dan dukungan moral
untuk orangtua. Tekankan pada orangtua pentingnya
penatalaksanaan

jangka

munculnya

masalah

panjang

untuk

mencegah

berbicara

dan

bahasa,hilangnya/berkurangnya pendengaran,dan masalah


gigi.

Informasikan

tentang

lembaga-lembaga

atau

kelompok pendukung untuk anak dengan celah palatum dan

atau celah bibir


Hasil yang diharapkan:
~ Luka bayi sembuh tanpa komplikasi
~ Pertumbuhan BB-TB bayi/anak sesuai dengan
standar
~ Orangtua dapat menunjukkan teknik menyusui yang
benar
~ Orangtua

akan

memperlihatkan

penerimaan

terhadap kondisi anak


5. Pendidikan kesehatan
Cara pemasangan selang OGT
Pemberian dot khusus yang bentuknya lebih panjang dan
lubangnya lebih lebardaripada dot biasa. Tujuannya untuk
menutupi lubang langit-langit mulut sehingga susu bisa
langsung masuk ke kerongkongan, lubang lebih besar

karena daya hisap bayi rendah


Bila usia anak sudah mencapai 1-4 tahun dilakukan
evaluasi berbicara, dan usia 6 tahun evaluasi gigi dan

rahang
Fasilitasi tumbuh kembang anak
Ajarkan cara mencegah komplikasi (menjaga kebersihan
area

operasi,

meminimalisisr

menyebabkan luka operasi terbuka)

gerakan

yang

dapat

I. Patofisiologi

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
a) Biodata
1) Nama
:2) Usia
: 2 Jam
3) Alamat
:4) Jenis Kelamin
: Laki-laki
5) Pendidikan
:6) Agama
:7) Suku Bangsa
:8) Diagnosa Medis
: Labio Palatoskisis
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : terdapat celah pada bibir
dan langit-langit mulut
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Seorang bayi laki-laki lahir 2 jam yang lalu
di rumah sakit dengan kondisi terdapat celah
pada bibir dan langit-langit mulut.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
c) Data Biologis
1) Pola Kehidupan Sehari-hari
Pemeriksaan
Nutrisi
Frekuensi
Jenis
Pantangan
Keluhan
Cairan dan Elektrolit
Frekuensi
Jenis
Pantangan
Keluhan
Eliminasi
BAB
Frekuensi
Keluhan
BAK
Frekuensi
Keluhan
Istirahat dan Tidur
Kebiasaan

Sebelum Sakit

Setelah Sakit

Frekuensi
Keluhan
Personal Hygiene
Mandi dan gosok gigi
Berpakaian
Berhias
Keluhan

2) Pemeriksaan Fisik
i.
Keadaan umum
ii.
Tanda-tanda vital
Suhu
: 37,80 C
Denyut Nadi
: 120x/menit
Respirasi
: 46x/menit
Tekanan Darah
: - mmHg
iii.
Pemeriksaan menyeluruh
Inspeksi : terdapat celah pada bibir
dan

langit-langit,

tampak

sulit

menyusui
Palpasi : Perkusi : Auskultasi : d) Data Psikologis
Ibu tampak sedih melihat kondisi anaknya, Bingung
cara menyusui, ibu berusaha menutupi-nutupi wajah
anaknya, ibu tidak tahu apa yang harus dilakukan
setelah anaknya dibawa pulang
e) Data Sosial dan Spiritual
f) Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium dan fisik
Pemeriksaan
BBL
Leukosit
Hb
K
Na

Hasil
2.500 gram
11.000 mg/dL
16 gr/dL
4,8 mEq
138 mEq
b. Analisa Data

Data yang menyimpang


Do :
~ Tampak sulit

Nilai normal
2.500-4.000 gram
9.000-30.000
12-24 gr/dL
3,6-5,8 mEq/L
134-150 mEq/L

Etiologi
Labio Palatoskisis

Hilangnya pemisah antara

Interpretasi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Masalah
Risiko
ketidakseimbangan

makan/menyusu
Ds : -

saluran pernapasan dengan


saluran pencernaan

Kurangnya kekuatan hisapan

Sulit menyusu

ketidakseimbangan nutrisi

nutrisi kurang dari


kebutuhan b.d.
kesulitan
makan/menyusu

kurang dari kebutuhan


dan
Labio Palatoskisis

Prosedur operasi

Luka pasca operasi pada


daerah mulut

Sulit menyusu

ketidakseimbangan nutrisi
Do :
~ Hilangnya pemisah
antara saluran
pernapasan dengan
saluran pencernaan
Ds :

kurang dari kebutuhan


Labio Palatoskisis

Hilangnya pemisah antara


saluran pernapasan dengan
saluran pencernaan

Saluran pernapasan dan

menyusui anaknya
~ Ibu mengatakan

pencernaan terhubung

Makan/ meyusu

tersedak

Risiko Aspirasi
Labio Palatoskisis

Dilakukan pembedahan

Proses operasi

Ketidaktahuan, bingung apa

tidak tahu apa

yang harus dilakukan

Do :Ds :
~ Ibu mengatakan
bingung cara

Risiko Aspirasi
b.d. Saluran
pernapasan dan
pencernaan
terhubung

Kurang
pengetahuan b.d.
proses kelainan
dan prosedur
operasi

yang harus

Kurang pengetahuan

dilakukan setelah
anak dibawa

Dan
Labio Palatoskisis

Hilangnya pembatas antara

pulang
~ Ibu malu dan
berusaha menutupnutupi muka
anaknya

saluran pencernaan dan saluran


pernapasan

Tidak tahu apa yang harus


dilakukan dan tidak tahu cara

DO :
Luka terbuka
DS :-

menyusui

Kurang pengetahuan
Labio Palatoskisis

Prosedur operasi

Luka pasca operasi

Risiko Infeksi

2. Diagnosa Keperawatan
A. Pre OP
1) Risiko Aspirasi

b.d.

Risiko Infeksi b.d.


Luka pasca operasi

Saluran

pencernaan terhubung
2) Risiko ketidakseimbangan

pernapasan

nutrisi

dan

kurang

dari

kebutuhan b.d. sulit menyusu


3) Kurang pengetahuan b.d. proses kelainan dan
prosedur operasi
B. Post OP
1) Risiko Infeksi b.d. Luka pasca operasi
2) Risiko ketidakseimbangan nutrisi
kebutuhan b.d. sulit menyusu
3. Rencana Asuhan Keperawatan
A. Pre Op
1) Risiko Aspirasi b.d. Saluran

kurang

dari

pernapasan

dan

pencernaan terhubung
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama

proses

keperawatan

diharapkan

dalam

waktu ..x24 jam pasien tidak mengalami aspirasi

Kriteria Hasil : pasien menoleransi asupan oral dan


secret tanpa aspirasi.
Intervensi:
kaji status pernafasan selama pemberian

makan
gunakan dot dengan ukuran agak besar,

rangsang hisap dengan sentuhan dot pada bibir


perhatikan posisi bayi saat member makan;
tegak atau setangah duduk ( membentuk sudut

2) Risiko

45o)
beri makanan secara perlahan
lakukan
penepukan
punggung
pemberian minum
ketidakseimbangan

nutrisi

setelah

kurang

dari

kebutuhan b.d. sulit menyusu


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama

proses

keperawatan

diharapkan

dalam

waktu ..x24 jam pasien tidak mengalami kekurangan


nutrisi
kriteria hasil: pasien tidak menunjukkan tanda dan
gejala kekurangan nutrisi
Intervensi:
Kaji kemampuan menelan dan menghisap

anak
Gunakan dot khusus untuk pemberian minum,
atau jika anak kesulitan menghisap dapat

menggunakan botol peras (squeeze bottles)


Berikan posisi duduk atau tegak lurus untuk
mengurangi resiko aspirasi saat memberikan

makan/minum
Berikan makanan pada anak sesuai dengan

kebutuhan dan jadwal


Berikan pendidikan kesehatan atau informasi
tentang cara memberikan makan/minum yang

tepat untuk anak kepada orangtua


Prosedur perawatan pasca operasi, berikan
rangsangan pada anak untuk minum/makan,

kemudian berikan minuman dan makanan


(dari bahan cair, kemudian makanan lunak,
bubur tim, setelah itu nasi) sesuai kebutuhan
diet anak.
3) Kurang pengetahuan b.d. proses kelainan dan
prosedur operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama

proses

keperawatan

diharapkan

dalam

waktu ..x24 jam pengetahuan ibu pasien akan adekuat


Kriteria Hasil : Ibu pasien dapat menunjukkan cara
menyusui anak dan ibu dapat menyebutkan apa yang
harus dilakukan setelah anak dibawa pulang
Intervensi :
Periksa keakuratan umpan-balik

untuk

memastikan bahwa ibu dapat memahami


program terapi dan informasi lainnya yang

relevan
Beri penyuluhan

sesuai

dengan

pemahaman

ulangi

informasi

ibu,

tingkat
bila

diperlukan
Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan,

redemontrasi, dan berikan umpan-balik secara


verbal dan tertulis
B. Post Op
1) Risiko Infeksi b.d. Luka pasca operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan dalam waktu
..x24 jam tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : tidak terjadi tanda dan gejala
infeksi
Intervensi :
Pantau tanda dan gejala infeksi
Kaji factor yang dapat meningkatkan

kerentanan terhadap infeksi


Jelaskan
kepada
keluarga

mengapa

terapi/bedah meningkatkan risiko infeksi

Ikuti protocol institusi untuk melaporkan

suspek infeksi atau kultur positif


Kolaborasi pemberian terapi analgetik
2) Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan b.d. sulit menyusu
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama proses keperawatan diharapkan dalam waktu
..x24 jam tidak terjadi ketidakadekuatan nutrisi
Kriteria Hasil : tidak terjadi tanda dan gejala
kurang nutrisi
Intervensi :
Pantau

nilai

laboratorium,

khususnya

transferin, albumin, dan elektrolit


Manajemen nutrisi
Ajarkan
ibu
cara
menyusui

yang

tidak/mengurangi nyeri pada mulut anak saat

menyusu
Bila diperlukan gunakan alat bantu untuk
memenuhi nutrisi anak

K. Learning Objectif
1. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi baru lahir dan
pemeriksaan reflex pada bayi baru lahir
Pemeriksaan Pertama
Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan
di kamar bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat
kehamilan sekarang dan sebelumnya dan riwayat persalinan.
Pemeriksaan dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan
dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat yang digunakan
harus bersih dan hangat.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
a) Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan
dalam uterus ke luar uterus yang memerlukan resusitasi.
b) Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang
perlu tindakan segera.
c) Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama
ibu (rawat gabung) atau tempat perawatan khusus.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :

1) Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian
cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia
1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar
mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai
keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan
untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon
terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu
ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh
waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai
Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir,
kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan
kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk
menilai respon resusitasi.Cara menentukan nilai APGAR :

Tanda
Warna kulit

0
Biru , pucat

1
Kemerahan

2
Semua

ekstremitas biru

kemerahan

Denyut jantung

Tidak ada

<100

>100

Upaya bernafas

Tidak ada

Tidak teratur

Baik (menangis
kuat)

Tonus otot

Lemah

Fleksi

pada Gerakan aktif

ekstremitas
Reflek

Tidak

(kateter di

beraksi

Meringis

Batuk , bersin

lubang hidung)
2) Mencari Kelainan Kongenital
Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan
adanya kelainan kongenital pada bayi terutama yang
memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu
ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik,
terkena radiasi atau infeksi virus pada trimester pertama.
Juga

ditanyakan adakah

kelainan bawaan keluarga

disamping itu perlu diketahui apakah ibu menderita


penyakit yang dapat menggangu pertumbuhan janin seperti
diabetes mellitus, asma broinkial dan sebagainya.
3) Memeriksa cairan amnion
Pada pemeriksaan cairan amnion perlu diukur
volume.

Hidramnion

(volume

>

2000

ml)

sering

dihubungkan dengan obstruksi traktus intestinal bagian


atas, ibu dengan diabetes atau eklamsi. Sedangkan
oligohidramnion (volume < 500 ml) dihubungkan dengan
agenesis ginjal bilateral. Selain itu perlu diperhatikan
adanya konsekuensi oligohidramnion seperti

kontraktur

sendi dan hipoplasi paru.


4) Memeriksa tali pusat
Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan
kesegarannya, ada tidaknya simpul dan apakah terdapat dua
arteri dan satu vena. Kurang lebih 1 % dari bayi baru lahir
hanya mempunyai satu arteri umbilikalis dan 15 %
mempunyai satu atau lebih kelainan konginetal terutama
pada sistem pencernaan, urogenital, respiratorik atau
kardiovaskuler.
5) Memeriksa plasenta
Pada pemeriksaan plasenta perlu ditimbang dan
diperhatikan

apakah

ada

perkapuran,

nekrosis

dan

sebagainya. Pada bayi kembar harus diteliti apakah terdapat


satu atau dua korion (untuk menentukan kembar identik
atau tidak). Juga perlu diperhatikan adanya anastomosis
vascular

antara

kedua

amnion,

bila

perlu

periksa

kemungkinan terjadi tranfusi feto-fetal.


6) Pemeriksaaan bayi secara cepat dan menyeluruh.
7) Menimbang berat badan dan membandingkan dengan masa
gestasi.
Kejadian kelainan congenital pada bayi kurang
bulan 2 kali lebih banyak dibanding bayi cukup bulan,
sedangkan pada bayi kecil untuk masa kehamilan kejadian
tersebut sampai 10 kali lebih besar.
8) Pemeriksaan mulut

Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labiopalatoskisis, harus diperhatikan juga apakah terdapat
hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia
esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan
cara memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah kateter
di dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml udara dan dengan
stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam
lambung.

Dengan

demikian

akan

tersingkir

atresia

esophagus, kemudian cairan amnion di dalam lambung


diaspirasi. Bila terdapat cairan melebihi 30 ml pikirkan
kemungkinan atresia usus bagian atas. Pemeriksaan patensi
esophagus dianjurkan pada setiap bayi yang kecil untuk
masa

kehamilan,

ateri

umbulikalis

polihidramnion atau hipersalivasi.


Pada pemeriksaan mulut

hanya

satu,

perhatikan

juga

terdapatnya hipoplasia otot depresor aguli oris. Pada


keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menangis,
sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan
garis nasolabialis akan kurang tampak pada daerah yang
sehat (sebaliknya pada paresis N.fasiali). Pada 20 %
keadaan seperti ini dapat ditemukan kelainan congenital
berupa kelainan kardiovaskular dan dislokasi panggul
kongenital.
9) Pemeriksaan anus
Perhatikan adanya adanya anus imperforatus dengan
memasukkan thermometer ke dalam anus. Walaupun
seringkali atresia yang tinggi tidak dapat dideteksi dengan
cara ini. Bila ada atresia perhatikan apakah ada fistula
rekto-vaginal.
10) Pemeriksaan garis tengah tubuh
Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina
bidifa, meningomielokel dan lain-lain.
11) Pemeriksaan jenis kelamin
Biasanya orang tua ingin segera mengetahui jenis
kelamin

anaknya.

Bila

terdapat

keraguan

misalnya

pembesaran klitoris pada bayi perempuan atau terdapat


hipospadia atau epispadia pada bayi lelaki, sebaiknya
pemberitahuan

jenis kelamin ditunda sampai dilakukan

pemeriksaan lain seperti pemeriksaan kromosom.


Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam 24 jam dan
dilakukan setelah bayi berada di ruang perawatan. Tujuan
pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang mungkin terabaikan
pada pemeriksaan di kamar bersalin.
Pemeriksaan ini meliputi :
1) Aktifitas fisik
Inspeksi : Ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan
gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris.
2) Pemeriksaan suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,50C 370C.
3) Kulit
Inspeksi
Warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi
Lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan.
4) Kepala
Inspeksi
Distribusi rambut di puncak kepala.
Palpasi
Tidak ada massa atau area lunak di tulang

tengkorak.
Fontanel anterior dengan

sepanjang sutura korona dan sutura segital.


Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm

ukuran 5 x 4 cm

sepanjang sutura lambdoidalis dan sagitalis.


5) Wajah
Inspeksi
Mata segaris dengan

telinga, hidung di garis tengah,

mulut garis tengah wajah dan simetris.


6) Mata
Inspeksi
Kelompak mata tanpa petosis atau udem.
Skelera tidak ikterik, cunjungtiva tidak merah
muda, iris berwarna merata dan bilateral. Pupil
beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
7) Telinga

Inspeksi
Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak
kendur, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk
dengan baik kokoh.
8) Hidung
Inspeksi
Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas
melalui hidung.
9) Mulut
Inspeksi
Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir
berbentuk penuh berwarna merah muda

dan lembab,

membran mekosa lembab dan berwarna merah muda,


palatom utuh, lidah dan uvula di garis tengah, reflek gag
dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
10) Leher
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan
pendek.
Palpasi
Triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak ada.
11) Dada
Inspeksi
Bentuk seperti tong, gerakan dinding dada

semetris.
Frekuensi nafas 40 60 x permenit, pola nafas

normal.
Palpasi
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau
kelima tanpa kardiomegali.
Auskultasi
Suara nafas jernih sama kedua sisi.
frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur
tanpa mumur.
Perkusi
Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12) Payudara
Inspeksi
Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting
tambahan.
13) Abdomen

Inspeksi
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua
arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati
teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1
cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan
posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba
sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah
dan tepi perut.
Perkusi
Timpani kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi
Bising usus ada.
14) Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita)
Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada,
meatus uretra ada di depan orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki)
Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis
dan skrotum penuh.
15) Anus
Inspeksi
Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari
kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
16) Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa
sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapat
skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang
yang terlihat.
Palpasi
Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku
normal pada tangan reflek genggam ada, kuat
bilateral,

terdapat

sepuluh

jari

dan

tanpa

berselaput, jarak antar jari sama karpal dan

metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku


panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa
fraktur tanpa nyeri simetris bantalan kuku merah

muda sama kedua sisi.


Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki
tanpa selaput, jarak antar jari sama bantalan kuku
merah muda, panjang kuku melewati bantalan
kuku rentang pergerakan sendi penuh : tungkai,
lutut, pergelangan, kaki, tumit dan jari kaki tarsal
dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek

plantar ada dan sismetris.


18) Pemeriksaan reflek
a) Berkedip
Cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
Normal : dijumpai pada tahun pertama.
b) Tonic neck
Cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke
satu sisi.
Normal : bayi melakukan perubahan posisi jika
kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai
ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada
sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi
setiap kali kepala di tolehkan tampak kirakira
pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6
bulan.
c) Moro
Cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja
/tempat tidur.
Normal : lengan ekstensi, jariari mengembang,
kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit
ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan
mengenggam tulang belakang dan ekstremitas
bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat

selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 - 4


bulan.
d) Mengenggam
Cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi
ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada beri bayi
botol

atau

dot

karena

menghisap

akan

menstimulasi reflek.
Normal : jarijari bayi melengkung melingkari jari
yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi
ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4
bulan.
e) Rooting
Cara : gores sudut mulut bayi melewati garis
tengah bibir.
Normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap,
reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan
tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama
selama tidur
f) Menghisap
Cara : beri bayi botol dan dot.
Normal : bayi menghisap dengan kuat dalam
berepons terhadap stimulasi reflek ini menetap
selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi.
g) Menari / melangkah
Cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit
menyentuh permukaan yang keras.
Normal : kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah
jika sedikit di sentuh ke permukaan keras di jumpai
pada 4 - 8 minggu pertama.
19) Pengukuran atropometrik
a) Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri
alas kain di atasnya, tangan bidan menjaga di atas
bayi sebagai tindakan keselamatan. BBL 2500 4000gram.
b) Panjang badan

Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa


mungkin. Pegang kepala agar tetap pada ujung atas
kita ukur dan dengan lembut renggangkan kaki ke
bawah menuju bawah kita. PB : 48/52cm.
c) Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang
paling menonjol dan tarik pita mengelilingi bagian
atas alis LK : 32 - 37 cm.
d) Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terrendah scapula dan
tarik pita mengelilingi kearah depan dan garis
putih. LD : 32 35 cm.
Pemeriksaan Fisik pada Bayi waktu Pulang
Pada waktu memulangkan dilakukan lagi pemeriksaan
untuk menyakinkan bahwa tidak ada kelainan kongenital atau
kelainan akibat trauma yang terlewati perlu di perhatikan :
a) Susunan saraf pusat : aktifitas bayi, ketegangan, ubunubun.
b) Kulit : adanya ikterus, piodermia.
c) Jantung : adanya bising yang baru timbul kemudian.
d) Abdomen : adanya tumor yang tidak terdektesi
sebelumnya.
e) Tali pusat : adanya infeksi.
di samping itu perlu di perhatikan apakah bayi sudah pandai
menyusu dan ibu sudah mengerti cara pemberian ASI yang benar.
2. Tahap perkembangan embrio
1) Pertumbuhan bayi dalam rahim usia 2 minggu
Pembuahan terjadi sekitar dua minggu setelah awal
mulainya masa haid. Walaupun masa periode dua minggu
selama dan sesudah menstruasi tersebut tetap dihitung
sebagai bagian dari masa kehamilan 40 minggu, wanita
belum benar-benar hamil saat ini, namun dokter akan
menghitung Hari Perkiraan Lahir atau HPL berdasarkan
hari pertama menstruasi terakhir.
Penyatuan sperma dan telur akan membentuk satu
sel tunggal kecil (zygote). Kromosom dalam zygote
menentukan jenis kelamin, warna mata dan rambut, tinggi
dan figur. Setelah pembuahan terjadi, zygote akan mulai

bergerak melalui saluran telur ke kandungan rahim. Zygote


kecil tersebut disebut blastocyte. Pada saat blastocyte
mencapai rahim ia akan menempelkan dirinya ke dinding
rahim (kadang antara hari ke-7 dan ke-9 setelah
penghamilan dan plasenta mulai terbentuk.
2) Perkembangan janin usia 3 minggu
Pada saat ini zigot secara resmi menjadi janin dalam
rahim dengan otak, tulang belakang dan organ tubuh yang
terus berkembang. Sebelum setengah masa dari trimester
pertama, jantung dan sistem peredaran darah bayi sudah
akan berkembang dengan cepat. Calon ibu belum bisa
mendengar suara detak jantungnya tapi dokter mungkin
melihat tanda awal detak jantung saat USG. Begitu sistem
peredaran darah bayi sudah sempurna, jantungnya akan
berdetak dan organ tubuh pertamanya akan mulai berfungsi.
3) Perkembangan janin bayi 6 minggu / 1 bulan
Memasuki minggu ke-6 perkembangan bayi dalam
rahim ibu, ukuran bayi sekitar 0,8 inci dan pembuluh syaraf
untuk otak dan punggungnya hampir menutup. Jantung
berdetak dan figur dasar wajah bayi mulai terbentuk
termasuk mulut dan telinga. Jaringan tulang rusuk dan otot
mulai berkembang begitu pula "pucuk" di mana tangan dan
kaki akan bertumbuh sudah ada. Tengkoraknya belum solid
namun semua pembuluh dan saluran yang dibutuhkan
untuk mengedarkan cairan sumsum tulang belakang sudah
terbentuk.
4) Perkembangan janin 8 minggu
Pada minggu ke-8, jari tangan dan kaki sudah
kelihatan walaupun masih menyatu satu sama lain. Tulang
sendi (siku, pergelangan kaki dan tangan), telinga, bibir,
hidung dan kelopak mata bertambah nyata.
5) Pertumbuhan bayi dalam rahim 9 minggu / 2 bulan
Pada minggu ke-9 perkembangan bayi dalam rahim,
ukuran bayi hanya sekitar satu inci. "Ekor" janin di ujung
tulang belakang menyusut dengan cepat membentuk puting,

organ reproduksi dan kantung rambut. Organ tubuh seperti


pankreas dan gallbladder juga sudah berkembang.
6) Perkembangan janin 12 minggu
Mendekati akhir trimester pertama perkembangan
bayi dalam rahim ibu, organ-organ vital bayi sudah
berkembang, ekor janin dan selaput di antara jari tangan
dan kakinya juga sudah hilang. Tulangnya sudah terbentuk
dan syaraf otaknya tersembul. Kelopak mata dan telinga
bagian luar terbentuk dan "tunas gigi" nya mulai tumbuh.
Bagian kelamin mulai terlihat dan plasenta ibu sedang
bekerja

keras

untuk

memasok

nutrisi

untuk

pertumbuhannya selama trimester kedua dan ketiga.


7) Perkembangan janin 13 minggu / 3 bulan
Pada akhir trimester pertama, bayi akan berukuran
sekitar tiga inci dan berbobot kurang dari satu ons. Ia juga
sudah memiliki kuku dan wajah yang lebih nyata.
8) Perkembangan janin 15-16 minggu
Perkembangan bayi 4 bulan dalam kandungan ditandai
dengan pergerakannya yang semakin aktif walaupun ibu
masih belum bisa merasakan gerakannya. Ia mungkin mulai
suka menghisap jempolnya dan tengkoraknya juga semakin
solid. Tulang rusuknya mulai terbentuk namun belum
terlalu kelihatan. Di awal tahap perkembangan janin
trimester kedua hormon kehamilan mulai bekerja. Kelenjar
prostat atau ovari berkembang. Langit-langit mulut bayi
hampir sempurna.
9) Perkembangan janin 17 minggu
Sekitar minggu ketiga dari perkembangan janin
trimester kedua, bayi sudah memiliki lapisan kulit
transparan dan membentuk alis mata dan rambut di
kepalanya. Mata dan telinga semakin terbentuk dan tulang
serta sumsum sudah terbentuk.
10) Perkembangan janin 18 minggu
Pada minggu ke-18 kehamilan ibu mungkin bisa
merasakan tanda-tanda pertama kehidupan dalam rahim.
Jika tidak, ibu akan segera merasakannya. Pendengaran

bayi semakin baik sekarang. Ia bisa mendengar suara ibu


dan lawan bicara ibu secara samar-samar. Ototnya bergerak
secara refleks dan ginjalnya sudah memproduksi urin yang
disimpan dalam kantung amniotic setelah dikeluarkan.
Proses perkembangan janin 18 minggu dalam
kandungan

lainnya

yang

cukup

signifikan

adalah

terbentuknya lapisan lemak (verniks) dan rambut yang


sangat halus (lanugo) untuk melindungi kulitnya yang tipis.
11) Proses perkembangan janin 19 minggu dalam
kandungan
Memasuki satu bulan tahap perkembangan janin
trimester kedua, panjang bayi sudah sekitar 20 cm dengan
berat kira-kira 300 gram. Mata bayi mulai sensitif terhadap
cahaya dan ia sudah bisa berkedip, mengerutkan dahi serta
menunjukkan berbagai eksperesi lainnya. Ia juga sudah bisa
meninju. Lapisan lemak yang menjaga tubuh tetap hangat
dan melindungi serta memberi tenaga ke tubuh juga
semakin terbentuk. Perkembangan bayi 5 bulan dalam
kandungan juga mencakup kemampuan menelan. Syaraf di
otaknya saat ini juga sudah tersambung ke telinga yang
mana sudah mencapai posisi akhir di tengkorak. Bayi bisa
mendengar detak jantung ibu dan bunyi perut ibu yang
keroncongan. Ia mungkin bereaksi pada suara gaduh di luar
lingkungannya dengan cara melompat atau bergerak.
12) Perkembangan janin 20 minggu
Dengan panjang sekitar 25 cm dan berat sekitar 350
gram sekarang bayi kemungkinan sudah bergerak kesana
kemari dan ibu bisa merasakannya. Kulitnya lebih tebal dan
berkurang transparannya serta sudah ada alis mata dan
sedikit rambut di kepalanya. Di usia perkembangan janin
20 minggu ini, sumsum tulang belakangnya mulai
memproduksi sel darah dan ia mulai mencerna gula dari
cairan amniotik anda.

13) Proses

perkembangan

janin

21

minggu

dalam

kandungan
Berat bayi sekitar 400 gram memasuki minggu ke21 kehamila. Indera perasa dan indera pengecapnya juga
sudah berkembang. Alat kelamin sudah sempurna. Bayi
akan belajar bernafas dengan cara menggerakkan cairan
amniotic masuk dan keluar dari paru-parunya. Kulitnya
semakin berkurang transparansinya dan mulai menyimpan
lebih banyak lemak tubuh. Ia sudah memiliki sidik jari.
14) Perkembangan janin 22 minggu
Mendekati akhir perkembangan bayi 5 bulan dalam
kandungan, bagian dalam telinganya sudah berkembang
sampai tahap di mana ia bisa merasakan posisinya di dalam
rahim apakah terbalik atau tidak. Sekarang ia sudah mulai
memilki jadwal atau siklus tidur dan bangun. Jari tangan
dan tangannya sudah terbentuk sempurna walaupun ia
belum bisa mengontrolnya. Ibu akan merasakan lebih
banyak gerakan saat bayi menjelajah dunianya yang
terbatas di dalam kandungan.
15) Proses perkembangan janin

24

minggu

dalam

kandungan
Pertumbuhan organ mata mulai terlihat nyata dan
kelopak matanya mulai terpisah di usia perkembangan janin
24 minggu. Kulitnya berkeruk-kerut dan terdapat tumpukan
lemak di bawahnya. Panjang janin mencapai 30-32 cm
dengan berat kira-kira 700 gram.
16) Perkembangan janin 25 minggu
Pada minggu ke-25, berat badannya akan berkisar
sekitar 750 gram. Perkembangannya semakin pesat dengan
alis mata, bulu mata dan mata yang semakin nyata.
17) Proses perkembangan janin 28 minggu

dalam

kandungan
Pada akhir tahap perkembangan janin trimester
kedua ini, 2/3 dari perjalanan ibu menuju persalinan sudah

dilewati dan perubahan yang ibu maupun bayi alami akan


semakin dramatis. Berat bayi 6 bulan dalam kandungan
mencapai satu kilogram dengan panjang sekitar 35 cm. Saat
ini organ dan sistem imun bayi sudah hampir sempurna dan
terus bekerja keras agar benar-benar terbentuk sempurna
serta siap pada saat persalinan nanti. Panjang badannya
juga sudah bertumbuh tiga sampai empat kali lipat dari
masa akhir trimester pertama. Jika janin lahir pada tahap
usia kandungan 28 minggu ini, kemungkinan besar ia akan
bisa bertahan hidup dengan perawatan khusus.
18) Perkembangan janin 29 minggu
Dengan berat sekitar 1,2 kg dan panjang 37 cm,
bayi 7 bulan dalam kandungan akan makin memenuhi
keseluruhan ruang di perut ibu. Ukuran kepala mulai
proporsional dengan tubuhnya. Dahi dan alis matanya
sudah bertumbuh sempurna. Bulu halus di badannya juga
terus tumbuh.
19) Perkembangan janin 30 minggu
Dengan panjang sekitar 38 cm dan berat sekitar 1,4
kg, bayi 7 bulan dalam kandungan sudah bisa membuka
dan menutup matanya sekarang. Sekali terlelap ia bisa tidur
sekitar 20 sampai 30 menit. Ia juga lebih atletis sekarang
dan beberapa tendangannya mungkin membuat ibu berhenti
bernafas. Tulangnya masih lentur tapi akan semakin kuat
setiap harinya. Ia sudah pintar menyamankan dirinya dalam
kandungan di usia ini. Sejalan dengan perkembangan janin
30 minggu, ibu mungkin mulai merasa tidak nyaman di
area panggul dan perut.
20) Perkembangan janin 31 minggu
Hampir semua organ tubuh bayi sudah berkembang
sempurna saat ini, kecuali sebagian kecil paru-parunya.
Latihan bernafas sudah dilakukan sejak di dalam rahim
untuk mempersiapkan bayi menghadapi dunia luar. Ibu
mungkin merasakan sentakan kecil jika bayi cegugukan

selama proses berlatih bernafas ini. Syaraf otaknya juga


terus berkembang dengan pesat dan bayi sudah bisa
memproses informasi dengan cepat sekarang. Seiring
dengan perkembangan janin usia 7 bulan, beratnya
sekarang mencapai 1,6 kg dengan panjang 40 cm.
21) Perkembangan janin 32 minggu
Pertumbuhan janin trimester ketiga di minggu ke32, berat bayi antara 1,8 kg dengan panjang tubuh 42 cm.
Lapisan rambut (lanugo) pelindung bayi mulai menghilang
dan paru-parunya sudah hampir berkembang sempurna.
Pupil matanya sudah berfungsi dan akan mengenyit dan
melebar pada saat terekspos dengan cahaya maupun
kegelapan. Selain itu, perkembangan janin 32 minggu juga
mencakup berat badan yang bertambah semakin cepat
karena ia terus menambah lemak di tubuhnya untuk
mempersiapkan diri menghadapi persalinan dan dunia luar.
Bayi yang lahir pada tahap kehamilan ini akan bisa
bertahan hidup namun kemungkinan besar harus dirawat
dalam inkubator.
22) Perkembangan janin 33 minggu
Pada perkembangan janin 33 minggu, jari jemari
bayi mulai terbentuk dengan sempurna. Ukuran janin
sekarang mencapai 43 cm dengan berat 2 kg.
23) Perkembangan janin 34 minggu
Bobot bayi 8 bulan dalam kandungan anda semakin
bertambah mencapai 2,2 kg dengan panjang sekitar 44 cm.
Dahi dan bulu matanya sudah berkembang sempurna dan
matanya sudah pintar berkedip-kedip. Jika bayi \laki-laki,
testiskalnya mulai terbentuk dengan sempurna di minggu
ke-34 perkembangan janin ini.
24) Perkembangan janin 35 minggu
Bayi terus bertumbuh dan menempati hampir
seluruh ruang di rahim. Gerakannya semakin berkurang
karena ruang gerak yang terbatas. Perkembangan berat
badan janin 35 minggu mencapai sekitar 2.4 kg dan

panjangnya 45 cm. Pada periode ini fungsi paru-paru bayi


sudah matang.
25) Perkembangan janin 36 minggu
Pada kehamilan ke-36 minggu, berat badan bayi 8
bulan dalam kandungan anda mencapai sekitar 2,5 kilogram
dengan panjang sekitar 46 cm, dan ia mulai belajar
mengisap dan menelan untuk mempersiapkan diri menyusui
setelah lahir. Ibu mungkin mulai merasakan kontraksi palsu
sekarang. Jika persalinan tepat waktu, bayi mungkin akan
berputar ke posisi persalinan "kepala di bawah" pada
minggu ke-36 perkembangan janin ini. Jika ibu melahirkan
dalam beberapa minggu ke depan, maka usia kehamilan
termasuk kategori rata-rata. Sejalan dengan pertambahan
usia kandungan dari minggu ke minggu, berat badan bayi
akan terus bertambah dalam rahim dan tubuhnya juga
semakin kuat. Ruang geraknya dalam rahim juga semakin
terbatas sejalan dengan perkembangan janin usia 8 bulan, di
mana ukuran tubuhnya makin bertambah, sehingga
aktivitas dan tendangannya juga akan semakin berkurang.
26) Perkembangan janin 37 minggu
Bulu pada badan bayi 9 bulan dalam kandungan
anda mulai berkurang. Bayi mulai mengeluarkan hormon
yang dinamakan cortisone yang membantu mematangkan
organ pernafasan. Panjang bayi mencapai 7 cm dan berat 3
kg. Pada periode ini bayi sudah siap lahir karena organ
tubuhnya sudah matang dan bisa bekerja sendiri.
27) Perkembangan janin 38 minggu
Pada minggu ke-38, jika ibu belum melahirkan berat
badan bayi akan mencapai sekitar 3,1 kg dengan panjang 48
cm. Rambutnya semakin panjang mencapai 5 cm. Begitu
juga kukunya. Kulitnya juga sudah mulai berwarna sedikit
merah jambu. setelah bayi 9 bulan dalam kandungan sudah
menyimpan lemak yang cukup di tubuhnya, suhu tubuhnya
akan bisa bertahan stabil pada saat ia lahir. Dan antibodi

yang ia terima melalui plasenta akan membantunya


melewati beberapa bulan awal kehidupannya dalam kondisi
kesehatan yang baik.
28) Perkembangan janin 39 minggu
Pertumbuhan bayi sudah sempurna. Beratnya
sekarang mencapai 3,2 kg dengan panjang 49 cm. Di
minggu ke-39 perkembangan janin 9 bulan ini, ibu harus
siap siaga karena setiap saat bisa melahirkan.
29) Perkembangan janin 40 minggu
Pada minggu ke-40, jika ibu belum melahirkan,
berat badan bayi 9 bulan dalam kandungan mungkin sudah
mencapai sekitar 3,3 kg dan panjang kira-kira 50 cm.
Jangan terlalu kuatir apabila ibu melewati Hari Perkiraan
Lahir. Hanya sekitar 5% dari wanita hamil yang melahirkan
tepat pada HPL nya dan dokter kemungkinan belum akan
merekomendasikan induksi atau caesar seminggu atau dua
minggu lagi kecuali jika ibu atau bayi berada dalam kondisi
yang berbahaya.
3. Alat bantu pemenuhan nutrisi pada bayi yang mempunyai
kelainan celah bibir

L. Daftar Pustaka
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku saku diagnose keperawatan: diagnosis
NANDA. Jakarta. EGC
Tanpa

nama.

2012.

Asuhan

palatum.http/scibd.com/doc/pdf

keperawatan

pada

cleft

lip

and

Tanpa

nama.

Dentofacial

characteristic

of

repaired

CLP.

www.fakultaskesehatan.com
Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Yogyakarta:
Fitramaya.
Sodikin. 2009. Keperawatan Anak: Gangguan Pencernaan. Jakarta : EGC
Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Tanpa Nama. Tanpa tahun. Fase Perkembangan Janin Bayi dalam Rahim
Ibu Usia 1, 2, 3 Bulan. Tersedia online :
http://www.bayiku.org/perkembangan-janin/fase-perkembangan-janinbayi-dalam-rahim-ibu-usia-1-2-3-bulan
Tanpa Nama. Tanpa tahun. Fase Perkembangan Janin Bayi dalam Rahim
Ibu Usia 4, 5, 6 Bulan. Tersedia
online :http://www.bayiku.org/perkembangan-janin/tahap-perkembanganjanin-trimester-kedua-usia-4-5-6-bulan
Tanpa Nama. Tanpa tahun. Fase Perkembangan Janin Bayi dalam Rahim
Ibu Usia 7, 8, 9 Bulan. Tersedia online :
http://www.bayiku.org/perkembangan-janin/perkembangan-janintrimester-ketiga-usia-7-8-9-bulan

Anda mungkin juga menyukai