Disusun Oleh:
M. Randi G. P.
220110120086
Nahrullia Endah R.
220110120094
Irmalita Fauzia
220110120100
220110120108
Rizka Choirunnisa
220110120114
Tantri Novianti
220110120120
Naoval Meilandi N.
220110120126
Ellys Suryani
220110120133
220110120140
Era Sucia
220110120146
Farisa Herswandani A.
220110120152
220110120160
220110120166
A. Pengertian
Labio Palatoskisis adalah suatu kelainan yang dapat terjadi pada
daerah mulut, palatosisis (sumbing palatum), dan labiosisis (sumbing pada
bibir) yang terjadi akibat gagalnya jaringan lunak (struktur tulang) untuk
menyatu selama perkembangan embroil. (Aziz Alimul Hidayat, 2006)
Labio Palatoskisis adalah penyakit congenital anomaly yang
berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Suriadi, S.Kp. 2001)
B. Etiologi
Faktor penyebab labiopalatoschisis belum pasti, tetapi ada dua faktor
resiko terjadinya penyakit ini, yaitu :
1. Faktor Herediter
Mutasi gen
Kelainan kromosom, seperti Triautosom
Perkawinan antar penderita
2. Faktor eksternal/ lingkungan
Faktor usia ibu
Nutrisi
Penyakit infeksi sifilis, virus rubella
Radiasi
Stress emosional
Trauma pada trimester pertama
Kekurangan asam folat
Defisiensi Zn waktu hamil
Defisiensi vitamin B6
Mengkonsumsi alkohol & narkotika
Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik
adalah:
~ Jamu.
Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat
berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio
palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang
menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum
jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut
~ Kontrasepsi hormonal.
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi
kontrasepsi hormonal, terutama untuk hormon
estrogen
yang
berlebihan
akan
menyebabkan
atas
Celah gusi ( gnatoscizis ) : celah terdapat pada gusi gigi
bagian atas
Celah palatum ( palatoscizis ) : celah terdapat pada palatum
2. Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
Komplit : jika celah melebar sampai ke dasar hidung
Inkomplit : jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung
3. Berdasarkan letak celah
Unilateral : celah terjadi hanya pada satu sisi bibir
Bilateral : celah terjadi pada kedua sisi bibir
Midline : celah terjadi pada tengah bibir
4. Menurut Veau, celah bibir dapat bervariasi, dari pit atau takik kecil
pada tepi merah bibir sampai celah yang meluas ke dasar hidung.
Kelas I : takik unilateral pada tepi merah bibir dan meluas
sampai bibir.
Kelas II: bila takik pada merah bibir sudah meluas ke bibir,
pada
bibir
yang
Kelas II: Cacat pada palatum keras dan lunak yang hanya
terbatas pada palatum sekunder tetapi tidak melampaui
foramen insisivum.
Kelas III: celah pada palatum sekunder dapat komplit atau
tidak komplit. Celah palatum komplit meliputi palatum
lunak dan keras sampai foramen insisivum. Sedangkan
sumbing yang tidak komplit meliputi palatum lunak dan
palatum keras, tetapi tidak meluas sampai foramen
insisivum. Celah unilateral yang komplit dan meluas dari
uvula sampai foramen insisivum di garis tengah dan proc.
D. Manifestasi Klinis
1. Labiosisis
Distorsi pada hidung
Adanya celah pada bibir
2. Palatosisis
Ada celah pada tekak (uvula), palato lunak dan keras, atau
foramen incisive
Adanya rongga pada hidung
Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat
E. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan Labio palatoschizis adalah:
Kesulitan berbicara (hipernasalitas, artikulasi, kompensatori)
Dengan adanya celah pada bibir dan palatum, pada faring terjadi
erupsi.
Masalah pendengaran (otitis media rekurens sekunder)
Dengan adanya celah pada paltum sehingga muara tuba eustachii
terganggu akibtnya dapat terjadi otitis media rekurens sekunder.
Aspirasi.
Dengan terganggunya
tuba
eustachii,
menyebabkan
reflek
wajah.
Penyakit peri odontal.
Gigi permanen yang bersebelahan dengan celah yang tidak
mencukupi di dalam tulang. Sepanjang permukaan akar di dekat
aspek distal dan medial insisiv pertama dapat menyebabkan
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto Rontgen
2. Pemeriksaan Fisik
3. MRI untuk mengevaluasi abnormal
(Suriadi, S.Kp. 2001)
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan prabedah rutin ( hitung darah lengkap )
G. Pencegahan
1. Menghindari merokok
Ibu yang mengkonsumsi tembakau selama kehamilan
secara konsisten terkait dengan peningkatan resiko terjadinya celah
bibir pada janin. Mengingat frekuensi kebiasaan kalangan
perempuan di Amerika Serikat, ibu hamil merokok dapat
menyebabkan sekitar 20% dari celah bibir yang terjadi pada
populasi negara itu. (Windsor, 2002).
2. Menghindari Alkohol
Pada tinjauan yang dipresentasikan di Utah Amerika
Serikat pada acara pertemuan konsensus WHO (bulan Mei 2001),
diketahui bahwa interpretasi hubungan antara alkohol dan celah
bibir. Peminum alkohol berat selama kehamilan diketahui dapat
mempengaruhi tumbuh kembang embrio, dan celah bibir serta
palatum telah dijelaskan memiliki hubungan dengan terjadinya
defek sebanyak 10% kasus pada sindrom alkohol fetal (fetal
alcohol syndrome).
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat pada ibu hamil saat konsepsi dan
trimester I kehamilan sangat penting bagi tumbuh kembang bibir,
palatum dan struktur kraniofasial yang normal dari fetus.
a. Asam Folat
Pemberian asam folat pada ibu hamil sangat penting pada
setiap tahap kehamilan sejak konsepsi sampai persalinan.
Asam folat memiliki dua peranan dalam kehamilan. Satu,
ialah dalam proses maturasi janin jangka panjang untuk
mencegah anemia pada kehamilan lanjut. Kedua, ialah
dalam mencegah defek kongenital selama tumbuh kembang
embrionik. Telah disarankan bahwa suplemen asam folat
pada ibu hamil memiliki peran dalam mencegah celah
orofasial yang non sindromik seperti celah bibir dan/atau
langit-langit.
b. Vitamin B-6
Vitamin B-6 diketahui dapat melindungi janin terhadap
induksi terjadinya celah orofasial secara laboratorium pada
binatang
oleh
sifat
teratogennya
demikian
juga
4. Modifikasi Pekerjaan
Dari data-data yang ada dan penelitian skala besar
menyatakan bahwa ada hubungan antara celah orofasial dengan
pekerjaan ibu hamil (pegawai kesehatan, industri reparasi, pegawai
agrikulutur).
Teratogenesis
karena
trichloroethylene
dan
2. Medis
Tindakan operasi pertama di kerjakan untuk menutup celah
bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10
minggu (3 bulan) > 10 pon (5 kg), Hb > 10 gr/dl, leukosit <
10.000/ui.
Tahapan bedah korektif
a) Kelahiran (bulan ke 18) : meluruskan segmen
maksilaris
b) 2-5 tahun : reposisi maksilaris segmen dan koreksi
cross bite
c) 10-11 tahun : mengoreksi proses pembentukan gigi
d) 2-18 tahun : treatment gigi permanen yang telah
terbentuk
Speech Therapy
Tindakan ini dilakukan setelah bedah korektif dilakukan
yang bertujuan agar anak dapat berbicara normal seperti
ditegakkan.
Perencanaan pulang dan perawatan dirumah. Ajarkan pada
orangtua tentang perawatan area operasi,praktik pemberian
makan-minum, tanda-tanda infeksi, dan pengaturan posisi
anak saat menyusu. Beri semangat dan dukungan moral
untuk orangtua. Tekankan pada orangtua pentingnya
penatalaksanaan
jangka
munculnya
masalah
panjang
untuk
mencegah
berbicara
dan
Informasikan
tentang
lembaga-lembaga
atau
akan
memperlihatkan
penerimaan
rahang
Fasilitasi tumbuh kembang anak
Ajarkan cara mencegah komplikasi (menjaga kebersihan
area
operasi,
meminimalisisr
gerakan
yang
dapat
I. Patofisiologi
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
a) Biodata
1) Nama
:2) Usia
: 2 Jam
3) Alamat
:4) Jenis Kelamin
: Laki-laki
5) Pendidikan
:6) Agama
:7) Suku Bangsa
:8) Diagnosa Medis
: Labio Palatoskisis
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : terdapat celah pada bibir
dan langit-langit mulut
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Seorang bayi laki-laki lahir 2 jam yang lalu
di rumah sakit dengan kondisi terdapat celah
pada bibir dan langit-langit mulut.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
c) Data Biologis
1) Pola Kehidupan Sehari-hari
Pemeriksaan
Nutrisi
Frekuensi
Jenis
Pantangan
Keluhan
Cairan dan Elektrolit
Frekuensi
Jenis
Pantangan
Keluhan
Eliminasi
BAB
Frekuensi
Keluhan
BAK
Frekuensi
Keluhan
Istirahat dan Tidur
Kebiasaan
Sebelum Sakit
Setelah Sakit
Frekuensi
Keluhan
Personal Hygiene
Mandi dan gosok gigi
Berpakaian
Berhias
Keluhan
2) Pemeriksaan Fisik
i.
Keadaan umum
ii.
Tanda-tanda vital
Suhu
: 37,80 C
Denyut Nadi
: 120x/menit
Respirasi
: 46x/menit
Tekanan Darah
: - mmHg
iii.
Pemeriksaan menyeluruh
Inspeksi : terdapat celah pada bibir
dan
langit-langit,
tampak
sulit
menyusui
Palpasi : Perkusi : Auskultasi : d) Data Psikologis
Ibu tampak sedih melihat kondisi anaknya, Bingung
cara menyusui, ibu berusaha menutupi-nutupi wajah
anaknya, ibu tidak tahu apa yang harus dilakukan
setelah anaknya dibawa pulang
e) Data Sosial dan Spiritual
f) Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium dan fisik
Pemeriksaan
BBL
Leukosit
Hb
K
Na
Hasil
2.500 gram
11.000 mg/dL
16 gr/dL
4,8 mEq
138 mEq
b. Analisa Data
Nilai normal
2.500-4.000 gram
9.000-30.000
12-24 gr/dL
3,6-5,8 mEq/L
134-150 mEq/L
Etiologi
Labio Palatoskisis
Interpretasi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Masalah
Risiko
ketidakseimbangan
makan/menyusu
Ds : -
Sulit menyusu
ketidakseimbangan nutrisi
Prosedur operasi
Sulit menyusu
ketidakseimbangan nutrisi
Do :
~ Hilangnya pemisah
antara saluran
pernapasan dengan
saluran pencernaan
Ds :
menyusui anaknya
~ Ibu mengatakan
pencernaan terhubung
Makan/ meyusu
tersedak
Risiko Aspirasi
Labio Palatoskisis
Dilakukan pembedahan
Proses operasi
Do :Ds :
~ Ibu mengatakan
bingung cara
Risiko Aspirasi
b.d. Saluran
pernapasan dan
pencernaan
terhubung
Kurang
pengetahuan b.d.
proses kelainan
dan prosedur
operasi
yang harus
Kurang pengetahuan
dilakukan setelah
anak dibawa
Dan
Labio Palatoskisis
pulang
~ Ibu malu dan
berusaha menutupnutupi muka
anaknya
DO :
Luka terbuka
DS :-
menyusui
Kurang pengetahuan
Labio Palatoskisis
Prosedur operasi
Risiko Infeksi
2. Diagnosa Keperawatan
A. Pre OP
1) Risiko Aspirasi
b.d.
Saluran
pencernaan terhubung
2) Risiko ketidakseimbangan
pernapasan
nutrisi
dan
kurang
dari
kurang
dari
pernapasan
dan
pencernaan terhubung
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama
proses
keperawatan
diharapkan
dalam
makan
gunakan dot dengan ukuran agak besar,
2) Risiko
45o)
beri makanan secara perlahan
lakukan
penepukan
punggung
pemberian minum
ketidakseimbangan
nutrisi
setelah
kurang
dari
proses
keperawatan
diharapkan
dalam
anak
Gunakan dot khusus untuk pemberian minum,
atau jika anak kesulitan menghisap dapat
makan/minum
Berikan makanan pada anak sesuai dengan
proses
keperawatan
diharapkan
dalam
untuk
relevan
Beri penyuluhan
sesuai
dengan
pemahaman
ulangi
informasi
ibu,
tingkat
bila
diperlukan
Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan,
mengapa
nilai
laboratorium,
khususnya
yang
menyusu
Bila diperlukan gunakan alat bantu untuk
memenuhi nutrisi anak
K. Learning Objectif
1. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi baru lahir dan
pemeriksaan reflex pada bayi baru lahir
Pemeriksaan Pertama
Pemeriksaan pertama pada bayi baru lahir harus dilakukan
di kamar bersalin. Perlu mengetahui riwayat keluarga, riwayat
kehamilan sekarang dan sebelumnya dan riwayat persalinan.
Pemeriksaan dilakukan bayi dalam keadaan telanjang dan
dibawah lampu yang terang. Tangan serta alat yang digunakan
harus bersih dan hangat.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
a) Menilai gangguan adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan
dalam uterus ke luar uterus yang memerlukan resusitasi.
b) Untuk menemukan kelainan seperti cacat bawaan yang
perlu tindakan segera.
c) Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama
ibu (rawat gabung) atau tempat perawatan khusus.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
1) Menilai APGAR
Nilai APGAR merupakan suatu metode penilaian
cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia
1 menit dan 5 menit. Pada tahun 1952 dr.Virginia Apgar
mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk menilai
keadaan klinis bayi baru lahir. Nilai Apgar dapat digunakan
untuk mengetahui keadaan bayi baru lahir dan respon
terhadap resusitasi. Perlu kita ketahui nilai Apgar suatu
ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh
waktu. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai
Apgar, antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir,
kelainan bawaan, infeksi, hipoksia, hipovolemia dan
kelahiran prematur. Nilai Apgar dapat juga digunakan untuk
menilai respon resusitasi.Cara menentukan nilai APGAR :
Tanda
Warna kulit
0
Biru , pucat
1
Kemerahan
2
Semua
ekstremitas biru
kemerahan
Denyut jantung
Tidak ada
<100
>100
Upaya bernafas
Tidak ada
Tidak teratur
Baik (menangis
kuat)
Tonus otot
Lemah
Fleksi
ekstremitas
Reflek
Tidak
(kateter di
beraksi
Meringis
Batuk , bersin
lubang hidung)
2) Mencari Kelainan Kongenital
Pemeriksaan di kamar bersalin juga menentukan
adanya kelainan kongenital pada bayi terutama yang
memerlukan penanganan segera pada anamnesis perlu
ditanyakan apakah ibu menggunakan obat-obat teratogenik,
terkena radiasi atau infeksi virus pada trimester pertama.
Juga
ditanyakan adakah
Hidramnion
(volume
>
2000
ml)
sering
kontraktur
apakah
ada
perkapuran,
nekrosis
dan
antara
kedua
amnion,
bila
perlu
periksa
Pada pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labiopalatoskisis, harus diperhatikan juga apakah terdapat
hipersalivasi yang mungkin disebabkan oleh adanya atresia
esofagus. Pemeriksaan patensi esophagus dilakukan dengan
cara memasukkan kateter ke dalam lambung, setelah kateter
di dalam lambung, masukkan 5 - 10 ml udara dan dengan
stetoskop akan terdengar bunyi udara masuk ke dalam
lambung.
Dengan
demikian
akan
tersingkir
atresia
kehamilan,
ateri
umbulikalis
hanya
satu,
perhatikan
juga
anaknya.
Bila
terdapat
keraguan
misalnya
tengkorak.
Fontanel anterior dengan
ukuran 5 x 4 cm
Inspeksi
Posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak
kendur, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk
dengan baik kokoh.
8) Hidung
Inspeksi
Posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas
melalui hidung.
9) Mulut
Inspeksi
Bentuk dan ukuran proporsional dengan wajah, bibir
berbentuk penuh berwarna merah muda
dan lembab,
semetris.
Frekuensi nafas 40 60 x permenit, pola nafas
normal.
Palpasi
Nadi di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau
kelima tanpa kardiomegali.
Auskultasi
Suara nafas jernih sama kedua sisi.
frekuensi jantung 100- 160 x permenit teratur
tanpa mumur.
Perkusi
Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru.
12) Payudara
Inspeksi
Jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting
tambahan.
13) Abdomen
Inspeksi
Abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua
arteri dan satu vena berwarna putih kebiruan.
Palpasi
Abdomen Lunak tidak nyeri tekan dan tanpa massa hati
teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan limfa teraba 1
cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan
posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba
sekitar 2 - 3 cm, setinggi umbilicus di antara garis tengah
dan tepi perut.
Perkusi
Timpani kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal.
Auskultasi
Bising usus ada.
14) Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita)
Labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada,
meatus uretra ada di depan orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki)
Penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans tetis
dan skrotum penuh.
15) Anus
Inspeksi
Posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari
kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
16) Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa
sepanjang tulang belakang untuk mencari terdapat
skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang
yang terlihat.
Palpasi
Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
17) Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku
normal pada tangan reflek genggam ada, kuat
bilateral,
terdapat
sepuluh
jari
dan
tanpa
atau
dot
karena
menghisap
akan
menstimulasi reflek.
Normal : jarijari bayi melengkung melingkari jari
yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi
ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4
bulan.
e) Rooting
Cara : gores sudut mulut bayi melewati garis
tengah bibir.
Normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap,
reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan
tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama
selama tidur
f) Menghisap
Cara : beri bayi botol dan dot.
Normal : bayi menghisap dengan kuat dalam
berepons terhadap stimulasi reflek ini menetap
selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi.
g) Menari / melangkah
Cara : pegang bayi sehingga kakinya sedikit
menyentuh permukaan yang keras.
Normal : kaki akan bergerak ke atas dan ke bawah
jika sedikit di sentuh ke permukaan keras di jumpai
pada 4 - 8 minggu pertama.
19) Pengukuran atropometrik
a) Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri
alas kain di atasnya, tangan bidan menjaga di atas
bayi sebagai tindakan keselamatan. BBL 2500 4000gram.
b) Panjang badan
keras
untuk
memasok
nutrisi
untuk
lainnya
yang
cukup
signifikan
adalah
13) Proses
perkembangan
janin
21
minggu
dalam
kandungan
Berat bayi sekitar 400 gram memasuki minggu ke21 kehamila. Indera perasa dan indera pengecapnya juga
sudah berkembang. Alat kelamin sudah sempurna. Bayi
akan belajar bernafas dengan cara menggerakkan cairan
amniotic masuk dan keluar dari paru-parunya. Kulitnya
semakin berkurang transparansinya dan mulai menyimpan
lebih banyak lemak tubuh. Ia sudah memiliki sidik jari.
14) Perkembangan janin 22 minggu
Mendekati akhir perkembangan bayi 5 bulan dalam
kandungan, bagian dalam telinganya sudah berkembang
sampai tahap di mana ia bisa merasakan posisinya di dalam
rahim apakah terbalik atau tidak. Sekarang ia sudah mulai
memilki jadwal atau siklus tidur dan bangun. Jari tangan
dan tangannya sudah terbentuk sempurna walaupun ia
belum bisa mengontrolnya. Ibu akan merasakan lebih
banyak gerakan saat bayi menjelajah dunianya yang
terbatas di dalam kandungan.
15) Proses perkembangan janin
24
minggu
dalam
kandungan
Pertumbuhan organ mata mulai terlihat nyata dan
kelopak matanya mulai terpisah di usia perkembangan janin
24 minggu. Kulitnya berkeruk-kerut dan terdapat tumpukan
lemak di bawahnya. Panjang janin mencapai 30-32 cm
dengan berat kira-kira 700 gram.
16) Perkembangan janin 25 minggu
Pada minggu ke-25, berat badannya akan berkisar
sekitar 750 gram. Perkembangannya semakin pesat dengan
alis mata, bulu mata dan mata yang semakin nyata.
17) Proses perkembangan janin 28 minggu
dalam
kandungan
Pada akhir tahap perkembangan janin trimester
kedua ini, 2/3 dari perjalanan ibu menuju persalinan sudah
L. Daftar Pustaka
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku saku diagnose keperawatan: diagnosis
NANDA. Jakarta. EGC
Tanpa
nama.
2012.
Asuhan
palatum.http/scibd.com/doc/pdf
keperawatan
pada
cleft
lip
and
Tanpa
nama.
Dentofacial
characteristic
of
repaired
CLP.
www.fakultaskesehatan.com
Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Yogyakarta:
Fitramaya.
Sodikin. 2009. Keperawatan Anak: Gangguan Pencernaan. Jakarta : EGC
Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Tanpa Nama. Tanpa tahun. Fase Perkembangan Janin Bayi dalam Rahim
Ibu Usia 1, 2, 3 Bulan. Tersedia online :
http://www.bayiku.org/perkembangan-janin/fase-perkembangan-janinbayi-dalam-rahim-ibu-usia-1-2-3-bulan
Tanpa Nama. Tanpa tahun. Fase Perkembangan Janin Bayi dalam Rahim
Ibu Usia 4, 5, 6 Bulan. Tersedia
online :http://www.bayiku.org/perkembangan-janin/tahap-perkembanganjanin-trimester-kedua-usia-4-5-6-bulan
Tanpa Nama. Tanpa tahun. Fase Perkembangan Janin Bayi dalam Rahim
Ibu Usia 7, 8, 9 Bulan. Tersedia online :
http://www.bayiku.org/perkembangan-janin/perkembangan-janintrimester-ketiga-usia-7-8-9-bulan