CMV Nefritis
Oleh :
Giska Cantika, S.Ked
J 500 100 040
Pembimbing :
dr. A. Sentot Suropati, Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
CASE REPORT III
CMV Nefritis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Yang diajukan oleh :
Giska Cantika, S.Ked
J 500 10 0040
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Pada hari Senin, 10 November 2014
Pembimbing
Nama
NIP/NIK
: 195911201986101001
(...........................)
Dipresentasikan dihadapan
Nama
NIP/NIK
: 195911201986101001
(...........................)
Disahkan
Nama
NIK/NIK
:-
(...........................)
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Pasien Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Status perkawinan
Agama
Suku
Tanggal masuk RS
Tanggal pemeriksaan
No. Register
: nn. UK
: 17 tahun
: Perempuan
: Pengkol 2/3 Jatingarang, Sukoharjo
: Siswi SMA kls 2
: Belum Menikah
: Islam
: Jawa
: 18 November 2014
: 20 November 2014
: 202xxx
a. Anamnese
RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
Riwayat penyakit sama
Riwayat Pusing, Nyeri kepala
Riwayat Penyakit Jantung
Riwayat Penyakit Asma
Riwayat Alergi Makanan/Obat
Riwayat Penyakit Hipertensi
Riwayat Penyakit DM
Riwayat Penyakit Ginjal
Riwayat infeksi CMV
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Leukosit
3,9
103 uL
4,5 12,5
Trombosit
140
103 uL
154 - 386
Satuan
Nilai Normal
Hasil
Leukosit
3,9
103 uL
4,5 12,5
Trombosit
140
103 uL
154 - 386
d. Follow up
18 November 2014
19 November 2014
20 November 2014
O/ TD 110/90, N: 80, S:
37, RR: 20 KU : CM , CA
-/- , SI -/-, BJ I-II Reguller,
SDV +/+, Abd (dbn), eks
(dbn)
O/ KU : CM, baik,
Thorax abd (dbn), TD:
100/70, N: 75, S: 36, RR:
80
P/ inf RL 20tpm,
Ranitidin/12j,
Antalgin/12j,
B1B6B12/12j, Ranap
Sp.PD
Cefotaxime/8j,
Metilprednisolon 3x1,
chloramphenicol
3x250mg, antasyd syr
3x1cth
P/ amoxicilin/8j, tx.lanjut
21 November 2014
22 November 2014
S/ Pusing, Nyeri
pinggang, lain-lain
membaik
O/ KU : CM, TD : 100/70,
O/ TD : 110/7 0
N: 79, RR: 20, SDV (+)/(+),
BJ I-II reguller, abd (dbn),
ekst (dbn)
Urin rutin : ph 8,0, epitel
(+)
A/ Nefritis pd CMV
A/ Nefritis pd CMV
P/ Spiramicin
3x500mg,
Metilprednisolon 2x1,
Ranitidin 2x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Cytomegalovirus (CMV) merupakan penyebab infeksi kongenital dan
perinatal yang paling umum di seluruh dunia. Infeksi Cytomegalovirus (CMV)
sering dikelompokkan dalam infeksi TORCH yang merupakan singkatan dari
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus. Prevalensi
infeksi sangat tinggi, dan walaupun umumnya bersifat silent, infeksi CMV
ternyata dapat memicu banyak komplikasi pada berbagai sistem tubuh.
B. Epidemiologi
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) tersebar luas di seluruh dunia, dan terjadi
endemik tanpa tergantung musim. Iklim tidak mempengaruhi prevalensi. Pada
populasi dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60-70% orang
dewasa, menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap infeksi
CMV (Griffiths, 2004).
C. Virologi Cytomegalovirus
Virus Cytomegalovirus (CMV) termasuk keluarga virus Herpes. Infeksi
primer virus ini terjadi pada usia bayi, anak - anak, dan remaja yang sedang
dalam kegiatan seksual aktif. Penderita infeksi primer tidak menunjukkan gejala
yang khusus, tetapi virus terus hidup dengan status laten dalam tubuh penderita
selama bertahun tahun (Karger, 2001).
Nama ini berasal dari fakta bahwa hal itu menyebabkan pembesaran sel yang
terinfeksi (cytomegaly) dan mendorong badan inklusi karakteristik. Genom
HCMV terdiri dari DNA untai ganda dengan sekitar 230.000 pasangan basa.
Genom ini tertutup oleh kapsid icosahedral (diameter 100-110 nm, 162
capsomers). Antara kapsid dan amplop virus terdapat lapisan protein yang
dikenal sebagai tegument. Partikel virus matang memiliki diameter 150-200 nm.
Seperti semua herpesvirus, HCMV sensitif terhadap pH rendah, agen
lipiddissolving dan panas. HCMV memiliki waktu paruh sekitar 60 menit pada
37C dan relatif stabil pada -20C. Perlu disimpan di setidaknya -70C untuk
mempertahankan infektivitasnya (Karger, 2001).
CMV dapat menular dari ibu hamil ke janinnya selama kehamilan. Virus
dalam darah ibu masuk lewat plasenta dan menginfeksi darah janin (Karger,
2001).
Antara bayi yang lahir dengan infeksi CMV (infeksi CMV kongenital),
sekitar 1 dari 5 akan memiliki cacat permanen, seperti cacat perkembangan
atau gangguan pendengaran (Karger, 2001).
E. KLASIFIKASI
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir semua
jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis( ginjal).
2. CMV hepatitis( hati).
3. CMV myocarditis( jantung).
4. CMV pneumonitis( paru-paru).
5. CMV retinitis( mata).
6. CMV gastritis( lambung).
7. CMV colitis( usus).
8. CMV encephalitis( otak).
F. Patogenesis Infeksi Cytomegalovirus
CMV adalah virus litik yang menyebabkan efek sitopatik in vitro dan in vivo.
Efek patologis infeksi CMV adalah sel yang membesar dengan badan inklusi
virus (viral inclusion bodies). Sel yang terkena sitomegali juga terlihat pada
infeksi yang disebabkan oleh Betaherpesvirinae lain. Secara mikroskopis, sebutan
bagi sel ini adalah mata burung hantu. Walaupun merupakan suatu dasar
diagnosis, tampilan histologis seperti ini hanya ada sedikit atau tidak ada pada
organ terinfeksi (Akhter & Wills, 2010).
dalam saliva, air mata, darah, urin, semen, sekret vagina, air susu ibu, cairan
amnion dan lain-lain cairan tubuh. Ekskresi yang paling umum ialah melalui
saliva, dan urin dan berlangsung lama, sehingga bahaya penularan dan
penyebaran infeksi mudah terjadi. Ekskresi CMV pada infeksi kongenital sama
seperti pada ibu, juga berlangsung lama (Budipardigdo, 2007).
Reaktivasi, replikasi dan reinfeksi umum terjadi secara intermiten, meskipun
tanpa menimbulkan keluhan atau kerusakan jaringan. Replikasi DNA virus dan
pembentukan kapsid terjadi di dalam nukleus sel inang. Sel-sel terinfeksi CMV
dapat berfusi satu dengan yang lain, membentuk satu sel besar dengan nukleus
yang banyak. Endothelial giant cells (multinucleated cells) dapat dijumpai dalam
sirkulasi selama infeksi CMV menyebar. Sel berinti ganda yang membesar ini
sangat berarti untuk menunjukkan replikasi virus, yaitu apabila mengandung
inklusi intranukleus berukuran besar seperti mata burung hantu (owl eye)
(Budipardigdo, 2007).
Respons imun seseorang memegang peran penting untuk mengeliminasi virus
yang telah menyebabkan infeksi. Pada kondisi kompetensi imun yang baik
(imunokompeten), infeksi CMV akut jarang menimbulkan komplikasi, namun
penyakit dapat menjadi berat bila individu berada dalam keadaan immature
(belum
matang),
immunosuppressed
(respons
imun
tertekan)
atau
10
11
12
Bayi dengan infeksi CMV kongenital memiliki tingkat mortalitas 2030%. Kematian biasanya disebabkan disfungsi hati, perdarahan, dan
intravaskuler koagulopati atau infeksi bakteri sekunder (Kim, 2010).
H. Diagnosis Infeksi CMV
a. Riwayat Klinis
CMV adalah virus herpes double-stranded DNA dan merupakan
infeksi yang paling umum virus bawaan. Tingkat seropositif CMV
meningkat dengan usia. Lokasi geografis, kelas sosial ekonomi dan
bekerja pameran faktor lain yang mempengaruhi risiko infeksi. Infeksi
CMV membutuhkan kontak dekat melalui air liur, urin dan cairan tubuh
lainnya. Kemungkinan rute transmisi termasuk kontak seksual,
transplantasi organ, transmisi transplasenta, penularan melalui ASI dan
transfusi darah (jarang) (Marino et al, 2010).
Reaktivasi primer atau infeksi berulang dapat terjadi selama
kehamilan dan dapat menyebabkan infeksi CMV kongenital. Infeksi
transplasental
intrauterin,
intrakranial,
dapat
gangguan
mengakibatkan
pendengaran
mikrosefali,
pembatasan
sensorineural,
hidrosefalus,
pertumbuhan
kalsifikasi
hepatosplenomegali,
13
genetik (PCR) dari urin atau air liur bayi baru lahir. Sensitivitas PCR
dengan spesimen urin adalah 89% dan spesifisitas 96%. Sampel urine
dapat didinginkan (4) tetapi tidak boleh beku dan disimpan pada
suhu kamar. Tingkat pemulihan virus 93% dalam urin setelah 7 hari
pendinginan, kemudian menurun menjadi 50% setelah 1 bulan (Kim,
2010).
Peningkatan titer IgG empat kali lipat di dalam sera pasangan atau
anti-CMV IgM yang positif kuat berguna mendiagnosis infeksi, tes
serologis tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi pada bayi baru lahir.
Hal ini dikarenakan deteksi IgG anti-CMV pada bayi baru lahir
mencerminkan antibodi yang diperoleh dari ibu melalui transplasental
dan antibodi tersebut dapat bertahan sampai 18 bulan. Uji IgM juga
dapat bernilai positif palsu dan negatif palsu, Computed tomography
(CT) lebih sensitif untuk mendeteksi kalsifikasi intracranial. MRI dapat
digunakan untuk mendeteksi gangguan migrasi neuronal dan lesi
parenkim serebral (Kim, 2010).
Amniosentesis merupakan tes diagnostik prenatal tunggal yang
paling berharga, sedangkan PCR atau kultur virus dari cairan ketuban,
mempunyai tingkat spesifisitas dan sensitivitas yang sama. Kuantitatif
PCR menunjukkan 105 genom/mL cairan ketuban yang mungkin
mengandung prediktor gejala infeksi congenital. Ultrasonografi
kelainan janin pada wanita hamil dengan infeksi primer atau berulang
biasanya menunjukkan gejala infeksi janin. Kelainan sonografi janin
yang dilaporkan termasuk oligohidroamnios, pembatasan pertumbuhan
intrauterin, microcephaly, ventriculomegaly, kalsifikasi intrakranial,
hipoplasia corpus callosum, asites, hepatosplenomegali, hypoechogenic
bowel, efusi pleura dan pericardial (Kim, 2010).
I. Penatalaksanaan Infeksi CMV
Pilihan terapi terbaik dan pencegahan penyakit CMV yaitu gansiklovir dan
valgansiklovir. Pilihan lainnya merupakan lini kedua antara lain foscarnet dan
cidofovir . Konsensus yang menyatakan hal yang lebih baik antara profilaksis
dengan terapi preemptive yang lebih baik untuk pencegahan infeksi CMV pada
penerima organ transplan solid (Schleiss, 2010).
Pemberian terapi anti-Cytomegalovirus hanya setelah konsultasi dengan ahli
yang mengerti dengan dosis dan efek berat. Agen antiviral dapat diberikan pada
terapi penyakir Cytomegalovirus yang sudah ditegakan atau sebagai profilaksis
14
(seperti terapi preemptive) jika risiko perkembangan penyakit ini tinggi (seperti
pada penerima organ transplan) (Schleiss, 2010).
1) Gansiklovir
Gansiklovir terlisensi untuk terapi infeksi CMV. Nukleotida asiklik
sintetik secara struktural serupa dengan guanin. Struktur tersebut serupa
pada acyclovir yang membutuhkan fosforilasi aktivitas antiviral. Enzim
yang bertanggung jawab untuk fosforilasi adalah produk gen UL97 virus,
sebuah protein kinase. Resistensi dapat terjadi pada penggunaan jangka
panjang, secara umum terjadi karena mutasi gen ini. Indikasi obat ini
untuk anak immunocompromised seperti infeksi HIV, postransplan, dan
lain-lain jika secara klinis dan virologis membuktikan penyakit spesifik
berakhirnya organ yang spesifik (Schleiss, 2010).
2) Immunoglobulin
Imunoglobulin digunakan sebagai imunisasi pasif untuk mencegah
penyakit Cytomegalovirus simtomatik. Strategi ini telah digunakan pada
kontrol penyakit Cytomegalovirus pada pasien immunocompromised
pada era aantivirus prenuklosida. Bukti pada kehamilan menyarankan
infus Ig CMV pada wanita dengan infeksi primer dapat mencegah
transmisi dan memeperbaiki kondisi kelahiran (Schleiss, 2010).
3) Valgansiklovir (VGCV)
Valgansiklovir (VGCV) adalah sebuah prodrug turunan valyl dari
gansiklovir. Setelah absorbsi di intestinum, moase valine cepat diurai
oleh hepar menghasilkan GCV. Zat ini inaktif dan membutuhkan
trifosforilasi untuk aktivitas virostatis (Schleiss, 2010).
15
BAB III
KESIMPULAN
Pasien mengalami sakit kepala sejak SD dan positif di diagnosa terinfeksi
CMV 4 tahun yang lalu. Saat ini pasien mengalami CMV nefritis.
16
DAFTAR PUSTAKA
Akhter, Kauser dan Wills, Todd S. 2010. Cytomegalovirus. eMedicine Infectious
Disease.
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/215702-
17
Karger,
Freiburg.
2001.
Cytomegalovirus
(CMV).
Diunduh
dari:
Infections
and
Pregnancy.
Diunduh
dari:
pada
29 November 2014
18