Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT III

CMV Nefritis

Oleh :
Giska Cantika, S.Ked
J 500 100 040

Pembimbing :
dr. A. Sentot Suropati, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

LEMBAR PENGESAHAN
CASE REPORT III
CMV Nefritis
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Yang diajukan oleh :
Giska Cantika, S.Ked
J 500 10 0040
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Pada hari Senin, 10 November 2014
Pembimbing
Nama

: dr. A. Sentot Suropati, Sp.PD

NIP/NIK

: 195911201986101001

(...........................)

Dipresentasikan dihadapan
Nama

: dr. A. Sentot Suropati, Sp.PD

NIP/NIK

: 195911201986101001

(...........................)

Disahkan
Nama

: dr. Dona Dewi Nirlawati, M.Kes

NIK/NIK

:-

(...........................)

BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Pasien Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Status perkawinan
Agama
Suku
Tanggal masuk RS
Tanggal pemeriksaan
No. Register

: nn. UK
: 17 tahun
: Perempuan
: Pengkol 2/3 Jatingarang, Sukoharjo
: Siswi SMA kls 2
: Belum Menikah
: Islam
: Jawa
: 18 November 2014
: 20 November 2014
: 202xxx

B. HMRS (Hari Masuk Rumah Sakit)


Pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo atas rujukan dari dr. A. Sentot
Suropati, Sp.PD pada tgl 18 November 2014 jam 08:23:00 wib dengan
keluhan pusing dan muntah.
Pusing tidak membaik dengan tidur, pusing cekot-cekot, leher terasa
pegal, mual (-), muntah (+) kemarin, badan lemas, pucat, lesu
Px Fisik
TD 110/90, N: 80, S: 37, RR: 20 KU : CM , CA -/- , SI -/-, BJ I-II
Reguller, SDV +/+, Abd (dbn), eks (dbn)
Diagnosis sementara : Obs. Febris
Terapi IGD :
inf RL 20tpm, Ranitidin/12j, Antalgin/12j, B1B6B12/12j
Ranap Sp.PD
C. PEMERIKSAAN (18 November 2014)

a. Anamnese
RPD (Riwayat Penyakit Dahulu)
Riwayat penyakit sama
Riwayat Pusing, Nyeri kepala
Riwayat Penyakit Jantung
Riwayat Penyakit Asma
Riwayat Alergi Makanan/Obat
Riwayat Penyakit Hipertensi
Riwayat Penyakit DM
Riwayat Penyakit Ginjal
Riwayat infeksi CMV

: (+) Mondok berulang


: (+) Nyeri kepala dengan leher kaku
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: (+) diketahui sejak 4 tahun yang lalu

RPK (Riwayat Penyakit Keluarga)


Riwayat Penyakit Asma
: Disangkal
Riwayat Sakit Serupa
: Disangkal
Riwayat Penyakit DM
: Disangkal
Riwayat Penyakit Hipertensi
: Disangkal

b. Pemeriksaan Fisik Dasar


Keadaan Umum : Compos Mentis (E4 V5 M6), lemas
TD
: 120/90 mmHg
Nadi
: 83/menit, frekuensi teratur, isi cukup
Suhu
: 37,5 C
RR
: 20/menit
Px Kepala
: Normochepal, CA (-)/(-), napas cuping hidung (-)
Px Leher
: JVP (-), PKGB (-), Deviasi trakhea (-)
Px Thoraks
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi intercosta (-)
Palpasi
: Fremitus (+)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : SDV (+)/(+), Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)
Px Jantung
Inspeksi : IC tampak, pulsasi jantung tampak
Palpasi
: IC teraba, pulsasi jantung teraba
Perkusi : Dex : SIC II-IV parasternal dextra, Sin : SIC II-IV
midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler
Px Abdomen
Inspeksi : Abdomen schapoid (cekung), darm contour (-), darm steifung
(-), bekas operasi (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) dbn
Perkusi : Tympani (dbn)
Palpasi
: Nyeri tekan (-)
Px Ekstremitas
Sianotik : (-)
Oedem
: (-)
Akral
: Hangat (+)
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (18 November 2014)
Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Normal

Leukosit

3,9

103 uL

4,5 12,5

Trombosit

140

103 uL

154 - 386

Satuan

Nilai Normal

Laboratorium ( 21 November 2014)


Pemeriksaan

Hasil

Leukosit

3,9

103 uL

4,5 12,5

Trombosit

140

103 uL

154 - 386

d. Follow up
18 November 2014

19 November 2014

20 November 2014

S/ Demam, Pusing, Mual


(-), Muntah (+) Kemarin.

S/ Nyeri perut kiri, kepala


pusing

S/ Pusing, Kepala panas,


rambut rontok, nyeri perut
kiri

O/ TD 110/90, N: 80, S:
37, RR: 20 KU : CM , CA
-/- , SI -/-, BJ I-II Reguller,
SDV +/+, Abd (dbn), eks
(dbn)

O/ KU : CM, baik,
Thorax abd (dbn), TD:
100/70, N: 75, S: 36, RR:
80

O/ TD: 100/70, N: 80,


RR: 20, KU: CM, abd
(dbn), ekst (dbn)

A/ Obs. Febris, Nefritis pd


CMV

A/ Obs. Febris, Nefritis pd


CMV

A/ Obs. Febris, Nefritis pd


CMV

P/ inf RL 20tpm,
Ranitidin/12j,
Antalgin/12j,
B1B6B12/12j, Ranap
Sp.PD
Cefotaxime/8j,
Metilprednisolon 3x1,
chloramphenicol
3x250mg, antasyd syr
3x1cth

P/ tx lanjut , Urin Rutin

P/ amoxicilin/8j, tx.lanjut

21 November 2014

22 November 2014

S/ Pusing, sakit kepala,


leher kencang, pipis sakit,
punggung sakit

S/ Pusing, Nyeri
pinggang, lain-lain
membaik

O/ KU : CM, TD : 100/70,
O/ TD : 110/7 0
N: 79, RR: 20, SDV (+)/(+),
BJ I-II reguller, abd (dbn),
ekst (dbn)
Urin rutin : ph 8,0, epitel
(+)

A/ Nefritis pd CMV

A/ Nefritis pd CMV

P/ Amoxiclin stop ganti


spiramicin 3x500mg, tx.
lanjut

P/ Spiramicin
3x500mg,
Metilprednisolon 2x1,
Ranitidin 2x1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Cytomegalovirus (CMV) merupakan penyebab infeksi kongenital dan
perinatal yang paling umum di seluruh dunia. Infeksi Cytomegalovirus (CMV)
sering dikelompokkan dalam infeksi TORCH yang merupakan singkatan dari
Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes simplex virus. Prevalensi
infeksi sangat tinggi, dan walaupun umumnya bersifat silent, infeksi CMV
ternyata dapat memicu banyak komplikasi pada berbagai sistem tubuh.
B. Epidemiologi
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) tersebar luas di seluruh dunia, dan terjadi
endemik tanpa tergantung musim. Iklim tidak mempengaruhi prevalensi. Pada
populasi dengan keadaan sosial ekonomi yang baik, kurang lebih 60-70% orang
dewasa, menunjukkan hasil pemeriksaan laboratorium positif terhadap infeksi
CMV (Griffiths, 2004).
C. Virologi Cytomegalovirus
Virus Cytomegalovirus (CMV) termasuk keluarga virus Herpes. Infeksi
primer virus ini terjadi pada usia bayi, anak - anak, dan remaja yang sedang
dalam kegiatan seksual aktif. Penderita infeksi primer tidak menunjukkan gejala
yang khusus, tetapi virus terus hidup dengan status laten dalam tubuh penderita
selama bertahun tahun (Karger, 2001).

Nama ini berasal dari fakta bahwa hal itu menyebabkan pembesaran sel yang
terinfeksi (cytomegaly) dan mendorong badan inklusi karakteristik. Genom
HCMV terdiri dari DNA untai ganda dengan sekitar 230.000 pasangan basa.
Genom ini tertutup oleh kapsid icosahedral (diameter 100-110 nm, 162
capsomers). Antara kapsid dan amplop virus terdapat lapisan protein yang
dikenal sebagai tegument. Partikel virus matang memiliki diameter 150-200 nm.
Seperti semua herpesvirus, HCMV sensitif terhadap pH rendah, agen
lipiddissolving dan panas. HCMV memiliki waktu paruh sekitar 60 menit pada
37C dan relatif stabil pada -20C. Perlu disimpan di setidaknya -70C untuk
mempertahankan infektivitasnya (Karger, 2001).

Gambar 1. HCMV Human Cytomegalovirus (Karger, 2001).


D. Transmisi CMV
Orang yang terinfeksi dengan CMV dapat menularkan virus ( terinfeksi virus
dari cairan tubuh mereka, seperti urin, air liur, darah, dan air mani, ke
lingkungan). Anak-anak kecil sering menularkan CMV selama berbulan-bulan
setelah mereka pertama terinfeksi. Walaupun orang tua dari anak-anak yang
shedding virus dapat menjadi terinfeksi dari anak-anak mereka, CMV tidak
menyebar dengan mudah. Kurang dari 1 dari 5 orang tua dari anak-anak yang
terinfeksi CMV penumpahan selama setahun (Karger, 2001).
1. Transmisi CMV selama Kehamilan
Sekitar sepertiga dari wanita (33 dari setiap 100) yang terinfeksi dengan
CMV untuk pertama kalinya selama kehamilan akan meneruskan infeksi
pada bayi mereka (Karger, 2001).
2. Penularan CMV ke Bayi sebelum Lahir

CMV dapat menular dari ibu hamil ke janinnya selama kehamilan. Virus
dalam darah ibu masuk lewat plasenta dan menginfeksi darah janin (Karger,
2001).
Antara bayi yang lahir dengan infeksi CMV (infeksi CMV kongenital),
sekitar 1 dari 5 akan memiliki cacat permanen, seperti cacat perkembangan
atau gangguan pendengaran (Karger, 2001).

E. KLASIFIKASI
CMV dapat mengenai hampir semua organ dan menyebabkan hampir semua
jenis infeksi. Organ yang terkena adalah:
1. CMV nefritis( ginjal).
2. CMV hepatitis( hati).
3. CMV myocarditis( jantung).
4. CMV pneumonitis( paru-paru).
5. CMV retinitis( mata).
6. CMV gastritis( lambung).
7. CMV colitis( usus).
8. CMV encephalitis( otak).
F. Patogenesis Infeksi Cytomegalovirus
CMV adalah virus litik yang menyebabkan efek sitopatik in vitro dan in vivo.
Efek patologis infeksi CMV adalah sel yang membesar dengan badan inklusi
virus (viral inclusion bodies). Sel yang terkena sitomegali juga terlihat pada
infeksi yang disebabkan oleh Betaherpesvirinae lain. Secara mikroskopis, sebutan
bagi sel ini adalah mata burung hantu. Walaupun merupakan suatu dasar
diagnosis, tampilan histologis seperti ini hanya ada sedikit atau tidak ada pada
organ terinfeksi (Akhter & Wills, 2010).

Gambar 2. Pewarnaan hematoxylin-eosin pada potongan paru menunjukan inklusi


mata burung hantu yang tipikal (Wiedbrauk, dalam Akhter & Wills, 2010)
Virus CMV memasuki sel dengan cara terikat pada reseptor yang ada di
permukaan sel inang, kemudian menembus membran sel, masuk ke dalam
vakuole di sitoplasma, lalu selubung virus terlepas, dan nucleocapsid cepat
menuju ke nukleus sel inang (uncoating) (Budipardigdo, 2007)
Riwayat infeksi CMV sangat kompleks, setelah infeksi primer, virus
diekskresi melalui beberapa tempat dan ekskresi virus dapat menetap beberapa
minggu, bulan, bahkan tahun sebelum virus hidup laten. Episode infeksi ulang
sering terjadi, karena reaktivasi dari keadaan laten dan terjadi pelepasan virus
lagi. Infeksi ulang juga dapat terjadi eksogen dengan strain lain dari CMV.
Infeksi CMV dapat terjadi setiap saat dan menetap sepanjang hidup. Sekali
terinfeksi, tetap terinfeksi, virus hidup dormant dalam sel inang tanpa
menimbulkan keluhan atau hanya keluhan ringan seperti common cold. Replikasi
virus merupakan faktor risiko penting untuk penyakit dengan manifestasi klinik
infeksi CMV. Penyakit yang timbul melibatkan peran dari banyak molekul baik
yang dimiliki oleh CMV sendiri maupun molekul tubuh inang yang terpacu
aktivasi atau pembentukannya akibat infeksi CMV. CMV dapat hidup di dalam
bermacam sel seperti sel epitel, endotel, fibroblas, leukosit polimorfonukleus,
makrofag yang berasal dari monosit, sel dendritik, limfosit T (CD4 + , CD8+),
limfosit B, sel progenitor granulosit-monosit. Dengan demikian berarti CMV
menyebabkan infeksi sistemik dan menyerang banyak macam organ antara lain
kelenjar ludah, tenggorokan, paru, saluran cerna, hati, kantong empedu, limpa,
pankreas, ginjal, adrenal, otak atau sistem syaraf pusat. Virus dapat ditemukan

dalam saliva, air mata, darah, urin, semen, sekret vagina, air susu ibu, cairan
amnion dan lain-lain cairan tubuh. Ekskresi yang paling umum ialah melalui
saliva, dan urin dan berlangsung lama, sehingga bahaya penularan dan
penyebaran infeksi mudah terjadi. Ekskresi CMV pada infeksi kongenital sama
seperti pada ibu, juga berlangsung lama (Budipardigdo, 2007).
Reaktivasi, replikasi dan reinfeksi umum terjadi secara intermiten, meskipun
tanpa menimbulkan keluhan atau kerusakan jaringan. Replikasi DNA virus dan
pembentukan kapsid terjadi di dalam nukleus sel inang. Sel-sel terinfeksi CMV
dapat berfusi satu dengan yang lain, membentuk satu sel besar dengan nukleus
yang banyak. Endothelial giant cells (multinucleated cells) dapat dijumpai dalam
sirkulasi selama infeksi CMV menyebar. Sel berinti ganda yang membesar ini
sangat berarti untuk menunjukkan replikasi virus, yaitu apabila mengandung
inklusi intranukleus berukuran besar seperti mata burung hantu (owl eye)
(Budipardigdo, 2007).
Respons imun seseorang memegang peran penting untuk mengeliminasi virus
yang telah menyebabkan infeksi. Pada kondisi kompetensi imun yang baik
(imunokompeten), infeksi CMV akut jarang menimbulkan komplikasi, namun
penyakit dapat menjadi berat bila individu berada dalam keadaan immature
(belum

matang),

immunosuppressed

(respons

imun

tertekan)

atau

immunocompromised (respons imun lemah), termasuk ibu hamil dan neonatus,


penderita HIV (human immunodeficiency virus), penderita yang mendapatkan
transplantasi organ atau pengobatan imunosupresan dan yang menderita penyakit
keganasan. Pada kondisi tersebut, sistem imun yang tertekan atau lemah, belum
mampu membangun respons baik seluler maupun humoral yang efektif,
sehingga dapat mengakibatkan nekrosis atau kematian jaringan yang berat,
bahkan fatal (Budipardigdo, 2007).
G. Manifestasi Klinis dan Komplikasi
1. Manifestasi Klinis Secara Umum
Pada populasi dewasa normal, CMV bersifat dormant (tidak aktif)
dalam tubuh. CMV hanya bermanifestasi jika kekebalan tubuh orang
bersangkutan merosot. Misalnya, mendapat transplantasi organ, sedang
menjalani kemoterapi atau terinfeksi HIV. Pada sebagian orang, infeksi
primer CMV pada saat dewasa menimbulkan infeksi mononukleosis.
Gejalanya mirip infeksi yang disebabkan oleh virus Epstein Barr, antara lain;

10

demam, rash (bintik merah) di tubuh, pembengkakan kelenjar limfe di leher,


rasa capai hebat, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, nyeri otot,
pembesaran hati dan limpa. Gejala ini, sebagaimana gejala flu, bisa sembuh
sendiri tanpa diobati. Cukup beristirahat dua sampai enam minggu. Antara
tiga dan dua belas minggu setelah terinfeksi beberapa pasien mungkin
mengalami demam, kelelahan umum dan kelenjar bengkak. Pasien dengan
risiko tinggi dapat mengembangkan pneumonia dan batuk. Komplikasi
infeksi CMV dijabarkan sebagai berikut (Kauser, 2010):
a. Cytomegalovirus pneumonia didefinisikan sebagai tanda-tanda dan gejala
penyakit paru dalam kombinasi dengan deteksi CMV dalam cairan
bronchoalveolar atau jaringan paru-paru.
b. Cytomegalovirus hepatitis didefinisikan sebagai bilirubin tinggi dan atau
tingkat enzim hati dalam kombinasi dengan deteksi CMV tanpa adanya
penyebab lain untuk hepatitis.
c. CMV gastritis dan kolitis adalah kombinasi dari gejala pada saluran atas
dan bawah GI. Lesi mukosa terlihat pada endoskopi. CMV dapat
menginfeksi saluran pencernaan dari rongga mulut melalui usus besar.
Manifestasi khas penyakit adalah lesi ulseratif.
d. Cytomegalovirus penyakit SSP merupakan gejala SSP dalam kombinasi
dengan deteksi CMV dalam CSF.
e. Cytomegalovirus retinitis adalah salah satu infeksi oportunistik yang
paling umum pada orang dengan AIDS, biasanya mereka dengan jumlah
CD4+ di bawah 50 sel/uL.
f. CMV nefritis didefinisikan sebagai deteksi CMV dalam kombinasi
dengan biopsi ginjal menunjukkan CMV terkait perubahan dalam
pengaturan gagal ginjal CMV PCR saja tidak cukup untuk diagnosis.
Dari catatan, deteksi CMV dalam urin pasien dengan gagal ginjal tidak
memenuhi kriteria diagnostik untuk nefritis CMV. CMV viremia telah
dikaitkan dengan cedera glomerulus akut.
2. Manifestasi klinis pada Ibu Hamil :
Umumnya >90% infeksi CMV pada ibu hamil asimpomatik, tidak
terdeteksi secara klinis. Gejala yang timbul tidak spesifik, yaitu: demam, lesu,
sakit kepala, sakit otot dan nyeri tenggorok. Wanita hamil yang terinfeksi
CMV akan menyalurkan pada bayi yang dikandungnya, sehingga bayi yang

11

dikandungnya akan mendapatkan kelainan kongenital. Selain itu wanita yang


hamil dapat mengalami keguguran akibat infeksi CMV (Kauser, 2010).
3. Manifestasi Klinis pada Bayi
Transmisi dari ibu ke janin dapat terjadi selama kehamilan, Infeksi pada
kehamilan sebelum 16 minggu dapat mengakibatkan kelainan kongenital
berat. Gejala klinik infeksi CMV pada bayi baru lahir jarang ditemukan. Dari
hasil pemeriksaan virologis, CMV hanya didapat 5-10% dari seluruh kasus
infeksi kongenital CMV. Kasus infeksi kongenital CMV hanya 30-40% saja
yang disertai persalinan prematur. Dari semua yang prematur setengahnya
disertai Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). 10% dari janin yang
menunjukkan tanda-tanda infeksi kongenital mati dalam dua minggu pertama.
infeksi kongenital pada anak baru lahir jelas gejalanya. Gejala infeksi pada
bayi baru lahir bermacam-macam, dari yang tanpa gejala apa pun sampai
berupa demam, kuning (jaundice), gangguan paru, pembengkakan kelenjar
limfe, pembesaran hati dan limpa, bintik merah di sekujur tubuh, serta
hambatan perkembangan otak (microcephaly). Hal ini bisa menyebabkan
buta, tuli, retardasi mental bahkan kematian. Tetapi ada juga yang baru
tampak gejalanya pada masa pertumbuhan dengan memperlihatkan gangguan
neurologis, mental, ketulian dan visual. Komplikasi yang dapat muncul pada
infeksi CMV antara lan (Firman, 2009) :
a. Infeksi pada sistem saraf pusat (SSP) antara lain: meningoencephalitis,
kalsifikasi, mikrosefali, gangguan migrasi neuronal, kista matriks
germinal, ventriculomegaly dan hypoplasia cerebellar). Penyakit SSP
biasanya menunjukan gejala dan tanda berupa: kelesuan, hypotonia,
kejang, dan pendengaran defisit.
b. Kelainan pada mata meliputi korioretinitis, neuritis optik, katarak,
koloboma, dan mikroftalmia.
c. Sensorineural hearing defisit (SNHD) atau kelainan pendengaran dapat
terjadi pada kelahiran, baik unilateral atau bilateral, atau dapat terjadi
kemudian pada masa kanak-kanak.
d. Hepatomegali dengan kadar bilirubin direk transaminase serum
meningkat. Secara patologis dijumpai kolangitis intralobar, kolestasis
obstruktif yang akan menetap selama masa anak. Inclusian dijumpai pada
sel kupffer dan epitel saluran empedu.

12

Bayi dengan infeksi CMV kongenital memiliki tingkat mortalitas 2030%. Kematian biasanya disebabkan disfungsi hati, perdarahan, dan
intravaskuler koagulopati atau infeksi bakteri sekunder (Kim, 2010).
H. Diagnosis Infeksi CMV
a. Riwayat Klinis
CMV adalah virus herpes double-stranded DNA dan merupakan
infeksi yang paling umum virus bawaan. Tingkat seropositif CMV
meningkat dengan usia. Lokasi geografis, kelas sosial ekonomi dan
bekerja pameran faktor lain yang mempengaruhi risiko infeksi. Infeksi
CMV membutuhkan kontak dekat melalui air liur, urin dan cairan tubuh
lainnya. Kemungkinan rute transmisi termasuk kontak seksual,
transplantasi organ, transmisi transplasenta, penularan melalui ASI dan
transfusi darah (jarang) (Marino et al, 2010).
Reaktivasi primer atau infeksi berulang dapat terjadi selama
kehamilan dan dapat menyebabkan infeksi CMV kongenital. Infeksi
transplasental
intrauterin,
intrakranial,

dapat
gangguan

mengakibatkan
pendengaran

mikrosefali,

pembatasan
sensorineural,

hidrosefalus,

pertumbuhan
kalsifikasi

hepatosplenomegali,

psikomotorik keterbelakangan dan atrofi optik (Marino et al, 2010).


b. Pemeriksaan Fisik
Tidak ada gejala spesifik yang muncul pada kehamilan dengan
infeksi CMV. Kebanyakan bayi dengan infeksi CMV bawaan, tidak ada
gejala yang muncul saat lahir, tetapi dapat mengembangkan sekuel di
kemudian hari. Gejala yang mungkin muncul adalah splenomegali,
ptekie atau jaundice. Infeksi CMV bawaan, terjadi pada 5-10% bayi,
ditandai dengan jaundice, hepatosplenomegali, ruam ptekie, gangguan
pernapasan dan keterlibatan neurologis, yang mungkin termasuk
mikrosefali, retardasi motor, kalsifikasi serebral, lesu dan kejang
(Marino et al, 2010).
c. Pemeriksaan Penunjang
CMV biasanya diisolasi dari urin dan air liur, tetapi dapat diisolasi
dari cairan tubuh lainnya, termasuk susu payudara, sekresi leher rahim,
cairan ketuban, sel-sel darah putih, cairan serebrospinal, sampel tinja
dan biopsi. Tes terbaik untuk diagnosis infeksi bawaan atau perinatal
adalah isolasi virus atau demonstrasi reaksi berantai materi CMV

13

genetik (PCR) dari urin atau air liur bayi baru lahir. Sensitivitas PCR
dengan spesimen urin adalah 89% dan spesifisitas 96%. Sampel urine
dapat didinginkan (4) tetapi tidak boleh beku dan disimpan pada
suhu kamar. Tingkat pemulihan virus 93% dalam urin setelah 7 hari
pendinginan, kemudian menurun menjadi 50% setelah 1 bulan (Kim,
2010).
Peningkatan titer IgG empat kali lipat di dalam sera pasangan atau
anti-CMV IgM yang positif kuat berguna mendiagnosis infeksi, tes
serologis tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi pada bayi baru lahir.
Hal ini dikarenakan deteksi IgG anti-CMV pada bayi baru lahir
mencerminkan antibodi yang diperoleh dari ibu melalui transplasental
dan antibodi tersebut dapat bertahan sampai 18 bulan. Uji IgM juga
dapat bernilai positif palsu dan negatif palsu, Computed tomography
(CT) lebih sensitif untuk mendeteksi kalsifikasi intracranial. MRI dapat
digunakan untuk mendeteksi gangguan migrasi neuronal dan lesi
parenkim serebral (Kim, 2010).
Amniosentesis merupakan tes diagnostik prenatal tunggal yang
paling berharga, sedangkan PCR atau kultur virus dari cairan ketuban,
mempunyai tingkat spesifisitas dan sensitivitas yang sama. Kuantitatif
PCR menunjukkan 105 genom/mL cairan ketuban yang mungkin
mengandung prediktor gejala infeksi congenital. Ultrasonografi
kelainan janin pada wanita hamil dengan infeksi primer atau berulang
biasanya menunjukkan gejala infeksi janin. Kelainan sonografi janin
yang dilaporkan termasuk oligohidroamnios, pembatasan pertumbuhan
intrauterin, microcephaly, ventriculomegaly, kalsifikasi intrakranial,
hipoplasia corpus callosum, asites, hepatosplenomegali, hypoechogenic
bowel, efusi pleura dan pericardial (Kim, 2010).
I. Penatalaksanaan Infeksi CMV
Pilihan terapi terbaik dan pencegahan penyakit CMV yaitu gansiklovir dan
valgansiklovir. Pilihan lainnya merupakan lini kedua antara lain foscarnet dan
cidofovir . Konsensus yang menyatakan hal yang lebih baik antara profilaksis
dengan terapi preemptive yang lebih baik untuk pencegahan infeksi CMV pada
penerima organ transplan solid (Schleiss, 2010).
Pemberian terapi anti-Cytomegalovirus hanya setelah konsultasi dengan ahli
yang mengerti dengan dosis dan efek berat. Agen antiviral dapat diberikan pada
terapi penyakir Cytomegalovirus yang sudah ditegakan atau sebagai profilaksis
14

(seperti terapi preemptive) jika risiko perkembangan penyakit ini tinggi (seperti
pada penerima organ transplan) (Schleiss, 2010).
1) Gansiklovir
Gansiklovir terlisensi untuk terapi infeksi CMV. Nukleotida asiklik
sintetik secara struktural serupa dengan guanin. Struktur tersebut serupa
pada acyclovir yang membutuhkan fosforilasi aktivitas antiviral. Enzim
yang bertanggung jawab untuk fosforilasi adalah produk gen UL97 virus,
sebuah protein kinase. Resistensi dapat terjadi pada penggunaan jangka
panjang, secara umum terjadi karena mutasi gen ini. Indikasi obat ini
untuk anak immunocompromised seperti infeksi HIV, postransplan, dan
lain-lain jika secara klinis dan virologis membuktikan penyakit spesifik
berakhirnya organ yang spesifik (Schleiss, 2010).
2) Immunoglobulin
Imunoglobulin digunakan sebagai imunisasi pasif untuk mencegah
penyakit Cytomegalovirus simtomatik. Strategi ini telah digunakan pada
kontrol penyakit Cytomegalovirus pada pasien immunocompromised
pada era aantivirus prenuklosida. Bukti pada kehamilan menyarankan
infus Ig CMV pada wanita dengan infeksi primer dapat mencegah
transmisi dan memeperbaiki kondisi kelahiran (Schleiss, 2010).
3) Valgansiklovir (VGCV)
Valgansiklovir (VGCV) adalah sebuah prodrug turunan valyl dari
gansiklovir. Setelah absorbsi di intestinum, moase valine cepat diurai
oleh hepar menghasilkan GCV. Zat ini inaktif dan membutuhkan
trifosforilasi untuk aktivitas virostatis (Schleiss, 2010).

15

BAB III
KESIMPULAN
Pasien mengalami sakit kepala sejak SD dan positif di diagnosa terinfeksi
CMV 4 tahun yang lalu. Saat ini pasien mengalami CMV nefritis.

16

DAFTAR PUSTAKA
Akhter, Kauser dan Wills, Todd S. 2010. Cytomegalovirus. eMedicine Infectious
Disease.

Diunduh

dari

http://emedicine.medscape.com/article/215702-

overview. Diakses 29 November 2014.


Budipardigdo S, Lisyani. 2007. Kewaspadaan Terhadap Infeksi Cytomegalovirus
Serta Kegunaan Deteksi Secara Laboratorik. Universitas Diponegoro:
Semarang
Chin, J. 2000. Infeksi Sitomegalovirus. Dalam: Manual Pemberantasan Penyakit
Menular. Jakarta : Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan. h.143-4
Dwindra, Mayenru. 2009. Infeksi Cytomegalovirus. Universitas Riau : Riau
Firman F, Wirakusumah,. 2009. Infeksi Cytomegalovirus (CMV) Kongenital dan
Permasalahannya. Diakses tanggal 28 November 2014. Diunduh dari:
http://www.fmrshs.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=65:infeksi-Cytomegalovirus-cmvkongenital-dan permasalahannya&catid=39:artikel&Itemid=57
Griffiths PD, 2002: Emery VC. Cytomegalovirus. Dalam: Clinical Virology.
Washington: ASM Press. h.433-55

17

Karger,

Freiburg.

2001.

Cytomegalovirus

(CMV).

Diunduh

dari:

http://www.cdc.gov/cmv/transmission.html. Diakses pada 29 November 2014


Kauser, Akhter. 2010. Cytomegalovirus. Diakses tanggal 28 November 2014.
Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/215702-overview
Kim CS. 2010. Congenital and Perinatal Cytomegalovirus Infection. Korean Journal
of Pediatrics. 53(1): 14-20.
Marino T, B Laartz, SE Smith, SG Gompf, K Allaboun, JE Marinez, et al. 2010.
Viral

Infections

and

Pregnancy.

Diunduh

dari:

http://emedicine.medscape.com/article/235213-overview. Diakses pada 28


November 2014
Schleiss, M.R., 2010. Cytomegalovirus Infection: Treatment & Medication. Diunduh
dari: http://emedicine.medscape.com/article/963090-treatment. Diakses

pada

29 November 2014

18

Anda mungkin juga menyukai