Anda di halaman 1dari 23

Dentinogenesis Imperfecta

Saat ini gigi geligi bukan hanya berfungsi sebagai alat pencernaan semata, tapi
lebih dari itu penampakan gigi geligi sudah menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi penampilan seseorang.
Pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi dan prenatal dan postnatal yang kurang
baik dapat menyebabkan kelainan pada struktur anatomis gigi. Keadaan ini sangat
merugikan baik dari segi estetik maupun kesehatan. Fungsi gigi geligi sebagai alat
pencernaan dapat terganggu sehingga dapat mengganggu intake makanan dan
kesehatan secara umum. Selain itu kelainan pertumbuhan dan perkembangan
secara umum seperti pada down syndrome, kelainan ginjal, hipoparatiroidisme
dan sebagainya juga dapat mengakibatkan kelainan pada gigi, sehingga hal ini
semakin memperberat dan membutuhkan perhatian khusus. Mengingat pentingnya
peranan gigi geligi sebagai salah satu alat pencernaan maka pada tulisan ini
menyorot gambaran tentang Kelaian Pada Struktur gigi yaitu Dentino Genesis
Imperfecta
Dentinogenesis Imperfekta (DI) adalah suatu keadaan atau penyakit herediter,
ditandai dengan adanya gangguan pada pembentukan dan kalsifikasi dentin berupa
penurunan kandungan mineral serta peningkatan kandungan air dalam matriks
ekstraseluler yang mempengaruhi perkembangan gigi sulung dan gigi permanen.
Etiologi utama dari dentinogenesis imperfekta adalah faktor herediter yang
umumya terjadi pada keluarga yang diketahui membawa sifat autosomal dominan.
Dentinogenesis imperfekta juga dapat disebabkan karena faktor lingkungan.
Dalam pewarisan sifatnya, dentinogenesis imperfekta merupakan penyakit yang
diturunkan secara autosomal dominan yang terjadi dengan perbandingan 1:8.000
kelahiran.
Penyakit ini tidak terpaut jenis kelamin.
Setiap keturunan yang dihasilkan oleh orang tua yang menderita dentinogenesis
imperfekta, baik pria maupun wanita, akan memiliki frekuensi yang sama untuk
terkena penyakit ini.
Dentinogenesis imperfekta terjadi pada stadium lebih lanjut daripada Osteogenesis
Imperfekta (OI).
Dentinogenesis imperfekta terjadi akibat defisiensi fosfoprotein dentin yang
berperan dalam proses kalsifikasi selama periode maturasi dentin.
Proses kalsifikasi yang terdapat pada penderita dentinogenesis imperfekta
merupakan kalsifikasi abnormal dentin dengan kandungan air yang tinggi serta
kandungan inorganik yang rendah.
Adanya pembentukan dentin yang tidak sempurna tersebut menyebabkan dentin
memiliki setengah kekerasan normal atau lunak.
Dentin yang terbuka berubah warna menjadi coklat seperti terlihat translusen yang
berhubungan dengan berkurangnya tubuli dentin.
Semakin lama, elemen-elemen juda menjadi aus yang ada hubungannya dengan
kerusakan enamel. Gigi mudah fraktur sehingga mahkota tampak bergerigi.
Dentinogenesis Imperfekta diklasifikasikan dalam 3 tipe.
Tipe I disebut Dentinogenesis Imperfekta yang merupakan satu dari beberapa

manifestasi dari osteogenesis imperfekta (OI).


Tipe II disebut Dentin Opalescent Herediter yaitu dentinogenesis imperfekta murni
yang tidak diserta dengan osteogenesis imperfekta (OI).
Tipe III disebut tipe Brandywine yang diberi nama sesuai dengan asal mula tempat
penyakit ini ditemukan. Ciri khas dari DI tipe ini adalah gigi sudah mulai abrasi sejak
pertama kali erupsi.
1.Pada dasarnya gambaran klinis DI setiap tipe itu sama Cuma pada tipe 1 diikuti
dengan
manipestasi tulang atau osteogenesis imperfekta
2.Gambaran histopatologis dimana enamelnya normal tapi terjadi gangguan pada
struktur dentin
yang terlihat tidak teratur serta tubulus dentinya berkurang terlebih didaerah pulpa
3.Diagnosis banding DI dengan AI
Kalau DI itu setiap tipenya mempunyai gambaran klinis yang hampir sama yaitu:
Translusen
Berwana biru muda sampai tua bahkan coklat
seperti bulbous
Akar pendek dan tipis
4.Kalau AI mempunyai gambaran klinis seprerti :
Tipe 1nya yaitu :
Ketebalan enamel berkurang sehingga gigi kelihatan berwarna kuning kecoklatan
Tipe 2nya yaitu :
Jumlah enamel normal Cuma gigi menjadi lunak gampanga rapuh dan fraktur
Warnanya putih, buram, kuning sampai coklat

KISTA DENTIGEROUS DAN PENATALAKSANAANYA


LAPORAN HASIL SGD
BLOK 18 LBM 2
KISTA ODONTOGENIK DAN PENANGANANNYA
Skenario :
Seorang pasien laki-laki berumur 25 tahun datang berobat ke RSGMP dengan keluhan bentuk
wajah asimetri sudang berkangsung 1 tahun, tidak sakit dan tidak menganggu aktifitas. Sudah
berobat ke dokter gigi puskesmas 3 kali tapi tidak sembuh. Pada pemeriksaan klinis :
EO : asimetri wajah +, palpasi tidak sakit, warna kulit sama dengan sekitarnya, ping pong
phenomena +, kelenjar Limfe submandibular t.a.k
IO : lipatan mukobukal terangkat, palpasi ( tidak sakit ), fluktuasi +, ping pong phenomena +,
tampak gigi 35 tidak tumbuh
Akhirnya oleh dokter gigi Puskesmas dirujuk untuk dilakukan foto rontgen, namun dokter gigi
tersebut bingung menentukan jenis foto rontgen yang sesuai.
STEP 1
1. Ping pong phenomena : pada saat palpasi , jika benjolan bergerak . benjolannya yang disebut
dengan ping pong phenomena ; pada saat palpasi , suatu massa yang menonjol itu ikut bergerak
semua
2. Kista : suatu rongga dalam jaringan yang abnormal yang dibatasi oleh epitel dan cairannya
mengandung kolesterin ; suatu rongga patologis yang berisi cairan yang seringkali dibatasi oleh
lapisan epitel dan diluarnya dibatasi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah
STEP 2
1. Kista odontogenik dan penanganannya
2. Penatalaksanaan kista odontogenik
STEP 3
KISTA ODONTOGENIK
1. Definisi
- Kista yang berasal dari epitel pembentukan gigi ( epitelnya berasal dari : benih gigi , epitel
enamel mahkota gigi, epitel malassez, sisa dental lamina )
- Kista yang berasal dari sisa epitel pembentukan gigi yang mengandung cairan , gas , material
semi solid
2. Klasifikasi ( etio , tanda gejala , patogenesis , pemeriksaan , penatalaksanaannya )
a. Odontogenik
- Primordial : terjadi karena adanya perubahan kistik ( ada pembentukan kista ) pada bagian
dental lamina sebelum terbentuk jaringan keras ; paling sering pada RB posterior
- Dentigerous : terjadi pada mahkota yang belum erupsi ; terbentuk saat gigi telah mengalami
kalsifikasi
Macam :

Perikoronal
Lateral
sirkumferensial
- Periodontal : biasanya sering ditemukan di apical
b. Non odontogenik
Nasopalatinal canal kista : letaknya di canal nasopalatinal , jaringan lunak,
: etio ( proliferasi dari sisa epitel karena adanya infeksi bakteri atau trauma )
Nasoalveolar kista : kista fisural dari jairngan lunak yang terletak di IO dari bagian caninus s/d I
lateral smpai bibir atas.
: etio ( sisa epitel yang terjebak selama penggabungan embrionik dari pross nasal lateral ,
globular dan maksila
Simple bone kista
Bladin-nuh kista : kelenjur liur tambahan pd permukaan ventral lidah dan terdiri atas campuran
elemen selulosa dan mukus
Kista odontogenik
Kista gingiva pada anak
Dentigerous
Kista erupsi
Kista peridontal lateral
Kista botroid odontogenik
Kista odontogenik glandula
Kista gingiva pada dewasa
Kista primordial
Menurut WHO berdasarkan asalnya :
Kista developmental ( yg tidak diketahui sebabnya )
Macamnya :
kista gingiva pada dewasa
dentigerous
terjadi disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi ( gigi M )
biasanya tidak menimbulkan rasa sakit tetapi menyebabkan asimetris muka
infeksinya melalu jalur hematogen
perawatan : enukleasi ( gigi yang tidak erupsi , kistanya dan epietlnya diambil ; biasanya
kistanya masih utuh)
: marsupialisasi ( mengevakuasi isi kista dan memelihara kontinuitas antara kista dan RM, sinus
maksilaris dan rongga nasal )
Pada anak biasanya terjadi di I 11% dan 30% di C , dan pada dewasa terjadi di gigi M1
Pada laki : 30 thn , wanita : 10 20 thn ; banyak melibatkan M3 baik RA dan RB
Pembengkakaknnya terjadi perlahan , klo nyeri biasanya terjadi infeksi
Gbran radiografinya : daerah radiolusen unilokular yang berhubungan dengan mahkota gigi
yang tidak erupsi ; kista mempunyai tepi sklerotik yang berbatas tegas jika tidak terjadi infeksi
Komplikasi perawatan :
Type : central ( mahkota terbungkus simetris ) , lateral ( dibatasi folikel pada salah satu
mahkota ) , sirkumferensial ( dari mahkota sampai akarnya dibungkus kista )
DD : ameloblastik fibroma , dan odontogenik keratosis

Kista Erupsi
Merupakan kista superfisial yang terjadi pada jaringan gingiva, berhubungan dengan gigi yang
sedang erupsi terutama gigi molar sulung
Tanda dan gejala : tidak ada rasa sakit kecuali bila terinfeksi , gusi membengkak, dapat
ditemukan rasa sakit bila ditemukan gigi lawannya, tampak sebagai pembengkakan gusi yang
bewarna biru, biasanya terjadi pembengkakan lunak dan fluktuasi
Pemeriksaan Ro : dipastikan gigi yang tidak erupsi dan disertai folikel yang besar
Kista odontogenik keratosis
Etiologi : perkembangan dari sisa dental lamina yang mengalami proliferasi dan berhubungan
dengan lifoid basal sel karsinoma
GK : dapat terjadi di maksila dan mandibula
gingiva pada bayi
lateral periodontal kista
terbentuk dari proliferasi dental lamina
GK : tampak pembengkakakn kecil di dalam atau dibawah papila interdental ; diamter < 1
cm ; mayoritas terjadi pada orang dewasa ; terjadi pada cusp P dan C RA atau RB
calsifying odontogenic cyst
etio : sebuah kista odontogenik dengan karakteristik pola mikroskopik ; adanya sisa epitel
odontogenik di dalam gusi RA dan RB
Karakteristik adanya ghost cell keratinization ( gambaran PA nya ) ; biasanya menyerang
orang berusia < 40 thn baik pria dan wanita
Gamb Ro : unilokuler atau multilokuler ; batasnya tegas ; menyebar
DD : osifying fibroma
Perawatan : enukleasi
kista glandular odontogenik
Kista inflammatory ( dri peradangan )
kista periapikal
= kista radikular
Kista yang berhubungan karena adanya gigi yang non vital / fragmen akar gigi yang
disebabkan karena adanya keberadaan nekrosis yg diawali dengan invasi bakteri
Penanganannya : kalo diameternya 1 cm -> enukleasi dg pembukaan tulang alveolar ; apabila
diameternya besar dan terjadi kekambuhan biasanya dilakukan kontrol infeksi , marsupialisasi ,
bisa dengan ekstralisasi dan diselingi dengan biopsi, setelah itu kalo sudah terjad pengurangan
diameter baru dilakukan enukleasi agar tidak terjadi kerusakan jar sekitarnya ; apabila terjadi
kerusakan pd tulang -> dilakukan rekonstruksi pd tulang
bukal bifurcatio kista
residual kista

PERTANYAAN SKENARIO
1. Jenis rontgen dan gambaran radiologis kista
a. Jenis rontgen secara umum
Panoramik
Periapical

b. Jenis rontgen untuk melihat kista


Panoramik
c. Gambaran Ro kista
- Berbatas tegas
- Tepi skelrotik jika ada infeksi
2. Pasien sudah berobat sampai 3x tetapi tidak sembuh . why ?
Karena tidak dilakukan enukleasi dan marsupialisasi
Penyebabnya tidak dihilangkan
Dx belum tepat
3. Kenapakah bisa ada ping pong phenomena ?
LI
4. Dalam skenario termasuk jenis odontogenik apa ?
Kista dentigerous ( soalnya dari gigi 35 tidak tumbuh )
Dari usia pasien
5. Dx dan DD nya ?
DD : ameoblastoma ( tumor jinak ) ; odontogenic keratocyst
6. Sejak kapan bisa timbul ping pong phenomena ?
LI
7. Apakah kista odontogenik selalu diikutin / ciri khas dengan ping pong phenomena ?
LI
8. Gigi 35 tidak tumbuh , why ? adakah pengaruhnya dengan kista odontogenik ?
Ada pengaruhnya , karena ....... ??? LI
9. Pasien sudah mengalami asimetris tetapi pasien tidak merasakan sakit , berbeda dengan kasus
impaksi. Why ?
Karena tidak ada infeksi
Pembengkakan terjadi secara perlahan sehingga tidak merasakan sakit
10. Mengapa ada fluktuasi + dan ping pong phenomena + ?
LI
STEP 4
CONCEPT MAPPING
STEP 5
LI SEMUA
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
KISTA ODONTOGENIK
1. Definisi
- Kista odontogenik adalah kista yang berasal dari sisa-sisa epithelium pembentuk gigi
(epithelium odontogenik). Kista odontogenik disubklasifikasikan menjadi kista yang berasal dari
developmental dan inflammatory. Kista developmental adalah kista yang tidak diketahui
penyebabnya, dan tidak terlihat sebagai hasil dari reaksi inflamasi. Sedangkan inflammatory
merupakan kista yang terjadi karena adanya inflanmasi.
- Kista odontogenik didefinisikan sebagai suatu struktur dengan garis epitelial yang diperoleh
dari epitel odontogenik. Kebanyakan kista odontogenik didefinisikan lebih berdasarkan pada
lokasinya dibandingkan pada karakteristik histologinya. Maka, ahli bedah harus memberikan

kepada ahli patologis suatu riwayat dan gambaran radiograf yang tepat ketika mengajukan
contoh specimen untuk diuji.
- Kista odontogenik (kista yang terletak pada tulang rahang kemungkinan epitelnya berasal dari
epitel odontogenik dan disebabkan adanya proliferasi dan degenerasi kistik)
Kista nonodontogenik (berasal dari sisa epitel jaringan yang meliputi prosessus yang primitif,
yang terlibat dalam pembentukan muka dan rahang masa embrional).
- suatu kista rahang tipe perkembangan yang jarang dijumpai dan berasal dari odontogenik. Kista
odontogenik glandular memiliki gambaran histopatologis yang mirip dengan botryoid
odontogenic cyst (BOC) dan central mucoepidermoid tumor (MET) sehingga mudah terjadi
salah diagnosa. Etiologi kista odontogenik glandular adalah berasal dari perkembangan gigi
geligi khususnya dari sisa-sisa epitel lamina dentalis. Gambaran klinis kista ini adalah berupa
pembengkakan, lebih banyak mengenai pria dan sering menyerang mandibula khususnya bagian
anterior. Lesi tersebut biasanya terlokalisir dan dapat unilateral atau bilateral. Gambaran
histopatologis kista odontogenik glandular harus menunjukkan adanya sel-sel kuboid eosinofilik
dalam lapisan superfisial dan sel-sel mukus. Gambaran radiografi kista odontogenik glandular
menunjukkan gambaran radiolusen yang unilokuler atau multilokuler. Perawatan kista
odontogenik glandular adalah dengan kuretase, enukleasi dan reseksi rahang.
- Kista odontogenik adalah kista yang berhubungan dengan gigi dan jaringan pembentuk gigi.
Kista odontogenik dibagi menjadi 2 divisi besar:
Kista perkembangan (kista yg belum diketahui asal mula penyebabnya ) terbagi lagi menjadi 9
sub divisi
Kista peradangan ( kista yg terjadi akibat dari gigi yg meradang ) terbagi menjadi 3 sub divisi
Kista dentigerous adalah salah satu sub divisi dari kista perkembangan. Biasanya kista ini terjadi
disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi. Paling banyak terjadi pada gigi geraham bungsu bawah
( geraham ketiga bawah ) yg tidak erupsi pada usia 10-30 tahun. Sangat jarang terjadi pada gigi
susu yang tidak tumbuh. Kista dentigerous biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, jika kista ini
besar maka akan menimbulkan asimetri muka.
Perawatan kista dentigerus:
Kista dentigerus yang kecil ditangani dengan enukleasi yg juga dilakukan dengan membuang
gigi yang tidak erupsi tersebut.
Kista dentigerus yang besar membutuhkan tindakan marsupialisasi. Tindakan ini merupakan
prosedur awal sebelum dilakukannya tindakan bedah untuk mengurangi besarnya kista sehingga
kerusakan tulang akibat tertekan kista bertambah kecil. Setelah itu kista dapat dibuang dengan
tindakan bedah yg minimal.
Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan marsupialisasi maupun enukleasi adalah
perdarahan, parestesi maupun fraktur, namun prognosa setelah dilakukannya kedua tindakan
adalah baik.
2. Etiologi kista odontogenik
Ada tiga macam sisa jaringan yang masing-masing berperan sebagai asal kista odontogenik.
c. The epithelial rest or glands of Serres yang tersisa setelah terputusnya dental lamina.
Odontogenik keratosis dapat berasal dari jarinagn ini, dan beberapa kista lain seperti kista
gingival.
d. Email epithelium tereduksi yang berasal dari organ email dan selubung gigi yang belum erupsi
namun telah terbentuk sempurna. Kista dentigerous dan kista erupsi berasal dari jaringan ini.
e. The rests of Malassez yang terbentuk melalui fragmentasi dari epithelium root selubung

Hertwig.
3. Pathogenesis Kista
1. Inisiasi kista
Inisiasi kista mengakibatkan proliferasi batas epithelia dan pembentukan suatu kavitas kecil.
Inisiasi pembentukan kista umumnya berasal dari epithelium odontogenic. Bagaimanapun
rangsangan yang mengawali proses ini tidak diketahui. Faktor-faktor yang terlibat dalam
pembentukan suatu kista adalah proliferasi epithelia, akumulasi cairan dalam kavitas kista dan
resorpsi tulang.
2. Pembesaran kista
Proses ini umumnya sama pada setiap jenis kista yang memiliki batas epithelium. Tahap
pembesaran kista meliputi peningkatan volume kandungan kista, peningkatan area permukaan
kantung kista, pergeseran jaringan lunak disekitar kista dan resorpsi tulang.
a. Peningkatan volume kandungan kista
Infeksi pada pulpa non-vital merangsang sisa sel malasez pada membran periodontal periapikal
untuk berproliferasi dan membentuk suatu jalur menutup melengkung pada tepi granuloma
periapikal, yang pada akhirnya membentuk suatu lapisan yang menutupi foramen apikal dan diisi
oleh jaringan granulasi dan sel infiltrasi melebur.
Sel-sel berproliferasi dalam lapisan dari permukaan vaskular jaringan penghubung sehingga
membentuk suatu kapsul kista. Setiap sel menyebar dari membran dasar dengan percabangan
lapisan basal sehingga kista dapat membesar di dalam lingkungan tulang yang padat dengan
mengeluarkan faktor-faktor untuk meresorpsi tulang dari kapsul yang menstimulasi pembentukan
osteoclast.
b. Proliferasi epitel
Pembentukan dinding dalam membentuk proliferasi epitel adalah salah satu dari proses penting
peningkatan permukaan area kapsul dengan akumulasi kandungan seluler. Pola mulrisentrik
pertumbuhan kista membawa proliferasi sel-sel epitel sebagai keratosis mengakibatkan ekspansi
kista. Aktifitas kolagenase meningkatkan kolagenalisis. Pertumbuhan tidak mengurangi batas
epitel akibat meningkatnya mitosis. Adanya infeksi merangsang sel-sel seperti sisa sel malasez
untuk berploriferasi dan membentuk jalur penutup. Jumlah lapisan epitel ditentukan oleh periode
viabilitas tiap sel dan tingkat maturasi serta deskuamasinya.
c. Resorpsi tulang
Seperti percabangan sel-sel epitel, kista mampu untuk membesar di dalam kavitas tulang yang
padat dengan mengeluarkan fakor resorpsi tulang dari kapsul yang merangsang fungsi osteoklas
(PGE2). Perbedaan ukuran kista dihasilkan dari kuantitas pengeluaran prostaglandin dan faktorfaktor lain yang meresorpsi tulang.
4. Klasifikasi ( etio , tanda gejala , patogenesis , pemeriksaan , penatalaksanaannya )
I. Odontogenik
A. Developmental
a. Dental lamina cyst (gingival cyst of infant)
- Sebuah kista gingiva adalah kista yang berkembang pada gusi orang 'mulut. In adults,
periodontal disease can cause a gingival pocket to grow and this can often form a cyst. Pada
orang dewasa, penyakit periodontal dapat menyebabkan saku gingiva untuk tumbuh dan ini
sering dapat membentuk kista. They can even be the result of viral infections. Mereka bahkan
bisa menjadi hasil dari infeksi virus. Cysts can even form in newborn babies. Kista bahkan dapat
terbentuk pada bayi baru lahir. They're usually painless but often frustrating because of the

swelling. Mereka biasanya tidak menimbulkan rasa sakit tetapi sering frustasi karena
pembengkakan.
- A gingival cyst in a newborn baby, also called dental lamina cyst in infants, can present as small
diameter cysts on the gums varying in color from white to yellow. Sebuah kista gingiva pada
bayi baru lahir, juga disebut kista lamina gigi pada bayi, dapat hadir sebagai kista diameter kecil
pada gusi bervariasi dalam warna dari putih menjadi kuning. They are not harmful and these
cysts usually break open by themselves. Mereka tidak berbahaya dan kista ini biasanya membuka
sendiri. This can happen a few days after birth or in some cases, several months later. Oral
surgery can be done to open the cysts but this generally proves unnecessary. Hal ini dapat terjadi
beberapa hari setelah kelahiran atau dalam beberapa kasus, beberapa bulan kemudian. oral
operasi bisa dilakukan untuk membuka kista tapi ini secara umum tidak perlu membuktikan.
- A gingival cyst in an adult is quite a different thing. Sebuah kista gingiva pada orang dewasa
cukup hal yang berbeda. These cysts are rare so there have been only a limited number of
studies. Kista ini jarang terjadi sehingga hanya ada sejumlah studi. They tend to occur in the area
of the premolars and canines and often have a bluish color. Mereka cenderung terjadi di daerah
premolar dan gigi taring dan sering memiliki warna kebiru-biruan. They tend not to grow over 1
cm in diameter and can be removed surgically. Mereka cenderung tidak tumbuh lebih dari 1 cm
dan dapat diangkat melalui pembedahan. Once they're removed, they generally show no
tendency to reoccur. Setelah mereka akan dihapus, mereka umumnya tidak menunjukkan
kecenderungan untuk terulang kembali
b. Odontogenic cyst (primordial cyst)
- Gambaran klinis
Terkadang terbentuk disekitar gigi yang tidak erupsi
Biasanya asymtomatik walaupun terdapat pembengkakan ringan
Nyeri bisa terjadi dengan infeksi sekunder
Aspirasi menunjukkan suatu material tebal, kuning dan cheesy material (keratin)
Kista ini cenderung berulang
- Gambaran RO
Lokasi
Badan posterior mandibula dan ramus mandibula
Epicenter terdapat pada superior hingga inferior alveolar nerve canal
Batas luar dan bentuk
Menunjukkan tepi kortical seperti kista-kista lainnya kecuali jika terjadi infeksi sekunder,
smooth round atau berbentuk oval atau scalloped outline.
Struktur internal
Radiolusen, adanya keratin internal tidak meningkatkan radioopasitas.
Pada beberapa kasus dapat menunjukkan septa internal berkurang, memberikan gambaran lesi
multilocular.
c. Dentigerous cyst (follicular cyst)
Kista odontogenik paling sering kedua adalah kista dentigerous, yang berkembang dalam folikel
dental yang normal dan mengelilingi gigi yang tidak erupsi. Kista dentigerous diperkirakan tidak
menjadi neoplastik. Lebih sering ditemukan dalam daerah dimana terdapat gigi yang tidak
erupsi, yaitu gigi molar ketiga rahang bawah, molar ketiga rahang atas dan kaninus rahang atas
dengan penurunan frekuensi mulai dari molar ketiga rahang bawah hingga kaninus rahang atas.

Kista ini dapat tumbuh sangat besar dan dapat menggerakkan gigi, tetapi, lebih umumnya, kista
ini relatif kecil. Kebanyakan kista dentigerus tidak memberikan gejala, dan penemuannya
biasanya meerupakan suatu temuan insidental pada gambaran radiografi.
Penampakan radiografi biasanya adalah suatu lesi radiolusen yang terdermakasi dengan baik
menyerang pada sudut akut dari daerah serfikal suatu gigi yang tidak erupsi. Tepi lesi dapat
radiopak. Perbedaan gambaran radiografi antara kista dentigerous dan folikel dental normal
selalu didasarkan pada ukurannya.
Bagaimanapun, secara histologi, suatu perbedaan selain dari ukurannya telah ditemukan. Folikel
gigi secara normal dibatasi oleh berkurangya epitel enamel, jika kista dentigerous dibatasi oleh
suatu epitelium skuamos stratified tidak terkeratinisasi. Kalsifikasi distropik dan suatu kelompok
sel mukous dapat ditemukan dalam kista.
Kista dentigerous berkembang dari epitel folikular dan epitelium folikular memiliki suatu potensi
yang besar untuk bertumbuh, berdiferensiasi dan berdegenerasi dibandingkan dengan epitrlium
dari kista radikuler. Kadangkala, lesi yang lebih merugikan lainnya muncul dalam dinding kista
dentigerous, termasuk karsinoma epidermoid yang muncul dari sel mukosa didalam dinding
kista, ameloblastoma (lihat tumor odontogenik; 17% ameloblastoma muncul dalam sebuah kista
dentigerous), dan karsinoma sel skuamous. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,
kista dentigerous juga dapat menjadi sangat besar dan dapat memberikan risiko fraktur rahang
patologis kepada pasien.
Temuan ini berisikan paling banyak alasan medis untuk pengangkatan gigi molar ketiga yang
impaksi dengan radiolusensi perikoronal, bagaimanapun, gigi yang impaksi dengan radiolusensi
perikoronal yang kecil (dengan kesan adanya folikel gigi yang normal dibandingkan kista
dentigerous) juga dapat diamati dengan pemeriksaan radiografi secara berseri. Peningkatan
ukuran lesi harus dilakukan pengangkatan dan pemeriksaan histopatologi yang tepat. Beberapa
lesi yang tampak lebih besar dibandingkan folikel gigi normal mengindikasikan pengangkatan
dan pemeriksaan histopatologi.
- Gambaran Klinis
Berkembang disekitar mahkota gigi yang tidak erupsi/ gigi supernumerary
Pemeriksaan klinis menunjukkan suatu missing, pembengkakan yang keras (hard swelling) dan
biasanya mengakibatkan asimetri wajah.
Khasnya pasien tidak merasakan nyeri dan ketidaknyamanan
- Gambaran RO
Lokasi
Epicenter kista tepat diatas mahkota gigi yang bersangkutan, biasanya M3 maxilla atau
mandibula, atau yang paling sering terjadi adalah C maxilla. Kista melekat pada CEJ. Terkadang
kista berkembang dari aspek lateral follicle, menempati area disamping mahkota.
Batas Luar dan Bentuk
Secara khas memiliki batas luar yang tegas (well-defined cortex) dengan garis berkurva atau
sirkular.
Struktur Internal
Bagian internal radiolusen secara menyeluruh kecuali mahkota gigi.
Pengaruh pada struktur sekitar
Kista ini cenderung memindahkan (menggerakkan) dan meresorbsi gigi geligi tetangganya.
Biasanya pada direksi apical. Contohnya : M3 mandibula dapat digerakkan pada region condilar
atau coronoid/ hingga cortex inferior dr mandibula.

d. Eruption cyst
- Kista erupsi dapat berkembang dalam hubungan dengan gigi susu yang sedang erupsi. Rongga
folikular yang normal di sekitar mahkota mengembang karena pengumpulan cairan jaringan atau
darah, membentuk sejenis kista dentigerous (Shafer, Hine dan Levy, 1974 ; Shear, 1983). Kista
erupsi terjadi paling sering pada permukaan oklusal yang lebar di gigi-gigi molar susu. Mulamula terdapat daerah kebiru-biruan pada gigi yang sedang erupsi, dan kemudian terjadi
kemerahan dan pembengkakan mukosa. Pembesaran kista menyebabkan tergigit oleh gigi-gigi
lawannya, dan hal ini menambah rasa tidak enak pada anak.
- Merupakan kista dentigerous yang terjadi pada jaringan lunak.Tapi kista dentigerous yang
terjadi biasanya pada sekeliling gigi yang erupsidanterletak di dalam jaringan lumak yang terjadi
di atas tulang
Gambaran klinis
1.kista erupsi menyebabkan pembengkakan yang licin di atas gigi yang sedang erupsi,yang bisa
mempunyai warna gingival yang normal,ataupun biru.
2. biasanya tanpa nyeri kecuali jika terinfeksi.
3. lunak dan berfluktuasi
4.kadang-kadang terdapat lebih dari satu kista .
Gambaran radiologi
Kista bisa membuat bayangan lunak,tetapi biasanya tidak melibatkan tulang ,kecuali kripta
terbuka yang terdilatasi yang bisa terlihat pada radiograf.
Patogenesa
Patogenesa kista erupsi mungkin sangat serupa dengan kista dentigerous. Perbedaanya bahwa
gigi pada kasus kista erupsi lebih terpendam di jaringan kunak gingival ketimbang di dalam
tulang. Belum diketahui faktor-faktor yang sebenarnya menghalangi erupsi ke dalam jaringan
lunak ini,tetapi adanya jaringan fibrosa yang sangat padat dapat bertanggung jawab.
Patologi
Pada daerah yang tidak meradang,dinding epitel kista khas berasal dari epitel enamel yang
berkurang, yang terutama terdiri dari2-3 lapisan sel epitel gepeng dengan beberapa fokus, tempat
ia mungkin sedikit lebih tebal.
Pengobatan
Kista erupsi diobati dengan marsupialisasi. Kubah kista di eksisi ,yang memaparkan mahkota
gigi sehingga memungkinkan gigi tersebut erupsi.
e. Lateral periodontal cyst
- Kista periodontal lateral, seperti namanya, terjadi pada lokasi periodontal lateral dan itu adalah
berasal dari perkembangan yang timbul dari degenerasi kistik sel yang jelas tentang lamina gigi.
In order to establish the proper diagnosis, an inflammatory origin as well as exclusion of a
possible odontogenic keratocyst must be ruled out clinically and histologically. Dalam rangka
menegakkan diagnosa yang tepat, asal inflamasi serta pengecualian dari keratocyst odontogenik

mungkin harus dikesampingkan klinis dan histologis. This cyst's most frequent location is at the
level of the mandibular premolars but it has been reported occurring in other areas. kista yang
paling sering Lokasi ini berada pada tingkat premolar mandibula namun telah dilaporkan terjadi
di daerah lain. This cyst is generally an accidental radiographic finding and it characterized by
being located mid distance between the apex and the cervical area of the affected tooth. kista ini
umumnya merupakan temuan radiografi disengaja dan ditandai dengan pertengahan yang terletak
jarak antara puncak dan daerah servikal dari gigi yang terkena. Radiographically, the majority of
the cases are seen as a well delineated, round, small (generally not exceeding 1 cm in diameter),
radiolucency with a radiopaque rim. Radiografi, sebagian besar kasus dilihat sebagai
digambarkan, bulat dengan baik, kecil (umumnya tidak melebihi 1 cm diameter), radiolusensi
dengan pelek radiopak. They are generally asymptomatic. Mereka umumnya tanpa gejala. The
periodontal ligament space as a rule is not enlarged and there must not be a communication
between the cyst's cavity and the oral environment. Ruang ligamentum periodontal sebagai
sebuah aturan tidak membesar dan tidak boleh ada komunikasi antara kista's rongga dan
lingkungan oral. The root of the affected tooth is intact, the pulpal tissue is not necrotic and the
tooth is vital. Akar gigi yang terkena utuh, jaringan pulpa tidak nekrotik dan gigi sangat penting.
A multilocular variety has been described. Berbagai multilocular telah dijelaskan.
- The cystic wall is lined by a thin layer of an odontogenic epithelium presenting clear cells and
resembling the reduced enamel epithelium. Dinding kistik dibatasi oleh lapisan tipis dari sel
epitel odontogenik penyajian yang jelas dan menyerupai epitel enamel berkurang. Some areas of
cellular condensation have been described as epithelial plaques, which may protrude into the
cystic lumen. Beberapa daerah di kondensasi selular telah digambarkan sebagai plak epitel, yang
dapat menonjol ke dalam lumen kistik. A different histologic appearance has been described with
the name of BOTRYOID ODONTOGENIC CYST. Sebuah penampilan histologis yang berbeda
telah dijelaskan dengan nama BOTRYOID odontogenik KISTA. This name reflects the
histologic similarity of the cystic cavities to that of a bunch of grapes. Nama ini mencerminkan
kesamaan histologis dari rongga kistik dengan yang sekelompok anggur.
- The treatment of the lateral periodontal cyst is surgical ablation and if at all possible the
affected tooth should be preserved, which some times it is difficult. Perlakuan kista periodontal
lateral ablasi bedah dan jika sama sekali mempengaruhi gigi mungkin harus dipertahankan, yang
beberapa kali sulit. The multilocular variety including the botryoid type require a more careful
surgical elimination because of their higher tendency to recur. Berbagai multilocular termasuk
jenis botryoid memerlukan operasi eliminasi lebih hati-hati karena tinggi kecenderungan mereka
untuk kambuh.
- This a lateral periodontal cysts. Ini kista lateral periodontal. Both adjacent teeth were vital and
clinically there was no communication between the cystic cavity and the oral cavity. Kedua gigi
yang berdekatan adalah vital dan secara klinis tidak ada komunikasi antara rongga kistik dan
rongga mulut. Histologically it was proven to be lined by a thin layer of clear odontogenic
epithelial cells and epithelial plaque formation. Histologi itu terbukti dilapisi oleh lapisan tipis
jelas sel epitel odontogenik dan pembentukan plak epitel. Note well delineated oval
radiolucency. Catatan juga digambarkan radiolusensi oval
Nama kista periodontal lateral merupakan suatu istilah yang tidak cocok. Kista ini bukan
merupakan peradangan, kista ini tidak muncul dari periodontitis dan bukan suatu fenomena yang
dihubungkan dengan saluran lateral dalam struktur gigi. Kista ini selalu terdermakasi dengan
baik, relatif kecil, dan radiolusen (kadang-kadang dengan akar yang radiopak). Lesi ini

umumnya dihubungkan dengan daerah premolar dan molar dan kadang ditemukan pada daerah
anterior rahang atas. Kista ini biasanya tidak tampak secara klinis tetapi terdeteksi pada
pemeriksaan radiografi. Kista ini memiliki suatu histologi yang berbeda teriri dari dinding kista
noninflamasi fibrous yang tebal, dan batas epitelium terbuat dari sel kubus yang tipis. Tepi ini
tidak sempurna dan mudah terkelupas dengan gambaran penebalan sel bersih pada interval
berkala. Kista ini tumbuh dari lamina gigi postfungsional dan tidak ada penjelasan yang baik
diketahui untuk lokalisasi yang ditunjukkan.
Etiologi : terbentuk karena proliferasi dentalamina
Gambaran klinis : tampak pembengkakan kecil pada jaringan lunak di dalam atau di bawah
papilla interdental diameter < 1cm. Mayoritas pada orang dewasa terjadi pada cuspid premolar
dan caninus atas/ bawah. ( vitalnya di rahang bawah )
Gambaran radiograf : radiolusen Berbentuk bulat/ seperti tetesan airmata unilokuler dan kadang2
multilokuler.
f. Botryoid odotogenic cyst
g. Glandular odotogenic cyst
- Kista odontogenik glandula adalah salah satu lesi kista rahang yang sangat jarang dijumpai
dengan karakteristik histopatologis yang unik dan tidak jelas histogenesisnya, dimana secara
histopatologi, kista odontogenik glandula merupakan suatu kista dengan dindingnya dibatasi
epitel non keratinisasi pada permukaannya dan dibatasi kripta atau ruangan seperti kista didalam
ketebalan epitel dan mengandung elemen musin tanpa keterlibatan jaringan kelenjar ludah
didalanmya. Gambaran klinis kista odontogenik pada umunmya seperti kista yang lain adalah
adanya pembengkakan pada daerah yang terkena, mayoritas kista akan ditemukan setelah teljadi
peradangan. Gambaran radiografi kista odontogenik glandula menunjukkan lesi radiolusen
unilokuler atau multilokuler yang tergambar dengan jelas. Berdasarkan cepat lambatnya
perluasan area radiokusensi lesi yang terlihat dalam pemeriksaan radiografi, kista odontogenik
glandula dapat didiagnosa banding sebagai lateral periodontal cyst, botryoid odontogenic cyst,
simple bone cyst, odontogenic keratocyst, ameloblastoma dan central mucoepidermoid
carcinoma. Gammbaran histologi menunjukkan suatu ruang kistik yang dibatasi oleh epitel pipih
berlapis non keratinisasi dengan beberapa lapisan. Di beberapa area, sel epitel tersusun dalam
bentuk struktur menyerupai bola atau area melingkar Lapisan superfisial epitel menunjukkan
eosinofilik dan sel kuboidal, dan beberapa sel spinus merniliki vakuolisasi dalam sitoplasmanya.
Sel epitel menunjukkan banyak sel-sel mukus, dan kadang-kadang mukus PAS positif dibatasi
oleh sel kuboidal eosinofilik berbentuk struktur menyerupai bola. Ruang antar epitel dan bentuk
jaringan ikat fibrous adalah petak tanpa rete peg. Kapsul fibrous jarang diinfiltrasi oleh sel
inflamasi mononuklear. Dalam perawatan kista odontogenik glandula, pada dasarnya digunakan
teknik bedah dengan metoda enukleasi.
- Kista odontogenik glandula adalah salah satu lesi kista rahang yang sangat jarang dijumpai
dengan karakteristik histopatologis yang unik dan tidak jelas histogenesisnya, dimana secara
histopatologi, kista odontogenik glandula merupakan suatu kista dengan dindingnya dibatasi
epitel non keratinisasi pada permukaannya dan dibatasi kripta atau ruangan seperti kista didalam
ketebalan epitel dan mengandung elemen musin tanpa keterlibatan jaringan kelenjar ludah
didalanmya. Gambaran klinis kista odontogenik pada umunmya seperti kista yang lain adalah
adanya pembengkakan pada daerah yang terkena, mayoritas kista akan ditemukan setelah teljadi
peradangan. Gambaran radiografi kista odontogenik glandula menunjukkan lesi radiolusen
unilokuler atau multilokuler yang tergambar dengan jelas. Berdasarkan cepat lambatnya

perluasan area radiokusensi lesi yang terlihat dalam pemeriksaan radiografi, kista odontogenik
glandula dapat didiagnosa banding sebagai lateral periodontal cyst, botryoid odontogenic cyst,
simple bone cyst, odontogenic keratocyst, ameloblastoma dan central mucoepidermoid
carcinoma. Gammbaran histologi menunjukkan suatu ruang kistik yang dibatasi oleh epitel pipih
berlapis non keratinisasi dengan beberapa lapisan. Di beberapa area, sel epitel tersusun dalam
bentuk struktur menyerupai bola atau area melingkar Lapisan superfisial epitel menunjukkan
eosinofilik dan sel kuboidal, dan beberapa sel spinus merniliki vakuolisasi dalam sitoplasmanya.
Sel epitel menunjukkan banyak sel-sel mukus, dan kadang-kadang mukus PAS positif dibatasi
oleh sel kuboidal eosinofilik berbentuk struktur menyerupai bola. Ruang antar epitel dan bentuk
jaringan ikat fibrous adalah petak tanpa rete peg. Kapsul fibrous jarang diinfiltrasi oleh sel
inflamasi mononuklear. Dalam perawatan kista odontogenik glandula, pada dasarnya digunakan
teknik bedah dengan metoda enukleasi.
h. Gingival cyst of adults
- Gingiva kista orang dewasa
The gingival cyst of the adult is thought to derive from epithelial rests of the dental lamina and
some authors considered it to be a superficial version of the lateral periodontal cyst. Kista
gingiva dewasa diperkirakan berasal dari epitel terletak dari lamina gigi dan beberapa penulis
menganggapnya sebagai versi dangkal kista periodontal lateral. This latter cyst, which generally
has an intraosseous location, develops often in the premolar-canine area of the mandible and it is
directly connected to the periodontium. Kista ini yang terakhir, yang umumnya memiliki lokasi
intraosseous, berkembang sering di daerah-anjing premolar mandibula dan terhubung langsung
ke periodonsium tersebut. The gingival cyst of the adult generally develops in the mandibular
premolar-canine area. Kista gingiva dewasa umumnya berkembang di daerah-anjing premolar
mandibula. If in the maxilla it develops with greater frequency in the lateral incisor area. Jika di
rahang itu berkembang dengan frekuensi yang lebih besar di daerah gigi seri lateral. In some
cases it may slightly reabsorb the alveolar crest. Dalam beberapa kasus mungkin sedikit
menyerap kembali puncak alveolar. The gingival cyst of the adult is a slow growing lesion which
as a rule does not measure more than one centimeter in diameter. Kista gingiva dewasa adalah
lesi yang tumbuh lambat sebagai sebuah aturan tidak mengukur lebih dari satu sentimeter
diameter. The cyst may even develop in the interdental papilla and in either location is a painless
swelling presenting the normal gingival color, however, some of them may have a slight bluish
color. Kista bahkan dapat berkembang di papilla interdental dan di lokasi baik adalah rasa sakit
pembengkakan penyajian warna gingiva normal, namun, beberapa dari mereka mungkin
memiliki warna yang sedikit kebiruan. Statistical studies are scant because this cyst is of rare
occurrence, generally it is reported as having an equal sex distribution and observed in patients
over 40 years of age. studi statistik adalah kurang karena kista ini adalah kejadian langka,
umumnya dilaporkan sebagai memiliki distribusi seks sama dan diamati pada pasien lebih dari
40 tahun. The gingival cyst of the adult should be differentiated from the odontogenic keratocyst
and the epidermoid cyst which occasionally develop in the same areas. Kista gingiva orang
dewasa harus dibedakan dari keratocyst odontogenik dan kista epidermoid yang sering
berkembang di daerah yang sama. The differentiation and final diagnosis is established
microscopically. Diagnosis diferensiasi dan terakhir didirikan mikroskopis. The gingival cyst of
the adult is mostly lined by an odontogenic epithelium which resembles the reduced enamel
epithelium and is formed by a few rows of cells. Kista gingiva dewasa sebagian besar dilapisi
oleh epitel odontogenik yang menyerupai epitel enamel berkurang dan dibentuk oleh beberapa
baris sel. The clinical differential diagnosis should also include mucocele and abscesses of

periodontal origin. Diferensial diagnosis klinis juga harus mencakup mucocele dan asal abses
periodontal. The treatment is surgical ablation and there is no tendency to recur. Pengobatan ini
ablasi bedah dan tidak ada kecenderungan untuk kambuh.

Figure 3. Gambar 3. The arrows point to a rounded gingival blister-like lesion which upon biopsy
was shown to be a gingival cyst of the adult. Panah menunjukkan seperti lesi gingiva melepuhbulat yang ditunjukkan pada biopsi menjadi kista gingiva dewasa. Figure 4. Gambar 4. This
radiograph is from another adult patient with a gingival cyst. radiograf ini berasal dari pasien lain
dewasa dengan kista gingiva. Note the bone depression produced by the cyst. Perhatikan tulang
depresi diproduksi oleh kista. In this case the differential diagnosis should include the lateral
periodontal cyst. Dalam hal ini diagnosis diferensial harus mencakup kista periodontal lateral.
i. Calcifying odontogenic cyst
Gambaran radiograf : unilokuler atau multilokuler radiolusen terpisah batasnya tegas menyebar
bentuknya irreguler
Etiologi : karena ada sisa epitel odontogenik di dalam gusi maksila dan mandibula
Gambaran klinis : karakteristiknya ada ghost cell keratinization biasanya menyerang orang usia
B. Inflamatory
a. Radicular cyst ( periapical cyst)
Suatu kista periapikal (radikuler) merupakan kista odontogenik yang paling umum. Etiologi
umumnya adalah sebuah gigi yang menjadi terinfeksi, memicu nekrosis pulpa. Toksin keluar dari
akar gigi, memicu inflamasi periapikal. Inflamasi ini merangsang sisa epitel Malassez yang
ditemukan dalam ligament periodontal, menghasilkan pembentukan granuloma periapikal yang
bias jadi menginfeksi ataupun steril. Secepatnya, epitelium ini berlanjut menjadi nekrosis
disebabkan oleh berkurangnya asupan darah, dan granuloma berkembang menjadi kista. Lesi
umumnya tidak dapat terdeteksi secara klinis jika masih kecil tetapi paling sering ditemukan
sebagai suatu temuan yang insidental atau tidak disengaja pada pemeriksaan radiografi.
Secara radiografi, perbedaan antara suatu granuloma dan kista adalah tidak mungkin, meskipun
beberapa orang mengatakan bahwa jika lesi yang sangat besar lebih dicurigai menjadi kista.
Keduanya muncul dengan gambaran lesi radiolusen dalam hubungannya dengan akar gigi
nonvital. Adakalanya. Lesi ini dapat menjadi sangat besar karena mereka tumbuh sebagai respon
terhadap tekanan. Bagaimanapun, granuloma dan kista bukanlah suatu neoplastik.
Secara makroskopik, epitelium merupakan suatu epitelium skuamos stratified nondeskrip tanpa
pembentukan keratin. Perubahan peradangan dapat diamati pada dinding kista, dan perubahan
ini, pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan epitelial (misalnya; ulserasi, atropi, dan
hyperplasia). Terutama lesi yang terkena inflamasi, dapat muncul celah kolesterol dan/atau
makrofage berbusa.
Beberapa pilihan perawatan yang ada untuk beberapa kista. Kebanyakan kista dapat diatasi
dengan terapi endodontik dari gigi yang terlibat. Lesi-lesi ini harus pantau secara radiografi
untuk memastikan pemecahannya. Lesi yang gagal untuk diatasi dengan beberapa terapi harus
diangkat melalui pembedahan dan diperiksa secara histopatologi. Meskipun kista ini terbentuk
dari suatu sisa epitel yang matang dan memiliki potensi yang relatif untuk bertumbuh, kadang-

kadang suatu karsinoma sel skuamos dapat muncul de novo dalam suatu kista radikuler, oleh
karena itu dianjurkann untuk pemeriksaan histopatologi ari semua jaringan yang diangkat.
- Definisi
Kista radikular adalah suatu kista yang berasal dari sisa-sisa epitel Malassez yang berada di
ligamen periodontal, karena suatu infeksi gigi (gangren pulpa, gangren radik) ataupun trauma
yang menyebabkan gigi nekrosis.
- Etiologi
Suatu kista radikular mensyaratkan injuri fisis, kimiawi ataupun bakterial yang menyebabkan
matinya pulpa, diikuti oleh stimulasi sisa epitel Malassez, yang biasanya dijumpai pada ligamen
periodontal.
- Gejala-gejala
Tidak ada gejala yang dihubungkan dengan perkembangan suatu kista, kecuali yang kebetulan
diikuti nekrosis pulpa. Suatu kista dapat menjadi cukup besar untuk secara nyata menjadi
pembengkakan.
Tekanan kista cukup untuk menggerakkan gigi yang bersangkutan, yang disebabkan oleh
timbunan cairan kista. Pada kasus semacam itu, apeks-apeks gigi yang bersangkutan menjadi
renggang, sehingga mahkota gigi dipaksa keluar jajaran. Gigi juga dapat menjadi goyang. Bila
dibiarkan tidak dirawat, suatu kista dapat terus tumbuh dan merugikan rahang atas atau rahang
bawah.
- Diagnosis
Pulpa gigi dengan kista radikular tidak bereaksi terhadap stimuli listrik atau termal, dan hasil tes
klinis lainnya adalah negatif, kecuali radiografik. Pasien mungkin melaporkan suatu riwayat
sakit sebelumnya. Biasanya pada pemeriksaan radiograf, terlihat tidak adanya kontinuitas lamina
dura, dengan suatu daerah rerefaksi. Daerah radiolusen biasanya bulat dalam garis bentuknya,
kecuali bila mendekati gigi sebelahnya, yang dalam kasus ini dapat mendatar atau mempunyai
bentuk oval. Daerah radiolusen lebih besar dari pada suatu granuloma dan dapat meliputi lebih
dari satu gigi, baik ukuran maupun bentuk daerah rerefaksi bukan indikasi definitif suatu kista.
- Diagnosis Banding
Gambaran radiografik kista akar yang kecil tidak dapat dibedakan dari gambaran granuloma.
Meskipun suatu perbedaan positif antara suatu kista dan granuloma tidak dapat dibuat dari
radiograf saja, sifat-sifat tertentu dapat memberi kesan adanya suatu kista. Suatu kista biasanya
lebih besar dari pada granuloma dan dapat menyebabkan akar berdekatan merenggang karena
tekanan terus-menerus dari akumulasi cairan kista.
- Bakteriologi
Suatu kista mungkin atau tidak mungkin terinfeksi. Sebagai suatu granuloma, suatu kista
menunjukkan suatu reaksi defensif jaringan terhadap iritan ringan. Organisme actinomyces
pernah diisolasi dari kista periapikal.
- Histopatologi
Kista radikular terdiri dari suatu kavitas yang dilapisi oleh epitelium skuamus berasal dari sisa
sel Malassez yang terdapat didalam ligamen periodontal. Suatu teori pembentukan kista adalah
bahwa perubahan inflamatori periradikular menyebabkan epitelium berpoliferasi. Bila epitelium
tumbuh dalam suatu massa sel, bagian pusat kehilangan sumber nutrisi dari jaringan periferal.
Perubahan ini menyebabkan nekrosis di pusat, suatu kavitas terbentuk, dan tercipta suatu kista
- Perawatan
Pengambilan secara bedah seluruh kista radikular sehingga bersih tidak perlu dilakukan pada
semua kasus. Kista di jumpai pada sekitar 42% atau kurang pada daerah rerefaksi akar gigi.

Resolusi (hilangnya inflamasi) daerah rerefaksi ini terjadi setelah terapi saluran akar pada 80
sampai 98% kasus. Drainase juga bisa mengurangi tekanan kista pada dinding kavitas tulang dan
merangsang fibroplasia dan perbaikan dari perifer lesi.
- Prognosis
Prognosis tergantung pada gigi khususnya, perluasan tulang yang rusak, dan mudah dicapainya
perawatan.
Gambaran RO
Lokasinya
Mendekati apeks gigi-gigi non-vital, tanpa pada permukaan mesial akar gigi, pada pembukaan
canal aksesoris atau pada pocket periodontal gigi dalam.
Batas dan Bentuk
Biasanya memiliki batas kortical. Jika kista menjadi infeksi sekunder, reaksi inflamasi disekitar
tulang menyebabkan hilangnya lapisan luar (corteks) atau cortex berubah menjadi lebih banyak
pinggiran sklerotik.
Struktur internal
Pada kebanyakan kasus, struktur internal kista ini adalah radiolusen. Kadang-kadang kalsifikasi
distrofik bisa berkembang pada kista lama (menetap), kelihatan seperti penyebaran tipis,
radioopasitas kecil.
b. Residual cyst
Kista residual adalah istilah yang sesuai karena tidak ada gigi yang tertinggal dimana dapat
mengidentifikasikan lesi. Paling umum, hal ini merupakan sisa dari kista periapikal dari gigi yng
telah dicabut. Histologinya merupakan epitelium skuamous stratified nondeskrip.
- Gambaran klinis
Asymtomatik
Sering ditemukan pada pemeriksaan RO daerah edentulous
Mungkin terjadi ekspansi pada rahang atau nyeri pada kasus dengan infeksi sekunder
- Gambaran RO
Lokasi
Terjadi pada kedua rahang
Lebih sering pada mandibula
Epicenter terletak pada lokasi periapikal
Pada mandibula ; epicenter selalu diatas canal inferior alveolar nerve
Batas dan Bentuk
Memiliki garis tepi cortical kecuali jika menjadi infeksi sekunder. Bentuk kista residual ini
adalah oval atau bulat.
Struktur Internal
Radiolusen, kalsifikasi bisa terdapat pada kista lama.
Kista residual dapat menyebabkan displacement gigi atau resorbsi. Kista bisa invaginasi pada
antrum maxilla atau menekan saluran inferior alveolar nerve.
c. Paradental cyst
- Kista paradental merupakan kista odontogenik yang mengalami peradangan yang timbulnya
disebabkan gigi molar tiga mandibula impaksi yang mengalami perikoronitis. Etiologi kista
paradental sampai saat ini belum diketahui dengan pasti, tapi terdapat tiga kemungkinan unruk

pembentukannya yakni dari epitel krevikular, dari sisa-sisa epitel Malassez dan dari epitel
enamel yang berkurang. Kista ini jarang terjadi, tetapi memiliki karakteristik klinis yakni: terjadi
pada gigi molar tiga mandibula yang impaksi, mempunyai riwayat perikoronitis, paling banyak
terletak di daerah distal dan distobukal gigi, terjadi pada usia dekade ketiga, dan dari penelitian
yang dilakukan, kista ini banyak dijumpai pada orang kulit putih dan pada pria dibanding dengan
wanita. Gambaran histopatologi dan radiologi kista paradental ini tidak patognomonik sehingga
sering terkacau dengan kista yang lain. Perawatan yang tepat dari kista paradental ini adalah
teknik bedah metode enukleasi dengan odontektomi gigi molar tiga mandibula yang terkena. Hal
ini dilakukan agar tidak terjadi rekurensi.
- Kista paradental merupakan suatu kista yang timbul berhubungan dengan gigi yang erupsi
sebagian atau penuh dengan pulpa vital. Kebanyakan dari kasus dijumpai pada gigi molar raliang
bawah, terutama molar ketiga rahang bawah yang erupsi sebagian dengan riwayat perikoronitis.
Gejala klinik yang timbul adalah adanya pembengkakan khususnya pada kista yang melibatkan
molar pertama dan molar kedua rahang bawah. Klasifikasi WHO dari kista odontogenik
peradangan mencakup kista radikular (residual) dan kista paradental (kista kolateral peradangan,
kista bukal infected mandibula). Grup kista paradental secara klinik menimbulkan masalah
diagnosis dan terapi bila dihubungkan dengan gigi molar pertama dan molar kedua rahang
bawah. Etiologi dan gambaran histologi dari kista paradental, kista kolateral peradangan dan
kista bukal infected mandibula adalah identik dan perbedaanya terdapat pada gambaran klinik
dan radiografi yang dihubungkan dengan perbedaan gigi yang terlibat dan perbedaan umur
dimana gigi tersebut erupsi. Karakteristik radiografi dari kista paradental terlihat bervariasi,
umumnya menunjukkan suatu lesi radiolusen yang berbatas jelas superimposed diatas akar dari
gigi yang terlibat. Penemuan konsisten pada gambaran histologi dimana kista dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng hiperplastik non~keratinisasi, Adanya infiltrat sel radang yang kronis didalam
jaringan ikat adalah sesuai dengan hipotesis bahwa peradangan adalah penting untuk
perkembangan kista ini. Pengangkatan kista dari permukaan akar bukal menunjukkan adanya
proyeksi enamel perkembangan yang meluas dari cemento-enamel junction kearah bifurk'asi
akar. Anomali enamel perkembangan ini mungkin penting dalam patogenesis kista paradental.
Penemuan makroskopis dan mikroskopis mendukung bahwa asal kista paradental adalah epitel
enamel yang telah berkurang.
d. Buccal bifurcation cyst
- Gambaran klinis
Tertundanya erupsi M1 dan M2 mandibula
Pada pemeriksaan klinis, molar mungkin missing atau puncak cusp lingual bisa abnormal
menonjol keluar melalui mukosa, lebih tinggi dari pada posisi cusp buccal.
Gigi geligi selalu vital
Hard swelling bisa terdapat pada buccal molar dan jika terdapat infeksi sekunder, pasien bisa
merasakan nyeri
- Gambaran RO
Lokasi
Paling sering terjadi pada m1 mandibula
Terkadang terjadi secara bilateral
Selalu terdapat pada furkasi buccal dari molar yang bersangkutan
Batas Luar dan Bentuk
Pada beberapa kasus tidak ada batas luar, lesi bisa sangat halus region radiolusen berlapis pada
gambaran akar molar.

Beberapa kasus, lesi memiliki bentuk sirkular dengan tepi cortical yang tegas
Struktur Internal
Radiolusen
II. Non-odontogenik
a. Naso- palatine duct cyst (incisive canal cyst)
- Kista ini mengandung sisa duktus nasopalatin organ primitif hidung dan juga pembuluh darah
dan serabut saraf dari area nasopalatin.
- Gambaran klinis
Asimtomatik atau dengan gejala minor yang dapat di tolerir dalam jangka waktu yang lama.
Kista ini berbentuk kecil, pembengkakan berbatas tegas tepat pada posterior papila palatin.
Pembengkakan biasanya fluktuan dan berwarna biru jika terdapat di permukaan.
Perluasan kista dapat berpenetrasi pada plate labial dan mengakibatkan pembengkakan dibawah
frenulum labial maksila. Terkadang lesi dapat meliputi rongga hidung dan merusak septum nasal.
Mengakibatkan gigi geligi menjadi divergen
- Gambaran Radiograf
Kista ini terletak pada foramen nasopalatin meluas ke posterior untuk melibatkan palatum
durum.
Kista ini berbatas jelas, bayangan dari nasal spine terkadang superimpose yang mengakibatkan
kista berbentuk seperti hati.
Struktur interna radiolusensi secara total, terkadang terjadi kalsifikasi distrofik interna yang
mengakibatkan radioopasitis menyebar.
Efek kista ini mengakibatkan divergensi akar insisif sentral dan resorpsi akar serta pergeseran
dari nasal fosa ke arah superior.
b. Nasolabial cyst (nasoalveolar cyst)
- Asal dari kista ini bisa jadi suatu kista fisural yang muncul dari suatu sisa epitel dalam garis fusi
globular, lateral nasal, dan prosesus maksila.
- Gambaran klinis
Pembengkakan unilateral pada pembungkus nasolabial dan dapat menyebabkan nyeri atau
ketidaknyamanan jika kista berukuran kecil.
Jika kista berukuran besar dapat masuk ke dalam kavitas nasal yang dapat menyebabkan
obstruksi, pengembangan alae hidung, distorsi nostril hidung da pembesaran bibir atas
- Gambaran Radiograf
Lokasinya dekat prosesus alveolaris diatas apeks insisif karena kista ini merupakan lesi
jaringan lunak sehingga radiograf tidak cukup jelas.
Lesi berbentuk sirkular atau oval dengan peninggian ringan jaringan lunak pada tepi kista.
Struktur internal radiolusensi homogen
Mengakibatkan erosi tulang , peningkatan prosesus alveolar dibawah kista dan apikal insisif,
distorsi border inferior fosa nasal.
c. Palatal cyst of infant
d. Lymphoepithelial cyst
e. Gastric heterotropic cyst
f. Tryglosal duct cyst
g. Salivary duct cyst
h. Maxillary antrum associated cyst

i. Soft tissue cyst


j. Pseudo cyst
k. Congenital cys
l. Parasitic cyst
5. Penatalaksanaan kista
a. Enukleasi
- Merupakan proses pengangkatan seluruh lesi kista tanpa terjadinya perpecahan pada kista.
Kista itu sendiri dapat dilakukan enukleasi karena lapisan jaringan ikat antara komponen epitelial
(melapisi aspek anterior kista) dan dinding kista yang bertulang pada rongga mulut. Lapisan ini
akan lepas dan kista dapat diangkat dari kavitas yang bertulang. Proses enukleasi sama dengan
pengangkatan periosteum dari tulang. Enukleasi pada kista seharusnya dilakukan secara hati
hati untuk mencegah terjadinya lesi rekuren.
- Indikasi :
Pengangkatan kista pada rahang
Ukuran lesi kecil, sehingga tidak banyak melibatkan struktur jaringan yang berdekatan
- Keuntungan :
Pemeriksaan patologi dari seluruh kista dapat dilakukan
Pasien tidak dilakukan perawatan untuk kavitas marsupialisasi dengan irigasi konstan
Jika akses flap mucoperiosteal sudah sembuh, pasien tidak merasa terganggu lebih lama oleh
kavitas kista yang ada
- Kerugian :
Jika beberapa kondisi diindikasikan untuk marsupialisasi, enukleasi bersifat merugikan seperti :
Fraktur rahang
Devitalisasi pada gigi
Impaksi gigi
Banyak jaringan normal yang terlibat
- Teknik :
Insisi
Flap mucoperiosteal
Pembuangan tulang pada aspek labial dari lesi
Osseous window untuk membuka bagian lesi
Pengangkatan kista dari kavitas menggunakan hemostate & kuret
Menjahit daerah pembedahan
Penyembuhan mukosa & remodelling tulang, dimana terbentuk jaringan granulasi pada dinding
kavitas yang bertulang dalam waktu 3-4 hari. Dan remodelling tulang akan terjadi selama 6 12
bulan.
b. Marsupialisasi
- Merupakan metode pembedahan yang menghasilkan surgical window pada dinding kista,
mengevakuasi isi kista dan memelihara kontinuitas antara kista dan rongga mulut, sinus
maksilary atau rongga nasal. Proses ini mengurangi tekanan inrakista dan meningkatkan
pengerutan pada kista. Marsupialisasi dapat digunakan sebaga terapi tunggal atau sebagai tahap
preeliminary dalam perawatan dengan enukleasi.
- Indikasi :
Jumlah jaringan yang terluka
Dekatnya kista dengan struktur vital berarti keterlibatan jaringan tidak baik jika dilakukan
enukleasi.

Contoh : jika enuklesi pada kista menyebabkan luka pada struktur neurovaskular mayor atau
devitalisasi gigi sehat, sebaiknya diindikasikan metode marsupialisasi.
Akses pembedahan
Jika akses untuk pengangkatan kista sulit, sebaiknya dilakukan marsupialisasi untuk mencegah
lesi rekuren.
Bantuan erupsi gigi
Jika gigi tidak erupsi (dentigerous cyst), marsupialisasi dapat memberikan jalur erupsi ke rongga
mulut.
Luas pembedahan
Untuk pasien dengan kondisi medik yang kurang baik, marsupialisasi merupakan alternatif yang
tepat dibandingkan enukleasi, karena prosedurnya yang sederhana dan sedikit tekanan untuk
pasien.
Ukuran kista
Pada kista yang sangat besar, adanya resiko fraktur rahang selama enukleasi. Ini lebih baik
dilakukan marsupialisasi, setelah remodelling tulang dapat dilakukan enukleasi.
- Keuntungan :
Prosedur yang dilakukan sederhana
Memisahkan struktur vital dari kerusakan akibat pembedahan
- Kerugian :
Jaringan patologi kemungkinan masih tertinggal di dalam kavitas
Tidak dapat dilakukan pemeriksaan histologi secara teliti
Terselip debris makanan akibat adanya kavitas
Pasien harus irigasi kavitas beberapa kali setiap hari
- Teknik :
Diberikan antibiotik sistemik, untuk pasien dengan kondisi yang tidak sehat
Pemberian anastesi lokal
Aspirasi kista, jika aspirasi dapat memperkuat diagnosis kista, prosedur marsupialisasi dapat
dilakukan
Insisi awal, biasanya sirkular / ellips dan menghasilkan saluran yang besar (1 cm atau lebih
besar) di dalam kavitas kista.
Jika lapisan atas tulang tebal, osseous window dibelah secara hati hati dengan round bur atau
rongeurs
Pengambilan isi kista
Menjahit tepi luka hingga membentuk sseperti kantung
Irigasi kavitas kista untuk menghilangkan beberapa fragmen residual debris
Masukkan iodoform gauze ke dalam kavitas kista
Irigasi kavitas rutin selama 2 minggu
Menjahit daerah pembedahan
c. Enukleasi dengan kuretase
- Dimana setelah dilakukan enukleasi, dilakukan kuretase untuk mengangkat 1 2 mm tulang
sekitar periphery kavitas kista. Ini dilakukan untuk membuang beberapa sel epitelial yang tersisa
pada dinding kavitas.
- Indikasi :
Jika dokter melakukan pengangkatan keratosis odontogenik, dimana keratosis odontogenik
memiliki potensi yang tinggi untuk rekuren.
Jika terdapat beberapa kista rekuren setelah dilakukan pengangkatan kista

- Keuntungan :
Jika enukleasi meninggalkan sel sel epitelium, kuretase dapat mengangkat sisa sisa epitelium
tersebut, sehingga kemungkinan untuk rekuren minimal.
- Kerugian :
Kuretase lebih merusak tulang dan jaringan yang berdekatan. Pulpa gigi kemungkinan akan
hilang suplai neurovaskularnya ketika kuretase dilakukan dekat dengan ujung akar. Kuretase
harus dilakukan dengan ketelitian yang baik untuk mencegah terjadinya resiko ini.
- Teknik :
Kista dienukleasi atau diangkat
Memeriksa kavitas serta stryktur yang berdekatan dengannya
Melakukan kuretase dengan rigasi steril untuk mengangkat lapisan tulang 1 2 mm sekitar
kavitas kista
Dibersihkan dan ditutup
d. Marsupialisasi disertai enukleasi
- Dilakukan jika terjadi penyembuhan awal setelah dilakukan marsupialisasi tetapi ukuran
kavitas tidak berkurang.
- Teknik :
Kista pertama kali dimarsupialisasi
Menunggu penyembuhan tulang, untuk mencegah terjadinga fraktur rahang saat melakukan
enukleasi
Terjadi penurunan ukuran kista
Dilakukan enukleasi
PERTANYAAN SKENARIO
1. Jenis rontgen dan gambaran radiologis kista
Jenis rontgen secara umum
Panoramik
Periapical
Jenis rontgen untuk melihat kista
Panoramik
Gambaran Ro kista
f. Berbatas tegas
g. Tepi skelrotik jika ada infeksi
2. Pasien sudah berobat sampai 3x tetapi tidak sembuh . why ?
Karena tidak dilakukan enukleasi dan marsupialisasi
Penyebabnya tidak dihilangkan
Dx belum tepat
3. Kenapakah bisa ada ping pong phenomena ?
LI
4. Dalam skenario termasuk jenis odontogenik apa ?
Kista dentigerous ( soalnya dari gigi 35 tidak tumbuh )
Dari usia pasien
5. Dx dan DD nya ?
DD : ameoblastoma ( tumor jinak ) ; odontogenic keratocyst
6. Sejak kapan bisa timbul ping pong phenomena ?
LI

7. Apakah kista odontogenik selalu diikutin / ciri khas dengan ping pong phenomena ?
LI
8. Gigi 35 tidak tumbuh , why ? adakah pengaruhnya dengan kista odontogenik ?
Ada pengaruhnya , karena ....... ??? LI
9. Pasien sudah mengalami asimetris tetapi pasien tidak merasakan sakit , berbeda dengan kasus
impaksi. Why ?
Karena tidak ada infeksi
Pembengkakan terjadi secara perlahan sehingga tidak merasakan sakit
10. Mengapa ada fluktuasi + dan ping pong phenomena + ?
LI

Anda mungkin juga menyukai