Pelumas
Pelumas
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem utama pada mesin, yaitu suatu
rangkaian alat-alat mulai dari tempat penyimpanan minyak pelumas, pompa oli (oil pump),
pipa-pipa saluran minyak, dan pengaturan tekanan minyak pelumas agar sampai kepada
bagian-bagian yang memerlukan pelumasan.
Sistem pelumasan ini memiliki beberapa fungsi dan tujuan, antara lain:
Mengurangi gesekan serta mencegah keausan dan panas, dengan cara yaitu oli
membentuk suatu lapisan tipis (oil film) untuk mencegah kontak langsung permukaan
pendingin.
Sebagai bahan pembersih, yaitu dengan mengeluarkan kotoran pada bagian-bagian
mesin.
Mencegah karat pada bagian-bagian mesin.
Mencegah terjadinya kebocoran gas hasil pembakaran.
Sebagai perantara oksidasi.
1.3 Tujuan
1
1.
2.
3.
4.
5.
Bab II
Pembahasan
2.1 PELUMAS
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda
bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi
yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung
yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari
90% minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling utama
adalah oli mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam.
kemungkinan tidak terjadi korosi. Adanya kontaminasi yang korosif pada operasi mesin,
membuat upaya mengendalikan korosi menjadi lebih sulit. Sehubungan dengan itu, pelumas
yang digunakan dalam mesin harus memberi kemampuan perlindungan korosi dalam tingkat
yang sangat tinggi. Yang perlu dipertimbangkan dalam mengatasi korosi pada mesin yang
bekerja pada lingkungan yang korosif di udara terbuka adalah pengaruh kontaminasi terhadap
sifat pelumas itu sendiri. Kemampuan pelumas untuk mengendalikan korosi adalah langsung
berhubungan dengan ketebalan selaput pelumas yang tetap ada pada permukaan logam dan
komposisi kimia pelumas. Bahan yang biasanya digunakan untuk aditif penghindar korosi
adalah surfaktan.
2.2.4. Mengendalikan Keausan
Keausan yang terjadi pada sistem pelumasan disebabkan oleh 3 (tiga) hal, yaitu abrasi,
korosi, dan kontak antara logam dengan logam. Keausan abrasi biasanya disebabkan oleh
partikel padat yang masuk ke lokasi pelumas itu berada. Bentuk keauasan abrasi adalah
torehan (scoring) dan garukan (starching). Keausan yang diakibatkan karena korosi umumnya
disebabkan oleh produk oksidasi pelumas. Pemrosesan yang lebih sempurna dengan
menambahkan aditif penghindar oksidasi dapat mengurangi terjadinya kerusakan pelumas.
Keausan juga disebabkan oleh terjadinya kontak antara logam dan logam yang merupakan
hasil rusaknya selaput pelumas. Singkatnya, sesuatu yang menyebabkan permukaan logam
yang dilumasi saling mendekat sehingga terjadi kontak antara satu permukaan dengan
permukaan lainnya menyebabkan timbulnya keausan.
2.2.5. Mengisolasi Listrik
Pada beberapa penggunaan khusus, pelumas dituntut untuk bersifat sebagai isolator listrik.
Untuk tetap mendapatkan nilai isolasi maksimal, pelumas harus dijaga tetap bersih dan bebas
air. Pelumas harus tidak mengandung aditif yang menimbulkan proses elektrolisis jika
terkena sejumlah air.
2.2.6. Meredam Kejutan
Fungsi dari pelumas sebagai fluida peredam kejutan dilakukan dengan 2 (dua) cara. Pertama,
yang sangat dikenal adalah memindahkan tenaga mekanik ke tenaga fluida seperti dalam
peredam kejut otomotif (shock absorbser). Dalam hal ini, vibrasi atau osilasi tubuh kendaraan
menyebabkan piston yang berada di dalam silinder fluida yang tetutup bergerak naik turun.
Fluida bergerak mengalir dari sisi piston ke sisi yang melewati suatu celah dengan
menghilangkan tenaga mekanik melalui gesekan fluida. Untuk itu, biasanya digunakan
pelumas dengan indeks viskositas yang tinggi. Mekanisme kedua yang berperan dalam
meredam kejutan fungsi pelumas adalah perubahan viskositas terhadap tekanan.
2.2.7. Pembersih Kotoran
Pelumas disebut sebagai pembersih atau pembilas kotoran yang masuk di dalam sistem
karena adanya partikel padat yang terperangkap diantara permukaan logam yang dilumasi.
Hal ini benar-benar terjadi pada jenis mesin internal-combution, dimana aditif detergendispersan digunakan untuk melumatkan lumpur dan membawanya dari karter ke saringan
yang dirancang untuk menepis partikel padat yang dapat menimbulkan keausan.
2.2.8. Memindahkan Tenaga
Salah satu peningkatan fungsi pelumas modern adalah media hidrolik. Peralatan otomatis
pada kendaraan merupakan salah satu contoh meningkatnya kompleksitas persyaratan
pelayanan pelumas. Pelumas ini menunjukan penggunaan terbesar fluida pemindah tenaga
(power-transmission fluids), menjadi suatu kebutuhan yang utama untuk menggunakan
pelumas yang baik, dan sifat-sifat hidrolik merupakan hal yang juga harus dipertimbangkan.
2.2.9. Membentuk Sekat
Minyak Pelumas sendiri bersifat sebagai sekat, yaitu pelumas yang tinggi viskositasnya akan
berfungsi sebagai sekat dari celah yang lebih lebar. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mesin
yang sudah tua menggunakan pelumas mesin yang memiliki viskositas lebih tinggi dari
normalnya. Hal ini disebabkan jarak bebas atau clearance mesin tua lebih lebar dari mesin
yang baru
dapat bertahan pada permukaan atau pada situasi khusus seperti pada temperatur yang sangat
rendah atau sangat tinggi. Sedangkan pelumas berwujud gas atau udara digunakan pada
kondisi yang sangat khusus dimana dibutuhkan koefisien gesekan yang sangat rendah.
Adapun Jenis pelumas adalah sebagai berikut:
2.3.1. Pelumas cair (liquid lubricants)
umumnya adalah minyak oli mineral (alam), minyak oli dari tumbuhan atau binatang, dan oli
sintetis. Kadang-kadang air juga digunakan pada peralatan dalam lingkungan air. Pelumas
memerlukan additive untuk meningkatkan kualitas pelumasan untuk keperluan tertentu.
Misalnya additive untuk extreme pressure diperlukan pada pelumas untuk roda gigi di
mana pelumas akan mengalami beban tekanan yang tinggi. Aditif anti oksidasi dan tahan
temperatur tinggi diperlukan untuk oli pelumas engine. Oli pelumas diklasifikasikan
berdasarkan viskositasdan kandungan aditifnya. Tabel 11.2 menunjukkan beberapa tipe
pelumas cair termasuk sifat-sifat dan penggunaannya.
2.3.2. Pelumas lapisan padat (solid-film lubricants)
Ada dua jenis yaitu : material yang memiliki kekuatan geser yang sangat rendah seperti
graphite dan molybdenum disulfida (MoS 2) yang dapat ditambahkan pada permukaan,
coating seperti misalnya phosfat, oksida, atau sulfida yang dapat terbentuk pada suatu
permukaan. Grafit dan MoS2biasanya tersedia dalam bentuk bubuk dan dapat dibawa ke
permukaan dengan binder seperti misalnya grease atau material lain. Pelumas padat ini
memiliki kelebihan dalam hal koefisien gesek yang rendah dan tahan temperatur tinggi.
Pelumas padat dalam bentuk coating dapat dibentuk pada permukaan dengan reaksi kimia
atauelektrokimia. Coating ini biasanya sangat tipis dan akan mengalami keausan
dalam jangka waktu tertentu. Beberapa aditif pada oli dapat membentuk coating sulfida pada
permukaan secara terus menerus melalui reaksi kimia.
.
Pelumas yang semi padat (Semi solid Lubricant) Pelumas semi padat ciri khasnya adalah,
akan menjadi cair manakala suhu naik, dan sebaliknya akan menjadi kental jika temperatur
turun. Contohnya, Gemuk (Grease).
Grease adalah pelumas padat atau semi padat dan umumnya terbuat dari
sabun, minyak mineral, dan bermacam-macam bahan tambah serta aditif. Pelumas ini
melekat kuat pada permukaan logam dan sangat kental (highly viscous). Viskositasnya
tergantung pada laju geseran antar permukaan logam.
Meskipun banyak digunakan secara luas untukmelumasi
komponen-komponen
kompleks.
Dibandingkan
dengan grease,
wax kurang
greasy
dan
lebih
getas. Wax mempunyai keterbatasan dalam proses pengerjaan logam, kecuali untuk
pengerjaan dingin tembaga dan untuk baja tahan karat dan paduan suhu tinggi.
Sistem pelumasan campur adalah salah satu sistem pelumasan mesin dengan cara mencampur
langsung minyak pelumas (oli campur/samping) dengan bahan bakar (bensin) sehingga antara
minyak pelumas dan bahan bakar bercampur di tangki bahan bakar. Sifat-sifat sistem
pelumasan campur :
Tangki bahan bakar berada diatas mesin/ lebih tinggi dari mesin (pengaliran bahan
bakar dengan gaya gravitasi).
Menggunakan oli khusus 2 Tak yang bersifat mencampur baik dengan bensin dengan
campuran 2% 4% oli samping.
Keterangan :
1. Campuran bensin dan oli samping
2. Kran bensin
3. Karburator
4. Ruang engkol
Cara kerja :
Pada saat kran bensin (2) dibuka, maka campuran bensin dan oli samping (1) akan mengalir
menuju karburator (3) di karburator bensin, oli samping dan udara bercampur membentuk
campuran yang homogen dan masuk kedalam ruang engkol dan selanjutnya campuran
baensin dan oli samping akan melumasi bagian mesin yang berada di ruang engkol dan
didinding silinder.
2.4.2 Sistem Pelumasan Autolube
Sistem pelumasan autolube, oli samping/campur masuk kedalam ruang engkol dipompakan
oleh pompa oli. Sehingga penggunaan oli samping/campur ini lebih efektif sesuai kebutuhan
mesin. Sistem pelumasan ini digunakan pada mesin 2 tak. Oli samping/campur yang masuk
ke dalam ruang engkol tergantung dari jumlah putaran dan pembukaan katup masuk (Reet
Valve).
Cara kerja:
Saat mesin hidup handle gas ditarik, maka bensin mengalir ke karburator, seiring dengan
tarikan handle gas, pompa oli berputar yang menyebabkan oli samping/campur ditangki
terhisap dan ditekan menuju ruang engkol melalui saluran dibelakang karburator. Bensin dan
oli samping/campur menjadi satu di belakang karburator yang selanjutnya masuk kedalam
ruang engkol dan melumasi bagian-bagian yang bergerak.
Cara kerja :
Saat mesin hidup, poros engkol berputar, bagian poros engkol yang menyerupai sendok
membawa minyak pelumas dan akhirnya minyak pelumas memercik ke atas melumasi
dinding silinder.
10
Cara kerja :
Minyak pelumas di karter dihisap dan ditekan oleh pompa oli melalui strainer dan
dipompakan menuju bagian-bagian yang dilumasi yang sebelumnya disaring oleh
filter oli. Minyak pelumas yang telah melumasi bagian-bagian yang dilumasi akan
kembali ke karter.
11
suhu.
Makin
tinggi
angka
indeks
minyak
pelumas,
makin
kecil
perubahan viscosity-nya pada penurunan atau kenaikan suhu. Nilai viscosity index ini dibagi
dalam 3 golongan, yaitu:
HVI (High Viscosity Index) di atas 80.
MVI (Medium Viscosity Index) 40 80.
LVI (Low Viscosity Index) di bawah 40.
2.5.3 Flash Point
Flash point atau titik nyala merupakan suhu terendah pada waktu minyak pelumas menyala
seketika. Pengukuran titik nyala ini menggunakan alat-alat yang standard, tetapi metodenya
berlainan tergantung dari produk yang diukur titik nyalanya.
2.5.4 Pour Point
Merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai tidak bisa mengalir dan kemudian
menjadi beku. Pour point perlu diketahui untuk minyak pelumas yang dalam pemakaiannya
mencapai suhu yang dingin atau bekerja pada lingkungan udara yang dingin.
2.5.6 Total Base Number (TBN)
Menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak pelumas terhadap pengaruh pengasaman,
biasanya pada minyak pelumas baru (fresh oil). Setelah minyak pelumas tersebut dipakai
dalam jangka waktu tertentu, maka nilai TBN ini akan menurun. Untuk mesin bensin atau
diesel, penurunan TBN ini tidak boleh sedemikian rupa hingga kurang dari 1, lebih baik
12
diganti dengan minyak pelumas baru, karena ketahanan dari minyak pelumas tersebut sudah
tidak ada.
2.5.7 Carbon Residue
Merupakan jenis persentasi karbon yang mengendap apabila oli diuapkan pada suatu tes
khusus.
2.5.8 Density
Menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur tertentu.
2.5.9 Emulsification dan Demulsibility
Sifat pemisahan oli dengan air. Sifat ini perlu diperhatikan terhadap oli yang kemungkinan
bersentuhan dengan air.
Selain ciri-ciri fisik yang penting seperti telah dijelaskan sebelumnya, minyak pelumas juga
memiliki sifat-sifat penting, yaitu:
Sifat kebasaan (alkalinity)
Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk karena pengaruh dari luar (gas buang) dan
asam-asam yang terbentuk karena terjadinya oksidasi.
Sifat detergency dan dispersancy
Sifat detergency Untuk membersihkan saluran-saluran maupun bagian-bagian dari mesin
yang dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.
Sifat dispersancy Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh minyak pelumas
tidak menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat menjadi semacam lumpur (sludge).
Dengan sifat dispersancyini, kotoran-kotoran tadi dipecah menjadi partikel-partikel yang
cukup halus serta diikat sedemikian rupa sehingga partikel-partikel tadi tetap mengembang di
dalam minyak pelumas dan dapat dibawa di dalam peredarannya melalui sistem penyaringan.
Partikel yang bisa tersaring oleh filter, akan tertahan dan dapat dibuang sewaktu diadakan
pembersihan atau penggantian filter elemennya.
13
14
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda
bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi
yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung
yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari
90% minyak dasar dan 10% zat tambahan. Salah satu penggunaan pelumas paling utama
adalah oli mesin yang dipakai pada mesin pembakaran dalam.
Dan pelumas juga berfungsi sebagai :
Mengendalikan Gesekan
Mengendalikan Suhu
Mengendalikan Korosi
Mengendalikan Keausan
Mengisolasi Listrik
Dalam
aplikasinya,
pelumas
cair
adalah
jenis
pelumas
yang
paling
banyak
digunakan.Pelumas cair memiliki kelebihan yaitu kekuatan geser yang rendah dan kekuatan
tekanyang tinggi. Pelumas padat biasanya digunakan pada kondisi dimana pelumas cair tidak
dapat bertahan pada permukaan atau pada situasi khusus seperti pada temperatur yang sangat
rendah atau sangat tinggi. Sedangkan pelumas berwujud gas atau udara digunakan pada
kondisi yang sangat khusus dimana dibutuhkan koefisien gesekan yang sangat rendah.
Adapun Jenis pelumas adalah sebagai berikut:
Daftar Pustaka
15
http://www.rider-system.net/2013/02/macam-macam-sistem-pelumasan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelumas
https://eyesbeam.wordpress.com/2009/03/11/pengetahuan-umumtentang-lubricating-oil-minyak-pelumas/
http://www.rider-system.net/2013/02/macam-macam-sistempelumasan.html
16