Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum

: Penentuan pH Urine

Hari/Tanggal

: Selasa, 11 Oktober 2011

Waktu

: 12.00-14.30 WITA

Tempat

: Laboratorium Kimia Fakultas Kedokteran UNLAM

Praktikan

Rinawati
NIM. I1B111008

Banjarbaru, 17 Oktober 2011

Mengetahui,

Dosen Pembimbing,

dr. Edyson, M.Kes


NIP.196401004 199403 2 001

Asisten Kelompok

Havita Nirmala Savitri


NIM.I1B110032

Pengenalan Alat dan Larutan


Rinawati2, Reza Fathan1, Merryta Haryati S.2, Puput Angraeni2, Ermawati
Rohana2, Sari Dewi Intan Kumala2
1

Ketua Kelompok II Mahasiswa Pengikut Mata Kuliah Kimia Keperawatan Fakultas


Kedokteran UNLAM Banjarbaru
2
Anggota Kelompok II Mahasiswa Pengikut Mata Kuliah Kimia Keperawatan Fakultas
Kedokteran UNLAM Banjarbaru

Abstrak
Latar Belakang: Urine merupakan hasil pengeluaran manusia yang diproses
secara terstruktur oleh ginjal dengan melalui beberapa proses. Urine adalah suatu
senyawa yang cenderung bersifat asam dan dapat dihitung pH-nya yaitu dengan
menggunakan titrasi dan kertas pH.
Metode: Titrasi dilakukan dengan menggunakan NaOH 0,1 N sebagai zat titran,
dan urine sebagai titrat dengan menggunakan indikator phenolptalein. Selain itu
digunakan metode indikator kertas pH.
Hasil: Pada metode titrasi terjadi perubahan warna dari kuning menjadi berwarna
merah jambu, setelah urine diberi indikator phenolptalein sebanyak 4 tetes
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Dengan cara titrasi diperoleh pH
rata-rata 2,56 sedangkan pada indikator universal diperoleh pH sebesar 6.
Kesimpulan: Kandungan urine lebih cenderung bersifat asam. pH urine rata-rata
manusia adalah 6. Pada metode titrasi didapatkan hasil yang jauh berbeda dengan
nilai pH pada kertas pH universal. Ini dikarenakan urine tidak diberi formalin
40%, dan juga karena dengan cara titrasi terdapat banyak sekali kesalahan yang
membuat hasil perhitungan menjadi kacau.
Kata Kunci: Titrasi , pH, Urine, kertas lakmus
Abstract
Background: Urine is a excretion product of human that proceed as structured
by kidney through several process. Urine is a compound that inclined acidity and
can be counted its pH, with titration and pH paper.
Method: Titration is conducted by using NaOH 0,1 N as titrant, HCl as titrat by
using phenophtalein indicator . Beside that used method pH paper indicator.
Result: In titration method the color change is happened from yellow to pink,
after urine was given phenolpthaelin indicator sebanyak 4 tetes then titrated with
NaOH solution 0,1 N. By titration can be got pH 2,56 avarage whereas on the
universal indicator can be got pH 6.
Conclution: Urines contents inclined more acidity. Avarage pHs urine is 6. In
titration method can be got value that very different with pH value on pH paper. It
is happened because urine is not given formalin 40% and titration method have
more possibility to making mistake so the calculation was false.
Keyword: titration, pH, Urine, pH paper

PENDAHULUAN
pH adalah parameter yang menunjukkan tingkat keasamaan maupun
tingkat kebasaan suatu larutan. Jika larutan mengandung asam, maka jumlah H +
dalam larutan akan bertambah. Akibatnya, konsentrasi H+ dalam larutan lebih
besar daripada OH-. Sebaliknya, jika larutan mengandung basa maka konsentrasi
OH- dalam larutan lebih besar daripada H+.1
Berdasarkan konsentrasi ion tersebut, larutan dapat dibagi tiga, yaitu :1
Larutan asam : [H+] > [OH-]
Larutan basa : [H+] = [OH-]
Larutan netral : [H+] < [OH-]
Pada kehidupan sehari-hari penggunaan asam basa cukup dikenal di
masyarakat, contohnya asam klorida yang terdapat di dalam lambung, amonia
yang ada di urine, dan sebagainya.1
Asam basa pada dasarnya telah dikenal sejak lama, misalny asam klorida
dalam getah pencernaan di lambung, asam asetat sebagai asam penyusun dalam
cuka, asam karbonat yang memberikan rasa segar dalam minuman berkarbonat,
dam asam sitrat yang dikandung berbagai jeruk seperti jeruk manis, jeruk pecel
dan limau. Banyak orang mengenal bau rangsang kuat dari senyawa ammonia
(merupakan senyawa basa), seperti halnya pada urine.1
Ada 3 definisi asam-basa yaitu :1
1. Teori Arrhenius
Menyatakan bahwa sifat asam dan basa suatu zat ditentukan oleh jenis ion
yang dihasilkan dalam air. Asam adalah senyawa yang melepaskan H + dalam air
dan basa ialah senyawa yang melepaskan OH- dalam air.
Secara kimia dapat dinyatakan:
Asam: HA + aq H+ (aq) + A- (aq)
Basa: BOH + aq B+ (aq) + OH- (aq)
2. Teori Bronstead-Lowry
Menurut teori ini asam adalah senyawa atau partikel yang dapat
memberikan proton (H+) kepada senyawa atau partikel lain, sedangkan basa
adalah senyawa atau partikel yang dapat menerima proton (H+) dari asam.

3. Teori Lewis
Menurut teori ini asam adalah partikel yang dapat menerima pasangan
elektron dari partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen kordinasi, sedangkan
basa adalah partikel yang memberikan pasangan elektron dari pertikel lain untuk
membentuk ikatan kovalen kordinasi.1
Urin dibentuk melalui titrasi sejumlah besar cairan yang bebas protein dari
kapiler glomerulus ke kapsula bowman. Ketika cairan yang telah dititrasi
meninggalkan kapsula bowman dan mengalir melalui tabulus, cairan mengalami
reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik yang kembali kedalam darah atau oleh
sekresi zat zat lain dari kapiler peritubulus kedalam tubulus.1
Ginjal melakukan berbagai macam fungsi metabolic dan eksentrik, selain
membersihkan tubuh dari zat sampah bernitrogen dan hasil metabolisme lain
ginjal juga secara cermat melepaskan homeostatis cairan dan asam basa melalui
proses titrasi, reabsorpsi dan sekresi yang mehasilkan 500 2000 ml urine tiap
hari.2
Amoniak menyebapkan urin bersifat basa dan terjadilah pengendapan
kalsium dan magnesium fosfat. Urine yang mengandung basa tinggi dapat
mengubah kertas lakmus merah menjadi biru sedangkan urine yang mengandung
asam tinggi dapat mengakibatkan perubahan warna kertas lakmus biru menjadi
merah.2
pH urine normal berkisar antara 4,8 8,5. Urine yang mengandung
amonia bersifat basa sehingga digunakan indikator phenolpthalein yang
mempunyai rentang pH 8,2 10 sesuai dengan reaksi dalam keadan basa.2
Urine segar merupakan urine yang baru saja dikeluarkan biasanya pada
pagi hari saat kita baru saja bangun dari tidur dan sebelum kita minum atau makan
makanan lainya, berwarna jernih sampai sedikit sekali keruh warna itu sejajar
dengan konsentrasi. Urine yang sangat encer hamper tidak berwarna, sedangkan
yang pekat berwarna kuning tua. Kekeruhan urine biasanya disebabkan oleh
mengkristalnya atau mengendapnya asam urat (dalam urine) atau fosfat (dalam
urine alkali), dapat juga di pengaruhi banyaknya atau tidak kita mengkonsumsi air
dalam sehari. Semakin banyak kita mengkonsumsi air sehari maka urine kita akan

semakin encer, hamper tidak berwarna dan berbau, juga sebaliknya semakin kita
sedikit mengkonsumsi air dalam sehari maka urine yang di hasilkan akan keruh
dan berwarna pekat.2
Pengendalian pH cairan tubuh berpusat terutama pada fungsi paru paru
dan ginjal, tempat pengeluaran kelebihan H+. Paru paru berfungsi mengurangi
pCO2 dalam darah, jadi menaikan perbandingan [HCO 3-] / [H2CO3]. Ginjal
bertugan mempertahankan HCO3 dari darah sebanyak yang diperlukan dan
membangkitkan lebih banyak lagi dengan jalan mengubah CO2 menjadi HCO3dan H+ . H+ lalu dihilangkan dengan sistem buffer HPO4=/H2PO4- atau sebagai
NH4+. Karena H+ umum untuk semua buffer dalam cairan tubuh dan mudah
bertukaran dengan konstituen- konstituen intresel, maka semua reaksi penyangga
terangkai bersama-sama.3
pH normal plasma darah adalah kira-kira 7,4, biasanya berkisar 7,35
sampai 7,45. pH yang lebih rendah menandai adanya kondisi asidosis, sebagai
kebalikan keadaan alkadosis yang terjadi pada pH yang lebih tinggi. Pada pH 7,40
perbandingan [HCO3-]/[CO2 terlarut] adalah 20 dan [total CO 2] adalah 26 sampai
27 mmol/L. Perbandingan dapat diubah yang menghasilkan asidosis atau alkalosis
yang di sebabkan oleh kenaikan atau penurunan dalam salah satu [HCL 3-] atau
pCO2.3
Jika kesetimbangan disebabkan oleh perubahan pCO2, maka penyebabnya
adalah respiratori. Sebaliknya, perubahan HCO3

di anggap ditimbulkan oleh

sebab metabolik. Keempat kondisi ini lalu di namakan asidosis atau alkalosis
respiratori tak terkompensasi dan asidosis atau alkalosis metabolik tak
terkompensasi. Tubuh berusaha untuk mengimbangi kondisi pH yang abnormal
dengan mengubah komponen buffer bikarbonat yang sebelumnya normal.3
pH ini penting artinya dalam dari sifat-sifat dan fungsi dari sistem
biologis. pH darah normal agak basa, yaitu 7,4 0,1. Perubahan pH darah yang
sedikit saja dapat menybabkan kematian karena itu tubuh kita mempunyai sistem
buffer/dapar agar pH darah tetap stabil. Sibebut sistem buffer darah.4

METODE
1. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan buret, Erlenmeyer, corong, gelas ukur, pipet tetes,
dan pipet volume.
b. Bahan praktikum
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah NaOH 0,1 N, indicator
phenolptalein dan urine untuk sample.
Cara Kerja

Penentuan pH urine dengan kertas lakmus


1. Masukkan 20 ml urine dalam labu erlenmeyer.
2. Celupkan kertas lakmus pada urine.
3. Ukur pH-nya dengan cara mencocokkan warna atau skala pada
kertas lakmus.
Penentuan pH urine dengan cara titrasi
1. Masukkan 20 ml urine dalam labu erlenmeyer.
2. Pada labu erlemeyer yang telah berisi urine, tambahkan 4 tetes
phenolptalein.
3. Masukkan larutan NaOH ke dalam buret.
4. Lakukan titrasi sampai larutan berwarna merah jambu.
5. Catat volume NaOH yang digunakan untuk titrasi.

HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Percobaan dengan indikator Phenoptalein
No

Titran

Volume
Titran

Titrat

Volume

Indi

Titrat

kator

Perubahan
Awal
Akhir

N
Titrat

pH

1.

NaOH

7 ml

Urine

20 ml

PP

Kuning

Merah

1,27 gr 2,76

Jambu
Tabel 2. Percobaan dengan kertas lakmus
Angka yang ditunjukan kertas lakmus

pH = 7

pada sample urine


Perhitungan :

Percobaan dengan titrasi urine dengan NaOH menggunakan indikator


phenoptalein.

*Mencari grHCl
Diketahui

: V NaOH

= 7 ml

Konsentrasi NaOH = 0,1 N


HCl

= 36,5 (H: 1, Cl: 35,5)

Urine

= 20 ml

Ditanya

: gr HCl

Penyelesaian

gr HCl

= VNaOH x 0,1 x 36,5


20
= 7 x 0,1 x 36,5
20
= 25,55
20
= 1,27 gr
Percobaan dengan titrasi urine dengan NaOH menggunakan indikator
phenoptalein.

*Mencari pH
Diketahui

: pH urine

=7

mmol HCl

= 0,034 mmol

Urine

= 20 ml

Ditanya

: pH

Penyelesaian

mmol HCl

= massa = 1,27 = 0,034 mmol


Mr
36,5

pH

= -log mmol HCl


20 ml urine
= -log 0,034
20
= -log 0,0017

pH

= 2,76

PEMBAHASAN
Urine selain mengandung amoniak juga menandung garam-garam mineral.
Namun, dengan adanya garam-garam tersebut, pH urine tidak berubah secara
bermakna. Maksudnya, pH urine relative tetap terhadap pH urine rata-rata. Hal ini

sesuai dengan urine sebagai larutan dapar. Larutan dapar umumnya dikenal
dengan larutan penyangga atau buffer.1
Indikator merupakan suatu senyawa yang berbeda warnanya dalam larutan
asam dengan larutan basa. Kertas lakmus merupakan indikator yang paling mudah
untuk digunakan . Hal ini terjadi karena kertas lakmus memiliki rentang pH yang
sangat luas. Kertas lakmus memiliki rentang pH dari 0 14, dengan 0 sebagai titik
paling asam, 7 titik netral, dan 14 sebagai titik paling basa.1

Tingkat keasaman suatu larutan dinyatakan dengan pH yang besarnya


sama dengan minus logaritma konsentrasi ion [H +] (pH = - log[H+]), sedangkan
tingkat kebebasan suatu larutan dinyatakan dengan pOH yang besarnya sama
dengan minus logaritma konsentrasi ion [HO-] (pHO = - log[OH-]). Hubungan
antara pH dan pOH dinyatakan dengan ungkapan pH + pOH = 14.1
Larutan dapar ialah yang pHnya tidak berubah secara berarti, apabila
ditambahkan asam, basa atau air. Larutan ini dapat dibuat dengan dua cara, yaitu :1
a. Campuran asam lemah dengan garamnya (yang berasal dari asam lemah
tersebut dengan basa kuat), contohnya: HNO2 dengan NaNO2,
CH3COOH dengan CH3COOK.
b. Campuran basa lemah dengan garamnya (yang berasal dari asam kuat
dan basa lemah tersebut), contohnya: NH4OH dan NH2Cl, N2H5OH dan
N2H5NO3.

Cara menghitung pH larutan dapar bergantung pada sistemnya. Apabila


larutan dapar tersebut merupakan campuran asam lemah dengan garamnya maka
pH larutan ialah :1
pH = pKa log [asam]
[garam]
Sebaliknya, jika larutan dapar tersebut merupakan campuran basa lemah
dengan garamnya maka pH larutan ialah :1
pOH = pKb log [basa]
[garam]
Asam kuat adalah asam yang dapat terurai dengan cepat dan melepaskan
terutama banyak ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCl. Asam lemah
mempunyai lebih sedikit kecendrungan untuk menguraikan ion-ionnya dan, oleh
karena itu, kurang kuat melepaskan H+. Contohnya adalah H2CO3. Basa kuat
adalah basa yang bereaksi dengan cepat dan kuat dengan H + dan, oleh krena itu,
dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH -, yang
bereaksi dengan OH+ dan membentuk air (H2O). Basa lemah yang khas adalah
HCO3- karena basa ini berkaitan dengan H + secara jauh lebih lemah daripada OH -.
Kebanyakan asam dan basa adalah cairan ekstrasel yang terlibat dalam pengaturan
asam basa normal adalah asam dan basa lemah.2
Substansi asam akan terus-menerus di produksi sebagai hasil dari proses
metabolisme normal. Asam yang paling banyak diproduksi adalah asam karbonat,
namun juga slalu terdapat pembentukan asam laknat dan asam keto sebagai
metabolit perantara. Produksi asam yang terus-menerus ini memerlukan suatu cara
agar ion hindrogen dapat dipisahkan tanpa menyebabkan perubahan besar dalam
nilai pH. Paru-paru dan ginjal bersama-sama dengan cairan tubuh yang
bersirkulasi menyusun suatu sistem yang dapat mempertahankan pH dalam daerah
7,2 sampai 7,6.3
Pengaturan asam-basa dapat ditinjau dari persamaan HendersonHasselbalch. Beberapa catatan mengenai sifat-sifat persamaan HendersonHasselbalch :3
1. Apabila asam lemah dan konjugat basanya (garam) mempunyai
konsentrasi sama, pKa asam lemah sama dengan pH larutan. Kondisi

ini terjadi bila separuh dari jumlah asam lemah mula-mula telah
dinetralkan dengan basa kuat, pada titik ini konsentrasi asam yang
tersisa sama dengan konsentrasi garam yang dihasilkan artinya 50%
asam mula-mula telah dinetralisasi.
2. Dengan penalaran serupa, bila konsentrasi asam 10 kali konsentrasi
garam.
3. Penafsiran persamaan Henderson-Hasselbalch dalam bentuk ini tidak
memungkinkan perhitungan di luar daerah pH = pKa 1.
4. Dalam daerah pH = pKa 1 pasangan konjugat asam-basa mempunyai
kapasitas penyangga yang paling besar, yang menjadi maksimum pada
harga konsentrasi ion hidrogen = pKa.
Kapasitas dapar adalah kemampuan dapar untuk mempertahankan pHnya
pada penambahan asam atau basa. Kapasitas dapar tergantung pada :4
1. Harga log
2. Konsentrasi masing-masing dari asam atau garam
Dalam keadaan normal pH cairan tubuh termasuk darah adalah antara 7,35
7,5. Walaupun sejumlah besar ion H+ selalu ada sebagai hasil metabolisme dari
zat-zat tetapi keadaan setimbang harus selalu dipertahankan dengan jalan
membuang kelebihan asam tersebut, sebab penurunan pH sedikit saja menujukkan
keadaan sakit. Misalnya pada diabetik coma dimana pH darah turun sampai 6,82,
sehingga harus selalu ada kesetimbangan asam-basa dalam tubuh.4
Untuk itu maka tubuh mempunyai :4
1. Sistem buffer: untuk mempertahankan pH tubuh agar tetap normal.
2. Sistem pernafasan: untuk mengatur pengeluaran CO2 melalui
pernafasan dan juga mengatur konsentrasi H2CO3 dalam tubuh.
3. Ginjal: untuk mengatur kelebihan asam dan basa melalui ginjal.
Cara kerja buffer :4
1. Buffer H2CO3 / BHCO3
Biasanya untuk asam-asam HCl, H2SO4, asam laktat dan lain-lain.
Kelebihan H+ diikat oleh HCO3HCO3- + H+ H2CO3
Bila kelebihan basa maka OH- akan bereaksi dengan
H CO + NaOH Na+HCO - + H O
2

2. Sistem pernafasan: dipakai buffer H2CO3 B+HCO33. Ginjal

Ginjal menolong mengatur konsentrasi H3O+ dalam darah agar tetap


konstan dengan jalan mengeluarkan asam yang berlebihan melalui
urine. Sehingga pH urine dapat berada sekitar 7,0 4,8.
Isi perut sangat asam, cairan lambung mempunyai pH 2 - 1,4.
Sebaliknya pankreas dan empedu memberikan reaksi alkalis pada usus.
Sehingga diare akan menyebabkan kenaikan ion H 3O+ dalam darah dan
jaringan. Pengaturan pH dalam berbagi saluran pencernaan sangat
penting. Sebab macam-macam enzim mempunyai pH optimum dimana
dia dapat bekerja dengan baik. Perubahan pH akan menghentikan kerja
enzim tersebut.
Prinsip pengukuran dengan kertas lakmus merupakan cara yang paling
sederhana dan mudah yakni hanya mencelupkan bagian ujung kertas lakmus ke
dalam urine. Setelah beberapa saat pada ujung kertas lakmus akan timbul garisgaris warna tertentu (ada 3 garis warna) yang apabila dicocokkan dengan petunjuk
akan menunjukkan nilai pH tertentu yang tertera. Nilai pH yang ditunjukkan
dalam cara ini sifatnya sederhana dan hanya menunjukkan bilangan bulat,
sehingga hasil pengukurannya tidak terlau akurat karena pengukurannya
merupakan pembulatan dari nilai pH sebenarnya. Dalam penggunaan metode ini
perlu diperhatikan masa kadaluarsa kertas lakmus, karena kertas lakmus yang
sudah kadaluarsa memiliki daya ukur yang tidak akurat lagi. Di samping itu
kemungkin terjadinya kesalahan pengamatan akan warna harus sangat
diperhatikan oleh praktikan.4
Pada cara titrasi kemungkinan pengukuran pH memiliki peluang kesalahan
yang terbesar karena sangat ditentukan oleh keadaan urine probandus dan
prosedur kerja percobaan itu sendiri. Urine yang terlalu lama dibiarkan diudara
bebas dapat mempengaruhi hasil pengukuran pH, kebersihan alat yang kurang
serta kesalahan paralaks juga merupakan kesalahan yang sering terjadi. Hal ini
tentu saja sangat mempengaruhi hasi pengukuran pH dan juga dipengaruhi oleh
perubahan suhu atau suhu tidak konstan di setiap waktu serta keadaan urine yang
diukur itu sendiri. Namun metode ini merupakan metode yang paling akurat

bahkan melebihi keakuratan pengukuran dengan pH meter jika dilakukan dengan


benar tanpa ada kesalahan.4
Dalam penentuan pH urine dengan menggunakan titrasi digunakan
indikator phenolpthaelin. Berdasarkan teori, pemilihan suatu indikator haruslah
sesuai dengan pH optimum senyawa yang akan dititrasi. Trayek pH indikator
phenolpthaelin berkisara antara 8,3-10 sedangkan pH urine adalah berkisar antara
4,8 - 8,5. Hal ini berarti trayek pH indikator phenolpthaelin sesuai (mendekati) pH
optimum urine.1
Pada akhir percobaan dengan metode titasi dapat diketahui bahwa
penentuan pH urine setiap percobaan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
pada cara titrasi, dalam menentukan batas akhir perubahan warna masing-masing
praktikan memiliki penafsiran yang berbeda-beda. Dan juga urine yang dititrasi
tidak diberi formalin, sedangkan fungsi formalin adalah menguraikan garamgaram ammonium yang besarnya akivalen dengan banyaknya asam dalam urine.
Untuk hasil pengukuran dengan kertas lakmus kurang akurat, walaupun pH
mendekati pH urine normal. Hal yang mungkin menyebabkan hal ini terjadi
karena pengamatan kertas lakmus yang kurang teliti.1
Perubahan warna terjadi karena penolpthalein yang bersifat asam sangat
lemah dan kadang-kadang dapat dikatakan basa saat dicampur dengan urine yang
bersifat basa maka indikator phenolpthalein terionisasi sebagian dimana ion-ion
phenolpthlein terurai yang menyebabkan perubahan warna. Faktor yang
mempengaruhi warna urine dan jumlah urine diantaranya adalah nutrisi, jumlah
air yang diminum, dan amoniak yang terkandung.2
Dalam pengukuran pH urine dengan metode titrasi digunakan indikator
phenolpthalein. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pemilihan suatu indikator
haruslah sesuai dengan pH optimum senyawa yang akan dititrasi. Trayek pH
indikator phenolpthalein berkisar antara 4,2 - 8,1 pH optimum urine adalah 7,2.
Hal ini berarti indikator phenolpthalein sesuai dengan pH optimum urine. Selain
itu karena reaksi yang terjadi antara urine dengan Na0H adalah reaksi antara asam
dan basa dimana titran yang digunakan adalah basa sehingga apabila reaksi antara
urine dengan NaOH telah berakhir rnaka kelebihan NaOH yang digunakan akan

bereaksi dengan phenolpthalein dan terjadi perubahan warna menjadi merah


jambu.1
Pada akhir percobaan dengan metode titasi dapat diketahui bahwa
penentuan pH urine setiap percobaan berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
pada cara titrasi, dalam menentukan batas akhir perubahan warna masing-masing
praktikan memiliki penafsiran yang berbeda-beda. Dan juga urine yang dititrasi
tidak diberi formalin, sedangkan fungsi formalin adalah menguraikan garamgaram ammonium yang besarnya akivalen dengan banyaknya asam dalam urine.
Untuk hasil pengukuran dengan kertas lakmus kurang akurat, walaupun pH
mendekati pH urine normal. Hal yang mungkin menyebabkan hal ini terjadi
karena pengamatan kertas lakmus yang kurang teliti.1
Ginjal melakukan berbagai macam fungsi metabolik dan eksentrik, selain
membersihkan tubuh dari zat sampah bernitrogen dan hasil metabolisme lain
ginjal juga secara cermat juga melaksanakan homeostatis cairan dan asam basa
melalui proses filtrasi, reabsorpsi dan sekresi yang menghasilkan 500 2000 ml
urine tiap hari.3
Ginjal mengatur konsentrasi HCO3- dalam darah dengan menyesuaikan
jumlah anion yang diabsorpsi kembali. Di bawah kondisi normal diekskresi
sedikit HCO3- karena ambang ginjalnya sebesar 26 sampai 28 mmol/L, plasma
normal mengandung 25 sampai 26 mmol/L HCO3-.3
Mekanisme ekskresi H+ :3
1. Penyerapan kembali HCO32. Reaksi dengan buffer HPO4-/H2PO43. Pembentukan ammonia dalam sel tubuler.
Faktor yang mempengaruhi pH urin, seperti :5
1.
2.
3.
4.
5.

Konsumsi makanan kaya asam


Usia
Jenis kelamin
Fungsi ginjal
BMI

pH urine pada manusia beragam dari 4,5 sampai 8,0, bergantung pada laju
proses sekresi asam yang saling berkaitan, pembentukan NH 4+, dan ekskresi

HCO3-. Ekskresi urine dangan pH yang berbeda dengan pH cairan tubuh


mempunyai dampak yang penting pada keseimbangan elektrolit serta asam-basa
tubuh. Pada saat pH urin 6,8 maka akan meningkatkan resiko potensial untuk
presipitasi dari CaHPO4 menjadi 3 kali lipat. Kalau pH urin meningkat bisa
megakibatkan penyakit batu ginjal tapi ini untuk pH urin alkali.2,6
Beberapa penyakit karena ketidaksetimbangan asam-basa dalam tubuh :3
1. Asidosis respiratori
Penyakit paru-paru kronik atau depresi laju respiratorik karena adanya
gangguan sistem saraf akan menaikkan pCO2 yang mengakibatkan
turunnya perbandingan [HCO3-]/[CO2 terlarut]. Akibatnya terjadilah
asidosis respiratorik tak terkompensasi, dan ginjal bereaksi dengan
meningkatkan penyerapan kembali HCO3- dari CO2. Urin mungkin
akan menjadi lebih asam, sebagai tanda adanya peningkatan ekskresi
H+.
2. Alkalosis respiratori
Hiperventilasi oleh sebab tertentu menyebabkan penurunan pCO2
secara cepat, yang juga menurunkan ketersediaan H+ guna sekresi ke
dalam lumen tubuli ginjal. Hal ini menyebabkan penurunan
penyerapan kembali HCO3- dan Na+.
3. Asidosis metabolik
Pengurangan konsentrasi HCO3- plasma yang megakibatkan terjadinya
asidosis metabolik mungkin disebabkan oleh beberapa faktor3 :
a. Meningkatnya biosentesis asam metabolik seperti benda keton atau
masukan asam.
b. Kehilangan HCO3- dalam jumlah besar yang disebabkan oleh diare
atau kondisi-kondisi lain yang menyebabkan hilangnya sekresi
pankreas yang bersifat alkali dan mengandung HCO3- lebih tinggi
daripada plasma darah.
c. Turunnya ekskresi H+ oleh ginjal yang disebebkan oleh gangguan
ginjal akut atau kerusakan kemampuannya untuk membentuk NH 3
guna ekskresi H+ sebagai NH4+.

4. Alkalosis metabolik
Peningkatan HCO3- plasma terjadi bila jumlah alkali abnormal terus
terjadi. Hal ini dapat terjadi bila diberikan garam asam metabolik atau
bila asam etakrinik digunakan untuk menghasilkan diuresis.

SIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Terjadi perbedaan nilai pH urine antara percobaan dengan kertas pH dan
proses titrasi
2. Percobaan dengan kertas pH urine yang di dapat adalah 7 (netral)
3. Percobaan dengan cara titrasi pH urine yang didapat adalah 2,76
4. Dibandingkan dengan proses titrasi atau kertas lakmus, ada cara
perhitungan pH yang akurat yaitu dengan menggunakan pH meter
5. Faktor yang berpengaruh dalam proses titrasi antara lain: ketelitian
praktikan, kebersihan alat, perbedaan persepsi warna
6. Nama penyakit apabila di dalam tubuh kita terdapat kelebihan asam adalah
Asidosis. Kelebihan asam ini terjadi karena disaat kita bernafas kurang
suplay oksigen sehingga timbullah asam laktat pada tubuh kita

7. Nama penyakit apabila di dalam tubuh kita terdapat kelebihan basa adalah
Alkalis

DAFTAR PUSTAKA
1. Suhartono, Eko, Edyson, Fujiati, Triawanti.2011.Diktat dan Modul
Kimia Keperawatan.Banjarbaru: FK UNLAM.
2. Guyton, Arthur C., John E. Hall.2008.Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran.Jakarta: EGC.
3. Rex, Montgomery, Robert L. Dryer, Thomas W. Conway, Arthur A.
Spector.1993.Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi-Kasus
Edisi 4.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
4. Sukmariah
dan
Kumianti.1990.Kimia
Kedokteran.Jakarta:
Binarupa Aksara.
5. Maalouf, Naim M., Mary Ann Cameron, Orson W. Moe, and
Khashayar Sakhaee. Metabolic Basis for Low Urine pH in Type
2 Diabetes. Clin J Am Soc Nephrol;5: 12771281.2010.

6. Kamel, Kamel S., Mohammad A. Shafiee, Surinder Cheema-Dhadli

and Mitchell L. Halperin. Studies to Identify the Basis for an


Alkaline Urine pH in Patients with Calcium Hydrogen
Phosphate Kidney Stone. Nephrol Dial Transplant;22: 424
431.2007.

Anda mungkin juga menyukai