Anda di halaman 1dari 5

Hasil wawancara dengan Bang Kin, seorang ABK

ABK (Anak Buah Kapal) yang bekerja di sebuah perusahaan


penyewaan kapal di pelabuhan Sunda Kelapa ternyata tidak hanya berasal
dari Jakarta saja, namun juga perantau dari beberapa daerah diluar
Jakarta. Salah satunya adalah Bang Kin, seorang ABK yang mengaku
berasal dari Riau. Bang Kin sudah bekerja sebagai ABK kapal sejak ia
duduk di bangku SMP hingga saat ini. Saat ini Bang Kin bekerja pada
perusahaan penyewaan kapal Sinar Padaelo, dan telah bekerja selama 8
bulan.
Perusahaan penyewaan kapal tempat Bang Kin bekerja mempunyai
total 8 kapal yang bisa disewakan. Setiap perusahaan penyewaan kapal
rata-rata mempunyai 7-11 kapal yang singgah di pelabuhan Sunda
Kelapa.
Dalam setiap pelayaran, sebuah kapal memerlukan paling tidak 9 ABK,
sudah termasuk dengan kapten, bagian mesin, juru mudi, dan juru masak.
Bang Kin sendiri bekerja di bagian mesin. Ternyata untuk menjadi ABK di
di sebuah perusahaan penyewaan kapal ini tidak harus memiliki
pendidikan yang tinggi. Cukup hanya dengan memiliki keahlian yang
diperlukan di kapal dan tahan dengan gelombang air laut. Karena menurut
Bang Kin, seorang ABK dapat tinggal berhari-hari di lautan. Dan melalukan
segala aktivitas di atas kapal.
Untuk dapat memasuki pelabuhan Sunda Kelapa, pertama-tama kapal
harus menghubungi bagian sabandan di pelabuhan, komunikasi dilakukan
dari atas kapal melalui radio. Jika ternyata pelabuhan sudah penuh, maka
kapal harus menunggu berdasarkan nomor urut antrian. Begitupun untuk
keluar dari pelabuhan, kapal tidak bisa keluar sembarangan. Ada jam
yang mengatur kapan kapal masuk dan kapan kapal keluar. Pergantian
jam ini ditentukan berdasarkan tinggi air di pelabuhan. Namun, menurut
Bang Kin, menunggu antrian ini paling lama hanya 1 hari. Hal ini
dikarenakan begitu sibuknya aktivitas di pelabuhan Subnda Kelapa,
sehingga setiap ada kapal masuk pasti ada kapal yang keluar juga.
Kapal tempat Bang Kin bekerja adalah Kapal Bagan. Kapal Bagan
adalah kapal kayu, namun berbeda dengan Kapal Pinisi yang merupakan
kapal tradisional Indonesia yang hanya ada di pelabuhan Sunda Kelapa.
Berdasarkan pembagian gajinya, Bang Kin mengatakan ada 2 jenis kapal,
yaitu kapal bagan (kapal gaji) dan kapal bagi hasil. Perbedaannya adalah,
kapal bagan menanggung biaya makan ABK-nya sedangkan kapal bagi
hasil walaupun gaji yang diberikan lebih besar namun biaya makan setiap
ABK ditanggung masing-masing awak. Namun dari segi muatan antara
kapal bagan kapal bagi hasil tidak ada perbedaan. Setiap kapal dapat

memuat paling sedikit 200 ton, dan maksimal memuat 2000 ton. Di
pelabuhan Sunda Kelapa sendiri terdapat 3 kapal yang paling besar
hingga dapat memuat 2000 ton, yaitu kapal Bina Mulya, Bina Abadi, dan
Bina Setia. Untuk biaya penyewaan kapal sendiri dihitung berdasarkan
berat muatan per ton.
Bang Kin menjelaskan beberapa perbedaan yang terjadi di pelabuhan
Sunda Kelapa selama ia bekerja. Dulu saat pertama kali Bang Kin datang
ke pelabuhan Sunda Kelapa, kapal-kapal yang ada belum menggunakan
mesin. Masih berupa kapal layar sederhana. Sebelum menggunakan
mesin, pengiriman barang melalui jalur laut dapat memakan waktu hingga
satu bulan bahkan lebih. Namun, sekarang setelah menggunakan kapal
bermesin pengiriman barang menjadi lebih cepat, sekitar 4 hari 4 malam.
Setelah tiba di pelabuhan maka selanjutnya dilakukan bongkar muat
barang. Bongkar muat ini dilakukan oleh buruh yang sudah menunggu di
sekitar pelabuhan. Buruh ini berasal dari orang-orang yang tinggal di
sekitar pelabuhan. Barang-barang dari atas kapal dipindahkan ke dalam
truk-truk kontainer yang sudah menunggu barang datang. Truk-truk
kontainer ini tidak disediakan oleh perusahaan penyewaan kapal,
melainkan disediakan sendiri oleh perusahaan penyewa kapal. Jika ketika
kapal datang namun truk kontainernya sendiri belum datang, maka
barang yang telah dibongkar muat biasanya akan disimpan di gudang
hingga kapal truk datang. Barang-barang yang biasanya diinapkan adalah
barang-barang klontongan.
Selama kapal singgah di pelabuhan, biasanya Bang Kin akan
melakukan pengecekan terhadap mesin kapal. Sedangkan beberapa ABK
lain juga membersihkan kapal dan mengecek kondisi kapal. Jika terdapat
beberapa bagian kapal yang rusak, atau misalnya bagian kayu dari kapal
sudah harus diganti, maka dilakukan perbaikan di tempat.

Hasil wawancara dengan pengurus perizinan di pelabuhan Sunda


Kelapa
Bagian perizinan di pelabuhan Sunda Kelapa ini bertugas mencatat
kapal yang keluar dan masuk pelabuhan. Berikut ini hasil uraian singkat
mengenai perizinan keluar masuk pelabuhan yang diungkapkan oleh salah
seorang pengurus perizinan di pelabuhan Sunda Kelapa.
Sebelum kapal keluar dari pelabuhan, ada beberapa prosedur yang
harus dilakukan. Pertama kapal harus melapor dan membuat surat
permohonan SPB. Setelah itu dilakukan,

Pemeriksaan surat atau dokumen kapal, pemeriksaan ini dilakukan


untuk mengecek apakah surat atau dokumen kapal itu ada yang
mati atau tidak. Jika ada maka harus dilakukan perpanjangan surat
atau dokumen tersebut terlebih dahulu.
Pengecekkan surat ukur, laut, kesempurnaan kapal, keterangan
perwira, dan keterangan radio.

Tahap selanjutnya adalah pihak pelabuhan akan mencatat data-data


tersebut di memorandum. Lalu selanjutnya adalah pihak kapal melapor ke
bagian SOP untuk membayar biaya PUP. Biaya PUP ini dihitung
berdasarkan berapa lama kapal singgah di pelabuhan, termasuk biaya
gudang jika ada. Setiap kapal memiliki tarif yang berbeda-beda sesuai
dengan kode kapal tersebut atau biasa disebut GT. Setelah membayar
biaya PUP, pihak pelabuhan akan melakukan cek fisik untuk ABK.
Pengecekan bahan bakar kapal. Dan pengecekan banker.
Kapal yang baru datang pun harus segera melapor. Karena biaya PUP
ini dihitung sejak pertama kali kapal singgah di pelabuhan hingga
meninggalkan pelabuhan.
Proses perizinan ini tidak memakan waktu lama, dan bisa diselesaikan
dalam hitungan jam sejak permohonan diajukan atau ketika kapal ingin
meninggalkan pelabuhan. Surat izin SPB ini berlaku 1x24 jam selama
kapal belum meninggalkan pelabuhan. Jika kapal telah meninggalkan
pelabuhan namun terjadi masalah sehingga kapal harus kembali ke
pelabuhan, maka kapal harus kembali melaporkan kedatangan. Dan
membuat SPB yang baru ketika kapal tersebut ingin meninggalkan
pelabuhan sesuai prosedur.
Selain mengurus perizinan, dilakukan juga pengawasan bagi kapalkapal yang singgah di pelabuhan Sunda Kelapa.

Wawancara dengan seorang pemilik kapal dan anggota komunitas


Sunda Kelapa Heritage
Menurut salah satu pemilik kapal, usaha penyewaan kapal ini
merupakan usaha yang turun-temurun. Perusahaan penyewaan kapal
sendiri dapat berupa perusahaan individu atau perusahaan patungan
yang dibangun dan dikelola bersama keluarga. Usaha penyewaan kapal ini
merupakan usaha yang membutuhkan modal besar, sedangkan ubtung
dan ruginya tidak bisa diprediksi. Memang bayaran yang diterima
perusahaan dalam satu kali sewa ini terhitung besar dapat mencapai
milyaran rupiah, namun pemilik kapal juga harus ikhlas jika sutu saat

terjadi musibah yang mennyebabkan kapal karam, aku pemilik kapal ini.
Setiap pemilik kapal telah dilatih untuk memiliki mental yang kuat.
Untuk membeli kapal baru membutuhkan biaya yang tidak sedikit,
namun setiap kapal dapat digunakan hingga puluhan tahun. Sekitar 20-25
tahun. Semuanya tergantung dari perawatan kapal. Biasanya perawatan
kapal ini dilakukan 1 tahun sekali. Perawatan kapal sendiri bisa dilakukan
di pelabuhan tempat kapal bersandar, namun jika kapal mengalami
kerusakan dan perbaikannya tidak dapat dilakukan di pelabuhan, maka
mesin harus dibawa ke tempat khusus untuk perbaikan.
Dalam setiap pelayaran, kapal tidak hanya mengangkut satu jenis
barang. Menurut pemilik kapal ini, hal itu dilakukan agar kapal tidak
mudah terbalik jika terkena ombak. Untuk pengaturan jenis barang
bisanya akan dilakukan oleh perusahaan ekspedisi. Perusahaan yang akan
mengirimkan barang antar pulau menyerahkan urusan penyewaan kapal
ke perusahaan ekspedisi, berikutnya perusahaan ekspedisi inilah yang
akan mencarikan kapal. Pemilik kapal sendiri hanya bertugas
menyediakan kapal.
Hingga saat ini, belum ada asuransi untuk ABK yang bisa diberikan
oleh pemilik kapal. Selain karena belum ada perusahaan asuransi yang
bersedia, hal ini juga disebabkan karena kebiasaan para ABK yang sering
berpindah-pindah kapal. Namun untuk kebiasaan ini sudah bisa diatasi
dengan adanya buku saku bagi para ABK. Buku saku ini akan dipegang
oleh pemilik kapal selama orang yang bersangkutan menjadi ABK di
kapalnya. Sementara untuk kapal pun tidak ada asuransinya. Jika terjadi
suatu kecelakaan, maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik kapal juga
perusahaan penyewa kapal tersebut.
Pelabuhan Sunda Kelapa ini selain berfungsi sebagai pelabuhan
bongkar muat barang, juga merupakan lokasi wisata.s
Kemudian sebagai salah satu anggota dari komunitas Sunda Kelapa
Heritage, komunitas ini mengharapkan adanya pengembangan pelabuhan
Sunda Kelapa sebagai salah satu lokasi objek wisata di Jakarta. Seperti
yang sudah kita ketahui sebelumnya, bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ini
banyak menarik perhatian turis asing dengan keunikan yang dimilikinya.
Salah satu yang menarik minat para turis ini adalah aktivitas bongkar
muat barang yang dilakukan di pelabuhan Sunda Kelapa yang masih
sangat tradisonal. Selain itu juga keunikan dari Kapal Pinisi yang
merupakan kapal tradisional Indonesia yang terbuat dari kayu memiliki
daya tarik tersendiri.

Para turis yang berkunjung ke pelabuhan Sunda Kelapa ini biasanya


datang pada sore hari dan menyaksikan aktivitas bongkar muat barang.
Selain itu di pelabuhan ini juga terdapat beberapa museum yang bisa
dikunjungi.
Komunita ini berharap agar suasana tradisonal yang ada di pelabuhan
Sunda Kelapa ini dipertahankan. Dan dikembangkan agar dapat menarik
lebih banyak turis asing.

Anda mungkin juga menyukai