Anda di halaman 1dari 2

FASE EREKSI 1

Ereksi merupakan perubahan pada pembuluh darah dimana tergantung dari derajat
keseimbangan antara inflow arteri dan outflow vena. Ketika inflow arteri rendah dan outflow
vena dlam keadaan seimbang, penis dalam kondisi lemas. Ketika peningkatan inflow dan
outflow turun, terjadi tumesen.
Dalam keadaan lemas, sistem saraf simpatetik dominan menjaga arteriol dan otot polos
kavernosa tetap berkontraksi. Aliran darah ke penis tetap rendah. Ereksi terjadi dibawah
pengaruh stimulasi parasimpatis dimana arteriole berdilatasi dan otot polos trabeluka
relaksasi. Lue dkk, tahun 1980- an, telah teridentifikasi 8 fase ereksi :
1. Fase 0 : Fase flaccid
Penis flaccid dibawah pengaruh saraf simpatis. Arteri inflow rendah (dibawah 15
cm/detik) dan otot polos trabekula berkontraksi. Sinusoid kosong dan gas darah sama
dengan darah vena.
2. Fase 1 : Fase pengisian
Stimulasi saraf parasimpatis memnyebabkan dilatasi arteri dengan arteri flow
meningkat drastis lebih dari 30 cm / detik. Relaksasi trabekula menyebabkan
pengisiang sinusoid tanpa peningkatan secara signifikan tekanan intrakavernosa.
3. Fase 2 : Fase tumesen
Tekanan intrakevernosa mulai meningkat. Tekanan meningkat diatas tekanan diastolik
tekanan darah, flow arteri terus meningkat hanya selama fase sistolik. Sinusoid
membesar dan beberapa menekan pleksus vena subtunika. Penis memanjang dan
membesar ke kapasitas maksimal.
4. Fase 3 : Fase ereksi penuh
Tekanan intrakavernosa terus meningkat sekitar 90 % tekanan darah sistolik. Aliran
darah arteri ke dalam penis menurun tetapi masih lebih besar dari selama fase flaccid.
Pembesaran tekanan sinusoid pada pleksus vena subtunika mengurang aliran ke vena
eminen. Pada saat ini gas darah sama dengan gas darah arteri.
5. Fase 4 : Fase ereksi rigid
Dibawah pengaruh saraf pudenda, kontraksi otot ischiokavernosa, memeras krura dan
meningkatkan tekanan intrakavernosa diatas tekanan darah sistolik. Penis menjadi
kaku dan tegak. Otot ischiokavernosa dapat berkontraksi volunter atau dibawah
pengaruh reflek bulbokavernosa (yang maintain kekakuan selama penetrasi). Arteri
inflow tidak dapat masuk lagi dan vena eminen menutup sempurna. Ketika otot
rangka menjadi lelah terjadi penurunan tekanan intrakavernosa kembali ke level fase
ereksi penuh, mengikuti sirkulasi kembali ke jaringan kavernosa.
6. Fase 5 : Fase detumesen awal
Sedikit peningkatan tekanan intrakevernosa, mungkin diinduksi oleh stimulasi
simpathetik yang menutup outflow vena.
7. Fase 6 : Fase detumesen lambat
Kontraksi otot polos trabekula, arteri helisina berkontriksi dan tekanan intrakavernosa
menurun, terjadi penurunan tekanan vena subtunika dan peningkatan outflow vena.
8. Fase 7 : Fase detumesen cepat

Stimulasi simpatetik menurun secara cepat arteri inflow dan tekanan intrakavernosa,
dengan peningkatan outflow dalam vena dan detumesen cepat.

FASE EREKSI 2

Flaksid --> Laten (Pengisian) --> Tumesensi --> Ereksi penuh --> Ereksi cepat / rigid -->
Detumesensi

Flaksid

: Aliran darah arteri minimal.

Laten (Pengisian)

: Aliran darah arteri meningkat, penis mengalami elongasi,


tekanan intrakavernosa tetap.

Tumesensi

: Tekanan intrakavernosa meningkat cepat, aliran darah arteri


berkurang, penis menjadi memanjang dan elongasi.

Ereksi Penuh

: Tekanan intrakavernosa meningkat 90% tekanan sistolik.

Ereksi Cepat

: Otot iskiokavernosa dan bulbokavernosa berkontraksi,


tekanan intrakavernosa meningkat di atas tekanan sistolik,
penis kaku.

Detumesensi

: Setelah ejakulasi, otot polos berkontraksi, aliran arteri


menurun, aliran vena meningkat, penis melemas.

Anda mungkin juga menyukai