Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga makalah Filum Platyhelminthes ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen taksonomi hewan. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

Kupang, 09 Mei 2015


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

ii
iii

A. Latar Belakang.....................................................................................................

B. Rumusan masalah................................................................................................

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Platyhelminthes..................................................................................

1. Kelas Turbellaria............................................................................................

2. Kelas Trematoda............................................................................................

3. Kelas Cestoda (Cacing Pita)..........................................................................

10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................................

12

B. Saran....................................................................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani, Platy = Pipih dan Helminthes = cacing. Oleh
sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih. Platyhelminthes adalah filum
ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan
triploblastik yang paling sederhana. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang
merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasit.
B. rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami angkat dalam penulisan makalah adalah
sebagai berikut :
1. Apa itu Platyhelminthes?
2. Bagaimanakah cirri-ciri Platyhelminthes?
3. Bagaimankah Struktur tubuh Platyhelminthes?
4. Bagaimanakah system Perkembang biakan Platyhelminthes?
5. Bagaimankah Klasifikasi Platyhelminthes!
6. Jelaskan Fisiology dari pembagian Platyhelminthes!

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang akan kami angkat dalam penulisan makalah adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui Apa itu Platyhelminthes!
2. Untuk memahami ciri-ciri Platyhelminthes!
3. Untuk mengetahui Bagaimankah Struktur tubuh Platyhelminthes!
4. Untuk mengetahui Bagaimanakah system Perkembang biakan Platyhelminthes!
5. Untuk mengetahui Klasifikasi Platyhelminthes!
6. Untuk memahami Fisiology dari pembagian Platyhelminthes!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Platyhelminthes

Platyhelminthes berasal dari kata platy yang artinya pipih dan helmins yang artinya cacing
atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju
dibandingkan Porifera dan Coelenterata. Hal ini dapat dilihat dengan tanda-tanda berikut: tubuh
bilateral simetris, arah tubuh sudah jelas yaitu arah anterior-posterior dan arah dorsal-ventral.
Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik) yaitu ektoderm yang akan
berkembang menjadi kulit, mesoderm yang akan berkembang menjadi otot-otot dan beberapa
organ tubuh dan endoderm yang akan berkembang menjadi alat pencernaan makanan. Tetapi,
kelompok hewan ini masih tetap tergolong tingkat rendah, mengingat tubuh tidak mempunyai
rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), saluran pencernaan makanan belum sempurna, bahkan
ada sementara anggota yang tidak bersaluran pencernaan, alat kelaminnya masih belum terpisah
(hermaphrodit).
2

Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih ini
merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Biasanya
hidup di air tawar, air laut dan tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan
dan manusia. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah
dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk
menempel.
Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan
sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Contoh Platyhelmintes adalah Planaria.
Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus (intestine) yang
bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi bagian samping tubuh.
Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan.
Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak
tercerna dikeluarkan melalui mulut.
Filum Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13.000 species, terbagi menjadi tiga kelas; dua
yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya dikelompokkan sebagai kelas
Turbellaria. Cacing kait adalah parasit eksternal atau internal dari kelas Trematoda. Cacing pita
adalah parasit internal dari kelas Cestoda.
1. Kelas Turbellaria
Hampir semua anggota Turbellaria hidup secara bebas, hanya ada beberapa saja yang
hidup secara ektokomensalis atau secara parasitis. Tubuh cacing Turbellaria tidak terbagi atas
segmen-segmen, bagian luarnya ditutupi oleh epidermis yang berinsitium sebagian daripadanya
dilengkapi dengan sel-sel yang menghasilkan zat mucosa.
Contoh: Planaria sp

Cacing ini dipakai sebagai contoh karena pada umumnya mewakili anggota kelas
Turbellaria.
1. Habitat

Hidup bebas di perairan air tawar yang jernih dan tidak mengalir, biasanya berlindung di
tempat-tempat yang teduh.
2. Struktur Tubuh
Tubuh pipih dorsoventral, bagian kepala berbentuk segitiga dengan tonjolan yang
menyerupai telinga, yang biasa disebut aurikel, bagian ekor meruncing. Panjang tubuh sekitar 525mm, bagian tubuh sebelah dorsal warnanya lebih gelap daripada warna tubuh sebelah ventral.
Di tengah-tengah bagian dorsal kepalanya terdapat bintik mata (berfungsi untuk membedakan
gelap dan terang). Dekat pertengahan tubuh bagian ventral agak ke arah ekor terdapat lubang
mulut. Lubang mulut berhubungan dengan kerongkongan yang dindingnya dilengkapi dengan
otot daging sirkular dan longitudinal. Kerongkongan dapat ditarik dan dijulurkan. Dalam posisi
menjulur, kerongkongan tersebut mirip belalai. Di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral
terdapat zona adesif yang menghasilkan lendir liat yang berfungsi untuk melekatkan diri ke
permukaan yang ditempelinya. Di permukaan ventral ditutupi oleh rambut-rambut getar halus.
Dinding tubuh Planaria pada prinsipnya tersusun atas 4 lapisan jaringan, yaitu secara
berturut-turut dari luar ke dalam sebagai berikut: (1) lapisan epidermis, (2) lapisan kelenjar subepidermis, (3) lapisan otot (musculus), (4) lapisan mesenchym (parenchyma).
1. Sistem Pencernaan Makanan
Saluran pencernaan terdiri atas mulut, faring, esofagus, dan usus halus (intestin). Lubang
mulut dilanjutkan oleh kantung yang berbentuk silindris memanjang dan disebut rongga mulut
(rongga faringeal). Esophagus merupakan persambungan dari faring yang langsung bermuara ke
dalam usus. Usus bercabang tiga, satu menuju ke anterior, sedangkan yang kedua lagi secara
berjajar sebelah menyebelah menuju ke arah posterior. Masing-masing cabang bercabang lagi ke
arah lateral. Percabangan ke arah lateral disebut devertikulata. Planaria sebagian besar bersifat
karnivora. Planaria memiliki kemoreseptor (terletak di kiri-kanan bagian anterior), sehingga
memungkinkan cacing ini bereaksi terhadap zat makanannya yang berupa rangsangan zat
protein. Jika mangsa telah disentuh, ujung anterior membelok dengan cepat ke arah mangsanya
dan kemudian melingkarinya. Dengan lendir yang diekskresikan oleh kelenjar mukosa dan
rhabdibes mangsa dapat diikat erat. Kemudian faring ditonjolkan keluar untuk mengambil
mangsa dan segera ditarik kembali ke dalam rongga mulut.
Makanan dicerna secara ekstrasel, kemudian sel-sel tertentu pada epitel usus dapat
membentuk pseudopodia dan mencerna mangsanya di dalam vakuola makanan ( pencernaan
intrasel). Sari-sari makanan diabsorpsi dan secara difusi masuk ke seluruh jaringan tubuh. Sisasisa makanan yang tidak dicerna dikeluarkan kembali ke usus. Bilamana persediaan makanan
4

telah habis, ia akan memakan tubuhnya sendiri. Pertama ia akan mengorbankan organ
reprodukstif, kemudian sel-sel parenkim, otot, dan seterusnya. Sehingga tubuhnya berukuran
kecil. Ketika ia mendapatkan makanan, ia melakukan regenerasi pada masing-masing sel yang
rusak.
2. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi terdiri dari dua saluran longitudinal yang berbentuk seperti jala dan
bercabang ke seluruh bagian tubuh dan berakhir di sel api (protonephridia). Sel api adalah sel
berbentuk gelembung berisi seberkas silia dan terdapat lubang di bagian tengah gelembung itu.
Sel api ini berfungsi baik untuk ekskresi maupun pengaturan osmosis..sel api berlubang dan
mengandung silia yang berfungsi untuk mendorong air dan sisa metabolisme masuk ke dalam
saluran ekskresi. Pada masing-masing sisi tubuh Biasanya terdapat 1-4 buah pembuluh
pengumpul yang membentang longitudinal. Di bagian anterior pembuluh-pembuluh sisi
longitudinal tersebut mengadakan pertemuan, dihubungkan oleh pembuluh transversal sedikit
agak di depan bintik mata. Di bagian posterior pembuluh-pembuluh sisi tersebut masih terpisah.
Di bagian permukaan dorsal daripada tubuhnya, pembuluh-pembuluh sisi tersebut bermuara pada
suatu pori-pori yang disebut nephridiophor. Pada permukaan dorsal saluran induk mempunyai
lubang ekskresi. Pengeluaran sisa metabolism berlangsung selain melalui saluran ekskresi juga
melalui lapisan gastrodermis.
Belum mempunyai organ respirasi sehingga pertukaran gas berlangsung secara difusi
melalui seluruh permukaan tubuhnya.
3. Sistem Saraf
Susunan saraf Planaria bila dibandingkan dengan susunan saraf Coelenterata sudah lebih
maju, sebab pada Planaria ini sudah ditemukan sejumlah ganglion yang berfungsi sebagai pusat
susunan saraf. Terdiri dari ganglion serebral, terletak di bagian kepala dan berfungsi sebagai
otak. Dari ganglion serebral ini keluarlah cabang-cabang urat saraf secara radier menuju ke arah
lateral, anterior dan posterior. Cabang anterior menuju ke bagian bintik mata, cabang lateral
menuju ke alat indra kemoreseptor sedangkan cabang posterior terdiri dari satu pasang (kanan
dan kiri) yang saling bersejajar yang membentang di bagian ventral tubuh yang disebut tali saraf.
4. Alat Indera
Alat indera berupa bintik mata dan indera aurikel yang keduanya terletak di bagian kepala.
Bintik mata merupakan titik hitam yang terletak di bagian dorsal dari kepala. Masing-masing
bintik mata terdiri dari sel-sel pigmen yang tersusun dalam bentuk mangkok yang dilengkapi

dengan sel-sel saraf sensoris yang sangat sensitif terhadap sinar. Bintik mata tersebut sekedar
dapat membedakan gelap dan terang saja.
Planaria bersifat photonegatif. Dari kenyataan bahwa bila Planaria dikenai cahaya pada
salah satu sisinya, maka cacing tersebut akan bergerak menjauhi cahaya. Aurikel merupakan
indera rasa, bau dan sentuhan. Jika aurikel tidak berfungsi, maka hewan tersebut tidak dapat
mengetahui jenis makanan kesukaannya.
5. Sistem Reproduksi
Planaria bersifat hermaphrodit, maka dalam tubuh seekor hewan tersebut terdapat alat
kelamin jantan dan alat kelamin betina. Adapun susunan alat kelamin tersebut adalah sebagai
berikut:
Organ kelamin jantan terdiri atas:
a. Testis (berjumlah ratusan, berbentuk bulat selebar di sepanjang sisi kedua tubuh).
b.-Vasa eferensia (merupakan pembuluh yang menghubungkan testis dengan bagian
pembuluh lainnya yang lebih besar).
c. Vasa deferensia (merupakan pembuluh yang berjumlah dua buah yang masing-masing
membentang di setiap sisi tubuh yang kedua-duanya saling bertemu dan bermuara ke dalam
suatu kantung yang disebut vesiculus seminalis.
d. Vesicular seminalis (merupakan kantung yang berfungsi menampung sperma dan
menyalurkan sperma ke penis.
e. Penis, merupakan alat pentransfer ke tubuh atau kea lat kelamin Planaria yang lain pada
waktu mengadakan kopulasi dalam rangka mengadakan perkawinan silang. Penis ini
bermuara ke dalam ruang genetalis.
f. Ruang genetalis (yang waktu kopulasi menjulur keluar melalui poros genitalis.
Organ kelamin betina terdiri atas :
a. Ovari berjumlah dua buah, berbentuk bulat terletak di bagian anterior tubuh.
b. Oviduct (saluran telur) dari setiap ovarium akan membentang ke arah posterior sebuah
saluran yang disebut oviduct atau aliran telur. Antara saluran telur kanan dan kiri saling
bersejajar yang saling dilengkapi dengan kelenjar yang menghasilkan kuning telur.
c. Kelenjar kuning telur, menghasilkan kuning telur yang akan disediakan bagi sel telur bila
telah diproduksi oleh ovarium.
d.-Vagina, merupakan saluran yang berfungsi untuk menerima transfer spermatozoid dari
Planaria lain, dimana spermatozoid yang telah ditransfer selanjutnya akan disimpan dalam
ruangan yang disebut receptaculus seminalis.
e. Uterus (receptaculus seminalis) merupakan ruangan yang bentuknya menggelembung yang
berfungsi untuk menyimpan spermatozoid hasil transfer dari Planaria lain.
6

f. Genital atrium (ruang genitalis) merupakan muara bersama antara kedua buah saluran telur
(oviduct) yang telah disebut di atas. Planaria berkembangbiak dengan cara seksual maupun
aseksual.
6. Regenerasi
Daya generasinya sangat tinggi, bila hewan ini dipotong-potong maka bagian yang hilang
akan tumbuh kembali dan menjadi individu yang utuh seperti semula.
2. Kelas Trematoda
Boleh dikatakan bahwa hampir semua anggota trematoda ini bersifat parasit terhadap
hewan Vertebrata, baik secara ekto maupun endoparasit. Tubuh tertutup oleh suatu tegument
yang Biasanya licin, tetapi kadang berduri. Hampir semua species memiliki satu atau lebih batil
hisap. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun silia kecuali fase larvanya. Tubuh
berbentuk seperti daun, dan dilengkapi dengan alat pengisap. Bagian luar tubuh dilapisi kutikula.
Daur hidupnya ada yang secara langsung dan ada pula yang memerlukan dua atau lebih hospes,
salah satu hospesnya ialah siput. Di dalam hospes Vertebrata, cacing daun dewasa hidup di dalam
saluran pencernaan, di dalam saluran-saluran yang berhubungan dengan saluran pencernaan, di
dalam darah, paru-paru, kantung empedu, kantung kencing, dan oviduk atau di dalam hampir
semua organ tubuh. Biasanya parasit tersebut berada terbatas dalam lumen dalam selaput lendir
dan jaringan-jaringan selaput lendir dan epitel.
Pembuahan sendiri dan pembuahan silang dapat terjadi pada trematoda. Galur-galur yang
mengalami pembuahan sendiri kemungkinan merupakan penyesuaian diri terhadap lingkungan
khusus dimana terdapat sedikit siput, atau dimana terdapat kesulitan untuk dapat kontak dengan
siput misalnya, di dalam air arus deras.
Contoh: Fasciola hepatica (cacing hati)

Gambar Fasciola hepatica (cacing hati)


1. Struktur Tubuh
Ukuran tubuh antara 8-13mm, bentuknya pipih (seperti daun), susunan tubuhnya
tripoblastik.

a. Lapisan ektoderm (tipis, mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar, dilapisi kutikula
yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dan cairan hospes).
b. Lapisan endoderm (mengandung sisik chitine dan sel-sel tunggal kelenjar. Ektoderm melapisi
saluran pencernaan).
c. Lapisan mesoderm (merupakan jaringan yang membentuk otot, alat ekskresi dan saluran
reproduksi).
Di samping itu terdapat jaringan parenkim yang mengisi rongga antara dinding tubuh
dengan saluran pencernaan. Di dalam jaringan itu terdapat bermacam-macam organ misalnya,
alat reproduksi. Di sekitar mulut terdapat alat hisap (berfungsi sebagai alat penempel pada
hospes). Alat hisap dilengkapi dengan otot-otot yang tersusun atas tiga lapisan yaitu:
a. Lapisan luar melingkar
b. Lapisan tengah longitudinal
c. Lapisan dalam diagonal
2. Sistem Pencernaan Makanan
Sistem pencernaan makanan sederhana. Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, faring
(saluran pendek) esophagus, usus (terdiri dari dua cabang utama yang menjulur dari anterior ke
posterior sebelah-menyebelah dalam tubuh). Selanjutnya cabang utama itu akan bercabang lagi
(cabang tersebut disebut divertikulum, seperti pada Planaria). Tidak memiliki sistem sirkulasi,
maka bahan makanan diedarkan oleh saluran pencernaan makanan itu sendiri.
3. Sistem Ekskresi
Yang khas pada semua cacing pipih, sistem protonefridial yang terdiri atas flame cells
(flame bulbs) dihubungkan oleh tubulus yang bersatu menjadi duktus yang lebih besar bermuara
secara bebas keluar tubuh atau bergabung dahulu menjadi suatu kandung kencing yang bermuara
pada atau dekat ujung posterior cacing. Flame cells atau duktus tidak hanya berfungsi untuk
ekskresi, tetapi juga untuk pengaturan air dan barangkali untuk menjaga agar cairan tubuh selalu
bergerak. Duktus-duktus atau tubulus-tubulus mengandung tonjolan-tonjolan kecil seperti jari,
yang diduga membantu reabsorpsi dengan peningkatan daerah permukaan internal.
4. Sistem Saraf
Sistem sarafnya sama dengan sistem saraf pada Planaria.
5. Sistem Reproduksi
Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap-tiap hewan dewasa. Alat kelamin
jantan terdiri atas: (1) sepasang testis sebagai pabrik sperma, (2) dua pembuluh vasa deferensia
sebagai penyalur sperma dari testis, (3) kantung vesiculum seminalis (4) saluran ejakulasi yang
berakhir pada alat kopulasi (5) penis.
Alat reproduksi betina terdiri atas: (1) saluran tunggal ovarium yang memproduksi telur,
(2) saluran oviduct yang menyalurkan telur ke ovari, (3) kelenjar pembungkus ovum yang
8

dimana (4) saluran vetelline atau saluran yolk yang menyalurkan globuli yolk yang berasal dari
(5) kelenjar yolk atau kelenjar vetelin. Setelah kelenjar pembungkus melengkapi kulit chitine,
selanjutnya telur masuk ke dalam (6) pembungkus yang disebut uterus.
Fasciola hepatica bersifat hermaprodit, dari setiap individu dapat menghasilkan ratusan
ribu telur, telur tersebut dikeluarkan ke usus dan keluar bersama-sama dengan feses. Telur bila
sampai pada tempat yang baik (basah) akan menetas menjadi miracidium. Miracidium ini
bergerak dengan silianya ke siput Lymnea dan masuk ke dalam tubuh siput (miracidium di luar
tubuh siput tahan hidup selama 8 jam). Mirasidium keluar dari telur di dalam usus siput.
Berhubung siput senang makan tinja, maka terdapat kesempatan luas untuk tertelannya telur
cacing ke dalam usus siput. Miracidium setelah dua minggu di dalam tubuh siput akan menjadi
sporocyst yang menghasilkan redia-redia yang mempunyai sebuah batil hisap yang telah
berkembang sempurna dan sebuah usus embrionik. Sebagian besar jaringan internal bersifat
germinal, dan di dalam redia akan dihasilkan cercaria-cercaria . Cercaria yang masak mempunyai
dua batil hisap, usus yang bercabang dan mempunyai alat gerak semacam ekor untuk menempel
pada tumbuhan air/tumbuhan darat dekat dengan tempat berair dalam bentuk metacercaria
(mengkista). Selain itu mereka juga memiliki berbagai macam sel-sel kelenjar, termasuk sel-sel
penembus dan sitogenik. Sel sitogenik tersebut berperanan di dalam pembentukan dinding sista
metacercaria. Seperti mirasidia, cercaria mungkin juga mempunyai bintik-bintik mata atau
fotoreseptor yang mengandung sel-sel sensoris dan sel-sel berisi pigmen. Metacercaria yang
mengkista dapat termakan oleh ternak dan akan menjadi Fasciola hepatica dewasa yang menetap
di dalam hati.

Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica


3. Kelas Cestoda (Cacing Pita)

Seluruh anggota kelas ini bersifat endoparasit. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis
maupun silia. Tubuh seperti pita dan pada umumnya terbagi atas segmen-segmen. Setiap
segmennya dilengkapi dengan satu perangkat alat reproduksi yang hermaphrodit.
Contoh: Taenia solium, Taenia saginata, Taenia pisiformis, Echinococcus Granulosus.

Gambar Taenia Solium


1. Struktur Tubuh
Taenia merupakan cacing yang sangat Panjang yang terdiri atas: sebuah kepala bulat yang
disebut scolex, sejumlah ruas yang sama yang disebut proglottida. Pada kepala terdapat alat
hisap dan jenis Taenia solium mempunyai kait (rostellum). Di belakang scolex terdapat leher
kecil yang selalu tumbuh yang akan menghasilkan proglottida baru yang mula-mula kecil
tumbuh menjadi besar. Panjang tubuh cacing pita mencapai 2 meter. Proglottida yang paling
akhir merupakan proglottida yang paling tua yang selalu melepaskan diri. Dalam proglottida tua
terdapat sejumlah telur.
2. Sistem Pencernaan Makanan
Tubuh cacing pita disesuaikan dengan kehidupan parasit. Tidak mempunyai alat
pencernaan makanan, karena langsung menghisap zat makanan pada hospesnya.
3. Sistem Ekskresi
Saluran ekskresi memanjang dengan cabang-cabang yang berakhir dengan sel api.
4. Sistem Saraf
Sistem saraf seperti pada Planaria dan cacing hati, tapi tidak begitu berkembang baik.
5. Sistem Reproduksi
Proglottida yang masak mengandung alat reproduksi jantan yaitu: (1) testis yang
menghasilkan spermatozoa, (2) vasa deferensia yang membawa ke (3) lubang genital. Alat
reproduksi betina yaitu: (1) ovari yang menghasilkan sel telur, (2) oviduct yang merupakan
penyalur sel telur, (3) kelenjar yolk (kuning telur yang membungkus sel telur), (4) kelenjar
pembungkus yang membungkus telur dan seterusnya masuk ke (5) uterus. Di dalam uterus itulah
akan terjadi fertilisasi atau pembuahan dengan spermatozoa, yang mungkin datang dari
proglottida yang sama. Setelah itu turun ke vagina. Proglottida yang telah masak dan tua yang
10

banyak mengandung sel telur yang telah dibuahi akan lepas dan keluar bersama-sama dengan
feses hospes. Telur yang mengandung embrio yang termakan oleh babi akan tumbuh menjadi
larva yang melobangi dinding usus terus mengikuti aliran darah menetap di daging menjadi kista,
yang selanjutnya menjadi Cysticercus. Bila daging tersebut dimakan masih mentah, maka
Cysticercus menjadi daging dewasa di dalam usus hospes baru.

BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Filum Platyhelminthes berasal dari kata Platy yang berarti pipih dan helminthes yang
berarti cacing. Jadi berarti cacing bertubuh pipih. Tubuh pipih dorsoventral tidak berbuku-buku,
simetris bilateral, serta dapat dibedakan antara ujung anterior dan posterior. Struktur tubuh Filum
Platyhelminthes adalah semua anggota filum ini berbentuk simetris bilateral dan memiliki bagian
kepala dan terbagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda, dan Kelas
Cestoda. Filum Platyhelminthes Selain menjadi sumber penyakit, dia juga memiliki peran untuk
manusia memiliki peran terhadap manusia seperti Planaria menjadi salah satu makanan bagi
organisme lain cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia dan hewan.
D. Saran
Dengan terselesainya makalah ini, maka kami menyarankan, agar kita semua lebih
memperdalam lagi mempelajari tentang Platyhelminthes (cacing pipih) karena makalah ini masih
terdapat kekurangan yang harus dipelajari lebih lanjut dan mudah-mudahan makalah yang
singkat ini dapat menambah ilmu bagi siapa saja yang membaca makalah ini.

11

12

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece, Mitcheli, Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2003.
Ensiklopedia Hewan (Invertebrata), Jakarta: Lentera Abadi, 2008.
George H. Fried & George J. Hademenos, Biologi Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga, 2006.
Jasir, Maskoeri, Sistematik Hewan, Surabaya: Sinar Wijaya, 1984.
John, W. Kimball, Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Jakarta: Erlangga, 1999.
Levine, Norman. D, Parasitologi Veteriner, Yogyakarta: gajah mada university press, 1994.

Anda mungkin juga menyukai