Anda di halaman 1dari 136

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.

id

OBAT (BIOMEDIK FARMAKOLOGI)


By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada
Halaman
1.
Obat dan Peran Obat dalam Pelayanan Kesehatan.
2
a. Pengertian Obat
2
b. Bahan Obat / Bahan Baku
2
c. Obat Tradisional..
3
d. Penggolongan Obat.
3
e. Peran Obat
4
2.
Parameter-parameter Farmakologi
5
a. Farmakokinetika..
5
b. Farmakodinamika
8
3.
Macam-macam Bentuk Obat dan Tujuan Penggunaannya
11
Bentuk-bentuk Obat serta Tujuan Penggunaannya..
11
Cara Pemberian Obat serta Tujuan Penggunaannya
14
Tabel Penggunaan Bentuk Sediaan..
16
4.
Terapi Obat pada Pasien-pasien Khusus
17

a. Terapi/Penggunaan Obat pada Pasien Hamil


17
b. Terapi/Penggunaan Obat pada Pasien Menyusui.
17
c. Terapi/Penggunaan Obat pada Pasien Anak
18
d. Terapi/Penggunaan Obat pada Pasien Lansia...
19
e. Terapi/Penggunaan Obat pada Pasien Gangguan Ginjal dan Hati
20
5.
Penggolongan Obat pada Saluran Cerna
21
6.
Penggolongan Obat pada Saluran Pernafasan
26
7.
Penggolongan Obat pada Antibiotika
20
8.
Pengetahuan Farmakologi (obat) bagi Rekam Medis.
35
REFERENSI.
37

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

1. Obat dan Peran Obat dalam Pelayanan Kesehatan a. Pengertian Obat


Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat adalah sediaan atau
paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi.
Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis,
mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia
atau hewan.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya.
Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat
menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan
penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit. (Bagian Farmakologi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia)
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional,
Departemen Kesehatan RI, 2005).
Obat merupakan benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh.
Obat merupakan senyawa kimia selain makanan yang bisa mempengaruhi
organisme hidup, yang pemanfaatannya bisa untuk mendiagnosis,
menyembuhkan, mencegah suatu penyakit.
Bahan Obat / Bahan Baku
Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang
berubah maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

obat walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk
ruahan. Produk ruahan merupakan tiap bahan yang telah selesai diolah dan
tinggal memerlukan pengemasan untuk menjadi obat jadi.
Obat Tradisional
Merupakan bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (gelenik) atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
Penggolongan Obat
Obat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
Obat Bebas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran berwarna hijau
dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat bebas umumnya berupa suplemen
vitamin dan mineral, obat gosok, beberapa analgetik-antipiretik, dan beberapa
antasida. Obat golongan ini dapat dibeli bebas di Apotek, toko obat, toko
kelontong, warung.
Obat Bebas Terbatas, merupakan obat yang ditandai dengan lingkaran
berwarna biru dengan tepi lingkaran berwarna hitam. Obat-obat yang umunya
masuk ke dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza, obat
penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam (analgetikantipiretik), beberapa suplemen vitamin dan mineral, dan obat-obat
antiseptika, obat tetes mata untuk iritasi ringan. Obat golongan ini hanya dapat
dibeli di Apotek dan toko obat berizin.
Obat Keras, merupakan obat yang pada kemasannya ditandai dengan
lingkaran yang didalamnya terdapat huruf K berwarna merah yang menyentuh
tepi lingkaran yang berwarna hitam. Obat keras merupakan obat yang hanya
bisa didapatkan dengan resep dokter. Obat-obat yang umumnya masuk ke
dalam golongan ini antara lain obat jantung, obat darah tinggi/hipertensi, obat
darah rendah/antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, dan beberapa
obat ulkus lambung. Obat golongan ini hanya dapat diperoleh di Apotek
dengan resep dokter.

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Obat Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UURI
No. 22 Th 1997 tentang Narkotika). Obat ini pada kemasannya ditandai
dengan lingkaran yang didalamnya terdapat palang (+) berwarna merah.
Obat Narkotika bersifat adiksi dan penggunaannya diawasi dengan ketet,
sehingga obat golongan narkotika hanya diperoleh di Apotek dengan resep
dokter asli (tidak dapat menggunakan kopi resep). Contoh dari obat narkotika
antara lain: opium, coca, ganja/marijuana, morfin, heroin, dan lain sebagainya.
Dalam bidang kesehatan, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai
anestesi/obat bius dan analgetik/obat penghilang rasa sakit.
Peran Obat
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena
selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial.
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan
dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi
dengan obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian
obat diatas, maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut:
Penetapan diagnosa
Untuk pencegahan penyakit
Menyembuhkan penyakit
Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
Peningkatan kesehatan
Mengurangi rasa sakit

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

2. Parameter-parameter Farmakologi a. Farmakokinetika


Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat
dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya
(ADME).
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya
mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja
dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat
diekskresi dari dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses
farmakokinetika dan berjalan serentak seperti yang terlihat pada gambar 1.1
dibawah ini.

Gambar 1.1. Berbagai proses farmakokinetika obat


Absorpsi dan Bioavailabilitas
Kedua istilah tersebut tidak sama artinya. Absorpsi, yang merupakan proses
penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan
kecepatan proses tersebut. Kelengkapan dinyatakan dalam persen dari jumlah
obat yang diberikan. Tetapi secara klinik, yang lebih penting ialah
bioavailabilitas. Istilah ini menyatakan jumlah obat, dalam persen terhadap
dosis, yang mencapai sirkulasi

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

sistemik dalam bentuk utuh/aktif. Ini terjadi karena untuk obat-obat


tertentu, tidak semua yang diabsorpsi dari tempat pemberian akan
mencapai sirkulasi sestemik. Sebagaian akan dimetabolisme oleh enzim di
dinding ususpada pemberian oral dan/atau di hati pada lintasan
pertamanya melalui organ-organ tersebut. Metabolisme ini disebut
metabolisme atau eliminasi lintas pertama (first pass metabolism or
elimination) atau eliminasi prasistemik. Obat demikian mempunyai
bioavailabilitas oral yang tidak begitu tinggi meskipun absorpsi oralnya
mungkin hampir sempurna. Jadi istilah bioavailabilitas menggambarkan
kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus metabolisme obat sebelum
mencapai sirkulasi sistemik. Eliminasi lintas pertama ini dapat dihindari
atau dikurangi dengan cara pemberian parenteral (misalnya lidokain),
sublingual (misalnya nitrogliserin), rektal, atau memberikannya bersama
makanan.
Distribusi
Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui
sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga
ditentukan oleh sifat fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase
berdasarkan penyebarannya di dalam tubuh. Distribusi fase pertama
terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya sangat
baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya, distribusi fase
kedua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak
sebaik organ di atas misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak.
Distribusi ini baru mencapai keseimbangan setelah waktu yang lebih lama.
Difusi ke ruang interstisial jaringan terjadi karena celah antarsel endotel
kapiler mampu melewatkan semua molekul obat bebas, kecuali di otak.
Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel dan
terdistribusi ke dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak
akan sulit menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas
terurama di cairan ekstrasel. Distribusi juga dibatasi oleh

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi
dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan protein plasma
ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar
proteinnya sendiri. Pengikatan obat oleh protein akan berkurang pada
malnutrisi berat karena adanya defisiensi protein.
Biotransformasi / Metabolisme
Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur
kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses
ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut
dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah diekskresi
melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga
biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi, ada
obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau tidak toksik. Ada obat
yang merupakan calon obat (prodrug) justru diaktifkan oleh enzim
biotransformasi ini. Metabolit aktif akan mengalami biotransformasi lebih
lanjut dan/atau diekskresi sehingga kerjanya berakhir.
Enzim yang berperan dalam biotransformasi obat dapat dibedakan
berdasarkan letaknya dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat
dalam retikulum endoplasma halus (yang pada isolasi in vitro membentuk
mikrosom), dan enzim non-mikrosom. Kedua macam enzim metabolisme
ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat di sel jaringan lain
misalnya ginjal, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma.
Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk
metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau
metabolit polar diekskresi lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali
pada ekskresi melalui paru. Ginjal merupakan organ ekskresi yang
terpenting. Ekskresi disini merupakan resultante dari 3

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

preoses, yakni filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan


rearbsorpsi pasif di tubuli proksimal dan distal.
Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal sehingga
dosis perlu diturunkan atau intercal pemberian diperpanjang. Bersihan
kreatinin dapat dijadikan patokan dalam menyesuaikan dosis atau interval
pemberian obat.
Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan rambut,
tetapi dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam
pengakhiran efek obat. Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk
menentukan kadar obat tertentu. Rambut pun dapat digunakan untuk
menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada kedokteran forensik.
Farmakodinamika
Farmakodinamika mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia
berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui
interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum
efek dan respon yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini
merupakan dasar terapi rasional dan berguna dalam sintesis obat baru.
Mekanisme Kerja Obat
Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel
suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan
perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat
tersebut. Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang
mencakup 2 konsep penting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan
kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru,
tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah ada. Walaupun tidak berlaku bagi
terapi gen, secara umum konsep ini masih berlaku sampai sekarang. Setiap
komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

reseptor obat, tetapi sekelompok reseptor obat tertentu juga berperan


sebagai reseptor yang ligand endogen (hormon, neurotransmitor).
Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis.
Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi
menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat ikatan agonis
(agonist binding site) disebut antagonis.
Reseptor Obat
Struktur kimia suatu obat berhubunga dengan afinitasnya terhadap
reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam
molekul obat, misalnya perubahan stereoisomer, dapat menimbulkan
perubahan besar dalam sidat farmakologinya. Pengetahuan mengenai
hubungan struktur aktivitas bermanfaat dalam strategi pengembangan obat
baru, sintesis obat yang rasio terapinya lebih baik, atau sintesis obat yang
selektif terhadap jaringan tertentu. Dalam keadaan tertentu, molekul
reseptor berinteraksi secara erat dengan protein seluler lain membentuk
sistem reseptor-efektor sebelum menimbulkan respons.
Transmisi Sinyal Biologis
Penghantaran sinyal biologis ialah proses yang menyebabkan suatu
substansi ekstraseluler (extracellular chemical messenger) menimbulkan
suatu respons seluler fisiologis yang spesifik. Sistem hantaran ini dimulai
dengan pendudukan reseptor yang terdapat di membran sel atau di dalam
sitoplasmaoleh transmitor. Kebanyakan messenger ini bersifat polar.
Contoh, transmitor untuk reseptor yang terdapat di membran sel ialah
katekolamin, TRH, LH. Sedangkan untuk reseptor yang terdapat dalam
sitoplasma ialah steroid (adrenal dan gonadal), tiroksin, vit. D.
Interaksi Obat-Reseptor
Ikatan antara obat dan reseptor misalnya ikatan substrat dengan enzim,
biasanya merupakan ikatan lemah (ikatan ion, hidrogen, hidrofobik, van
der Waals), dan jarang berupa ikatan kovalen.

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Antagonisme Farmakodinamika
Secara farmakodinamika dapat dibedakan 2 jenis antagonisme, yaitu
antagonisme fisiologik dan antagonisme pada reseptor. Selain itu,
antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif atau nonkompetitif.
Antagonisme merupakan peristiwa pengurangan atau penghapusan efek
suatu obat oleh obat lain. Peristiwa ini termasuk interaksi obat. Obat yang
menyebabkan pengurangan efek disebut antagonis, sedang obat yang
efeknya dikurangi atau ditiadakan disebut agonis. Secara umum obat yang
efeknya dipengaruhi oleh obat lain disebut obat objek, sedangkan obat
yang mempengaruhi efek obat lain disebut obat presipitan.
Kerja Obat yang tidak Diperantarai Reseptor
Dalam menimbulkan efek, obat tertentu tidak berikatan dengan reseptor.
Obat-obat ini mungkin mengubah sifat cairan tubuh, berinteraksi dengan
ion atau molekul kecil, atau masuk ke komponen sel.
Efek Obat
Efek obat yaitu perubahan fungsi struktur (organ)/proses/tingkah laku
organisme hidup akibat kerja obat.

10

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Macam-macam Bentuk Obat dan Tujuan Penggunaannya


Bentuk-bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara lain adalah
sebagai berikut:
Pulvis (Serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan
untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Tablet (Compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk
tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
Tablet Kempa paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta
penandaannya tergantung design cetakan
Tablet Cetak dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab
dalam lubang cetakan.
Tablet Trikurat tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah
jarang ditemukan
Tablet Hipodermik dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna
dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan
secara oral.
Tablet Sublingual dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan
meletakkan tablet di bawah lidah.
Tablet Bukal digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.
Tablet Efervescen tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup
rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis tidak untuk langsung
ditelan.

11

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Tablet Kunyah cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa


enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau
tidak enak.
Pilulae (PIL)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat
dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan
karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan
jamu.
Kapsulae (Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
Lebih enak dipandang
Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
Mudah ditelan.
Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara
peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk
lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam
pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara
penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).
Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral

12

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

(juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit),


suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup
kering.
h. Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem
dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase
cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.
Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.
Extractum
Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang
ditetapkan.
Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit.
Immunosera (Imunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari
serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa
ular) dan mengikat kuman/virus/antigen.
Unguenta (Salep)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang
mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

13

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut
pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu:
Penggunaan lokal memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
Penggunaan sistemik aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin
untuk anti muntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk
analgenik antipiretik.
Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang
dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat
tetes dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut),
Guttae Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae
Ophtalmicae (tetes mata).
Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui
kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan
pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
Cara pemberian obat serta tujuan penggunaannya adalah sebagai
berikut:
a. Oral
Obat yang cara penggunaannya masuk melalui mulut. Keuntungannya relatif
aman, praktis, ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat; tidak bermanfaat
untuk pasien yang sering muntah, diare, tidak

14

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

sadar, tidak kooperatif; untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya
terbatas; obat yang inaktif/terurai oleh cairan lambung/ usus tidak bermanfaat
(penisilin G, insulin); obat absorpsi tidak teratur.
Untuk tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunaan oral
adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman.
Hanya beberapa obat yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau
usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah, koma, atau dikehendaki onset
yang cepat, penggunaan obat melalui oral tidak dapat dipakai.
b. Sublingual
Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Tujuannya supaya efeknya
lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat sakit. Misal
pada kasus pasien jantung. Keuntungan cara ini efek obat cepat serta
kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati
dapat dihindari (tidak lewat vena porta)
c. Inhalasi
Penggunaannya dengan cara disemprot (ke mulut). Misal obat asma.
Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat
dikontrol, terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan langsung pada
bronkus. Kerugiannya yaitu, diperlukan alat dan metoda khusus, sukar
mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru sekresi saluran nafas,
toksisitas pada jantung.
Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi sangat
cepat melalui alveoli paru-paru dan membran mukosa pada perjalanan
pernafasan.
d. Rektal
Cara penggunaannya melalui dubur atau anus. Tujuannya mempercepat kerja
obat serta sifatnya lokal dan sistemik. Obat oral sulit/tidak dapat dilakukan
karena iritasi lambung, terurai di lambung, terjadi efek lintas pertama. Contoh,
asetosal, parasetamol, indometasin, teofilin, barbiturat.
e. Pervaginam
Bentuknya hampir sama dengan obat rektal, dimasukkan ke vagina, langsung
ke pusat sasar. Misal untuk keputihan atau jamur.

15

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

f.
Parentral
Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat
dimasukkan de dalam tubuh selain saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui
saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Misal suntikan atau
insulin. Efeknya biar langsung sampai sasaran. Keuntungannya yaitu
dapat untuk pasien yang tidak sadar, sering muntah, diare, yang sulit
menelan/pasien yang tidak kooperatif; dapat untuk obat yang mengiritasi
lambung; dapat menghindari kerusakan obat di saluran cerna dan hati;
bekerja cepat dan dosis ekonomis. Kelemahannya yaitu kurang aman,
tidak disukai pasien, berbahaya (suntikan infeksi).
Istilah injeksi termasuk semua bentuk obat yang digunakan secara
parentral, termasuk infus. Injeksi dapat berupa larutan, suspensi, atau
emulsi. Apabila obatnya tidak stabil dalam cairan, maka dibuat dalam
bentuk kering. Bila mau dipakai baru ditambah aqua steril untuk
memperoleh larutan atau suspensi injeksi.
g.
Topikal/lokal
Obat yang sifatnya lokal. Misal tetes mata, tetes telinga, salep.
h.
Suntikan
Diberikan bila obat tidak diabsorpsi di saluran cerna serta
dibutuhkan kerja cepat.
Tabel Penggunaan Bentuk Sediaan

Cara Pemberian

Bentuk Sediaan Utama


Oral
Tablet, kapsul, larutan (sulotio), sirup, eliksir,
suspensi, magma, jel, bubuk
Sublingual
Tablet, trokhisi dan tablet hisap
Parentral
Larutan, suspensi
Epikutan/transdermal
Salep, krim, pasta, plester, bubuk, erosol, latio,
tempelan transdermal, cakram, larutan, dan solutio
Konjungtival
Salep
Introakular/intraaural
Larutan, suspensi
Intranasal
Larutan, semprot, inhalan, salep
Intrarespiratori
Erosol
Rektal
Larutan, salep, supositoria
Vaginal
Larutan, salep, busa-busa emulsi, tablet, sisipan,
supositoria, spon
Uretral
Larutan, supositoria
Sumber: Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Howard C. Ansel)

16

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Terapi Obat Pada Pasien-pasien Khusus


Farmakoterapi merupakan cabang ilmu farmakologi yang mempelajari obat untuk
mencegah, menegakkan diagnostik, menyembuhkan penyakit, memulihkan
(rehabilitasi) kesehatan, namun juga untuk mencegah fungsi normal tubuh untuk
tujuan tertentu (misal: penggunaan obat-obat KB, anastetika umum (hilangnya
kesadaran dan respon aktif (nyeri), fisiologi berubah, sehingga dioperasi tidak
sakit)). Tujuan terapi adalah untuk
menyembuhkan, mengurangi rasa sakit, menghindari komplikasi, serta
memperpanjang masa hidup.
a. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Hamil.
Penggunaan obat dapat mengakibatkan kecacatan pada bayi atau mempengaruhi
janin, apabila obat yang dikonsumsi oleh ibu hamil tembus ke placenta.
Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperoleh ibu
diharapkan lebih besar dibanding resiko pada janin.
Sedapat mungkin dihindari penggunaan segala jenis obat pada trimester pertama
kehamilan
Bila menggunakan obat saat hamil, maka harus dipilih obat yang paling aman.
Obat harus diresepkan pada dosis efektif yang terendah dan untuk jangka waktu
pemakaian yang sesingkat mungkin.
b. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Menyusui
Obat yang diminum ibu menyusui dapat menembus air susu sehingga
diminum/terminum oleh bayi. Misal, wanita gondok minum obat menyusui
tidak dihentikan anak kerdil
Sedapat mungkin menghindari penggunaan obat pada wanita yang menyusui atau
menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) jika pemakaian obat harus
dilanjutkan.
Jika penggunaan obat diperlukan, pakailah obat dengan efek samping teraman,
terutama obat-obatan yang memiliki ijin untuk digunakan pada bayi.

17

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Apabila menggunakan obat selama menyusui, maka bayi harus dipantau


secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi. Mungkin dapat
dianjurkan kepada ibu untuk meminum obat segera setelah menyusui.
c. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Anak
Obat pada anak dapat berpengaruh karena organ-organ pada anak belum
sempurna pertumbuhannya, sehingga obat dapat menjadi racun dalam darah
(mempengaruhi organ hati dan ginjal). Pada hati, enzim-enzim belum
terbentuk sempurna, sehingga obat tidak termotabolisme dengan baik,
mengakibatkan konsentrasi obat yang tinggi di tubuh anak. Pada ginjal, bayi
berumur 6 bulang, ginjal belum belum efisien mensekresikan obat sehingga
mengakibatkan konsentrasi yang tinggi di darah anak.
Dalam pengobatan, anak-anak tidak dapat diperlakukan sebagai orang dewasa
berukuran kecil. Penggunaan obat pada anak merupakan hal yang bersifat
khusus yang berkaitan dengan perbedaan laju perkembangan organ, sistem
dalam tubuh maupun enzim yang bertanggungjawab terhadap metabolisme
dan ekskresi obat.
Farmakokinetika pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Dengan
memahami perbedaan tersebut akan membantu farmasis klinis dalam
membuat keputusan yang berkaitan dengan dosis, misalnya dalam pengusulan
dosis (mg/kg) maupun frekuensi pemberian obat yang berbeda antara anakanak dengan orang dewasa.
Dosis bagi anak-anak sering sulit untuk ditentukan. Pemanfaatan pengalaman
klinis merupakan acuan terbaik dalam menentukan dosis yang paling sesuai
untuk bayi maupun anak-anak.
Pemakaian obat yang belum mempunyai ijin untuk digunakan pada anak,
walaupun sering dijumpai, harus dipantau secara ketat untuk memastikan
bahwa keamanan pasien diutamakan. Penyuluhan kepada pasien anak-anak
maupun pengasuhnya dalam bahasa yang mudah

18

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

dimengerti akan membantu meningkatkan kepatuhan anak terhadap


pengobatan.
d. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Lansia
Terdapat perubahan-perubahan fungsi, kemampuan organ menurun, dosis
dalam darah meningkat sehingga menjadi racun, serta laju darah dalam ginjal
menurun.
Proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan fisiologi,
anatomi, psikologi, dan sosiologi. Perubahan fisiologi yang terkait usia dapat
menyebabkan perubahan yang bermakna dalam penatalaksanaan obat.
Farmasis sebaiknya perlu memiliki pengetahuan menyeluruh tentang
perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik yang muncul.
Peresepan yang tidak tepat dan polifarmasi merupakan problem utama dalam
terapi dengan obat pada pasien lanjut usia. Keahlian klinis farmasis, termasuk
evaluasi terhadap pengobatan, dapat digunakan untuk memperbaiki pelayanan
dalam bidang ini.
Tujuan terapi obat pada pasien lanjut usia harus ditetapkan dalam rangka
mengoptimalkan hasil terapi. Perbaikan kualitas hidup, titrasi dosis, pemilihan
obat, dan bentuk sediaan obat yang tepat serta pengobatan penyebab penyakit
bukan sekedar gejalanya merupakan semua tindakan yang sangat diperlukan.
Efek samping obat lebih sering terjadi pada populasi lanjut usia. Pasien lanjut
usia tiga kali lebih beresiko masuk rumah sakit akibat efek samping obat. Hal
ini berpengaruh secara bermakna terhadap segi finansial seperti halnya
implikasi teraupetik.
Kepatuhan penggunaan obat sering kali mengalami penurunan karena
beberapa gangguan pada lanjut usia. Kesulitan dalam hal membaca, bahasa,
mendengar dan ketangkasan, semuanya dapat berperan dalam masalah ini.

19

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

e. Terapi/penggunaan Obat pada Pasien Gangguan Ginjal dan Hati


Terjadi karena karena terjadi penurunan fungsi hati dan ginjal. Uji fungsi
ginjal hanya menggambarkan penyakit secara kasar/garis besar, dan lebih dari
setengah bagian ginjal harus mengalami kerusakan sebelum terlihat nyata
bukti kejadiannya gangguan ginjal. Bentuk gangguan ginjal yang paling sering
diakibatkan oleh obat adalah interstitial nefritis dan glomerulonefritis.
Penggunaan obat apa pun yang diketahui berpotensi menimbulkan
nephrotoksisitas sedapat mungkin harus dihindari pada semua penderita
gangguan ginjal.
Pada gagal ginjal, distribusi obat dapat berubah karena terjadi fluktuasi derajat
hidrasi atau oleh adanya perubahan pada ikatan protein. Akan tetapi perubahan
ikatan protein akan bermakna secara klinis apabila:
Lebih dari 90% jumlah obat dalam plasma merupakan bentuk terikat protein.
Obat terdistribusi ke jaringan harus dalam jumlah yang kecil.
Ekskresi adalah parameter farmakokinetika yang paling terpengaruh
oleh gangguan ginjal. Jika filtrasi glomeruler terganggu oleh penyakit ginjal ,
maka klirens obat yang terutama tereliminasi melalui mekanisme ini akan
menurun dan waktu paruh obat dalam plasma menjadi lebih panjang.
Penderita dengan ginjal yang tidak berfungsi normal dapat menjadi lebih peka
terhadap beberapa obat, bahkan jika eliminasinya tidak terganggu. Anjuran
dosis didasarkan pada tingkat keparahan gangguan ginjal, yang biasanya
dinyatakan dalam istilah laju filtrasi glomeruler (LFG). Perubahan dosis yang
paling sering dilakukan adalah dengan menurunkan dosis atau
memperpanjang interval pemberian obat, atau kombinasi keduanya.

20

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

5.

Penggolongan Obat pada Saluran Pencernaan a. Antitukak

Tukak lambung adalah suatu kondisi patologis pada lambung, deudenum, esofagus
bagian bawah, dan stoma gastroenterostomi (setelah bedah lambung).
Tujuan terapi tukak lambung adalah meringankan atau menghilangkan gejala,
mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi yang serius (hemoragi, perforasi,
obstruksi), dan mencegah kambuh.
Golongan dari Antitukak adalah sebagai berikut:
No
Golongan
Zat Aktif
Kode ICOPIM
Brand Name

(Nama Generic)

1.
Antasida
Aluminuim
7-300
Dexanta

Hidroksida
Promag

Antasida DOEN
7-309
Waisan

Magnesium
7-301

Simeco

Karbonat
Saclon

Neoglumin

Magnesium
7-303
Neomag

Trisilikat
Homag

Sanmag

Magnesium
7-302
Talsit

Hidrotalsit
Waisan Forte

Natrium
Antimaag

Bikarbonat

2.
Antagonis
Cimetidin
7-308
Sanmetidin
Reseptor H2
Tagamet

Ulsikur

Fomatidin
Facid

Famocid

Gaster

Nizatidin
Axid

Ranitidin
Graseric

Radin

Rantin
3.
Antimuskarini
Pirenzepin
Gastrozepin
k yang Selektif
Pirenzepin
4.
Khelator dan
Trikalium
De-Nol
Senyawa
Disitratobismutat

Kompleks

Sukralfat
Inpepsa

21

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Ulcron

Ulcumaag
5.
Analog
Misoprostol
Cytotec
Prostaglandin

6.
Penghambat
Omeprazole
Lambuzol
Pompa Proton
Loklor

Losec
Lansoprazol
Betalans

Laz

Prosogan
Pantoprazol
Pantozol
Antispasmodik
Antispasmodik merupakan dolongan obat yang memiliki sifat sebagai
relaksan otot polos. Termasuk dalam kelas ini adalah senyawa yang memiliki efek
antikolinergik (lebih tepatnya antimuskarinik) dan antagonis reseptor-dopamin
tertentu.
Golongan dari Antipasmodik adalah sebagai berikut:
No
Golongan
Zat Aktif
Kode ICOPIM
Brand Name

(Nama Generic)

1.
Antimuskarinik
Atropin Sulfat
7-110

Ekstrak
7-110

Beladona

Hiosin
7-111

Buskopan

Butilbromida
Buskopan Plus

Gitas

Propantelin
7-112
ProBanthine

Bromida

2.
Antispasmodik
Mebeverin
7-511
Duspatalin
lain
Hidroklorida

3.
Stimulan
Cisaprid

Motilitas

22

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Antidiare
Golongan dari Antidiare adalah sebagai berikut:
No
Golongan
Zat Aktif
Kode ICOPIM
Brand Name

(Nama Generic)

1.
Oralit
Oralit
Alphatrolit

Aqualyte

Bioralit
2.
Adsorben dan
Kaolin, ringan
Neo Diaform
Obat

Neo Kaolana
Pembunuh
Neo Entrostop
Massa

Attapulgit
7-351
Neo Koniform

Tapulrae

Karbo Absorben
Karbo Absorben

Norit
3.
Antimotilitas
Codein
6-502

Co-Fenotrop
Lomotil

Loperamid
7-352
Imomed

Hidroklorida
Lodia

Lomodium

Morfin
6-501
4.
Pengobatan
Sulfasalazin
6-105
Sulcolon
Diare Kronis

Kolesteramin
Questran

Hidrokortison
6-200

Pencahar
Pencahar adalah obat yang digunakan untuk memudahkan pelintasan dan
pengeluaran tinja dari kolon dan rektum. Pencahar umumnya harus dihindari,
kecuali bila ketegangan akan memperparah suatu kondisi (seperti pada angina) atau
meningkatkan resiko pendarahan rektal (seperti pada hemoroid). Pencahar juga
bermanfaat pada konstipasi kerena obat, untuk pengeluaran parasit setelah
pemberian antelmenti, serta untuk membersihkan saluran cerna sebelum
pembedahan dan prosedur radiologi. Penyelahgunaan pencahar dapat menyebabkan
hipokalemia dan atonia kolon sehingga tidak berfungsi.

23

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Golongan dari Pencahar adalah sebagai berikut:


No
Golongan
Zat Aktif
Kode ICOPIM
Brand Name

(Nama Generic)

1.
Pencahar
Ishaghula Sekam
7-331
Metamucil
Pembentuk
Mucofalk
Massa
Mulax
2.
Pencahar
Bisakodil
7-319
Dulcolax
Stimulan
Laxamex

Melaxan

Dantron
7-319

Natrium
Laxatab

Dokusat

Glyserin
Glyserin Cap

Gajah

Proconsti

Triolax

Natrium
Laxoberon

Pikosulfat

3.
Pelunak Tinja
Parafin
7-321
Laxadin

Liquidum

4.
Pencahar
Laktulosa
7-339
Duphalac
Osmotik

Magnesium
7-330
Garam Inggris

Sulfat
Cap Gajah
Antihemoroid
Gatal-gatal, rasa nyeri, dan ekskoriasi di anus dan perianus yang lazim
dijumpai pada pasien hemoroid, fistulas, dan proktitis sebaiknya diobati dengan
aplikasi salep dan supositoria. Pembersihan lokal dengan hati-hati maupun
penyesuaian diit guna menghindari tinja yang keras, serta penggunaan pencahar
pembentuk massa seperti bran dan diet residu tinggi juga bermanfaat. Pada
proktitis, tindakan-tindakan ini dapat menambah pengobatan dengan kortikosteroid
atau sulfasalazin.

24

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Golongan dari Antihemoroid adalah sebagai berikut:


No
Golongan
Zat Aktif
Kode ICOPIM
Brand Name

(Nama Generic)

1.
Sediaan
Bismut
Anusol
Pelembut
Rako

Boraginol-N
2.
Sediaan
Kortikostreroid
6-209
Anusol HC
Kombinasi
Ultraproct

dengan
Boraginal-S
Kortikosteroid

3.
Sklerosan

Rektal

Obat dengan Gangguan Sekresi Pencernaan


Golongan dari obat dengan gangguan sekresi pencernaan adalah sebagai
berikut:
No
Golongan
Zat Aktif
Kode ICOPIM
Brand Name

(Nama Generic)

1.
Obat yang
Asam
7-341
Chenofalk

Bekerja pada
Kenodeoksikolat

Kandung

Empedu

Asam
7-703
Estazor

Ursodeoksikolat
Pramur

Urdafalk
2.
Enzim
Pankreatin
7-340
Enzymfort
Pencernaan
Excelase

Librozym

25

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

6. Penggolongan Obat pada Saluran Pernafasan


No
Golongan
Zat Aktif
Kode ICOPIM
Brand Name

(Nama Generic)

1
Antiasma &
Teofilin
7-412
Asmasolon
Bronkodilator
Amilex

Bronchophylin

Aminofilin
7-570
Decafil

Aminofusin

TPN

Konisma

Salbutamol
7-571
Astop

Bromosal

Butasal

Terbutalin
7-578
Astherin

Bintasma

Brasmatic

Bambuterol
Bambec

HCL

Eformoterol
Foradil

Fumarat

Fenoterol
Berotec

Hidrobromida
Berodual Mdi

Salmeterol
Serevent Inhaler

Serevent

Rotadisk

Efedrin HCL
7-121
Erladrine

Ipratoprium
7-578
Atrovent

Bromida
Atrovent Udv

Combivent
2
Kortikosteroid
Beklometason
7-606
Beclomet

Dipropionat
Becotide

Respocort

Autohaler

Budesonid
Inflammide

Pulmicort

Pulmicort

Respules

Flutikason
Flixotide

Propionat
Inhaler

Flixotide

Rotadisk

26

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

3
Kromoglikat
Natrium
Intal 5
Kromoglikat

Nedokromil
Tylade
Natrium
Syncroner
Ketotifen
Intifen

Nortifen

Profilas
4
Antihistamin
Akrivastin
Semprex
Astemizol
Hismanal

Hispral

Lapihis
Setirizin
Betarhin
Hidroklorida
Cerini

Incidal OD
Loratadin
Alloris

Anhissen

Clarihis
Terfenadin
Alpenaso

Gradane

Hisdane
Azatadin Maleat
Zadine

Klorfeniramin
Aficitom
Maleat
Alleron

Chlorophen
Dimenhidrinat
6-305
Antimab

Antimo

Dramamine
Sinarizin
Cinnipirine

Sturgeron
Klemastin
Tavegyl
Siproheptadin
Alphahist
HCL
Aprocyn

Apeton
Hidroksizin
Bestalin
Hidroklorida
Iterax
Mequitazin
Meviran
Oksatomid
Oxtin

Tinset
Feniramin
6-302
Avil
Maleat

Prometazin
6-911
Camergan
Hidroklorida
Phenergan
Prometazin
6-911
Avopreg

27

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Teoklat

Mebhidrolin
6-304
Biolergy
Napadisilat
Histapan

Interhistin
Oksomemazin
Comtusi

Doxergan
Homoklorsiklizi
Homoklomin
n Hidroklorida

Deksklorfeniram
6-300
Dexteem
in Maleat

Polamec

Polofar
Brompheniramin
6-304

Maleat

Deksbromfenira
6-304
Drixoral
min Maleat

Oksatomid
Oxtin

Tinset
Mequitazin
Meviran
5
Mukolitik
Asetilsistein
7-553
Fliumucil

Fluimucil

Pediatric

Pectocil
Karbosisetein
Broncholit

Muciclar

Mucocil
Ambroxol
Ambril

Berea

Bronchopront
6
Antitusif
Codein
6-502
Codipront

Codipront Cum

Expectorant
Dekstrometorfan
7-548
Romilar

Zenidex
7
Dekongestan
Pseudoefedrin
7-561
Sudafed
HCL

Fenilpropanolam
7-700
Rhinergal
in
8
Ekspektoran
Gliseril
7-550
Woods
Guaiakolat
Pepermint

Versaldex

Pyril
Deksbromfenira
6-304
Drixoral
min

Tripelenamin
6-305
Neobronco

28

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Piristina
Etil Morfin
6-502
Dionin Cough

Alkaloida opium
Doveri
& morphin
Pulvis Doveri
Noscapin
6-502
Longatin

Mercotine

Neocodin
Isoaminil
7-548
Peracon
Oksolamin

Bredon
Pipazetat
7-548
Selvigon
Butamirat
Sinecod

29

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

7. Penggolongan Obat pada Antibiotika


Antibiotik adalah zat yang dihasilakn oleh mikroba, terutama fungi, yang dapat
menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Sedangkan
antimikroba yaitu obat yang membasmi mikroba khusunya mikroba yang
merugikan manusia. Penggunaan antibiotik didasarkan pada:
a. Penyebab infeksi
Proses pemberian antibiotic yang paling baik adalah dengan melakukan
pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun pada kenyataannya,
proses tersebut tidak dapat berjalan karena tidak mungkin melakukan pemeriksaan
kepada setiap pasien yang datang karena infeksi, dank arena infeksi yang berat
perlu penanganan segera maka pengambilan sample bahan biologic untuk
pengembangbiakan dan pemeriksaan kepekaan kuman dapat dilakukan setelah
dilakukannya pengobatan terhadap pasien yang bersangkutan.
b. Faktor pasien
Faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotic adalah fungsi
organ tubuh pasien yaitu fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan
terhadap infeksi (status imunologis), daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi,
usia, untuk wanita apakah sedang hamil atau menyusui dan lain-lain.
Fungsi Antibiotika
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai infeksi akibat kuman atau juga
untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara provilaktis juga
diberikan kepada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum
cabut gigi.
Mekanisme kerja yang terpenting pada antibiotika adalah perintangan sintesa
protein, sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi tanpa merusak
jaringan tuan rumah. Selain itu, beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel
dan membran sel. Namun antibiotika dapat digunakan sebagai non-terapeutis,
yaitu sebagai stimulans pertumbuhan pada binatang ternak.

30

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Penggunaan Antibiotik untuk Profilaksis


Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaan sebagai berikut:
Untuk melindungi seseorang yang terpajan kuman tertentu.
Mencegah endokarditis pada pasien yang mengalami kelainan katup jantung atau
defek septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia, misalnya
ekstraksi gigi, pembedahan dan lain-lain.
Untuk kasus bedah, profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang sering
disertai infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi pasca
bedah.
Antibiotik Kombinasi
Antibiotik kombinasi diberikan untuk 4 indikasi utama:
Pengobatan infeksi campuran, misalnya pasca bedah abdomen.
Pengobatan awal pada infeksi berat yang etiologinya belum jelas, misalnya sepsis,
meningitis purulenta.
Mendapatkan efek sinergi.
Memperlambat timbulnya resistensi, misalnya pada pengobatan tuberkulosis.
Golongan dari Antibiotik adalah sebagai berikut:

Zat Aktif
No
Klasifikasi
(Nama
Kode ICOPIM
Brand Name
Generic)
1.
Penisilin
Benzatin
6-000
Prokain
(6-349)

Penisilin G
Penisilin G

Penadur LA
Phenoxymethyl
6-002
Fenocin
Penicilline
Ospen

Ven Pee
Kloksalisin
Meixam

Ikaclox

Orbenin
Flucloxacillin
6-003
Alclomex

Floxapen
Ampicilin
6-004
Dexypen

Kalpicilin

Bimapen
Amoksisilin
6-004
Abdimox

Alphamox

31

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Amobiotic
Bakampisilin
Bacacil
Co Amoksiklav
Amocomb

Ancla

Augmentin
Pivampisilin
Pivamex
Tikarsilin
Timentin
Piperasilin
6-164
Ledercil
Sulbenisilin
Kedacilin
2.
Sefalosporin
Cefaclor

Capabiotic
(6-059)
Ceclor

Cloracef
Cefadroxil
Alxil

Bidicef

Biodroxil
Sefiksim
Cefspan

Ceptik

Comsporin
Sefrozil
Cefzil
Sefodizim
Modivid
Cefotaxime
Clacef

Claforan

Clatax
Sefpirom
Cefrom
Ceftazidime
Ceftum

Fortum
Seftibutem
Cedax
Ceftriaxone
Broadcef

Elpicef

Rochephin
Sefuroxime
Anbacim

Cefurox

Cethixim
Cephalexin
6-052
Cefabiotic

Ospexin

Pralexin
Sefamandol
Dardokef

Dofacef
Cephradin
6-059
Ceficin

Dynacef

Velocef
Cefazolin
Cefacidal
Sefpodoksim
Banan

32

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Antibiotik
Aztreonam
Azactam
Betalaktam

Lainnya

Imipenem
6-901
Tienam
Meropenem
Meronem
3.
Tetrasiklin
Tetrasiklin
6-040
Bimatra
(6-040)
Camicyclin

Combicyclin
Dimeklosiklin
Ledermycin
Hidroklorida

Doxycycline
6-043
Dotur

Doxin

Dumoxin
Minosiklin
6-049
Minocin
Oxytetracycline
6-042
Teramycyn
4.
Aminoglikosida
Amikasin
6-069
Alostil
(6-638)
Amikin
Gentamisin
6-082
Ethigent

Garabiotic

Garamycin
Kanamycin
6-069
Kanamycin

Meiji
Neomisin Sulfat
7-600
Almocyn
Netilmisin
Netromycin C
Tobramisin
6-089
Dartobcin

Tobryne
5.
Makrolid
Erytromisin
6-030
Alphathrocin
(6-482)
Bannthrocin

Camitrocin
Azitromisin
Aztrin

Mezatrin

Zifin

Klaritromisin
Abbotic

Clambiotic

Claros
Roksitromisin
Anbiolid

Ixor

Makrodex
Spiramisin
6-032
Hypermisin

Osmysin

Rovadin
6.
Kuinolon
Asam Nalidiksat
6-190
Negram
(6-139)
Urineg

33

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

Asam Pipemidat
Impresial

Urinter

Urixin
Ofloksasin
Akilen

Betaflox

Danoflox
Norfloksasin
Amanita

Lexinor

Nopratik
Ciprofloksasin

Baquinor

Bernoflox

Bidiprox
Pefloksasin
Peflacine
Fleroksasin
Quinodis
Sparfloksasin
Zagam
Levofloksasin
Cravit

Reskuin
7.
Sulfonamide
Trimetoprim
6-148
Tobyprim
(6-109)
Trisoprim
dan

Trimetropim

(6-148)

Cotrimoksazol
6-193
Abatrim

Bactoprim

Bactricid
Sulfadiazin
6-102

Sulfadimidin
6-102

Sulfasalazin
6-105
Sulcolon
8.
Antibiotik Lain
Kloramfenikol
Camicetine

Chloramex

Colme
Tiamfenikol
Biothicol

Comthycol

Corsafen
Klindamisin
Albiotin

Ancrocid

Cindala
Linkomisin
6-039
Biolincom

Lincobiotic

Lincocin
Vankomisin
6-081
Ladervan
Spektinomisin
6-069
Trobicin
Kolistin
Colistine

34

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

8. Pengetahuan Farmakologi (Obat) bagi Rekam Medis


Selama ini obat dalam pelayanan kesehatan selalu disebut sebagai unsur
penunjang walaupun hampir 80% pelayanan kesehatan diintervensi dengan obat.
Hubungan kemitraan, tidak lepas dari sejarah pelayanan kefarmasian yang dititik
beratkan pada produk (membuat, meracik) serta menyerahkan obat kepada pasien.
Hubungan interaksi langsung Apoteker dengan pasien sangat jarang dan bahkan
komunikasi antara Apoteker dengan staf medik atau staf non-medis lainnya juga
sangat kurang, padahal kemitraan dimulai dengan komunikasi yang baik.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) rekam medis adalah keterangan baik
yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese, penentuan fisik
laboratorium, diagnosa, segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan
kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan, maupun yang
mendapat pelayanan gawat darurat. Sedangkan menurut Huffman (1994) rekam
medis adalah himpunan fakta-fakta yang berhubungan dengan riwayat hidup dan
kesehatan seorang pasien, termasuk penyakit sekarang dan masa lampau dan
tindakan-tindakan yang diberikan untuk pengobatan/perawatan kepada pasien
tersebut yang ditulis oleh profesional dalam bidang kesehatan.
Beberapa arti penting pengetahuan farmakologi (obat) bagi rekam medis adalah
sebagai berikut:
Jaminan Keakuratan Laporan/Informasi
Dari pengertian-pengertian diatas, jelas bahwa di dalam rekam medis mencatat
segala hal tentang pengobatan/terapi terhadap pasien, sehingga di dalam rekam
medis tidak terlepas dari macam-macam obat yang digunakan dalam
pengobatan/terapi tersebut. Data-data inilah yang kemudian akan diolah oleh
bagian rekam medis menjadi sebuah laporan yang diperlukan atau dilaporkan
kepada pihak menejemen atau pihak luar rumah sakit (Dinas Kesehatan maupun
Departemen Kesehatan). Laporan ini nantinya menjadi sebuah informasi untuk
menunjang sebuah keputusan. Bagaimana jika rekam medis tidak dibekali oleh
pengetahuan

35

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

farmakologi (obat)? Olahan data tersebut tidak akan valid atau tidak akurat
karena rekam medis akan terasa asing dengan nama atau macam obat-obat
tersebut. Diharapkan dengan adanya pengetahuan farmakologi (obat), petugas
rekam medis mampu untuk mengenali (familiar) terhadap nama, bentuk,
ataupun macam-macam obat yang digunakan dalam tindakan pengobatan,
sehingga data-data dari rekam medis dapat diolah dan disajikan secara akurat.
Dengan kata lain, keakuratan laporan/informasi diharapkan dapat
memperbaiki/menjaga mutu pengambilan keputusan bagi pihak menejemen
maupun Dinas Kesehatan/Departemen Kesehatan.
Keakuratan Data Medis Pasien
Berkas rekam medis adalah milik rumah sakit, namun isinya merupakan milik
pasien. Di dalam rekam medis terdapat segala bentuk pelayanan yang sudah
diberikan oleh pasien, termasuk di dalamnya adalah obat-obat yang digunakan
untuk menunjang pelayanan kesehatan/proses penyembuhan pasien. Petugas
rekam medis sendiri harus pandai mentelaah/mencerna isi rekam medis (obat)
karena rekam medis itu sendiri merupakan bukti pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien. Manfaat dari hal ini adalah sebagai berikut:
Penulisan diagnosis yang tidak jelas oleh dokter, dapat dipertegas dengan
memperkirakan obat yang digunakan.
Klaim asuransi biasanya harus mencantumkan obat yang digunakan oleh
pasien selama menjalani pelayanan kesehatan, sehingga petugas rekam medis
harus tahu (tidak salah/harus akurat) dalam menuliskan obat yang digunakan
pada lembar klaim asuransi.
Data obat yang jelas dapat dijadikan olat komunikasi antar dokter karena
(mungkin) tidak setiap pasien ditangani oleh dokter yang sama.
Rekam medis merupakan bukti pelayanan terhadap pasien, sehingga informasi
dan data di dalamnya harus lengkap, jelas, dan akurat (termasuk di dalamnya
pemberian obat kepada pasien), sehingga petugas rekam medis harus dapat
memahami isi rekam medis itu sendiri.

36

http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. Drs, Apt. Ilmu Farmasi. 1984. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press
Aslam, Mohammed, Chik Kaw Tan, Adi Prayitno. 2003. Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy).
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokeran Universitas Indonesia. 1995.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta
Browsing Internet melalui situs search engine www.google.com
Hand-out Kuliah Biomedik Farmakologi Program Studi Rekam Medis FMIPA Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Hand-out Kuliah Farmakologi Program Studi Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
Muhlis, Muhammad, S.Si, Apt. 2003. Diklat Kuliat Farmasetika I. Yogyakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan
Undang-undang Bidang Kesehatan dan Farmasi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Analgetik,
Antipiretik,NSAID
A.

Analgetik
Analgetik atau obat-obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
- Penyebab sakit/ nyeri.
Didalam lokasi jaringan yang mengalami luka atau peradangan
beberapa bahan algesiogenic kimia diproduksi dan dilepaskan, didalamnya
terkandung dalam prostaglandin dan brodikinin. Brodikinin sendiri adalah
perangsang reseptor rasa nyeri. Sedangkan prostaglandin ada 2 yang
pertama Hiperalgesia yang dapat menimbulkan nyeri dan PG(E1, E2, F2A)
yang dapat menimbulkan efek algesiogenic.
- Mekanisame:
Menghambat sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.
- Karakteristik:
1.

Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit

2.

Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira

3.

Tidak mempengaruhi pernapasan

4.

Gunanya untuk nyeri sedang, ex: sakit gigi

Analgesik di bagi menjadi 2 yaitu:


1. Analgesik Opioid/analgesik narkotika

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat


seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan
atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fractura dan kanker.
Macam-macam obat Analgesik Opioid:
a. Metadon.
- Mekanisme kerja: kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.
- Indikasi: Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada pasien yang di
rumah sakit.
- Efek tak diinginkan:
* Depresi pernapasan
* Konstipasi
* Gangguan SSP
* Hipotensi ortostatik
* Mual dam muntah pada dosis awal

Methadon

b. Fentanil.

kanisme kerja: Lebih poten dari pada morfin. Depresi pernapasan lebih kecil
kemungkinannya.
- Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.
tak diinginkan: Depresi pernapasan lebih kecil kemungkinannya. Rigiditas otot,
bradikardi ringan.

Fentanil

c. Kodein

kanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi morfin. Kerjanya disebabkan
oleh morfin. Juga merupakan antitusif (menekan batuk)
- Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor
tak diinginkan: Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat pada dosis yang
menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi, toksisitas seberat morfin.

Kodein

2. Obat Analgetik Non-narkotik


Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering
dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika
perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik
dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau
Obat

Analgesik

Perifer

ini

cenderung

mampu

menghilangkan

atau

meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat
atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik
Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat
Analgetika

jenis

Analgetik

Narkotik).

Efek samping obat-pbat analgesik perifer: kerusakan lambung,


kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.
Macam-macam obat Analgesik Non-Narkotik:
a. Ibupropen
Ibupropen merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang
tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin.
Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan meminim obat ini.

Ibuprofen
b. Paracetamol/acetaminophen
Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan
parasetamol

sebagai

analgesik

dan

antipiretik,

telah

menggantikan

penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak


digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik.
Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar
tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan dengan cofein

yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa perlu meningkatkan


dosisnya.

Acetaminophen
c. Asam Mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat
kuat

terikat

pada

protein

plasma,

sehingga

interaksi

dengan

obat

antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna


sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa
lambung.

Asam Mefenamat

B. Antipiretik
Obat

antipiretik

adalah

obat

untuk

menurunkan

panas.

Hanya

menurunkan temperatur tubuh saat panas tidak berefektif pada orang

normal. Dapat menurunkan panas karena dapat menghambat prostatglandin


pada CNS.
Macam-macam obat Antipiretik:
1.

Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan
demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol
dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari
aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap
Sindrom Reye.

2.

Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika
digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM
(intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang
disebabkan kanker.
Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan
rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang
persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap
menggunakan analgesik narkotika.
Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan rasa
sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem
syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan
ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan
aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara
mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu
dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu
sebelum pengobatan dihentikan.

3.

Piralozon
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin.
Obat ini amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri.

Namun

piralozon

diketahui

menimbulkan

efek

berbahaya

yakni

agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu penggunaan


analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.

C. NSAID (Anti-Inflamasi)
-

Efek dari NSAID (Anti-Inflamasi)

Inflamasi adalah rekasi tubuh untuk mempertahankan atau menghindari


faktor lesi. COX2 dapat mempengaruhi terbentuknya PGs dan BK. Peran PGs
didalam

peradangan

yaitu

vasodilatasi

dan

jaringan

edema,

serta

berkoordinasi dengan bradikinin menyebabkan keradangan.


-

Mekanisme Anti-Inflamasi

Menghambat prostaglandin dengan menghambat COX.


-

Karakteristik Anti-Inflamasi

NSAID hanya mengurangi gejala klinis yang utama (erythema, edema,


demam, kelainan fungsi tubuh dan sakit). Radang tidak memiliki efek pada
autoimunological proses pada reumatik dan reumatoid radang sendi.
Memiliki

antithrombik

untuk

menghambat

trombus

atau

darah

yang

membeku.
-

Contoh obat NSAID (Anti Inflamasi)

1.

Gol. Indomethacine

Proses didalam tubuh


Absorpsi di dalam tubuh cepat dan lengkap, metabolisme sebagian
berada di hati, yang dieksresikan di dalam urine dan feses, waktu paruhnya
2-3 jam, memiliki anti inflamasi dan efek antipiretic yang merupakan obat
penghilang sakit yang disebabkan oleh keradangan, dapat menyembuhkan
rematik akut, gangguan pada tulang belakang dan asteoatristis.

Efek samping

a.

Reaksi gastrointrestianal: anorexia (kehilangan nafsu makan), vomting


(mual), sakit abdominal, diare.

b.

Alergi: reaksi yang umumnya adalah alergi pada kulit dan dapat
menyebabkan asma.

2.

Gol. Sulindac
Potensinya lebih lemah dari Indomethacine tetapi lebih kuat dari aspirin,
dapat mengiritasi lambung, indikasinya sama dengan Indomethacine.

3.

Gol. Arylacetic Acid


Selain pada reaksi aspirin yang kurang baik juga dapat menyebabkan
leucopenia thrombocytopenia, sebagian besar digunakan dalam terapi
rematik dan reumatoid radang sendi, ostheoarthitis.

4.

Gol. Arylpropionic Acid


Digunakan untuk penyembuhan radang sendi reumatik dan ostheoarthitis,
golongan ini adalah penghambat non selektif cox, sedikit menyebabkan
gastrointestial, metabolismenya dihati dan di keluarkan di ginjal.

5.

Gol. Piroxicam
Efek mengobati lebih baik dari aspirin indomethacine dan naproxen,
keuntungan utamanya yaitu waktu paruh lebih lama 36-45 jam.

6.

Gol. Nimesulide
Jenis baru dari NSAID, penghambat COX-2 yang selektif, memiliki efek anti
inflamasi yang kuat dan sedikit efek samping.

BIBLIOGRAPHY
Anief, Moh. Drs, Apt. Pharmaceutical Sciences. 1984. Jakarta: Indonesian
Ghalia.
Ansel, C. Howard. 1989. Introduction to the Form of Pharmaceutical Products.
UI Press
Aslam, Mohammed, Chik Kaw Tan, Adi Prayitno. 2003. Clinical Pharmacy
(Clinical Pharmacy). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Section of Pharmacology Faculty Kedokeran University of Indonesia. 1995.
Pharmacology and Therapeutics. Jakarta
Internet browsing through the site search engine www.google.com
Hand-out Lectures Biomedical Pharmacology Medical Records Studies
Program, State University of Gadjah Mada
Pharmacology Lecture handout of Pharmacy University of Ahmad Dahlan
Yogyakarta
Muhlis, Muhammad, S.Si, Apt. 2003. Training Pharmaceutical kuliat I. London:
Faculty of Pharmacy, University of Ahmad Dahlan
Law Health and Pharmaceutical Sector. Ministry of Health of the Republic of
Indonesia

ANTI REUMATIK DAN ANTI INFLAMASI


Anti Reumatik
Rheumatoid arthritis (RA) atau Reumatik adalah suatu kondisi di mana sendi
tidak lagi berfungsi dengan benar. Dalam kondisi ini, sendi bengkak dan
memicu nyeri sedang sampai berat sambil melakukan kegiatan sehari-hari.
Tidak seperti jenis lain dari arthritis yang biasanya didiagnosis setelah usia
60, rheumatoid arthritis juga dapat mempengaruhi anak-anak. Ini karena,
rheumatoid

arthritis

tidak

disebabkan

karena

keausan

sendi

tetapi

merupakan hasil dari sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sendi.


Obat Rheumatoid arthritis diresepkan diformulasikan untuk menekan sistem
kekebalan tubuh. Ini bekerja untuk mengurangi nyeri sendi dan peradangan.
Untuk hasil terbaik, perawatan medis oral harus dilengkapi dengan diet
rheumatoid arthritis.
Gejala-gejala Reumatik yaitu

Nyeri di sekujur tubuh


Kelelahan
Tidak napsu makan
Penurunan berat badan
Pembengkakan sendi
Obat Anti-Rheumatic
Dikenal sebagai Disease-modifying Anti-rheumatic Drugs (DMARDs) , obat ini
sering menjadi pilihan pertama untuk mengobati rheumatoid arthritis. Hal ini
karena mereka menargetkan penyebab yang mendasari dan menempatkan
pemutus kecepatan dalam perkembangan penyakit. Dengan demikian,
tingkat di mana kemajuan rheumatoid arthritis berkurang dengan asupan
DMARDs. Obat-obat ini mencoba untuk menghentikan sistem kekebalan
tubuh dari menyerang jaringan sendi, yang bertanggung jawab untuk
menyebabkan

peradangan

dan

nyeri.

Sekali,

rheumatoid

arthritis

didiagnosis, pasien langsung ditempatkan di DMARDs untuk meminimalkan


kerusakan sendi. Beberapa dari mereka membantu untuk mengobati
rheumatoid arthritis adalah sebagai berikut:

1.

Methotrexate (Rheumatrex)

- Khasiat: Untuk mengobati kangker jenis tertentu atau mengontrol penyakit


yang mengganggu sistem kekebalan tubuh yang berdampak ke kulit
manusia atau yang disebut psoriasis atau penyakit yang mengganggu sistem
kekebalan tubuhdan menyerang persendian.
- Cara kerja: suatu antagonis asam folat, dimulai pada dosis rendah dan
meningkat menjadi dosis penuh dalam waktu kurang lebih 4-6 minggu.
Methotrexate diberikan sampai dengan 25 mg sekali seminggu. Sekitar 1%
pasien mengalami pneumonitis saat mengambil metotreksat (MTX). Monitor
CBC menghitung fungsi bulanan dan hati dan ginjal setiap 1-3 bulan selama
terapi.
- Efek samping: Methotrexate dapat menyebabkan penyakit hati yang serius.

2.

Leflunomide (Arava)

- Khasiat: (Arava) blok autoimun antibodi dan mengurangi peradangan.


- Cara kerja: Hal ini juga menghambat dehidrogenase dihydroorotate, enzim
dalam jalur novo sintesis de pirimidin. CBC dan jumlah enzim hati harus
dipantau. Leflunomide, inhibitor sintesis pirimidin, sangat teratogenik dan
mutlak dikontraindikasikan pada kehamilan. Umur Waktu paru adalah 14-15
hari, tetapi metabolit aktif mengalami sirkulasi enterohepatik yang luas,
dengan demikian, obat memakan waktu sampai 2 tahun untuk menjadi tidak
terdeteksi dalam plasma. Akibatnya, penghentian obat sebelum kehamilan
tidak cukup.
- Efek samping: termasuk gangguan pencernaan , ruam , kerusakan hati ,
tetes hitung darah , penekanan kekebalan , dan cacat lahir . Tetrasiklin

adalah antibiotik yang juga memiliki efek menghambat enzim yang


merangsang peradangan . Tetrasiklin juga memiliki efek penghambatan pada
T - sel . Efek samping termasuk ruam kulit fotosensitif , perubahan warna gigi
, lupus , radang pembuluh darah , dan kerusakan hati .

3.

Abatacept (Orencia)

- Khasiat: menghambat aktivasi T-sel


- Cara kerja: Abatacept (ORENCIA) adalah modulator costimulation selektif
yang menghambat aktivasi T-sel dengan mengikat CD80 dan CD86, sehingga
menghalangi interaksi mereka dengan CD28. Interaksi CD28 memberikan
sinyal yang diperlukan untuk penuh aktivasi T-sel yang terlibat dalam
patogenesis RA. Abatacept ditakar menurut berat badan, setelah infus IV
awal, hal ini diulang pada 2 minggu dan minggu ke 4 dan kemudian setiap 4
minggu. Dosis pemeliharaan dapat diberikan sebagai infus IV bulanan atau
oleh pasien sebagai injeksi SC mingguan.
- Efek samping: menimbulkan sakit kepala, mual, masalah buang air kecil dan
sakit tenggorokan.

4.

Anakinra (Kineret)

- Khasiat: mengurangi rasa sakit dan bengkak terkait dengan monderat untuk
rheumatiod arthritis aktif parah.
- Cara kerja:Anakinra (Kineret, IL-1 antagonis reseptor [IL-1ra]). IL-1ra
menempati reseptor IL-1 tanpa memicu dan mencegah mengikat reseptor IL1. Anakinra (IL-1ra) diberikan dengan dosis 100 mg / hari SC
- Efek samping: menyebabkan timbul kemerahan pada bagian bekas injeksi,
pembengkakan dan rasa sakit

5.

Rituximab (Rituxan)

- Khasiat : Rituximab telah terbukti efektif dalam mengurangi tanda dan


gejala pada pasien dewasa dengan moderat RA sangat aktif yang telah
memiliki respon cukup untuk terapi dengan satu atau lebih antagonis TNF.
- Cara kerja: Meskipun rituximab (Rituxan) dapat digunakan sebagai agen
tunggal,

sering

digunakan

dalam

kombinasi

dengan

Methotrexate.

Pengobatan dengan rituximab dapat menguras CD20 + sel B.


-

Efek samping: demam, nyeri abdomen, diare, muntah, ruam kulit,


bronkospasme, takikadia, dan hipertensi.

Anti Inflamasi
Anti

inflamasi adalah

obat

yang

dapat

menghilangkan

radang

yang

disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi). Gejala inflamasi


dapat

disertai dengan gejala panas,

kemerahan,

bengkak,

nyeri/sakit,

fungsinya terganggu. Proses inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler,


meningkatnya permeabilitas vaskuler dan migrasi leukosit ke jaringan
radang, dengan gejala panas, kemerahan, bengkak, nyeri/sakit, fungsinya
terganggu. Mediator yang dilepaskan antara lain histamin, bradikinin,
leukotrin, Prostaglandin dan PAF.
Obat Anti-inflamasi Non steroid
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan
sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu
golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik
(penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid"
digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang
juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis
narkotika.Penggunaan NSAID sering direkomendasikan karena mereka tidak
hanya mengurangi ketidaknyamanan tetapi juga mengurangi peradangan.

Dengan demikian, baik pembengkakan dan nyeri berkurang dengan asupan


NSAID, beberapa di antaranya diberikan di bawah ini:
1.

Ibuprofen (Motrin)
- Khasiat: Ibuprofen diindikasikan untuk pasien dengan nyeri ringan sampai
sedang.
- Cara kerja: Menghambat reaksi inflamasi dan rasa sakit dengan mengurangi
sintesis prostaglandin.
- Efek samping:Ibuprofendapat menyebabkan masalah jantung atau sirkulasi
darah yang mengancam jiwa, seperti serangan jantung atau stroke bila
digunakan jangka panjang.

2.

Naproxen (Anaprox)
-

Khasiat: Naproxen digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai

sedang; menghambat reaksi inflamasi dan rasa sakit


- Cara kerja: mengurangi aktivitas siklooksigenase, yang bertanggung jawab
untuk sintesis prostaglandin. NSAID menurunkan tekanan intraglomerular
dan proteinuria penurunan.
- Efek samping: penggunaan naproxen dapat mengancam jiwa, menyebabkan
gangguan pada jantung, stroke, efek serius pada perut atau usus, termasuk
perdarahan atau perforasi (pembentukan lubang)
3.

Aspirin
- Khasiat: mampu mengatasi rasa sakit dan nyeri misalnya sakit kepala dan
sakit gigi,mencegah kerusakan hati, dan menyembuhkan jerawat.
-Cara

kerja:

Aspirin

menghambat

produksi

prostaglandin

dengan

menghambat enzim COX-2. Molekul aspirin menempel pada enzim COX-2.


Penempelan ini menghambat enzim melakukan reaksi kimia. Bila tidak ada
reaksi kimia yang dihasilkan, tidak ada pesan ditransmisikan ke otak untuk

memproduksi prostaglandin.Dengan tidak diproduksinya prostaglandin, rasa


sakit kepala dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.
- Efek samping: aspirin merupakan penyebab timbulnya kejang pada pasien
asma, aspirin juga bisa menyebabkan perdarahan internal.
4.

Indometasin (Indocin)
-Khasiat: mampu meredakan nyeri sedang sampai berat, pembengkakan dan
kekakuan yang disebabkan oleh ostoart ritis serta rematik.
- Cara kerja: Indometasin menghambat prostagladin dengan cara membentuk
ikatan dengan enzim siklooksigenase sehingga asam arachidonat tidak dapat
berikatan dengan enzim dan prostagladin tidak dapat terbentuk. Kompleks
enzim-indometasin ini sifatnya reversible, artinya, indometasin dapat lepas
dari

enzim.

Bersifat

time

dependent

karenaketika

kompleks

enzim-

indometzsin bertaha dalam selang waktu tertentu, dapat terjadi konformasi


pada enzim yang akan menghasilkan ikatan yang lebih kuat dengan
indometasin.
-Efek samping: indometa sin dapat menyebabkan sakit kepala, pusing,
muntah, diare, sembelit, ruam, iritasi rektum, bengkak pada mata wajah,
lidah, bibir, tenggorokan,tangan,kaki, pergelangan kaki serta juga dapat
menyebabkan kulit pucat dan perdarahan yang tidak biasa atau memar.
5.

Diklofenak (Arthrotec)
-Khasiat:
-indikasi:
Ulkus peptikum, hipersensitif terhadap Na. diklofenak,aspirin, obat
penghambat

prostalglandin.

Hati-hati pada penderita hipertensi, jantung, hati, lansia dan anak-anak.


Hati-hati pada wanita hamil dan menyusui.

-Efek samping: Kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan saluran


pencernaan, sakit kepala, pusing, vertigo, ruam kulit, dan peningkatan serum
transaminase
6.

Nabumetone (Relafen)
-

Khasiat:berguna untuk megurangi nyeri,bengkak dan kekakuan sendi


akibatradang sendi.

- Cara kerja:
- Efek samping: dapat menimbulkan diare, mual, kembung,sembelit,sakit
kepala,pusing gatal kemerahan dan mengantuk.
Kortikosteroid

Kortikosteroidadalah satu lagi kelas lain dari obat-obatan yang mungkin


diresepkan untuk mengurangi gejala rheumatoid arthritis. Obat-obatan
kortikosteroid

membantu

untuk

mengontrol

sistem

kekebalan

yang

hiperaktif. Obat mengurangi jumlah bahan kimia inflamasi yang sedang


diproduksi pada pasien dengan rheumatoid arthritis. Hal ini tidak hanya
mempromosikan pengurangan pembengkakan tetapi juga memperlambat
proses kerusakan sendi. Pasien RA diberi kortikosteroid berikut:

Methylprednisolone
- Khasiat: Methylprednisolone mengurangi inflamasi
- Cara kerja: menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan membalikkan
permeabilitas kapiler meningkat.
- Efek samping: Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka
panjang atau pemberian dalam dosis besar, misalnya gangguan elektrolit
dan cairan tubuh, kelemahan otot, retensi terhadap infeksi menurun,
gangguan penyembuhan luka, meningkatnya tekanan darah, katarak,
gangguan pertumbuhan pada anak anak, insufisiensi adrenal, Cushings
Syndrome, osteoporosis, tukak lambung.

Prednison

Khasiat: untuk pengobatan gangguan autoimun; dapat menurunkan

peradangan
- Cara kerja:dengan membalikkan peningkatan permeabilitas kapiler dan
aktivitas

leukosit

polimorfonuklear

menekan.

Prednisone

menstabilkan

membran lisosomal dan menekan limfosit dan produksi antibodi.


- Efek samping: Mual, anoreksia (kehilangan nafsu makan), nyeri otot, gelisah.
Edema, hipernatremia, hipokalemia, iritasi lambung.
Imunosupresan
Selain DMARDs, dokter mungkin meresepkan imunosupresan, obat bahwa
perintah sistem kekebalan tubuh untuk berperilaku benar. Seperti kita
semua tahu, sistem kekebalan tubuh berjalan kusut dalam rheumatoid
arthritis. Imunosupresan mengurangi kekuatan dan kemanjuran sistem
kekebalan tubuh. Ini efek imunosupresi membantu meningkatkan gejala
rheumatoid arthritis.

Siklosporin (Neoral)
- Khasiat: Menekan beberapa imunitas humoral dan, pada tingkat yang lebih
besar, sel-mediated reaksi kekebalan tubuh (misalnya hipersensitivitas
tertunda, penolakan allograft, encephalomyelitis alergi eksperimental, dan
graft-vs-host penyakit) untuk berbagai organ.
- Cara kerja: Sebuah 11-asam amino peptida siklik dan produk alami dari
jamur. Kisah di T-sel replikasi dan aktivitas.Spesifik modulator T-sel fungsi
dan agen yang menekan diperantarai sel respon imun dengan menghambat
fungsi sel T penolong. Penghambatan reversibel istimewa dan limfosit T pada
fase G0 atau G1 dari siklus sel yang disarankan.Mengikat cyclophilin, sebuah
protein

intraseluler,

yang

pada

gilirannya

mencegah

pembentukan

interleukin 2 dan rekrutmen berikutnya sel T aktif. Memiliki sekitar 30%


bioavailabilitas, tetapi ada ditandai variabilitas antarindividu. Secara khusus
menghambat T-limfosit fungsi dengan aktivitas minimal terhadap sel B.

Penekanan maksimum dari T-limfosit proliferasi membutuhkan obat yang


hadir selama 24 jam pertama dari paparan antigen.
- Efek samping: tekanan darah tinggi, peningkatan kadar kolesterol dalam
darah,

sakit kepala, paksa gemetar (tremor), meningkatkan kerentanan

terhadap infeksi, terutama infeksi dada


Azathioprine (Imuran)

- Khasiat:
- Cara kerja: turunan dari 6-mercaptopurine. Banyak dari efek biologis yang
mirip dengan senyawa induk. Kedua senyawa cepat dieliminasi dari darah
dan teroksidasi atau alkohol dalam eritrosit dan hati. Tidak ada azathioprine
atau

mercaptopurine

terdeteksi

dalam

urin

jam

setelah

diambil.Antagonizes metabolisme purin dan menghambat sintesis DNA, RNA,


dan protein. Mekanisme dimana azathioprine mempengaruhi penyakit
autoimun tidak diketahui. Bekerja terutama pada sel T. Hypersensitivities
menekan sel-dimediasi jenis dan menyebabkan perubahan variabel dalam
produksi antibodi. Tes sitotoksisitas imunosupresif, hipersensitivitas, tertunda
dan seluler ditekan ke tingkat yang lebih besar dari respon antibodi. Bekerja
sangat lambat; mungkin memerlukan 6-12 mo sidang sebelum efek. Sampai
dengan 10% dari pasien mungkin memiliki reaksi idiosinkratik pelarangan
penggunaan. Jangan biarkan jumlah WBC untuk turun di bawah jumlah
3000/mL atau limfosit untuk turun di bawah 1000/mL. Tersedia dalam bentuk
tablet untuk pemberian oral atau 100-mg vial untuk injeksi IV.
-

Efek

samping:

seiring

dengan

efek

yang

diperlukan,

obat

dapat

menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan. Beberapa efek samping


yang akan memiliki beberapa tanda dan gejala. Efek samping mungkin dapat
muncul setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah mengonsumsi
obat ini. Efek samping yang baru terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
mungkin termasuk jenis kanker tertentu, seperti leukemia, limfoma, atau
kanker kulit
TNF-alpha Inhibitor

Sel darah putih dianggap sebagai tentara tubuh memproduksi sejenis


protein, yang dikenal sebagai TNF alpha yang memperkuat sistem kekebalan
tubuh untuk memerangi infeksi dan penyakit. Namun, ini protein yang sama
merugikan tubuh ketika diproduksi dalam jumlah kelebihan. Terlalu banyak
produksi TNF alpha membuat sistem kekebalan tubuh menyerang tubuh
sendiri. Untuk lebih tepatnya, jaringan sehat dari sendi menjadi mangsa
sistem kekebalan tubuh, sehingga menimbulkan rheumatoid arthritis. Dalam
rangka untuk mengurangi efek inflamasi dari protein ini, TNF-alpha inhibitor
yang diberikan di bawah dapat diresepkan.

Adalimumab (Humira)
- Khasiat: Rekombinan IgG1 manusia antibodi spesifik monoklonal untuk TNF
manusia. Diindikasikan untuk mengurangi peradangan dan menghambat
kemajuan dari kerusakan struktural dalam moderat sampai berat rheumatoid
arthritis. Diperuntukkan bagi mereka yang mengalami respon cukup untuk
satu atau lebih DMARDs.
- Cara kerja: Hal ini dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi dengan
MTX atau DMARDs lain. Mengikat secara khusus untuk TNF-alpha dan
interaksi blok dengan P55 dan P75 permukaan sel reseptor TNF.
- Efek samping: nyeri, sakit kepala, infeksi saluran pernapasan, sinusitis.

Etanercept (Enbrel)
- Khasiat:
- Cara kerja: Etanercept (Enbrel) mengikat lymphotoxin (sebelumnya disebut
TNF-beta) selain larut TNF-alpha. Etanercept, p bivalen 75-TNF reseptor
terkait dengan bagian Fc dari IgG manusia, diberikan pada 25 mg SC dua kali
seminggu atau 50 mg SC mingguan, dengan atau tanpa MTX bersamaan.
- Efek samping: Rx lokal di tempat penyuntikan, infeksi GIT dan
sal.pernapasan

PENCAHAR (LAKSATIF)
a.

Pengertian
Laksatif adalah makanan atau obat-obatan yang diminum untuk membantu
mengatasi sembelit dengan membuat kotoran bergerak dengan mudah di
usus. Dalam operasi pembedahan, obat ini juga diberikan kepada pasien
untuk membersihkan usus sebelum operasi dilakukan. Laksatif merupakan
obat bebas. obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi konstipasi atau
sembelit. Biasanya obat ini hanya digunakan saat mengalami konstipasi atau
sembelit saja karena mempunyai efek samping.

b.

Kelompok laksatif

1. Pencahar pembentuk tinja (bulk laxative)


Pencahar jenis ini umum beredar di pasaran, baik yang berasal dari serat
alamiah seperti psyllium ataupun serat buatan sepertu metil selullosa.
Keduanya sama efektif dalam meningkatkan volume tinja. Obat ini cukup
aman digunakan dalam waktu yang lama tetapi memerlukan asupan cairan
yang cukup.
2. Pelembut tinja/feses
Obat jenis ini dipakai oleh usia lanjut sebagai sebagai pelembut feses. Obat
ini

mempunyai

efek

sebagai

surfaktan

yang

menurunkan

tegangan

permukaan feses, sehingga dapat meresap dan feses jadi lembek.


3. Pencahar stimulan/perangsang
Contoh golongan ini adalah senna, bisacordil. Senna aman dipakai untuk usia
lanjut.Efek obat ini menstimulasi dan meningkatkan peristaltik atau gerakan
usus.

4. Pencahar hiperosmoler (osmotic laxative)


Mempunyai efek menahan cairan dalan usus dan mengatur distribusi cairan
dalam tinja. Jenis ini mempunyai cara kerja seperti spon sehingga tinja
mudah melewati usus. Jenis golongan ini seperti laktulosa dan sorbitol.
5. Enema
Enema dimaksudkan untuk merangsang terjadinya evakuasi tinja sehingga
bisa keluar. Pemberian ini harus hati hati pada usia lanjut karena sering
mengakibatkan efek samping.
c.

Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan adalah:

1.

Bulking Agents

2.

Pelunak Tinja

3.

Minyak Mineral

4.

Bahan-bahan Osmotik

5.

Pencahar Perangsang.

Bulking Agents.
Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa) bisa
menambahkan serat pada tinja. Penambahan serat ini akan merangsang
kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah
dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang
paling aman untuk merangsang buang air besar yang teratur. Pada mulanya
diberikan dalam jumlah kecil. Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai
dicapai keteraturan dalam buang air besar.
Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus selalu minum banyak
cairan.
Pelunak Tinja.
Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja.
Sebenarnya

bahan

ini

adalah

detergen

yang

menurunkan

tegangan

permukaan dari tinja, sehingga memungkinkan air menembus tinja dengan


mudah dan menjadikannya lebih lunak. Peningkatan jumlah serat akan
merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan
tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tubuh.
Minyak Mineral.
Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari
tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut
dalam lemak. Dan jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup
minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada
jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes dari
rektum.
Bahan Osmotik.
Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar,
sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan
juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar

ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula


(laktulosa dan sorbitol). Beberapa bahan osmotik mengandung natrium,
menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal
atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar. Bahan
osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke
dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal. Pencahar ini
pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai
pengobatan daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga digunakan untuk
mengosongkan

usus

sebelum

pemeriksaan

rontgen

pada

saluran

pencernaan dan sebelum kolonoskopi.


Pencahar Perangsang.
Pencahar perangsang secara langsung merangsang dinding usus besar
untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi
yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau
minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja
setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut. Dalam bentuk
supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja
setelah 15-60 menit. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada
obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes).
Pencahar ini sering digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum
proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang
disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya
narkotik).
d. Kegunaan
1.

Memperlancar persiapan gerakan usus

2.

Sembelit kronis

3.

Imobilitas kronis

e.

Beberapa efek samping obat pencahar (laksatif) yang umum


terjadi antara lain:

1.
2.

Laksatif pembentuk massa dapat menyebabkan perut kembung.


Pencahar stimulan dapat menyebabkan nyeri perut, penggujnaannya dalam

jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan usus 'malas' atau melemah
3.
Obat pencahar osmotik dapat menyebabkan nyeri perut, dan perut
4.

kembung.
Laksatif pelembut tinja dapat menyebabkan kram perut, mual, dan ruam
kulit

f.
1.
2.
3.
4.
g.

Efek samping yang kurang umum termasuk:


Mual muntah
Pusing - jangan mengemudi atau menggunakan alat-alat mesin jika merasa
pusing
Keluar darah bersama tinja
Pingsan
Sebagai upaya pencegahan dan perawatan untuk menangani

susah buang air besar, adalah :


1. Perbanyak konsumsi makanan yang kaya serat, seperti sayur dan buah2.

buahan
Minum air putih minum 2 liter air per hari atau lebih sesuai kebutuhan.

3.
4.
5.

Kurangi minuman yang mengandung kafein.


Berolahraga secara teratur jangan duduk terlalu lama sepanjang hari
Jangan menunda buang air besar, biasakan buang air besar setiap hari
Jika masih kesulitan untuk buang air besar, ambil sabun dan potong sebesat
kelingking, lalu masukkan ke liang anus jika feses susah dikeluarkan.

h.

Penyebab Terjadinya Sembelit


Sembelit atau susah buang air besar (BAB) biasanya disebabkan oleh banyak
hal. Berikut ini antara lain penyebab umum terjadinya sembelit:

Pola makan yang rendah serat

Kurang olahraga

Kurang minum

Menunda buang air besar

Stres

Menggunakan obat-obatan yang menyebabkan efek samping berupa


sembelit

Gangguan hormon

Penggunaan obat pencahar tanpa kontrol dan terlalu sering

Usia lanjut

Gangguan saraf

Atau karena penyakit tertentu, dll.

i.

Gejala Sembelit
Gejala terjadinya sembelit juga sebaiknya perlu diketahui agar dapat
mengantisipasi sembelit sebelum parah. Berikut ini antara lain gejala
sembelit:

Feses (kotoran) menjadi keras, kadang juga disertai dengan darah.

Setelah selesai buang air besar, biasanya mengalami rasa kurang tuntas,
perut terasa kembung, dan rasa tidak enak di perut.

Penderita juga terkadang merasa sakit kepala, sering buang angin (kentut),
dan tidak nafsu makan.

h.

Sering merasa tegang dan nyeri di perut


Zat Berkhasiat Obat Pencahar
1. Fenolftalein

Cara kerja obat


Bekerja 4 8 jam setelah pemberiannya, tanpa menyebabkan sakit perut
atau kejang. Dikeluarkan melalui urin dan menyebabkan urin berwarna
merah. Relatif tidak toksik. Pada dosis berlebihan menimbulkan diane hebat
sehingga kehilangan elektrolit dan cairan.

Efek yang tidak diinginkan

Alergi, berupa erupsi, urtikaria dan pigmentasi kulit.

Aturan pemakaian
100 200 mg; diberikan pada malam hari sebelum tidur.
2. Bisakodil

Cara kerja obat


Bekerja langsung pada dinding usus besar dengan memperkuat peristaltiknya. Pada penggunaan oral, efek pencahar terlihat setelah kurang Iebih 7
jam. Sedangkan pada penggunaan secara rektal kurang lebih setelah 30
menit.

Efek yang tidak diinginkan


Kejang penut, (penggunaan melalui oral)-Merangsang selaput lendir nektum
(penggunaan melalui dubur).

Aturan pemakaian
pen oral (tablet): 5 mg sebelum tidur 1 2 tablet; pen rektal: 10 mg
suppositonia pada pagi hari.
3.

Minyak Jarak (minyak kastor/Oleum ricini).

Obat ini merupakan bahan perangsang timbulnya diare karena bersifat


emolien, sekarang tidak digunakan lagi.
4.

Glikosida Antrakinon
Cara kerja obat
Efek pencahar terlihat setelah 6 jam. Zat aktifnya dapat
ditemukan dalam ASI, sehingga mempengaruhi bayi yang
disusui. Bila menggunakan zat ini, maka tinja dan urin yang
keluar berwarna kuning sampai merah. Zat ini terdapat dalam
tanaman Cascara sagrada, Sennae, Rhei radix, Aloe, dan
Dantron.

5.

Laktulosa

Cara kerja obat


Zat ini dalam usus menghasilkan asam organik yang menstimulir peristaltik
usus dan menahan air dengan jalan osmosis, sehingga tinja menjadi lunak.
Efek pencahar terlihat sesudah 2 3 hari.

Aturan pemakaian
7 10 g, kadang-kadang diperlukan dosis awal 40 g
6.

Agar-agar

Cara kerja obat


Merupakan koloid hidrofil, banyak mengandung hemiselulosa yang sulit di
cerna sehingga merangsang peristaltik usus dan dapat melunakkan tinja.

Aturan pemakaian
4 -16g.
7.

Metilselulosa

Cara kerja obat


Dalam cairan usus bahan obat ini akan mengembang, membentuk gel
emolien atau larutan kental yang dapat melunakkan tinja. Efek pencahar
terlihat setelah 12-24 jam. Efek maksimal terjadi setelah beberapa hari
pengobatan.

Efek yang tidak diinginkan


Obstruksi usus dan esofagus.

Aturan pemakaian
Dewasa: 2-4 kali, 1,5 g/hari.
Anak-anak: 3 4 kali, 500 mg/hari.
8.

Garam lnggris/garam magnesium = MgSO4

Cara kerja obat

Zat ini diabsorpsi melalui usus kurang lebih 20% dan diekskresi melalui
ginjal; efek pencahar terlihat setelah 3 6 jam.

Hal yang perlu diperhatikan


Tidak dianjurkan digunakan bagi penderita gagal ginjal, karena dapat
menyebabkan dehidrasi, hipotensi dan kelumpuhan otot pernafasan.
9.

Dioktil Natrium Sulfosuksinat

Cara kerja obat


Zat ini berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan, sehingga
mempermudah penetrasi air dan lemak. Tinja menjadi lunak setelah 24 48
jam.

Efek yang tidak diinginkan


Kolik usus, mual, muntah, diare.
10. Parafin Cair

Cara kerja obat


Zat ini bersifat mengurangi absorpsi vitamin yang larut dalam lemak.

Hal yang perlu diperhatikan


Dapat menyebabkan radang kronik oleh karena itu tidak dianjurkan untuk
digunakan.

Aturan pemakaian
Oral 15-45 ml, diberikan pada malam hari sebelum tidur.
11. Gliserin

Cara kerja obat


Berfungsi menarik air dalam makanan, sehingga merangsang rektum untuk
berkontraksi dan juga sebagai pelicin dan melunakkan tinja, sehingga tinja
mudah keluar. Digunakan sebagai obat luar dalam bentuk semprot.

OBAT OBAT ANASTESI

Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui jalur intravena,
baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot. Setelah
berada didalam pembuluh darah vena, obat obat ini akan diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target organ
masing masing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan farmakodinamiknya
masing-masing.

Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta mengembalikan
kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan. Selain itu batas
keamanan pemakaian harus cukup lebar dengan efek samping yang sangat
minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek samping yang sangat
minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek yang diharapkan
tanpa efek samping, bila diberikan secara tunggal.

Pemilihan teknik anestesi merupakan hal yang sangat penting, membutuhkan


pertimbangan yang sangat matang dari pasien dan faktor pembedahan yang akan
dilaksanakan, pada populasi umum walaupun regional anestesi dikatakan lebih
aman daripada general anestesi, tetapi tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa
teknik yang satu lebih baik dari yang lain, sehingga penentuan teknik anestesi
menjadi sangat penting.

Pemahaman tentang sirkulasi darah sangatlah penting sebelum obat dapat


diberikan secara langsung ke dalam aliran darah, kedua hal tersebut yang menjadi
dasar pemikiran sebelum akhirnya anestesi intravena berhasil ditemukan.

William Morton , tahun 1846 di Boston , pertama kali menggunakan obat anestesi
dietil eter untuk menghilangkan nyeri selama operasi. Di jerman tahun 1909,
Ludwig Burkhardt, melakukan pembiusan dengan menggunakan kloroform dan
ether melalui intravena, tujuh tahun kemudian, Elisabeth Brendenfeld dari Swiss
melaporkan penggunaan morfin dan skopolamin secara intravena.

Sejak diperkenalkan di klinis pada tahun 1934, Thiopental menjadi Gold Standard
dari obat obat anestesi lainnya, berbagai jenis obat-obat hipnotik tersedia dalam
bentuk intavena, namun obat anestesi intravena yang ideal belum bisa ditemukan.
Penemuan obat obat ini masih terus berlangsung sampai sekarang.

1. Teknik Anestesi

Teknik anestesia merupakan suatu teknik pembiusan dengan memasukkan obat


langsung ke dalam pembuluh darah secara parenteral, obat-obat tersebut
digunakan untuk premedikasi seperti diazepam dan analgetik narkotik. induksi
anestesi seperti misalnya tiopenton yang juga digunakan sebagai pemeliharaan dan
juga sebagai tambahan pada tindakan analgesia regional.

2. Jenis Obat Anesthesi

Dalam perkembangan selanjutnya terdapat beberapa jenis obat obat anestesi dan
yang digunakan di indonesia hanya beberapa jenis obat saja seperti, Tiopenton,
Diazepam , Degidrobenzperidol, Fentanil, Ketamin dan Propofol. Berikut ini akan
dijelaskan lebih jauh mengenai obat obat anestesi intravena tersebut.

2.1 Propofol ( 2,6 diisopropylphenol )

Merupakan derivat fenol yang banyak digunakan sebagai anastesia intravena dan
lebih dikenal dengan nama dagang Diprivan. Pertama kali digunakan dalam praktek
anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi.

Propofol digunakan untuk induksi dan pemeliharaan dalam anastesia umum, pada
pasien dewasa dan pasien anak anak usia lebih dari 3 tahun. Mengandung lecitin,
glycerol dan minyak soybean, sedangkan pertumbuhan kuman dihambat oleh
adanya asam etilendiamintetraasetat atau sulfat, hal tersebut sangat tergantung
pada pabrik pembuat obatnya. Obat ini dikemas dalam cairan emulsi lemak
berwarna putih susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1 % (1 ml = 10 mg).

2.1.2 Mekanisme kerja

Mekanisme kerjanya sampai saat ini masih kurang diketahui ,tapi diperkirakan efek
primernya berlangsung di reseptor GABA A (Gamma Amino Butired Acid).

2.1.3 Farmakokinetik

Digunakan secara intravena dan bersifat lipofilik dimana 98% terikat protein
plasma, eliminasi dari obat ini terjadi di hepar menjadi suatu metabolit tidak aktif,
waktu paruh propofol diperkirakan berkisar antara 2 24 jam. Namun dalam
kenyataanya di klinis jauh lebih pendek karena propofol didistribusikan secara cepat
ke jaringan tepi. Dosis induksi cepat menyebabkan sedasi ( rata rata 30 45
detik ) dan kecepatan untuk pulih juga relatif singkat. Satu ampul 20ml
mengandung propofol 10mg/ml. Popofol bersifat hipnotik murni tanpa disertai efek
analgetik ataupun relaksasi otot.

2.1.4 Farmakodinamik

Pada sistem saraf pusat

Dosis induksi menyebabkan pasien tidak sadar, dimana dalam dosis yang kecil
dapat menimbulkan efek sedasi, tanpa disetai efek analgetik, pada pemberian dosis
induksi (2mg /kgBB) pemulihan kesadaran berlangsung cepat.

Pada sistem kardiovaskular

Dapat menyebakan depresi pada jantung dan pembuluh darah dimana tekanan
dapat turun sekali disertai dengan peningkatan denyut nadi, pengaruh terhadap
frekuensi jantung juga sangat minim.

Sistem pernafasan

Dapat menurunkan frekuensi pernafasan dan volume tidal, dalam beberapa kasus
dapat menyebabkan henti nafas kebanyakan muncul pada pemberian diprivan

2.1.5 Dosis dan penggunaan

a) Induksi : 2,0 sampai 2.5 mg/kg IV.

b) Sedasi : 25 to 75 g/kg/min dengan I.V infuse

c) Dosis pemeliharaan pada anastesi umum : 100 150 g/kg/min IV (titrate to


effect).
d) Turunkan dosis pada orang tua atau gangguan hemodinamik atau apabila
digabung penggunaanya dengan obat anastesi yang lain.

e) Dapat dilarutkan dengan Dextrosa 5 % untuk mendapatkan konsentrasi yang


minimal 0,2%
f) Profofol mendukung perkembangan bakteri, sehingga harus berada dalam
lingkungan yang steril dan hindari profofol dalam kondisi sudah terbuka lebih dari 6
jam untuk mencegah kontaminasi dari bakteri.

2.1.6 Efek Samping

Dapat menyebabkan nyeri selama pemberian pada 50% sampai 75%. Nyeri ini bisa
muncul akibat iritasi pembuluh darah vena, nyeri pada pemberian propofol dapat
dihilangkan dengan menggunakan lidocain (0,5 mg/kg) dan jika mungkin dapat
diberikan 1 sampai 2 menit dengan pemasangan torniquet pada bagian proksimal
tempat suntikan, berikan secara I.V melaui vena yang besar. Gejala mual dan
muntah juga sering sekali ditemui pada pasien setelah operasi menggunakan
propofol. Propofol merupakan emulsi lemak sehingga pemberiannya harus hati
hati pada pasien dengan gangguan metabolisme lemak seperti hiperlipidemia dan
pankreatitis.

2.2Tiopenton

Pertama kali diperkenalkan tahun 1963. Tiopental sekarang lebih dikenal dengan
nama sodium Penthotal, Thiopenal, Thiopenton Sodium atau Trapanal yang
merupakan obat anestesi umum barbiturat short acting, tiopentol dapat mencapai
otak dengan cepat dan memiliki onset yang cepat (30-45 detik). Dalam waktu 1
menit tiopenton sudah mencapai puncak konsentrasi dan setelah 5 10 menit
konsentrasi mulai menurun di otak dan kesadaran kembali seperti semula. Dosis
yang banyak atau dengan menggunakan infus akan menghasilkan efek sedasi dan
hilangnya kesadaran.

Beberapa jenis barbiturat seperti thiopental [5-ethyl-5-(1-methylbutyl)-2thiobarbituric acid], methohexital [1-methyl-5-allyl-5-(1-methyl-2pentynyl)barbituric acid], dan thiamylal [5-allyl-5-(1-methylbutyl)-2-thiobarbituric
acid]. Thiopental (Pentothal) dan thiamylal (Surital) merupakan thiobarbiturates,
sedangan methohexital (Brevital) adalah oxybarbiturate.

Walaupun terdapat beberapa barbiturat dengan masa kerja ultra singkat , tiopental
merupakan obat terlazim yang dipergunakan untuk induksi anasthesi dan banyak
dipergunakan untuk induksi anestesi.

2.1.1 Mekanisme kerja

Barbiturat terutama bekerja pada reseptor GABA dimana barbiturat akan


menyebabkan hambatan pada reseptor GABA pada sistem saraf pusat, barbiturat
menekan sistem aktivasi retikuler, suatu jaringan polisinap komplek dari saraf dan

pusat regulasi, yang beberapa terletak dibatang otak yang mampu mengontrol
beberapa fungsi vital termasuk kesadaran. Pada konsentrasi klinis, barbiturat secara
khusus lebih berpengaruh pada sinap saraf dari pada akson. Barbiturat menekan
transmisi neurotransmitter inhibitor seperti asam gamma aminobutirik (GABA).
Mekanisme spesifik diantaranya dengan pelepasan transmitter (presinap) dan
interaksi selektif dengan reseptor (postsinap).

2.1.2 Farmakokinetik

Absorbsi

Pada anestesiologi klinis, barbiturat paling banyak diberikan secara intravena untuk
induksi anestesi umum pada orang dewasa dan anak anak. Perkecualian pada
tiopental rektal atau sekobarbital atau metoheksital untuk induksi pada anak
anak. Sedangkan phenobarbital atau sekobarbital intramuskular untuk premedikasi
pada semua kelompok umur.

Distribusi

Pada pemberian intravena, segera didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh


selanjutnya akan diikat oleh jaringan saraf dan jaringan lain yang kaya akan
vaskularisasi, secara perlahan akan mengalami difusi kedalam jaringan lain seperti
hati, otot, dan jaringan lemak. Setelah terjadi penurunan konsentrasi obat dalam
plasma ini terutama oleh karena redistribusi obat dari otak ke dalam jaringan
lemak.

Metabolisme

Metabolisme terjadi di hepar menjadi bentuk yang inaktif.

Ekskresi

Sebagian besar akan diekskresikan lewat urine, dimana eliminasi terjadi 3


ml/kg/menit dan pada anak anak terjadi 6 ml/kg/menit.

2.1.3 Farmakodinamik

Pada Sistem saraf pusat

Dapat menyebabkan hilangnya kesadaran tetapi menimbulkan hiperalgesia pada


dosis subhipnotik, menghasilkan penurunan metabolisme serebral dan aliran darah
sedangkan pada dosis yang tinggi akan menghasilkan isoelektrik
elektroensepalogram.

Sistem kardiovaskular

Menurunkan tekanan darah dan cardiac output ,dan dapat meningkatkan frekwensi
jantung, penurunan tekanan darah sangat tergantung dari konsentrasi obat dalam
plasma. Hal ini disebabkan karena efek depresinya pada otot jantung, sehingga
curah jantung turun, dan dilatasi pembuluh darah. Iritabilitas otot jantung tidak
terpengaruh, tetapi bisa menimbulkan disritmia bila terjadi resistensi Co2 atau
hipoksia. Penurunan tekanan darah yang bersifat ringan akan pulih normal dalam
beberapa menit tetapi bila obat disuntik secara cepat atau dosisnya tinggi dapat
terjadi hipotensi yang berat. Hal ini terutama akibat dilatasi pembuluh darah karena
depresi pusat vasomotor. Dilain pihak turunnya tekanan darah juga dapat terjadi
oleh karena efek depresi langsung obat pada miokard.

Sistem pernafasan

Akan mennyebabkan penurunan frekwensi nafas dan volume tidal. bahkan dapat
sampai menyebakan terjadinya asidosis respiratorik.

2.1.4 Dosis

Dosis yang biasanya diberikan berkisar antara 3-5 mg/kg. Untuk menghindarkan
efek negatif dari tiopental tadi sering diberikan dosis kecil dulu 50-75 mg sambil
menunggu reaksi pasien.

2.1.5 Efek samping

Efek samping yang dapat ditimbulkan seperti alergi, sehingga jangan memberikan
obat ini kepada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap barbiturat, sebab hal
ini dapat menyebabkan terjadinya reaksi anafilaksis yang jarang terjadi, barbiturat
juga kontraindikasi pada pasien dengan porfiria akut, karena barbiturat akan
menginduksi enzim d-aminoleuvulinic acid sintetase, dan dapat memicu terjadinya
serangan akut. Iritasi vena dan kerusakan jaringan akan menyebakan nyeri pada
saat pemberian melalui I.V, hal ini dapat diatasi dengan pemberian heparin dan
dilakukan blok regional simpatis.

2.2 Ketamin

Ketamine (Ketalar or Ketaject) merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki


struktur mirip dengan phencyclidine. Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962,
dimana awalnya obat ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama
(phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini
pertama kali diberikan pada tentara amerika selama perang Vietnam.

Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan rapid


acting non barbiturate general anesthesia. Ketalar sebagai nama dagang yang
pertama kali diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan
sebagai anestesi umum.
Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan
takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat
menimbulkan muntah muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk.

Ketamin juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi
dan mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan
emergence phenomena.

2.2.1 Mekanisme kerja

Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam


otak dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi
terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek
analgesik.

2.2.2 Efek farmakologis

Efek pada susunan saraf pusat

Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami
perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak
mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan
yang tidak disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang.
Apabila diberikan secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit,
sering mengakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan
sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan
peningkatan tekanan darah intrakranial.

Efek pada mata

Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi


peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus
koroidalis.

Efek pada sistem kardiovaskular.

Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa


meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek
inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.

Efek pada sistem respirasi

Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat
menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga
merupakan obat pilihan pada pasien ashma.

2.2.3 Dosis dan pemberian

Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses
pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak anak. Ketamin bersifat larut
air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 2 mg/KgBB
secara I.V atau 5 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2
mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan.

Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian


secara intermitten diulang setiap 10 15 menitdengan dosis setengah dari dosis
awal sampai operasi selesai.

2.2.4 Farmakokinetik

Absorbsi

Pemberian ketamin dapat dilakukan secara intravena atau intramuscular

Distribusi

Ketamin lebih larut dalam lemak sehingga dengan cepat akan didistribusikan ke
seluruh organ.10 Efek muncul dalam 30 60 detik setelah pemberian secara I.V
dengan dosis induksi, dan akan kembali sadar setelah 15 20 menit. Jika diberikan
secara I.M maka efek baru akan muncul setelah 15 menit.

Metabolisme

Ketamin mengalami biotransformasi oleh enzim mikrosomal hati menjadi beberapa


metabolit yang masih aktif.

Ekskresi

Produk akhir dari biotransformasi ketamin diekskresikan melalui ginjal.

2.2.5 Efek samping

Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada
mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan
mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek
mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan
intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.

2.2.6 Kontra indikasi

Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah


disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada
pasien yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan
seperti tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor
otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada
penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit
sistemik yang sensitif terhadap obat obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi
tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.

2.3 Opioid

Opioid telah digunakkan dalam penatalaksanaan nyeri selama ratusan tahun. Obat
opium didapat dari ekstrak biji buah poppy papaverum somniferum, dan kata
opium berasal dari bahasa yunani yang berarti getah.

Opium mengandung lebih dari 20 alkaloid opioids. Morphine, meperidine, fentanyl,


sufentanil, alfentanil, and remifentanil merupakan golongan opioid yang sering
digunakan dalam general anestesi. efek utamanya adalah analgetik. Dalam dosis
yang besar opioid kadang digunakan dalam operasi kardiak. Opioid berbeda dalam
potensi, farmakokinetik dan efek samping.

2.3.1 Mekanisme kerja

Opioid berikatan pada reseptor spesifik yang terletak pada system saraf pusat dan
jaringan lain. Empat tipe mayor reseptor opioid yaitu , ,,,. Walaupun opioid
menimbulkan sedikit efek sedasi, opioid lebih efektif sebagai analgesia.
Farmakodinamik dari spesifik opioid tergantung ikatannya dengan reseptor, afinitas
ikatan dan apakah reseptornya aktif. Aktivasi reseptor opiat menghambat pelepasan
presinaptik dan respon postsinaptik terhadap neurotransmitter ekstatori (seperti
asetilkolin) dari neuron nosiseptif.

2.3.2 Dosis

Premedikasi petidin diberikan I.M dengan dosis 1 mg/kgbb atau intravena 0,5
mg/Kgbb, sedangakan morfin sepersepuluh dari petidin dan fentanil seperseratus
dari petidin.

2.3.3 Farmakokinetik

Absorbsi

Cepat dan komplit terjadi setelah injeksi morfin dan meperedin intramuskuler,
dengan puncak level plasma setelah 20-60 menit. Fentanil sitrat transmukosal oral
merupakan metode efektif menghasilkan analgesia dan sedasi dengan onset cepat

(10 menit) analgesia dan sedasi pada anak-anak (15-20 g/Kg) dan dewasa (200800 g).

Distribusi

Waktu paruh opioid umumnya cepat (5-20 menit). Kelarutan lemak yang rendah dan
morfin memperlambat laju melewati sawar darah otak, sehingga onset kerja lambat
dan durasi kerja juga Iebih panjang. Sebaliknya fentanil dan sufentanil onsetnya
cepat dan durasi singkat setelah injeksi bolus.

Metabolisme

Metabolisme sangat tergantung pada biotransformasinya di hepar, aliran darah


hepar. Produk akhir berupa bentuk yang tidak aktif.

Ekskresi

Eliminasi terutama oleh metabolisme hati, kurang lebih 10% melewati bilier dan
tergantung pada aliran darah hepar. 5 10% opioid diekskresikan lewat urine dalam
bentuk metabolit aktif, remifentanil dimetabolisme oleh sirkulasi darah dan otot
polos esterase.

2.3.4 Farmakodinamik

Efek pada sistem kardiovaskuler

System kardiovaskuler tidak mengalami perubahan baik kontraktilitas otot jantung


maupun tonus otot pembuluh darah 3.Tahanan pembuluh darah biasanya akan
menurun karena terjadi penurunan aliran simpatis medulla, tahanan sistemik juga
menurun hebat pada pemberian meperidin atau morfin karena adanya pelepasan
histamin.

Efek pada sistem pernafasan

Dapat meyebabkan penekanan pusat nafas, ditandai dengan penurunan frekuensi


nafas, dengan jumlah volume tidal yang menurun .11 PaCO2 meningkat dan respon
terhadap CO2 tumpul sehingga kurve respon CO2 menurun dan bergeser ke kanan,
selain itu juga mampu menimbulkan depresi pusat nafas akibat depresi pusat nafas
atau kelenturan otot nafas, opioid juga bisa merangsang refleks batuk pada dosis
tertentu.

Efek pada Sistem gastrointestinal

Opioid menyebabkan penurunan peristaltik sehingga pengosongan lambung juga


terhambat.

Endokrin

Fentanil mampu menekan respon sistem hormonal dan metabolik akibat stress
anesthesia dan pembedahan, sehingga kadar hormon katabolik dalam darah relatif
stabil.

2.4 Benzodiazepin

Golongan benzodiazepine yang sering digunakan oleh anestesiologi adalah


Diazepam (valium), Lorazepam (Ativan) dan Midazolam (Versed), diazepam dan
lorazepam tidak larut dalam air dan kandungannya berupa propylene glycol.
Diazepam tersedia dalam sediaan emulsi lemak (Diazemuls atau Dizac), yang tidak
menyebakan nyeri atau tromboplebitis tetapi hal itu berhubungan bioaviabilitasnya
yang rendah, midazolam merupakan benzodiazepin yang larut air yang tersedia
dalam larutan dengan PH 3,5.

2.4.1 Dosis

Dosis midazolam bervariasi tergantung dari pasien itu sendiri.

Untuk preoperatif digunakan 0,5 2,5mg/kgbb

Untuk keperluan endoskopi digunakan dosis 3 5 mg

Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena.

Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin.

2.4.2 Farmakokinetik

Obat golongan benzodiazepine dimetabolisme di hepar, efek puncak akan muncul


setelah 4 8 menit setelah diazepam disuntikkan secara I.V dan waktu paruh dari
benzodiazepine ini adalah 20 jam. Dosis ulangan akan menyebabkan terjadinya
akumulasi dan pemanjangan efeknya sendiri. Midazolam dan diazepam
didistribusikan secara cepat setelah injeksi bolus, metabolisme mungkin akan
tampak lambat pada pasien tua.

2.4.3 Farmakodinamik

Dalam sistem saraf pusat

Dapat menimbulkan amnesia, anti kejang, hipnotik, relaksasi otot dan mepunyai
efek sedasi, efek analgesik tidak ada, menurunkan aliran darah otak dan laju
metabolisme.

Efek Kardiovaskuler

Menyebabkan vasodilatasi sistemik yang ringan dan menurunkan cardiac out put.
Ttidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung, perubahan hemodinamik mungkin
terjadi pada dosis yang besar atau apabila dikombinasi dengan opioid.

Sistem Respiratori

Mempengaruhi penurunan frekuensi nafas dan volume tidal , depresi pusat nafas
mungkin dapat terjadi pada pasien dengan penyakit paru atau pasien dengan
retardasi mental.

Efek terhadap saraf otot

Menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat supraspinal dan
spinal , sehingga sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan otot
rangka.

ANTASIDA
1. Pendahuluan
Antasida (antacid, antiacid) merupakan salah satu pilihan obat dalam mengatasi sakit maag.
Antasida diberikan secara oral (diminum) untuk mengurangi rasa perih akibat suasana lambung
yang terlalu asam, dengan cara menetralkan asam lambung. Asam lambung dilepas untuk
membantu memecah protein. Lambung, usus, dan esophagus dilindungi dari asam dengan
berbagai mekanisme. Ketika kondisi lambung semakin asam ataupun mekanisme perlindungan

kurang memadai, lambung, usus dan esophagus rusak oleh asam memberikan gejala
bervariasi seperti nyeri lambung, rasa terbakar, dan berbagai keluhan saluran cerna lainnya.
2. Pengertian
Antasida adalah berasal dari kata anti yang berarti lawan dan acidus yang berarti asam,
sehingga antasida adalah zat yang sifatnya berlawanan dengan asam, yaitu basa. Lambung
kita antara lain berisi zat yang bersifat asam, yaitu asam klorida. Kondisi lambung bisa
terganggu apabila asam tersebut keberadaannya menjadi lebih besar dari keadaan normal atau
asam yang terkandung dalam lambung sangat berlebihan sehingga menyebabkan gangguan
pada lambung.
Antasida adalah obat yang mengandung basa basa lemah yang digunakan untuk
menetralkan asam lambung yang berlebihan. Antasida terdiri dari senyawa magnesium,
aluminium, bismut, Hidrotalsit, kalsium karbonat, dan Na-Bikarbonat.

3. Macam macam penggunaan Antasida


Penggunaan pada antisida ada beberapa macam yaitu :
-

Untuk tukak lambung


Indigasi
Refluk oesophagitis ringan
Gastritis
Rasa terbakar pada ulu hati
Sakit perut
Asam lambung yang berlebih
Untuk saluran cerna

4. Jenis jenis Antasida dan Karakteristiknya


Umumnya antasida merupakan basa lemah. Biasanya terdiri dari zat aktif yang
mengandung alumunium hidroksida, madnesium hidroksida, dan kalsium. Terkadang antasida
dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat mengurangi kelebihan gas.

Dapat digunakan dalam terapi hiperfosfatemia (abnormalitas kadar


fosfat dalam darah) dengan cara mengikat senyawaan fosfat di saluran
Aluminium karbonat

cerna sehingga menghambat proses absorbsinya. Karena kemampuan


ini juga aluminium karbonat dapat digunakan untuk mencegah
pembentukan batu ginjal (batu ginjal terbentuk dari berbagai macam
senyawaan salah satunya adalah fosfat)

Calcium karbonat

Magnesium
karbonat

Dapat

digunakan

pada

kondisi

kekurangan

kalsium

contohnya

osteoporosis posmenopause

Dapat digunakan pada kasus defisiensi magnesium

5. Nama dan Struktur Kimia


-

Aluminium Hydroxide (Al(OH)),

Magnesia magma, milk of magnesia (MOM), magnesium hydroxide (Mg(OH)2.),

Magnesii trisilicas,

Magnesii subcarbonas.

Aluminum magnesium hydroxide sulfate ((Al5Mg10(OH)31(SO4)2,xH2O.),

Calcii carbonas((CaCO3 ).)

6. Sifat sifat fisikokimia


Gel aluminium hidroksida (USP 29) : suspensi aluminium hidroksida amorf dimana terdapat
substitusi sebagian karbonat untuk hidroksida. Berupa suspensi kental berwarna putih dari
sejumlah kecil cairan jernih yang terpisah selama pendiaman, mempunyai pH antara 5,5 dan
8,0. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan hindari pembekuan. Gel kering aluminium
hidroksida (USP 29):bentuk amorf dari aluminium hidroksida dimana terdapat substitusi
sebagian karbonat untuk hidroksida. Mengandung ekivalen dengan tidak kurang dari 76,5 %
Al(OH)3 dan dapat mengandung aluminium karbonat dan bicarbonat basa dalam jumlah yang
bervariasi. 1 g gel kering aluminium hidroksida ekivalen dengan 765 mg Al(OH). Merupakan

serbuk amorf yang tidak berasa, tidak berbau, berwarna putih, tidak larut dalam air dan alkohol,
larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidrosida. Dispersi 4% dalam air
mempunyai pH tidak lebih dari 10,0. simpan dalan wadah tertutup rapat.
USP 29 : serbuk putih meruah, praktis tidak larut dalam air, alkohol, kloroform, dan eter. Larut
dalam asam-asam encer, simpan dalam wadah tertutup rapat.
USP 29 : suatu senyawa dari magnesium oksida dan silikon dioksida dengan proporsi air yang
bervariasi.Mengandung tidak kurang dari 20% magnesium oksida dan tidak kurang dari 45%
silikon dioksida.Berupa serbuk halus berwarna putih, bebas dari partikel.
Tidak larut dalam air dan alkohol, segera terurai oleh asam mineral.
Mengandung ekivalen dengan 40,0%-43,5 % MgO. Berupa serbuk berwarna putih meruah, tidak
berbau, atau massa rapuh berwarna putih yang ringan. Praktis tidak larut dalam air dan alkohol.
Larut dalam asam encer dan effervescent.
USP 29 : merupakan kombinasi aluminium magnesium hidroksida dan sulfat,mengandung
ekivalen dengan 90%-105% Al5Mg10(OH)31(SO4)2,xH2O, dihitung berdasarkan basis kering.
Berupa serbuk kristalin berwarna putih, tidak berbau, tidak larut dalam air dan alkohol, larut
dalam larutan encer asam mineral, kehilangan 10%-20% dari beratnya bila dikeringkan pada
suhu 200C selama 4 jam.
(USP 29 : serbuk mikrokristalin, berwarna putih halus, tidak berbau, praktis tidak larut dalam air,
tidak larut dalam alkohol. Kelarutannya dalam air ditingkatkan dengan adanya karbondioksida
atau garam-garam amonium meskipun keberadaan alkali hidroksida mengurangi kelarutannya

7. Macam macam Merek Dagang


- Aludonna
- Aludonna D
- Asidrat
- Biogastron
- Corsamag
- Dexanta
- Di-Gel
- Flatucid

- Gastran
- Gastrinal
- Gastrucid
- Gelusil MPS
- Gestabil
- Gestamax
- Lagesil
- Lambucid
- Lexacrol
- Lexacrol Forte
- Madrox
- Magalat
- Magasida
- Magnidicon
- Magtacid
- Magtral
- Magtral Forte
- Mepromaag
- Mylanta
-Mylanta
Forte/Amacon
- Neosanmag

- Neusilin
- Nudramag
- Oskamag
- Plantacid
- Plantacid Forte
- Poloxane
- Progastric
- Promag
- Simeco
- Stomacain
- Stomagel
- Stromag
- Ticomag
- Tri Act
- Ulcid
- Ultilox
-Gelus

8. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Antasida:dewasa:oral:600-1200 mg antara waktu makan dan sebelum tidur


malam.
Hiperfosfatemia:anak:50-150 mg/kg/24 jam dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam,
titrasi dosis sampai tercapai kadar fosfat dalam rentang normal. Dewasa:dosis
awal:300-600 mg 3 kali/hari bersama makanan.
Magnesium hidroksida sebagai antasida diberikan dalam dosis sampai dengan 1
g per oral. Sebagai laksatif osmotik magnesium hidroksida diberikan dengan
dosis sekitar 2-5 g per oral.
Dosis sampai dengan sekitar 2 g per oral.
Diberikan dengan dosis hingga 500 mg per oral.
Diberikan dengan dosis sampai dengan 2 g per oral.1 Magaldrate diberikan di
antara waktu makan dan malam sebelum tidur
Dosis sebagai antasida biasanya sampai dengan 1,5 g per oral. Kalsium karbonat
mengikat posfat dalam saluran cerna untuk membentuk komplek yang tidak larut
dan absobsi mengurangi posfat
9. Indikasi
1. Pengobatan hiperasiditas, hiperfosfatemia.
2. Pengobatan jangka pendek konstipasi dan gejala-gejala hiperasiditas, terapi
penggantian magnesium. Magnesium hidroksida juga digunakan sebagai bahan
tambahan makanan dan suplemen magnesium pada kondisi defisiensi
magnesium.
10. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap garam aluminum atau bahan-bahan lain dalam
formulasi.
Hipersensitivitas terhadap bahan-bahan dalam formulasi, pasien dengan kolostomi
atau ileostomi, obstruksi usus, fecal impaction, gagal ginjal, apendisitis.
Pada pasien yang harus mengontrol asupan sodium (seperti:gagal jantung,
hipertensi, gagal ginjal, sirosis, atau kehamilan).
11. Farmakologi
Mula kerja obat:laksatif:4-8 jam. Sekitar 30% ion magnesium diserap oleh usus
halus. Ekskresi:urin (sampai dengan 30% sebagai ion-ion magnesium yang
-

terabsorpsi); feses (obat yang tidak diabsorpsi).


Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat dengan HCL di lambung dari
pada magnesium hidroksida.1Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat

dengan HCL di lambung dari pada magnesium hidroksida.


Pada pemberian per oral bereaksi dengan asam lambung membentuk
magnesium klorida yang larut dan karbondioksida. Karbon dioksida dapat
menyebabkan kembung dan eruktasi/bersendawa.

Kalsium karbonat diubah menjadi kalsium klorida oleh asam lambung. Kalsium
karbonat juga mengikat fosfat dalam saluran cerna untuk membentuk komplek
yang tidak larut dan mengurangi absorpsi fosfat. Beberapa dari kalsium
diabsorpsi dari usus dan bagian yang tidak terabsorpsi diekskresikan melalui
feses.

12. Mekanisme Aksi


Menetralkan HCl dalam lambung dengan membentuk garam Al(Cl)3 dan H2O
Magnesium hidroksida per oral bereaksi relatif cepat dengan HCl dalam lambung
membentuk magnesium klorida dan air. Magnesium hidroksida juga
mengosongkan usus dengan menyebabkan retensi osmotik cairan yang
mengembangkan kolon dengan aktivitas peristaltik yang meningkat.
Bila diberikan secara oral bereaksi lebih lambat dengan HCl di lambung dari pada
magnesium hidroksida
Pada pemberian per oral bereaksi dengan asam lambung membentuk magnesium
klorida yang larut dan karbondioksida
13. Bentuk Sediaan
Kaplet 200 mg, Tablet 200 mg, 250 mg, 300 mg, 325 mg, 400 mg; Tablet Kunyah
250 mg, 300 mg, 400 mg, 500 mg; Suspensi 200 mg/5 ml, 250 mg/5 ml, 300
mg/5 ml, 325 mg/5 ml, 400 mg/5 ml.

14. Efek Samping

Gastrointestinal:konstipasi, kram lambung, fecal impaction, mual, muntah,


perubahan warna feses (bintik-bintik putih). Endokrin dan

metabolisme:hipofosfatemia, hipomagnesemia.
Kardiovaskuler:hipotensi. Endokrin dan metabolisme:hipermagnesemia.
Gastrointestinal:diare, kram perut. Neuromuskuler dan skeletal:kelemahan otot.

Pernapasan:depresi pernapasan
Kadang-kadang menyebabkan konstipasi, kembung akibat pelepasan
karbondioksida pada beberapa pasien. Dosis tinggi dan penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan hipersekresi lambung dan kembalinya asam (acid
rebound). Kalsium karbonat dapat menyebabkan hiperkalsemia, khususnya pada
pasien dengan gangguan ginjal atau pada pemberian dengan dosis tinggi.

Alkalosis dapat juga terjadi akibat absorpsi ion karbonat


Efek samping lain (1-10% paisne) : bengkak, CHF, hipertensi, takikardi, aritmia,
hypotensi, miocardial infark, demam, infeksi,sepsis, perubahan berat badan,
asma, sindrom seperti flu,hipergikemi, hipoglikemi, pneumonia, depresi
pernafasan.

15. interaksi
- Dengan Obat Lain :

Aluminium hidroksida dapat mengurangi absorpsi allopurinol, efek antibiotik


(tetrasiklin, kuinolon, beberapa sefalosporin), turunan bifosfonat,kortikosteroid,
siklosporin, garam-garam besi, antifungi imidazol,isoniazid, penisilamin,
suplemen fosfat, fenitoin, fenotiazin. Absorbsi aluminium hidroksida dapat
dikurangi oleh turunan asam sitrat.
Menurunkan absorpsi tetrasiklin, digoksin, garam-garam besi, isoniazid, atau
kuinolon.
Kalsium karbonat berinteraksi dengan banyak obat karena mengubah pH asam
lambung dan pengosongan lambung dengan pembentukan kompleks yang tidak
diabsorpsi.Interaksi dapat diminimalisasi melalui pemberian terpisah kalsium
karbonat dari obat lainnya selama 2-3 jam.

- Terhadap Kehamilan :
Kategori C. Tidak ada data yang tersedia mengenai efek klinis pada fetus; bukti
yang ada saat ini menyatakan aman digunakan selama kehamilan dan
menyusui.
Kategori B
- Terhadap Ibu Menyusui : Tidak diketahui.
- Terhadap Anak-anak :
Dosis magnesium-aluminium hidroksida 0,5 ml/kg direkomendasikan untuk infant
dengan refluks. Berdasarkan monitoring pH intragastrik serial, hasil terbaik
diperoleh bila antasida diberikan sebelum dan sesudah asupan formula
- Terhadap Hasil Laboratorium :
Mengurangi kadar fosfat anorganik.
Meningkatkan magnesium; menurunkan protein, kalsium; menurunkan
Kalium

16. Parameter Monitoring


Efek terapetik:heartburn:perbaikan gejala-gejala berikut:disfagia, odinofagia,
batuk, sakit kerongkongan, nyeri dada nonkardiak, regurgitasi, mual, nafsu
makan menurun, indigesti, bersendawa. Efek toksik:konstipasi (terutama akibat
garam-garam aluminium dan kalsium) atau diare (terutama akibat garam-garam
magnesium); kadar aluminium, kalsium, dan magnesium pada pasien dengan
gangguan ginjal berat; sesuai kebutuhan, elektrolit dalam urin, darah dan pH
untuk menunjukkan kemungkinan alkalosis.
17. Peringatan

Hiperfosfatemia dapat terjadi pada pengunaan jangka lama atau dosis besar;
intoksikasi aluminium dan osteomalasia dapat terjadi pada pasien dengan
uremia. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gagal jantung kongesti,
gagal ginjal, edema, sirosi diet rendah natrium, serta pada pasien yang baru saja
mengalami perdarahan saluran cerna. Pasien uremia yang tidak menerima
dialisis dapat mengalami osteomalasia dan osteoporosis akibat deplesi fosfat.
Hati-hati digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal berat (khususnya bila
dosis>50 mEq magnesium/hari). Hipermagnesemia dan toksisitas dapat terjadi
akibat penurunan klirens ginjal dari magnesium yang diabsorpsi. Penurunan
fungsi ginjal (Clcr<30 ml/menit) dapat menyebabkan toksisitas.
18. Monitoring Penggunaan Obat
Cara penggunaan obat, efek terapetik dan efek samping obat.

37

Anda mungkin juga menyukai