Anda di halaman 1dari 3

PSAK 101-110

1. PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah


2. PSAK 102: Akuntansi Murabahah
3. PSAK 103: Akuntansi Salam
4. PSAK 104: Akuntansi Istishna
5. PSAK 105: Akuntansi Mudharabah
6. PSAK 106: Akuntansi Musyarakah
7. PSAK 107: Akuntansi Ijarah
8. PSAK 108: Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Murabahah Bermasalah
9. PSAK 109 mengenai Akuntansi Zakat dan Infak/Sadakah
10. PSAK 110 tentang Hawalah

LAPORAN KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH

PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia)

Pada tanggal 1 Agustus 2013 lalu, Bank Indonesia telah menerbitkan Pedoman
Akuntansi untuk bank syariah. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia
(PAPSI) 2013 ini merupakan revisi dari PAPSI 2003. STEI SEBI melalui Program
Studi Akuntansi Syariah ikut serta melakukan sosialisasi pedoman ini. Acara ini
dilakukan dalam bentuk kuliah umum yang dihadiri lebih dari 120 orang peserta.
Isu krusial dalam pedoman teknis akuntansi bank syariah teranyar ini, yang
sekaligus mengundang perbedaan pandangan antara regulasi dengan industri
adalah isu anuitas dalam pengakuan marjin murabahah. PAPSI yang sudah
mendahului PSAK 102 tentang murabahah ini memberikan legitimasi bagi bank
syariah untuk mengakui marjin murabahah dengan metode anuitas dengan
pendekatan PSAK 50, 55, dan 60 yang sudah konvergen dengan IFRS (International
Financial Reporting Standard), dimana pendapatan dan biaya diamortisasi selama
periode akad. Tetapi, industri bank syariah sebagai pelaku merasa keberatan
dengan aturan ini. Selama ini bank syariah mengakui margin murabahah dengan
anuitas, dimana pengakuan marjin diakui di awal akad.
Lebih lanjut, Suhendar, salah seorang tim penyusun PAPSI yang juga menjadi
narasumber dalam kuliah umum di STEI SEBI ini menjelaskan bahwa sebetulnya,
perbedaan muncul karena bank syariah selama ini memraktikkan anuitas dan
mendapat legitimasi dari PAPSI 2003, namun PSAK 102 (Revisi 2009) menegaskan
bahwa harus menggunakan metode proporsional. Sebagai legitimasi syariah, DSN
MUI menerbitkan Fatwa No. 88 yang membolehkan penggunaan anuitas dalam
pengakuan marjin murabahah. Sehingga untuk mengakomodir itu, IAI sebagai
pembuat standar mengeluarkan Buletin Teknis yang menjelaskan bahwa
penggunaan anuitas oleh bank syariah harus mengikuti PSAK 50, 55 dan 60 yang
sudah konvergen dengan IFRS.
Dadang, narasumber yang juga merupakan dosen STEI SEBI menambahkan bahwa
polemik ini menegaskan bahwa praktik murabahah yang dilakukan bank syariah
berbeda dengan yang dipraktikkan di sektor ril. Sehingga ke depan harus ada PSAK
tersendiri yang mengatur transaksi bank syariah seperti layaknya PSAK 108 tentang
transaksi asuransi syariah.
Sosialiasi PSAK 2013 yang diselenggarakan dalam bentuk kuliah umum ini
merupakan rangkaian acara akademis yang diselenggarakan oleh Program Studi
Akuntansi Syariah, STEI SEBI, dalam memberikan pengayaan dan wawasan
bagi stakeholder ekonomi syariah terhadap isu terbaru terkait standar akuntansi
syariah di Indonesia. (SEBI/ded/dakwatuna)

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/10/25/41115/bi-terbitkan-papsi-stei-sebiikut-lakukan-sosialisasi/#ixzz3VhQ0A2FV
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai