1. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang
disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang
mengalirkan
sumbatan
ini, terjadi
arteri
meningkatkan
adhesi
endotel
pada
lekosit
dan
platelet,
makrofag tersebut mengambil LDL yang terdeposit menjadi sel busa, yang
merupakan awal lesi aterosklerosis. Hipotesis ini dikemukakan oleh Ross
tahun 1977 (Stocker & Keanay, 2004).
2. Hipotesis Response to Oxidation (Oxidative Modification Hypothesis)
Dikemukakan oleh Steinberg dkk pada tahun 1989, bahwa oksidasi
lipoprotein merupakan jalur yang penting dalam aterosklerosis.Disebutkan
bahwa LDL dalam bentuk natif tidak bersifat aterogenik. LDL yang
termodifikasi secara kimia mudah masuk ke makrofag melalui jalur
scavenger receptor. Sel-sel vaskular mengandung logam yang terpapar di
medium juga menghasilkan LDL termodifikasi, sehingga tersedia ligan
untuk jalur scavenger receptor. Modifikasi LDL melalui oksidasi ini
kemudian menghasilkan modifikasi Apo B-100, yaitu pada gugus lisin,
yang menyebabkan muatan negatif partikel lipoprotein meningkat.
Modifikasi Apo B-100 ini menyebabkan LDL lebih mudah di-up take
makrofag melalui sejumlah jalur scavenger receptor, menghasilkan sel
busa.
Akumulasi
sel
busa
merupakan
awal
perkembangan
lesi
3. Manifestasi klinik
a. Angina pectoris
Angina pectoris ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan
sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas karena adanya
iskemik miokard. (Madjid, 2007)
Klasifikasi klinis angina pada dasarnya dilakukan untuk
mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Pada umumnya angina
pectoris dibagi menjadi 3 tipe angina yakni :
a. Angina Pektoris Stabil (APS) : sindrom klinik yang ditandai
dengan rasa tidak enak di dada, rahang, bahu, pungggung ataupun
lengan, yang biasanya dicetuskan oleh kerja fisik atau stres
emosional dan keluhan ini dapat berkurang bila istirahat atau oleh
obat nitrogliserin.
b. Angina Prinzmetal : nyeri dada disebabkan oleh spasme arteri
koronaria, sering timbul pada waktu istirahat, tidak berkaitan
dengan kegiatan jasmani dan kadang-kadang siklik (pada waktu
yang sama tiap harinya).
c. Angina pektoris tidak stabil (APTS, unstable angina) : ditandai
dengan nyeri dada yang mendadak dan lebih berat, yang
serangannya lebih lama (lebih dari 20 menit) dan lebih sering.
Angina yang baru timbul (kurang dari satu bulan), angina yang
timbul dalam satu bulan setelah serangan infark juga digolongkan
dalam angina tak stabil. (Madjid, 2007)
FR Psikososial :
Kesehatan Mental Emosional
Tiga kelas utama obat anti angina yang tersedia adalah nitrat, beta
blocker, dan calsium channel blocker.
a. Nitrat
Nitrat adalah obat vasilidator (pelebar pembuluh darah)
yang merileksasikan dinding pembuluh darah. Pada waktu yang
sama pelebaran arteri koroner memperbaiki aliran darah ke otot
jantung. Nitrat yang paling sering dipakai adalah glyseryl
trinitrate (GNT) yang juga disebut nitroglycerin (NTG),
isosorbide dinitrate (ISDN), isosorbide mononitrate (ISMN).
Contoh-contoh buatan komersial adalah Nitrobin, Nitrobat,
Notroderm, Nitromark, Nitrodisc, Isordil, Sorbitrate, Isomark,
Isoket, Ismo, Cedocard, Vascardin, Imdur, Fasorbid, Nitrostat,
Deponit, Isosorbid, Isoket, Elantan, dan Pentacard.
b. Beta Blocker
Beta Blocker menghambat aksi adrenalin pada ujung-ujung
syaraf yang mempengaruhi denyutan jantung dan kekuatan
kontraksi. Oleh aksi ini dikurangi jumlah pekerjaan yang
dilakukan oleh jantung, dan karena itu mengurangi keperluan
oksigen otot jantung. Beta Blocker adalah obat yang efektif untuk
perawatan dan pencegahan hipertensi dan untuk kontrol aritmia
jantung tertentu.
Contoh-contoh buatan komersial adalah Sektral, Tenormin,
Betablok, Visken, Inderal, Lopressor, Farnormin, Alpresol,
Prestoral,
Farnagard,
Propadex,
Propranolol,
Cardiosel,
Loxen,
Fedipin,
Pincard
Xepalat,
Lacipil,
Safcard,
Dilitiazem,
Cardizem,
Verapamil,
Cordalat,
setelah
angioplasti
koroner
untuk
mengurangi
risiko
produksi
lemak.
NA
digunakan
untuk
c. Fibrates
Obat ini menurunkan lemak darah. Beberapa jenis atau
golongan fibrates adalah Gemfibrozil, fenofibrate dan clofibrate.
Penggunaannya
terutama
ditunjukan
untuk
menurunkan
kolesterol,
sehingga
menambah
pembuangan
lipoprotein (VLDL) dan beta lipo-protein (LDL) serta meningkatkan alfalipoprotein (HDL), sehingga rasio beta/alfa juga menurun (Bordia A, et.al,
1977; Hemphill LC, et.al, 1991; Schulman KA, 1991 dalam Sunarto &
Susetyo, 1995).
magnesium
dan
tocopherols;
phytochemicals,
seperti
jenuh dan sehat bagi jantung serta bebas kolesterol (Stevani Elizabeth,
2004).
Selain mengandung SIT, kacang-kacangan juga mengandung
serat (fiber). Serat dalam makanan terdiri dari serat larut dan yang tidak
larut, namun keduanya dapat menurunkan kolesterol. Penurunan
kolesterol terjadi karena kolesterol terbawa ke dalam feses bersama serat
dan proses biosintesis kolesterol dalam hati berkurang karena tingginya
konsumsi serat. Idealnya, mengkonsumsi serat 25-30 gram per hari.
Kacang tanah termasuk makanan yang mengandung serat. Satu sendok
kecil kacang tanah mengandung 2 gram serat atau 8 persen dari serat
yang dibutuhkan per hari. (Elizabeth, stevani. 2004).
Dr Frank Hu dari Havard School of Public Health. Dalam pertemuan
American Heart Association di Dallas tahun 2000, mengungkapkan hasil
penelitiannya terhadap 86 ribu wanita yang sering mengkonsumsi kacang,
disimpulkan bahwa mengkonsumsi kacang-kacangan termasuk kacang
tanah, mampu menjaga pemompaan aktivitas jantung dengan teratur.
(stevani Elizabeth, 2004)
Penilaian
data
Iowa
Womens
Health
Study
dilaporkan
mengurangi 35% risiko insidensi CHD ( Fraser, GE, et al. dalam Kelley C,
2009). Suatu percobaan metabolic yang dilakukan pada tahun 1993, di
mana 20% dari asupan energi berasal dari walnuts. Total kolesterol dan
LDL-C mengalami penurunan, berturut-turut 12% dan 18%, pada
normocholesterolemic subjects studied (Sabate, J. et.al dalam Kelley C,
2009 ). Greil dan Kris-Etherton melaporkan lebih dari 25 studi klinis telah
dilakukan evaluasi efek dari konsumsi kacang pada serum lipids dan
lipoproteins. Jenis kacang yang diteliti adalah walnut dan almond (Griel,
AE, et.al. dalam Kelley C, 2009). Penyelidikan tersebut telah dievaluasi
lipids, lipoproteins dan apolipoproteins dan secara konsisten memberikan
efek penurunan kadar kolesterol.
Data
terbaru
melaporan
bahwa
konsumsi
kacang
dapat
dengan
subjek
yang
tidak
mengkonsumsi
kacang-
kacangan, rate hipertensi mengalami penurunan ketika konsumsi kacangkacangan ditingkatkan. Sebagai contoh, rasio multi-variabel untuk
hipertensi berkisar antara 0,97 untuk orang-orang yang mengkonsumsi
kacang sekali atau dua kali dalam sebulan dan hanya 0,82 bagi mereka
memakan kacang paling sedikit tujuh kali seminggu. Data ini menunjukkan
menunjukkan bahwa minum tiga cangkir teh per hari mengurangi angka
kejadian MI 11 %. Peters dan rekan-rekannya, yang melakukan metaanalisis ini, tidak dapat merangkum efek konsumsi teh pada penyakit
jantung koroner dan stroke disebabkan oleh berbagai faktor yang terkait
dengan kedua penyakit ini (Hodgson, et al., 2003; Vita, 2003; Peters, et
al., 2001 dalam Carol Brannon, 2009).
Ada beberapa mekanisme efek perlindungan teh terhadap CVD.
(Nagao, et al., 2007; Cabrera, et al., 2006; McKay dan Blumberg, 2002;
Duffy, et al., 2001; Duffy, et al., 2001 dalam Carol Brannon, 2009):
1.
2.
3.
4.
5.
asupan harian dari 4 gr teh hitam padat, setara dengan 1 L teh hitam yang
kuat, meningkatkan plasma homocysteine levels. Efek kafein pada tingkat
homocysteine tidak dievaluasi dalam studi ini (Olthoff, et al., 2001 dalam
Carol Brannon, 2009). Studi klinis kecil lainnya (22 orang) tidak
menemukan efek dari konsumsi teh hitam pada kadar homosistein plasma
(Hodgson, et al., 2003 dalam Carol Brannon, 2009).
Tekanan darah tinggi dapat mempercepat perkembangan
aterosklerosis. Walaupun penelitian yang melibatkan hipertensi hewan
dan satu penelitian peminum teh hitam di Norwegia telah melaporkan efek
menguntungkan dari polyphenols teh hijau pada tekanan darah tinggi,
efek ini belum pernah dilaporkan dalam studi baru-baru ini di Jepang,
Australia, dan United Kingdom (McKay dan Blumberg, 2002; Hara, 2001;
Hodgson, et al., l999; Wakabayashi, et al., l998; Bingham, et al., l997;
Stensvold, et al., l992 dalam Carol Brannon, 2009). Teh, termasuk teh
hitam, teh hijau, dan teh polifenol, telah ditemukan mampu menurunkan
kadar kolesterol tinggi pada binatang (tikus dan hamster) yang diberi diet
tinggi lemak dan kolesterol (Vinson dan Dabbagh, l998; Yang dan Koo,
l997; Matsumoto, et al., 1998; Yang dan Landau, 2000 dalam Carol
Brannon, 2009). Hanya empat dari 13 studi epidemiologi melaporkan
hubungan terbalik antara konsumsi teh dan kadar kolesterol darah (McKay
dan Blumberg, 2002; Tewari, et al., 2000; Langley-Evans, 2000; Serafini,
et. al., 1996; Vinson, et al., l995 dalam Carol Brannon, 2009). Satu uji
klinis yang melibatkan 240 orang dengan hiperkolesterolemia ringan
dan
diet
yang
berbeda.
Sebagian
penelitian
dipengaruhi
oleh
flavonoid
pada
anggur, seperti
ditemukan
pada
buah
anggur
ungu
sehingga
untuk
tujuan
ini,
terutama
red
wine,
belum