Anda di halaman 1dari 6

1.

PENGERTIAN INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan
dengan menggunakan teknik steril.
2. TUJUAN INJEKSI
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses
penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.
3. INDIKASI
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau
bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral.
Apabila klien tidak sadar atau bingung, sehingga klien tidak mampu menelan
atau mempertahankan obat dibawah lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat secara injeksi.
Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi juga disebabkan karena ada
beberapa obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak
direarbsorbsi oleh usus. Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk anastesi
lokal.
4. MACAM-MACAM INJEKSI
Pemberian obat secara parenteral (harfiah berarti di luar usus) biasanya
dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat, dan lengkap atau obat untuk obat
yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormone), atau tidak
direarbsorbsi usus (streptomisin), begitupula pada pasien yang tidak sadar
atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri,
sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula bahaya terkena
infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika
tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.
a. Subkutan/sc (hypodermal).
Injeksi subkutan yaitu Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya
dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau

minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena.


Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada penyakit gula.
Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi
area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah
kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat yang paling
sering direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat
yang lain meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah ventral atas
atau gloteus dorsal. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari infeksi, lesi
kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar
dibawahnya.
Obat yang diberikan melalui rute sbcutan hanya obat dosis kecil yang
larut dalam air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan subcutan sensitif terhadap
larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat
dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tak tampak seperti
gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.
b. Intrakutan/ic (=di dalam kulit)
Perawat biasanya memberi injeksi intrakutan untuk uji kulit. Karena
keras, obat intradermal disuntikkan ke dalam dermis. Karena suplai darah
lebih sedikit, absorbsi lambat.
Pada uji kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan
tepat

supaya dapat melihat perubahan warna dan integritas kulit.

Daerahnya harus bersih dari luka dan relatif tidak berbulu. Lokasi yang
ideal adalah lengan bawah dalam dan punggung bagian atas.
c. Intramuskuler (i.m),
Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute
SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya
kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam
tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke
pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung
dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat reabsorbsi dengan
maksud memperpanjag kerja obat, seringkali digunakan larutan atau

suspensi dalam minyak, umpamanya suspensi penisilin dan hormone


kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat yang tidak
banyak memiliki pembuluh dan saraf.
Tempat injeksi yang baik untuk IM adalah otot Vastus Lateralis, otot
Ventrogluteal, otot Dorsogluteus, otot Deltoid.
d. Intravena (i.v),
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam
waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke
seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini
digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau
efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air
atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya
zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini benda
asing langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan
darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila
injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah
meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya
dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
e. Intra arteri.
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk suatu
organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan
atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogenmustard.
f. Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang), intraperitoneal
(ke dalam ruang selaput perut), intrapleural, intracardial, intraarticular (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi
lainnya untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang
diinginkan.
5. PERMASALAHAN DALAM PEMBERIAN OBAT INJEKSI

1. Nyeri
Nyeri yang sangat hebat akibat injeksi timbul bila yang diinjeksikan adalah
larutan yang osmolaritasnya tinggi atau pHnya ekstrim, meskipun banyak obat
menyebabkan kekejangan vena (misalnya, dopamin).
2. Ekstravasasi
Ekstravasasi adalah bocornya obat dari vena ke dalam jaringan di sekitarnya.
Hal ini dapat terjadi karena batang jarum menembus vena, atau karena obat
bersifat korosif dan merusak vena. Larutan yang osmolaritasnya tinggi dan pH
larutan yang ekstrim lebih sering menyebabkan ekstravasasi. Kerusakan
jaringan disekitar vena dapat meluas, contoh setelah pemberian larutan
natrium bikarbonat. Dua golongan obat sitostatika yang lazim diresepkan,
yang sangat merusak jaringan jika terjadi ekstravasasi adalah alkaloid vinka
seperti vinkristin dan anthrasiklin seperti doksorubisin dan daunorubisin.
Obat-obat seperti vinkristin dan doksorubisin bila diberikan secara perifer
harus diberikan secara bolus melalui tetesan (drip) laju cepat. Hal ini karena
jika obat meninggalkan vena dapat menyebabkan pembengkakan dan petugas
yang memberikan obat tersebut harus berada disamping pasien agar dapat
memberikan tindakan segera bila terjadi hal yang tidak diinginkan.
- Tanda-tanda ekstravasasi meliputi:
Nyeri, rasa kurang enak, rasa terbakar atau bengkak di tempat injeksi
Tahanan terhadap gerakan penghisap alat suntik
Aliran cairan infus tidak lancar
-

3.

Jika diduga ada ekstravasasi maka tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Hentikan injeksi dengan segera
Tinggalkan kanula/jarum pada tempatnya
Keluarkan obat(aspirasikan) melalui kanula/jarum
Naikkan anggota badan
Konsultasikan ke dokter spesialis untuk mengobati efek obat tersebut

Tromboflebitis
Tromboflebitis kadang-kadang disebut flebitis adalah radang vena yang
penyebabnya hampir sama dengan penyebab ekstravasasi. Sangat nyeri dan
disertai dengan kemerahan pada kulit, kadang-kadang disepanjang vena.
Tromboflebitis dapat menyebabkan kebekuan darah.

Risiko dapat dikurangi dengan cara:


Menggunakan vena besar
Menghindari infus yang panjang
Menghindari pH ekstrim atau larutan hyperosmolar
Dianjurkan untuk diberikan dengan aliran darah cepat dan aliran infus cepat
Menggunakan cakram nitrat (nitrat patches) di atas tempat injeksi untuk
meningkatkan aliran darah
Menambahkan heparin pada larutan infus (1 unit/ml)
Menggunakan penyaring dalam jalur infus (0,22 mikron)
Staf yang berpengalaman
4.

Embolisme
Sumbatan dapat disebabkan oleh endapan obat yang mengendap yang kontak
dengan darah atau gumpalan sel-sel darah akibat reaksi obat. Emboli udara

(air embolus), disebabkan oleh udara yang masuk vena, dapat berakibat fatal.
5. Infeksi
Infeksi sering kali masuk pada tempat kateter menembus kulit, dan itu
sebabnya banyak infeksi yang dikatkan infus yang disebabkan bakteri gram
positif koagulase-negatif yang umum terdapat pada kulit. Organisme yang
sering diisolasi dari ujung kanula adalah Staphylococcus aureus atau S.
Epidermis. Risiko terkena infeksis sitemik meningkat pada penggunaan vena
sentral.
6.

Reaksi alergi
Obat-obat yang cenderung menimbulkan reaksi alergi adalah: produk darah,
antibiotik, aspirin, obat anti inflamasi non steroid (AINS), heparin,
penghambat transmisi neuro muskuler. Reaksi alergi tidak hanya terjadi
sebagai respon terhadap bahan aktif dalam sediaan, tetapi juga terhadap
bahan-bahan tambahan dalam produk misalnya kremafor. Tanda-tanda alergi
meliputi bersin-bersin, sesak nafas, demam, sianosis, pembengkakan jaringan
lunak, dan perubahan tekanan darah. Epinefrin merupakan pengobatan yang
paling efektif, dan harus diberikan segera dan di bawah pengawasan medis
yang cermat. Reaksi minor (ruam kulit, reaksi urtikaria) dapat ditangani atau
dicegah dengan hidrokortison atau suatu antagonis histamin seperti
Chlorpeniramini Maleas (CTM).

7. Syok (speed shock)

Beberapa obat bila diberikan terlalu cepat dapat menyebabkan berbagai


komplikasi antara lain hipotensi, kolaps, bradikardi, dan kesulitan pernafasan.
Hal ini digambarkan sebagai speed shock.
Noname (2014). Parenteral.From:
http://www.google.co.id//farmasi.unud.ac.id-ind-wp-content-uploads-10PARENTERAL.pdf (online.availale), diakses pada Selasa 28 April 2015. Pukul 20.08
wita.
Nissa (2014). Pemberian Obat Melalui Injeksi.From:
http://nissa-uchil.blogspot.com/2014/03/kdm-pemberian-obat-melalui-injeksi.html
(online.availale), diakses pada Selasa 28 April 2015. Pukul 20.08 wita.

Anda mungkin juga menyukai