Anda di halaman 1dari 4

CONTOH ABSTRAK ARTIKEL ILMIAH

Mamudji, Sri. Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan.


Majalah Hukum Dan Pembangunan 3 (Juli-September 2004): 194-209.
Berawal dari ketidakpuasan akan proses pengadilan yang memakan waktu relatiF
lama, biaya yang mahal, dan rasa ketidakpuasan pihak yang merasa sebagai pihak yang
kalah, dikembangkan mediasi sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa di luar
pengadilan. Selain itu, pengembangan mediasi juga didukung oleh berbagai faktor yaitu,
(1) cara penyelesaiannya dikenal di berbagai budaya, (2) bersifat non adversial, (3)
mengikutsertakan baik pihak yang langsung berkaitan maupun pihak yang tidak langsung
berkaitan dengan sengketa dalam perundingan, (4) bertujuan win-win solution. Mediasi
adalah negosiasi lanjutan, yaitu perundingan yang dibantu oleh pihak ketiga netral yang
keberadaannya dipilih oleh para pihak. Mediator tidak mempunyai wewenang untuk
mengambil keputusan. Di dalam melakukan perundingan dikenal dua teknik yaitu
perundingan yang bertumpu pada posisi dan perundingan yang bertumpu pada
kepentingan. Keberhasilan mediasi ditentukan oleh kecakapan mediator, oleh karena itu
mediator harus menguasi berbagai keterampilan dan teknik. Agar dapat membantu para
pihak menyelesaikan sengketa dan dapat menawarkan alternatif penyelesaian, mediator
harus dapat memetakan apa yang menjadi penyebab konflik. Hal ini dapat dilakukan
melalui pengamatan terhadap sikap, persepsi, pola interaksi, dan komunikasi yang
ditunjukkan para pihak dalam perundingan. Menurut Moore, ada tiga tipe mediator, yaitu,
(1) mediator jaringan sosial (social network mediator), (2) mediator otoritatif
(authoritative mediator), (3) mediator mandiri (independent mediator). Di Indonesia,
penyelesaian sengketa melalui mediasi dikenal tidak hanya dalam masyarakat tradisional
tetapi telah diatur dalam berbagai undang-undang, misalnya Undang-undang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Undang-undang Perlindungan Konsumen, Undang-undang tentang
Kehutanan, Undang-undang tentang Perselisihan Hubungan Industrial, Undang-undang
tentang Arbitrasi dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Untuk mediasi di pengadilan,
Mahkamah Agung telah mengeluarkan Peraturan MA tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan.(Sri Mamudji)

CONTOH ABSTRAK LAPORAN PENELITIAN/ SKRIPSI/ TESIS/DISERTASI


Pattinama, Tisha Sophy. Fungsi Akta Perdamaian Yang Dibuat Oleh Notaris Sebagai
Pejabat Umum (Dalam Penyelesaian Perselisihan Jual Beli Telpon Umum Tunggu).
Tesis, Magister, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006, vii + 66 halaman.
Biliografi 30 (1980-2006).
Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan data
sekunder sebagai sumber datanya. Yang menjadi permasalahan adalah mengapa
perjanjian damai yang dibuat notaris merupakan alternatif penyelesaian perselisihan jual
beli telpon umum tunggu, dan bagaimana kekuatan hukum akta perjanjian perdamaian
terhadap para pihal yang berselisih? Perselisihan jual beli dapat diselesaikan melalui dua
cara yaitu melalui pengadilan dan di luar pengadilan. Proses penyelesaian di pengadilan
membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit sehingga proses penyelesaian tidak
efektif. Hal ini berbeda dengan penyelesaian di luar pengadilan yang dilakukan secara
damai dan sukarela. Dalam penyelesaian segketa jual beli telpon umum tunggu antara PT
AC dan PT BS kedua pihak sepakat untuk menyelesaikan secara damai dan sukarela.
Sebagai hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyelesaian perselisihan dengan cara
musyawarah dan mufakat adalah cara yang paling efektif sehingga perjanjian perdamaian
yang dibuat oleh notaris menjadi alternatif penyelesaian perselisihan antara PT AC dan
PT BS. Akta perdamaian yang dibuat oleh notaris dianggap sebagai akta yang otentik
mempunyai kekuatan pembuktian lahiriah, formal dan material, sehingga mempunyai
kekuatan mengikat sama dengan putusan hakim pada tingkat akhir.(Sri Mamudji)

CONTOH ABSTRAK PERATURAN


UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1974 TENTANG
KEPEGAWAIAN LN NO. 55 TAHUN 1974 TLN NO. 3041.
ABSTRAK:

CATATAN :

POKOK-POKOK

- Untuk mewujudkan Pegawai Negeri yang bermental baik, berwibawa,


berdaya-guna, bersih, bernutu tinggi, dan sadar akan tanggung
jawabnya untuk menyelenggarakan tugas
pemerintahan dan
pembangunan perlu adanya suatu undang-undang sebagai landasan
pelak-sanaan pembinaan Pegawai Negeri.
- Dasar hukum undang-undang ini adalah Pasal 5 ayat (1), Pasal 20
ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945.
- Undang-undang ini mengatur tentang pengertian, ketentuan umum,
pembinaan Pegawai Negeri Sipil kewajiban, hak, dan pejabat negara,
Pembinaan Anggota Angkatan Bersenjata Republik Indo-nesia, dan
ketentuan peralihan.
- Undang-undang ini dirubah dengan Undang-Undang No. 43 Tahun
1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.(Sri Mamudji)

Anda mungkin juga menyukai