Paper Totolan1
Paper Totolan1
Pemerintahan di seluruh dunia pada saat ini menghadapi "tekanan" dari berbagai pihak untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik dan meningkatkan partisipasi aktif dalam pemberian informasi
bagi masyarakat serta dituntut untuk lebih efektif.
Hal tersebut menyebabkan e-Government atau pemerintahan berbasis elektronik semakin
berperan penting bagi semua pengambil keputusan. Pemerintah Tradisional (traditional government)
yang identik dengan paper-based administration mulai ditinggalkan.
Transformasi traditional government menjadi electronic government (e-Government) menjadi
salah satu isu kebijakan publik yang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia e-Government baru
dimulai dengan inisiatif yang dicanangkan beberapa tahun lalu. Penerapan e-government (e-gov) di
Indonesia mulai menggeliat, prospeknya pun dinilai baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan meningkatkan perkembangan penerapan e-Government dan struktur informasi yang dimiliki oleh
Pemerintahan di Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian kualitatif oleh deskriptif.
Sesuai dengan masalah yang dijumpai pada penelitian awal, maka fokus analisis dan perancangan ini
dibatasi pada bidang pelayanana publik. Hasil dari perancangan adalah sistem e-Government yang
dapat dikembangkan dan dimanfaatkan oleh Pemerintahan Indonesia untuk mencapai suatu tata
pemerintahan yang baik (good governance) khususnya dalam pelayanan publik.
Kata Kunci : e-Government, pelayanan publik
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
dan daerah otonom. Perubahan yang tengah terjadi tersebut menuntut terbentuknya kepemerintahan
yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif. Sistem manajemen
pemerintah yang selama ini merupakan sistem hirarki kewenangan dan komando sektoral
dikembangkan menjadi sistem manajemen organisasi jaringan yang dapat memperpendek lini
pengambilan keputusan serta memperluas rentang kendali.
Yang kedua, egov dilaksanakan di Indonesia karena adanya tuntutan masyarakat yang berbeda
namun berkaitan erat, yaitu :
a.
Tuntutan pelayanan publik yang memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh
wilayah Indonesia, dapat diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau secara
interaktif.
b.
Keinginan masyarakat agar aspirasi mereka didengar, sehingga pemerintah harus
memfasilitasi partisipasi dan dialog publik di dalam perumusan kebijakan negara.
Membicarakan e-government (e-gov) di Indonesia maka banyak pendekatan keilmuan yang bisa
dilakukan apakah melalui pendekatan teknologi komunikasi dan informasi, manajemen, politik dan
pemerintahan ataukah sosial. Namun yang paling banyak mewacanakan adalah dari pihak kaca mata
teknologi dan manajemen pemerintahan. Aspek yang lain masih kurang terlihat dan sedikit sekali
terlibat dalam isu egovernment. Padahal, e-government merupakan suatu penerapan konsep dan
teknologi yang membutuhkan banyak pendekatan keilmuan sehingga aplikasi yang dilakukan oleh
pihak penyelenggara ( pemerintah ) dapat terwujud secara ideal dan komprehensif. Oleh karena itu,
maka tidak heran bila penerjemahan e-gov masih sangat dangkal sehingga implementasinyapun masih
kurang optimal.
Secara faktual pelaksanaan e-gov beberapa masih dinilai sebagai proyek gagah-gagahan atau
bahkan hanya proyek yang harus diikuti mirip model pakaian yang lagi ngetrend. Artinya, kebanyakan
dari para penyelanggara e-gov baik lembaga pemerintahaan maupun lembaga non pemerintahan masih
merasa aman dan nyaman dengan kepemilikan website tanpa peduli lagi pada optimalisasi
pemanfaatan e-gov. Pada sisi lain, ada tuduhan miring yang berkesan seolah-olah e-gov hanyalah
proyek jualan para pedagang teknologi komunikasi dan informasi baik hardware maupun
softwarenya.
Dari pengertian dan tujuannya dapat disimpulkan bahwa penerapan e-Gov di Indonesia bisa
dikembangkan secara bertahap dan proporsional sesuai dengan kemampuan. Yang penting, kerangka
pengembangannya tidak lepas daru pengertian dan tujuan tersebut.
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penyusunan Paper ini dibatasi pada :
1. Mengamati perkembangan penerapan e-Government di Indonesia.
2. Mengamati dan memberikan alternatif solusi atas masalah dan hambatan yang sering terjadi
dalam penerapan e-Government.
3. Merancang strategi menuju e-Government.
4
BAB 2
LANDASAN TEORI
5
Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
1. Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain
mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa
berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti
kedua pihak.
2. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara
langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, email, atau media lainnya.
3. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan
yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
4. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang
dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si
pengirim.
2.1.4 Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian
informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan:
-
lebih cepat
KOMUNIKATOR
Informasi
Penerima
KOMUNIKAN
6
2.1.5 Pengertian e-Government
E-Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik serta penyediaan layanan informasi dari
pemerintahan ke warganya (G2C), dan bisnis (G2B), serta hubungan antar pemerintah (G2G).
Batas model dan kegiatan e-Government dapat dibagi menjadi:
-
7
4. kesantunan dalam pelayanan ( courtessy )
5. keinginan untuk selalu memberikan pertolongan pada konsumen apabila memperoleh kesulitan
untuk memperoleh layanan ( responsiveness )
6. kemampuan untuk bisa dipercaya dan diandalkan (credibility)
7. keamanan dari resiko pelayanan yang buruk ( security )
8. kedekatan dan kemudahan untuk berhubungan dengan pelaksana layanan ( access )
9. kemampuan untuk membuat konsumen selalu terinformasi dengan baik tentang barang dan
jasa yang diberikan ( communication )
10. dan kemampuan untuk selalu memahami keinginan pelanggan (understanding the costumer) .
Kualitas pelayanan ini sepenuhnya dinilai berdasarkan persepsi masyarakat atas suatu jenis
layanan.
BAB 3
PEMBAHASAN
untuk
9
5. Membentuk sistem manajemen dan proses kerja yang lancar, transparan dan
antar lembaga pemerintah.
efisien
10
E-government bertujuan untuk meningkatkan interaksi antar pelaku. Dari definisi di atas
terdapat interaksi antar pelaku sebagai berikut:
11
Gambar 3: Macam cara interaksi dengan Pemerintah dalam e-government
3.2 Penerapan E-Government di Indonesia
Berdasarkan fakta yang ada pelaksanaan e-Government di Indonesia sebagian besar barulah
pada tahap publikasi situs oleh pemerintah atau baru pada tahap pemberian informasi. Data Maret 2002
menunjukkan 369 kantor pemerintahan telah membuka situs mereka. Akan tetapi 24% dari situs
tersebut gagal untuk mempertahankan kelangsungan waktu operasi karena anggaran yang terbatas. Saat
ini hanya 85 situs yang beroperasi dengan pilihan yang lengkap. (Jakarta Post, 15 Januari 2003). Akan
tetapi perlu digaris bawahi bahwa e-Government bukan hanya sekedar publikasi situs oleh pemerintah.
Pemberian pelayanan sampai dengan tahap full-electronic delivery service perlu diupayakan. Situs
institusi publik di Indonesia selain dapat diakses secara langsung dapat diakses melalui entry point
lembaga publik Indonesia www.indonesia.go.id yang merupakan portal nasional Indonesia. Dari situs
ini selain memperoleh informasi pengunjung juga dapat mengakses secara langsung beberapa situs
institusi publik dan media. Beberapa contoh implementasi e-Government yang mendominasi di seluruh
dunia saat ini berupa pelayanan pendaftaran warga negara antar lain pendaftaran kelahiran, pernikahan
dan penggantian alamat, perhitungan pajak (pajak penghasilan, pajak perusahaan dan custom duties),
pendaftaran bisnis, perizinan kendaraan dsb.
3.2.1 Kebijakan Aplikasi E-Gov di Indonesia
Sebagai negara berkembang, aplikasi e-gov di Indonesia sebenarnya tidak termasuk
menggembirakan kendatipun pemerintah sudah berusaha untuk merumuskan banyak peraturan
perundangan terkait dengan teknologi informasi. Dibandingkan dengan negara tetangga seperti
Singapura dan Malaysia, misalnya, tampak sekali bahwa aplikasi e-gov Indonesia masih
tertinggal. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keterlambatan ini, dan tentu saja yang paling
menentukan adalah kurang adanya komitmen untuk memperkecil kesenjangan digital kita
dengan negara-negara maju disamping faktor infrastruktur dan kondisi geografis yang
menyulitkan. Saat ini sebenarnya perangkat perundangan mengenai e-gov di Indonesia sudah
cukup lengkap walaupun dibandingkan dengan negara-negara maju relatif terlambat. Dukungan
pemerintah mengenai pentingnya e-gov baru mulai tampak pada awal tahun 1990-an walaupun
di sektor swasta sudah banyak pelaku bisnis besar yang menggunakan teknologi dengan konsep
e-commerce, e-banking atau tele-marketing.
Menyadari pentingnya penerapan konsep e-gov, pemerintah menerbitkan Inpres No.3
tahun 2003 mengenai Strategi Pengembangan E-Government. Instruksi Presiden No 3 tahun
2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan E-government tidak bisa
dipungkiri adalah angin bagus bagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi di
pemerintahan. Seperti apa strategi pengembangan E-goverment?
Dalam lampiran Inpres E-goverment, dipaparkan enam strategi yang disusun pemerintah dalam
mencapai tujuan strategis e-government. Antara lain:
1. Strategi pertama adalah mengembangkan sistem pelayanan yang andal, terpercaya serta
terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan peningkatan kualitas
jaringan komunikasi ke seluruh wilayah negara dengan tarif terjangkau. Sasaran lain adalah
pembentukan portal informasi dan pelayanan publik yang dapat mengintegrasikan sistem
manajemen dan proses kerja instansi pemerintah.
2. Strategi kedua adalah menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah
otonom secara holistik. Dengan strategi ini, pemerintah ingin menata sistem manajemen dan
12
prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara
cepat.
3. Strategi ketiga adalah memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang
ingin dicapai adalah standardisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan
transaksi informasi antarportal pemerintah. Standardisasi dan prosedur yang berkaitan
dengan manajemen dokumen dan informasi elektronik. Pengembangan aplikasi dasar seperti
e-billing, e-procurement, e-reporting yang dapat dimanfaatkan setiap situs pemerintah untuk
menjamin keamanan transaksi informasi dan pelayanan publik. Sasaran lain adalah
pengembangan jaringan intra pemerintah.
4. Strategi keempat adalah meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan
industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya
partisipasi dunia usaha dalam mempercepat pencapaian tujuan strategis e-government. Itu
berarti, pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya dilayani oleh pemerintah.
5. Strategi kelima adalah mengembangkan kapasitas sumber daya manusia, baik pada
pemerintah maupun pemerintah daerah otonom disertai dengan meningkatkan e-literacy
masyarakat. Strategi keenam adalah melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui
tahapan yang realistik dan terukur Dalam pengembangan e-government, dapat dilaksanakan
dengan empat tingkatan yaitu, persiapan, pematangan, pemantapan dan pemanfaatan.
3.2.2 Langkah-langkah pengembangan E-Government
Berdasarkan perkembangan e-Gov di berbagai negara, khususnya Indonesia, maka dapat
diperoleh lesson learned dari good practices dan bad practices yang masing-masing negara
alami. Apabila lesson learned dipadukan dengan teori yang ada, maka dapat diusulkan suatu
metodologi (langkah-langkah) pengembangan e-Gov yang bisa dijadikan panduan untuk
lingkungan pemerintah di Indonesia.
Menurut Center for Democracy and Technology dan InfoDev, proses implementasi eGovernment terbagi menjadi 3 tahapan. Tahapan itu harus dilakukan secara berurutan dan
masing-masing tahapan harus menjelaskan tujuan dari e-Government. Adapun ketiga tahapan
tersebut, antara lain, yaitu :
1. Publish, yaitu tahapan yang menggunakan teknologi informasi untuk meluaskan akses
untuk informasi pemerintah, misalnya dengan cara pembuatan situs informasi di setiap
lembaga, penyiapan sumber daya manusia, sosialisasi situs informasi baik untuk internal
maupun untuk publik, serta penyiapan sarana akses yang mudah..
Beberapa contoh implementasi e-government yang termasuk tahap publish ini adalah
- Masyarakat dapat melihat profil pejabat serta wakil rakyat di daerahnya, peraturanperaturan daerah yang telah ditetapkan, Rencana Anggaran Belanja Daerah
(RAPBD).
- Seorang peneliti dapat melihat data statistik daerah tersebut untuk menjadi bahan
kajian dan penelitiannya.
- Seorang investor dapat mengetahui prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi
untuk melakukan investasi di daerah tersebut.
- Masyarakat dapat melihat pengumuman lowongan dan penerimaan calon pegawai
negeri sipil daerah (CPNSD) di kabupatennya.
- Wisatawan dari luar daerah dapat melihat potensi pariwisata yang dimiliki, pilihan
transportasi serta hotel.
2. Interact, yaitu meluaskan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, misalnya dengan
13
cara pembuatan situs yang interaktif dengan publik, serta adanya antarmuka yang
terhubung dengan lembaga lain.Contoh aplikasi yang dapat digunakan adalah; situs
portal, e-mail, mailing list, Internet Relay Chatting, tele-conference, web-TV dan
sebagainya.
Beberapa contoh penerapan e-government pada tahap ini adalah:
- Seorang pasien dapat melakukan pendaftaran ke puskesmas atau rumah sakit yang
diinginkan didalam pemeriksaan penyakitnya.
- Suatu dinas pemerintahan yang membuka lowongan kerja dapat melakukan tes
penerimaan secara langsung dan online melalui Internet.
- Masyarakat dapat berdiskusi secara langsung melalui metoda mailing list dengan
wakil rakyatnya.
- Suatu perusahaan swasta yang akan membuka cabang disuatu daerah dapat
berdiskusi dan tanya jawab dengan instansi terkait mengenai prosedur dan
persyaratan yang harus ditempuh.
- Masyarakat dapat memilih atau memberikan pendapat tentang wakil rakyat dan
pejabat secara langsung menggunakan media elektronik (electronic voting).
3. Transact, yaitu menyediakan layanan pemerintah secara online. Pada tahap transaction
juga terjadi interaksi dua arah seperti halnya pada tahap interactivity. Hanya disini user
dapat mencari dan membeli suatu produk, atau membayar jasa layanan dan
mengumpulkan suatu informasi yang akan diolah. Aplikasi yang digunakan disini jauh
lebih kompleks, serta melibatkan sistem kemanan (security) yang baik agar perpindahan
uang dapat dilakukan dengan aman dan melindungi hak-hak privacy pihak yang
bertransaksi.
Contoh implementasi e-government apda tahap ini adalah:
- Masyarakat dapat mengurus permohonan baru atau memperpanjang KTP, SIM atau
passport secara langsung melalui Internet.
- Wajib pajak dapat langsung mengisi formulir-formulir pajak yang panjang serta
membayar kewajibanya secara online melalui Internet.
- Proses tender berbagai proyek pemerintah dapat dilangsungkan secara online dan
relatime melalui media Internet (konsep e-Procurement).
- Petani dan nelayan dapat menjual produknya pada pasca panen ke institusi yang
berkaitan.
14
15
Penyempurnaan menuju kualitas layanan terbaik (best practice).
Selain itu tahapan yang harus dilalui oleh suatu negara dalam pengembangan egovernment yang relatif sama di rekomendasikan oleh United Nations Online Network in
Public Administration and Finance (www.unpan.org), yang merupakan organ PBB yang
menjembatani studi di bidang administrasi publik dan keuangan. Tahapan-tahapan tersebut
adalah:
1. Emerging: yaitu, tahapan di mana negara melakukan komitmen awal untuk menjadi
pelaku e-government. Beberapa situs internet dibuat untuk menyediakan informasi
poliltik dan organisasional pemerintahan. Situs-situs ini menyediakan informasi
kontak (contact information) bagi penggunanya, namun pada banyak kasus tidak
terdapat fitur FAQ (Frequently Asked Questions) dalam situs tersebut. Situs inipun
jarang di-update.
2. Enhanced: yaitu tahapan di mana kehadiran suatu negara di Internet semakin
diperkukuh dengan bertambahnya situs-situs departemen dan lembaga-lembaga
pemerintahan. Isinya pun semakin kaya dengan informasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat dan up-to-date. Publikasi pemerintah, legislasi, dan bulettin digital
(newsletter) mulai tersedia, lengkap dengan fitur pencarian dokumen, alamat e-mail,
dan lain-lain.
3. Interactive: Pada tahapan ini, terbukalah akses yang luas terhadap bermacam-macam
situs institusi dan pelayanan pemerintah. Situs-situs ini mulai menawarkan interaksi
kepada penggunanya yang sedang online lewat e-mail maupun ruang untuk
memberikan komentar (chat box). Kapasitas data yang tersedia semakin banyak, dan
data-data ini diperbaharui (update) secara teratur.
4. Transactional: pada tahapan ini, telah tersedia layanan yang menyeluruh dan aman
untuk digunakan sebagai media transaksi. Masyarakat, misalnya, dapat mengurus
paspor, visa, berbagai surat izin, dan dapat melakukan pembayaran pajak dan bukan
pajak secara online. Tahapan ini membutuhkan infrastruktur internet yang kebal
terhadap serangan cyber crime yang dilakukan oleh para cracker atau black hackers.
5. Fully Integrated: pada tahapan akhir ini, telah tercapai kapasitas atau kemampuan
untuk mendapatkan seluruh aspek-aspek pelayanan pemerintah. Di sini, tidak ada
garis pemisah antara departemen pemerintah yang satu dengan yang lainnya.
Pembayaran pajak, misalnya, dapat juga dilakukan pada situs Kepolisian. Layanan
akan di-cluster-kan ke dalam kebutuhan masyarakat yang paling umum.
16
Untuk menjamin keterpaduan sistem pengelolaan dan pengolahan dokumen dan
informasi elektronik dalam rangka mengembangkan pelayanan publik yang transparan,
pengembangan e-government berorientasi pada kerangka arsitektur dibawah ini.
17
b. Penyediaan mekanisme akses melaui kios informasi yang tersedia di kantor pemerintahan dan
tempat publik sehingga menjamin keseteraan kesempatan mendapat informasi
c. E-procurement ; pemerintah dapat melakukan tender secara on line dan transparan
3.3 Tantangan dan Hambatan Penerapan E-Government di Indonesia
Jika dilihat dari keteranan di atas, tentunya sangat diinginkan adanya E-Government di
Indonesia. Ada beberapa hal yang menjadi hambatan atau tantangan dalam mengimplementasikan EGovernment di Indonesia.
1. Kultur berbagi belum ada. Kultur berbagi (sharring) informasi dan mempermudah urusan
belum merasuk di Indonesia. Bahkan ada pameo yang mengatakan: Apabila bisa dipersulit
mengapa dipermudah?. Banyak oknum yang menggunakan kesempatan dengan mepersulit
mendapatkan informasi ini.
2. Kultur mendokumentasi belum lazim. Salah satu kesulitan besar yang kita hadapi adalah
kurangnya kebiasaan mendokumentasikan (apa saja). Padahal kemampuan mendokumentasi ini
menjadi bagian dari ISO 9000 dan juga menjadi bagian dari standar software engineering.
3. Langkanya SDM yang handal. Teknologi informasi merupakan sebuah bidang yang baru.
Pemerintah umumnya jarang yang memiliki SDM yang handal di bidang teknologi informasi.
SDM yang handal ini biasanya ada di lingkungan bisnis / industri. Kekurangan SDM ini
menjadi salah satu penghambat implementasi dari e-government. Sayang sekali kekurangan
kemampuan pemerintah ini sering dimanfaatkan oleh oknum bisnis dengan menjual solusi yang
salah dan mahal.
4. Infrastruktur yang belum memadai dan mahal. Infrastruktur telekomunikasi Indonesia
memang masih belum tersebar secara merata. Di berbagai daerah di Indonesia masih belum
tersedia saluran telepon, atau bahkan aliran listrik. Kalaupun semua fasilitas ada, harganya
masih relatif mahal. Pemerintah juga belum menyiapkan pendanaan (budget) untuk keperluan
ini.
5. Tempat akses yang terbatas. Sejalan dengan poin di atas, tempat akses informasi jumlahnya
juga masih terbatas. Di beberapa tempat di luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong
royong untuk menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di perpustakaan umum
(public library). Di Indonesia hal ini dapat dilakukan di kantor pos, kantor pemerintahan, dan
tempat-tempat umum lainnya.
Hambatan-hambatan di atas sebetulnya tidak hanya dihadapi oleh Pemerintah Indonesia (atau
pemerintah daerah) saja. Di negara lain pun hal ini masih menjadi masalah. Bahkan di Amerika Serikat
pun yang menjadi pionir di dunia Internet masalah E-Government pun merupakan hal yang baru bagi
mereka. Namun mereka tidak segan dan tidak takut untuk melakukan eksperimen. Sebagai contoh
adalah eksperimen yang dilakukan di California dimana mereka masih mencoba meraba implementasi
E-Government yang pas untuk mereka.
3.2 Solusi Penerapan E-Government di Indonesia
Berikut beberapa rekomendasi alternatif untuk memecahkan permasalahn hambatan-hambatan
dalam implementasi e-gov:
a. Untuk hambatan di bidang regulasi dan pedoman penyelenggaran situs web pemda maka
pemerintah pusat perlu membuat master plan dan grand strategy e-gov yang dituangkan dalam
18
undang-undang atau peraturan pemerintah beserta petunjuk pelaksanaan teknisnya karena
implementasi membutuhkan tindakan dan penyediaan sarana dan bukan hanya konsep belaka.
Selain itu pihak pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu memikirkan anggaran
operasional serta anggaran pemeliharaan yang memadai. Oleh karenanya perlu penekanan bagi
pemerintah daerah untuk memasukkan anggaran e-gov pada Anggaran Belanja dan Pendapatan
Daerah serta menempatkan program e-gov sebagai skala prioritas di dalam pembangunan
daerahnya.
b. Untuk mengatasi belum meratanya literacy masyarakat tentang penggunaan e-gov maka
diperlukan strategi sosialisasi kepada masyarakat dengan beberapa tahapan yaitu ;
- Tahapan sosialisasi yang pertama adalah ditujukan kepada pimpinan lembaga
pemerintah. Karena secara kultur faktor pemimpin sangat memegang peranan dalam
implementasi e-government. Banyak contoh keberhasilan pelaksanaan e-gov di
berbagai negara, daerah atau kantor pemerintah disebabkan karena faktor skill dan
kepedulian manajemen para pemimpinnya.
- Tahapan ke dua adalah memberikan penekanan dalam sosialisasi e-government di
kalangan para pimpinan tentang manfaat yang bisa diperoleh dari penggunaan ICT
dalam tata pemerintahan. Baik itu dari segi politis, ekonomi, produktivitas kerja
pegawai dan juga omage di mata masyarakat.
- Tahapan ke tiga, adalah melibatkan semua bagian dalam lembaga pemerintah
termasuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam merumuskan dan membuat
rencana induk (masterplan) pelaksanaan e-government daerah dan instansi.
Keterlibatan DPR memiliki peran penting dalam kesuksesan pembangunan e-gov
semua elemen pemerintahan harus terlibat di dalamnya
- Tahapan ke tiga dalam sosialisasi e-gov adalah memberikan brand awarness kepada
para masyarakat luas tentang manfaat dan kegunaan bentuk-bentuk layanan dalam egov. Mengingat beragamnya status sosial dan ekonomi masyarakat maka yang
pertama diberikan penekanan sosialisasi adalah golongan masyarakat yang memiliki
status sosial ekonomi menengah ke atas terlebih dahulu, karena mereka lebih dekat
dengan teknologi internet dan konsep e-gov. Selain
itu cara ini juga akan mampu
menjadikan mereka untuk menjadi stimulan pendorong bagi golongan masyarakat
lain tentang manfaat dan kegunaan e-gov.
c. Untuk hambatan SDM maka perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan SDM di bidang
teknologi informasi dan komunikasi yang terintegarsi. Secara apragmatis hendaknya pelatihan
tersebut bersifatinhouse di tingkat penyelenggara pemerintah daerah agar diperoleh
pemahaman dan literacy yang menyeluruh dikalangan pegawai pemerintah daerah. Inhouse
training tersebut dapat melibatkan para pakar di daerah maupun di lain daerah serta kerjasama
dengan pihak perguruan tingi yang ada. Sementara di tingkat pusat perlu diselenggarakan secara
sentralisasi (oleh Depkominfo melalui Diklat terpadu) dan secara desentralisasi dengan
membuat pusat-pusat diklat di lembaga pendidikan milik Depdagri atau Lembaga Pendidikan
milik swasta yang bekerjasama dengan Depkominfo, maupun perguruan tinggi. Selain itu diklat
ini dapat dilaksanakan sendiri oleh masing-masing pemda yang lebih tahu kebutuhannya sendiri
berkaitan dengan implementasi e-government. Peningkatan SDM pegawai untuk implementasi
e-government perlu penanganan yang serius dan dilakukan bersama oleh pemerintah, Perguruan
Tinggi, dan pihak swasta. Yang paling penting dan utama untuk disampaikan dalam pelatihan
tersebut adalah perlu diubah pandangan tentang keberhasilan pelaksanaan e-gov bukan terletak
pada teknologinya tetapi bergantung pada kemampuan manusia yang mengelolanya Pada sisi
manajerial perlu dibuat suatu model pengelolaan e-government, baik untuk tingkat pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Pada struktur organisasi yang ada di departemen, kementerian
19
dan Lembaga pemerintah Non Departemen perlu dipertegas bagian dari organisasi yang
menangani egovernment disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi dari struktur organisasi
yang telah ada agar tidak terjadi kerancuan di dalam pengelolaan dan implementasi egovernment di pemerintahan daerah. Hal lain yang perlu diingat, bahwa di dalam manajemen egov kepedulian pimpinan baik dalam anggaran, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi adalah
penting. Situs web pemda akan kelihatan lebih cantik bila bupati dan walikota bukan sekedar
nampang fotonya tetapi memberikan akses ruang publik untuk berinteraktif melalui situs web
pemda tersebut tanpa diwakilkan oleh admin. Fenomena ini akan menjadikan akuntabilitas
pemda beserta jajaran struktur di mata publik. Berdasarkan pengamatan penulis, ada korelasi
yang signifikan antara kemajuan penyelenggaraan e-gov dengan IT literacy kepala daerah.
Kepala daerah yang memahami dan mengetahui kemampuan teknologi komunikasi dan
informasi, umumnya pembangunan e-gov di daerahnya relatif lebih maju dan lebih berprestasi (
situs web pemkot Yogyakarta ( www.jogja.go.id ).
d. Dalam hal keterbatasan sarana dan prasarana; maka diperlukan suatu solusi dalam bentuk
kebijakan pemerintah untuk merangkul pihak swasta khususnya provider ITC dalam bentuk
kerjasama terpadu yang tentunya menguntungkan ke dua belah pihak. Sebagai contoh misalnya
MOU yang dibuat oleh pemerintah dengan pihak Microsoft yang menuangkan kebijakan bahwa
akan dilakukan pemutihan bagi aplikasi software yang bukan resmi yang digunakan lembaga
pemerintah adalah merupakan terobosan dalam mengatasi infrastruktur yang mahal. Selain itu,
secara teknis pihak pemerintah daerah perlu membuat masterplan e-government yang bisa
melibatkan semua satker yang mencakup aspek pembangunan infrastruktur, aplikasi, sumber
daya manusia, perundang-undangan dan anggaran. Bila di perlukan maka pihak pemda bisa
melibatkan pihak ketiga (konsultan) dalam membuat masterplan yang bisa memfasilitasi
kebutuhan dan keinginan semua satker. Akan tetapi harus diingat jangan sampai peran
konsultan tersebut hanya "menginduk" pada salah satu satker karena tidak menjadikan e-gov
komprehensif, selain itu perlu dipertimbangkan pilihan konsultan yang bukan money and
bussiness oriented tetapi lebih yang mengutamakan pada profesionalisme kerja. Didalam
masterpaln tersebut harus mendahulukan hal-hal yang bersentuhan dan yang memiliki dampak
langsung pada publik seperti masalah perizinan, pajak, kependudukan dan sebagainya. Setelah
hal tersebut terpenuhi baru dipikirkan hal-hal kebijakan lain yang akan dituangkan dalam
implementasi e-gov. Yang terakhir dalam kasus ini, pihak pemerintah pusat maupun daerah
dibantu pihak swasta harus melakukan penambahan akses dan jangkauan infrastruktur
telematika bagi semua kalangan masyarakat dari atas hingga bawah. Termasuk dalam hal ini
adalah menetapkan tarif yang transparan dan 10 terjangkau untuk semua kalangan. Kalau perlu
pihak pemerintah sedikit memberikan tekanan agar tercapai deferensiasif tarif khusus untuk
menunjang pelaksanaan e-gov.
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN
20
regulasinya. Oleh karena itu maka harus dilakukan penyempurnaan konsep dan strategi pelaksanaan
egov dari berbagai sisi. Adanya regulasi dan standard pembangunan e-gov perlu dibuat agar tidak
terjadi pendefinisian dan pemaknaan e-gov secara sendirisendiri oleh pihak penyelenggara yaitu
pemerintah daerah.
Secara manajerial, e-gov yang dilaksanakan oleh pemda meski mengikuti parameter panduan
dari depkominfo namun secara nyata masih berorientasi pada web presence saja 2 tahapan lainnya yaitu
transaksi, dan transformasi masih di abaikan untuk dijalankan . Oleh karenanya perlu dilakukan
sosialisasi ulang secara komprehensif melalui diklat, kursus dan workshop kepada para penyelenggara
situs web daerah. Sosialisasi ulang penyelenggaran e-gov tidak saja membenahi masalah back office
nya atau segi manajerialnya tetapi juga membenahi front office nya yaitu content yang disediakan bagi
publik untuk diakses dan digunakan.
Secara teknis, pihak pemerintah daerah sebagai penyelenggara e-gov tidak memiliki blue print
atau masterplan penyelenggaraan dan pengembangan e-gov. Kalaupun ada, nampaknya masih
menggunakan pendekatan teknis telematika saja dan mengabaikan aspek lain seperti ekonomi, sosial
dan budaya. Hal ini juga menjadi alasan tuduhan mengapa e-gov di Indonesia tidak berjalan dengan
baik. Oleh karenanya diperlukan satu blue print atau master plan e-gov di Indonesia yang sejalan
dengan arah pembangunan nasional baik untuk jangka panjang dan jangka pendek yang menghampiri
aspek pemerintahan, politik, budaya, manajemen, ekonomi, antropologi, filsafat, agama, pertanian,
industri, perdagangan, pertahanan keamanan, dan lain sebagainya. Karena sesungguhnya hakekat
menyelenggarakan e-gov adalah identik dengan menyelenggarakan kebijakan pemerintahan untuk
kemaslahatan masyarakat dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas pelayan
publik secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
McLeod Jr, R. (2001). Management Information System, 8th edition. Prentice Hall International Inc,
New Jersey.
OBrien, J.A. (2002). Introduction To Information System: Essential For The E-Business Enterprise,
11th edition. McGraw Hill, New York.
Turban, Efraim and Aronson, Jay E. (2001). Decision Support Systems And Intelligent Systems, 6th
21
edition.. Prentice Hall, Inc, New Jersey.
http://edwi.dosen.upnyk.ac.id/Tantangan%20egov.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_publik
http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_informasi
http://one.indoskripsi.com/click/508/0
http://www.cert.or.id/~budi/articles/e-gov-makassar.doc
http://www.dwiantoro.com/documents/Pertemuan-1_Pendahuluan.pdf
http://www.investindk.com/visArtikel.asp?artikelID=8149