Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak
pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini terdiri dari dua buah
lobus lateral; yang dihubungkan oleh sebuah istmus. Kelenjar tiroid mempunyai panjang
kurang lebih 5 cm serta lebar 3 cm dan berat kurang lebih 30 gram.
Aliran darah ke dalam tiroid, per gram jaringan kelenjar, sangat tinggi (kurang lebih
5 mL/menit/gram tiroid) yaitu kurang lebih lima kali aliran darah ke dalam hati. Keadaan
ini mencerminkan tingkat aktivitas metabolik kelenjar tiroid yang tinggi. Kelenjar tiroid
menghasilkan tiga jenis hormon yang berbeda yaitu tiioditironin (T3), tiroksin (T4) yang
keduanya disebut dengan satu nama; hormon tiroid (TH), dan kalsitonin.

Gambar 2.1.1 Anatomi Kelenjar Tiroid


2.2 Hormon Tiroid (TH)
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik
seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses
metabolisme. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi
perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga diperlukan
untuk pertumbuhan normal. Sedangkan kalsitonin merupakan hormon penting lainnya
yang disekresikan oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap kadar kalsium plasma
1

yang tinggi, dan kalsitonin akan menurunkan kadar kalsium plasma dengan
meningkatkan jumlah penumpukan kalsium dalam tulang.
Sekresi tirotropin atau TSH (thyroid-stimulating hormone) oleh kelenjar hipofisis
akan mengendalikan kecepatan pelepasan hormon tiroid. Selanjutnya, pelepasan TSH
ditentukan oleh kadar hormon tiroid dalam darah. Jika konsentrasi hormon tiroid dalam
darah menurun, maka pelepasan TSH meningkat sehingga terjadi peningkatan keluaran
T3 dan T4. Keadaan ini merupakan suatu contoh pengendalian umpan balik (feedback
control).
Hormon pelepas tirotropin atau TRH (thyroid releasing hormone) yang disekresikan
oleh hipotalamus memberikan pengaruh yang mengatur pelepasan TSH dari hipofisis.
Faktor-faktor lingkungan seperti penurunan suhu tubuh dapat meningkatkan sekresi TRH
dan dengan demikian menaikkan sekresi hormon tiroid.
Iodium merupakan unsure esensial bagi tiroid untuk sintesis hormon tiroid. Pada
kenyataannya, iodium dalam tubuh paling banyak digunakan oleh kelenjar tiroid dan
gangguan utama akibat defisiensi iodium adalah perubahan fungsi tiroid.

Gambar 2.2.1 Pengendalian umpan balik terhadap produksi hormon tiroid

2.3 Hipertiroid
2.3.1 Definisi
Hipertiroid adalah sekresi hormon tiroid yang berlebihan dan dimanifestasikan
melalui peningkatan kecepatan metabolisme. Pada hipertiroid, kontrol umpan
balik normal selama sekresi hormon tiroid gagal. Hormon tiroid yang berlebihan
merangsang sistem tubuh yang paling menyebabkan hipermetabolisme dan
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik. Hipertiroid menyerang wanita lina
kali lebih sering dibandingkan laki-laki.
2.3.2 Etiologi
Penyakit Grave menjadi penyebab utama hipertiroid. Penyakit ini merupakan
gangguan otoimun yang biasanya ditandai dengan produksi autoantibody yang
mirip cara kerja TSH pada kelenjar tiroid sehingga terjadi pengeluaran hormon
tiroid yang berlebihan akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh
immunoglobulin dalam darah.
Penyebab hipertiroid yang lainnya yaitu goiter nodular yang ditandai dengan
peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon
tiroid. Peningkatan akan kebutuhan hormon tiroid terjadi selama masa
pertumbuhan atau kehamilan karena kebutuhan metabolik yang tinggi. Apabila
kebutuhan akan hormon tiroid berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali
ke ukuran sebelumnya. Tiroid yang membesar dapat terus memproduksi hormon
tiroid dalam jumlah berlebihan. Apabila seseorang tetap tetap mengalami
hipertiroid, maka keadaan ini disebut goiter nodular toksik.
Penyebab lain hipertiroid yang sering dijumpai adalah tioriditis dan
penggunaan hormon tiroid yang berlebihan.
2.3.3 Tanda dan Gejala
Gejala-gelaja hipertiroid berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktivitas
simpatis yang berlebihan. Kelebihan hormon tiroid menimbulkan gejala seperti
peningkatan frekuensi denyut jantung, takikardia, berdebar-debar, hipertensi
sistolik, dan aritmia jantung disertai dispnea. Penderita menjadi sering
3

berkeringat, intoleran terhadap panas, selera makan semakin bertambah, berat


badan mulai menurun, dan hiperdefekasi.
Selain itu penderita mengalami percepatan proses-proses mental seperti,
kegelisahan, iritabilitas, terus merasa khawatir dan labilitas emosi. Pasien
mengeluh sulit berkonsentrasi, sering terjadi tremor, kelemahan otot dan atrofi
otot terutama jika parah dan berkepanjangan. Gerakan kelopak mata relatif lambat
terhadap bola mata sehingga mata penderita tampak membelalak (eksoftalmos)
mungkin disebabkan oleh peningkatan tonus simpatis.
2.3.4 Evaluasi Diagnostik
Kelenjar tiroid selalu membesar hingga taraf tertentu. Pembesaran kelenjar
tiroid dapat dilihat dengan thyroid scan. Kelenjar tersebut terasa lunak dan pada
palpasi dapat terasa pulsasi. Vibrasi sering dapat dirasakan dan suara bruit
terdengar pada daerah arteri tiroidea yang merupakan tanda-tanda peningkatan
aliran darah lewat organ tersebut.
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar hormon tiroid (T3 dan T4), TSH,
dan TRH akan memungkinkan diagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat
sistem saraf pusat atau kelenjar tiroid.
Penurunan lipid serum dan penurunan sensivitas terhadap insulin yang dapat
menyebabkan hiperglikemia juga dapat menyertai hipertiroid.
2.3.5 Komplikasi
Komplikasi hipertiroid yang mengancam jiwa adalah krisis tirotoksik (thyroid
storm) yang dapat terjadi secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani
terapi atau selama pembedahan kelenjar tiroid.
Meskipun krisis tiroid mungkin sulit dikenali, tanda-tanda berikut merupakan
petunjuk penting untuk dipertimbangkan:
a. Takikardia (lebih dari 130 kali/menit)
b. Suhu tubuh lebih dari 37,70C (1000F)
c. Gejala hipertiroid yang berlebihan

d. Gangguan pada sistem yang utama, misalnya sistem gastrointestinal


(penurunan berat, diare, nyeri abdomen), neurologi (psikosis, somnolen,
koma), atau kardiovaskular (edema, nyeri dada, dispnea, palpitasi).
Krisis tirotoksik yang tidak ditangani hampir selalu bersifat fatal, tetapi
dengan penanganan yang benar, angka kematian pada keadaan ini dapat
mengalami penurunan yang cukup besar.
2.3.6 Penatalaksanaan Medis
Terdapat tiga bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati hipertiroid dan
mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan:
a. Farmakoterapi dengan menggunakan obat-obat yang mempengaruhi sintesis
hormon tiroid serta preparat yang mengendalikan manifestasi hipertiroid.
Sebagai contoh, propranolol berkhasiat untuk mengurangi ketegangan saraf,
takikardia, tremor, ansietas, dan intoleransi panas. Hormon tiroid kadangkadang dapat diberikan bersamaan obat anti tiroid untuk mengistirahatkan
kelenjar tiroid.
b. Penyinaran atau radiasi yang meliputi penggunaan radioisotop I131 atau I125
untuk menimbulkan efek destruktif pada kelenjar tiroid.
c. Pembedahan (tiroidektomi) dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid.
2.3.7 Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa keperawatan 1: Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan gangguan frekuensi atau irama jantung serta peningkatan
beban kerja jantung.
Kriteria hasil: Pasien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria: Nadi perifer dapat teraba
normal, tanda-tanda vital dalam batas normal, dan tidak ada disritmia dalam
waktu 3x24 jam.
Intervensi:
1. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika
memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional: Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi.
2. Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
5

crackles) dan palpasi getaran ictus cordis.


Rasional: Murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung
meningkat pada keadaan hipermetabolik.
3. Instruksikan mengenai pemeliharaan kekuatan asupan dan haluaran.
Rasional: Kehilangan cairan yang terlalu banyak dapat menimbulkan
dehidrasi berat akibat peningkatan metabolisme tubuh.
4. Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau
penghentian obat tekanan darah.
Rasional: membatasi komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen miokard yang mengakibatkan kerusakan fungsi
jantung.
b. Diagnosa keperawatan 2: Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan
nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
Kriteria hasil: Pasien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria:
Nafsu makan baik, berat badan normal, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi
dalam waktu 3x24 jam.
Intervensi:
1. Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari
Rasional: Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan
kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
2. Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan
vitamin.
Rasional: Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zatzat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang
sesuai.
3. Anjurkan keluarga pasien untuk tidak memberikan makanan yang dapat
meningkatkan peristaltik usus.
Rasional: Peningkatan motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare
dan

gangguan

absorbsi

nutrisi

karena

pasien

sudah

mengalami

hiperdefekasi.
4. Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dengan
menggunakan TKTP.
Rasional: Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi yang
disebabkan adanya hipermetabolik.
6

c. Diagnosa keperawatan 3: Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas


jaringan berhubungan dengan perubahan faktor mekanisme perlindungan dari
mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Kriteria hasil: Pasien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa
mata, terbebas dari ulkus dalam waktu 3x24 jam.
Intervensi:
1. Observasi adanya edema periorbital.
Rasional: Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan.
2. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap.
Rasional: Melindungi dari kerusakan kornea.
3. Tinggikan bagian kepala tempat tidur sampai 30 derajat.
Rasional: Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi.
4. Anjurkan keluarga pasien untuk mengurangi jumlah stimulus seperti lampu
yang redup.
Rasional: Memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk manfaat
terapeutik.
2.3.8 Discharge Planning
Pasien hipertiroid harus diajarkan cara dan kapan menggunakan obat yang
diresepkan. Di samping itu, pasien harus mengetahui bagaimana agar pengobatan
sesuai dengan rencana terapi yang lebih luas. Karena hipereksitabilitas dan
penurunan rentang perhatian pasien, rencana tertulis harus diberikan kepada
pasien agar dapat digunakan di rumah. Tipe dan jumlah informasi yang diberikan
kepada pasien disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing karena ada
perbedaan antara stress dan reaksi emosional.
Pasien dan anggota keluarga perlu mendapat penjelasan lisan dan tertulis
tentang efek terapi yang diharapkan selain efek samping yang mungkin timbul
dari pengobatan tersebut. Pasien diberitahu efek samping yang perlu dilaporkan,
jika hal itu terjadi. Pentingnya tindakan lanjut jangka panjang harus ditekankan
karena ada kemungkinan timbul hipotiroid sesudah tiroidektomi atau sesudah
pengobatan dengan preparat antitiroid.

2.4 Hipotiroid
7

2.4.1 Definisi
Hipotiroid terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid (TH) yang
bersirkulasi. Terdapat beberapa tipe hipotiroid, bergantung pada lokasi timbulnya
masalah, penyakit ini dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Hipotiroid sentral, apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar
hipofisis, hipotalamus, atau keduanya.
b. Hipotiroid sekunder atau pituitaria, jika sepenuhnya disebabkan oleh kelainan
hipofisis.
c. Hipotiroid tertier atau hipotalamus, jika ditimbulkan oleh kelainan
hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TRH tidak adekuat akibat penurunan
stimulasi oleh TRH.
2.4.2 Etiologi
Penyebab hipotiroid yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah
tiroiditis otoimun (penyakit Hashimoto), terjadi akibat destruksi autoantibodi
jaringan kelenjar tiroid sehingga sistem imun menyerang kelenjar tiroid.
Hipotiroid juga sering terjadi pada pasien dengan riwayat hipertiroid yang
menjalani terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid. Kejadian ini
paling sering dijumpai pada wanita lanjut usia. Terapi radiasi untuk penanganan
kanker kepala dan leher kini semakin sering menjadi penyebab hipotiroid pada
lansia laki-laki. Goiter endemik adalah hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam
makanan sehingga terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
2.4.3 Tanda dan Gejala
Gejala dini hipotiroid tidak spesifik, namun kelelahan yang ekstrem
menyulitkan penderitanya untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Adanya
kerontokan rambut, kuku yang rapuh serta kulit yang kering sering ditemukan,
dan keluhan rasa baal. Kadang-kadang suara menjadi kasar atau parau. Gangguan
haid akan terjadi di samping hilangnya libido.
Pada mulanya, pasien mungkin mudah tersinggung dan mengeluh merasa
lemah, bicara menjadi lambat, konstipasi, wajah membengkak serta kulit terasa
kering.
8

2.4.4 Evaluasi Diagnostik


Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk memastikan hipotiroid antara lain:
kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah, BMR yang rendah, dan
peningkatan kolesterol serum. Kadar TSH serum mungkin tinggi mungkin pula
rendah, bergantung pada jenis hipotiroid. Pada hipotiroid primer, kadar TSH
serum akan tinggi, sedangkan kadar tiroksin rendah. Sebaliknya, kedua
pengukuran tersebut akan rendah pada pasien dengan hipotiroid sekunder.
Riwayat penyakit serta hasil pemeriksaan fisik yang baik akan membantu
menegakkan diagnosis hipotiroid.
2.4.5 Komplikasi
Komplikasi yang paling parah bagi penderita hipotiroid adalah koma
miksidema. Umumnya hanya terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 50 tahun.
Angka mortalitas yang tinggi pada koma miksidema mengharuskan dilakukannya
penyuntikan intravena hormone tiroid dosis tinggi selain perawatan pendukung
lainnya.
Keadaan darurat ini ditandai dengan penurunan laju metabolik basal,
hipoventilasi yang mengarah ke asidosis repiratori, hipotermia, hipotensi,
hipoglikemia, dan penurunan kesadaran yang menyebabkan koma.
2.4.6 Penatalaksanaan Medis
Tujuan primer penatalaksanaan hipotiroid adalah memulihkan metabolisme
pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara mengganti hormon
yang hilang. Levotiroksin sintetik merupakan preparat terpilih untuk pengobatan
hipertiroid.
Pada hipotiroid yang berat dan koma miksidema, penatalaksanaannya
mencakup pemeliharaan berbagai fungsi vital. Gas darah arteri dapat diukur untuk
menentukan retensi karbondioksida dan memandu pelaksanaan ventilasi untuk
mengatasi hipoventilasi. Penggunaan alat pulse oximetry dapat pula membantu
kita untuk memantau tingkat saturasi oksigen. Jika kondisi miksidema berlanjut,
maka diberikan hormone tiroid secara intravena sampai kesadaran pasien pulih
kembali.
9

2.4.7 Asuhan Keperawatan


a. Diagnosa keperawatan 1: intoleran aktivitas b.d kelemahan umum.
Kriteria hasil: Beraktivitas dalam perawatan mandiri, melaporkan penurunan
tingkat kelemahan, dan melaporkan tidak adanya rasa nyeri dada, peningkatan
kelelahan atau gejala sesak napas yang menyertai peningkatan aktivitas dalam
waktu 3x24 jam.
Intervensi:
1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan
yang dapat ditoleransi.
Rasional: mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk
mendapatan istirahat yang adekuat.
2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan
lelah.
Rasional: memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam
aktivitas perawatan mandiri.
3. Rujuk pasien ke ahli gizi untuk perencanaan diit.
Rasional: untuk meningkatkan asupan makanan yang kaya energi.
4. Instruksikan keluarga pasien untuk meletakkan barang-barang pasien di
tempat yang mudah dijangkau.
Rasional: tindakan untuk menghemat energi.
b. Diagnosa keperawatan 2: hipotermia b.d penurunan laju metabolisme.
Kriteria hasil: Mengalami berkurangnya gangguan rasa nyaman dan
intoleransi terhadap hawa dingin, melaporkan rasa hangat yang adekuat dan
berkurangnya gejala menggigil dan mempertahankan suhu tubuh dasar dalam
waktu 3x24 jam.
Intervensi:
1. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut
Rasional: meminimalkan kehilangan panas
2. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar
suhu normal pasien
Rasional: mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma
miksedema
3. Ajarkan kepada pasien tindakan untuk mencegah hipotermia.
10

Rasional: untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal secara


mandiri.
4. Pasien
dan

keluarga

akan

menjelaskan

tindakan

untuk

mencegah/meminimalkan penurunan suhu tubuh.


Rasional: untuk mempertahankan atau mencapai suhu tubuh dalam batas
normal.

c. Diagnosa keperawatan 3: konstipasi b.d penurunan motilitas saluran cerna.


Kriteria hasil: Mencapai pemulihan kepada fungsi usus yang normal,
melaporkan fungsi usus yang normal, mengenali dan mengkonsumsi makanan
yang kaya serat dalam waktu 3x24 jam.
Intervensi:
1. Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam
diet.
Rasional: untuk meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar.
2. Pantau fungsi usus
Rasional: memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola
defekasi yang normal.
3. Ajarkan pasien tentang pentingnya menghindari mengejan selama defekasi.
Rasional: untuk mencegah perubahan tanda vital, limbung, atau perdarahan.
4. Berikan privasi dan keamanan pasien selama eliminasi defekasi.
Rasional: untuk meningkatkan kenyamanan pasien saat defekasi.
2.4.8 Discharge Planning
Sebelum pulang dari rumah sakit, beberapa program harus dilakukan untuk
memastikan bahwa pasien akan kembali ke suatu lingkungan yang akan
meningkatkan kepatuhannya terhadap rencana terapi yang diresepkan oleh dokter.
Pasien memerlukan dorongan dan bantuan dalam penggunaan obat setiap hari.
Bantuan dalam menyusun jadwal atau catatan akan memastikan penggunaan obat
yang akurat dan lengkap. Pentingnya penggantian terapi hormone tiroid yang
berkelanjutan dan pemeriksaan tindak lanjut secara periodik harus ditekankan
kembali. Pasien serta anggota keluarganya perlu diajarkan untuk mengetahui

11

tanda-tanda pengobatan yang berlebihan (overmedikasi) dan yang kekurangan


(undermedikasi).

Bibliography
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Medical Surgical Nursing: Clinical Management
for Positive Outcomes. Philadelphia: Elsevier.
Corwin, E. J. (2008). Handbook of Pathophysiology (3rd ed.). USA: Lippincott
William & Wilkins.
Engram, B. (1994). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2009). Medical Surgical Nursing: Patient
Centered Collaborative Care (6th ed.). Elsevier.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2005). Medical
Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. Philadelpia:
Elsevier.
McPhee, S. J., Ganong, W. F., & Pendit, B. U. (2010). Pathophysiology of Disease:
an Introduction to Clinical Medicine. McGraw-Hill Education.
Mutaqqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease
Processes. St. Louis: Mosby.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (8th ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.

12

13

Anda mungkin juga menyukai