PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Secara harafiah batubara adalah salah satu bahan bakar fosil dan batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Berdasarkan
tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu,
batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus,
lignit dan gambut.Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta
nilai kalori yang paling rendah.Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara
yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya, Sub-bituminus
mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber
panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.Bituminus
mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.
Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.Antrasit adalah
kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,
mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari
8%.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pencucian batubara untuk
memisahkan batubara murni dengan pengotornya. Pada kegiatan pencucian
batubara terdapat tahapan uji ketercucian batubara ( Coal Washability Test)
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain:
1.4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Pembentukan Batubara
2.1.1 Pembentukan Gambut dan Batubara
Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu
tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan disebut proses peatification
dan tahap pembentukan batubara dari gambut disebut proses coalification.
1. Pembentukan Gambut
tekanan
dan
suhu
pada
lapisaan
gambut
akan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
meningkatkan
kualitas
bahan
galian
dengan
menghilangkan
material
batubara yang relatif lunak tetapi liat, maka tahap pertama dan kedua ini
biasanya dilakukan dengan menggunakan suatu peremuk roll (roll crusher).
Dalam melaksanakan tahap kominusi, pengecilan ukuran harus dilakukan
sampai pada ukuran yang diperlukan saja, tanpa harus memperkecil sehingga
menjadi terlalu halus, karena akan menambah biaya tahap kominusi yang
umumnya relatif mahal.
2.2.2
10
lubang 50 mm, 25 mm dan 12 mm, maka fraksi ukuran yang dihasilkan adalah:
+ 50 mm; - 50 mm + 25 mm; - 25 mm + 12 mm; dan - 12 mm.
2.2.3
11
Desain dasar suatu cyclone terdiri dari sebuah kerucut yang atasnya
terpotong dan diletakkan terbalik, sebuah silinder di bagian atasnya dan sebuah
saluran untuk memasukkan umpan di bagian atas. Di dalam cyclone, umpan
akan terbagi menjadi dua bagian yaitu overflow dan underflow. Overflow
dikumpulkan pada sebuah tabung, yang disebut vortex finder, yang letaknya di
tengah menembus bagian atascyclone. Underflowdikeluarkan melalui sebuah
lubang di ujung bawah kerucut.Tempat keluarnya underflow ini dinamakan
sebagai apex, spigot, underflow nozzle atau bottom discharge nozzle.Dalam
operasi pencucian batubara, batubara bersih keluar sebagai overflowsedangkan
pengotornya ke luar ke apex sebagai underflow.
2. Prinsip Pemisahan Pada Cyclone
Gaya gravitasi yang merupakan dasar pemisahan batubara dari
pengotornya,sangat sedikit pengaruhnya dibandingkan dengan gaya-gaya lain.
Karenanya, cyclone dapat bekerja hampir dalam segala posisi dan bahkan
dapat dioperasikan secara terbalik, yakni apex berada di atas (Gambar 2.3).
Gaya-gaya utama yang bekerja di dalam cyclone adalah gaya sentrifugal dan
gaya hidrolik.
12
a. Gaya Sentrifugal
Tali pengikat martil yang dipegang oleh pelempar martil akan
mengencang saat martil diputar sebelum dilepaskan. Gaya yang menyebabkan
hal ini disebut gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal cenderung menarik sesuatu
yang berputar menjauhi sumbu putarnya. Kekuatan gaya sentrifugal tergantung
pada jari-jari lingkarannya, kecepatan gerak benda yang berputar, dan berat
benda. Semakin cepat benda berputar atau semakin pendek talinya, maka
semakin besar gaya sentrifugalnya. Contoh lain misalnya, air yang diputar di
dalam sebuah tabung, akan tertekan ke arah sisi tabung oleh gaya sentrifugal.
Gaya ini menarik air menjauhi sumbu putarnya sehingga akan terbentuk
pusaran air. Air akan menumpuk di sisi tabung dan akan terjadi kekosongan di
bagian tengah tabung.
Cairan yang diputar dengan cara seperti ini, akan membentuk pusaran
(vortex). Pusaran air terjadi misalnya di suatu sungai, sewaktu air bergerak ke
13
arah lubang, air akan bergerak lebih cepat karena kecepatan akan bertambah
bila radius berkurang. Penguatan pusaran air akan menimbulkan gaya
sentrifugal yang lebih besar didekat sumbu pusaran. Didalam siklon, gaya
sentrifugal bisa mencapai dua puluh kali lipat gaya gravitasi pada dinding
siklon bagian atas. Tetapi, gaya sentrifugal bisa meningkat lagi hingga 700 kali
lipat gaya gravitasi di daerah dekat sumbu pusaran. Karena semua partikel
padat harus meninggalkan siklon di dekat sumbu tengah, baik ke arah atas
bersama overflow maupun ke arah bawah bersama underflow, maka semua
partikel harus melewati daerah yang gaya sentrifugalnya sangat kuat ini.
b. Gaya Hidrolik
Air atau media berat yang dipompa ke dalam cycloneakan ke luar
sebagai underflow atau overflow. Material di dalam cycloneakan menerima
gaya hidrolik dengan empat cara yang berbeda, yaitu aliran ke dalam, aliran
berputar, aliran ke bawah, dan aliran ke atas. Sebelum keluar sebagai
underflow atau overflow, lumpur harus bergerak dahulu ke arah sumbu inti,
mengikuti aliran ke dalam. Karena aliran lumpur bersifat tangensial, maka
lumpur akan mengikuti aliran berputar di dalam cyclone. Aliran di bagian
bawah cyclone, akan berputar membentuk lingkaran, mengalir ke bawah
sejalan dengan makin kecilnya diameter cyclone, dan keluar sebagai
underflow. Aliran ke atas adalah aliran di sepanjang kolom udara yang ada di
sekeliling sumbu siklon dan mengalir ke luar pada vortexfinder. Berbagai
14
gerakan suspensi air media berat ini akan mengontrol gerakan partikel batubara
yang masuk ke cyclone.
2.2.4
15
pengayak dapat diatur sesuai kebutuhan. Agar batubara bersih tidak terbawa
aliran material pengotor yang berada di atas pengayak, digunakan float
pengotor, dengan cara menaikkan atau menurunkan untuk mengatur
ketebalan lapisan pengotor. Batubara bersih yang terapung akan terbawa
aliran air. Middling mengalir ke elevator middling. Aliran partikel middling
dan aliran batubara bersih diatur dengan menaikkan atau menurunkan float
middling.
Backwater dimasukkan dari bagian belakang kompartemen.Backwater
berguna untuk menghasilkan arus air ke atas melalui bagian dasar jig, dan arus
backwater ini tidak terlalu kuat untuk melepaskan partikel yang melekat pada
dasar kompartemen. Dalam prakteknya gaya yang dihasilkan oleh udara tekan
dan backwater bekerja bersama-sama. Pada saat terjadi pultion langkah
dorongan ke atas yang diakibatkan oleh udara tekan akan semakin kuat dengan
adanya arus air ke atas yang dihasilkan oleh backwater, karena keduanya
searah. Pada saat suction arus air ke atas yang dihasilkan oleh backwater tetap
tidak berubah sehingga kekuatan suctionakan berkurang.
16
17
18
19
misal densitas relatif batubara adalah 1,4 (tanpa satuan), karena densitas air 1
gr/cm3. Adanya hubungan antara densitas relatif dengan kadar abu membuat
pengendalian densitas relatif di dalam operasi pencucian akan dapat
mempertahankan batubara bersih dengan kadar abu tertentu, sehingga nilai
kalor, sulfur dan sifat-sifat penting lainnya juga dapat ditentukan.
Sebelum dilakukan pencucian terhadap suatu batubara kotor, harus
diketahui distribusi densitas relatif, artinya harus diketahui berapa bagian dari
batubara kotor tersebut merupakan batubara dengan densitas relatif rendah,
menengah, tinggi, dan kadar abu dari setiap fraksi densitasnya. Jika data ini
tersedia maka sistem pencucian batubara dapat ditentukan. Berat batubara
bersih, middling, pengotornya,dan kadar abu masing-masing produk ini dapat
diperkirakan.
Metode untuk mendapatkan data distribusi densitas relatif dan kadar
abu batubara disebut karakteristik ketercucian (washability), dan pengujiannya
dikenal sebagai analisis uji endap-apung. Batubara yang baru ditambang tidak
hanya terdiri dari batubara bersih dan shale. Batubara juga mengandung partikel
yang memiliki densitas relatif antara 1,4 sampai 2,4 dan bahkan ada yang lebih
kecil dari 1,4 dan lebih besar dari 2,4. Contohnya, pirit memiliki densitas relatif
sekitar 5.Jika sejumlah partikel diambil dari batubara kemudian ditentukan
densitas relatifnya dan dianalisis kadar abunya. Umumnya partikel yang
densitas relatifnya kecil akan memiliki kadar abu yang rendah, sedangkan
20
partikel yang densitas relatifnya tinggi memiliki kadar abu yang tinggi
pula.Partikel middling memiliki densitas relatif yang berada di tengah-tengah,
dan kadar abunya lebih besar dari kadar abu batubara bersih tetapi lebih kecil
dari kadar abu shale.
Bila densitas relatif meningkat, kadar abu juga akan meningkat. Semua
benda yang memiliki densitas lebih rendah dari air (kurang dari 1) akan
terapung, sedangkan yang memiliki densitas lebih besar dari 1 akan tenggelam
di dalam air.
Prinsip dasar ini dipakai dalam operasi pencucian batubara di mana
batubara diusahakan terapung di dalam suatu fluida sedang pengotornya
diusahakan tenggelam.Artinya densitas fluida yang digunakan haruslah terletak
di antara densitas batubara dan densitas pengotornya.
2.3.2
21
Preparasi Percontoh
Pekerjaan preparasi perconto harus dilakukan secara hati-hati sesuai
dengan aturan-aturan yang telah ditentukan, agar diperoleh perconto yang dapat
mewakili dari unit perconto secara keseluruhan. Preparasi perconto tergantung
pada analisis yang akan dilakukan. Preparasi dapat terdiri dari peremukan,
pengayakan dan pengeringan batubara.
22
Perconto yang akan digunakan untuk analisis sink and float biasanya
disiapkan dalam keadaan kering. Bila percontoh dalam jumlah yang besar, yaitu
melebihi dari jumlah perconto yang diperlukan untuk analisis, maka harus
dilakukan pembagian perconto dengan cara coning and quatering.
Sebelum melakukan uji endap apung, harus ditentukan terlebih dahulu
fraksi ukuran yang akan diuji dan densitas relatif yang akan digunakan.
Selannjutnya apakah pengujian akan dimulai dari cairan dengan densitas relatif
terendah atau tertinggi. Pilihan ini sangat tergantung pada densitas relatif yang
akan dipakai untuk membuang sebagian besar material pada tahap awal.
Perconto batubara yang kotor yang mengandung sedikit shale sebaiknya
diuji dengan memakai densitas relatif mulai dari yang terendah sampai yang
tertinggi. Sebaliknya jika yang akan diuji adalah perconto dengan sebagian
besar mengandung shale, sebaiknya dimulai dari densitas yeng tertinggi.
Dalam melakukan uji endap apung batubara, metode yang digunakan
adalah memasukan perconto batubara ke dalam serangkaian media yang
densitas relatifnya berlainan secara berurutan dan mengamati apakah batubara
tersebut dapat terapung atau tenggelam.
Media yang akan digunakan merupakan cairan berat dalam suatu range
density dengan perbedaan densitas relatif secara bertahap. Jarak dan besarnya
interval densitas relatif ditentukan sesuai dengan yang diperlukan. Biasanya
23
besar interval adalah 0,05 pada selang densitas relatif 1,30 1,70. Dengan jarak
interval tersebut, batubara akan mengalami keterapungan dan ketenggelaman.
Cairan yang digunakan untuk uji endap apung disebut sebagai media.
Media yang digunakan adalah :
24
Pembuatan kurva :
1. Kurva SG : menunjukkan teoritis % berat produk hasil pencucian pada SG
media tertentu.
2. Kurva kumulatif abu terapung: menunjukkan teoritis % berat abu produk
terapung hasil pencucian pada SG media tertentu
3. Kurva kumulatif abu tenggelam : menunjukkan teoritis % berat abu produk
tenggelam hasil pencucian pada SG media tertentu.
Uji Ketercucian Batubara
25
Penggambaran kurva :
Tabel 2.2 Data Penggambaran Kurva
Kurva
Ordinat
Absis
(nomor kolom)
(nomor kolom)
13
26
Sp Gr Distribution curve
12
Ash in refuse
10
11
27
Jig skala laboratorium, hasilnya adalah wash coal (batubara tercuci) dan
reject /discharge (kotoran).
3. Timbang wash coal dan discharge
4. Lakukan uji endap appung baik terhadap wash coal maupun discharge
menggunakan cairan berat dari SG 1,20 s/d 1,90
Pembuatan tabel.
Pembuatan grafik.
Float
Sink
Spesifik
coal
refuse
Wt(%)
Wt(%)
1,30
1,30-
Composite
Coal
Refuse
wt(%)
wt(%)
Feed
Distribution
Average
wt(%)
(%)
SG
coal
refuse
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
1,25
64,5
0,0
53,7
0,0
53,7
100,0
0,0
1,35
32,2
1,3
26,8
0,2
27,0
99,3
0,7
1,45
1,40
1,401,50
28
1,50-
3,3
39,9
2,7
6,7
9,4
28,7
71,3
1,55
0,0
23,1
0,0
3,9
3,9
0,0
100,0
1,65
0,0
11,5
0,0
1,9
1,9
0,0
100,0
1,75
0,0
24,2
0,0
4,1
4,1
0,0
100,0
2,25
100,0
100,0
83,2
16,8
100
1,60
1,601,70
1,701,80
+ 1,80
Pembuatan grafik :
29
Dimana :
o dp : probable error
o d : SG pemisah ( d.50)
30
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
1. Proses pembentukan batubara terjadi melalui dua tahap, yaitu tahap pembentukan
gambut (peat) dari tumbuhan disebut proses peatification dan tahap pembentukan
batubara dari gambut disebut proses coalification.
2. Dari tahap pembentukannya, batubara terbagi menjadi 4 jenis dengan kadar
carbon dan pengotor yang berbeda, yaitu lignit, sub-bituminus, bituminus dan
antrasit.
3. Karena batubara memiliki pengotor saat proses pembentukan alami maka
dilakukan pencucian batubara untuk mendapatkan batubara yang murni dengan
kadar kalori sesuai yang diinginkan. Dan untuk pengujian hasil pencucian
batubara dilakukanlah Uji Ketercucian Batubara.
4. Dalam melaksanakan uji ketercucian batubara terdapat proses uji pemisahan
mineral berharga dengan mineral tak berharga (pengotor) yang disebut dengan
Analisis Uji Endap-Apung (Sink & Float).
31