Syok Hipovolemik Makalah
Syok Hipovolemik Makalah
Blok Emergency
Semester V
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENDAHULUAN
Penyakit saraf tidak hanya sebagai penyebab angka kematian yang utama, tetapi
juga sebagai penyebab angka kesakitan. Mengingat bahwa penyakit serebrovaskular
masih merupakan penyebab kematian dan penyebab kecacatan yang menempati
peringkat dalam data kesehatan nasional.
Kemajuan penatalaksanaan penyakit saraf mulai dari diagnostik, terapi medik,
terapi surgikal, dan rehabilitasi menyebabkan jumlah penderita penyakit saraf yang
ditangani semakin baik dan meningkatkan harapan hidup penderita. Meskipun
demikian hal ini tidak menyelesaikan masalah karena adakalanya meninggalkan
sekuele pada penderita sehinga mengurangi produktivitas kerja dan kualitas hidup.
Selain itu semuanya memerlukan biaya yang sangat besar, dan sumber daya manusia
yang terampil dalam penatalaksanaannya.
Tindakan pencegahan terhadap penyakit saraf perlu ditingkatkan karena selain
murah dan mudah, dapat dilakukan di mana saja, kapan saja dan oleh siap saja, tetapi
memerlukan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia terhadap penyakit saraf.
Faktor resiko dari penyakit saraf terutama serebrovaskular perlu mendapat perhatian
khusus, karena resiko hari ini merupakan penyakit di masa yang akan datang. Selain
memfokuskan perhatian pada mereka yang telah menderita penyakit, kita juga perlu
memusatkan peratian pada mereka yang belum menderita tetapi mempunyai resiko
untuk menderita penyakit.
DAFTAR ISI
Pendahuluan...........................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................3
Pemicu.....................................................................................................4
Tujuan Pembelajaran............................................................................5
Pertanyaan..............................................................................................5
Kejang Demam.......................................................................................5
Etiologi....................................................................................................6
Faktor Resiko.........................................................................................6
Klasifikasi...............................................................................................7
Patofisiologi............................................................................................7
Manifestasi Klinis...................................................................................9
Diagnosa Banding..................................................................................10
Pemeriksaan Penunjang........................................................................11
Penatalaksanaan....................................................................................11
Komplikasi..............................................................................................12
Interpretasi More Info........................................................................12
Ulasan......................................................................................................14
Kesimpulan.............................................................................................15
Daftar Pustaka.......................................................................................15
Lampiran............................................................................................16
Kesadaran
Laju Nafas
Suara Nafas
: Mengorok (snorring)
Tekananan Nafas
: 80/40 mmHg
Denyut Nadi
Perfusi Perifer
More Info
Darah Rutin :
Hemoglobin
: 8,3 gr %
Hematokrit
: 24,3 gr %
Leukosit
: 11.000
Trombosit
: 150.000
pH
: 7,27
PCO
: 45 mmHg
PO
: 80 mmHg
BE
: -3
SaCO
: 90%
KGD :
Ro Thorak :
Kesan : Pneumothorax sebelah kanan
5.Tujuan pembelajaran:
A. Mampu merumuskan masalah kesehatan pasien.
B. Mampu menjelaskan patofisiologi dan mekanisme suatu kelainan atau keadaan
patologik dalam Brain and Mind System.
D. Mampu menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding penyakit Brain and Mind
System.
E. Mampu menyusun tata laksana kelainan atau gangguan Brain and Mind System.
F. Mampu menjelaskan prognosis suatu Brain and Mind System beserta alasan
yang mendasari.
6.Pertanyaan yang muncul dalam curah pendapat:
1. Penanganan awal pada pasien gawat darurat
2. Pneumotoraks
3. Syok
4. Jenis
dan
penatalaksanaan
fraktur
terbuka
(disertai
perdarahan)
5. Etik kegawat daruratan
7.Jawaban atas pertanyaan:
1. Penanganan Awal Pasien Gawat Darurat
Primary Survey ( A-B-C-D-E)
A. Airway and Cervical Spine Control:
Penilaian:
Jika pasien dapat berbicara maka jalan nafasnya bersih atau bebas.
Pemeriksaan adanya obstrusi jalan nafas yang disebabkan oleh benda asing,
fraktur tulang wajah, fraktur mandibula dan maksila, fraktur laring atau trakea.
Resusitasi:
1. Proteksi servikal dengan inline immobilisation/ kolar servikal.
Asisten berdiri di arah puncak kepala penderita sambil menjepit kepala
penderita dengan kedua lengan bawah, sedangkan masing-masing tangan
memegang bahu penderita dengan ibu jari mengarah ke atas.
2. Melakukan chin lift atau jaw thrust.
3. Mengeluarkan benda asing dan cairan dengan menggunakan suction.
4. Melakukan pemasangan orofaringeal tube atau nasofaringeal tube.
5. Memasang airway definitif
- Intubasi oro atau naso tarkeal
- krikotiroidotomi dengan pembedahan.
B. Breathing dan Ventilasi
Penilaian:
1. Melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi toraks.
-
toraks simetris atau asimetris, pemakaian otot tambahan dan tanda cidera
lainnya.
-
Perkusi : untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura.
2. Mengenal
tension
pneumotoraks,
massive
haemotoraks,
dan
open
pneumotoraks.
Tension
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ICR flat
Stem fermitus
Hipersonor
Suara pernafasan
ICR flat
Stem fermitus
Beda
Suara pernafasan
Normal
Stem fermitus
Hipersonor
Suara pernafasan
Pneumotoraks
Massive
pneumotoraks
Open
penumotoraks
Resusitasi
a. Memberikan oksigen dengan kecepatan 10-12 L/menit
b. Tension Pneumotorax: needle insertion dengan iv cath no.14 di ICR II linea
midklavikularis.
c. Massive haematothorax: pemasangan chest tube
d. Open Pneumothorax : luka ditutup dengan kain kasa yang diplester pada tiga
sisi (flutter-type valveefect).
e. Memasang sensor CO2 dari kapnograf pada ETT
f. Memasang pulse oksimeter
g. Surgical airway (cricothyroidotomy) dapat dilakukan bila intubasi endotrakeal
tidak memungkinkan atau kontraindikasi atau karena masalah teknis.
C. Circulation dengan Kontrol Perdarahan
Penilaian:
a. Mengenal adanya perdarahan eksternal
b. Menilai status haemodinamik: tingkat kesadaran, warna kulit dan pulse.
Resusitasi:
a. Bila ada perdarahan eksternal lakukan penekanan pada sumber perdarahan
secara manual atau dengan perban elastis.
b. Memasang 2 IV line untuk pemberian larutan
RL hangat sebanyak 2L
sesegera mungkin.
c. Memasang indwelling kateter untuk monitoring produksi urine bila tidak ada
kontraindikasi.
D. Disability: Status Neurologis
Penilaian:
a. Memeriksa diameter dan refleks cahaya pupil
b. Menilai tingkat kesadaran dengan metode AVPU
A : Alert
V : Respon to Verbal
P : Respon to Pain (dengan penekanan pada nail bed)
U : Unrespon
E. Exposure dengan pencegahan Hipotermia
Penilaian:
a. Membuka semua pakaian penderita
b. Melihat kelainan pada semua bagian tubuh
c. Memasang selimut dan mematikan AC
Secondary Survey
Evaluasi Head-to-Toe
Anamnesis
A : Alergi
M : Medikasi
P : Past Illnes (penyakit penyerta) / Pregnancy
Epidemiologi
- Lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan (5:1)
- Paling sering terjadi akibat penyakit dasar
- 12% dari angka kejadian, menyebabkan kematian
- Prevalensi bertambah pada musim penyakit yang berat
Faktor risiko
-
Laki-laki
Merokok
Umur
Gejala klinis
-
Sesak nafas
Nyeri dada
Batuk
Patofisiologi
Tension Pneumotoraks
Saat inspirasi udara masuk ke paru dan akan langsung mengalir ke rongga
pleura yang kemudian akan terperangkap di rongga pleura karena katup
bersifat satu arah.
Hipoksia akut akan segera direspon, salah satuya oleh konstriksi vaskularisasi
paru sehingga venous return akan semakin menurun.
Defek atau luka besar pada dinding toraks menyebabkan tekanan pleura sama
denga tekanan atmosfer. Jika defek melebihi 2/3 diameter bronkus, maka
udara cenderung lebih banyak yang masuk melalui luka (sucking wound), dan
hanya sedikit yang melalui jalan nafas .
10
Akibatnya ventilasi tidak adekuat pertukaran gas minimal dan pasien akan
mengalami hipoksia.
Flail Chest
Terjadi ketika ada fraktur multi iga pada dinding toraks sehingga kontinuitas
toraks terputus.
Nyeri akibat fraktur juga membatasi usaha bernafas pasien sehingga ventilasi
semakin menurun dan mengakibatkan hipoksia.
pasti
dari
pneumotoraks
jenis
tertutup,
terbuka
atau
Emfisema paru
Asma bronkial
Infark miokard
Emboli paru
Pneumonia
Komplikasi
Dapat terjadi kegagalan respiratori akut, henti jantung paru dan kematian.
11
Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip dasar penatalaksanaannya adalah:
-
Torakotomi
Prognosis
Pasien dengan pneumotoraks spontan hampir separuhnya akan
mengalami kekambuhan. Namun hal ini jarang terjadi pada pasien-pasien yang
dilakukan torakotomi terbuka.
Umumnya jarang ditemukan komplikasi tetapi, perhatian lebih
diberikan kepada pasien dengan PPOK sebagai penyebabnya.
3. Syok
Defenisi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini
muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius.
Etiologi Syok
No.
1
JENIS SYOK
Syok hipovolemik 1.
2.
ETIOLOGI
Perdarahan .
Kehilangan plasma (misal pada luka
bakar).
3.
12
Syok Anafilaktik
1. Antibiotic
Penisilin, sofalosporin, kloramfenikol,
polimixin, ampoterisin B
2. Biologis
Serum, antitoksin, peptide, toksoid
tetanus, dan gamma globulin.
3. Makanan
Telur, susu, dan udang/kepiting.
4. Lain-lain
Syok Neurogenik
Syok Sepsis
gangguan emosional
1. Infeksi bakteri gram negative,
misalnya: eschericia coli, klibselia
pneumonia, enterobacter, serratia,
proteus, dan providential.
2. Kokus gram positif, misal:
stafilokokus, enterokokus, dan
streptokokus.
13
Syok
1. Aritmia
Kardiogenik
Bradikardi / takikardi
Miokardiopati
3. Gangguan mekanis
-
Regurgitasi mitral/aorta
Obstruksi:
Klasifikasi shock:
1. Syok Hemoragik (Syok Hipovolemik)
Syok hipovolemik adalah terganggunya system sirkulasi akibat dari volume
darah dalam pembuluh darah yang berkuran. Perdarahan adalah penyebab syok
yang paling umum setelah trauma, dan hampir semua penderita dengan trauma
multiple ada komponen hipovolemia.
2. Syok non-Hemoragik
a. Syok Kardiogenik
Adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantuk sistemik pada
keadaan volume intravascular yang cukup dan dapat mengakibatkan hipoksia
jaringan. Syok dapat terjadi karena disfungsi vntrikel kiri yang berat, tetapi
dapat pula terjadi pada keadaan dimana fungsi ventrikel kiri cukup baik.
b. Tension Pneumotoraks
14
15
16
CVP rendah.
Respirasi.
-
Gastrointestinal.
-
Genitourinary.
-
Dermatology.
-
Syok hipovolemik
hipovolemia sedang (20-40% volume darah): lebih cemas dan takikardia lebih
jelas dan bisa ditemukan pada posisi berbaring.
hipovolemia berat: tekanan darah menurun drastis dan tidak stabil walau posisi
berbaring, takikardia hebat, oliguria dan agitasi (bingung).
Syok kardiogenik
Keluhan timbul berkaitan dengan etiologi:
-
infark miokard akut: keluhan nyeri dada akut dan punya riwayat jantung
koroner.
17
8. Ulasan :
Tidak dijumpai perbedaan dalam menyelesaikan topik dari berbagai sumber buku
teks. Dalam diskusi pakar, ada beberapa hal yang tidak diutarakan pada saat diskusi
kelompok di kelas, yaitu :
Pungsi Lumbal merupakan salah satu indikasi yang harus dilakukan pada
bayi bila terdapat kecurigaan bayi mengalami infeksi serebral, untuk
menyingkirkan meningitis.
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat, yaitu obat
antiepileptik dengan daya kerja lebih lama misalnya, fenobarbital atau
difenilhindantoin.
9.Kesimpulan:
Bayi A mengalami Kejang Demam Sederhana menurut kriteria Livingstone dan
untuk penatalaksanaannya adalah gabungan antara antipiretik dan antikonvulsan.
18
Nelson. Waldo E. Kejang Demam. Ilmu Kesehatan Anak Ed.15 Vol. 3. Jakarta:
EGC 1999 ; 2059-2060.
Staff Pengajar IKA FK UI. Kejang Demam. Resupno Hassan. Buku Kuliah
Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Info Medika 2007; 847-854.
www.emedice.com
19