Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OP


CRANIOTOMY DECOMPRESI DI RUANG ICU
RSUD ZA BANDA ACEH

Disusun oleh :
T. Fathur Rahmat
1512101020185

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH TAHUN 2016

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan


Post Op Craniotomy Decompresi
A. Definisi
Craniotomy adalah Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala)
dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak. Pasien
post op craniotomy biasanya karena adanya terdapat gangguan atau kelainan
pada otak sehingga harus dilakukannya operasi.
B. Indikasi

Operasi Craniotomy dilakukan atas indikasi:


1. Untuk pengangkatan tumor pada otak
2. Untuk menghilangkan bekuan darah (hematoma)
3. Untuk mengendalikan perdarahan dari pembuluh darah (aneurima
serebral.
4. Untuk memperbaiki malformasi arteriovenosa (koneksi abnormal dari
pembuluh darah)
5. Untuk menguras abses otak
6. Untuk mengurangi tekanan di dalam tengkorak
7. Untuk melakukan biopsi, atau untuk memeriksa otak.
C. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada klien dengan post op craniotomy dibagi
menjadi 2 yaitu:

1. Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF),
seperti sakit kepala, nausea atau muntah proyektif, perubahan mental dan
kejang.
2. Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik
dari otak.
a. Perubahan penglihatan, misalnya hemianopsia, diplopia, kebutaan, dan
tanda-tanda papil edema.
b. Perubahan bicara, misalnya aphasia
c. Perubahan sensorik, misalnya hilangnya sensasi nyeri, halusinasi
sensorik
d. Perubahan motorik, misalnya; ataksia, jatuh, kelemahan dan paralisis
e. Perubahan bowel atau blader, misalnya inkontensia, retensi urin, dan
konstipasi.
f. Perubahan dalam pendengaran, misalnya tinnitus, deafness.
g. Perubahan dalam seksual
D. Komplikasi
1. Edema cerebral
2. Syok Hipovolemik
3. Hydrocephalus
4. Perdarahan subdural, epidural dan intracerebral.

5. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis, yang muncul


pada hari ke 7-144 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul
bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran
darah sebagai emboli ke paru-paru, hati dan otak.
6. Infeksi biasanya muncul pada 6-46 jam setelah operasi.

E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menentukan lokasi tumor yang tepat, pemeriksaan penunjang yang
harus dilakukan ialah:
1. CT-Scan memberikan info spesifik menyangkut jumlah, ukuran, dan
kepadatan jejas tumor, serta meluasnya edema serebral sekunder.
2. MRI membantu mendiagnosis tumor. Ini dilakukan untuk mendeteksi jejjas
tumoryang kecil. Alat ini juga membantu mendeteksi jejjas yang kecil dan
tumor-tumor di dalam batang otak dan daerah hipofisis.
3. Biopsy stereotaktik bantuan komputer ( 3 dimensi) dapat digunakan untuk
mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasardasar pengobatan dan informasi prognosis.
4. Angiografi serebral memberikan gambaran tentang pembuluh darah serebral
dan letak tumor serebral.
5. Elektroensefalogram (EEG) untuk mendeteksi gelombang otak abnormal
pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk
mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

F. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pada post op craniotomy adalah;
1. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
2. Mempercepat penyembuhan
3. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi
4. Mempertahankan konsep diri pasien
5. Mempersiapkan klien pulang
Tindakan keperawatan post op craniotomy:
1. Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output
2. Observasi dan catat sifat drain (warna, jumlah drainage)
3. Saat melakukan mobilisasi pada pasien harus hati-hati, jangan sampai drain
tercabut.
4. Perawatan luka operasi secara steril
5. Makanan; Pada klien pasca operasi biasanya tidak diperkenankan menelan
makanan sesudah pembedahan. Makanan yang dianjurkan pada pasien post
operasi adalah makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat
diperlukan pada proses penyembuhan luka, sedangkan Vit C yang
mengandung antioksidan membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk
pencegahan infeksi.

6. Mobilisasi; Klien diposisikan untuk berbaring di tempat tidur agar


keadaannya stabil. Biasanya posisi awal adalah telentang, tapi juga harus
tetap dilakukan perubahan posisi agar tidak terjadi dekubitus.
7. Pemenuhan kebutuhan eleminasi; Fungsi sistem perkemihan kembali setelah
6-8 jam post anesthesia inhalasi, IV, spinal anesthesi, infus IV, manipulasi
operasi untuk mengetahui ada tidaknya retensio urine.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Primary Survey
1) Air way; Periksa jalan nafas dari sumbatan benda asing (padat, cair)
setelah dilakukan pembedahan akibat pemberian anestesi.
a) Potency jalan nafas, meletakan tangan di atas mulut atau hidung.
b) Auscultasi paru keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.
2) Breathing; Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan
gangguanirama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas,
kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes
atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing
(kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan
produksi sputum pada jalan napas.
a) Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10
X/menit depresi narcotic, respirasi cepat, dangkal gangguan
cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang meningkat.

b) Inspeksi:

Pergerakan

dinding

dada,

penggunaan

otot

bantu pernafasan diafragma, retraksi sterna efek anathesi yang


berlebihan, obstruksi.
3) Circulating; Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan
darah bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan
transmisi

rangsangan

parasimpatik

ke

jantung

yang

akan

mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda


peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung
(bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,disritmia).
a) Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit,
balutan.
4) Disability : berfokus pada status neurologi
a) Kaji tingkat kesadaran pasien, tanda-tanda respon mata,respon
motorik dan tanda-tanda vital.
b) Inspeksi respon terhadap rangsang, masalah bicara,kesulitan
menelan, kelemahan atau paralisis ekstremitas, perubahan visual
dangelisah.
5) Exposure; Kaji balutan bedah pasien terhadap adanya perdarahan
b. Secondary Survey
1) Pemeriksaan fisik; Pasien Nampak tegang, wajah menahan sakit, lemah
kesdaran somnolent apatis, GCS 15, TD 120/80 mmHg, Nadi 98 x/m, suhu
37C, RR 20 x/mnt.

a) Abdomen; I n s p e k s i

tidak

ada

asites,

palpasi

hati

t e r a b a 2 j a r i b a w a h i g a , d a n l i m p a t i d a k membesar,
perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit. Distensi abdominal
dan peristaltic usus adalah pengkajian yang harus dilakukan
padagastrointestinal.
b) Ekstremitas; Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot
ekstremitas atas 4 4 dan ekstremitas bawah 4 4, akral dingin
dan pucat.
c) Integument; Kulit keriput, pucat, turgor sedang.
d) Pemeriksaan neurologis; Bila perdarahan hebat/luas dan
mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus
cranialis, maka dapat terjadi :
Perubahan
perhatian,

status

mental

(orientasi,

konsentrasi, pemecahan

kewaspadaan,

masalah,

pengaruh

emosi/tingkah laku dan memori).


Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia,
kehilangansebagian lapang pandang, foto fobia.
Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetris) deviasi pada
mata.
Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi
pada

nervus

diafragma.

vagusmenyebabkan

kompresi

spasmodik

Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah


jatuh kesalahsatu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan
menelan.
c. Tersiery survey
1) Kardiovaskuler; Klien Nampak lemah, kulit dan konjuntiva pucat dan akral
hangat. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 120x/m, kapiler refille 2 detik.
Pemeriksaan laboratorium : HB 9.9 gr %, HCT 32 dan PLT 235.
2) Brain; Klien dalam keadaan sadar, GCS: 4-5-6 (total = 15),
klien nampak lemah, refleksdalam batas normal.
3) Bladder; Klien terpasang doewer chateter urine tertampung 200 cc,
warna kuning kecoklatan.
d. Identitas klien;

Nama

: Ny. M

Umur

: 26 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Tempat tanggal lahir: Bireun, 16 Februari 1990


Golongan darah

: O+

Pendidikan terakhir : SLTA


Agama

: Islam

Suku

: Aceh

Status perkawinan : Menikah


Alamat

: Bireun

a. Keluhan utama : Pasien penurunan kesadaran sudah hari ke-12, sejak di


bawa ke rumah sakit.
b. Riwayat keluhan : Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran
sejak 10 jam ebelum masuk rumah sakit. Pasien jatuh dari sepeda motor
bersama temannya dan tidak sadarkan diri. Riwayat mual dan mutah (-).
c. Pengkajian primer
1) Airway; Tidak ada sekret dijalan napas. Tidak ada suara napas
tambahan (gurgling).
2) Breathing; Bernafas spontan, napas tidak sesak, dan tidak ada
menggunakan otot bantu pernapasan, RR: 24x/mnt.
3) Circulation; Nadi : 76x/menit, TD : 140/100 mmHg, klien terlihat
pucat, akral dingin, kapiler refil <2 detik dan tidak ada pendarahan.
4) Disability: GCS: E2M3V1 = 6. Kesadaran pasien stupor yaitu
kesadaran menurun, respon psikomotor lambat, pasien sering
mengeluarkan perkataan yang tidak jelas. Pupil an isokor 0,3 mm/ 0,5
mm. Pasien sudah 12 hari tidak sadarkan diri.
5) Exposure: Suhu 370C, terdapat luka lecet di tangan kanan (siku= 2x1 x
0,5) dan tangan kiri, dan terdapat luka lecet dikaki kanan.

d. Analisa data
No
1.

Data
DS: -.

Etiologi
Perdarahan

DO: Penurunan kesadaraan

Masalah
Perubahan
perfusi jaringan

(stuport), mengeluarkan suara

serebral

tidak jelas, respon motorik


klien lambat, sulit
2.

berkomunikasi, GCS = 6
DS: -

Luka insisi

Gangguan rasa
nyaman nyeri

DO: HR: 120x/mnt, TD: 140/100


mmHg, pasien meringis,
kadang-kadang pasien
merengek dan menagis
kesakitan
3.

DS: -

Luka insisi

DO: Terdapat luka craniotomi di

Kerusakan
integritas kulit

bagian kepala. Pasien


terpasan perban, terpasang
ETT, terpasang infuse line,
terpasang kateter uri H(6).
4.

DS: -

Perdarahan

DO: Perubahan status mental,

post operasi volume cairan


craniotomy

pasien dalam keadaan

Kekurangan

penurunan kesadaran
(stuport), Kimia AGD; PH=
7,506, PCO2 : 27,5,
bikarbonat; 32,0, membran
mukosa kering.

2. Diagnosa
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan perdarahan

b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.


c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gygiene luka yang buruk
f.

Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan efek anastesi

g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual


muntah.
3. Perencanaan
No

Diagnosa

Tujuan Kriteria Hasil

1.

Gangguan perfusi

Tujuan:

jaringan serebral

Setelah dilakukan

ekstermitas

berhubungan dengan

perawatan tidak

terhadap pembengk

perdarahan

terjadi gangguan perfusi j

akan, dan eritema.

aringan. Kriteria hasil:


a. Tanda-tanda vital
stabil.
b. Kulit klien hangat dan
kering.
c. Nadi perifer ada dan
kuat.

Intervensi Keperatan
a. Observasi

b. Evaluasi status
mental. Perhatikan
terjadinya
hemaparalis, afasia,
kejang, muntah
dan peningkatan
TD

d. Masukan atau
2.

Gangguan rasa

haluaran seimbang
Tujuan: Setelah dilakukan

nyaman

tindakan keperawatan rasa

lokasi,karakteristi

nyeri berhubungan

nyeri dapat teratasi atau

k, skala (0-10).

dengan luka insisi

tertangani dengan baik.


Kriteria hasil:
a. Melaporkan rasa nyeri
hilang atau terkontrol

a. Kaji nyeri, catat

b. Selidiki dan
laporkan perubaha
n nyeri dengan
tepat.

b. Mengungkapkan

c. Pertahankan posisi

metode pemberian

istirahat semi

menghilang rasa nyeri.

fowler.

c. Mendemonstrasikan

d. Dorong ambulasi

penggunaan teknik
relaksasi dan

dini
e. Berikan kantong

aktivitas hiburan
sebagi penghilang
3.

es pada abdomen
f.

Berikan analgesic

Kerusakan integritas kulit

rasa nyeri
sesuain indikasi
Tujuan:Setelah di berikan a. Kaji dan catat

berhubungan dengan

tindakan pasien tidak

ukuran, warna,

luka insisi.

mengalami gangguan

keadaan luka, dan

integritas kulit. Kriteria

kondisi sekitar luka.

hasil:
a. Menunjukkan penyem
buhan luka tepat
waktu.
b. Pasien menunjukkan

b. Lakukan kompres
basah dan sejuk atau
terap irendaman.
c. Lakukan perawatan
luka dan hygiene

perilaku

sesudah mandi, lalu

untuk meningkatkan p

keringkan kulit

enyembuhan dan

dengan hati - hati.

mencegah komplikasi. d. Berikan prioritas


untuk meningkatkan
kenyamanan pasien.

Daftar Pustaka
Brown., C.V, Weng., J, Oh., D. (2004). Does routine serial computed tomography
of the head influence management of traumatic brain injury?

Mardjono M & Sidharta P. (2003). Penyakit dalam; Neurologi Klinis Dasar.


Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC
Sudoyo, W. A et al. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Soeparman. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, Edisi Kedua. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai