Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS JURNAL

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

“Asuhan Keperawatan Pasien PPOK Menggunakan Posisi Condong Ke


Depan Dan Latihan Pursed Lip Breathing Untuk Meningkatkan Saturasi
Oksigen”

Kelompok 1:

DIAH SULISTIAWATI I4B021013

DINDA RESTY LIFIANA DEWI I4B021033

LUTFI MAULID NABILA I4B021038

LUTFIA KHOERUNNISA I4B021032

SAMSUL HIDAYAT I4B021010

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM PROFESI NERS

PURWOKERTO

2021
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu penyakit yang sering menjadi masalah dalam sistem


pernapasan adalah Paru-paru Obstruksi Kronis atau PPOK. Penyakit ini
menjadi penyebab kematian dan nomor 4 dunia. PPOK terjadi karena
adanya keterbatasan aliran udara secara progresif dikarenakan inflamasi
kronik saluran napas dan juga parenkim paru yang terjadi akibat terpapar
pajanan gas ataupun partikel berbahaya (Sholihah, Maratus, et all. 2019).
Gejala PPOK yang memiliki faktor risiko berupa merokok, usia, genetik,
infeksi, adanya paparan partikel berbahaya ini hampir serupa dengan
penyakit pernafasan lainnya seperti asma, bronkitis, emfisema, dll. Batuk
kronis baik disertai dahak ataupun tidak disertai dan sesak nafas menjadi
masalah utama yang sering dikeluhkan dari penyakit ini (Soeroto, Arto Y. &
Suryadinata H. 2014).

Berbagai terapi diberikan untuk mengatasi gejala dari PPOK ini, baik
secara farmakologis seperti pemberiaan bronkodilator dan obat lainnya serta
terapi non farmakologis seperti rehabilitasi, aktivitas fisik, upaya berhenti
merokok dll. Selain cara tersebut ada sebuah cara non farmakologis
sederhana yang dapat dilakukan penderita PPOK untuk mengurangi gejala
sesak nafas yaitu positioning atau perubahan posisi. Posisi yang dapat
dilakukan yaitu seperti posiis semi fowler-high fowler atau posisi duduk
tegak atau bisa juga posisi duduk dengan condong kedepan (Sholihah,
Maratus, et all. 2019).

B. Tujuan

Mahasiswa mampu menganalisis jurnal yang berjudul “Asuhan


Keperawatan Pasien PPOK Menggunakan Posisi Condong Ke Depan Dan
Latihan Pursed Lip Breathing Untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen”
BAB II REVIEW JURNAL

1. Jurnal Utama

a. Judul Jurnal : Asuhan Keperawatan Pasien PPOK


Menggunakan Posisi Condong ke Depan dan Latihan Pursed Lip
Breathing untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen
b. Pengarang : Regita Putri Cahyani, Pujiarto, dan Nandita
Wana Putri
c. Tahun Terbit, Nomor, Volume:
a. Tahun Terbit : 2020
b. Nomor :1
c. Volume :2
d. Alamat Jurnal, Hari dan Tanggal Mengunduh:
http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/MNJ Senin, 06
September 2021
1. Sistematika Keseluruhan Jurnal:

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan


Penelitian mengidentifikasi keefektifan posisi condong ke depan
(CKD) dan latihan pernafasan pursed lip breathing
(PLB) terhadap peningkatan saturasi oksigen pasien
PPOK yang dirawat di wilayah kerja Puskesmas
Gedong Air Bandar Lampung.
Subjek Jumlah subjek penelitian yang diambil dalam
Penelitian penelitian ini berjumlah 2 orang yang telah memenuhi
kriteria inklusi. Kedua responden tersebut kemudian
dilakukan intervensi Latihan Posisi Condong ke
Depan serta Pursed Lip Breathing secara bersamaan.
Penerapan posisi condong ke depan dan latihan
pursed lip breathing dilakukan bersama-sama selama
15 menit dengan 3 kali istirahat, 5 menit untuk setiap
kali istirahat dan dilakukan selama 3 hari berturut-
turut.
Metode Metode penelitian ini menggunakan metode
Penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian terapan
(Applied Research)
Pengantar Paru-paru Obstruksi Kronis merupakan
penyakit yang dimanifestasikan dengan
terhambatannya aliran udara di saluran pernafasan
dan tidak sepenuhnya reversible (Maidartati 2012).
Menurut Global Lung and Disease (2018) Prevelensi
kejadian PPOK di dunia rata-rata berkisar 3-11%.
Sementara angka kejadian di Asia Pasifik rata-rata
prevalensi PPOK sebesar 6,3%, dengan yang terendah
3,5% di Hongkong dan Singapura, dan tertinggi di
Vietnam sebanyak 6,7%. Indonesia menunjukkan
prevalensi sebanyak 5,6% atau 4,8 juta kasus untuk
PPOK derajat sedang sampai berat
Pasien dengan PPOK akan mengalami tanda-
tanda fisik kelemahan otot selama inspirasi yang
selanjutnya berkaitan dengan frekuensi sesak nafas.
Salah satu latihan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi sesak nafas tersebut adalah Pursed Lips
Breathing. Pursed Lips Breathing merupakan
prosedur yang dilakukan dengan melibatkan
pernafasan melalui perlawanan yang diciptakan
dengan penyempitan bibir (Tarigan 2018) . Penelitian
Tarigan (2018) menunjukan perbedaan rata-rata
saturasi oksigen pasien dengan PPOK seebelum
tindakan Pursed Lips Breathing adalah 96,72% dan
setelah tindakan menjadi 98,11%.
Tindakan keperawatan lain yang dapat
dilakukan untuk mengatasi sesak nafas adalah dengan
posisi condong ke depan. Penelitian Hilma et al
(2019) menunjukkan bahwa rata – rata nilai saturasi
oksigen pada pasien PPOK sebelum dilakukan
tindakan posisi condong ke depan adalah 94,47% dan
setelah dilakukan intervensi posisi condong ke depan
selama 3 hari berturut – turut selama 15 menit, rata –
rata nilai saturasi oksigen adalah 94,76%.
Jurnal ini berfokus untuk mengetahui dan
mengidentifikasi keefektifan posisi condong ke depan
(CKD) dan latihan pernafasan pursed lip breathing
(PLB) terhadap peningkatan saturasi oksigen pasien
PPOK yang dirawat di wilayah kerja Puskesmas
Gedong Air Bandar Lampung.
Hasil Rata-rata saturasi oksigen dihitung
Penelitian menggunakan pulse oximetry pada responden 1 di
sebelum dilakukan kombinasi tindakan posisi
condong ke depan dan pursed lips breathing selama
tiga hari berturut-turut adalah 96,33%. Sedangkan
rerata saturasi oksigen setelah dilakukan kombinasi
tindakan condong ke depan dan pursed lips breathing
selama tiga hari berturut-turut adalah 97,33. Hal ini
menunjukan terjadinya peningkatan saturasi oksigen
sebanyak 1,00%.
Sedangkan pada responden kedua, rata-rata
saturasi oksigen sebelum dilakukan penerapan posisi
condong ke depan dan latihan pursed lip breathing
selama 3 hari berturut-turut adalah 95,67% dan rata-
rata saturasi oksigen Tn.K setelah dilakukan
penerapan posisi condong ke depan dan latihan
pursed lip breathing selama 3 hari berturut-turut
adalah 96,33%.
Kesimpulan Penelitian ini menunjukan hasil bahwa kombinasi
antara tindakan posisi condong ke depan dengan
latihan pursed lip breathing yang dilakukan selama
tiga bari berturut-turut efektif dalam meningkatkan
saturasi oksigen pada pasien PPOK
Kelebihan Kelebihan dalam jurnal ini meliputi:
Jurnal 1. Frekuensi pelaksanaan tindakan dalam
penelitian ini dibahas dengan jelas, yaitu
selama selama 15 menit dengan 3 kali
istirahat, 5 menit untuk setiap kali istirahat
dan dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
2. Metode penelitian menggunakan applied
research yaitu metode dilakukan secara
sistematis dan hati-hati guna memenuhi tujuan
utama penelitian
3. Penelitian ini menggunakan instrument
penelitian yang sudah akurat yaitu pulse
oximatery dengan menghitung saturasi
oksigen
4. Implementasi tindakan posisi condong ke
depan dan pursed lips breathing mudah
diaplikasi karena efektif dan efisien
Kekuranga Kekurangan dalam jurnal ini:
n Jurnal 1. Tidak dijelaskan secara rinci penentuan
kriteria inklusi dan eksklusi

2. Jurnal Pendukung 1
a. Judul Jurnal : Efektivitas Posisi Condong ke Depan (CKD)
dan Pursed Lips Breathing (PLB) terhadap Penurunan Keluhan
Sesak Nafas Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis
b. Pengarang : Suci Khasanah dan Madyo Maryoto
c. Tahun Terbit, Nomor, Volume:
a. Tahun Terbit : 2016
b. Nomor :9
c. Volume :1
d. Alamat Jurnal, Hari dan Tanggal Mengunduh:
http://stikesalirsyadclp.ac.id Selasa, 07 September 2021
e. Sistematika Keseluruhan Jurnal:

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan


Penelitian mengidentifikasi keefektifan posisi condong ke depan
(CKD) dan latihan pernafasan pursed lip breathing
(PLB) terhadap penurunan keluhan sesak nafas pasien
PPOK
Subjek Jumlah sample responden yang digunakan berjumlah
Penelitian 25 orang dengan pembagian: 1) Kelompok intervensi
pertama berjumlah 9 responden pasien PPOK dengan
intervensi posisi CKD dan PLB dimana setiap kali
dilakukan tindakan tersebut pasien diberi kesempatan
untuk beristirahat setiap 5 menit sebanyak 3 kali, 2)
Kelompok kontrol pertama berjumlah 8 pasien PPOK
dengan intervensi posisi semi fowler dan natural
breathing, 3) Kelompok kontrol kedua berjumlah 8
orang dengan intervensi posisi CKD dan natural
breathing.
Metode Desain penelitian adalah randomized control trial pre
Penelitian post test with control group. Populasi pada penelitian
ini adalah para pasien PPOK yang dirawat di rumah
sakit Margono Soekarjo dan sekitarnya. Teknik
sampling menggunakan simple random sampling.
Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan
inferensial uji Kruskall Wallis.
Pengantar Sesak nafas adalah gejala utama yang sering
muncul pada penderita PPOK. WHO memperkirakan
prevalensi PPOK terus meningkat dari peringkat
keenam menjadi peringkat ketiga sebagai penyebab
kematian tersering (Ambrosino dan Serradori 2006).
Kim et. al. (2012) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa tindakan pursed lips breathing
dapat meningkatkan keadekuatan pernafasan pasien
PPOK, yaitu salah satunya adalah dengan menurunkan
keluhan sesak nafas. Tindakan keperawatan lain yang
dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan
kondisi pernafasan pasien PPOK adalah memposisikan
pasien. Kim et. al. ( 2012) juga menjelaskan jika
posisi condong ke depan (CKD) dapat membantu
meningkatkan kondisi pernafasan.. Posisi condong ke
depan meningkatkan tekanan intraabdominal dan
menurunkan penekanan diafragma kebagian rongga
abdomen selama inspirasi (Bhatt et al. 2009) .
Jurnal ini berfokus untuk mengetahui dan
mengidentifikasi keefektifan posisi condong ke depan
(CKD) dan latihan pernafasan pursed lip breathing
(PLB) terhadap penurunan sesak nafas pada pasien
PPOK dengan membandingkan antara kelompok
intervensi, kelompok kontrol 1 dan kelompok kontrol
2.
Hasil Pada kelompok 1 yang diberikan posisi CKD
Penelitian dan PLB dari hari pertama sampai dengan hari ketiga
adalah terjadi penurunan nilai median sekala sesak
nafas p > α. Pada kelompok 2 pada pasien PPOK yang
diposisikan semi fowler dan natural bretahing nilai
rerata hari pertama sampai hari ketiga adalah sama
dengan nilai p > α. Pada kelompok 3 yaitu kelompok
yang diposisikan CKD dan natural breathing nilai
mdian meningkat 2 point dan setelahnya sampai hari
ketiga nilai median sama tetapi nilai maksimal
mengalami peningkatan 1 point dengan nilai p > α.
Hasil uji post hoc memberikan informasi
bahwa keluhan sesak nafas setelah diberikan possisi
CKD dan latihan bernafas PLB dari hari pertama
sampai hari ketiga mengalami penurunan keluhan
sesak nafas dan setiap harinya keluhan sesak nafas
tersebut berbeda dengan nilai p < α
Perbedaan keluhan sesak nafas antar kelompok
pada hari pertama dan kedua tidak ada perbedaan
keluhan sesak nafas anatar kelompok dengan nilai p >
α pada hari ketiga menunjukan perbedaan keluahan
sesak nafas antar kelompok dengan nilai p < α.
Hasil uji hoc baik pada hari ketiga menunjukan
bahwa ada perbedaan keluhan sesak nafas antar
kelompok 1 dan kelompok 2 dan antar kelompok 1
dengan kelompok 3 dengan masing-masing nilai p < α,
tetapi tidak ada perbedaan keluhan sesak nafas antara
kelompok 2 dengan 3 dengan nilai p > α.

Kesimpulan 1. Posisi CKD dan PLB yang dilakukan bersama-sama


dengan lama waktu setiap latihan 5 menit sebanyak 3
kali dengan durasi istirahat 5 menit yang dilakukan
selama tiga hari efektif untuk membantu menurunkan
keluhan sesak nafas pada pasien PPOK.
2. Posisi CKD dan PLB yang dilakukan selama tiga
hari, dan pada hari ketiga posisi tersebut lebih efektif
untuk menurunkan keluhan sesak nafas dari posisi
CKD dan natural breathing. Posisi CKD dan PLB
dapat dijadikan alternatif tindakan mandiri
keperawatan untuk membantu meningkatkan kondisi
pernafasan pasien PPOK yaitu menurunkan keluhan
sesak nafas disamping tindakan kolaboratif
farmakologis.
Kelebihan Kelebihan jurnal ini :
Jurnal 1. Kriteria sampel dijelaskan secara rinci
2. Dilakukan secara bersama-sama selama 3 hari
berturut-turut, dimana setiap kali dilakukan tindakan
tersebut pasien diberi kesempatan untuk beristirahat
setiap 5 menit sebanyak 3 kali.
Kekuranga Kekurangan jurnal ini:
n Jurnal 1. Instrumen yang digunakan merupakan modifikasi
brog scale (m. brog scale) yang tidak dijelaskan ke
validitas dan reliabilitas instrumenya.
2. SOP pada kelompok dengan natural breathing dan
semi fowler tidak dijelaskan

3. Jurnal Pendukung 2
a. Judul Jurnal : The Effectiveness of Tripod Position And
Pursed Lips Breathing to Enhance Oxygen Saturation in Patients
With COPD
b. Pengarang : Hilma Wahdiati, Sri Dwiningsih, Putranto
c. Tahun Terbit, Nomor, Volume:
a. Tahun Terbit : 2019
b. Nomor :2
c. Volume :3
d. Alamat Jurnal, Hari dan Tanggal Mengunduh:
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id Selasa 7 September 2021
e. Sistematika Keseluruhan Jurnal:

Tujuan Mengetahui perbedaan efektifitas pemberian tripod


Penelitian position dan terapi pursed lips breathing exercise
terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien
dengan PPOK.
Subjek Pada penelitian ini terdapat sampel sebanyak 34
Penelitian responden yang sudah memenuhi kriteria inklusi,
dimana responden dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
17 responden sebagai kelompok 1 dengan perlakuan
tripod position dan 17 responden sebagai kelompok 2
dengan perlakuan pursed lip breathing exercise
Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi
Penelitian eksperimental dengan rancangan pre test-post test
design untuk mempelajari efektifitas pemberian
tripod position dan pursed lips breathing exercise
terhadap peningkatakn saturasi oksigen pada pasien
PPOK. Dalam penelitian ini teknik memilih sampel
yang digunakan adalah non- probability sampling
yaitu mengambil sampel yang sesuai dengan
ketentuan atau persyaratan sampel dari populasi
tertentu
Pengantar Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
menurut perkembangannya akan menjadi penyakit
yang mematikan nomor tiga di dunia karena gejala
awal yang tidak dirasakan oleh penderita. Di
Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebanyak 3,7
persen per mil penderita PPOK dengan frekuensi lebih
tinggi pada laki-laki (WHO, 2015).
Penurunan saturasi oksigen yang terjadi pada
pasien PPOK terjadi pada saat serangan sesak nafas
yang dialami. Sehingga jumlah oksigen dalam sel
darah merah yang dibawa hemoglobin menuju jantung
kiri dan dialirkan menuju kapiler perifer sedikit,
gangguan suplai oksigen dalam darah pada arteri akan
meyebabkan penurunan nilai saturasi oksigen yang
akan berdampak buruk bagi tubuh penderita
(Muttaqin, 2008).
Dampak yang sering terjadi pada pasien
PPOK dengan nilai saturasi yang mengalami
penurunan terus menerus akan mengakibatkan
terjadinya hipoksemia dan berlanjut menjadi hipoksia
yang akan mengakibatkan pada penurunan aktivitas
fungsional sehari- hari, penurunan konsentrasi dan
perubahan mood pada pasien PPOK. Keadaan sesak
nafas yang dibiarkan terus menerus tanpa disadari
akan menurunkan saturasi oksigen yang selanjutnya
dapat menyebabkan sianosis pada penderita PPOK
(Somantri, 2012). Penanganan penurunan saturasi
oksigen agar tidak menyebabkan hipoksemia, hipoksia
dan sianosis dapat dilakukan dengan pemberian terapi
non-farmakoligis yaitu pengaturan posisi dan latihan
pernafasan. Pengaturan posisi yang dapat
meringankan sesak nafas pada pasien PPOK adalah
tripod position dan latihan pernafasan yang dapat
mempengaruhi saturasi oksigen yaitu pursed lips
breathing exercise (Somantri, 2012).
Hasil karakteristik usia bahwa sebanyak 82,4%
Penelitian penderita PPOK ada pada kategori usia 66- 75 tahun
yaitu sebesar 17 responden (50,0%), responden
dengan usia 56-65 tahun sebanyak 11 responden
(32,4%), selanjutnya pada rentang usia 76-85 tahun
jumlah responden hanya 1 responden (2,9%).
Karakteristik jenis kelamin bahwa sebanyak 23
sampel (62,6%) penderita PPOK berjenis kelamin
laki-laki.
Berdasarkan hasil distribusi karakteristik
kebiasaan merokok pada masing-masing kelompok,
sebanyak masing masing 11 (50%) orang perokok
aktif berdistribusi pada kelompok tripod osition dan
pursed lips breathing.
3 menunjukan karakteristik kebiasaan kontrol ke
puskesmas bahwa sebanyak 28 (82,4%) sampel hanya
periksa ke puskesmas jika sakit yang dirasakan
kambuh dan kondisi tubuh yang semakin memburuk.
Menunjukan karakteristik sesak napas yang
dirasakan bahwa sebanyak 17 (50,0%) sampel tidak
mengalami sesak napas kecuali saat aktivitas berat
sedangkan hanya 1 (2,9%) sampel yang mengalami
sesak napas saat berjalan 100 meter.
Menunjukkan karakteristik responden
berdasarkan saturasi oksigen sebelum diberikan
perlakuan tripod position dan saturasi oksigen
sebelum diberikan perlakuan pursed lips breathing.
Rata-rata saturasi oksigen responden pada kelompok 1
sebelum dilakukan intervensi tripod position
menunjukkan sebesar 94,47% sedangkan pada
kelompok 2 sebelum dilakukan intervensi pursed lips
breathing menunjukkan sebesar 94,0%. Saturasi
oksigen perifer terendah pada kelompok 1 dengan
intervensi tripod position sebesar 93% sedangkan
pada kelompok 2 dengan intervensi pursed lips
breathing sebesar 92%. Nilai saturasi oksigen perifer
tertinggi pada kelompok 1 intervensi tripod position
sebesar 95% dan pada kelompok 2 intervensi pursed
lips breathing sebesar 95%.
Menunjukkan selisih rata-rata saturasi oksigen
pada kelompok 1 dengan perlakuan tripod position
adalah 0,29. Hasil uji wilcoxon menunjukkan p-value
pada kelompok kontrol sebesar 0,25 (p > 0,05) yang
secara statistik meiliki arti tidak ada perbedaan
saturasi oskigen yang bermakna antara sebelum dan
setelah dilakukan tripod position pada kelompok
perlakuan 1.
Menunjukkan selisih rata-rata saturasi oksigen
perifer pada pre test dan post test kelompok 2 dengan
perlakuan pursed lips breathing adalah 1,23. Hasil uji
paired sample T test menunjukkan p-value pada
kelompok kontrol sebesar 0,000 (p < 0,05) yang
menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada
hasil pre test dan post test saturasi oksigen kelompok
2 dengan perlakuan pursed lips breathing.
Menunjukkan hasil bahwa ada perbedaan hasil
selisih rerata pada sebelum tindakan dan setelah
tindakan pada kedua kelompok sampel. Rata-rata
selisish peningkatan saturasi oksigen (SpO2) pada
kelompok 1 dengan tripod position adalah 0.29,
sedangkan rata-rata selisih peningkatan pada
kelompok 2 dengan pursed lips breathing adalah 1.23.
Hasil p value pada uji analisis menggunakan uji
Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang bermakna pada rata-rata selisish
peningkatan saturasi oksigen (SpO2) antara kelompok
tripod position dan pursed lips breathing diperoleh
sig.(2-tailed) 0.00 (<0.05).
Kesimpulan Hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-
Whitney test menunjukkan ada perbedaan efektifitas
yang signifikan terhadap kelompok tripod position
dan pursed lips breathing terhadap peningkatan
saturasi oksigen yang menunjukkan bahwa pursed
lips breathing lebih efektif dibandingkan dengan
tripod position.
Kelebihan Kelebihan jurnal :
Jurnal 1. Ada penjelasan karateristik demografi
2. Terdapat 2 kelompok eksperimen
3. Menggunakan istrumen penelitian yang akurat dan
tidak perlu uji validasi lagi (pluse oximetery)
Kekurangan Kekurangan jurnal :
Jurnal 1. Tidak dijelaskan SOP CKD dan PLB

BAB III. PEMBAHASAN


Penyakit Paru Obtruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang
ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversibel (Cahyani, Pujiarto, dan Putri, 2020). PPOK
merupakan sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai
dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya (Price dan Wilson, 2012). PPOK dianggap sebagai
penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dengan lingkungan.
Merokok, polusi udara, dan pemajanan di tempat kerja (terhadap batu bara,
kapas, dan padi-padian) merupakan beberapa faktor risiko penting yang
menunjang terjadinya penyakit ini (Brunner dan Suddart, 2015). Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) menurut perkembangannya akan menjadi
penyakit yang mematikan nomor tiga di dunia karena gejala awal yang tidak
dirasakan oleh penderita. Di Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebanyak
3,7 persen per mil penderita PPOK dengan frekuensi lebih tinggi pada laki-
laki (Depkes RI, 2008).

Word Health Organisation (WHO) memperkirakan bahwa pada


tahun 2020 prevalensi PPOK akan terus meningkat dari peringkat ke-6
menjadi peringkat ke-3 penyebab kematian tersering di dunia (Depkes RI,
2008). Menurut WHO pada tahun 2010 PPOK adalah masalah kesehatan
utama yang menjadi penyebab kematian no 4 di Indonesia (PDPI, 2006).

PPOK merupakan penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran


udara di saluran nafas (paru-paru) yang tidak sepenuhnya reversibel (WHO,
2015), yang terjadi terus-menerus yang bersifat progresif, serta berhubungan
dengan respons inflamasi kronis pada saluran pernapasan dan paru-paru
terhadap partikel atau gas yang beracun sehingga dapat menyebabkan
penurunan saturasi oksigen pada tubuh (GOLD, 2015). Penurunan saturasi
oksigen yang terjadi pada pasien PPOK saat serangan sesak nafas, sehingga
jumlah oksigen yang dibawa hemoglobin darah menuju jantung dan
dialirkan menuju kapiler perifer menjadi sedikit. Gangguan suplai oksigen
dalam darah pada arteri akan meyebabkan penurunan nilai saturasi oksigen
yang akan berdampak buruk bagi tubuh penderita (Muttaqin, 2008).
Dampak yang sering terjadi pada pasien PPOK dengan nilai
saturasi yang mengalami penurunan terus menerus akan mengakibatkan
terjadinya hipoksemia dan berlanjut menjadi hipoksia yang akan
mengakibatkan pada penurunan aktivitas fungsional sehari-hari, penurunan
konsentrasi dan perubahan mood pada pasien PPOK. Keadaan sesak nafas
yang dibiarkan terus menerus tanpa disadari akan menurunkan saturasi
oksigen yang selanjutnya dapat menyebabkan sianosis pada penderita PPOK
(Somantri, 2012). Penanganan penurunan saturasi oksigen agar tidak
menyebabkan hipoksemia, hipoksia dan sianosis dapat dilakukan dengan
pemberian terapi non-farmakoligis yaitu pengaturan posisi dan latihan
pernafasan disamping medikasi maupaun tindakan medis yang telah
direncanakan.

Pengaturan posisi yang dapat meringankan sesak nafas pada pasien


PPOK adalah pursed lips breathing dan posisi condong ke depan. Pursed
lips breathing dapat memperbaiki pola nafas dan meningkatkan volume
tidal. Selain itu, pursed lips breathing bertujuan memberikan manfaat
subjektif pada penderita yaitu mengurangi sesak, rasa cemas dan tegang
karena sesak (Tarigan dan Juliandi, 2018). Posisi condong ke depan
meningkatkan tekanan intraabdominal dan menurunkan penekanan
diafragma kebagian rongga abdomen selama inspirasi. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Isnainy dan Tias (2019) posisi condong ke depan (CKD)
dapat membantu meningkatkan kondisi pernafasan.

Berdasarkan analisis dari jurnal utama yang berjudul “Asuhan


Keperawatan Pasien PPOK Menggunakan Posisi Condong ke Depan dan
Latihan Pursed Lip Breathing untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen”
membuktikan bahwa terjadi perubahan yang signifikan antara sebelum dan
setelah penerapan posisi condong ke depan dan latihan pursed lip breathing
pada pasien PPOK untuk meningkatkan saturasi oksigen. Metode penelitian
ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian terapan
(applied research). Subyek penelitian yang diambil 2 orang yang sesuai
dengan kriteria inklusi. Intervensi penelitian ini menggunakan pulse
oxymeter, SOP latihan pursed lip breathing dan SOP latihan posisi condong
ke depan. Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi
penerapan posisi condong ke depan dan latihan pursed lip breathing selama
3 hari berturut-turut pada responden pertama Tn.A terdapat peningkatan
saturasi oksigen yaitu dari 95% menjadi 98% dan pada responden kedua
Tn.K juga terjadi peningkatan saturasi oksigen yaitu dari 94% menjadi 98%.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh terapi posisi condong
ke depan dan pursed lip breathing terhadap peningkatan saturasi oksigen
kedua responden dengan PPOK (Cahyani, Pujiarto, dan Putri, 2020).

Terapi posisi condong ke depan dan pursed lip breathing


dilakukan dengan durasi 15 menit dan 3 kali istirahat selama 5 menit untuk
satu kali istirahat. Terapi ini dilakukan dengan jangka waktu 3 hari berturut-
turut. Selain itu, terapi yang dilakukan memiliki kelebihan berupa intrument
penilian saturasi oksigen menggunakan pulse oximatery yang telah
berstandar dan memiliki akurasi yang baik, tindakan terapi yang dilakukan
berdasarkan SOP, dan aplikasi tindakan yang mudah dilakukan dengan hasil
yang efektif dan efisien dalam meningkatkan saturasi oksigen pada pasien
PPOK (Cahyani, Pujiarto, dan Putri, 2020). Namun, penelitian ini juga
memiliki kekurangan yaitu jumlah responden penelitian hanya 2 orang,
tidak terdapat kelompok pembanding, prosedur tindakan dan indikasi
maupun kontra indikasi terapi belum dijelaskan dalam artikel.

Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani, Pujiarto, dan Putri (2020)


didukung oleh penelitian Khasanah dan Maryoto (2016) dengan judul
penelitian “Efektifitas Posisi Condong ke Depan (CKD) dan Pursed Lips
Breathing (PLB) Terhadap Penurunan Keluhan Sesak Nafas Pasien
Penyakit Paru Obstetrik Kronik (PPOK)” penelitian ini merupakan
eksperimen randomized control trial pre post test with control group.
Sampel penelitian sebanyak 25 pasien, dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan random sampling. Terdapat tiga kelompok: intervensi/klp 1
(diposisikan CKD dan PLB), kontrol 1/ klp 2 (diposisikan semi fowler dan
natural breathing) dan kontrol 2/ klp 3 (diposisikan CKD dan natural
breathing). Setiap tindakan dilakukan selama 3 hari. Teknik posisi CKD dan
PLB dilakukan bersama-sama dengan durasi setiap latihan 5 menit sebanyak
3 kali dengan durasi setiap kali istirahat 5 menit dengan tujuan untuk
membantu menurunkan keluhan sesak nafas pada pasien PPOK. Hasil
penelitian menunjukkan posisi CKD dan PLB yang dilakukan selama tiga
hari, dan pada hari ketiga posisi tersebut lebih efektif untuk menurunkan
keluhan sesak nafas dari pada posisi CKD dan natural breathing maupun
posisi semi fowler dan natural breathing. Posisi CKD dan PLB dapat
dijadikan alternatif tindakan mandiri keperawatan untuk membantu
meningkatkan kondisi pernafasan pasien PPOK, yaitu menurunkan keluhan
sesak nafas disamping tindakan kolaboratif farmakologis. Hasil analisis
menunjukkan bahwa posisi CKD dan PLB yang dilakukan selama 3 hari
lebih efektif dalam menurunkan keluhan sesak nafas dengan p-value
(0,000)< α (0,05).

Selain itu, penelitian lain yang mendukung hasil dari jurnal utama
yakni penelitian yang berjudul “The Effectiveness of Tripod Position And
Pursed Lips Breathing to Enhance Oxygen Saturation in Patients With
COPD”. Penelitian ini menggunakan metode queasy eksperimental dengan
desain pre-posttest. Penelitian ini menggunakan total sampling sebanyak 34
pasien PPOK yang termasuk dalam kriteria inklusi di wilayah kerja
Puskesmas Padangsari Semarang. Sampel kemudian dibagi menjadi 2
kelompok perlakuan (kelompok posisi tripod dan pursed lips breathing)
yang memberikan terapi 15 menit sebanyak 3 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut. Hasil uji non parametrik, uji Mann-Whitney menunjukkan
perbedaan efektifitas antara posisi tripod dan pursed lips breathing dengan
p 0,00 dengan mean deviasi sebelum dan setelah terapi posisi tripod 0,29
dan pursed lips breathing 1,23. Data tersebut menunjukkan bahwa pursed
lips breathing lebih efektif dalam meningkatkan saturasi oksigen pasien
PPOK dibandingkan dengan posisi tripod (Wahidati, Dwiningsih, dan
Putrono, 2019).

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa selain tindakan medis dan


pemberian obat farmakologis, terdapat terapi yang dapat melengkapi dan
meningkatkan saturasi oksigen dan mengurangi atau menghilangkan
keluhan sepperti sesak napas pada pasien PPOK, yaitu kombinasi terapi
CKD dan PLB. Pembahasan di atas menunjukkan beberapa hasil penelitian
yang menunjukkan terapi CKD dan PLB efektifitas yang baik dibandingkan
dilakukan hanya salah satu atau dibandingkan dengan kombinasi terapi
lainnya. Dengan demikian, kombinasi terapi CKD dan PLB dapat
direkomendasikan sebagai salah satu terapi pendamping yang dapat
dilakukan oleh perawat dalam mengatasi keluhan sesak napas dan
meningkatkan saturasi oksigen pasien PPOK karena efektif, efisien, dan
mudah dilakukan.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
PPOK merupakan penyakit pernafasan dengan hambatan aliran udara
di saluran nafas (paru-paru) yang tidak sepenuhnya reversibel. PPOK
bersifat progresif yang terjadi terus-menerus, memiliki keluhan utama
berupa sesak nafas dan batuk baik berdahak ataupun tidak. Pasien PPOK
rentan mengalami hipoksemia, hipoksia dan juga sianosis dikarenakan
penurunan saturasi oksigen.

Pemberian terapi untuk pasien PPOK dilakukan secara farmakoligis.


Namun sebagai penunjang juga dilakukan terapi secara non-farmakoligis.
Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah pengaturan posisi dan latihan
pernafasan. Dari jurnal penelitian utama maupun pembanding membuktikan
bahwa perubahan posisi CKD dan latihan pernafasan PLB terbukti efektif
untuk membantu menurunkan keluhan sesak nafas pada pasien PPOK.

B. Saran

Posisi CKD dan PLB dapat dijadikan alternatif tindakan mandiri


keperawatan untuk membantu meningkatkan kondisi pernafasan pasien
PPOK yaitu menurunkan keluhan sesak nafas disamping tindakan
kolaboratif farmakologis. Namun dibutuhkan SOP yang jelas untuk kedua
tindakan ini. Dalam jurnal diatas tidak dilampirkan SOP tindakan sehingga
akan susah jika akan diterapkan kepada pasien padahal hasil penelitian baik.

REFERENSI

Brunner & Suddart (2015) ‘Buku Ajar Keperawatttan Medikal Bedah. Edisi
Revisi. Jakarta: EGC.
Cahyani, R.P., Pujiarto & Putri, N.W. (2020) ‘Asuhan Keperawatan Pasien
PPOK Menggunakan Posisi Condong ke Depan dan Latihan Pursed Lip
Breathing untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen’, Madago Nursing
Journal, 1(2), pp. 37-42. doi: https://doi.org/10.33860/mnj.v1i2.277.
Depkes RI (2008) ‘Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif
Kronik’, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Lingkungan,
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Global Initiative for Chronic Obstructive Pulmonary Disease (GOLD).
(2015).Global Strategy for The Diagnosis, Management and Prevention
of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA:MCR VISION,Inc.
Isnainy, U.C.A.S. & Tias, S.A. (2019) ‘Pengaruh Posisi Condong ke Depan
dan Terapi Pursed Lips Breathing terhadap Derajat Sesak Napas
Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)’, Holistik Jurnal
Kesehatan, 13(4), pp. 389-395.
Khasanah, S. & Maryoto, M. (2016) ‘Efektivitas Posisi Condong ke Depan
(CKD) dan Pursed Lips Breathing (PLB) terhadap Penurunan Keluhan
Sesak Nafas Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis’, Jurnal Kesehatan
Al-Irsyad, 9(1), pp. 44-52.
Muttaqin, A. (2008) ‘Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan’, Jakarta: Salemba Medika.
PDPI (2006) ‘Penyakit Paru Obstruktif Kronik: Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia’, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Price SA, Wilson LM. (2012) ‘Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit’, Jakarta: EGC.
Sholihah, Maratus, et all. 2019. Pengaruh Pemberian Quercetin Terhadap
Kadar Interleukin 8 (IL-8) Dan Nilai Copd Assesment Test (CAT) Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Stabil. Jurnal Respirasi
Indonesia: Volume 39 No.2 April 2019
Soeroto, Arto Y. & Suryadinata H. 2014. Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
FK Unpad, Departemen Ilmu penyakit dalam RS Dr. Hasan Sadikin:
Divisi Respirologi dan kritis Respirasi

Somatri, I. (2009) ‘Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Pernapasan’, 2nd ed., Jakarta: Salemba Medika.
Tarigan, A.P.S. & Julianndi (2018) ‘Pernapasan Pursed Lip Breathing
Meningkatkan Saturasi Oksigen Penderita Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK) Derajat II’, Jurnal Online Keperawatan Indonesia, 1(2).
Wahidati,H., Dwiningsih, S.U. & Putrono, (2019) ‘The Effectiveness of
Tripod Position And Pursed Lips Breathing to Enhance Oxygen
Saturation in Patients With COPD’, Jendela Nursing Jurnal, 3(2), pp. 68-
76.

Anda mungkin juga menyukai