Anda di halaman 1dari 13

TEORI APACHE II

Disusun guna memenuhi tugas Keperawatan Kritis


Dosen pengampu : Ns. Diah Tika Anggraeni, M.Kep

Disusun oleh :

Rustiani Ayu Anggraeni 1610711005


Ammalia Rahmah Maulidiyah 1610711007
Puspita Lestari 1610711008
Windi Kartika 1610711019
Indah Nopiyanti 1610711023
Berthalia Veronica Aprilyani 1610711039

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2019
A. SEJARAH
Pertama berkembang pada tahun 1981 di George Washington University
Medical Centre, sistem skoring Acute Physiology Chronic Health Evaluation
(APACHE) telah didemonstrasikan untuk membuktikan keakuratan dan pengukuran
yang memungkinkan terhadap beratnya penyakit pada pasien-pasien criticall ill. Sistem
skoring APACHE yang pertama (APACHE I) mengandung 34 variabel, nilai variabel
terburuk dicatat dan dinilai dalam 32 jam pertama masuk ICU dan hasil akhir didapati
sebagai skor fisiologik akut.
Pada tahun 1985, Knaus dkk memperkenalkan versi sistem skor APACHE yang
lebih disederhanakan yaitu APACHE II. Model ini mencatat nilai variabel terburuk
dalam 24 jam pertama masuk ICU terhadap 12 variabel fisiologik, usia, status
pembedahan (pembedahan emergensi / elektif, bukan pembedahan), status riwayat
penyakit sebelumnya yang menerangkan penyebab masuknya ke ICU, yang dianalisa
secara model regresi multipel logistik yang ditransformasikan skornya untuk
memprediksi kemungkinan kematian.
Sistem skoring ini berkembang dengan cepat digunakan luas di seluruh dunia,
telah banyak digunakan dalam bidang administrasi, perencanaan, quality assurance,
membandingkan diantara ICU bahkan membandingkan terhadap grupgrup uji klinik.
Versi yang ketiga, APACHE III, telah mengevaluasi secara prospektif terhadap 17440
pasien yang masuk di 40 ICU rumah sakit di Amerika Serikat pada tahun 1988 – 1989.
Sistem variabel yang termasuk dalam skoring APACHE III yaitu berdasarkan
pencatatan nilai variabel terburuk dalam 24 jam pertama pasien masuk ICU, skor
berkisar 0 - 299 terhadap 17 variabel fisiologik, Glasgow Coma Score (GCS), untuk
nilai skor usia dan tujuh kondisi komorbid penyakit kronik.
Skor APACHE III adalah skor untuk menilai beratnya penyakit critical ill di
ICU yang dikalkulasikan terhadap variabel-variabel usia pasien, adanya kondisi
komorbid penyakit, investigasi laboratorium dan fisiologik yang terburuk dalam 24 jam
pertama masuk ICU. Dalam sistem skoring APACHE III usia pasien dan riwayat
penyakit kronik mencapai nilai 47. Dalam 24 jam pertama masuk rawatan, 17 variabel
fisiologik dicatat dan dapat mencapai nilai sampai 252. Nilai skor total dikombinasikan
dengan asal perawatan sebelumnya serta diagnosis ICU secara prinsipal, hasilnya
diolah ke dalam persamaan suatu logistik regresi.
B. PENGERTIAN
Kemajuan di bidang diagnosis, perawatan dan pengobatan penyakit-penyakit
berat atau kondisi kritis meningkatkan kebutuhan perawatan intensif. Kemajuan di
bidang diagnosis, perawatan dan pengobatan penyakit-penyakit berat atau kondisi kritis
meningkatkan kebutuhan perawatan intensif. Peningkatan kebutuhan ini umumnya
tidak sejalan dengan perkembangan instalasi perawatan intensif. Hampir semua rumah
sakit di berbagai negara selalu menunjukkan kebutuhan rawat intensif melebihi
kemampuan. Maka diperlukan panduan atau standar untuk seleksi pasien yang
mendapat perawatan intensif dan ventilasi mekanis. Protokol seleksi pasien harus tetap
memperhatikan faktor hukum dan etika medis sehingga diperlukan suatu proses seleksi
pasien yang rasional dan standar di setiap rumah sakit.
Salah satunya menggunakan sistem skoring APACHE II. Scoring system of
Acute Physiologic and Chronic Health Evaluation (APACHE) II merupakan instrumen
yang umum dipakai di rumah sakit untuk memprediksi mortalitas pasien ICU
(Holtfreter dkk., 2006; Vincent dan Moreno, 2010). Scoring system ini menggunakan
banyak parameter parameter yang bersifat subjektif, selain itu menggunakan banyak
parameter lain (Holtfreter dkk., 2006). Sistem ini merupakan salah satu perkembangan
sistem skoring yang paling banyak digunakan pada pasien di ICU di berbagai negara,
terutama negara maju seperti Amerika Serikat. Sistem ini digunakan untuk
memprediksi outcome pasien di ICU. Sistem skoring ini berkembang dengan cepat,
mulai dari APACHE I-IV. Dalam pelaksanaan skoring, data didapatkan dengan cara
melihat catatan medik pasien. Sistem skoring ini dilakukan dalam 24 jam selama
perawatan di ICU. Jumlah skor bervariasi dari 0 sampai 71, semakin tinggi skor maka
semakin tinggi pula prediksi kematiannya.
Sistem skor APACHE II lebih diterima karena data yang dibutuhkan untuk
menentukan skor lebih sederhana, definisi tiap variabel jelas dan reproduksibel serta
dikumpulkan dari pemeriksaan rutin pasien di ruang intensif. Berbagai penelitian juga
menunjukkan sistem skor APACHE II memiliki sensitivitas yang baik dibandingkan
sistem skor APACHE III. Penelitian Markgraf dkk.13 di ruang perawatan intensif yang
merawat berbagai kasus, menunjukkan angka kematian lebih sesuai dengan nilai
prediksi APACHE II. Penelitian di sebuah IPI di Brazil menunjukkan APACHE II
berguna untuk menentukan derajat berat penyakit pasien dan untuk menentukan laju
mortalitas pasien, yaitu mencapai 72,2%.
C. TUJUAN
Sistem Skoring untuk digunakan dalam unit perawatan intensif (ICU) pasien,
telah diperkenalkan dan dikembangkan selama 30 tahun terakhir. Skoring ini
memungkinkan untuk penilaian tingkat keparahan penyakit dan memberikan perkiraan
kemungkinan kematian yang terjadi di rumah sakit. Sebelum 1980-an, tidak ada sistem
penilaian yang berlaku untuk pasien perawatan kritis Sejak itu, banyak sistem penilaian
telah dikembangkan. Beberapa sistem yang kita kenal ini seperti APACHE dan MODS.
APACHE (Acute Physiologi and Chronic Health Evaluation), pertama dikenal pada
tahun 1981 di George Washington Medical Centre, sistem skoring ini memberikan
keakuratan dan pengukuran yang memungkinkan terhadap beratnya penyakit pada
pasien kritis.
APACHE menggambarkan perkiraan dari mortalitas pasien pasien di ICU.Penilaian
dilakukan pada 24 jam pertama pasien masuk ICU.Terdiri dari 3 kategori:
1. Nilai dari kondisi fisiologi akut
2. Nilai dari penyakit kronis berdasarkan status premorbid
3. Nilai dari usia pasien.

Tujuan skor APACHE II adalah


1. Untuk memprediksi mortalitas di ICU.
2. Untuk menentukan prognosis
3. Memprediksi mortalitas atau mengestimasi kemungkinan kematian terhadap pasien
dewasa di ICU
4. Menilai beratnya penyakit terhadap pasien yang masuk ICU
5. Memperkirakan faktor resiko prognosis pasien dapat keluar perawatan ICU dengan
keadaan sembuh atau meninggal
6. Untuk penelitian uji klinis
7. Melihat adanya efek pengobatan
8. Menilai sistem administrasi pelayanan kesehatan
9. Menilai perfoma ICU

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SKORING APACHE II


a. Kelebihan APACHE II
1. Data yang dibutuhkan untuk menentukan skor lebih sederhana
2. Definisi tiap variabel jelas dan reproduksibel serta dikumpulkan dari pemeriksaan rutin
3. Penggunaan sistem skor di IPI membutuhkan analisis akurasi dan disesuaikan dengan
kondisi IPI tersebut. Sistem skor APACHE II merupakan salah satu sistem skor paling
banyak digunakan untuk analisis kualitas IPI, penelitian berbagai penyakit dan terapi
terbaru suatu penyakit pada pasien rawat IPI. Sistem skor APACHE II lebih diterima
karena data yang dibutuhkan untuk menentukan skor lebih sederhana.
4. Berbagai penelitian juga menunjukkan sistem skor APACHE II memiliki sensitivitas
yang baik dibandingkan sistem skor APACHE III. Penelitian Markgraf dkk. di ruang
perawatan intensif yang merawat berbagai kasus, menunjukkan angka kematian lebih
sesuai dengan nilai prediksi APACHE II sedangkan dibandingkan dengan APACHE III
dan SAPS II lebih tinggi.

b. Kelemahan APACHE II
1. APACHE II adalah sistem APACHE yang paling luas digunakan, tetapi memiliki
beberapa keterbatasan. Perhitungan APACHE II score memerlukan sejumlah besar data
untuk ditinjau dan dianalisis. Namun, dimungkinkan memproses informasi ini secara
akurat, portabel, dan reproduktif di samping tempat tidur dengan data pribadi genggam
assistant (PDA) dengan perangkat lunak yang sesuai
2. Pengumpulan data dari 12 variabel pada lebih dari 24 jam pertama sulit dilakukan dan
sering kali data dikumpulkan secara tidak akurat

E. VARIABEL DALAM SKORING APACHE II


APACHE menggambarkan perkiraan dari mortalitas pasien pasien di
ICU.Penilaian dilakukan pada 24 jam pertama pasien masuk ICU.Terdiri dari 3
kategori:
 Nilai dari kondisi fisiologi akut
 Nilai dari penyakit kronis berdasarkan status premorbid
 Nilai dari usia pasien.
Sistem APACHE score pertama mengandung 34 variable, nilai variable
terburuk dicatat dan dinilai dalam 32 jam pertama masuk ICU dan hasil akhir di dapat
sebagai skor fisiologik akut.
Sistem skoring APACHE II merupakan salah satu sistem skoring yang baik
digunakan untuk memprediksi outcome pasien di ICU. Sistem skoring ini berkembang
dengan cepat dan banyak digunakan pada pasien di ICU di berbagai negara, terutama
negara maju. Data didapatkan dengan cara melihat catatan medik pasien. Model ini
mencatat nilai variable terburuk dalam 24 jam pertama masuk ICU terhadap 12 variable
fisiologik, usia, status pembedahan (pembedahan emergensi/ elektif, bukan
pembedahan), status riwayat penyakit sebelumnya yang menerangkan penyebab
masuknya ke ICU, yang dianalisa secara model regresi multiple logistic yang
ditrasformasikan skornya untuk memprediksi kemungkinan kematian. Sistem skoring
ini berkembang dengan cepat digunakan luas di seluruh dunia, setelah banyak
digunakan dalam bidang administrasi, perencanaan, penjaminan mutu,
membandingkan diantara ICU bahkan membandingkan terhadap grup-grup klinik.
Sistem skoring APACHE II terdiri dari tiga variabel, yang pertama variabel
fisiologi akut, yang kedua variabel usia dan yang ketiga variabel penyakit penyerta
(komorbid).
Fisiologi Akut
Variable Usia
Variabel fisiologi akut mempunyai peran yang sangat besar pada sistem
APACHE II score, variabel ini dibagi atas 12 komponen pengukuran klinis yang
diperoleh dalam 24 jam setelah pasien masuk ke ICU. Komponen tersebut adalah
temperatur rektal (oC), tekanan arteri rerata (MAP) mmHg, frekuensi denyut jantung
(x/menit), PaO2 (mmHg), pH arterial, Na serum (mMol/l), kreatinin serum
(mg/100ml), hematokrit (%), leukosit (/mm), glasgow coma score (GCS). Jumlah skor
bervariasi dari 0 sampai 71. Semakin besar skor semakin meningkat risiko kematian.
APACHE II terus digunakan secara luas karena begitu banyak dokumentasi didasarkan
pada itu.
Apache III dirilis pada tahun 1991, dikembangkan dengan tujuan meningkatkan
kekuatan statistic, kemampuan untuk memprediksi hasil indivisu pasien dan mengidenifikasi
faktor-faktor dalam ICU yang mempengaruhi variasi hasil tetapi jauh lebih kompleks dari pada
2 sistem penilaian sebelumnya.
Sistem penilaian APACHE 4 diterbitkan pada tahun 2006.
Batasannya :
 Kompleksitas sampai memiliki 142 variable
 Tetapi perhitungan berbasis web bisa di lakukan
 Apache 4 dikembangkan dan divalidasi hanya di USA saja
DAFTAR PUSTAKA

Sistem Skor APACHE II Sebagai Prediksi Mortalitas Pasien Rawat Instalasi Perawatan
Intensif (e-journal)
https://www.researchgate.net/publication/285895235_Sistem_Skor_Acute_Physiology_And_
Chronic_Health_Evaluation_Apache_II_Sebagai_Prediksi_Mortalitas_Pasien_Rawat_Instala
si_Perawatan_Intensif

Syok Indeks dan Skor APACHE II pada Pasien yang Meninggal di GICU RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung Tahun 2016 (e-journal)
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/jap/article/view/1285

OSMOLALITAS PLASMA SEBAGAI ALTERNATIF APACHE II UNTUK PREDIKTOR


MORTALITAS PADA PASIEN KRITIS YANG DIRAWAT DI ICU RSUP SANGLAH
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_riwayat_penelitian_1_dir/fda3dc03e019f49aefec9a2ab
08a4004.pdf

http://www.hksccm.org/images/stories/Interhospitalmeeting/2009/scoring%20system%20in%
20icu%202009.pdf

Anda mungkin juga menyukai