Palembang
Sub Divisi Vitreo Retina
Dr. AK Ansyori, SpM., M.Kes.
HUBUNGAN VITREO-RETINA
Vitreous dipegang oleh filamen-filamen sel
permukaan retina
Pertautan vitreous pada sekitarnya lebih erat
pada :
- basis vitreous (vitrous base)
- lensa (wiegerts ligament)
- fovea dan parafovea
- tepi papil
- sepanjang pembuluh darah besar retina
Vitreous sehat tidak mudah terlepas dari retina,
sebaliknya retina yang mudah lepas dari
khoroid, sehingga bila vitreous tumpah ke retina
akan terjadi retinal detachment (Ablatio Retinae)
Contoh:
Penyembuhan ablasi retina yg telah
mempunyai penyulit
Pencegahan terbentuknya hole makula
Mengangkat membran pre-retina & membran di
vitreous
Pengobatan endoftalmitis
Membersihkan kekeruhan vitreous
Embriologi
Embriologi
Embriologi
Komplikasi PVD
Retinal breaks : terjadi 10%-15% dari gejala
Perdarahan vitreous : PVD akut dengan
viterous blood, memiliki 70% kemungkinan
retinal break
Retinal detachment (RD): 50% pasien RD
tidak mengalami photopsia atau floaters
Sebagian besar pasien dengan RD dengan
PVD
2. VITREOUS TOUCH
Kortek vitreous anterior menggosok endotel
cornea
bullous keratopati
3. VITREOUS BLOCK
pada pupil pada trabekula glaukoma
maligna (aqueous mengalir ke posterior)
4. Traksi Vitreous
Mengakibatkan:
Robekan pada lapisan retina interna
Robekan retina di dekat sikatrik
Penebalan retina mulai dari white with
pressure sampai white without pressure
Terbuka (kembali) robekan retina yang
telah di buckle
Ablasio retina tanpa robek
Edema makula / CME / hole
5. Perdarahan vitreous
PVD Akut dengan atau tanpa robekan
retina
Diabetik retinopati proliferatif
Kelainan retinopati proliferatif
Trauma
Penyebab segman anterior
Penatalaksanaan kelainan
pada vitreous
Evaluasi retina terutama perifer
Kadang vitreous keruh yang menghalangi
penglihatan pada polus posterior;
pemeriksaan retina perifer dengan scleral
depressor & USG
Elektroretinopati
Pemeriksaan mata sebelahnya
Pemeriksaan laboratorium
Vitrektomi pars plana
INDIKASI VITREKTOMI
Corneal edema from vitreous touch
Glaucoma maligna
Endophtalmitis
Giant retinal tear
Macular edema from vitreous traction
Macular tear
Massive vitreous hemorrhage
Persistent hyper plastic primary vitreous
Persistent vitreous opacities
Pupillary occlusion
Removal of vitreous parasite
Vitreous biopsy
Lensectomy
SUBSTITUSI VITREOUS
Intraocular tamponade agents:
1. BSS
2. udara
3. gas; SF6; C3F8
4. silicon oil; 1000 centistokes; 5000
centistokes
EMBRIOLOGI RETINA
1. OPTIC VESICLE, OPTIS CUP
2. a. LAPISAN SENSORI RETINA
b. LAPISAN PIGMEN EPITELIUM
Retina
Area mata yang menerima sinar,
mengkonversi, untuk selanjutnya meneruskan
impuls ke kortex serebral
Retina terdiri dari 2 bagian:
Epitel pigmen retina
Neuro sensori retina
Neuroectoderm embryonal:
1. Lapisan dalam:
neurosensori retina
ruang subretina
2. Lapisan luar:
epitel pigmen retina
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sirkulasi retina
seperti sirkulasi darah pada SSP yaitu end
vessels, secara normal tidak ada
anastomose. Endotel kapiler retina
mempunyai tight junctions sehingga
impermeable
PATOLOGI RETINA
KELAINAN VASKULER
INFLAMMATORY
KELAINAN KONGENITAL
NEOPLASMA
DEGENERASI
RUDA PAKSA (TRAUMATIC RETINOPHATY)
ABLASIO RETINA
Klasifikasi:
1. Non proliferative diabetic retinopathy
(NPDR)
2. Proliferative diabetic retinopathy (PDR)
Retinopati Diabetik
Klasifikasi:
Non proliferatif:
Ringan moderat, ditandai dengan:
Mikroaneurisma
Perdarahan intraretina
Edema makula
Kelainan zona avaskuler fovea
Moderat Berat
Retinopati Diabetik
Retinopati Diabetik
Proliferatif:
Proliferatif awal:
Neovaskularisasi diskus
Neovaskularisasi jauh
Pedarahan preretina
Perdarahan vitreous
Ablasio retina traksional
Neovaskularisasi iris atau sudut atau keduanya
Toxoplasmic Retinitis
Toxocara Canis
Ocular Histoplamosis
Acute Multifocal Posterior Placoid Pigment
Epitheliopathy (AMPEE)
Serpiginous Choroiditis
Acute Retinal Necrosis Syndrome (ARN)
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
Symphathetic Ophthalmia
Traumatic Retinopathy
Berlins edema
Purtschers retinopathy
Valsava retinopathy
Tersons syndrome
Solar retinopathy
Ablatio Retina
Terlepasnya retina neuro sensorik dari epitel
pigmen retina
Penyebab:
Degenerasi perifer retina
Trauma
Bedah katarak Cairan masuk ke dalam &
Traksi badan kaca
mengakibatkan ablatio
retina
Keluhan:
Penglihatan terganggu seperti tertutup
tabir
Terlihat kilatan cahaya (flashes)
Melihat benda melayang-layang (floaters)
Penglihatan kabur / buta
Tindakan:
Sinar laser fotokoagulasi
Kriopeksi atau diatermi
Scleral Buckle (dibuat penyingsetan sklera)
Makula
MAKULA
Makula atau fovea merupakan struktur yang
sangat kompleks. Kelainan pada makula
menyebabkan penurunan tajam penglihatan
yang berat. Terletak pada daerah temporal dari
papil antara arcade superior dan inferior,
Makula sama dengan diameter papil yaitu
1.500 mikron
Foveola adalah suatu depresi dalam makula
seluas 350 mikron ditandai oleh suatu refleks
disebabkan berbedanya ketebalan membrana
limitan interna di daerah ini
Umbo adalah pusat foveola
Ad. 3 ARMD
Drusen
Tanda awal degenerasi makula
Penebalan membrana Bruch karena
degenerasi hialin merusak serabutserabut lapisan syaraf retina
Macular Hole
(lubang makula)
Lamelar (gradasi I)
Full thickness (gradasi II-IV)
Pseudomacular hole, hole didapatkan
membran preretinal
Menurut Gass (1988), MH, akibat pengerutan
vitreus didepan fovea sehingga menimbulkan
tarikan secara tangential
Oftalmologi Komunitas
Pendahuluan
Menurunkan angka gangguan penglihatan &
kebutaan
Indra penglihatan: perangkat tubuh manusia
(dari seluruh input-input yang diterima 80%
melalui indra penglihatan)
Kesehatan indra penglihatan: syarat penting
upaya peningkatan Sumber Daya Manusia
Analisa Situasi
Pertambahan penduduk & peningkatan harapan
hidup maka jumlah kebutaan meningkat pula
Survei indra penglihatan & pendengaran tahun
1993-1996 sebagai berikut:
Prevalensi (%) kebutaan & gangguan
1 Kebutaan
1,5
penglihatan
2 Gangguan penglihatan berat 1,10
3 Gangguan penglihatan
1,80
Kelainan refraksi
Pterigium
Katarak
Konjungtivitis
Sikatriks kornea
Glaukoma
Blepharitis
Hordeolum
Strabismus
Atropi papil
22,
1
13,
9
7,3
2,0
1,4
0,4
0,3
0,3
0,3
0,2
Lensa katarak
Glaukoma
Kelainan refraksi
Retina
Kornea
Lain-lain
Total
0,7
8
0,2
0
0,1
4
0,1
3
0,1
0
0,1
5
1,5
Ruang Lingkup
Pedoman komunikasi informasi, edukasi dalam rangka
penurunan kesakitan mata & kebutaan ini
berdasarkan morbiditas penyakit mata & kebutaan
hasil suvei 1983-1996 & diprioritaskan pada kebutaan
katarak, kelainan refraksi, retinopati & glaukoma
Prioritas tersebut atas pertimbangan bahwa banyak
ditemukan diseluruh Indonesia & merupakan
kebutaan yang dapat dicegah seperti katarak,
sedangkan kebutaan karena glaukoma & retinopati
dapat diperlambat
Tujuan
Meningkatkan pengetahuan sikap &
perilaku positif masyarakat dalam rangka
menurunkan prevalensi kesakitan mata &
kebutaan sehingga tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat
5.
6.
b.Melakukan Pemberdayaan
Melakukan peningkatan kemandirian individu,
kelompok atau masyarakat dalam setiap tatanan
utk melakukan tindakan upaya peningkatan
kesehatan mata.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
1.
2.
3.
4.
Langkah-langkah pemberdayaan:
1.
2.
3.
4.
5.
Kegiatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Terima Kasih