Anda di halaman 1dari 6

RANCANGAN TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS H MENGGUNAKAN

ANALISIS BANYAK SUDU PADA ROTOR TURBIN


Gede Eka Lesmana, Ismail, Yohannes Dewanto
Jurusan teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila
Jl.Srengeng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640/telp (021)7272290, fax (021)7270128
Email: gd_eka_l@yahoo.com, ismail2k7@gmail.com, dewantoandreas@yahoo.com
Abstrak
Makalah ini membahas salah satu energi terbarukan yang berasal dari angin, untuk dikonversi menjadi energi listrik.
Salah aplikasinya adalah turbin angin sumbu vertikal. Turbin jenis ini memanfaatkan gaya angkat pada airfoil untuk
memutar blade. Kecepatan putaran rotor ditentukan oleh besarnya angin, blade dan banyak blade, jadi pengaturan
sudu blade menjadi hal yang menarik untuk mendapatkan desain turbin dengan efisiensi tinggi. Dari hasil simulasi
dapat disimpulkan bahwa rotor dengan dua blade sebagai konfigurasi terbaik, tingkat kenaikan terbesar, dan memiliki
torsi lebih besar dari rotor dengan tiga atau empat blade.
Kata Kunci : Turbin Angin, Sudu, Rotor, Torsi
Abstract
This paper discusses one of the renewable energy derived from wind, to be converted into electrical energy. One type
of wind turbine is a vertical axis wind turbines. Of this type turbine utilize lift force on the blade airfoil to rotate.
Rotor rotation speed is determined by the availability of wind magnitude and magnitude thrust the blade, so the
installation of blade angle settings to be an interesting thing to study in order to obtain a high efficiency turbine
designs. From the simulation results concluded that the rotor with two blades as the best configuration, the rate of
increase in the largest lap, and has a torque greater than the rotor with three or four blades
Keywords : Wind turbine, Blade, Rotor, Torque.

1.1PENDAHULUAN
Kebutuhan energi yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi saat ini
mendorong pemerintah Indonesia untuk mengupayakan sumber energi baru dan terbarukan mengingat
jumlah ketersediaan energi yang bersumber dari bahan bakar fosil makin berkurang. Krisis energi ini harus
ditangani dengan sangat serius, karena selain jumlah ketersediaan bahan bakar fosil yang sudah menipis,
dampak negatif terhadap lingkungan dari penggunaan bahan bakar fosil sudah sangat mengkhawatirkan.
Salah satu energi alternatif terbarukan yang ramah lingkungan adalah energi yang berasal dari angin.
Untuk mengkonversi energi angin menjadi energi listrik dibutuhkan turbin angin, salah satu jenis
turbin angin adalah turbin angin sumbu vertikal. Turbin jenis ini memanfaatkan gaya dorong (lifi force) pada
sudu berpenampang airfoil untuk berputar. Kecepatan putaran rotor ditentukan dengan besarnya ketersediaan
angin dan besarnya gaya dorong sudu, sehingga pengaturan sudut pemasangan sudu menjadi hal yang
menarik untuk diteliti agar diperoleh desain turbin dengan efisiensi tinggi.
Energi angin yang bersih karena tidak menghasilkan polusi dan selalu tersedia mendorong peneliti
untuk melakukan survei potensi energinya di seluruh Indonesia. Hal ini telah dilakukan Lembaga Antarikasa
dan Penerbangan Nasional (LAPAN) di 20 daerah. Kecepatan angin rata-rata tahunan di Indonesia
menyentuh angka 3 - 4 meter per detik. Namun, hanya beberapa daerah yang memiliki energi angin potensial
antara lain; Sulawesi Selatan, pantai Selatan Jawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur
(NTT) dengan kecepatan angin lebih dari 5 meter per detik, Diperkirakan keseluruhan potensi energi angin
di Indonesia sekitar 9.29 GW dengan kapasitas terpasang sebesar 2 MW.
1.2KOMPONEN DAN PERALATAN TURBIN ANGIN
Turbin angin terdiri atas beberapa subsistem dan komponen-komponen yang berfungsi untuk
mengkonversi energi kinetik angin menjadi energi listrik, Untuk mendapatkan hasil yang optimum, maka
komponen-komponen yang digunakan seperti menara, sudu, system pengereman (brake system), generator,
yaw system, dan sistem penyimpanan energi (baterai) harus memenuhi beberapa kriteria sehingga
menghasilkan efisiensi yang tinggi, meningkatkan keamanan dan memberikan kemudahan dalam perawatan
serta sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. Gambar 1 menunjukkan komponen-komponen turbin
angin sumbu horizontal skala besar.

1.3 Menara (Tower)


Menara berfungsi untuk menumpu rotor dan komponen lain yang terpasang di atasnya pada ketinggian
yang diinginkan. Dalam merancang menara turbin harus disesuaikan dengan beberapa kondisi pokok seperti
kemampuan dalam menerima beban, nilai ekonomis suatu menara, dan kemudahan dalam mengakses
sehingga tidak kesulitan dalam melakukan perawatan komponen-komponen turbin angin.
Kecepatan angin semakin meningkat dengan meningkatnya ketinggian, sehingga tinggi menara mempengaruhi
kecepatan angin pada rotor, artinya apabila ingin menghasilkan daya yang besar maka menara harus dibuat lebih tinggi.
Namun perlu diingat, semakin tinggi menara semakin besar pembebanan yang terjadi sehingga dibutuhkan menara
dengan kontruksi yang semakin kuat sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar
Pada turbin angin sumbu vertikal skala kecil menara tidak dibutuhkan sehingga turbin angin jenis ini lebuh
baik diletakkan pada tempat yang memiliki ketinggian yang cukup seperti diatap gedung bertingkat.
rotor

sudu

Poros putaran
rendah

Sistem
transmis
i

Sistem
pengereman

Poros putaran
tinggi

generator

Gambar 1. Komponen-komponen turbin angin

Gambar 2. Generator jenis GL-PMG-500A

1.4. Sudu (Blade)


Sudu merupakan komponen terpenting turbin angin karena pada sudu inilah energi kinetik dari
hembusan angin diubah menjadi energi mekanik. Untuk menghasilkan kinerja yang maksimal maka perlu di
perhatikan parameter-parameter dalam merancang sudu turbin angin, antara lain; potensi angin yang tersedia
yang merupakan factor terpenting dalam perancangan sebuah turbin angin, penampang airfoil, jumlah sudu,
lalu geometri dan soliditas sudu.
1.5 Sistem Pengereman (Brake System)
Kondisi angin yang terkadang melebihi dari kebutuhan, kecepatan angin yang terlalu besar dapat
merusak generator karena generator memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya, sehingga kecepatan
putaran poros generator tidak boleh melebihi batas yang diizinkan untuk menghindari kerusakan akibat
putaran berlebih seperti panas berlebih (overheat), rotor breakdown dan lainnya.Untuk itu dibutuhkan sistem
pengereman untuk mengurangi kecepatan putaran rotor agar tidak berlebihan sehingga generator dapat
bekerja dengan maksimal dan menghindari kerusakan pada generator. Pada turbin angin sumbu vertikal
skala kecil, sistem pengereman tidak dibutuhkan, karena turbin tidak dilengkapi dengan transmisi untuk
menambah kecepatan rotor sehingga kecepatan putaran yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.
1.6 Generator
Generator berfungsi untuk merubah energi putar poros menjadi energi listrik dengan gelombang
arus sinusodal (AC). Kecepatan angin yang tidak tetap mengakibatkan generator harus bekerja pada putaran
yang tidak konstan, sehingga akan menghasilkan tegangan keluaran (output voltage) yang tidak stabil,
sehingga dibutuhkan pengatur tegangan (voltage regulator) agar tegangan yang dihasilkan stabil walaupun
kecepatan angin berubah-ubah. Turbin angin skala kecil menggunakan Permanent Magnet Generator
(PMG), generator jenis ini sudah memiliki voltage regulator terintegrasi. Contoh PMG bisa dilihat pada
gambar 2.

1.7Yaw System
Sistem yang mengatur posisi baling-baling agar tetap menghadap angin, sehingga baling-baling
dapat menangkap energi angin seefisien mungkin. Pada turbin angin sumbu vertikal sistem ini tidak
dibutuhkan karena salah satu kelebihan turbin angin jenis ini adalah dapat menangkap energi angin dari arah
manapun.
1.8Anemometer
Anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan dan arah angin, sinyal elektronis dari anemometer
ditangkap oleh electronic controller yang kemudian digunakan sebagai acuan kerja turbin. Apabila kecepatan
angin terlalu tinggi, anemometer akan memberikan sinya agar sistem pengereman bekerja. Hal ini untuk
menghindari putaran turbin yang berlebihan sehingga dapat merusak generator dan komponen turbin angin
lainnya. Pada turbin angin skala kecil perangkat ini tidak diperlukan karena pada turbin angin jenis ini tidak
terdapat sistem pengereman.
1.9Transmisi
Untuk menghasilkan energi listrik yang besar maka dibutuhkan putaran generator yang besar pula,
namun putaran yang dihasilkan dari putaran rotor biasanya sangat rendah sehingga diperlukan mekanisme
transmisi untuk menambah kecepatan putaran poros generator. Perlu diingat bahwa penambahan putaran
pada poros generator mengurangi nilai torsi dihasilkan, sehingga harus diperhatikan agar nilai torsi tidak
lebih rendah dari torsi minimum generator.
1.10 Penyimpan Enerji (Baterai)
Karena keterbatasan energi angin maka ketersediaan listrik pun tidak menentu. Oleh kerena itu
digunakan alat penyimpan energi yang berfungsi sebagai back-up energi listrik. Ketika beban penggunaan
daya listrik masyarakat meningkat atau kecepatan angin suatu daerah sedang menurun, maka kebutuhan
permintaan akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan penyimpan sebagian energi
yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya pada saat turbin angin berputar kencang atau saat penggunaan
pada masyarakat menurun. Kendala dalam menggunakan alat ini adalah diperlukannya catu daya DC untuk
mengisi energi, sedangkan dari generator dihasilkan catu daya AC, oleh karena itu diperlukan rectifierinverter untuk mengakomodasi keperluan ini.
1.11 Rectifier Inverter
Rectifier berarti penyearah arus, rectifier dapat menyearahkan arus listrik dengan gelombang sinusodal
(AC) yang dihasilkan oleh generator menjadi gelombang DC sehingga arus yang dihasilkan dapat disimpan
ke dalam baterai. Beberapa turbin angin tidak dilengkapi dengan rectifier karena arus listrik yang dihasilkan
langsung digunakan tanpa disimpan terlebih dahulu. Inverter berarti pembalik, ketika dibutuhkan daya dari
penyimpan energi (baterai) maka arus listrik yang dihasilkan oleh baterai akan berbentuk gelombang DC.
Karena kebanyakan rumah tangga menggunakan listrik dengan gelombang AC, maka diperlukan inverter
untuk mengubah gelombang DC yang dikeluarkan baterai menjadi gelombang AC agar dapat digunakan.
1.12 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam sub bab ini, akan dianalisis data hasil simulasi yang diperoleh dari pengujian tiga jenis rotor
turbin angin yang berbeda yaitu; rotor dengan dua sudu, tiga sudu, dan empat sudu. Namum sebelum
pembahasan data hasil simulasi, ada beberapa hal yang perlu disampaikan terkait dengan proses simulasi
antara lain :
1. Kemampuan turbin angin sumbu vertikal dalam mengkonversi energi angin sangat tergantung dari mana
arah angin datang, karena penampang airfoil memiliki karakteristik berbeda saat bertumbukan dengan
angin dalam sudut serang yang berbeda.
2. Pada saat proses simulasi dengan menggunakan perangkat lunak CFdesign, jumlah iterasi maksimal
yang dicapai adalah 160 langkah iterasi untuk rotor turbin dua sudu dan tiga sudu, serta 80 langkah
iterasi untuk rotor turbin empat sudu. Sehingga harus menggunakan jumlah langkah iterasi terkecil agar
perbandingannya relevan. Dengan Time Step Size 0.1, maka hasil simulasi yang dapat ditanyangkan
adalah 8.0 detik setelah tumbukan antara sudu turbin dengan angin.

3.1 Pengujian untuk 2 sudu

Gambar 3. Grafik torsi rotor dua sudu

Gambar 4. Grafik putaran rotor dua sudu

3.2 Pengujian untuk 3 sudu

Gambar 5. Grafik torsi rotor tiga sudu

Gambar 6. Grafik putaran rotor tiga sudu

3.3 Pengujian untuk 4 sudu

Gambar 7. Grafik torsi rotor empat sudu

Gambar 8. Grafik putaran rotor empat

sudu
3.4 Perbandingan Putaran Rotor dan Torsi pada tiap Konfigurasi

Gambar 9. Grafik Perbandingan Putaran Rotor

Gambar 10. Grafik perbandingan torsi rotor

Pada grafik Gambar 9, sangat jelas terlihat bahwa rotor dengan dua buah sudu dapat berputar lebih
baik pada awal putaran daripada rotor dengan 3 sudu empat sudu pada kecepatan angin 4.5 [m/s]. Hal ini
dikarenakan kecepatan angin yang relatif sangat rendah, sehingga tidak memiliki cukup tenaga untuk
memutar turbin dengan sudu lebih banyak. Hal ini terlihat dalam grafik bahwa rotor dengan tiga buah sudu
dapat menghasilkan putaran yang lebih besar daripada rotor dengan empat buah sudu. Makin besar jumlah
sudu rotor maka bobot (massa) rotor makin besar, sehingga membutuhkan kecepatan angin yang lebih besar
untuk dapat memutarnya.
Dalam grafik Gambar 10, rotor dengan dua buah sudu menghasilkan torsi yang lebih tinggi
dibandingkan rotor dengan empat atau tiga buah sudu. Namun, penurunan torsi yang terjadi juga lebih besar.
Hal ini terjadi karena jumlah sudu mempengaruhi area tangkapan angin (swept area) pada rotor. Semakin
kecil jumlah sudu maka semakin kecil juga area tangkapan angin sehingga disaat sudu pada posisi dimana
tidak dapat mengkonversi angin dengan maksimal, torsi akan turun. Para rotor dengan jumlah sudu lebih
besar, torsi yang dihasilkan tidak terlalu besar, namun penurunannya pun tidak terlalu signifikan sehingga
lebih stabil.
1.13 KESIMPULAN
1. Dari hasil pengujian melalui simulasi, diketahui rotor dengan dua buah sudu memiliki putaran rotor turbin
dengan peningkatan putaran yang sangat signifikan begitu pula dengan torsi yang dihasilkan memiliki
nilai yang lebih tinggi daripada rotor dengan tiga atau empat buah sudu.
2. Rotor dengan tiga buah sudu memiliki putaran dengan peningkatan yang lebih stabil daripada rotor
dengan dua buah sudu, namun memiliki nilai yang lebih rendah. Rotor dengan empat buah sudu
menunjukkan laju putaran yang paling stabil namun dengan nilai terendah, begitupun dengan torsi yang
dihasilkan, rotor dengan empat buah sudu menghasilkan torsi terendah, namun penurunan torsi yang
terjadi tidak sebesar rotor dengan dua atau tiga buah sudu.
3. Dari hasil simulasi diketahui bahwa rotor dengan dua buah sudu sebagai konfigurasi terbaik karena
menghasilkan putaran rotor yang lebih besar dengan laju peningkatan putaran terbesar, serta memiliki
torsi lebih besar daripada rotor dengan tiga atau empat buah sudu.
1.14 DAFTAR PUSTAKA
[1]

Fitaistiana. Voni 2008, Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di
Paneungpeuk, Tugas Akhir Teknik Mesin, Universitas Pancasila: Jakarta
[2]
Susilo. Dadang, dkk 2010, Peningkatan Daya Keluaran Sel Surya Dengan Penjejak Matahari Dan Pemantulan
Cahaya Matahari Sebagai Sumber Daya Pendukung Perusahaan Listrik Negara (PLN), Jurnal Teknik Jurusan
Teknik Elektro, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya: Surabaya
[3]
World Wind Energy Report 2009, World Wind Energy Association (WWEA): Germany, 2010
[4]
Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM):
Jakarta, 2005
[5]
Blueprint Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral (KESDM): Jakarta, 2010
[6]
Hidayatulloh,N.R, dkk 2009. Desain Alat Konversi Energi Angin Type Savonius Sebagai Pembangkit Listrik
Pada Pulau Bawean, Jurnal Teknik Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember: Surabaya
[7]
Arsad, Agus Muhamad, dkk 2009. Pembuatan Kode Desain Dan Analisis Turbin Angin Sumbu Vertikal Darrieus
Tipe-H. Jurnal Teknologi Dirgantara. Institut Teknologi Bandung: Bandung
[8] Mulyadi, Muhammad. Analisa Aerodinamika Pada Sayap Terbang Dengan Menggunakan Software Computational
Fluid Dynamic, Makalah Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma. Depok.
[9]
http://en.wikipedia.org/wiki/Wind, 21 Okto ber 2010, 15:56 WIB
[10] http://www.srh.noaa.gov/jetstream/synoptic/wind.htm, 21 Oktober 2010, 16:01 WIB
[11] http://en.wikipedia.org/wiki/Wind_power , 21 Oktober 2010, 16:09 WIB
[12] http://harirustianto.blogspot.com/2010/03/angin-lokal-angin-lokal-dapat-terjadi.html, 21 Oktober 2010, 16:24
WIB
[13] http://id.wikipedia.org/wiki/Turbin_angin , 21 Oktober 2010, 17:04 WIB
[14] http://www.easyultralightdesign.com/airfoils/naca4412_airfoil.php, 12 Januari 2011, 13:32 WIB

1.15 UCAPAN TERIMA KASIH


Paper ini merupakan penelitian tahap awal energi terbarukan, yang mendapatkan hibah DP2M DIKNAS, melalui
hibah bersaing 2010 yang merupakan kerjasama antara jurusan mesin fakultas teknik Universitas Pancasila dan PT.
Intan Prima Kalorindo di Kawasan Jababeka 3 Cikarang Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai