Anda di halaman 1dari 20

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT

PT. VALE INDONESIA Tbk


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi Pengolahan Limbah yang dihasilkan dari Proses Penambangan di PT.
Vale Indonesia Tbk
Jenis dampak yang muncul terkait dengan kualitas air sebagai akibat dari kegiatan
pertambangan adalah peningkatan kandungan sedimen dan padatan tersuspensi (TSS)
serta potensi terbentuknya Chrom Hexavalen (Cr6+). Sedangkan dampak yang muncul
sebagai akibat dari kegiatan di pabrik pengolahan nikel adalah adanya potensi terbentuknya
nikel terlarut (Soluble Nickel).
Pelaksanaan pengelolaan dampak yang telah dilakukan diantaranya adalah :
Melakukan penanganan Cr6+ akibat proses oksidasi alamiah dengan membangun
sarana pengendali Cr6+ secara kimiawi dengan menggunakan Ferrosulfat sebagai
reduktor;

Membangun kolam pengendapan sedimen sekaligus melakukan pengerukan/


reclaim rutin;

Pembangunan kolam pengendapan sekaligus proses netralisasi dengan injeksi


bahan kimia di lokasi tumpukan batubara dan sulfur pelabuhan Balantang.

Ijin pembuangan air limbah dari tujuh titik penaatan dari Bupati Luwu Timur telah
diterbitkan pada tanggal 2 Mei 2013.
Penambahan pemantauan rutin di beberapa lokasi baru di area tambang.

1.1. Pandangan Mengenai Chromium Hexavalent dan Lokasi Pengolahannya


Limbah Chrom (Cr) merupakan limbah cair yang sangat berbahaya bagi
lingkungan karena mempunyai toksisitas (daya racun) yang sangat tinggi terutama
Chrom valensi 6, Cr (VI). Batas yang diijinkan untuk air minum 0,05 ppm dan untuk
cairan buangan industri 0,1 ppm.
Chromium Hexavalen adalah jenis metal yang digunakan oleh sejumlah proses
industri termasuk diantaranya pelapisan chrome, produksi baja, pembuatan cat dan
semen. Industri yang mengeluarkan limbah Chrom merupakan industri penghasil bahan
logam, seperti PT. Vale Indonesia Tbk, sehingga diperlukan penanganan yang serius
agar masalah yang ditimbulkan tidak semakin kompleks.
Pada umumnya, ion-ion logam dapat diendapkan sebagai hidroksidanya dengan
penambahan gugus hidroksil. Tetapi masalahnya tidak demikian sederhana untuk
chrom, sebab Cr (VI) tidak dapat mengendap sebagai hidroksidanya. Agar Cr (VI) dapat
diendapkan maka Cr (VI) ini harus direduksi dahulu menjadi chrom valensi 3, Cr (III).
Permasalahan yang ditimbul pada kegiatan kerja praktik ini adalah :
1. Kolam penampungan sedimen dari hasil pengendapan Crhromium ada yang telah
penuh sehingga di buat kolam penampungan baru.
2. Injeksi Ferro Sulfat bergantung terhadap kecepatan aliran dari kolam penampungan
dan kadar Cr (VI), sehingga apabila terjadi hujan atau overflow, titrasi harus
disesuaikan dengan kondisi aliran.
3. Kondisi pH reaksi reduksi yang optimum untuk menghasilkan endapan Cr (III).

27

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
Lokasi pengolahan yang terbesar untuk untuk limbah Chromium Hexavalen di
PT. Vale Indonesia Tbk terdapat di Pakalangkai, menuju danau Matano. Pengujian
sampel dilakukan di empat Complaince Point khusus daerah tambang, yaitu Lamangka,
LC3, Petea East, dan Petea West.
1.2. Sumber Limbah Pencemar Chromium Hexavalent (Cr+6)
Sumber dari air limbah Chromium Hexavalen di PT. Vale Indonesia Tbk berasal
dari proses penambangan yang dilakukan. Di tanah PT. Vale Indonesia Tbk selain kaya
akan logam nikel, juga terdapat Chromium. Ketika terjadi penambangan untuk bijih nikel,
chrom juga ikut terangkut di tanah hasil tambang. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa chrom bersifat karsinogen apabila sudah bercampur dengan air dan
terakumulasi dengan oksigen sehingga menjadi Chromium Hexavalen (Cr+6).
1.3. Sarana dan Prasarana Pengolahan Limbah Chromium Hexavalen
Sarana dan prasarana yang terdapat di pengendepan dan pengolahan
Chromium Hexavalen ialah kolam bak penampungan limbah Chromium Hexavalen, alat
ukur flow, tangki bak pencampur FeSO4 dengan air, spektrofotometer dan serbuk FeSO4.
1.4. Mekanisme dan Formula Pengolahan Limbah Chromium Hexavalen

Deskripsi pengolahan
A. FeSO4 adalah Singkatan Ferrous Sulfate monohydrate yaitu bahan kimia yang
digunakan untuk mengubah ikatan valensi Chromium bervalensi enam menjadi
chromium bervalensi tiga ,
B. Mixer tank adalah tangki penduduk bubuk FeSO4 untuk menghasilkan larutan FeSO4
di treatment plant ,
C. Strotage tank adalah tangki penyimpanan larutan FeSO 4 yang dihasilkan dari mixer
tank.
D. Daily tank adalah tangki pengelolaan Cr(VI) yang dilengkapi sistim pipa injeksi larutan
bahan kimia (FeSO4).
E. Transfer pump khusus untuk mentransfer bahan kimia . Komponen dalam pompa
terbuat dan dilapisi bahan keramik sehingga tahan atau tidak korosi terhadap bahan
kimia FeSO4.

28

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
Pengolahan limbah cair Chromium Hexavalent di PT. Vale Indonesia Tbk,
menggunakan sistem injeksi dengan menambahkan larutan sebanyak 5 % ke dalam tangki
7000 L yang kemudian di simpan dalam tangki storange.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Prosedur pengisian larutan FeSO4 di fasilitas pengolahan Chromium Hexavalent :


Digunakan perlengkapan pelindung diri berupa helm, kacamata safety, masker,
sarung tangan karet dan baju kerja,
Disiapkan 14 kantung/karung FeSO4 (@25kg) untuk membuat konsentrasi larutan 5
% pada kapasitas tangki 7500 liter
Sisi luar kantung/karung dibersihkan dari kotoran (pasir/tanah) yang menempel ,
Dimasukkan air ke dalam tangki pencampur /mixer tank sebanyak 500 liter
Sementara mengisi air buka kantung/karung FeSO 4 dengan melepas benang jahitan
kantung bagian atas ( jangan dirobek dengan pisau , cutter atau benda lainnya
untuk memastikan tidak ada serabut yang masuk ke dalam tangki pencampur)
Dimasukkan 14 karung bubuk FeSO4 secara perlahan-lahan ke dalam tangki ,
pastikan karung atau tali pengikat karung tidak terikat masuk ke dalam tangki
Ditambahkan air hingga mencapai level 7000 liter ,
Mixer dijalankan selama 10 menit sampai FeSO4 terlarut seluruhnya
Larutan FeSO4 dipindahkan /transfer ke dalam tangki dosing dengan menggunakan
pompa transfer (pompa transfer harus selalu dilengkapi strainer/penyaringan)
Pastikan posisi strainer/penyaringan menghadap ke bawah atau sesuai arah panah
pada strainer agar berfungsi dengan optimal ,
Setelah larutan FeSO4 dalam tangki pencampur /mixer tank habis, strainer
dibersihkan untuk proses transfer selanjutnya.
Lakukan pengisian larutan FeSO4 kembali sesuai prosedur diatas secara berurutan.
Ketersediaan larutan kimia selalu tersedia setiap dalam semua tangki maka waktu
pengisian tangki diatur berdasarkan penghitungan berikut :
Volume keluar (dosing) = Volume penambahan
larutan

1 kantung /karung = 500 L (konsentrasi standar) , (1 karung = 25 Kg)


Jika volume injeksi 1000L/jam larutan dalam tangki keluar 2 bag FeSO 4
sehingga tiap 1 jam dilakukan penambahan kembali 1000L ditambah 2 bag
FeSO4. Agar larutan selalu tersedia maka penambahan tidak dilakukan tiap 1
jam sekali namun dengan perhitungan :
Debit injeksi = 1000L/jam dan konsentrasi larutan 1 bag = 500L air maka,
=

1000 L/ jam
500 L/bag

= 2 bag / jam
1 jam = 2 bag
60 menit = 2 bag
30 menit = 1 bag
Sehingga setiap 30 menit dilakukan penambahan 1 bag FeSO4 dan 500L air
Penambahan ini bervariasi sesuai dengan debit injeksi yang diberikan.

29

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk

Prosedur Injeksi Larutan FeSO4


Injeksi Larutan FeSO4 dilakukan dinamis secara berkala dan berkelanjutan tiap dua
jam sekali pada kondisi normal dan tiap jam sekali pada kondisi abnormal untuk menjaga
dosis injeksi larutan FeSO4 sesuai dengan kebutuhan pengelolahan Cr (VI), untuk itu urutan
langkah kerja injeksi larutan FeSO4 berikut ini harus di pahami dan di lakukan dengan benar:
a. Dihitung debit injeksi larutan FeSO4 yang di perlukan sesuai kebutuhan pada (table
formula dosis injeksi terlampir).
b. Digunakan perlengkapan pelindung diri berupa helm, kacamata safety, pelampung ,
sarung tangan karet dan baju kerja.
c. Valve dibuka pada daily tank hingga terbuka penuh selama 3 detik, (bertujuan untuk
membersihkan endapan atau pengkristalan bahan kimia pada ujung pipa injeksi dan
valve injeksi).
d. Valve diputar ke posisi menutup valve sehingga di peroleh debit injeksi yang
dibutuhkan.
e. Diukur debit larutan yang keluardisesuaikandengan flow rate dan Cr (VI)
f. Rate sesuai perhitungan yang diperoleh pada langka a diatas,
Catatan :
Karena gelas ukur maksimum hanya dapat menampung volume 1000 mL, maka dosis injeksi
yang diperoleh pada langkah a harus dikonversi dahulu kedalam satuan mL/detik. Cara
mengkonversi kedalam mL/detik adalah sebagai berikut :
Jika diperoleh dosis injeksi 2500 mL/detik, maka ubah konversi nilai tersebut menjadi
mL/detik dengan cara membaginya dengan angka 10 :

2500 mL/10 detik = 250 mL/detik


10

g. Setelah diperoleh angka konversi kemudian takar injeksi dengan gelas ukur hingga
mendekati dosis dari hasil perhitungan, tidak boleh lebih rendah. Takar kembali dosis
injeksi hingga 3 kali untuk memastikan bahwa dosis sudah sesuai. Angka dosis hasil
penakaran kemudian dicatat dalam log book yang disediakan (bukan angka hasil
perhitungan).
h. Dilakukan pengecekan atau pengukuran debit injeksi setelah 10 menit kemudian,
(untuk memastikan injeksi treatment sesuaidosis yang dibutuhkan).
i. Senantiasa diperiksa keluaran injeksi untuk memastikan tidak ada penyumbatan
j. Dilakukan pengecekan kadar Cr (VI) inlet plant tiap 2 jam sekali, jika ada perubahan
atur kembali besar injeksi FeSO4
k. Dilakukan analisaCr (VI), pastikan konsentrasi Cr (VI) pada outlet dibawah 0.05 ppm,
jika diatas 0.05 ppm tambahkan injeksi larutan FeSO4 sebesar30% dari perhitungan
sebelumnya, dan catat kejadian tersebut dalam log book.
l. Jika didalam jadwal pengaturan debit injeksi tiap 2 jam tersebut terjadi perubahan
flow melebihi variasi 500 m3/jam dari flow sebelumnya, lakukan segera perubahan
dosis injeksi.

30

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk

B Uraikan Aktivitas Selama Kerja Praktek (Log book dan Foto Kegiatan Dilampirkan)
Tabel 4. Log Book
Kegiatan

Minggu Ke3
4
5

Pengenalan
secara
umum
Unit
Pengolahan Limbah di PT. Vale
Indonesia
Pengambilan sampel di Complaince
Point
Observasi
Lapangan
dan
Pengambilan sampel di Pengolahan
limbah Chromium Hexavalent
Observasi
Lapangan
dan
Pengambilan sampel di Pengolahan
limbah Nikel Souluble
Observasi Lapangan di AWS
Pengumpulan Data Lapangan
Asistensi Laporan
Presentasi Laporan

31

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
C Pemuktakhiran Data Dan Gambar Proses Pengolahan Limbah
1. Tabel Data sampel Minggu Pertama
Tabel 5. Data sampel Minggu Pertama

32

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
Grafik 2. Pemantauan Cr(+6) Minggu Pertama

Grafik Pemantauan Cr(+6) Minggu Pertama


0.12
0.1
0.08
LC3
Cr+6 (ppm)

LMK

Petea East

Petea West

Baku Mutu Cr(+6)

0.06
0.04
0.02
0

41664

41665

41666

41667

41668

41669

41670

Minggu pertama pemantauan kadar Cr+6 diempat titik penaatan yang telah
ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, kadar Cr+6 terendah <0.001 ppm
berada di LC 3 pada tanggal 25 Januari 2014 dan tertinggi 0.040 ppm berada di Lamangka

33

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
pada tanggal 30 dan 31 Januari 2014. Dengan demikian, tidak ada yang melebihi baku mutu
Cr+6 0.1 ppm.

34

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
2. Tabel Data Sampel Minggu Kedua
Tabel 6. Data sampel Minggu Kedua

35

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
Grafik 3. Pemantauan Cr(+6) Minggu Kedua

Grafik Pemantauan Cr(+6) Minggu Kedua


0.12
0.1
0.08
LC3
Cr+6 (ppm)

LMK

Petea East

Petea West

Baku Mutu Cr(+6)

0.06
0.04
0.02
0

41671

41672

41673

41674

41675

41676

41677

Minggu kedua pemantauan kadar Cr+6 diempat titik penaatan yang telah ditentukan
oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, kadar Cr+6 terendah <0.001 ppm berada di LC 3
pada tanggal 1, 6 dan 7Februari 2014 dan tertinggi 0.040 ppm berada di Lamangka pada
tanggal 1 Februari 2014. Dengan demikian, tidak ada yang melebihi baku mutu Cr+6 0.1
ppm.

36

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
3. Tabel Data Sampel Minggu ketiga
Tabel 7. Data Sampel Minggu ketiga

37

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
Grafik 4. Pemantauan Cr(+6) Minggu Ketiga

Grafik Pemantauan Cr(+6) Minggu Ketiga


0.12
0.1
0.08
LC3
Cr+6 (ppm)

LMK

Petea East

Petea West

Baku Mutu Cr(+6)

0.06
0.04
0.02
0

8 Feb 14 9 Feb 14 10 Feb 1411 Feb 1412 Feb 1413 Feb 1414 Feb 14

Minggu ketiga pemantauan kadar Cr+6 diempat titik penaatan yang telah ditentukan
oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, kadar Cr+6 terendah <0.001 ppm berada di LC 3
pada tanggal 8, 10, 11, 12, 13 dan 14 Februari 2014 dan tertinggi 0.064 ppm berada di Petea
West pada tanggal 12Februari 2014. Dengan demikian, tidak ada yang melebihi baku mutu
Cr+6 0.1 ppm.
38

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk

39

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
4. Tabel Data Sampel minggu Keempat
Tabel 8. Data Sampel minggu Keempat

40

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
Grafik 5. Pemantauan Cr(+6) Minggu Keempat

Grafik Pemantauan Cr(+6) Minggu Keempat


0.12
0.1
0.08
LC3
Cr+6 (ppm)

LMK
0.06

PETEA EAST

PETEA WEST

Baku Mutu Cr(+6)

0.04
0.02
0
15 Feb 1416 Feb 1417 Feb 1418 Feb 1419 Feb 1420 Feb 1421 Feb 14

Minggu keempat pemantauan kadar Cr+6 diempat titik penaatan yang telah
ditentukan oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, kadar Cr+6 terendah <0.001 ppm
berada di LC 3 pada tanggal 15 Februari 2014 dan tertinggi 0.086 ppm berada di Petea East
pada tanggal 18 Februari 2014. Dengan demikian, tidak ada yang melebihi baku mutu Cr+6
0.1 ppm.

41

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk

42

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
5. Tabel Data Sampel Minggu Kelima
Tabel 9. Data Sampel Minggu Kelima

43

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
Grafik 6. Pemantauan Cr(+6) Minggu Kelima

Grafik Pemantauan Cr(+6) Minggu Kelima


0.12
0.1
0.08
LC3
Cr+6 (ppm)

LMK
0.06

PETEA EAST

PETEA WEST

Baku Mutu Cr(+6)

0.04
0.02
0
22 Feb 2014
23 Feb 2014
24 Feb 2014
25 Feb 2014
26 Feb 2014
27 Feb 2014
28 Feb 2014

Minggu kelima pemantauan kadar Cr+6 di empat titik penaatan yang telah ditentukan
oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, kadar Cr+6 terendah 0.001 ppm berada di LC 3

44

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
pada tanggal 22 Februari 2014 dan tertinggi 0.038 ppm berada di Lamangka pada tanggal
25 Februari 2014. Dengan demikian, tidak ada yang melebihi baku mutu Cr+6 0.1 ppm.

PEMBAHASAN
Dalam melakukan kegiatan penambangan nikel, PT. Vale Indonesia Tbk
menghasilkan beberapa jenis limbah. Terkhusus untuk limbah cair, salah satu jenis limbah
yang dihasilkan dari proses penambangan ialah potensi terbentuknya limbah Chromium
Hexavalent akibat dari air proses penambangan bijih nikel dan air bekas cucian kendaraan
tambang.
Limbah cair dari proses penambangan dialirkan melalui empat Complaince Point
yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan pada Peraturan Gubernur Sulawesi
Selatan No. 69 Tahun 2010. Complaince Point tersebut untuk memantau kualitas fisik dan
kimia dari air limbah yang dihasilkan dari proses penambangan PT. Vale Indonesia Tbk. Titik
penaatan (khusus daerah tambang) tersebut antara lain; Lamangka (LMK), Lamoare Creek
3 (LC3), Petea East, dan Petea West.
Di lokasi titik penaatan (Complaince Point) tersebut terdapat kolam penampungan
dan pengendapan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah sedimen sebelum di treatment
di Satelit Tank Chromium Hexavalent. Pada lokasi titik penaatan tersebut juga dilakukan
pengambilan sampel untuk menguji kadar logam terlarut dan kontrol pH sebelum di buang
ke lingkungan. Pengujian parameter logam terlarut berdasarkan pada Baku mutu air limbah
bagi usaha atau kegiatan pertambangan bijih nikel menurut Per Men LH No. 09 Tahun 2006
tentang Baku mutu Air Limbah Bagi Usaha atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel. Dari
parameter-parameter tersebut, terdapat Chromium Hexavalent yang bersifat karsinogenik.
Untuk itu sampel ini terfokus pada pembahasan hasil uji parameter Chromium Hexavalent
(Cr+6).
Cr (VI) atau lebih dikenal dengan istialah Chromium hexavalent atau chrome
bervalensi 6 merupakan senyawa yang bersifat toxic terhadap manusia . Secara umum
keberadaan Chome konsentrasi terendah pada lapisan Lemonite , medium grade limonite
dan akumulasi terbanyak pada zona transisi lapisan Top Soil dan secara bertahap
konsentrasi terendah meningkat lapisan. Chrome berada di alam dalam kombinasi dengan
bebrapa unsure seperti besi (Fe) , Aluminium (Al) , Magnesium(Mg) dalam bentuk spinel
45

ENVIRONMENT HEALTH AND SAFETY DEPARTEMENT


PT. VALE INDONESIA Tbk
yang bersifat kuat dan resisten terhadap proses pelapukan namun dengan adanya Mn oxide
bervalensi tinggi akan meningkatkan pelepasan ikatan Chome dan memproduksi
pembentukan Cr(VI) Chromium Hexavalent pada rentang pH tertentu.
Adanya potensi pembentukan Chromium Hexavalent dan total chromium pada
kegiatan penambangan biji nickel dan efek toxic yang ditimbulkan terhadap manusia dan
diberlakukannya ketetapan pemerintah mengenai standar baku mutu kualitas air limbah
bagi usaha dan atau usaha pertambangan biji nickel no. Kep. 9/MENLH/2006 , maka
pengelolaan terhadap Cr(VI) adalah merupakan keharusan dan dilakukan secara konsisten
dan berkelanjutan agar menjamin terpenuhinya peraturan perundangan yang berlaku.
Metode yang digunakan untuk mengukur kadar logam terlarut ialah metode ICP MS.
Inductively Couple plasma merupakan spektroskopi nyala untuk menganalisa unsur logam
dalam suatu bahan. Bahan yang akan dianalisa harus berwujud larutan yang homogen. Ada
sekitar 80 unsur yang dapat dianalisa dengan menggunakan alat ini. Kelebihan alat ini
adalah sangat selektif dan dapat digunakan untuk mengukur beberapa unsur sekaligus
didalam sampel pada saat pengukuran.
Instrumen ICP-MS mengukur sebagian besar unsur-unsur dalam tabel periodik.
Unsur-unsur ditampilkan dalam warna dapat dianalisis dengan ICP-MS dengan deteksi
limitsa pada atau di bawah kisaran pptb. Elemen yang ada di putih yang baik tidak diukur
dengan ICP-MS (sisi kanan atas) atau tidak memiliki isotop alami. Kebanyakan analisis
dilakukan pada ICP-MS instrumentasi kuantitatif, namun juga dapat berfungsi sebagai
sangat baik semi-kuantitatif instrumen. Dengan menggunakan paket perangkat lunak semikuantitatif, suatu sampel dapat dianalisis untuk 80 elemen dalam tiga menit, menyediakan
semi-kuantitatif data yang biasanya dalam 30% dari nilai kuantitatif. Untuk alasan yang
sering melibatkan kesehatan manusia, mengetahui komposisi isotop sampel dapat sangat
penting. Dari tiga teknik yang disebutkan ke titik ini, hanya ICP-MS digunakan secara rutin
untuk menentukan komposisi isotop.
Dari hasil pengujian dari 25 Januari 28 Februari 2014 di empat lokasi Complaince
Point di daerah tambang PT. Vale Indonesia Tbk, didapatkan hasil pengujian Chromium
Hexavalent masih memenuhi baku mutu. Dari 5 minggu dilakukan pengujian, kadar Cr +6
tertinggi di LC3 terdapat di minggu ketiga dengan kadar Cr+6 0.007 ppm, tertinggi di
Lamangka di minggu kedua dan ketiga dengan kadar Cr +6 0.037 ppm, tertinggi di PETEA
EAST di minggu keempat dengan kadar Cr+6 0.040 ppm, dan tertinggi di PETEA WEST
berada di minggu keempat dengan kadar Cr+6 0.039 ppm. Dari data per minggu tersebut
didapatkan hasil bahwa kadar Chromium Hexavalent di empat titik penaatan masih berada
pada baku mutu. Dalam mengendapkan logam Chromium Hexavalen dibuat dalam keadaan
basa. Hal ini dikarenakan logam akan mengendap dalam kondisi basa dan akan larut dalam
kondisi asam. Untuk itu pH dibuat dalam kondisi yang sedikit basa namun masih sesuai
dengan baku mutu.
Disetiap Complaince Point dilengkapi dengan satelit tank sebagai treatment plant
untuk menginjeksi Ferro Sulfat ke aliran air yang mengandung Chromium Hexavalent.
Sebelum dan sesudah menginjeksi Ferro Sulfat terdapat kolam pengendapan sedimen
(POND). Di POND tersebut tempat mengendapkan Chromium Hexavalent (kolam sebelum
injeksi) dan mengendapkan Chromium Trivalen (kolam sesudah injeksi). Apabila POND telah
penuh dengan sedimen tanah yang mengandung Chrom, POND dikeruk (reclaim) dan
dibawa ke pabrik untuk diolah kembali. Karena ada kemungkinan chrom tersebut masih
mengandung bijih nikel.

46

Anda mungkin juga menyukai