Sampel yang biasanya diambil sebanyak 5 Liter. Jika ingin melakukan Bakteriologi dan
Mikroskopik, jumlahnya bisa ditambah tetapi dengan penanganan yang berbeda sesuai dengan
peruntukkannya.
Cara pengambilan :
1. Bersihkan lebih dahulu botol yang dipergunakan sebagai tempat sampel.
2. Benamkan botol pada kedalaman perairan yangakan diperiksa.
3. Pengambilan pertama digunakan untuk membersihkan botol pengambilan sampel dengan air
yang akan diperiksa lalu dibuang.
4. Pengambilan kedua untuk membersihkan botol contoh air lalu dibuang.
5. Pengambilan ketiga merupakan sampel air yang akan diperiksa diisikan kedalam botol
contoh air.
banyak berubah dalam waktu tertentu maka metode ini cukup mewakili. Jika suatu sumber
air memiliki karakteristik yang banyak berubah, maka sampel sesaat diambil berturut untuk
jangka waktu tertentu dan pemeriksaannya dilakukan sendiri-sendiri.
Metode ini biasanya dilakukan pada pengukuran suhu, pH, Kadar gas terlarut, CO2, sulfida,
sianida, dan klorin.
Contoh Gabungan Waktu (composite sample)
Adalah contoh air yang merupakan gabungan contoh-contoh sesaat yang diambil dari suatu
tempat yang sama pada waktu yang berbeda. Hasil pemeriksaan nya merata pada suatu
peroide. Umumnya dilakukan terus menerus selama 24 jam selama beberapa hari secara
intensif. Volumenya haruslah sama untuk setiap pengambilan.
Contoh Gabungan Tempat (integrated samples)
Merupakan campuran contoh-contoh sesaat yang diambil dari tempat yang berbeda pada
waktu yang sama.
2. Selang waktu antara pengambilan dan analisa
Makin pendek selang waktunya semakin baik, hal ini tergantung dari sifat contoh air,
parameter yang akan diperiksa serta cara penyimpananya.
Air bersih
72 jam
48 jam
Air kotor/limbah
12 jam
3. Pengawetan contoh
Pengawetan yang sempurna tidaklah mungkin karena sifat masing-masing unsur dalam
sampel berbeda-beda kestabilannya. Fungsi pengawetan adalah memperlambat proses
perubahan kimia dan biologis yang tidak akan terelakkan. Pengawetan terbaik adala dengan
mendinginkan sampel air pada 4C. Walaupun tidak dapat seluruh unsur dapat diawetkan
tetapi jika melihat fungsi pengawetannya maka pendinginan yang paling baik. Pengawetan
yang dilakukan sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan. Misalnya untuk analisa
logam (Al, Cd, Cr Cu, Fe, Pb, Mn, Ag dan Zn) dapat digunakan HCl pekat atau asam sulfat
pekat sampai pH 2,0 untuk mengurangi absorbsi dinding wadah.
4. Frekuensi pengambilan dan keterangan contoh
Volume dan frekuensi pengambilan contoh harus cukup
Untuk sumber air besar pengambilan setiap 2 minggu atau sebulan sekali
Untuk air sungai 5 hari
Setiap jam bila pada lokasi terjadi variasi yang lebih besar atau adanya pencemaran
Keterangan pada sampel :
Jenis air : air tanah, air limbah, air sungai, air laut
Lokasi pengambilan
5. Titik pengambilan contoh
a. Badan air
- Titik pengambilan harus representatif (hulu, tengah dan hilir), hindari buih.
- Jika alirannya silang lakukan pada titik pertemuan
- Untuk sungai besar dengan air yang tidak homogen maka diperlukan sampel yang lebih
banyak pada lebar dan kedalaman yang berbeda-beda.
- Jika menggunakan perahu atau peralatan lain hindari turbulensi.
- Titik pengambilan 1-5 Km dari hilir atau sumber pencemaran atau 500 m di hilir atau
danau dan air terjun.
b. Aliran terbatas
-
Titik pengambilan dari pipa, tangki, bejana, filter, kondensor, evaporator adalah titik
antara air masuk dan air keluar
Titik pengambilan tidak pada sambungan, pada jarak 25 % dari diameter pipa
maksimum 100 mm dari dinding pipa.
c. Generator uap
Hindari tempat pada fase uap dan fase air tidak dapat dipisahkan
2.
Air badn air meliputi air sungai, rawa, danau, waduk, dan saluran air termasuk laut
3.
4.
PARAMETER FISIKA
WARNA
Warna perairan dapat dipakai (tidak selamanya) sebagai parameter apakah suatu perairan
sudah tercemar atau belum. Air selokan dapat berubah dari bening menjadi kelabu karena adanya
proses dekomposisi. Warna perairan dapat pula dipengaruhi oleh biota yang ada didalamnya,
misalnya algae, plankton dan tumbuhan air. Air sungai pada umumnya berwarna bening sampai
kecoklatan, hal ini karena dipengaruhi oleh adanya pencucian badan sungai itu sendiri dan
kadungan suspensi didalamnya.
Metode Pengamatan : Organoleptik
BAU
Bau suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat organik pada suatu
perairan yang dapat menimbulkan gas-gas. Gas yang keluar dari hasil dekomposisi bukan saja
menimbulkan bau yang kurang sedap tetapi adakalanya dapat mematikan biota yang ada di
dalamnya, contohnya adanya kasus ikan=ikan yang mati atau mabuk pada waduk Cirata, Jawa
Barat.
Metode Pengamatan : Organoleptik
RASA
Parameter ini erat hubungannya dengan pengujian parameter warna dan bau sehingga
seringkali pada pelaksanaannya digabungkan. Rasa suatu perairan dalam kondisi bair berasa
hambar, bila suatu periran sudah berwarna kurang baik atau/dan bau yang kurang sedap secara
otomatis akan mempunyai rasa yang kurang enak.
Metode Pengamatan : Organoleptik
TEMPERATUR
Suhu merupakan parameter yang penting karena erat hubungannya dengan Aquatic life
atau kehidupan di dalam air dan sangat mempengaruhi pertumbuhan organisme baik secara
langsung maupun tidak langsung. Aktivitas biologi dapat menaikkan suhu perairan sampai 60o C.
suh air buangan kebanyakan lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini erat hubungannya dengan
proses biodegradasi. Pengamatan suhu dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan
interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan biota air lainnya. Tetapi hal ini tidak
mutlak karena dengan perubahan suhu yang kecil sudah dapat mempengaruhi kondisi biota,
contohnya terumbu karang. Bila suhu perairan semakin tinggi maka kadar O2 yang terlarut akan
semakin rendah, demikian pula sebaliknya.
Alat : termometer
Cara Kerja :
1. Dicatat suhu udara sekitar
2. Untuk air permukaan : Termometer dicelupkankan ke dalam perairan, ditunggu beberapa
menit. Diangkat dan dicatat suhunya.
3. Untuk air di bawah : Sampel diambil dalam botol, kemudian termometer dicelupkan ke dalam
air tersebut, ditunggu beberapa menit. Diangkat dan dicatat suhunya.
BERAT JENIS (BJ)
Merupakan parameter fisika yang digunakan untuk mengetahui kadar zat organik dan
anorganik. Semakin besar BJ semakin banyak zat terlarut. BJ diukur dengan menggunakan
urinometer, karena suhu yang berubah-ubah maka dipakai faktor koreksi.
Alat dan Bahan :
1. Urinometer
2. Gelas ukur 100 mL
3. Termometer
4. Sampel air
Cara Kerja :
1. Diukur dan dicatat suhu saat itu (peneraan).
2. Ke dalam gelas ukur diisikan air sampel sebanyak 100 mL.
3. Kemudian urinometer dimasukkan ke dalam air tadi dengan cara diputar.
4. Diamati dan dicatat tinggi miniskus air pada urinometer yang merupakan nilai BJ sampel.
Diusahakan agar urinometer tidak menempel pada dinding gelas ukur.
Perhitungan :
n
tk tp x 0,001
3
BJ sesungguhnya
A + n
Ket :
tk
= suhu kamar
tp
= suhu peneraan
Faktor koreksi
KEKERUHAN
Kekeruhan dapat mempengaruhi masuknya sinar matahari ke dalam air. Sinar matahari
sangat diperlukan oleh organisme yang berada didalam perairan untuk proses metabolisme. Bila
suatu perairan keruh maka sinar matahari yang masuk akan sedikit karena terpencar-pencar oleh
adanya partikel yang terlarut, dan bila air tidak keruh maka sinar matahari yang masuk akan
banyak. Kekeruhan dapat dipakai sebagai indikasi kualitas suatu perairan. Air alami dan air
buangan yang mengandung koloid dapat memudarkan sinar sehingga mengurangi transmisi sinar.
Kekeruhan dapat mengurangi proses fotosintesis tanaman dalam air. Misalnya vegetasi perairan
berakar dan ganggang, mengurangi pertumbuhan tanaman dan mengurangi produktifitas ikan.
Kekeruhan dapat disebabkan oleh tanah liat dan lempung, buangan industri dan
mikroorganisme. Upaya untuk mengurangi kekeruhan ini antara lain dengan penyaringan dan
koagulasi. Tujuan dari pemeriksaan parameter ini adalah untuk mengetahui derajat kekeruhan air
yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel yang tersebar merata dan dapat menghambat
jalannya sinar matahari yang melalui air tersebut.
Alat :
1. Turbidimeter
2. Gelas piala (Beaker Glass) 500 mL
Cara Kerja :
Dengan menggunakan alat turbidimeter
Perhitungan :
=
Hasil pemeriksaan
2. Kemudian secchi disc diangkat perlahan hingga kelihatan dan dicatat kembali tinggi
permukaan air pada tambang secchi disc (B cm).
Perhitungan :
A + B =
.. cm
2
KEDALAMAN
Kedalaman sangat mempengaruhi kecepatan arus, debit air dan kecerahan. Semakin dalam
sungai maka kemungkinan cahaya yang masuk akan semakin berkurang.
Alat :
Bandul logam yang diikat tali (diberi tanda seperti meteran)di salah satu ujungnya.
Cara Kerja :
1. Bandul dicelupkan ke dalam perairan hingga ke dasar lalu diamati dan dicatat tinggi
permukaan air pada tali (.. cm).
2. Diulangi pengukuran beberapa kali dan dihitung rata-rata kedalamannya.
KECEPATAN ARUS
Pergerakan air atau arus air diperlukan untuk ketersediaannya makanan bagi jasad renik
dan oksigen. Selain itu untuk menghindari karang dari proses pengendapan. Adanya adukan air
yang disebabkan oleh adanya pergerakan air akan menghasilkan oksigen di dalam perairan
tersebut. Pada umumnya bila suatu perairan mempunyai arus yang cukup deras maka kadar oksigen
yang terlarut juga akan semakin tinggi.
Alat :
1. Current meter atau benda yang terapung (bola pingpong)
2. Roll meter
3. Stop watch
4. Tali rafia
5. Ranting kayu
Cara Kerja :
1. Setiap 100 meter perairan tersebut diberi tanda dengan ranting kayu searah aliran air.
2. Bola pingpong yang telah diikat dengan tali rafia diletakkan diatas permukaan air berbarengan
dengan dijalankannya stop watch.
3. Kecepatan gerakan bola tiap 100 meter dicatat.
4. Percobaan diulangi hingga beberapa kali dan dirata-rata.
Perhitungan :
Jarak yang ditempuh
.. m/s
A x V
= kecepatan arus
PARAMETER KIMIA
pH
Alat
: kertas pH universal
Cara Kerja :
1. Diambil sampel air.
2. Dicelupkan kertas pH universal kedalamnya.
3. Warna yang terjadi dibandingkan pada standard warna.
DO (Dissolved Oxygen)
Alat :
1. Botol Winkler
2. Pipet tetes
3. Perangkat titrasi
4. Pipet volume
Bahan :
1. Iodida alkali (perekasi Winkler)
2. H2SO4 pekat
3. Larutan Mangan sulfat/ MnSO4 48 %
4. Natrium tiosulfat 0,025 N
5. Indikator amylum 1%
Cara Kerja :
1. Ditambahkan kedalamnya 1 mL MnSO4 dan 1 mL reagen Winkler, lalu dikocok dan
ditunggu hingga terbentuk endapan.
2. Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat, dikocok hingga endapan larut.
3. Diambil 50,0 mL sampel tersebut, dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0.025 N sampai
berwarna kuning muda pucat.
4. Ditambahkan inikator amilum (biru).
5. Dititrasi kembali dengan larutan Natrium tiosulfat, dari biru sampai menjadi biru hilang.
6. Dicatat berapa mL Natrium tiosulfat yang dipakai.
Perhitungan :
8000 x mL Na2S2O3
Kadar O2 (mg/L) =
CO2 BEBAS
Alat : 1. Tabung reaksi
2. Labu erlenmeyer
Bahan :
1. Indikator Phenol ptalein
2. NaOH
mL sampel
N Na2S2O3
Cara Kerja :
1. Masukkan 50 mL sampel air ke dalam labu erlenmeyer.
2. Tambahkan 3-5 mL indikator PP.
3. Titrasi dengan NaOH standart tetes demi tetes sampai berwarna merah muda.
4. Catat mL NaOH standar yang terpakai.
Perhitungan :
Kadar CO2 = 1000 X mL NaOH X NaOH X BA NaOH
50
BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Alat :
1. Botol Winkler
2. Pipet tetes
3. Pipet volumetri
4. Erlenmeyer
6. Buret dan statif
Bahan :
Lihat bahan pemeriksaan O2 (DO)
Cara kerja :
1. Saring 100 mL sampel air dari lumpur.
2. Diambil 75 mL sampel air yang telah disaring, diencerkan dengan aquadest 100X dan
dimasukkan kedalam 2 botol Winkler.
3. Botol pertama ditetapkan nilai DO sesaatnya. Botol kedua disimpan dalam keadaan gelap
(dibungkus dengan kertas karbon atau plastik hitam) dan ditempat yang gelap. Dicatat suhu
air dan jam penyimpanan. Dihitung kadar O2 nya setelah 5 hari kemudian.
4. Dicatat kadarrnya.
Perhitungan :
Kadar BOD (mg/L) = (DO sesaat DO5) X pengenceran
Perhitungan :
(10 + a) b (10 x c) 31,6 x 1000
c = NH2C2O4 0,1 N
d = sampel air (mL)
KESADAHAN TOTAL
Alat :
1. Pipet volume 10,0 mL
2. Erlenmeyer
3. Buret
Bahan :
1. Larutan EDTA
2. Larutan Buffer pH 10
3. Indikator EBT
Cara kerja :
1. Dipipet 10 mL air dimasukkan kedalam erlenmeyer.
2. Tambahkan indikator EBT hingga larutan menjadi merah muda.
3. Tambahkan larutan buffer pH 10 sebanyak 1-1,5 mL.
4. Dititrasi dengan larutan EDTA hingga menjadi biru muda.
5. Catat volume EDTA yang dipakai.
Perhitungan :
mg/L CaCO3 = mL EDTA X faktor EBT X 10
mL sampel
KESADAHAN Ca
Alat :
1. Pipet volume 10,0 mL
2. Erlenmeyer
3. Buret
Bahan :
1. Larutan EDTA 0,01 N
2. Indikator Maurexide
3. Larutan NaOH 1 N
Cara kerja :
1. Dipipet 10,0 mL sampel, dimasukkan dalam erlenmeyer.
2. Ditambahakan 1 mL NaOH.
3. Ditambahkam indikator Maurexide 0,1 g dan aduk sampai warnanya merah bata.
4. Dititrasi dengan larutan EDTA sampai terbentuk warna ungu.
5. Catat volume EDTA yang terpakai.
Perhitungan :
mg/ L Ca = mg EDTA x faktor EDTA x 10000
mL sampel
KESADAHAN Mg
Perhitungan :
mg/L Mg = (kesadahan total kesadahan Ca) x 0,24
SALINITAS
Alat :
1. Erlenmeyer
2. Pipet volume
3. Pipet tetes
4. Buret dan statif
Bahan :
1. Indikator K2CrO4
2. AgNo3 0,1 N
Cara kerja :
1. Ambil 30 mL sampel air laut, lalu diencerkan 10-50 kali.
2. Tambahkan K2CrO4.
3. Titrasi dengan AgNO3 sampai merah bata.
Perhitungan :
mL AgNO3 sebenarnya X N AgNO3 X 35,5 X 1000 X 1,81
mL sampel X 1000
Semua alat dan bahan/reagen yang akan digunakan, sebaiknya disiapkan sehari atau dua hari
sebelum pemeriksaan.
Dan sebelum dipakai bilaslah alat-alat tersebut dengan aquadest terlebih dulu
Semua alat yang sudah digunakan harus dibersihkan (dicuci) dan dibilas aquadest lalu
dikembalikan ke tempat semula.
Ruangan dan bahan/zat kimia yang digunakan dirapihkan dan dikembalikan ke tempat semula.
- SELAMAT MENCOBA -
Hand out
Oleh :
KELOMPOK STUDI EKOLOGI PERAIRAN
(KSEP)
Perhitungan :
D.M.A = 1000 X mL HCl X N HCl
5
ASIDITAS
Alat :
1. Erlenmeyer
2. Buret
3. Pipet volume 10,0 mL
Bahan :
1. Indikator PP
2. NaOH 0,02 N
Cara kerja :
1. Ambil sampel air sebanyak 10,0 mL masukkan kedalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 3 tetes indikator PP.
3. Titrasi dengan larutan NaOH sampai warna merah pucat.
4. Catat mL NaOH yang dipakai.
Perhitungan :
Cara kerja :
1. Masukkan sampel kedalam botol plastik, lalu dituang kedalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 1 tetes indikator PP, jika tidak berwarna PP = 0 ( langsung ke no. 4).
3. Jika berwarna pink, tembahkan sulfuric acid tetes demi tetes sampai warna hilang (hitung
jumlah tetes yang digunakan).
4. Tambahkan beberapa tetes Brom cressol Red lalau titrasi dengan asam sulfat sampai berubah
warna dari biru kehijauan menjadi pink.
5. Catat jumlah tetes asam sulfat yang digunakan.
Perhitungan :