Anda di halaman 1dari 19

WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT DAN

PERMASALAHANNYA DI PROVINSI
PAPUA

I.

PENDAHULUAN

Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) adalah

bagian dari Wilayah Pertambangan dimana


kegiatan usaha pertambangan rakyat dilakukan
(Pasal 1 ayat 32 UU No. 4 Tahun 2009).
Usaha pertambangan rakyat dapat dilaksanakan
bila telah ada Izin Pertambangan Rakyat (IPR).
Izin Pertambangan Rakyat (IPR), adalah izin
untuk melaksanakan usaha pertambangan
dalam wilayah pertambangan rakyat dengan
luas wilayah dan investasi terbatas.

WPR ditetapkan oleh bupati/walikota setelah

berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat


Daerah kabupaten/kota.
IPR

diberikan terutama kepada penduduk


setempat,
baik
perseorangan
maupun
kelompok masyarakat dan/atau koperasi (pasal
67 ayat 1, UU No.4 Tahun 2009).

Pertambangan

Rakyat adalah suatu usaha


pertambangan bahan galian yang dilakukan
oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau
secara gotong royong dengan alat sederhana
untuk mata pencaharian sendiri.

II.
UU

DASAR HUKUM WPR

Nomor 4 Tahun 2009 tentang


Pertambangan mineral dan Batubara
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2010 tentang Wilayah Pertambangan,
spesifik pasal 26 dan 27.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Mineral dan Batubara spesifik pasal 48.

Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun

2013
tentang
Pengawasan
Terhadap
Penyelenggaraan
Pengelolaan
Usaha
Pertambangan
Yang
Dilakukan
Oleh
Pemerintah
Provinsi
dan
Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Instruksi

Presiden Nomor 1 Tahun 2012


tentang pelaksanaan dan pengawasan
tumpang tindih.

Peraturan Daerah Khusus Nomor 14 Tahun

2008
Tentang
Daerah.

Pertambangan

Rakyat

III. KRITERIA MENETAPKAN WPR

Kriteria

untuk menetapkan WPR yang


diumumkan kepada masyarakat secara
terbuka oleh bupati/walikota setempat, yaitu:

Adanya

cadangan mineral sekunder yang


terdapat di sungai dan/atau di antara tepi dan
tepi sungai;

Adanya

cadangan primer logam atau


batubara dengan kedalaman maksimal 25
(dua puluh lima) meter;

Endapan

teras, dataran banjir, dan


endapan sungai purba;
Luas maksimal wilayah pertambangan
rakyat adalah 25 (dua puluh lima)
hektar;
Jenis komoditas yang akan ditambang;
dan/atau
Wilayah atau tempat kegiatan tambang
rakyat yang sudah dikerjakan sekurangkurangnya 15 (lima belas) tahun.

IV. PERMASALAHAN
PERTAMBANGAN RAKYAT
Kegiatan

masyarakat
yang
melakukan
penambangan seperti di daerah kabupaten
Paniai, Nabire, Mimika, Jayapura, dan daerah
lainnya belum dapat digolongkan sebagai
suatu kegiatan Pertambangan Rakyat, seperti
yang
dimaksud
di
dalam
peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hal ini
disebabkan belum memenuhi ketentuan, baik
aspeklegal maupun aspek teknis yang
mengacu kepada konsep good mining
practice.

Kegiatan

penambangan yang dilakukan


oleh
masyarakat
tersebut
telah
menimbulkan banyak permasalahan dan
juga mengalami kerugian, baik bagi
pemerintah daerah, lingkungan maupun
bagi para penambang sendiri.
Terbatasnya modal keahlian dan ekonomi
yang
dimiliki
telah
menyebabkan
masyarakat
penambang
cenderung
menjadi objek eksploitasi para pemodal
yang mencari keuntungan dari kegiatan
tersebut.

Bekas galian tambang yang dilakukan dapat

menimbulkan gangguan kestabilan lahandan


airtanah. Selain itu dapat mengancam
keselamatan,
karena
dilakukan
tanpa
memperhatikan
aspek
kesehatan
dan
keselamatan kerja.
Gangguan sosial, antara lain : terjadinya
kerusuhan di wilayah pertambangan rakyat
menyusul
berkembangannya
budaya
premanisme,
perjudian,
prostitusi
dan
kemerosotan moral lainnya.

Kerugian

juga
terjadi
berupa
pemborosan sumberdaya tambang
karena tidak efisiennya teknologi
pengolahan yang diterapkan.

Terjadinya

pencemaran lahan dan


sungai karena penanganan limbah
pengolahan yang belum dipahami
dengan baik.

V. SOLUSI YANG DILAKUKAN


Pemerintah Daerah secara cepat mengambil sikap

dengan mengeluarkan beberapa kebijakan secara


bertahap, yaitu:
Membuat larangan bagi masyarakat untuk

melakukan kegiatan penambangan, karena akan


diatur dan ditertibkan. Penertiban yang melibatkan
aparat keamanan dilaksanakan sejalan dengan upaya
mengosongkan lokasi aktivitas penambangan.
Dilakukan proses perizinan bagi penambang dengan

diterbitkannya Kartu Ijin Masuk Penambangan (KIMP).

Konsep pertambangan rakyat dalam

kerangka pengelolaan sumberdaya


mineral yang berkelanjutan didasarkan 4
aspek penting yang ditujukan untuk
menjawab berbagai persoalan yang
ditimbulkan oleh kegiatan masyarakat
yang menambang, yakni:
Aspek kebijakan;
Aspek modalitas;
Aspek kelembagaan/organisasi dan
Aspek teknologi dan lingkungan.

Dengan mengimplementasikan

keempat aspek tersebut secara


bersamaan, maka kegiatan
pertambangan rakyat tersebut
diharapkan akan memberikan
manfaat optimal bagi masyarakat
dan pemerintah daerah serta
sekaligus dapat meminimalisir
potensi kerusakan lingkungan yang
ditimbulkannya.

VI. UPAYA YANG DILAKUKAN


Kebijakan yang diambil oleh pemerintah

daerah yaitu tetap melaksanakan


pertambangan rakyat dengan sebagian
wilayah akan dijadikan wilayah
pertambangan rakyat dan sebagian
wilayah lainnya dilakukan kemitraan
antara masyarakat dan perusahaan.

Dinas ESDM Provinsi Papua sudah

menyelesaikan proses pemetaan


pertambangan rakyat di Papua adalah
Kabupaten Waropen, Kabupaten Mimika,
Kabupaten Nabire, Kabupaten Paniai dan
dalam waktu dekat dikeluarkan Surat
Keputusan (SK) tentang Pertambangan
Rakyat.
Pemerintah Daerah telah menyiapkan

alternatif bidang usaha untuk masyarakat


lokal, agar pertambangan rakyat harus
dipahami hanya sebagai kegiatan
sementara.

VII. KESIMPULAN
Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)

adalah bagian dari Wilayah


Pertambangan dimana kegiatan usaha
pertambangan rakyat dilakukan.
Usaha pertambangan rakyat dapat
dilaksanakan bila telah ada Izin
Pertambangan Rakyat (IPR).

Dinas ESDM Provinsi Papua sudah melakukan

proses pemetaan wilayah pertambangan rakyat di


Provinsi Papua yaitu Kabupaten Waropen,
Kabupaten Mimika, Kabupaten Nabire, Kabupaten
Paniai dan dalam waktu dekat dikeluarkan Surat
Keputusan (SK) tentang Pertambangan Rakyat.
Penetapan wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)
yang telah memenuhi kriteria berdasarkan
peraturan perundang-undangan, dapat diberikan
Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dengan
memprioritaskan kepada masyarakat lokal
supaya dirasakan manfaatnya untuk dapat
meningkatkan perekonomiannya.

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai