Anas Bin Malik
Anas Bin Malik
Ya Allah berilah dia harta dan anak dan berkahilah. (Doa Rosul)
dakwatuna.com Anas bin Malik sejak usia belianya telah mendapat talqin dua
syahadat dari ibunya Al ghumaisho, sejak itu tumbuhlah kecintaan hatinya yang
bersih kepada Rasul SAW, bersemangat untuk mendengar langsung darinya, tidak
heran kalau kadang telinga lebih awal merindukan dari pada penglihatan. Sudah
lama anak kecil ini mendambakan bertemu langsung dengan Rasul di Mekah atau di
Yatsrib sehingga ia dapat bahagia dengan pertemuannya.
Tidak berselang waktu yang lama, Yatsrib dibahagiakan oleh kedatangan Rasulullah
dan sahabatnya As Siddiq yang sudah lama di damba-dambakan. Maka tidak satu
pun keluarga dan hati penduduk Madinah yang tidak berbahagia. Saat itu semua
pemuda menyebarkan berita setiap pagi bahwa Rasulullah SAW akan tiba di Yatsrib.
Anas bin Malik bersama anak-anak yang lain yang berusaha ingin bertemu dengan
Rasulullah, namun ketika belum berhasil menemuinya ia sedih.
Pada suatu pagi yang indah yang menyebarkan keharuman, masyarakat berteriakteriak, bahwa Muhammad dan sahabatnya telah dekat dari kota Madinah, semua
orang berusaha menyambut kedatangan Nabi SAW. Begitu juga anak-anak, mereka
berlomba-lomba ikut menyambut Rasulullah dengan hati yang diliputi kegembiraan
yang meluap-luap dan wajah yang berseri-seri, maka di antara anak-anak itu adalah
Anas bin Malik. Sementara para wanita telah berada di atas rumah mereka,
menunggu dan berusaha melihat wajah Rasulullah SAW. Hati mereka berkata:
Mana yang orangnya yang disebut Rasul? Sungguh hari itu adalah hari yang
bersejarah. Peristiwa ini terus dikenang oleh Anas sampai usianya hampir seratus
tahun.
Belum lama Rasul tinggal di Madinah, datanglah seorang wanita bernama Al
Ghumaiso binti Milhan menemui Rasulullah SAW bersama putranya Anas bin Malik,
ia berkata:
.. . . ..
. . .
Wahai Rasul, tidak satu pun seorang laki-laki dan perempuan dari Anshar ini,
kecuali telah memberi hadiah kepadamu, dan sesungguhnya Aku tidak memiliki apa
yang dapat aku berikan kepadamu kecuali anakku ini. maka ambillah anak ini
agar dia dapat membantumu kapan Anda mau.
Tergugahlah Rasul untuk menerimanya, beliau mengusap kepalanya dan
menyatukannya dengan keluarganya. Saat itu umur Anas sepuluh tahun, saat
kebahagiaannya dapat menjadi pembantu Rasul, dan hidup terus bersama
Rasulullah sampai Rasul kembali kepada Allah. Adalah masa hidupnya menjadi
pembantu Rasul selama sepuluh tahun. Kondisi ini sangat dimanfaatkan oleh Anas
untuk menimba langsung hidayah dari Rasul, memahami semua sabdanya,
mengetahui sifat-sifatnya dan keutamaannya yang tidak dapat diketahui oleh
selainnya.
Anas berkata: Adalah Rasulullah SAW orang yang paling baik akhlaqnya, lapang
dadanya, dan banyak kasih sayangnya. Suatu saat beliau menyuruhku untuk suatu
keperluan, ketika aku berangkat aku tidak menuju ke tempat yang Rasul inginkan,
namun aku pergi ke tempat anak-anak-anak yang sedang bermain di pasar ikut
bermain bersama mereka. Ketika aku telah bersama mereka aku merasa ada
seseorang berdiri di belakangku dan menari bajuku, maka aku menoleh, ternyata dia
adalah Rasulullah dengan senyum beliau menegurku: Ya Unais (panggilan
kesayangan) apakah kamu sudah pergi ke tempat yang aku perintahkan? Aku
gugup menjawabnya: Ya, ya Rasul, sekarang aku akan berangkat. Demi Allah aku
telah menjadi pembantunya sepuluh tahun, tidak pernah aku mendengar ia
menegurku: Mengapa kamu lakukan ini dan itu, atau mengapa kamu tidak
melakukan ini atau itu?
Dan adalah Rasulullah SAW jika memanggilnya selalu memanggilnya dengan
panggilan rasa sayang dan memanjakan yaitu dengan memanggilnya dengan kata
Unais atau ya bunayya. Begitu juga Rasulullah banyak menasihatinya sampai
memenuhi hati dan otaknya. Di antara nasihat-nasihatnya adalah:
( . . .
Ya bunayya jika engkau mampu setiap pagi dan sore hatimu bersih dari perasaan
dengki kepada orang lain maka lakukanlah.
.
.
Ya bunayya sesungguhnya hal itu adalah sunnahku, barang siapa menghidupkan
sunnahku maka mencintaiku, barangsiapa mencintaiku akan bersamaku di surga.
)
Ya bunayya jika engkau menemui keluargamu maka berilah salam niscaya akan
menjadi keberkahan bagimu dan bagi keluargamu.
Anas bin Malik hidup setelah wafatnya Rasulullah SAW sekitar delapan puluh tahun
lebih. Dadanya dipenuhi ilmu yang langsung diambil dari Rasulullah. Otaknya
tumbuh dengan pemahaman kenabian. Oleh karena itu sepanjang umurnya menjadi
rujukan umat Islam, tempat umat bertanya, setiap menghadapi permasalahan sulit
dan tidak diketahui hukumnya. Suatu saat terjadi perdebatan tentang keberadaan
telaga Nabi nanti di hari kiamat. Maka mereka bertanya kepada Anas tentang
masalah ini. Beliau menjawab: Aku tidak mengira hidup dalam kondisi mendapatkan
kalian mendiskusikan tentang telaga. Sungguh aku telah meninggalkan para wanita
tua di belakangku, tidaklah di antara mereka shalat kecuali mereka berdoa agar
dapat minum dari telaga nabi tersebut.
Dan seterusnya Anas sepanjang hidupnya selalu mengenang kehidupan Rasulullah.
Adalah Anas selalu riang setiap kali bertemu dengan Rasulullah, sangat sedih di
saat perpisahan, banyak mengulang-ulang sabdanya, sangat perhatian mengikuti
perkataan-perkataannya dan perbuatan-perbuatannya, menyenangi apa yang
disenangi dan membenci apa yang dibenci, dan hari yang paling berkesan baginya
karena dua peristiwa: Hari yang pertama ia bertemu dengan Rasulullah dan hari
saat berpisah dengan Beliau. Apabila terkenang hari yang pertama beliau
berbahagia, dan apabila terkenang hari yang kedua terharu yang membuat orangorang di sekelilingnya ikut menangis. Beliau sering berkata: Sungguh saya melihat
Nabi SAW pada hari pertama bersama kita, dan hari pada saat wafatnya, maka
tidaklah aku melihat dua hari itu ada kemiripan. Maka pada hari saat masuk ke
Madinah menyinari segala sesuatu. Dan pada hari hampir wafatnya, jadilah Madinah
kota yang gelap. Terakhir aku melihat Rasulullah SAW pada hari senin ketika tabir di
kamarnya di buka, maka aku melihat wajahnya seperti kertas mushaf, para sahabat
saat itu berdiri di belakang Abu Bakar melihatnya, hampir-hampir mereka bergejolak
kalau saja Abu Bakar tidak menenangkan mereka. Pada hari itulah Rasulullah SAW
wafat, maka tidaklah kami melihat pemandangan yang sangat mengherankan dari
pada melihat wajah Rasulullah SAW harus diuruk dengan tanah.
Adalah Rasulullah SAW sering mendoakan Anas bin Malik. Di antara doanya: (
) Ya Allah berilah rezki kepadanya harta dan anak, dan
berkahilah. Dan sungguh Allah telah mengabulkan doanya, jadilah Anas orang yang
kaya di kalangan Anshar, dan paling banyak keturunannya, sampai-sampai dia
panjang umur dan hidup bersama cucu-cucunya lebih dari seratus orang. Dan
umurnya mencapai seratus tahun lebih. Dan adalah Anas, sahabat yang sangat
mengharapkan syafaat Rasulullah SAW pada hari kiamat, sering sekali ia
mengatakan: Aku berharap dapat bertemu Rasulullah pada hari kiamat dan
mengatakan kepada Rasulullah SAW, ya Rasul inilah saya yang dulu menjadi
pembantumu.
Ketika Anas sakit menjelang kematiannya, dia berkata kepada keluarganya:
Tuntunlah aku untuk membaca laailaaha Illallah. Begitulah ia mengulang-ulangnya
sampai datang ajalnya. Beliau pernah berwasiat agar tongkat kecil milik Rasul
dikuburkan bersamanya, maka diletakkanlah di antara lambungnya. Selamat bagi
Anas, yang telah dikaruniai oleh Allah dengan berbagai macam kebaikan. Total
masa hidup Anas bersama Rasulullah SAW selama sepuluh tahun. Beliau berada di
ranking ketiga di dalam meriwayatkan hadits, setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin
Umar. Semoga Allah membalasnya dan ibunya atas jasanya terhadap Islam dan
kaum muslimin dengan sebaik-baik balasan.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2010/06/30/6477/anas-binmalik/#ixzz3WJj8o2gL
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Maka orang banyak pun mengangkat tangan mereka tinggitinggi ke udara, teriakan mereka gegap gempita menggema di
langit.
Di saat itu Said bin Amir melihat Khubaib mengangkat
pandangannya ke langit dari atas tiang salib dan berkata, Ya
Allah, balaslah mereka satu persatu, bunuhlah mereka sampai
habis, dan jangan biarkan seorang pun dari mereka hidup
dengan aman.
Akhirnya Khubaib pun menghembuskan nafas terakhirnya, dan
tidak ada seorang pun yang mampu melindunginya dari
tebasan pedang dan tusukan tombak orang-orang kafir.
Orang-orang Quraisy kembali ke Mekah, mereka melupakan
Khubaib dan kematiannya bersama dengan datangya peristiwa
demi peristiwa besar yang mereka hadapi.
Namun tiak dengan anak muda yang baru tumbuh ini, Said bin
Amir, Khubaib tidak pernah terbenam dari benaknya sesaat
pun.
Said melihatnya dalam mimpinya ketika dia tidur,
membayangkannya dalam khayalannya ketika dia terjaga,
berdiri di depannya ketika dia shalat dua rakaat dengan tenang
dan tenteram di depan kayu salib, Said mendengar bisikan
suaranya di keua telinganya ketika dia berdoa atas orang-orang
Quraisy, maka dia khawatir sebuah halilintar akan menyambar
atau sebuah batu dari langit akan jatuh menimpanya.
ATH-THUFAIL BIN
AMRU AD-DAUSI
Ya Allah, berikanlah sebuah bukti kepadanya
atas kebaikan yang dia niatkan.
(Dari doa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallamuntuknya)
kisah
MANISNYA IMAN
(KISAH ABDULLAH
BIN HUDZAFAH
RADHIYALLAHU
ANHU BERSAMA
HERAKLIUS)
Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu anhu adalah salah seorang panglima
kaum muslimin yang ikut serta dalam pembebasan negeri Syam. Dia
diserahi misi penting untuk memerangi penduduk Kaisariah, sebuah kota
benteng di wilayah Palestina, tepatnya di tepi Laut Tengah. Namun
Allah Subhanahu wa Taala menakdirkan Abdullah bin
Hudzafah radhiyallahu anhu gagal dalam salah satu pertempuran,
sehingga akhirnya ia ditangkap oleh tentara Romawi.
Heraklius merasa berkesempatan untuk menyakiti dan menyiksa kaum
muslimin. Lalu ia mendatangkan Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu
anhu ke hadapannya. Ia ingin menguji seberapa kuat agamanya dan
ingin menjauhkannya dari Islam. Heraklius memulai dengan memberikan
bujukan dan penawaran. Ia menawarkan kepada Abdullah radhiyallahu
anhu beberapa tawaran yang menggiurkan.
Heraklius berkata kepadanya, Masuklah ke dalam agama Nasrani, maka
engkau akan mendapatkan harta yang engkau inginkan. Ibnu
Hudzafah radhiyallahu anhumenolak tawaran ini. Kemudian Heraklius
menambahkan, Masuklah ke dalam agama Nasrani, maka saya akan
menikahkanmu dengan putriku. Ibnu Hudzafah radhiyallahu anhu juga
menolak tawaran kedua. Lantas Heraklius berkata lagi, Masuklah ke
dalam agama Nasrani, maka saya akan merekrutmu menjadi orang
penting dalam kerajaanku. Ibnu Hudzafah radhiyallahu anhu pun
menolak tawaran ketiga ini.
Heraklius menyadari bahwa ia tengah berhadapan dengan bukan
sembarang lelaki. Maka ia pun memberikan penawaran keempat. Ia
berkata kepadanya, Masuklah ke dalam agama Nasrani, maka saya akan
memberikan kepadamu separuh dari kerajaanku dan separuh hartaku.
Lantas Ibnu Hudzafah radhiyallahu anhumemberikan jawaban yang tegas
dan mematikan, Meskipun kamu memberikan kepadaku semua harta
yang kamu miliki dan semua harta yang dimiliki oleh orang Arab, saya
Maka beliau pun turun dari atasnya dengan penuh harapan dan
kegembiraan.
Salah seorang Muslim tampil dengan wajah berseri-seri karena
kegembiraan yang membuncah. Ia maju lalu membawa barang muatan
dan memasukkannya, kemudian mempersilakan Rasulullah masuk ke
dalam ruma. Nabi SAW pun mengikuti sang pemilik rumah.
Siapakah orang beruntung yang dipilih sebagai tempat persinggahan
Rasulullah dalam hijrahnya ke Madinah ini, di saat semua penduduk
mengharapkan Nabi mampir dan singgah di rumah-rumah mereka?
Dialah Abu Ayub Al-Anshari Khalid bin Zaid, cucu Malik bin Najjar.
Pertemuan ini bukanlah yang pertama kalinya. Sebelumnya, sewaktu
utusan Madinah pergi ke Makkah untuk berbaiat dalam baiat Aqabah
Kedua, Abu Ayub Al-Anshari termasuk di antara 70 orang Mukmin yang
mengulurkan tangan kanan mereka ke tangan kanan Rasulullah serta
menjabatnya dengan kuat, berjanji setia dan siap menjadi pembela.
Dan kini, ketika Rasulullah bermukim di Madinah dan menjadikan kota
itu sebagai pusat agama Allah, maka nasib mujur yang sebesarbesarnya telah terlimpahkan kepada Abu Ayub, karena rumahnya
dijadikan tempat pertama yang didiami Rasulullah. Beliau akan tinggal di
rumah itu hingga selesainya pembangunan masjid dan bilik beliau di
sampingnya.
Sejak orang-orang Quraisy bermaksud jahat terhadap Islam dan
berencana menyerang Madinah, sejak itu pula Abu Ayub mengalihkan
aktifitasnya dengan berjihad di jalan Allah. Ia turut bertempur dalam
Perang Badar, Uhud dan Khandaq. Pendek kata, hampir di tiap medan
tempur, ia tampil sebagai pahlawan yang siap mengorbankan nyawa
dan harta bendanya.
Ilustrasi
A+ | Reset | A-
Abdullah bin Mas'ud tidak berlebihan dengan ucapannya itu. Kisah Umar
bin Al-Khathab berikut memperkuat ucapannya. Pada suatu malam,
Khalifah Umar sedang dalam perjalanan, ia bertemu dengan sebuah
kabilah. Malam sangat gelap bagai tertutup tenda, menutupi pandangan
setiap pengendara. Abdullah bin Mas'ud berada dalam kabilah tersebut.
Khalifah Umar memerintahkan seorang pengawal agar menanyai
kabilah.
"Hai kabilah, dari mana kalian?" teriak pengawal.
"Min fajjil 'amiq (dari lembah nan dalam)," jawab Abdullah.
"Hendak kemana kalian?"
"Ke Baitu Atiq (rumah tua, Ka'bah)," jawab Abdullah.
"Di antara mereka pasti ada orang alim," kata Umar.
Kemudian diperintahkannya pula menanyakan, "Ayat Al-Qur'an
manakah yang paling ampuh?"
Abdullah menjawab, "Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup
kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan
tidak pula tidur..." (QS Al-Baqarah: 255).
"Tanyakan pula kepada mereka, ayat Al-Qur'an manakah yang lebih kuat
hukumnya?" kata Umar memerintah.
Abdullah menjawab, "Sesungguhnya Allah memerintah kamu berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang kamu dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
Patung di rumah Amr bin Jamuh bernama Manat. Patung itu terbuat
dari kayu, indah dan mahal harganya. Untuk perawatannya, Amr bin
Jamuh terkadang harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Hampir
setiap hari patung itu dibersihkan dan diminyaki dengan wangi-wangian
khusus dan mahal.
Tatkala cahaya Islam mulai bersinar di Yatsrib dari rumah ke rumah, usia
Amr bin Jamuh sudah lewat 60 tahun. Tiga orang putranya: Muawadz,
Muadz dan Khalad, serta seorang kawan sebaya mereka, Muadz bin
Jabal, telah masuk Islam di tangan Mushab bin Umair, sang duta Islam.
Bersamaan dengan ketiga putranya, masuk Islam pula ibu mereka
Hindun, istri Amr bin Jamuh. Amr tidak mengetahui kalau mereka telah
masuk Islam.
Saat itu, para bangsawan dan pemuka suku di Yatsrib (Madinah) telah
banyak yang masuk Islam. Hindun yang sangat mencintai dan
menghormati suaminya khawatir kalau suaminya mati dalam keadaan
kafir lalu masuk neraka. Sebaliknya Amr sangat mencemaskan
keluarganya yang akan meninggalkan agama nenek moyang mereka.
Dia takut putra-putranya terpengaruh oleh dakwah yang disebarkan oleh
Mushab bin Umair. Karena dalam tempo singkat Mushab berhasil
merubah agama orang banyak dan menjadikan mereka Muslim.
Oleh sebab itu, Amr selalu berkata kepada istrinya, Hai Hindun, hatihatilah menjaga anak-anak, agar mereka jangan sampai bertemu
dengan orang itu (Mush ab bin Umair)!
Ya," jawab istrinya. "Tapi apakah kau pernah mendengar putra kita
bercerita mengenai pemuda itu?
Celaka! Apakah Muadz telah masuk agama orang itu?" tanya Amr
gusar.
Tidak, bukan begitu! Tetapi Muadz pernah hadir dalam majelis orang
itu, dia ingat kata-katanya, jawab istrinya menenteramkan hati Amr.
"Panggillah dia kemari! perintah suaminya.
Ketika Muadz hadir di hadapan ayahnya, Amr berkata, Coba baca katakata yang pernah diucapkan orang itu. Bapak ingin mendengarkannya."
Muadz membacakan surat Al-Fatihah kepada bapaknya.
bangsa Arab. Akan tetapi jika kabilah itu dibiarkan lalu, mereka
akan masuk ke tanah Haram (Mekah) iaitu bererti membiarkan
mereka masuk ke tempat aman.
Akhirnya mereka memutuskan menyerang dah merampas
harta kabilah itu. Seorang anggota rombongan tewas, dua
ditawan dan seorang lagi berjaya melarikan diri. Tibanya di
Madinah, harta rampasan dan tawanan dibawa dihadapan
Rasulullah SAW. Abdullah bin Jahsy dan pasukan telah dimarahi
kerana bertindak diluar arahan dan perintah Rasulullah SAW.
Baginda telah menangguhkan keputusan mengenai hukuman
harta rampasan dan dua tawanan perang sementara
menunggu keputusan dari Allah. Abdullah bin Jahsy dan
pasukan telah digantung kerja. Mereka jelas bersalah kerana
melanggar perintah Rasulullah SAW. Kaum muslimin mencela
mereka sehingga mereka terase dipulaukan. Penyesalan dan
kesedihan menjadi lebih teruk apabila mereka mengetahui
kaum Quraisy menggunakan peluang ini untuk menekan
Rasulullah SAW dan kaum Muslimin. Mereka menyebarkan
berita dikalangan kabilah-kabilah Arab, bahawa kaum Muslimin
telah menghalalkan pertumpahan darah dan perampasan harta
dibulan Haram.
Abdullah bin Jahsy menganggung beban mental yang sangat
hebat. Walaubagaimanapun, beliau tetap terus beristigfar dan
memohan ampun kepada Allah SWT sehingga turunnya AlBaqarah ayat 217 membawa berita gembira. Turunnya ayat
ini telah menenangkan hati Rasulullah SAW. Harta rampasan
Tak lama kemudian beritapun tersebar ditengah-tengah para sahabat ra. Masing-masing ingin
ditunjuk oleh Rasulullah saw menjadi utusan.
Umar ra mengungkapkan, "Aku benar-benar mengharap agar aku ditunjuk Rasulullah saw
untuk menduduki jabatan itu. Aku sengaja mengangkat kepalaku agar beliau bisa melihatku
dan mengutusku untuk menduduki jabatan yang diamanatkannya. Rasul masih tetap mencari
seseorang, sehingga beliau melihat Abu Ubaidah dan berkata, "Wahai Abu Ubaidah, pergilah
engkau bersama-sama dengan penduduk Najran. Jalankan hukum-hukum dengan penuh
kebenaran terhadap segala apa yang mereka perselisihkan." Itulah mulianya ahklak Abu
Ubaidah bin Jarrah.
Masuk kedalam shaff da'wah Islamiyah.
Setelah Abu Bakar masuk Islam, dia senantiasa mengajak kawan-kawan dekatnya untuk
mengikuti jejaknya. Keislaman beliau adalah atas ajakan Abu Bakar. Suatu ketika ia sadar
dan memahami apa yang dimaksudkan Abu Bakar terhadap dirinya. Akhirnya dia berangkat
bersama Abdurrahman bin 'Auf, Ustman bin Maz'un dan Arqam bin Abi Arqam untuk
menemui Rasulullah saw. Di depan Rasulullah saw mereka sama-sama mengucapkan kalimat
syahadah.
Pengorbanan
Setelah masuknya Abu Ubaidah dalam Islam. Ia sadar betul bahwa seluruh apa yang dia
miliki harus sepenuhnya diberikan untuk Islam. Bukan setengah atau pun sebahagiannya.
Harta, tenaga dan raga beliau persembahkan untuk Islam. Kalau Islam meminta hartanya
akan dia infakkan, kalau tenaganya yang dibutuhkan, akan diberikan, bahkan kalaupun nyawa
yang akan di minta itupun akan dikorbankan. Dia adalah seorang pemuda yang gagah berani
yang sangat ditakuti oleh musuh-musuhnya dan sulit sekali untuk di kalahkan.
Setiap musuh mendekatinya pasti lehernya dipenggal. Itulah keistimewaan sahabat yang satu
ini, hasil dari binaan madrasah Rasulullah saw. Ini bisa terlihat di dalam perjuangannya
membela Islam. Dimana saat terjadinya perang Badar, Abu Ubaidah tampil kedepan,
memerangi tentara musyrikin. Tatkala Abu Ubaidah lagi berhadapan dengan musuh, tiba-tiba
ia dikejutkan oleh seorang lelaki yang mengasuhnya sejak kecil. Ayah kandungnya yang
masih musyrik. Sebelumnya dia sudah berusaha agar jangan ketemu bapaknya ditengahtengah kancah peperangan.
Tapi apa hendak dikata, peperangan saat itu bukanlah peperangan antara Qabilah atau
peperangan yang hanya untuk mempertahankan status quo. Akan tetapi adalah peperangan
antara hizbullah(tentara Allah) dengan hizb syaithan (tentara musuh), peperangan antara yang
haq dengan bathil, yang tidak mungkin disatukan selamamatahari masih terbit dari sebelah
timur. Akhirnya? dengan keimanan yang menyala-nyala terjadilah perlawanan antara sang
anak dengan ayah, yang berakhir dengan gugurnya ayah kandung di depan matanya sendiri.
Setelah peristiwa tersebut Allah menurunkan firmannya:
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka.
Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya
mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan
rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan
Allah itulah golongan yang beruntung." (QS Al Mujadilah: 22).
Itulah Abu Ubaidah bin Jarrah, yang betul-betul menyerahkan hidup beliau sepenuhnya untuk
Islam. Dia tidak menghiraukan sanak famili ataupun kaum kerabat, kalau Islam yang
berbicara tidak bisa ditawar-tawar lagi, yang bathil tidak mungkin didirikan diatas yang haq
ataupun sebalikn
Di saat peperangan lagi berkecamuk, Rasulullah saw sempat terjatuh sehingga gigi depannya
retak, keningnya luka, pipinya kena dua mata rantai perisai. Melihat keadaan seperti itu, Abu
Bakar kasihan dan ingin mencabutnya, tapi ia dicegah Abu Ubaidah bin Jarrah. "Biarkan itu
bagian saya," pintanya. Abu Ubaidah tahu kalau ini di cabut dengan tangan Rasulullah pasti
kesakitan, akhirnya dia mencoba mencabutnya dengan gigi depannya. Disaat mata rantai
pertama tercabut, giginya masih utuh dan kuat, namun ketika mencabut mata rantai kedua
giginya pun ikut tercabut juga. Subhanallah. Saat itu Abu Bakar berkata, "Sebaik-baik gigi
yang terputus, itulah gigi Abu Ubaidah bin Jarrah."
Perjuangan
Jabir bin Abdullah pernah bercerita, "Suatu ketika Rasullah saw.mengutus kami dalam suatu
peperangan yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Kami hanya dibekali sekarung
korma untuk tiga ratus orang. Padahal perjalanan sungguh jauh dan melewati padang pasir
yang luas dan tandus. Di tengah-tengah perjalanan, disaat tentara sudah mulai lapar, Abu
Ubaidah membagi-bagikan makanan untuk satu orang satu genggam korma. Namun disaat
bekal sudah mulai habis Abu Ubaidah membagi-baginya dengan satu korma untuk satu
orang.
Korma yang satu itulah diisap-isap airnya sehingga menambah semangat kami dalam
melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian bekalpun habis, badan terasa letih, capek dan
lapar. Namun perjalanan masih jauh. Akhirnya kamipun memilih jalan dekat pantai. Tiba-tiba
disaat kami betul-betul lapar, kami memperdapati ikan besar yang sudah mati, mula-mula
Abu Ubaidah melarang kami untuk memakannya. Akan tetapi, karena keadaan sudah
memaksa akhirnya kamipun memakannya, setelah itu kami melanjutkan perjalanan."
Perjuangan Abu Ubaidah bin Jarrah nampak juga kita lihat dari perkataan Umar bin Khattab.
Pada suatu kesempatan Umar bin Khattab mengajukan pertanyaan kepada para sahabat,
"Tunjukkan kepada saya cita-cita tertinggi kalian." Salah seorang dari mereka mengacungkan
tangan dan berkata, "Wahai Amirulmukminin sekiranya rumah ini penuh dengan emas, akan
saya infakkan seluruhnya untuk jalan Allah."
Umarpun mengulangi pertanyaannya, "Apa masih ada yang lebih baik dari itu?", lantas
sahabat yang lainpun menjawab, "Wahai Amirulmukminin sekiranya rumah ini dipenuhi
dengan intan, emas dan permata, niscaya akan saya infakkan seluruhnya untuk Allah." Umar
bin Khattab kembali bertanya dengan lafadh yang sama. Merekapun serentak menjawab,
"Wahai Amirulmukminin kami tidak tahu lagi apa yang terbaik dari itu." Umar bin Khathab
kemudian menjelaskan, "Cita-cita yang terbaik adalah, seandainya ruangan ini Allah penuhi
dengan pejuang muslim seperti Abu Ubaidah bin Jarrah yang jujur, adil dan bijaksana."
Menjelang wafatnya, Khalifah Umar pernah berkata, "Kalau Abu Ubaidah masih hidup maka
aku akan menunjuknya sebagai khalifah penggantiku. Dan bila kelak Allah swt bertanya
tentang apa sebabnya, maka aku akan menjawabnya, 'Aku memilih dia karena dia seorang
pemegang amanat umat dan pemegang amanat Rasulullah.'"
Demikianlah sosok kepribadian sahabat kita yang satu ini. Ia tidak pernah mundur dalam
memperjuangkan kesucian Islam. Tenaga, harta, waktu, dan jiwanya ia korbankan demi Islam
dan kejayaan umatnya. Radhiyallahu 'anhu wardhahu.
KISAH SAHABAT:
MASUK ISLAMNYA
SALMAN AL-FARISI
RADHIALLAHU
ANHU
KISAH SAHABAT: SALMAN AL-FARISI RADHIALLAHU ANHU
kepada kami.
Lalu Aku memperlihatkan tempat penyimpanan sedekah itu.
Kemudian mereka mengeluarkan sebanyak 7 peti yang penuh
berisi emas dan perak. Setelah mereka menyaksikan betapa
banyaknya simpanan pendeta itu, mereka berkata, Demi Allah,
selamanya kami tidak akan menguburnya. Kemudian mereka
menyalib pendeta itu pada tiang dan melempari jasadnya
dengan batu.
Kemudian mereka mengangkat orang lain sebagai
penggantinya. Aku tidak pernah melihat seseorang yang tidak
mengerjakan shalat lima waktu (bukan seorang muslim) yang
lebih bagus dari dia, dia sangat zuhud, sangat mencintai
akhirat, dan selalu beribadah siang malam. Maka aku pun
sangat mencintainya dengan cinta yang tidak pernah aku
berikan kepada selainnya. Aku tinggal bersamanya beberapa
waktu.
Kemudian ketika kematiannya menjelang, aku berkata
kepadanya, Wahai Fulan, selama ini aku hidup bersamamu,
dan aku sangat mencintaimu, belum pernah ada seorangpun
yang aku cintai seperti cintaku kepadamu, padahal
sebagaimana kamu lihat, telah menghampirimu saat
berlakunya taqdir Allah, kepada siapakah aku ini engkau
wasiatkan, apa yang engkau perintahkan kepadaku?
Orang itu berkata, Wahai anakku, demi Allah, sekarang ini aku
sudah tidak tahu lagi siapa yang mempunyai keyakinan seperti
aku.
dari Makkah pada hari ini. Mereka percaya bahwa orang itu
Nabi.
Tatkala aku mendengar pembicaraannya, aku gemetar
sehingga aku khawatir jatuh menimpa majikanku. Kemudian
aku turun dari pohon, dan bertanya kepada keponakan
majikanku, Apa tadi yang engkau katakan? Apa tadi yang
engkau katakan? Majikanku sangat marah, dia memukulku
dengan pukulan keras. Kemudian berkata, Apa urusanmu
menanyakan hal ini, Lanjutkan pekerjaanmu.
Aku menjawab, Tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin
mencari kejelasan terhadap apa yang dikatakan. Padahal
sebenarnya saya telah memiliki beberapa informasi mengenai
akan diutusnya seorang nabi itu.
Pada sore hari, aku mengambil sejumlah bekal kemudian aku
menuju Rasulullah shallallohu alaihi wasallam, ketika itu beliau
sedang berada di Quba, lalu aku menemui beliau. Aku berkata,
Telah sampai kepadaku kabar bahwasanya engkau adalah
seorang yang shalih, engkau memiliki beberapa orang sahabat
yang dianggap asing dan miskin. Aku membawa sedikit
sedekah, dan menurutku kalian lebih berhak menerima
sedekahku ini daripada orang lain.
Aku pun menyerahkan sedekah tersebut kepada beliau,
kemudian Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda
kepada para sahabat, Silahkan kalian makan, sementara
beliau tidak menyentuh sedekah itu dan tidak memakannya.
Aku berkata, Ini satu tanda kenabiannya.
11.
kondisi bawahannya.
12.
hidup bermasyarakat.
________________
[1] HR. Ahmad, 5/441; ath-Thabrani dalam al-Kabir (6/222);
Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat, 4/75; al-Baihaqi dalam alKubra, 10/323.
[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah
al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, edisi bahasa
Indonesia: 61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara
Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat, pent. Pustaka Darul
Haq, Jakarta]