Disusun Oleh:
Sara Sorayya Ermuna
(25413056)
Dosen :
Heru Purboyo Hidayat P., Ir., DEA, Dr.
Nama
Mata Kuliah
1. Pendahuluan
Konsep transportasi berkelanjutan yang telah menjadi bahan diskusi sekian lama tentunya
dimaksudkan untuk menyediakan system transportasi yang terintegrasi secara efisien dan efektif dengan
tujuan untuk melayani kebutuhan pergerakan penumpang dan barang. Salah satu cara untuk
mewujudkannya adalah dengan penggunaan moda transportasi publik tetapi hal tersebut seringkali
terkendala akibat terbatasnya anggaran dana. Oleh karena itu, terdapat beberapa inovasi-inovasi untuk
mewujudkan transportasi berkelanjutan ini tanpa harus membebani pemerintah terhadap dana yang
diperlukan, antara lain adalah carsharing/carpooling. Konsep carsharing/carpooling ini merupakan
konsep sederhana yang sebenarnya kerapkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
perbedaannya disini adalah penggunaan carsharing ini tidak hanya terbatas pada seseorang yang telah
dikenal tetapi ditekankan pada siapapun yang membutuhkan moda transportasi. Selain itu, konsep
carsharing yang berkembang ini pada umumnya berasal dari komunitas-komunitas di media social
sehingga akhirnya dapat menjadi fasilitator untuk konsep carsharing ini.
Kesulitan yang dihadapi dalam pengembangan konsep dan inovasi ini adalah dalam
membangun kepercayaan dan berbedanya bentuk kompensasi yang diberikan antar masing-masing
penyedia jasa angkutan. Dalam paper ini akan dibahas mengenai konsep dan penerapan carpooling atau
carsharing di Indonesia dan luar negeri. Selain itu, akan dibahas mengenai pendapat dari pengurus dan
pengguna carsharing di Indonesia, terutama dalam pembentukan kepercayaan, kesepakatan, dan
persepsi dalam penggunaan model carsharing ini.
kelompok carshare di tempat pemeliharaan armada kota besar. Carsharing merupakan salah satu
alternatif inovasi. Di California, peneliti mengeksplorasi business models untuk pinggiran kota, seperti
mengatur keluarga, komuter, dan pegawai untuk berbagi mobil pada waktu yang berbeda dari hari
secara terus-menerus. Sementara itu, di Berlin, konsep carsharing dilakukan dengan 'mobil cash' dimana
peserta menyewa kendaraan dari dealer untuk keperluan pribadi, dan memberikan pinjaman kepada
kelompok car-sharing ketika tidak dibutuhkan.
3. Metodologi
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif, dimana akan menjabarkan
mengenai perbandingan dari studi-studi kasus yang telah ada di Indonesia maupun di luar negeri, serta
penggambaran terhadap pesepsi non-pengguna dan pengguna moda komunitas transportasi berbasis
media sosial ini. Perbandingan yang akan dilakukan ini dimaksudkan untuk mengetahui telah sejauh
mana perkembangan carsharing di Indonesia dan kota-kota di Negara maju lainnya sebagai bentuk
perwujudan untuk mencapai transportasi berkelanjutan berdasarkan beberapa indikator dengan
menggunakan indikator dari Goldman dan Gorham (2006) mengenai Sustainable urban transport: Four
innovative directions, yakni.
a. Perspektif sistem
b. Persyaratan dan ketentuan pihak yang terkait
c. Pembiayaan dan inovasi incremental
Sementara itu, persepsi dari pengguna dan non pengguna ini dilakukan dengan wawancara langsung
maupun dari beberapa sebagian besar pengguna moda komunitas ini merupakan penduduk berusia 2030 tahun dengan tingkat mobilitas yang cukup tinggi. Opini-opini pengguna ini didapatkan dari
wawancara secara langsung maupun kumpulan-kumpulan opini yang terdapat di website
nebengers.com. Sementara itu, wawancara terhadap non pengguna dilakukan secara primer dan dari
beberapa wawancara via media online (youtube.com) yang telah ada sebelumnya.
telah berkembang di seluruh dunia) mencapai 777.000 anggota dan menawarkan hampir 10000
kendaraan. Hertz pada permintaan dimulai pada tahun 2008 dengan distribusi yang luas baik di AS,
Eropa dan Australia, dan telah mencapai pengguna 150000. Car2Go dimulai di Jerman pada tahun 2008
dan telah diperluas untuk 18 kota di seluruh dunia dengan lebih dari 350000 pelanggan dan menawarkan
6000 kendaraan konvensional dan alternatif. Ini 4 operator adalah sistem yang lebih besar dengan lebih
dari 100 kendaraan per kota, yang mewakili 47% dari total sistem dan telah mempromosikan
penggunaan kendaraan alternatif armada mereka..
Dalam hal sistem parker untuk car sharing, rata-rata jumlah taman dan ruang parkir per 10 km2
adalah 2,4 dan 4,8, masing-masing. Adapun adopsi anggota ini sistem car-sharing, rata-rata 3,5% dari
populasi kota yang mendaftar dalam sistem ini dan rata-rata 2,5 kendaraan per 10 000 jiwa tersedia.
Ketika menganalisis harga terkait dengan sistem ini, mereka biasanya menyediakan keanggotaan jangka
panjang (pembulatan 60 per tahun), biaya bulanan (dengan 15 rata-rata per bulan nilai). Bagi penduduk
dengan penggunaan rendah, biaya harian juga disediakan mencapai nilai tertentu yang telah disepakati.
Sistem lain biaya penggunaan kendaraan mereka per menit atau / dan kilometer perjalanan. Dalam hal
teknologi kendaraan, sistem car-sharing tradisional menyebarkan kendaraan mesin pembakaran internal
(terutama kendaraan bensin berjalan). Namun, dalam beberapa tahun terakhir, listrik kendaraan seperti
kendaraan penuh listrik (EV) didukung dan plug-in kendaraan listrik hybrid (PHEV) telah digunakan
dalam sistem car-sharing. Mengingat bahwa sistem berbagi mobil biasanya mencakup perjalanan kota
urban, listrik bertenaga kendaraan memiliki beberapa keunggulan lokal seperti pengurangan kebisingan,
nol emisi ekor-pipa lokal dan meningkatkan efisiensi kendaraan.
Berdasarkan tingkat tanggapan 17% dan tingkat kepercayaan 90%, informasi berikut ini
diperoleh dari survei yang dilakukan kepada anggota. Berdasarkan pola mobilitas dinyatakan dan
perilaku masing-masing, hal itu mungkin untuk menyimpulkan bahwa anggota individu menggunakan
kendaraan berbagi mobil-sebagian besar untuk belanja (tidak termasuk bahan makanan) dengan 12%
dan untuk janji kesehatan (8%). Car-sharing menggantikan penggunaan taksi (17%) untuk belanja
(tidak termasuk produk makanan) dan masalah kesehatan, pengganti mobil pribadi untuk perjalanan
pribadi (mengunjungi orang tua) (13%) dan kereta bawah tanah (8%) untuk belanja dan kegiatan
pribadi. Car-sharing juga memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku anggota ini.
Berdasarkan tingkat tanggapan 17% dan tingkat kepercayaan 90%, informasi yang diperoleh
dari survei yang dilakukan kepada anggota menyatakan bahwa 1) Berdasarkan pola mobilitas dan
perilaku individu, dapat disimpulkan bahwa anggota individu menggunakan kendaraan berbagi mobilsebagian besar untuk belanja (tidak termasuk bahan makanan) dengan 12% dan untuk janji kesehatan
(8%). Carsharing menggantikan penggunaan taksi (17%) untuk belanja (tidak termasuk produk
makanan) dan masalah kesehatan, pengganti mobil pribadi untuk perjalanan pribadi (mengunjungi
orang tua) (13%) dan kereta bawah tanah (8%) untuk belanja dan kegiatan pribadi. Carsharing juga
memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku anggota ini. Selama 6 bulan terakhir, 42% dari anggota
individu mulai mengelola perjalanan dengan cara yang berbeda, 21% mulai menggunakan moda
transportasi lain dan 8% tidak lagi memiliki kendaraan. Dalam waktu dekat, 21% berniat untuk mulai
menggunakan transportasi alternatif, 25% untuk membuat manajemen perjalanan yang lebih baik dan
4% telah disebutkan keinginan untuk berhenti memiliki kendaraan pribadi.
b. Roma
Penerapan car sharing di Roma dimulai pada Maret tahun 2005 dimana dibiayai oleh Komisi
Eropa, meskipun pelaksanaan sederhana awalnya, kemudian ukuran ini terbukti menjadi popular dan
bernilai untuk dapat diterapkan secara luas di seluruh kota. Konsep car-sharing tersedia pada area pusat
kota, tetapi diharapkan kendaraan akan dapat lebih banyak dioperasikan pada kawasan sub-urban.
Pentingnya untuk mensupport program car-sharing di Roma merupakan salah satu prioritas. Hal ini
dibuktikan usaha pemerintah selama 10 tahun yang telah menggalakkan kebijakan transportasi yang
lebih berkelanjutan karena Roma merupakan kota dengan tingkat motorisasi di Eropa yang tertinggi,
dimana moda transportasi tidak dapat memenuhi kebutuhan pergerakan penduduk. Hal tersebut
menghasilkan dampak pada kualitas udara dan kenyamanan, terutama pada pusat kota, dimana polusi
merusak kesehatan dan konservasi dari landmark bersejarah serta visual kota. Konsekuensinya, konsep
car-sharing menghadapi 2 masalah utama, yakni harus menyediakan nilai kinerja yang merupakan batas
ambang kelayakan dari model pelayanan ini. Kedua, hal tersebut harus dibuktikan bagaimana
pengukuran niche, seperti car sharing dapat membantu meningkatkan level kualitas udara dan
livability.
Perkembangan manajemen operasional carsharing di Roma hingga tahun 2011 telah mengalami
perkembangan yang hingga saat ini memiliki layana yang tersedia di 4 wilayah, dengan potensi
pengguna mencapai 13% dari populasi perkotaan, yang diyakini akan terus meningkat 35% apabila
dioperasikan pada wilayah baru. Setelah 1 tahun pertama, dari Bulan Maret 2006 hingga Oktober 2009,
jumlah kendaraan bertambah dengan diimbangi penambahan spot-spot lokasi mencapai 61 titik lokasi.
operators besar melayani 65% dari pengguna, sedangkan operator media berukuran melayani 22%
dari klien, meninggalkan untuk perusahaan kecil 13% sisanya.
c. Dalam kasus Swiss di mana pasar pasti didominasi oleh satu operator, Mobility CarSharing Swiss,
pangsa klien dilayani oleh operator besar mencapai 82%, meninggalkan 11% untuk operator media
berukuran dan hanya 7% untuk operators kecil .
d. Dalam hal struktur penawaran, situasi di Italia tentu jauh lebih terbelakang dan konsentrasi pasar
masih jauh dengan hadirnya sejumlah operator lokal yang, bahkan jika terkoordinasi, harmonis dan
standar oleh organisasi pusat, tidak mewakili pasar yang matang.
e. Dari situasi Italia dan analisis data yang telah dilakukan, dapat dinyatakan bahwa pasar tidak
terpusat merupakan penyebab inefisiensi dan kesulitan untuk sistem untuk beroperasi di pasar tanpa
dukungan pembiayaan publik.
f.
Situasi Italia berbeda dari skenario internasional karena belum ada aktor global, sementara ada
fragmentasi perusahaan yang beroperasi di tingkat lokal. Perspektif pembangunan berurusan
dengan perluasan layanan yang harus dilakukan di bawah jalur strategis yang telah diidentifikasi
dalam banyak pengalaman konsolidasi.
g. Salah satu motivasi dalam konteks Italia yang perlu dan diinginkan untuk mencapai tingkat yang
lebih tinggi ditujukan pada partisipasi subjek publik, bukan hanya dana tetapi tindakan mendukung
konsentrasi proses penawaran, menghindari proliferasi pelajaran bubuk, hampir dikapitalisasi dan
oleh karena itu dengan risiko kebangkrutan yang lebih tinggi.
h. Mengenai analisis kasus Italia dan oleh karena itu studi tentang efisiensi kemungkinan meningkat
konsentrasi tawaran, hasil yang dicapai menunjukkan kemungkinan mencapai pengendalian biaya
yang relevan, yang saat ini berat di atas subjek publik dalam bentuk kontribusi (sampai sekarang
diperlukan untuk kelangsungan hidup sistem berbagi mobil) dan yang tidak akan diperlukan dalam
kasus struktur terpusat.
Konsep yang diusung oleh nebengers ini sangat sederhana, yakni ingin memberikan kemudahan
pergerakan penumpang dengan mengoptimalkan penggunaan kendaraan pribadi tanpa harus
membebani pemerintah untuk menyediakan transportasi publik. Selain itu, dirasakannya pelayanan
penggunaan angkutan umum yang belum memadai, sedangkan ruang dalam kendaraan pribadi masih
sangat minimal, sehingga komunitas ini dimaksudkan pula untuk menjembatani pertemuan antara
pengguna kendaraan pribadi dan kendaraan umum melalui media sosial. Nebengers fokus kepada
pengelolaan komunitas yang dimulai dengan kampanye Driving Safety dan sistem sederhana dengan
berbagai tagar (hashtag) di twitter. Gerakan sosial ini kemudian berubah menjadi sebuah komunitas.
Komunitas dipilih agar masyarakat dapat saling mengenal, membentuk jaringan sosial keamanan
berdasarkan dengan domisili tempat tinggal. Oleh karena itu, calon penyedia dan pengguna jasa
komunitas harus mengakses jejaring sosial tersebut untuk dapat ikut serta menjadi penyedia maupun
pengguna jasa.
Konsep komunitas fasilitator transportasi nebengers ini memiliki 5 nilai yang ingin
dikembangkan, yakni 1) pengembangan komunitas, yang menekankan pada masyarakat yang memiliki
kepedulian lebih agar dalam penggunaan kendaraan pribadi dapat efisien 2) transportasi hijau, yang
diwujudkan agar kota-kota besar di Indonesia tidak terpaku pada 3) keselamatan berkendara, agar
dengan adanya penumpang lain yang belum dikenal terlebih dahulu dapat meningkatkan kesadaran
pengemudi agar menjadi lebi berhati-hati 4) teknologi, karena untuk bergabung dalam komunitas ini
memerlukan akses terhadap media social yang baik, terutama di twitter, maka pengguna harus aktif dan
tanggap teknologi untuk mencari atau menyediakan jasa yang diperlukan, 5) Meningkatkan nilai sosial,
yakni sikap saling peduli dari kelebihan akses seat kosong bertransportasi & kekurangan.
Sementara itu, manfaat yang dapat dirasakan secara langsung oleh penyedia dan pengguna jasa
komunitas ini antara lain 1) Membantu mengurangi biaya perjalanan, 2) Menambah relasi, 3) Jadwal
dan lokasi berangkat maupun tujuan menjadi lebih fleksibel jika dibandingkan dengan moda
transportasi publik, 4) Mengoptimalkan penggunaan ruang dalam kendaraan pribadi. Hal tersebut
secara tidak langsung dapat memberikan penanaman nilai-nilai yang digagas dan diharapkan dapat
berkembang pada pola pikir masyarakat.
waspada. Oleh karena itu, dengan alasan keamanan saya akan membatasi
interaksi dengan pihak-pihak yang belum dikenal.
Berdasarkan opini tersebut, maka disadari bahwa hal yang menjadi kendala dalam
berpartisipasi dalam komunitas ini adalah tidak adanya jaminan keamanan yang legal. Seluruhnya
hanya berbasis pada kepercayaan yang dibentuk dari media sosial yang ada sebagai alat komunikasi
utama antar penyedia dan pengguna jasa. Selain itu, diyakininya tingkat kriminalitas di kota besar yang
semakin tinggi dan beragam merupakan hambatan terbesar untuk dapat berpartisipasi dalam komunitas
ini. Fungsi komunitas nebengers sebagai fasilitator sangat penting dalam pembangunan kepercayaan
dan meyakinkan antara pengguna dan penyedia jasa. Hingga saat ini, untuk dapat berpartisipasi pada
komunitas ini terdapat beberapa tahapan yang harus ditempuh oleh calon pengguna dan penyedia jasa.
Registrasi di Website
yang tersedia
(nebengers.com)
Kirimkan
permintaan atau
tawaran sesuai
prosedur
Memiliki akun
twitter dan ikuti
akun @nebengers
Pihak Komunitas
dan Manajemen
Nebengers akan
memutuskan apakah
dapat
berpartisipasi/tidak
dengan
mengobservasi
jejaring sosial yang
pengguna miliki
Interaksi dilanjutkan
kepada masingmasing penyedia dan
pengguna jasa
nebengers setelah
diverifikasi oleh
pihak manajemen.
jumlah
followers
nebengers
yang
bertambah).
(http://andreasaditya.tumblr.com/)
Oleh karena itu, pada saat ini dikembangkan beberapa inovasi untuk meningkatkan dan
mempertahankan aksesibilitas terhadap komunitas nebengers, yakni aplikasi yang dapat
digunakan di smartphone, yang disebut sebagai Nebengers 2.0 yang memberikan data actual
sebagai media bertukar informasi penyedia dan pengguna jasa (beri/cari tebengan). Dengan
membangun aplikasi berbasis social media, location based-map, diharapkan memperluas
jaringan pengguna nebengers, mempermudah menemukan tebengan & peningkatan keamanan.
Hal ini dapat menjadi lebih mudah untuk melakukan transaksi melalui fitur chat karena semua
data akan tersimpan, serta gamifikasi membuat pengguna dapat berinteraksi sosial, baik secara
online maupun offline.
2) Tidak adanya kekuatan hukum
Adanya legalitas hukum tentunya akan memudahkan bagi komunitas dalam membentuk
jaringan yang lebih luas. Melihat fungsi dari Komunitas Nebengers ini pada dasarnya dapat
digolongkan sebagai salah satu bentuk usaha penyedia jasa walaupun tidak memiliki moda
transportasi yang dapat digunakan dan hanya berbasis pada media social. Jika dikaji
berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 8 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Angkutan Multimoda, kedudukan Komunitas Nebengers masih belum dapat
tergambarkan dan terjelaskan. Angkutan Multimoda yang dimaksud ini ialah angkutan barang
dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar 1 (satu)
kontrak sebagai dokumen angkutan multimoda dari satu tempat diterimanya barang oleh badan
usaha angkutan multimoda ke suatu tempat yang ditentukan untuk penyerahan barang kepada
penerima barang angkutan multimoda. Komunitas Nebengers ini juga tidak dapat digolongkan
sebagai usaha angkutan multimoda karena tidak adanya angkutan yang dimiliki atau
dioperasikan.
3) Sistem Manajemen dan Pembiayaan yang Terintegrasi dan Kreatif
Sistem manajemen komunitas ini merupakan hal yang terpisah dari pemerintah, oleh karena
itu, untuk mencapai manajemen yang dapat terintegrasi dengan baik, saat ini pihak manajemen
nebengers mengalihkan haluan menuju sistem yang lebih baik dengan menjadikan Komunitas
Nebengers sebagai sebuah bisnis yang tetap mengedepankan nilai-nilai lingkungan. Sistem
manajemen harus selalu tanggap akan perkembangan teknologi dan media-media sosial yang
dapat memberikan input untuk peluang pengembangan jasa transportasi berbasis komunitas ini.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dan pengamatan terhadap perkembangan komunitas
Nebengers, diketahui bahwa Komunitas Nebengers ini masih terkonsentrasi untuk
meningkatkan sistem manajemen secara independen tanpa adanya bantuan pemerintah. Hal
tersebut terlihat dari berbagai upaya yang dilakukan dari pihak manajemen dan Komunitas
Nebengers yang secara terus menerus melakukan inovasi dan perbaikan sistem. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan terhadap beberapa pengguna Komunitas Nebengers terkait dengan
upaya melegalkan Komunitas Nebengers dalam segi hokum, berikut merupakan pernyataan dan
persepsi pengguna.
Pustaka yang telah ada mengenai manfaat car-sharing ini telah mencakup kedetailan hingga
dapat diketahui jenis kendaraan yang dapat mengurangi emisi karbon atau penggunaan
kendaraan elektrik dapat menjadi salah satu alternatif. Namun, jika dilihat kemungkinan
penerapan penggunaan kendaraan ramah lingkungan dalam komunitas Nebengers, masih jauh
dari peluang untuk penerapan kendaraan ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan fungsi
Komunitas Nebengers sebagai fasilitator dan penyedia moda transportasi sepenuhnya
bergantung pada anggota komunitas yang bersedia menjadi penyedia jasa.
7. Kesimpulan
Berdasarkan penerapan di Negara lain, konsep dan metode car-sharing ini merupakan konsep
yang sangat diyakini dapat memberikan dampak positif dalam mengoptimalkan kendaraan pribadi. Hal
tersebut jelas terlihat dari prosedur dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Selain itu, konsep
car-sharing di Negara lain telah diidentifikasi secara mendalam dimana dapat dilihat berbagai studi
kasus dan riset mengangkat mengenai tema ini, terutama pengukuran terhadap dampak-dampak fisik,
seperti efisiensi energy, lingkungan, dan kapasitas jaringan jalan. Hal tersebut kemudian dapat dijadikan
sebagai salah satu input dalam kebijakan pengembangan transportasi berkelanjutan lainnya.
Namun, pada studi kasus yang terdapat di Indonesia, hingga saat ini hanya terdapat satu
komunitas yang cukup terorganisir untuk menerapkan konsep car-sharing ini. Pengembangan carsharing di Indonesia merupakan bentuk inisiasi dari komunitas dan masyarakat yang peduli terhadap
kemacetan yang telah terjadi di kota besar. Terdapat beberapa elemen perbaikan kegiatan yang dapat
dilakukan oleh Komunitas Nebengers, yakni (i) melakukan negosiasi kontrak di tingkat nasional, (ii)
Meningkatkan sosialisasi di media cetak dan elektronik, maupun pembentukan komunitas-komunitas
yang lebih kecil berdasarkan distrik, (iii) standarisasi kuat prosedur, dan (iv) homogenitas tinggi di
tingkat layanan yang ditawarkan.
8. Daftar Pustaka
Burlando Claudia. 2012. A Comparison of Car Sharing Organizational Models: An Analysis of Feasible
Efficiency Increase through a Centralized Model. Review of Economics & Finance Submitted
on
16/Nov./2011
Article
ID:
1923-7529-2012-02-53-12.
(Online,
http://www.bapress.ca/Journal7/A%20Comparison%20of%20Car%20Sharing%20Organizational%20Models%20-%20An%20Analysis%20of%20Feasible%20Efficiency%20Increase%20through%20a%20Ce
ntralized%20Model.pdf)
Cervero R, Tsai Y. City CarShare in San Francisco, California: second-year travel demand and car
ownership impacts. Transport Res Rec 2004;1887:11727.
Firnkorn, J. & Mller, M., 2011. What will be the environmental effects of new free-floating car-sharing
systems? The case of car2go in Ulm. Ecological Economics, 70, pp. 15191528. Available at:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0921800911001030.
Meijkamp, R. (1998). Changing consumer behavior through eco-efficient services: an empirical study
on car-sharing in the Netherlands. Business Strategy and the Environment 7, 234 - 244.
Melo, S., & Rolim, C. (2011). Estimating the potential market of car-sharing on freight transport, EURO
Nectar Conference Smart Networks, Smooth Transport, Smiling People, Antwerp.
MobCarsharing (2013). Information prvided by MobCarsharing.
Musso, Antonio, et al. 2012. Car-sharing in Rome: a Case Study to Support Sustainabile Mobility.
(www.sciencedirect.com)
Nathani C, Schleich J, Walz R. Is car sharing a sustainable strategy? In: 2001 Summer study
proceedings. Stockholm: European Council for an Energy Efficient Economy; 2001.
Patrcia Baptista, Sandra Melo, Catarina Rolim. 2014. Energy, environmental and mobility impacts of
car-sharing
systems.
Empirical
results
from
Lisbon,
Portugal.
(Online,
www.sciencedirect.com)
Shaheen, S., Cohen, A., 2008. Worldwide Carsharing Growth: An International Comparison.
Transportation Research Record: Journal of the Transportation Research Board, No. 1992,
Transportation Research Board of the National Academies, Washington, D.C., 2007, pp. 81
89. Available at: <http://escholarship.org/uc/item/1139r2m5>.
Wilke, G., Bhler, S., Bongardt, D., Schfer-Sparenberg, C., 2007. Zukunft des Car-Sharing in
Deutschland. Wuppertal Institute for Climate, Environment and Energy, Wuppertal. Available
at: <http://www.wupperinst.org/uploads/tx_wiprojekt/Zukunft_Car-Sharing.pdf> .
Anonim. 2005. TCRP Report; Car Sharing Where and How it Success. (Online,
https://books.google.co.id/books?id=DDxB61imYzkC&pg=SA3-PA45&lpg=SA3PA45&dq=Carsharing+organizations:+The+size+of+the+market+segment+and+revealed+change+in
+mobility+behavior&source=bl&ots=ntHpl2YKw8&sig=nWVgqqhWEVLKneTNzEl
dMSz55wg&hl=id&sa=X&ei=eWSPVKq4GTamAXEtoKQDA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false)
Peraturan Menteri Perhubungan No. 8 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan
Angkutan Multimoda
www.nebengers.com
www.youtube.com
http://andreasaditya.tumblr.com/
http://www.wartabuana.com/read/39270-nebengers-numpang-mobil-bayar-burjo.html
http://s3.amazonaws.com/ppt-download/nebengers-comprof2013-130813205148phpapp02.pdf?response-contentdisposition=attachment&Signature=EydeSldylfXEE%2F8DpcHICzIjbTQ%3D&Expires=141847378
2&AWSAccessKeyId=AKIAIA7QTBOH2LDUZRTQ